Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Ekstrakurikuler Mahasiswa di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

(1)

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER MAHASISWA DI FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI OLEH:

Dwi Rahmadani

(091101044)

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT atas selesainya skripsi dengan judul “Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Ekstrakurikuler Mahasiswa di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara” sebagai tugas akhir yang harus dipenuhi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada saat penyelesaian skripsi ini peneliti mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan serta dorongan kepada peneliti.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada yang terhormat :

1. dr. Dedi Ardinata, M.kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Yessi Ariani, S.Kep.Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan saran dalam penulisan skripsi ini.

4. Rika Endah Nurhidayah, S.Kp, M.Pd. selaku dosen penguji I. 5. Ikram, S.Kep.Ns, M.Kep selaku dosen penguji II.

6. Ikhsanudin A.Harahap S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing akademik.

7. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Keperawatan Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan kepada penulis.


(3)

8. Kepada kedua orangtua saya, Ayahanda Trimanto yang selalu menjadi penyemangat dan yang selalu setia memberikan nasehat dan petuah yang sampai sekarang menjadi penyemangat penulis di setiap waktu, kepada ibunda Nurhajidah yang senantiasa selalu mendoakan, memberikan semangat dan motivasi, serta dukungan materi kepada penulis. Terimakasih juga kepada papa Baleo Lompo Barita Siregar dan Ibu Srimuliati Harahap yang selalu mendoakan dan memberikan masukan kepada penulis hingga selesai dan teruntuk Almh.Kakakku tercinta Septia Susanti yang selalu menjadi penyemangatku disetiap hari dan waktu untuk memotivasi penulis.


(4)

Peneliti menyadari dalam pembuatan skripsi ini masih dirasakan kurang sempurna. Karena itu peneliti menerima segala kritik dan saran dari semua pihak guna penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Medan, Juli 2013

Penulis


(5)

Title : The Analysis of the Factors Influencing Student’s Extracurricular Activity at Faculty of Nursing, University of Sumatera Utara

Name : Dwi Rahmadani

Student Reg. Number : 091101044

Department : Nursing

Academic Year : 2013

ABSTRACT

Extracurricular is an off-learning hour acitivities carried out either inside or outside of campus. The factors influencing the extracurricular activities are, among other thing, interest, motivation, and learning preocess. The purpose of this descriptive correlation study was to analyze the factors influencing the extracurricular activities and to find out the the relationship of the factors with the extracurricular activities. The population of this study was the regular 2010-2012 intake students of Faculty of Nursing, University of Sumatera and 199 of the were selected to be the samples for this study through proportional random sampling technique. The result of this study conducted in May at Faculty of Nursing, University of Sumatera showed that majority of the students (79.4%) were interested in attending the extracurricular activities, 87.4% were motivated, and 56.8% said that the the learning process they were currently doing was effective. The result of Spearman correlation statistic test showed that the p-value of interest to extracurricular activity was 0.000, the p-value of motivation to extracurricular activity was 0.002, and p-value of learning process to extracurricular activity was 0.000. The conclusion drawn is that majority of the students of Faculty of Nursing, University of Sumatera had high interest and motivation in extracurricular activity and the students said that the process of learning they were taking was effective. The result of this study is expected to provide a useful input to the faculty to develop the interest and motivation of students in attending extracurricular activities and the faculty can provide its support to the extracurricular activities.


(6)

Judul : Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Ekstrakurikuler Mahasiswa di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Nama : Dwi Rahmadani NIM : 091101044

Jurusan : Keperawatan

Tahun Akademik : 2013

Abstrak

Ekstrakurikuler adalah kegiatan diluar jam pelajaran yang dilakukan, baik di kampus ataupun di luar kampus. Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan ekstrakurikurikuler diantaranya adalah minat, motivasi, dan proses pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan ekstrakurikuler dan mencari hubungan dari faktor-faktor tersebut dengan kegiatan ekstrakurikuler. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi. Pada penelitian ini populasinya adalah mahasiswa reguler angkatan 2010-2012 Fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara. Ada sebanyak 199 orang mahasiswa yang diambil menjadi sample penelitian dengan menggunakan tehnik “proportional random sampling”. Penelitian ini dilakukan bulan Mei di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa berminat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler (79,4%), termotivasi berjumlah (87,4%), dan (56,8%) menyatakan proses pembelajaran yg saat ini mereka jalani sudah efektif. Dari hasil uji statistik spearman correlation diperoleh nilai p-value minat dengan kegiatan ekstrakurikuler sebebsar 0,000, nilai p-value motivasi dengan kegiatan ekstrakurikuler sebesar 0,002, dan nilai p-value proses pembelajaran dengan kegiatan ekstrakurikuler sebesar 0,000. Dapat disimpulkan bahwa mayoritas mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara memiliki minat dan motivasi yang tinggi terhadap kegiatan ekstrakurikuler dan mahasiswa menyatakan proses pembelajaran yang sudah efektif. Diharapkan memberikan masukan yang berguna bagi Fakultas untuk mengembangkan minat dan motivasi mahasiswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan fakultas dapat memberikan dukungan dalam kegitatan ekstrakurikuler.


(7)

DAFTAR ISI

Prakata ... i

Abstrak... iv

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vi

Daftar Skema ... vii

Daftar Skema ... viii

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Pertanyaan Peneltian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kegiatan Ekstrakurikuler ... 6

2.1.1 Pengertian Ekstrakurikuler ... 6

2.1.2 Fungsi Ekstrakurikuler ... 8

2.1.3 Tujuan Ekstrakurikuler ... 8

2.1.4 Misi Kegiatan Ekstrakurikuler ... 9

2.1.5 Tahapan Kegiatan Ekstrakurikuler ... 10

2.1.6 Manfaat Kegiatan Ekstrakurikuler ... 11

2.1.7 Manfaat Keterlibatan Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler ... 11

2.1.8 Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler ... 12

2.1.9 Hasil Kegiatan Ekstrakurikuler ... 14

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler ... 15

2.2.1 Minat ... 15

2.2.2 Motivasi ... 17

2.2.3 Proses Pembelajaran ... 20

2.3 IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) ... 28

2.4 UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) ... 29

BAB 3. KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual ... 30

3.2 Defenisi Operasional ... 31

3.3 Hipotesa ... 33

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 34

4.2 Populasi, Sampel ... 34


(8)

4.2.2. Sampel ... 34

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

4.4 Pertimbangan Etik ... 37

4.5 Instrumen Penelitian ... 37

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 39

4.6.1 Uji validitas instrumen ... 39

4.6.2 Uji reliabilitas instrumen ... 40

4.7 Metode Pengumpulan Data ... 41

4.8 Analisa Data ... 42

4.8.1 Analisa Univariat ... 42

4.8.2 Analisa Bivariat ... 43

BAB V. Hasil dan Pembahasan 5.1 Hasil Penelitian ... 44

5.1.1 Karakteristik Demografi Responden ... 44

5.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan ekstrakurikuler ... 46

5.2.1 Karakteristik Responden berdasarkan gambaran Minat, Motivasi dan proses pembelajaran ... 46

5.3 Kegiatan Ekstrakurikuler ... 47

5.3.1 Karakteristik Gambaran Mahasiswa yang Mengikuti dan tidak mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler ... 47

5.4 Hubungan antara Minat,Motivasi dan Proses Pembelajaran ... 48

5.5 Pembahasan ... 49

5.6 Keterbatasan Peneliti ... BAB VI. Kesimpulan dan Saran 6.1 Kesimpulan ... 59

6.2 Saran ... 59

6.2.1 Bagi Fakultas ... 59

6.2.2 Bagi Penelitian selanjutnya ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61 LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan Responden 2. Kuisioner Data Demografi

3. Kuisioner Faktor-faktor Ekstrakurikuler 4. Lembar Reliabilitas dan Validitas 5. Daftar Riwayat Hidup


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Definisi Operasional Variabel Penelitian... 31 Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik mahasiswa yang Menjadi Responden... 45 Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Minat, Motivasi dan Proses Pembelajaran di Fakultas Keperawatan USU terhadap kegiatan Ekstrakurikuler... 46 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Persentase Kegiatan Ekstrakurikuler... 47 Tabel 5.Hasil uji statistik spearman correlation minat dengan kegiatan

Ekstrakurikuler... 48 Tabel 6.Hasil uji statistik spearman correlation motivasi dengan kegiatan Ekstrakurikuler... 48 Tabel 7.Hasil uji statistik spearman correlation proses pembelajaran dengan Kegiatan Ekstrakurikuler ... 49


(10)

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1 Kerangka penelitian terhadap analisa faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan ekstrakurikuler di Fakultas Keperawatan


(11)

Title : The Analysis of the Factors Influencing Student’s Extracurricular Activity at Faculty of Nursing, University of Sumatera Utara

Name : Dwi Rahmadani

Student Reg. Number : 091101044

Department : Nursing

Academic Year : 2013

ABSTRACT

Extracurricular is an off-learning hour acitivities carried out either inside or outside of campus. The factors influencing the extracurricular activities are, among other thing, interest, motivation, and learning preocess. The purpose of this descriptive correlation study was to analyze the factors influencing the extracurricular activities and to find out the the relationship of the factors with the extracurricular activities. The population of this study was the regular 2010-2012 intake students of Faculty of Nursing, University of Sumatera and 199 of the were selected to be the samples for this study through proportional random sampling technique. The result of this study conducted in May at Faculty of Nursing, University of Sumatera showed that majority of the students (79.4%) were interested in attending the extracurricular activities, 87.4% were motivated, and 56.8% said that the the learning process they were currently doing was effective. The result of Spearman correlation statistic test showed that the p-value of interest to extracurricular activity was 0.000, the p-value of motivation to extracurricular activity was 0.002, and p-value of learning process to extracurricular activity was 0.000. The conclusion drawn is that majority of the students of Faculty of Nursing, University of Sumatera had high interest and motivation in extracurricular activity and the students said that the process of learning they were taking was effective. The result of this study is expected to provide a useful input to the faculty to develop the interest and motivation of students in attending extracurricular activities and the faculty can provide its support to the extracurricular activities.


