Latar Belakang Rancangan Pencahayaan Lantai Produksi Di PT Intan Nasional Iron

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ergonomi dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan disainperancangan. Suatu proses kerja yang optimal, memperhatikan beberapa faktor pendukung yang dapat meningkatkan produktivitas kerja Suma’mur,2009 . Faktor pendukung ini diantaranya yaitu perancangan sistemstasiun kerja yang efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien ENASE, pengaturan tata letak tempat dan, lingkungan fisik yang mendukung, dan sebagainya. Salah satu faktor yang berpengaruh dalam lingkungan kerja adalah pencahayaan. Intensitas pencahayaan Illumination level merupakan jumlah atau kuantitas cahaya yang jatuh ke suatu permukaan. Satuan untuk illumination level adalah lux pada area dengan satuan square meter. Standar minimum penerangan pada industri diatur dengan Kepmenkes Nomor 1405MENKESSKXI2002. Berdasarkan keputusan tersebut diperoleh bahwa dengan pekerjaan yang kasar dan terus menerus adalah 200 lux. Pencahayaan yang minim di lingkungan kerja dapat mengakibatkan kelelahan mata, keluhan sakit kepala, kehilangan produktivitas dan kualitas kerja rendah. Sritomo, 2006. PT. Intan Nasional Iron adalah perusahaan yang mengolah logam menjadi produk seng. Proses produksi menggunakan mesin-mesin potong dan Universitas Sumatera Utara pembentukan yang membutuhkan konsenstrasi tinggi. PT. Intan Nasional Iron memiliki enam stasiun kerja yaitu stasiun pencucian, galvanis, pemotongan, pembentukan dan pengecatan yang berada dalam satu bangunan dengan ukuran 140 m x 40 m dan tinggi 15 m. Lantai produksi menggunakan 64 buah lampu UAE Essential 18 watt yang di pasang secara general yang berjarak 6 meter satu sama lain. Wawancara yang dilakukan dengan operator di lantai produksi diketahui adanya keluhan-keluhan berupa mata cepat lelah. mata merah, kurang konsentrasi serta sering terjadi kecelakaan kerja seperti tersayat, tersandung dan terjepit. Stasiun pembentukan memiliki 6 orang operator yang bertugas mengangkat bahan setengah jadi ke dalam mesin pembentukan dan mengangkat produk jadi ke penumpukan sementara. Bahan setengah jadi harus dimasukkan secara perlahan ke dalam mesin agar bentuk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi. Kecacatan sering terjadi akibat operator tidak teliti dalam melakukan pekerjaannya. Kecacatan yang terjadi adalah bentuk seng tidak simetris, ujung seng bengkok dan penyok. Stasiun pemotongan memiliki 4 orang operator yang bertugas memposisikan bahan pada mata pisau pemotong. Operator membutuhkan konsentasi tinggi saat memposisikan bahan untuk menghindari kecacatan. Kecacatan yang terjadi adalah dimensi produk tidak sesuai dengan spesifikasi. Operator stasiun pemotongan mengeluh minimnya pencahayaan di stasiun ini sehingga mengurangi konsentrasi pada saat bekerja. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan masalah diatas dapat diindikasikan bahwa operator stasiun pembentukan dan pemotongan membutuhkan konsentrasi tinggi dalam melakukan pekerjaannya. Keluhan kelelahan mata, kurang konsentrasi, mata merah dan pencahayaan yang minim sering kali menggangu kinerja operator. Tindakan yang harus dilakukan adalah merancang pencahayaan di lantai produksi sesuai dengan standar kepmenkes Nomor 1405MENKESSKXI2002. Farid 2012 melakukan riset pencahayaan pada lapangan bulu tangkis indoor. Riset menghasilkan peningkatan intensitas cahaya di lapangan bulu tangkis dengan mengganti dan merubah posisi lampu. Pencahayaan aktual lapangan bulu tangkis adalah 101 lumen dan setelah diberikan rekomendasi kuat pencahayaan rata-rata menjadi 294 lux. Pengukuran titik pencahayaan pada penelitian ini berdasarkan SNI 16-7062-2004. Hendra 2010 menunjukkan terjadi gejala mengantuk, tidak fokus dan tegang pada leher yang dialami mahasiswa dan pegawai perpustakaan. Keluhan-keluhan ini disebabkan faktor pencahayaan di perpustakaan Universitas Indonesia tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan.

1.2. Rumusan Masalah