(12)

Judul : Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Ekstrakurikuler Mahasiswa di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Nama : Dwi Rahmadani NIM : 091101044

Jurusan : Keperawatan

Tahun Akademik : 2013

Abstrak

Ekstrakurikuler adalah kegiatan diluar jam pelajaran yang dilakukan, baik di kampus ataupun di luar kampus. Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan ekstrakurikurikuler diantaranya adalah minat, motivasi, dan proses pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan ekstrakurikuler dan mencari hubungan dari faktor-faktor tersebut dengan kegiatan ekstrakurikuler. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi. Pada penelitian ini populasinya adalah mahasiswa reguler angkatan 2010-2012 Fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara. Ada sebanyak 199 orang mahasiswa yang diambil menjadi sample penelitian dengan menggunakan tehnik “proportional random sampling”. Penelitian ini dilakukan bulan Mei di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa berminat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler (79,4%), termotivasi berjumlah (87,4%), dan (56,8%) menyatakan proses pembelajaran yg saat ini mereka jalani sudah efektif. Dari hasil uji statistik spearman correlation diperoleh nilai p-value minat dengan kegiatan ekstrakurikuler sebebsar 0,000, nilai p-value motivasi dengan kegiatan ekstrakurikuler sebesar 0,002, dan nilai p-value proses pembelajaran dengan kegiatan ekstrakurikuler sebesar 0,000. Dapat disimpulkan bahwa mayoritas mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara memiliki minat dan motivasi yang tinggi terhadap kegiatan ekstrakurikuler dan mahasiswa menyatakan proses pembelajaran yang sudah efektif. Diharapkan memberikan masukan yang berguna bagi Fakultas untuk mengembangkan minat dan motivasi mahasiswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan fakultas dapat memberikan dukungan dalam kegitatan ekstrakurikuler.


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Maryati (2008), pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, Bab II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan , kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Sedangkan tujuan pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal sehingga dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat (Dazefa, 2010).

Mahasiswa yang berpendidikan adalah sosok yang semestinya kritis, logis, berkemauan tinggi , respect dan tanggap terhadap permasalahan umat dan bangsa, mau bekerja keras, belajar terus menerus, mempunyai nyali (keberanian yang tinggi). Untuk menyatakan kebenaran, aplikatif di lingkungan


(14)

masyarakat serta spiritualis dan konsisten dalam mengaktualisasikan nilai-nilai kepada Tuhan Yang Maha Esa.Dengan konsep itulah, mahasiswa semestinya bergerak dan menyadari dirinya akan eksistensi sebagai mahasiswa. Mahasiswa yang belajar tidaklah hanya sebatas mengejar gelar akademis atau nilai indeks prestasi (IP) yang tinggi dan mendapat penghargaan cumlaude, lebih dari itu mahasiswa harus bergerak bersama rakyat dan pemerintah untuk membangun bangsa, atau paling tidak dalam lingkup yang paling mikro, ada suatu kemauan untuk mengembangkan civitas/perguruan tinggi dimana ia kuliah. Misalnya dengan ikut serta/aktif di Organisasi Mahasiswa, baik itu Organisasi Intra kampus (BEM dan UKM) ataupun Organisasi Ekstra kampus, ekstrakurikuler, serta aktif dalam kegiatan-kegiatan lain yang mengarah pada pembangunan bangsa (Waris, 2010).

Menurut Hapsari (2010) kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada kegiatan kuliah dan seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah, selain urusan tersebut remaja memiliki banyak waktu luang. Waktu luang tanpa kegiatan yang berarti akan menimbulkan gagasan untuk mengisi waktu luang dengan berbagai bentuk kegiatan. Apabila remaja melakukan kegiatan yang positif tentu tidak akan menimbulkan masalah. Namun, jika waktu luang tersebut digunakan untuk melakukan kegiatan yang negatif maka lingkungan dapat terganggu. Sanchezruiz (2010) menyatakan bahwa pengisian waktu luang yang baik dengan cara menyesuaikan dengan umur remaja, masih merupakan masalah bagi kebanyakan remaja. Kebosanan dan perasaan enggan untuk melakukan apa saja merupakan fenomena yang sering dijumpai.


(15)

Menurut Depdiknas (2005), Pengisian waktu luang bagi mahasiswa dapat dilakukan dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler bermakna untuk memperluas pengetahuan mahasiswa, dalam arti memperkaya, mempertajam, serta memperbaiki pengetahuan para mahasiswa yang berkaitan dengan mata kuliah sesuai dengan program kurikulum yang ada. Adapun tujuan yang hendak dicapai dengan mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler antara lain mengembangkan mahasiswa untuk menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dengan melihat tujuan tersebut, tentunya diperlukan suatu proses pendidikan di kampus yang bisa mengembangkan semua aspek yang diperlukan bagi mahasiswa (Dazefa, 2010).

Faktor-faktor yang memperngaruhi ekstrakurikuler meliputi minat, motivasi dan, proses pembelajaran. Adapun kegiatan ekstra kurikuler yang terdapat di dalam Fakultas Keperawatan USU antara lain Pemerintahan Mahasiswa (PEMA), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), forkis, club tari, club futsal, paduan suara.

Hasil wawancara dari 10 mahasiswa Fakultas Keperawatan USU bahwa ekstrakurikuler yang ada di Fakultas Keperawatan tidak aktif dan mahasiswa keperawatan tidak terlihat antusias untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang ada dikampus. Hal ini juga dipengaruhi oleh proses


(16)

pembelajaran Fakultas Keperawatan USU yang kebanyakan menyita waktu sehingga mahasiswa hanya mempunyai waktu luang yang sempit untuk melakukan aktivitas di luar jam kuliah seperti mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan ekstrakurikuler di Fakultas Keperawatan USU.

1.2 Tujuan Penelitian 1.2.1 Tujuan Umum

Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa di Fakultas Keperawatan USU.

1.2.2. Tujuan khusus

Bertujuan untuk mengidentifikasi :

a. Mengidentifikasi Minat, motivasi dan proses pembelajaran Mahasiswa di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara b. Hubungan minat dengan kegiatan ekstrakurikuler

c. Hubungan motivasi dengan kegiatan ekstrakurikuler

d. Hubungan sistem pembelajaran dengan kegiatan ekstrakurikuler 1.3 Pertanyaan Penelitian

a. Apakah ada hubungan minat dengan kegiatan ekstrakurikuler ? b. Apakah ada hubungan motivasi dengan kegiatan ekstrakurikuler ? c. Apakah ada hubungan proses pembelajaran dengan kegiatan


(17)

1.4Manfaat Penelitian

Hasil ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1.4.1 Bagi Fakultas

Sebagai bahan masukan yang berguna untuk mengembangkan minat dan motivasi mahasiswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

1.4.2 Bagi Pendidikan

Sebagai bahan masukan yang berguna untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa di fakultas keperawatan USU

1.4.3 Bagi Peneliti lanjut

Dapat sebagai bahan acuan dalam pembuatan penelitian selanjutnya.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kegiatan Ekstrakurikuler 2.1.1. Pengertian Ekstrakurikuler

Menurut Depdiknas (2003), kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling. Untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka. Pengembangan ini dapat dilakukan melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di kampus (Dazefa, 2010).

Menurut Mahoney (2005), mengemukakan manfaat positif tentang keterlibatan dalam kegiatan ekstrakurikuler bagi remaja, keterlibatan menghubungkan kegiatan untuk hasil-hasil yang positif pada hal sosial, emosional, dan akademis. Menurut Mahoney (2005) kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan bersama yang dilakukan di kampus, namun sebagai kegiatan tambahan dan bukan merupakan kegiatan utama di kampus, tetapi memiliki tujuan jelas yang berguna pada pengembangan anak. Sebagian besar kegiatan ekstrakurikuler dilakukan setelah jam kuliah, meskipun beberapa kampus melakukannya kegiatannya di akhir pekan, terutama pada sekolah menengah. Ekstrakurikuler merupakan wadah pembentuk karakter mahasiswa dalam lingkungan kampus yang bertujuan untuk mengembangkan jiwa kepemimpinan dan kemampuan sosial


(19)

melalui berbagai aktivitas, baik yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan materi kurikulum. Orang yang terlibat dengan kegiatan ekstrakurikuler di masa kecil menengah juga memiliki hasil psikososial dan akademik yang lebih positif. Keterlibatan ekstrakurikuler dapat mempengaruhi persepsi pengembangan diri, kepentingan aktivitas, atau kerjasama jangka panjang dalam kegiatan selama masa remaja (Dazefa, 2010).

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2002:291) ekstrakurikuler itu adalah : “suatu kegiatan yang berada di luar program yang tertulis di dalam kurikulum seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan mahasiswa”. Kegiatan ekstrakurikuler sendiri dilaksanakan diluar jam pelajaran wajib. Kegiatan ini memberi keleluasaan waktu dan memberikan kebebasan kepada mahasiswa, terutama dalam menentukan jenis kegiatan yang sesuai dengan bakat serta minat mereka (Azhari, 2012).

Menurut Sayotte (2010), kegiatan ekstrakurikuler adalah upaya untuk mempersiapkan mahasiswa untuk memiliki kemampuan intelektual, emosional, spiritual, dan sosial. Melalui pengembangan aspek-aspek tersebut diharapkan mahasiswa dapat menghadapi dan mengatasi berbagai perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam lingkungan pada lingkup terkecil dan terdekat, hingga lingkup yang lokal, nasional, regional, bahkan global. Karena sasaran kompetensi yang diharapkan itu meliputi jangkauan kompetensi yang amat luas, berupa aspek intelektual, sikap emosional, dan keterampilan, maka pada akhirnya kegiatan ekstrakurikuler menjadi tidak terbatas pada program untuk membantu ketercapaian tujuan kurikuler saja, tetapi juga mencakup pemantapan dan


(20)

pembentukan kepribadian yang utuh termasuk di dalamnya pengembangan minat dan bakat mahasiswa. Program kegiatan ekstrakurikuler dengan demikian harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menunjang kegiatan kurikuler, maupun pengembangan pembentukan kepribadian (Dazefa, 2010).

Berdasarkan dari penjelasan tentang pengertian ekstrakurikuler tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ekstrakurikuler adalah kegiatan diluar jam pelajaran yang dilakukan, baik di kampus ataupun di luar kampus, dengan tujuan untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan mahasiswa, mengenal hubungan antara berbagai pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya.

2.1.2. Fungsi Ekstrakurikuler

Fungsi kegiatan ekstrakurikuler seperti tercantum dalam petunjuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler Depdikbud (1995 : 134) yaitu :

“kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk mengaitkan pengetahuan yang diperoleh dalam program kurikulum dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan serta usaha pemantapan dan pembentukan kepribadian siswa agar terpadu kea rah kemampuan mandiri, percaya diri dan kreatif” (Dazefa, 2010).

2.1.3. Tujuan Ekstrakurikuler

Menurut Lutan (2000), kegiatan ekstrakurikuler bertujuan agar mahasiswa dapat memperdalam dan memperluas pengetahuan, mengenal hubungan antar berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya dalam arti: Beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,


(21)

sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri, memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Dazefa, 2010).

Selain itu tujuan ekstrakurikuler jugxa untuk lebih memantapkan pendidikan kepribadian dan untuk lebih mengaitkan antara pengetahuan yang diperoleh dalam program kurikulum dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan.

2.1.4. Misi Kegiatan Ekstrakurikuler

Menurut Mahoney (2005), misi dari kegiatan ekstrakurikuler pada umumnya adalah untuk mendukung pengembangan seperti inisiatif, kemampuan kepemimpinan, kemampuan organisasi, dan kemampuan pemecahan masalah sosial, dan hal-hal yang tidak dipelajari di kelas belajar kebanyakan. Jika misi kampus adalah untuk membantu mahasiswa menjadi anggota masyarakat yang produktif dan untuk menikmati hidup dengan prioritas akademik yang jelas, maka berbeda dengan kegiatan ekstrakurikuler. Misi khusus dari kegiatan ekstrakurikuler adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan ekstrakurikuler secara langsung mendukung karya akademis. Hal ini meningkatkan keterampilan yang dialihkan ke ruang kelas, atau menyediakan konteks untuk aplikasi praktis keterampilan belajar di ruang kelas.

b. Kegiatan ekstrakurikuler adalah kompensasi dan secara tidak langsung mendukung kegiatan akademik. Pada kegiatan ini mahasiswa dapat mengikutinya dengan lebih santai daripada saat mengikuti kegiatan akademik.


(22)

c. Kegiatan ekstrakurikuler bersifat komplementer terhadap perkembangan remaja. Kegiatan ekstrakurikuler mempunyai aspek-aspek lain dari perkembangan remaja seperti pemecahan masalah sosial, perencanaan strategis dan pengorganisasian, dan pelatihan kepemimpinan.

d. Kegiatan ekstrakurikuler membantu dalam pekerjaan akademis atau tugas tugas remaja lainnya.

e. Kegiatan ekstrakurikuler adalah netral terhadap aspek-aspek lain dari kehidupan remaja, dapat mempengaruhi secara positif atau negative (Dazefa, 2010).

2.1.5 Tahapan Kegiatan Ekstrakurikuler

Menurut Mahoney (2005), kegiatan ekstrakurikuler biasanya bergerak melalui empat tahapan, yaitu:

a. Bermain Spontan (Spontaneous Play)

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan organisasi mandiri sehingga membutuhkan negosiasi dan pemecahan masalah secara spontan.

b. Permainan Rekreasi (Recreational Games)

Kegiatan ekstrakurikuler berpusat pada kebugaran, keterampilan membina hubungan dengan koordinasi, persahabatan, dan bermain.

c. Rekreasi Tim (Recreational Team Sports)

Kegiatan ekstrakurikuler mengedepankan pengembangan keterampilan para pesertanya.


(23)

d. Kompetisi Elit (Elite Competition)

Dalam kegiatan ekstrakurikuler, usaha dan keadilan subordinasi dapat melihat keterampilan kinerja dan prestasi (Dazefa, 2010).

2.1.6. Manfaat Kegiatan Ekstrakurikuler

Mahoney (2005), menyatakan bahwa berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler akan mempengaruhi secara positif perkembangan selama masa remaja dalam jangka pendek dan jangka panjang. Manfaat kegiatan ekstrakurikuler antara lain:

a. Membantu remaja memperoleh pendidikan pada hal kepercayaan dan keterampilan kognitif yang dibutuhkan untuk memahami peran pekerjaan orang dewasa.

b. Bekerja melalui isu-isu identitas personal dan sosial.

c. Memperoleh keterampilan interpersonal yang dibutuhkan untuk membentuk hubungan sosial yang sehat dan untuk berhasil di dunia kerja.

d. keterampilan emosi dan perilaku yang dibutuhkan untuk menjadi orang Memperbaiki dewasa yang independen (Dazefa, 2010).

2.1.7. Manfaat Keterlibatan Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler

Menurut Mahoney (2005), manfaat keterlibatan dalam kegiatan ekstrakurikuler adalah sebagai berikut:

a. Peningkatan Tingkat Pendidikan dan Prestasi.

Partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler meningkatkan pencapaian pendidikan, termasuk rendahnya tingkat kegagalan sekolah dan putus


(24)

sekolah, kinerja akademik yang lebih baik, meningkatkan kompetensi interpersonal, dan aspirasi yang lebih tinggi untuk masa depan.

b. Mengurangi Masalah Perilaku.

Partisipasi dalam kegiatan organisasi dikaitkan dengan berkurangnya masalah perilaku pada masa remaja dan menjadi dewasa muda. Partisipasi kegiatan ekstrakurikuler terkait dengan rendahnya tingkat kenakalan seperti penggunaan alkohol dan obat-obatan, agresi, perilaku antisosial, dan kejahatan.

c. Meningkatkan Kemampuan Psikososial.

Partisipasi ekstrakurikuler secara positif berhubungan dengan penyesuaian psikososial pada lingkungan remaja. Partisipasi ini terkait dengan rendahnya tingkat emosi negatif seperti perasaan depresi dan kecemasan pada masa remaja. Motivasi untuk belajar dan tinggi self-efficacy ini terkait dengan partisipasi (Dazefa, 2010).

2.1.8. Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler tentu berbeda-beda jenisnya, karena banyak hal yang memang berkaitan dengan kegiatan siswa selain dari kegiatan inti. Dengan beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang ada, mahasiswa dapat memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampuan dan minat masing-masing. Beberapa jenis kegiatan ekstrakurikuler yang diprogramkan di sekolah dijelaskan oleh Mahoney (2005) sebagai berikut:


(25)

a. Keterlibatan Prososial (Prosocial Activities)

Kegiatan kelompok atau partisipasi dalam kegiatan sukarelawan dan jenis pelayanan masyarakat. Tujuan kegiatan ini adalah memberikan pencerahan dan motivasi kepada peserta, untuk meningkatkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual untuk menciptakan lingkungan yang efektif, harmonis terhadap diri sendiri dan terhadap semua pihak.

b. Tim Olahraga (Team Sports)

Partisipasi pada satu atau lebih tim olahraga sekolah. Olahraga merupakan suatu kegiatan yang dapat membina seseorang untuk dapat menjadi sehat atau menjadikan lebih baik dari sebelumnya. Dengan olahraga dapat berpengaruh terhadap kesehatan fisik yang merupakan faktor utama dalam kehidupan. Dengan sehatnya tubuh dan fisik maka setidaknya mental kita akan lebih kuat atau sehat juga

c. Pertunjukan Seni (Performing Arts)

Partisipasi dalam band kampus, drama, atau menari. Tujuan yang hendak dicapai adalah memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk terlibat dalam berbagai pengalaman apresiasi maupun pengalaman berkreasi untuk menghasilkan suatu produk berupa benda nyata yang bermanfaat langsung bagi kehidupan siswa. Mahasiswa berkreasi menciptakan berbagai kesenian secara sistematis, sehingga diperoleh pengalaman konseptual, pengalaman apresiatif dan pengalaman kreatif. Berdasarkan Depdiknas (2003), jenis kegiatan ekstrakurikuler ini meliputi Drum Band, Kreasi Seni Budaya, dan seni sastra.


(26)

d. Kelompok Akademik (Academic Clubs)

Partisipasi dalam perdebatan, ilmu pengetahuan, atau mentoring. Tujuan yang hendak dicapai dari kegiatan ini adalah pengembangan sikap ilmiah, kejujuran dalam memecahkan gejala alam maupun sosial yang ditemui dengan kepekaan yang tinggi dengan metode yang sistematis, objektif, rasional dan berprosedur sehingga akan didapatkan kompetensi untuk mengembangkan diri dalam kehidupan (Dazefa, 2010).

Berdasarkan Depdiknas (2003), jenis kegiatan ekstrakurikuler ini meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja, kegiatan penguasaan keilmuan, penelitian, dan kemampuan akademik.’

2.1.9. Hasil Kegiatan Ekstrakurikuler

Hasil dari kegiatan ekstrakurikuler dapat digolongkan ke dalam tiga kategori utama:

a. Pengurangan antisosial perilaku atau peningkatan perilaku prososial, pencegahan perilaku negatif, peningkatan perilaku positif, dan pengurangan kejahatan.

b. Peningkatan kesempatan untuk ekspresi diri dan pengembangan keterampilan. c. Peningkatan prestasi sekolah yang berhubungan dengan persiapan akademik,


(27)

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mengikuti Kegiatan Ektrakurikuler

2.2.1 Minat

Menurut Slameto (2003), minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya (Djaali, 2008). Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang diinginkannya (Herijulianti, Svasti Indriani & Artini, 2001). Minat berhubungan dengan sesuatu yang menguntungkan dan dapat menimbulkan kepuasan bagi dirinya. Kesenangan merupakan minat yang sifatnta sementara. Adapun minat yang bersifat tetap dan ada unsur memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan. Semakin sering minat diekspresikan dalam kegiatan akan semakin kuat minat tersebut, sebaliknya minat akan menjadi pupus kalau tidak ada kesempatan untuk mengekspresikannya (Yudrik Jahja, 2011).

Minat dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat cirri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri (Sardiman, 2000). Minat lebih tetap (persistent) karena minat memuaskan kebutuhan yang penting dalam kehidupan seseorang (Hurlock, 2000).


(28)

Kegiatan ekstrakurikuler dapat meningkatkan keterampilan interpersonal remaja. Melalui kegiatan ekstrakurikuler remaja menjalin hubungan interpersonal dengan teman sebaya anggota ekstrakurikuler yang diikuti, senior dan Pembina ekstrakurikuler. Bagi remaja yang memiliki kompetensi interpersonal rendah, afiliasi dengan peer dalam kegiatan ekstrakurikuler dapat meningkatkan penerimaan sosial dan popularitas, menurunkan alienasi sosial, mengembangkan identitas sosial dan menurunkan perilaku antisosial (Eder & Parker dalam Mahoney, 2003). Kesadaran banyak manfaat yang bisa diperoleh dari kegiatan ekstrakurikuler akan meningkatkan minat mahasiswa terhadap kegiatan ekstrakurikuler.

Menurut Andayani (2008), Minat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler merupakan kecenderungan mahasiswa untuk mengikuti kegiatan akademik yang diselenggarakan kampus di luar jam pelajaran. Remaja yang memiliki minat yang tinggi dalam kegiatan ekstrakurikuler menguasai keterampilan intelektual dan konsep yang penting bagi kecakapan sosial (Hurlock, 2002, h. 209 - 210). Pengisian waktu luang dengan kegiatan positif dan produktif seperti kegiatan ekstrakurikuler dapat memperkecil peluang terbentuknya tingkah laku agresif (Hapsari, 2010).

Dengan demikian bahwa minat adalah keinginan atau kemauan yang menetap dalam diri seseorang untuk merasa tertarik pada sesuatu hal tertentu dan merasa senang berada dalam bidang tersebut. Minat merupakan kekuatan pendorong yang menyebabkan seseorang memberikan perhatiannya terhadap sesuatu. Bila seseorang berminat terhadap sesuatu objek, maka akan dapat kelihatan dari cara seseorang bertindak, memperhatikan dan melakukan kegiatan terhadap


(29)

objek tersebut. Maka bisa dikatakan bahwa keberhasilan melaksanakan pekerjaan mempunyai hubungan dengan minat (Mustaqim, 2001).

2.2.2 Motivasi

Motivasi berasal dari bahasa Latin “movere”, yang berarti menggerakkan. Berdasarkan pengertian ini, makna motivasi menjadi berkembang. Wlodkowski (1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang member arah serta ketahanan (persintence) pada tingkah laku tersebut (Eveline, Hartini, 2010).

Secara sederhana, motivasi dapat diartikan sebagai dorongan. Secara teknis, istilah motivasi dalam psikologi diartikan sebagai berikut :

1. Seluruh proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong timbulnya kekuatan pada diri individu; sikap yang dipengaruhi untuk mencapai suatu tujuan (Wulyo, 1990).

2. Suatu variabel yang turut digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu di dalam organisme, yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju satu sasaran (Chaplin J.P, 2001).

3. Suatu kekuatan yang mendorong atau menarik yang tercermin dalam tingkah laku yang konsisten menuju tujuan tertentu (Lusi, 1996).

Menurut Purwanto (1988, dalam Nursalam, 2002) motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan terutama dalam berprilaku. Motivasi juga disimpulkan sebagai perilaku yang ditimbulkan dari luar atau dalam diri sendiri untuk meningkatkan kemampuan


(30)

dan pengabdian ataupun kinerja perawat untuk memberi pelayanan yang terbaik (Achmad, 2007).

Motivasi berpengaruh dalam belajar, misalnya mahasiswa termotivasi belajar untuk mendapatkan prestasi di kampus. Prestasi merupakan salah satu tujuan yang dicapai. Prestasi yang baik akan mengangkat nama mahasiswa. Ekstrakurikuler merupakan langkah awal bagi seorang mahasiswa untuk mengembangkan bakat yang dimilikinya. Melalui kegiatan ekstrakurikuler para mahasiswa dapat mengasah kemampuan yang dimilikinya untuk menjadi seseorang yang berprestasi ke jenjang yang lebih tinggi (Aribowo, 2012).

Jenis- jenis Motivasi

Secara umum, motivasi ada dua macam yang dikenal, yaitu Motivasi intrinsik (datang dari dalam diri individu) dan motivasi ekstrinsik (datang dari lingkungan).

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri individu, yaitu semacam dorongan yang bersumber dari dalam diri, tanpa harus menunggu rangsangan dari luar. Motivasi intrinsik merupakan dorongan atau rangsangan yang bersifat konstan dan biasanya tidak mudah dipengaruhi oleh lingkungan luar. Oleb karena itu, para ahli sependapat bahwa motivasi intrinsik akan sangat berpengaruh terhadap perubahan perilaku.

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh adanya rangsangan atau dorongan dari luar. Rangsangan tersebut bisa dimanifestasikan bermacam macam sesuai dengan karakter, pendidikan, latar belakang orang yang


(31)

bersangkutan. Kelemahan dan motivasi ini adalah harus senantiasa didukung oleh lingkungan, fasilitas orang yang mengawasi, sebab kesadaran dari dalam diri individu itu belum tumbuh (Budi tandean, 2008).

Sedangkan Achmad (2007), mengklasifikasikan motivasi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik yaitu motivasi internal yang timbul dari dalam diri pribadi seseorang itu sendiri, seperti sistem nilai yang dianut, harapan, minat, cita-cita, dan aspek lain yang secara internal melekat pada seseorang. Sedangkan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi eksternal yang muncul dari luar diri pribadi seseorang, seperti kondisi lingkungan kelas, kampus, adanya ganjaran berupa hadiah (reward) bahkan karena merasa takut oleh hukuman (punishment) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi).

Ada juga ahli yang menggolongkan motivasi itu menjadi dua macam atas dasar isi dan persangkutpautannya, yaitu : Motivasi jasmaniah, seperti misalnya refleks, instink, otomatisme, nafsu, hasrat, dan sebagainya dan motivasi rohaniah. yaitu kemauan.

2.2.3 Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara dosen-mahasiswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2001). Dalam proses pembelajaran dosen dan mahasiswa merupakan dua komponen yang tidak dapat dipisahkan. Antara dua komponen tersebut harus terjalin interaksi yang saling menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal (Pujiastuti, 2012).


(32)

Menurut Hasibuan (1988) pola pembelajaran yang efektif adalah pola pembelajaran yang di dalamnya terjadi interaksi dua arah antara dosen dan mahasiswa, artinya dosen tidak harus selalu menjadi pihak yang lebih dominan, pada pola pembelajaran ini dosen tidak boleh hanya berperan sebagai pemberi informasi tetapi juga bertugas dan bertanggung jawab sebagai pelaksana yang harus menciptakan situasi memimpin, merangsang dan menggerakkan mahasiswa secara aktif. Selain itu dosen harus dapat menimbulkan keberanian mahasiswa baik untuk mengeluarkan idenya atau sekedar hanya untuk bertanya, hal ini disebabkan karena mengajar bukanlah hanya suatu aktivitas yang sekedar menyampaikan informasi kepada mahasiswa, melainkan suatu proses yang menuntut perubahan peran seorang dosen dari informator menjadi pengelola belajar yang bertujuan untuk membelajarkan mahasiswa agar terlibat secara aktif sehingga terjadi perubahan-perubahan tingkah laku mahasiswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan pada umumnya (Pujiastuti, 2012).

Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

Kurikulum (Menurut SK Mendiknas No. 232/U/2000 Ps. 1 butir 6) adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaiannya dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di perguruan tinggi. Sedangkan yang dimaksud dengan kompetensi (dalam SK Mendiknas No. 045/U/2002, Ps. 21) adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat


(33)

dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. Jadi kurikulum berbasis Kompetensi ialah kurikulum yang disusun berdasarkan atas elemen-elemen kompetensi yang dapat menghantarkan peserta didik untuk mencapai kompetensi utama, kompetensi pendukung, dan kompetensi lain sebagai a method of inquiry yang diharapkan. Yang dimaksud dengan method inquiry diantaranya suatu etode pembelajaran yang menumbuhkan hasrat besar untuk ingin tahu, meningkatkan kemampuan untuk menggunakan atribut kompetensi guna menentukan pilihan jalan kehidupan masyarakat, meningkatkan cara belajat sepanjang hayat. Dengan kata lain, KBK adalah kurikulum yang menitikberatkan pada pencapaian kompetensi lulusan. Dalam Taxonomi Bloom kompetensi terdiri dari kognitif meliputi pengetahuan, Afektif meliputi sikap, nilai, minat, dan psikomotorik yang mencakup keterampilan.

Sailah (2008) menyatakan bahwa kurikulum berbasis kompetensi berupaya untuk mensinergikan hard skills. Untuk mengimplementasikannya diperlukan keberanian untuk berubah, kreativitas dosen dalam mengoptimalkan sumberdaya fasilitas dan kemauan serta komitmen yang kuat dari pemimpin perguruan tinggi untuk menerapkannya. Apabila ingin memberikan pendidikan berkarakter dan berkualitas, maka kebijakan dalam mengatur team teaching (tatap muka dalam tim dosen, bukan berarti giliran mengajar dalam satu mata kuliah), mengatur penjadwalan, menyediakan fasilitas ruangan dan alat, komitmen, dan insentif bagi dosen yang memadai. Adapun cirri-ciri kurikulum berbasis kompetensi (dalam Sailah, 2008) yaitu :


(34)

1. Menyatakan secara jenis rincian kompetensi peserta didik sebagai luaran proses pembelajaran

2. Materi ajar dan proses pembelajaran dirancang dengan orientasi pada pencapaian kompetensi dan berfokus pada minat peserta didik (Student Centered Learning)

3. Lebih mensinergikan dan mengintegrasikan penguasaan ranah kognitif, psikomotorik dan afektif.

4. Proses penilaian hasil beajar lebih ditekankan pada kemampuan untuk berkreasi secara procedural atas dasar pemahaman penerapan, analisis, dan evaluasi yang benar pula

5. Disusun oleh penyelenggara pendidikan tinggi dan pihak-pihak berkepentingan terhadap lulusan pendidikan tinggi (masyarakat profesi dan pengguna lulusan).

Metode Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) a. Metode Ceramah

Yang dimaksud dengan ceramah ialah penerangan dan penuturan secara lisan. Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya, pengajar dapat menggunakan alat bantu seperti gambar-gambar. Tetapi metode utama, berhubungan antara pengajar dengan pembelajar ialah berbicara. Peranan dalam metode ceramah adalah mendengarkan dengan teliti dan mencatat pokok-pokok penting yang dikemukakan oleh pengajar.


(35)

Dengan ceramah, persiapan satu-satunya bagi pengajar adalah buku catatanya. Pada seluruh jam pelajaran ia berbicara sambil berdiri atau kadang-kadang duduk. Cara ini paling sederhana dalam pengaturan kelas, jika dibandingkan dengan metode demonstrasi di mana pengajar harus membagi kelas ke dalam beberapa kelompok, ia harus merubah posisi kelas dan sebagainya

b. Metode Tutorial

Menurut Thoyib dalam sofan (1990:72) mengatakan bahwa tutor adalah: Tutorial (tutoring) adalah bantuan atau bimbingan belajar yang bersifat akademik oleh tutor kepada mahasiswa untuk membantu kelancaran proses belajar mandiri mahasiswa secara perorangan atau kelompok berkaitan dengan materi ajar. Tutorial dilaksanakan secara tatap muka atau jarak jauh berdasarkan konsep belajar mandiri.

Sedangkan menurut Zainalchoiri (2001) mengemukakan bahwa “tutor adalah seseorang atau beberapa orang peserta didik yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar”.

Dari pernyataan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tutor adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk mengajar, membimbing dan membantu siswa dalam pembelajaran, tutor bertugas dalam pendidikan (Pernanda, 2012).


(36)

c. Metode Skill Lab

Menurut Bradshaw & Lowenstein (2011), pengajaran dalam skill lab mengkombinasikan metode tradisional yang terbaik dari instruksi-instruksi dengan bukti teknologi terbaru. Tanpa menghiraukan kompleksitas dari keterampilan, kemahiran dimulai dengan instruksi yang mendidik dan praktik di laboratorium dengan menggunakan alat dan manikin. Selain itu, mahasiswa disediakan peralatan dan mungkin bisa dilanjutkan di rumah.

Pelaksanaan skill lab dilakukan dalam kelompok yang terdiri dari tiga sampai lima orang yang bekerja dengan skenario dam manikin atau simulator pasien yang terpercaya, mengidentifikasi indicator untuk bermacam-macam keterampilan, mengumpukan apa yang dibutuhkan, menampilkan keterampilan, menilai dan mengobservasi efek yang timbul, dan mendokumentasikan serta melaporkan prosedur dan efeknya. Walaupun hanya satu mahassiwa yang melakukan praktik, tetapi mahasiswa lain dalam grup harus berpartisipasi misalnya dalam berdiskusi dengan fasilitator. Hal yang penting dalam skill lab adalah bagaimana mahasiswa bisa mengambil bagian ketika harus mengambil bagian dalam perawatan penyakit tertentu dan kebutuhan apa yang harus terpenuhi beserta responnya.

Debriefing dalam skill lab diadakan dengan pertimbangan karena debriefing merupakan proses yang penting. Mahasiswa dan fasilitator berdiskusi tentang bagaimana cara mengaplikasikan teori ke praktik, memperbaiki kesalahan, menjawab pertanyaan, mengidentifikasi kebutuhan belajar, dan mampu menghubungkan ke klinik nanti.


(37)

Skill lab juga terdapat evaluasi untuk keterampilan yang khusus sebagai bagian penilaian akhir yang diadakan di akhir semester. Mahasiswa dinilai keterampilannya untuk mengetahui apakah mahasiswa sudah menguasai keterampilan tersebut atau tidak. Apabila tidak mampu, akan diadakan remedial untuk menilai kembali kemampuan mahasiswa.

d. Metode Praktikum

Dalam kamus umum, pembelajaran praktikum dapat diartikan sebagai suatu metode mendidik untuk belajar dengan mempraktekkan segala aktifitas dalam proses belajar mengajar untuk menguasai keahlian. Menurut Tjipto Utomo (1985:109) menyatakan bahwa “bentuk kegiatan praktikum sangat efektif untuk mencapai tujuan pengajaran secara bersamaan, yaitu keterampilan kognitif, afektif dan psikomotor”. Pembelajaran dengan metode praktikum mengarahkan pada kreatifitas mencari dan menggunakan alat dan bahan yang mungkin digunakan dalam pembelajaran. Disini mahasiswa dituntut untuk berfikir kreatif agar praktikum yang ia lakukan berhasil.

Menurut hasil penelitian bahwa salah satu fakultas di perguruan tinggi khususnya di universitas Hang tuah Surabaya adalah fakultas kedokteran. Mahasiswa yang mengambil program studi kedokteran akan menempuh metoda pembelajaran KBK (Kurikulum Berbasi Kompetensi) seperti CBL (Consep Based Learning) yaitu proses pembelajaran yang menuntut pendidikan yang penuh kompetensi dan praktek klinik yang ketat. Kondidi tersebut menuntut mahasiswa untuk dapat menyesuaikan diri terhadap metode pengajaran yang


(38)

telah diterapkan tersebut. Hal ini dikarenakan pada masa SMU pola pembelajaran tentu berbeda.

Selain program-program yang telah disebutkan di atas, mahasiswa juga mengikuti kuliah pakar, tutorial, praktikum, skill lab, data searching and collecting, kerja lapangan, konsultasi pakar, Evaluasi dan penelitian akhir. Kondisi tersebut tentu menuntut mahasiswa untuk bertanggung jawab menyelesaikan tugas-tugas yang di bebankan tepat waktu. Selain itu mahasiswa juga dituntut untuk mampu membagi waktu antara belajar dengan keluarga atau teman, memiliki keyakinan untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam setiap mata kuliah yang dibebankan serta memiliki prioritas pada tugas-tugas mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu atau materi-materi mana yang harus dipelajari terlebih dahulu untuk menempuh ujian. Mahasiswa juga dituntut memiliki keyakinan untuk menyelesaikan semua mata kuliah yang dibebankan sehingga dinyatakan lulus dalam yudisium. Mahasiswa dinyatakan lulus yudisium apabila lulus semua mata kuliah yang disajikan pada semester tersebut. Mahasiswa yang lulus yudisium dapa melanjutkan ke semester berikutnya. Sebaliknya apabila mahasiswa tidak lulus yudisium (salah satu mata kuliah mendapatkan nilai E), maka mahasiswa tidak lulus atau tidak dapat melanjutkan ke semester berikutnya.

Oleh karena itu mahasiswa dituntut untuk bertanggung jawab dengan tugas-tugas yang dibebankan dan mampu mengatur diri sendiri dengan kebutuhan-kebutuhan di kampus. Selain itu mahasiswa juga harus mampu belajar membiasakan diri dengan padatnya jadwal perkuliahan, mampu


(39)

bekerjasama dengan teman-teman sekelompok atau sekelas dan mampu memprioritaskan pekerjaan atau kegiatan yang harus diselesaikan terlebih dahulu.

2.3 Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)

Prestasi Belajar adalah hasil usaha dari semua kegiatan yang dilakukan mahasiswa baik dari belajar, pengalaman dan latihan dari suatu kegiatan. Penilaian terhadap keberhasilan studi mahasiswa untuk setiap mata kuliah merupakan komponen tugas, Ujian Tengah Semester (UTS), Ujian AKhir Semester (UAS) serta komponen penilaian lazimnya disebut dengan Indek Prestasi. Indeks Prestasi (IP) adalah nilai rata-rata yang diperoleh mahasiswa setelah menempuh sejumlah mata kuliah. Indeks Prestasi dibedakan menjadi IP semester dan IP Kumulatif.

1. IP semester adalah IP yang perhitungannya berdasarkan mata kuliah- matakuliah yang ditempuh selama satu semester tertentu.

2. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) adalah IP yang perhitungannya berdasarkan seluruh mata kuliah yang telah ditempuh (Octaviana, 2012).

2.4 UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa)

Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) merupakan wadah kegiatan

mahasiswa untuk menyalurkan dan mengembangkan bakat dan minatnya masing-masing, dan keanggotaannya bersifat sukarela sesuai dengan kesamaan minat/bakat mahasiswa. System keanggotaan iuran sesama anggota UKM


(40)

diatur secara mandiri oleh pengurus UKM bersama BEM dibawah arahan pimpinan universitas (Unindra, 2007).

Tugas pokok UKM adalah merencanakan dan melaksanakan kegiatan ekstra kurikuler pada tingkat universitas yang bersifat lintas fakultas/program studi dalam bidang kegiatan tertentu sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Fungsi UKM adalah sebagai wahana untuk melaksanakan dan mengembangkan kegiatan ekstra kurikuler tertentu di tingkat universitas yang bersifat lintas fakultas/program studi, baik yang bersifat penalaran dan keilmuan, minat dan bakat, kesejahteraan, maupun pengabdian pada masyarakat (Unindra, 2007).


(41)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1Kerangka Penelitian.

Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi Kegiatan Ekstrakurikuler mahasiswa di Fakultas Keperawatan USU. Ekstrakurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling. Untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka. Pengembangan ini dapat dilakukan melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di kampus.

Skema 3.1 Kerangka penelitian terhadap analisa faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan ekstrakurikuler di Fakultas Keperawatan USU.

Faktor-faktor yang mempengaruhi ekstrakurikuler

• Minat

• Motivasi

• Proses


(42)

3.2Defenisi Operasional.

No Variabel Definisi

Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1. 2. 3. Variabel Dependen: Kegiatan Ekstrakurikuler Minat Motivasi Kegiatan Ekstrakurikuler merupakan

kegiatan yang dilakukan diluar jam kuliah yang dilakukan oleh mahasiswa sesuai dengan minat dan motivasi mahasiswa masing-masing Minat adalah keinginan individu terhadap sesuatu yang telah dilihatnya, minat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler adalah keinginan untk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler setelah melihat nya. Motivasi adalah suatu dorongan yang ada di dalam diri seseorag untuk melakukan suatu pekerjaan. Motivasi mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

adalah dorongan

Berada di data demografi dengan pilihan mengikuti atau tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Kuesioner ini terdiri dari 13 pernyataan, 4 pernyataan negatif dengan jawaban ya = 0 ,

Tidak = 1 dan 9 pernyataan positif dengan jawaban ya = 1 , tidak = 0

Kuesioner ini terdiri dari 9 pernyataan, 3 pernyataan negatif dengan jawaban ya = 0 ,

Tidak = 1 dan 6 pernyataan

1 = Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler 0 = Tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

Minat : 7-13 Tidak Minat : 0-6

Termotivasi = 5-9 Tidak termotivasi = 0-4

Nominal

Nominal


(43)

4. Proses Pembelajaran seseorang untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan bakatnya agar dapat mengasah kemampuannya. Proses Pembelajaran adalah kegiatan belajar mengajar yang dilakukan antara dosen dengan mahasiswa. Proses pembelajaran di Fakultas Keperawatan USU saat ini adalah menggunakan

system

pembelajaran KBK dimana mahasiswa di tuntut dapat lebih kreatif dan aktif dalam proses pembelajaran

berlangsung.

positif dengan jawaban ya = 1 , tidak = 0

Kuesioner ini terdiri dari 15 pernyataan, 11 pernyataan negatif dengan jawaban ya = 0 ,

Tidak = 1 dan 4 pernyataan positif dengan jawaban ya = 1 , tidak = 0

Efektif atau tidak efektif


(44)

Tabel 3.2 Defenisi operasioal Analisa Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan ekstrakurikuler di Fakultas Keperawatan USU.

3.3Hipotesa

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang positif antara minat, motivasi, dan proses pembelajaran dengan kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, yang berarti hipotesa nol (Ho) ditolak.


(45)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif korelasi yang bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa di Fakultas Keperawatan USU.

4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti. Populasi dapat berupa orang, benda, gejala atau wilayah yang ingin diketahui oleh peneliti. Peneliti dapat menentukan sendiri kriteria – kriteria yang ada pada populasi yang akan diteliti (Setiadi, 2007). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa reguler Fakultas Keperawatan USU angkatan 2010, 2011 dan 2012. Berdasarkan data dari Fakultas Keperawatan USU bagian kemahasiswaan bahwa jumlah mahasiswa reguler angkatan 2010, 2011 dan 2012 berjumlah 396 Orang.

4.2.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi terjangkau yang memenuhi kriteria penelitian dan dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sampel juga harus bersifat representatif, maksudnya sampel dapat mewakili populasi yang ada sehingga dapat menggambarkan keadaan


(46)

populasi penelitian. Semakin banyak sampel, maka hasil penelitian mungkin akan lebih representatif dan dapat memberikan gambaran tentang populasi yang sesungguhnya. Besar dan kecilnya sampel sangat dipengaruhi oleh rancangan dan ketersediaan subjek dari penelitian tersebut. Dengan kata lain semakin besar sampel, semakin mengurangi angka kesalahan. Penentuan jumlah sampel yang dilakukan menggunakan teknik simple random sampling dapat menggunakan rumus :

Keterangan: n = besar sampel N= besar populasi

d = tingkat signifikansi (0,05) (Dikutip dari Zainuddin M, 2000 dalam Nursalam, 2008)

Pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah random sampling, jumlah sampel sesuai dengan jumlah kuesioner yang dikembalikan oleh responden (responden rate) yaitu 199 orang.

Langkah menentukan jumlah sampel secara berimbang untuk subpopulasi dilakukan dengan cara proportional sampling dengan menggunakan rumus :

n = N 1 + N (d)2

�1 = ��


(47)

Keterangan:

�1 = ukuran sampel tiap strata �� = ukuran populasi tiap strata � = populasi

� = ukuran sampel

(Dikutip dari Setiawan N, 2007)

Sampel dalam penelitian ini meliputi mahasiswa S1 jalur A Angkatan 2010 sejumlah 63 orang, mahasiswa S1 jalur A Angkatan 2011 sejumlah 66 orang dan mahasiswa S1 jalur A Angkatan 2012 sejumlah 70 orang.

Jumlah populasi dan sampel pada tiap kelompok kelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

No. Program Populasi Sampel

1. S1 Jalur A Angkatan 2010 126 63

2. S1 Jalur A Angkatan 2011 131 66

3. S1 Jalur A Angkatan 2012 139 70

Jumlah Total 396 199

4.3 Lokasi dan waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Keperawatan USU. Adapun fakultas ini dipilih karena pertimbangan proses pembelajaran yang ada di Fakultas Keperawatan memberikan waktu luang yang kecil bagi mahasiswa


(48)

untuk melakukan kegiatan ekstrakurikuler. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2013.

4.4 Pertimbangan Etik

Dalam penelitian ini dilakukan pertimbangan etik, yaitu memberi penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka responden dipersilahkan untuk menandatanganin informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi responden, baik resiko fisik maupun psikis. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen dan peneliti memusnahkan instrument peneliti setelah proses penelitian selesai. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan peneliti.

4.5 Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner. Kuesioner ini disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep dan tinjauan teoritis, jenis kuesioner ini yaitu dengan skala guttman. Kuesioner penelitian terdiri dari data demografi dan minat.


(49)

a. Kuesioner Data Demografi

Kuesioner data demografi meliputi: jenis kelamin, agama, suku bangsa, ekstrakurikuler yang diikuti dan IPK. Data demografi ini diperlukan untuk membantu peneliti dalam menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa di Fakultas Keperawatan USU

b. Kuesioner Minat

Kuesioner minat berisi tentang pernyataan untuk mengidentifikasi minat responden dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Kuesioner ini terdiri dari 13 pernyataan, 4 pernyataan negatif dengan jawaban ya = 0 ,Tidak = 1 dan 9 pernyataan positif dengan jawaban ya = 1 , tidak = 0. Nilai terendah yang mungkin dicapai adalah 0 dan yang tertinggi adalah 13.

c. Kuesioner Motivasi

Kuesioner motivasi berisi tentang pernyataan untuk mengidentifikasi motivasi responden dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Kuesioner ini terdiri dari 9 pernyataan, 3 pernyataan negatif dengan jawaban ya = 0 , Tidak = 1 dan 6 pernyataan positif dengan jawaban ya = 1 , tidak = 0. Nilai terendah yang mungkin dihcapai adalah 0 dan yang tertinggi adalah 9.


(50)

d. Kuesioner Proses pembelajaran

Kuesioner proses pembelajaran berisi tentang pernyataan untuk mengidentifikasi proses pembelajaran yang diikuti oleh responden seperti sistem KBK. Kuesioner ini terdiri dari 15 pernyataan, 11 pernyataan negatif dengan jawaban ya = 0 , Tidak = 1 dan 4 pernyataan positif dengan jawaban ya = 1 , tidak = 0. Nilai terendah yang mungkin dicapai adalah 0 dan yang tertinggi adalah 15.

Untuk penerapan pernyataan jika dijawab ya akan diberi nilai 1 dan tidak diberi nilai 0. Berdasarkan rumus statistic sudjana (2001)

P = ������� ������ �����

Maka kriteria penerapan dengan rentang sebesar 33 (selisih nilai tertinggi dan terendah) dan banyak kelas 2 sehingga panjang kelas adalah 17. Maka nilai dari masing-masing kategori penerapan adalah dikategorikan sebagai berikut:

7 – 13 dikategorikan sebagai minat 0 – 6 dikategorikan sebagai tidak minat 5 – 9 dikategorikan termotivasi 0 – 4 dikategorikan tidak termotivasi 8 – 15 dikategorikan efektif


(51)

4.6 Validitas dan Reliabilitas Instrumen 4.61. Uji Validitas

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data variabel yang diteliti secara tepat (Nursalam, 2009). Instrumen dalam penelitian ini berbentuk kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan studi literature. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji validitas instrumen dilakukan dengan uji content validity oleh dosen pembimbing.

4.6.2. Uji Reliabilitas

Instrumen atau alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok sampel (Azwar, 2003). Uji reliabilitas untuk kuesioner analisa faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan ekstrakurikuler di fakultas keperawatan USU setelah pengumpulan data terhadap seluruh responden. Uji reliabilitas untuk kuesioner analisa faktor – faktor yang mempengaruhi kegiatan ekstrakurikuler di Fakultas Keperawatan USU akan dilakukan setelah pengumpulan data dengan menggunakan analisa Kuder-Richardson (KR-20) yaitu proses perhitungan yang didasarkan pada analisis butir yang digunakan untuk pengukuran instrumen pengetahuan dengan rumus (dikutip dalam Pratiknya, 2008):

Koefisien realibilitas = � � �−1�×�

�−�−����� �−� �


(52)

Keterangan:

n = Jumlah butir uji

v-t = Varians total

p = Proporsi banyaknya subyek yang menjawab pada butir tertentu

q = (1-p)

Suatu instrumen dikatakan reliabel jika hasil reliabilitasnya 0,70 (Riwidikdo, 2008).

Instrumen pada penelitian ini memiliki hasil reliabel sebagai berikut :

�=� �

� −1� �

��2− ∑ �� ��2 � = �37

36� �

44,8965−6,9311 144,8965 �

= 37

36 (0.84562) = 0,86

∑ �� = 6.931 ��2 = 44.8965 n = 37

4.7Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :


(53)

1. Setelah mendapat ijin dari Dekan Fakultas Keperawatan USU tempat dilakukannya penelitian, peneliti mengadakan pendekatan terhadap calon responden untuk mendapatkan persetujuannya sebagai sampel penelitian.

2. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner.

3. Sebelum membagikan kuesioner, terlebih dahulu peneliti menanyakan apakah responden mengikuti kegiatan ekstrakurikuler atau tidak dan apakah responden memliki niat untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.

4. Sebelum mengisi kuesioner, responden terlebih dahulu diberi penjelasan dan menandatanganin informed concent sebagai tanda persetujuan menjadi responden penelitian.

5. Responden menjawab pertanyaan yang terdapat pada lembaran kuesioner sesuai dengan petunjuk pada masing-masing bagian.

6. Mengingatkan responden untuk mengisi kuesioner sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan, dilakukan oleh responden dan harus diisi sendiri.

7. Setelah diisi, kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya.

4.8 Analisa Data

Semua data yang telah terkumpul dianalisa melalui beberapa tahapan. Tahap pertama adalah editing yaitu memeriksa kelengkapan data dan


(54)

mmastikan bahwa semua pilihan dalam kuesioner telah diisi sesuai dengan petunjuk. Tahap kedua adalah kode (coding) yaitu memberi angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah analisa data pada waktu melakukan tabulasi analisa data. Selanjutnya pengolahan data dilakukan dengan sistem komputerisasi menggunakan analisa deskriptif yang disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi frekuensi dan persentase.

4.8.1 Analisa Univariat

Analisa univariat menggunakan analisa desktiptif, yaitu analisa yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan variabel penellitian. Analisa data kategorik (Suku, agama, jenis kelamin, minat, motivasi dan proses pembelajaran mahasiswa) dijelaskan dengan nilai dari jumlah dan hasil presentasi dengan menggunakan tabel. Sedangkan untuk analisa data numeric seperti IPK dianalisa dengan mean, median, modus dengan 95% confident interval mean.

4.8.2 Analisa Bivariat

Analisa data bivariat bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungn yang signifikan antara dua variabel (hastono, 2007, Yusra, 2010). Uji statistik untuk analisa bivariat disajikan melalui tabel berikut.

Tabel. 3 Analisa Uji Bivariat

Variabel Independen Variabel Dependen Uji Statistik

Minat Ekstrakurikuler Korelasi Spearman

Motivasi Ekstrakurikuler Korelasi Spearman


(55)

Pada penelitian ini menggunakan uji rank spearman untuk menganalisis hubungan antara masing-masing variabel bebas dan variabel terikat. Dasar pengambilan keputusan (berdasarkan tingkat kemaknaan) :

a. Jika tingkat kemaknaan >0,05 maka Ho diterima b. Jika tingkat kemaknaan <0,005 maka Ho ditolak

Nilai koefisien korelasi (rho) berkisar antara 0-1. Nilai 0 menunjukkan tidak ada hubungan dan nilai 1 menunjukkan hubungan yang sempurna. Batasan nilai koefisien korelasi yang diperoleh untuk menentukan besarnya hubungan adalah sebagai berikut:

0,00 – 0,199 : Sangat lemah 0,20 – 0,399 : Lemah 0,40 – 0,599 : Sedang 0,60 – 0,799 : Kuat


(56)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian setelah pengumpulan data yang dilakukan sejak tanggal 30 mei sampai dengan 4 juni 2013 di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Hasil penelitian ini menggambarkan karakteristik responden, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan ekstrakurikuler.

5.1.1 Data Demografi Responden

Berdasarkan data yang diperoleh mayoritas responden bersuku batak dengan jumlah 101 responden (50,8%). Berdasarkan jenis kelamin, maka diperoleh data mayoritas responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 173 responden (86,9%). Berdasarkan agama, mayoritas agama islam yaitu 127 responden (63,8%). Mayoritas responden mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sebanyak 106 responden (53,3%). Mayoritas responden memiliki rentang IPK 2,76-3,50 yaitu 142 responden (71,4%).

Hasil penelitian tentang karakteristik responden tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini


(57)

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Mahasiswa Reguler Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang menjadi responden (n=199)

Karakteristik F %

Suku

Jawa 41 20,6

Batak 101 50,8

Minang 18 9,0

Melayu 7 3,5

Nias 14 7,0

Aceh 18 9,0

Jenis Kelamin

Laki-laki 26 13,1

Perempuan 173 86,9

Agama

Islam 127 63,8

Katolik 8 4,0

Protestan 64 32,2

Ekstrakurikuler

Mengikuti 106 53,3

Tidak mengikuti 93 46,7

IPK

3,51 – 4,00 49 24,6

2,76 – 3,50 142 71,4


(58)

5.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kegiatan Ekstrakuriuler

5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Gambaran Minat, motivasi dan proses pembelajaran Terhadap Kegiatan Ekstrakurikuler

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa Fakultas Keperawatan USU (79.4%) berminat untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, (87.4%) mayoritas responden termotivasi terhadap kegiatan ekstrakuriuler, dan (79.5%) mayoritas responden berpendapat bahwa proses pembelajaran saat ini sudah efektif terhadap kegiatan ekstrakurikuler (Tabel 5.2).

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi dan Persentase Minat, Motivasi dan Proses Pembealajaran mahasiswa di Fakultas Keperawatan USU terhadap Kegiatan ekstrakurikuler

Faktor-faktor yang mempengaruhi

F %

Minat

Minat 158 79.4

Tidak minat 41 20.6

Total 199 100

Motivasi

Termotivasi 174 87.4

Tidak termotivasi 25 12.6

Total 199 100

Proses Pembelajaran

Efektif 158 79.4

Tidak efektif 41 20.6


(59)

5.3 Kegiatan Ekstrakurikuler

5.3.1 Karakteristik Gambaran Mahasiswa yang Mengikuti dan tidak Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa Fakultas Keperawatan USU (53,3%) mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan (46,7%) tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Mayoritas mahasiswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler menurut jenis ekstrakurikulernya (15,6%) memilih lain-lain yang terdiri di dalamnya Kegiatan Mahasiswa Kristen (KMK), pramuka dan gamdiksi (Tabel 5.3).

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi dan Persentase Kegiatan Ekstrakurikuler (n=199)

Kegiatan Ekstrakurikuler F %

Mengikuti 106 53.3

Tidak mengikuti 93 46.7

Total 199 100

5.4 Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Hasil uji statistik menggunakan spearman correlation memperlihatkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,295 dengan nilai p-value pada kolom sig(2-tailed) sebesar 0,000 dan arah korelasi yang positif (Tabel 5.4).


(60)

Tabel 5.4

Hasil uji statistik spearman correlation minat dengan kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa (n=199)

Korelasi Spearman r Nilai p

Minat

Kegiatan Ekstrakurikuler

0,295 0,000

Hasil uji statistik memperlihatkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,222 dengan nilai p-value pada kolom sig(2-tailed) sebesar 0,002 dan arah korelasi yang positif (Tabel 5.5).

Tabel 5.5

Hasil uji statistik spearman correlation motivasi dengan kegiatan Ekstrakurikuler mahasiswa (n=199)

Korelasi Spearman r Nilai p

Motivasi

Kegiatan Ekstrakurikuler

0,222 0,002

Hasil uji statistik memperlihatkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,403 dengan nilai p-value pada kolom sig(2-tailed) sebesar 0,000 dan arah korelasi yang positif (Tabel 5.6).

Tabel 5.6

Hasil uji statistik spearman correlation proses pembelajaran dengan kegiatan Ekstrakurikuler mahasiswa (n=199)

Korelasi Spearman r Nilai p

Proses pembelajaran Kegiatan Ekstrakurikuler


(61)

5.5 Pembahasan

5.5.1 Hubungan antara minat dengan kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa di Fakultas Keperawatan USU

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa di Fakultas Keperawatan USU (79.4%) menyatakan berminat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan menurut analisa peneliti dapat dikategorikan bahwa mahasiswa Fakultas Keperawatan USU memiliki minat yang tinggi untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan mahasiswa sangat tertarik jika ada informasi tentang kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock (2002) remaja yang memiliki minat yang tinggi dalam kegiatan ekstrakurikuler menguasai keterampilan intelektual dan konsep yang penting bagi kecakapan sosial. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Slameto (2010) yang mengatakan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya. Sesuai juga dengan pendapat Topandi (2010), faktor yang mempengaruhi kegiatan ekstrakurikuler salah satunya adalah minat, minat mahasiswa besar pengaruhnnya dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler, karena jika ekstrakurikuler yang diikuti tidak sesuai dengan minat mahasiswa maka mahasiswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya.


(62)

Dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa mahasiswa menyatakan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bermanfaat (83.4%), hal ini sesuai dengan pendapat Suryobroto (2000) faktor yang mempengaruhi minat mahasiswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler salah satunya adalah adanya manfaat yang diperoleh dari kegiatan ekstrakurikuler tersebut, dan (97.0%) mahasiswa menyatakan kegiatan ekstrakurikuler dapat menjalin hubungan interpersonal dengan yang lain, hal ini sesuai dengan Mahoney (2005) menyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler dapat memperoleh keterampilan interpersonal yang dibutuhkan untuk membentuk hubungan sosial yang sehat dan untuk berhasil di dunia kerja.

Berdasarkan hasil penelitian, mahasiswa menyatakan memilih ekstrakurikuler yang sesuai dengan minat mereka (88.9%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Utami (2009) menyatakan bahwa keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan ekstrakurikuler, baik pada tingkat fakultas maupun universitas sifatnya sukarela, sehingga biasanya mahasiswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler disesuaikan dengan hobi dan minatnya.

Hasil uji statistik antara minat dengan kegiatan ekstrakurikuler menggunakan spearman correlation memperlihatkan koefisien korelasi sebesar 0,295 dengan nilai p-value pada kolom sig(2-tailed) sebesar 0,000 dan arah korelasi yang positif. Nilai p-value sebesar 0,000 lebih kecil dari level of significant (α) sebesar 0,05 yang berarti hipotesa nol ditolak yaitu terdapat hubungan antara minat dengan kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.


(63)

Nilai signifikan sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara minat dengan kegiatan ekstrakurikuler. Angka korelasi yang dihasilkan lebih kecil dari 0,5 yaitu 0,295, artinya adanya hubungan yang bermakna antara minat dengan kegiatan ekstrakurikuler yang memiliki interpretasi yang lemah.

Menurut analisa peneliti mahasiswa memiliki minat yang tinggi meskipun hubungan yg bermakna lemah, hal ini dikarenakan minat yang timbul dalam diri responden sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri (faktor intern) maupun yang datang dari luar individu itu sendiri (faktor ekstern). Adapun faktor yang berasal dari dalam diri individu tersebut berkaitan dengan adanya antusias individu untuk mengikuti minat ekstrakurikuler. Berdasarkan hasil penelitian mahasiswa (64.8%) menyatakan kegiatan ekstrakurikuler yang ada dikampus kurang menarik. Hal ini sesuai dengan pendapat Gunarsa (1980) yang mengatakan bahwa minat dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu, faktor dari dalam (intern) seperti rasa senang/tertarik (gembira, semangat), perhatian (ketertarikan, intensitas, frekuensi, dan persepsi (kesan positif, pemahaman), sedangkan faktor dari luar (ekstern) lingkungan (masyarakat, keluarga, kampus) dan sistem pengajaran (materi pembelajaran, metode).

Dengan pernyataan mahasiswa yang mengatakan kegiatan ekstrakurikuler yang ada dikampus tidak menarik, dapat disimpulkan bahwa jenis kegiatan ekstrakurikuler yang ada dikampus membuat mahasiswa tidak ingin menyalurkan minatnya ke dalam kegiatan ekstrakurikuler tersebut oleh karena itu hubungan


(64)

yang bermakna antara minat dengan kegiatan ekstrakuriuler memiliki interprestasi yang lemah diakibatkan banyak faktor-faktor yang mempengaruhi minat, salah satunya faktor intern dan ekstern. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Syukur (1996) menyatakan bahwa faktor intern merupakan kecendrungan seseorang untuk berhubungan dengan aktivitas itu sendiri, sedangkan faktor ekstern merupakan kecendrungan seseorang untuk memilih aktivitas tersebut berdasarkan tujuan agar dapat memnuhi kebutuhan orang tertentu.

5.5.2 Hubungan antara motivasi dengan kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa di Fakultas Keperawatan USU

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa di Fakultas Keperawatan USU (87.4%) menyatakan termotivasi terhadap kegiatan ekstrakurikuler dan dengan hasil persentase tersebut dapat dikategorikan bahwa mahasiswa Fakultas Keperawatan USU memiliki motivasi yang tinggi untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Sesuai dengan pendapat Aribowo (2012) bahwa motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi seseorang untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan sesuai menurut Slameto (2010), Motivasi dapat timbul dari dalam diri pribadi seseorang yang mempengaruhi tujuan yang diinginkannya dan dapat dilihat dari hasil penelitian mayoritas mahasiswa menyatakan berharap mendapat wawasan yang lebih luas dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang termasuk kedalam tujuan ekstrakurikuler.


(65)

Dari hasil penelitian mayoritas mahasiswa menyatakan (91.0%) berharap mendapat wawasan yang lebih luas dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini sesuai dengan Depdiknas (2005) bahwa kegiatan ekstrakurikuler bermakna untuk memperluas pengetahuan mahasiswa. Dalam arti memperkaya, mempertajam, serta memperbaiki pengetahuan para mahasiswa.

Berdasarkan hasil penelitian, mahasiswa menyatakan (86.9%) ingin mengembangkan kemampuan yang ada di dalam diri dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini sesuai dengan pendapat Mahoney (2005) bahwa kegiatan ekstrakurikuler ditunjukkan untuk pengembangan kreativitas peserta didik, pengembangan kreativitas dimaksudkan untuk menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan untuk mencipta melalui berbagai kegiatan sesui dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebaagiaan yang berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian (79.4%) mahasiswa menyatakan ingin unggul bukan hanya di dalam kelas, tetapi di kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurdin (2009) pengembangan potensi mahasiswa tidak hanya dapat dikembangkan hanya melalui pendidikan intrakurikuler, namun pendidikan melalui kegiatan ektsrakurikuler pun memiliki peranan yang besar pula, baik ekstrakurikuler yang bersifat ilmiah, keolahragaan, nasionalisme, maupun ketrampilan.

Hasil uji statistik antara motivasi dengan kegiatan ekstrakurikuler menggunakan spearman correlation memperlihatkan koefisien korelasi sebesar


(66)

0,222 dengan nilai p-value sebesar 0,002 lebih kecil dari level of significant (α) sebesar 0,05 yang berarti hipotesa nol ditolak yaitu terdapat hubungan antara motivasi dengan kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa di Fakultas Keperawata Universitas Sumatera Utara.

Nilai signifikan sebesar 0,002 lebih kecil dari 0,05 menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara motivasi dengan kegiatan ekstrakurikuler. Angka korelasi yang dihasilkan lebih kecil dari 0,5 yaitu 0,222, artinya adanya hubungan yang bermakna anatra motivasi dengan kegiatan ekstrakurikuler dengan interpretasi yang lemah.

Berdasarkan hasil penelitian mahasiswa (45.7%) menyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler belum mampu mendukung cara belajar di kelas. Menurut analisa peneliti mahasiswa memiliki motivasi yang tinggi meskipun hubungan yg bermakna lemah, hal ini dikarenakan motivasi dapat dipengaruhi dari dalam dan luar diri seseorang. Hal ini sesuai dengan Achmad (2007) mengatakan motivasi intrinsik yaitu motivasi internal yang timbul dari dalam diri pribadi seseorang itu sendiri, seperti sistem nilai yang dianut, harapan, minat, cita-cita, dan aspek lain yang secara internal melekat pada seseorang. Sedangkan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi eksternal yang muncul dari luar diri pribadi seseorang, seperti kondisi lingkungan kelas, kampus, adanya ganjaran berupa hadiah (reward) bahkan karena merasa takut oleh hukuman (punishment) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi).


(67)

Dengan pernyataan mahasiswa yang mengatakan kegiatan ekstrakurikuler belum mampu mendukung cara belajar di kelas, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa memiliki motivasi yang tinggi terhadap kegiatan ektrakurikuler tetapi adanya faktor intrinsik yang yang timbul dari dalam diri pribadi seseorang itu sendiri sehingga mahasiswa merasa hasil dari mengikuti kegiatan ektrakurikuler tidak sesuai dengan tujuan mereka, sedangkan menurut Taufik (2007) salah satu faktor yang terdapat didalam intrinsik adalah harapan dimana seseorang dimotivasi oleh karena keberhasilan dan adanya harapan keberhasilan bersifat pemuasan diri seseorang, keberhasilan dan harga diri meningkat dan menggerakkan seseorang ke arah pencapaian tujuan (Saragih, 2008). Berdasarkan hal ini peneliti berasumsi bahwa mahasiswa Fakultas Keperawatan USU memiliki motivasi yang tinggi terhadap kegiatan ekstrakurikuler meskipun hubungan yg bermakna lemah.

5.5.3 Hubungan antara proses pembelajaran dengan kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa di Fakultas Keperawatan USU

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas mahasiswa di Fakultas Keperawatan USU (79,4%) menyatakan bahwa proses pembelajaran yang saat ini mereka jalankan (KBK) sudah efektif. Menurut analisa peneliti, proses pembelajaran yang ada saat ini sudah dianggap efektif sehingga tidak akan menjadi penghalang bagi mahasiswa untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini sesuai dengan pendapat Hasibuan (1988) yaitu pola pembelajaran yang efektif adalah pola pembelajaran yang di dalamnya terjadi interaksi dua arah antara dosen dan mahasiswa, artinya dosen tidak harus selalu menjadi pihak yang lebih dominan, pada pola pembelajaran ini dosen tidak boleh hanya berperan sebagai


(68)

pemberi informasi tetapi juga bertugas dan bertanggung jawab sebagai pelaksana yang harus menciptakan situasi memimpin, merangsang dan menggerakkan mahasiswa secara aktif. Walaupun (20,6%) mahasiswa menyatakan proses pembelajaran saat ini (KBK) menjadi penghalang untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karena kesibukannya di dalam pembelajaran tersebut, dan dari (20,6%) mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan esktrakurikuler berjumlah 93 responden, 62 mahasiswa diantaranta dikategorikan berminat untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tetapi menyatakan proses pebelajaran KBK hanya menuntuk aktif di dalam akademik saja dan responden juga menyatakan skil lab sudah cukup menyita waktu mereka sehingga tidak ingin mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.

Berdasarkan hasil penelitian mayoritas mahasiswa menyatakan (63.3%) sistem pembelajaran KBK hanya menuntut aktif dalam kegiatan akademik saja. Hal ini sesuai dengan fenomena yang dilihat oleh peneliti bahwa mayoritas mahasiswa mengatakan sistem pembelajaran saat ini sangat menuntut aktif di dalam akademik dan mereka juga mengatakan bahwa pembelajaran KBK sangat padat. Sesuai juga dengan penelitian Christyanti, Mustami’ah, Sulistiani (2010) sistem pendidikan yang diterapkan dengan metode KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) dimana mahasiswa dituntut untuk berperan lebih aktif dan tidak sedikit dari mahasiswa mengeluh kurang istrahat karena menghabiskan waktu untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah.


(1)

Pernyataan Ya Tidak Kegiatan ekstrakurikuler dapat

mengganggu jadwal praktikum yang telah ditetapkan

74 (37.2%)

125 (62.8%) Padatnya jadwal kuliah membuat saya

tidak semangat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

107 (53.8%)

92 (46.2%) Dengan banyaknya kesibukan dalam

proses pembelajaran KBK membuat saya tidak mampu mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

106 (53.8%)

93 (46.7%)

Saya tidak menemukan kesulitan membagi waktu antara kegiatan tutorial dengan kegiatan ekstrakurikuler

105 (52.8%)

93 (46.7%) Jadwal tutorial yang sangat padat

menjadi penghalang untuk mengembangkan kemampuan saya di kegiatan ekstrakurikuler

78 (39.2%)

121 (60.8%)

Dengan adanya skill lab yang membutuhkan keterampilan membuat saya kurang mampu membagi waktu dalam kegiatan ekstrakurikuler

100 (50.3%)

99 (49.7%)

Skil lab sudah cukup menyita waktu saya sehingga tidak ingin mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

81 (40.7%)

118 (59.3%) Dengan padatnya jadwal Skil lab

membuat saya tidak mampu mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

96 (48.2%)

103 (51.8%) Kegiatan ekstrakurikuler dapat

mendukung proses pembelajaran saya yang sangat padat

99 (49.7%)

100 (50.3%) Sistem pembelajaran KBK hanya

menuntut aktif dalam kegiatan akademik saja

126 (63.3%)

73 (36.7%) Kegiatan tutorial membuat saya sulit

untuk mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler

66 (33.2%)

132 (66.3%) Dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

dapat mengasah kreatifitas saya dalam mengikuti praktikum di kampus

118 (59.3%)

81 (40.7%) Dengan adanya pembelajaran

praktikum membuat saya tidak tertarik mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

60 (30.2%)

139 (69.8%) Menurut saya fokus untuk mengikuti

kegiatan praktikum lebih baik dari pada

112 (56.3%)

87 (43.7%)


(2)

mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler yang disediakan tidak mengganggu jadwal praktikum saya

114 (57.3%)

85 (42.7%)

Distribusi Frekuensi dan Persentase Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler (n=199) Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler f %

Tidak mengikuti 93 46.7

PEMA 19 9.5

Club Tari 18 9.0

Paduan Suara 5 2.5

FORKIS 21 10.6

Club Futsal 5 2.5

HMI 7 3.5

Lain-lain 31 15.6


(3)

(4)

(5)

(6)

Daftar Riwayat Hidup

Nama lengkap : Dwi Rahmadani

NIM : 091101044

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Tempat/Tanggal Lahir : Medan / 15 April 1992

Alamat lengkap : Jl. Pertambangan Pasar II Gg.Teratai XVII No.8 Tanjung sari setia budi Medan

Telp/Fax : -

Hp. : 085261329763 / 087768868533

E-mail

URL : facebook Dwi Rahmadani / Twitter @dwirahmadhanii

Riwayat Pendidikan :

1. SDN 066656 Medan (1997-2000)

2. SMP Nurcahaya Medan (2003-2006)

3. SMA Darussalam Medan (2006-2009)