2. Penggerek Batang Tebu Raksasa
Menurut Kalshoven 1981, klasifikasi Ph. castaneaeHubner. sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Ordo : Lepidoptera
Famili : Cossidae
Genus : Phragmatoecia
Spesies : Phragmatoecia castaneae Hubner.
Telur berwarna putih kelabu kemudian berubah menjadi hitam kelabu, dan diletakkan secara berkelompok Gambar 6.
Gambar 6. Telur Ph. castaneae Hubner. Telur diletakkan berkelompok pada celah – celah daun kuning yang
menggulung, pada gulungan puser tanaman tanaman yang mati atau pada celah gulungan pelepah kering, tetapi juga bisa diletakkan pada pelepah daun sebelah
dalam, pada daun yang sudah berkembang yaitu antara daun kedua hingga keenam. Warna telur putih, seperti kapsul dengan ukuran panjang ± 1,8 mm, lebar
± 1 mm, stadia telur 9 – 10 hari P3GI, 1979.
Universitas Sumatera Utara
Ulat yang baru menetas dari telur berwarna putih. Ulat menggerek masuk dan hidup menetap di dalam pelepah daun selama 3-7 hari Gambar 7.
Gambar 7.Ulat Ph. castaneaeHubner. Ulat yang baru menetas berpencar mencari pelepah muda dan masuk dari
lidah daun menggorok ke dalam jaringan pelepah.Di dalam satu pelepah lebih dari satu ekor ulat.Stadia ulat dapat mencapai 70 hari dengan enam kali
pertukaran kulit P3GI, 1979. Pupa mula – mula berwarna sedikit kekuning – kuningan. Setelah
beberapa hari warnanya berangsur – angsur menjadi lebih gelap dan akhirnya menjadi coklat gelap dengan panjang 2,5-3 cm jantan dan 3,5-4 cm betina
Gambar 8 Wirioatmodjo, 1980.
Gambar 8.Pupa Ph. castaneaeHubner.
Universitas Sumatera Utara
Masa pupa berlangsung 14 – 19 hari, rata – rata 16 hari.Menjelang keluarnya ngengat, pupa bergerak keluar da menembus selaput.Sisa kulit pupa menonjol
keluar lubang merupakan ciri khas dari penggerek tersebut P3GI, 1979. Ngengat berwarna abu – abu kecoklatan dan memiliki proboscis yang
rudimenter Gambar 9 Wirioatmodjo, 1980.
Gambar 9.Imago Ph. castaneaeHubner. Sayap depan lebih memanjang, paling tidak dua kali sama panjangnya dengan
lebar. Sayap bersisik lebih tipis Borror, et al., 1996. Gejala Serangan
Hama penggerek batang raksasa menyerang tanaman tua maupun muda.Serangan pada tanaman muda menyebabkan tanaman mati pucuk. Pada
serangan berat, bagian dalam batang tebu akan hancur dimakan oleh larva PBR. Larva masuk ke dalam batang dengan membuat lorong gerekan dari pelepah
daun Gambar 10.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 10.Gejala serangan Ph. castaneaeHubner. Bila populasi hama tinggi, juga dapat menyebabkan kematian pada
tanaman tebu. Kerugian yang ditimbulkan mengakibatkan penurunan bobot batang, serta penurunan kualitas dan kuantitas nira Wirioatmodjo, 1977.
Pengendalian Hama Penggerek Batang Tebu
Beberapa cara yang digunakan dalam mengendalikan hama penggerek batang tebu adalah sebagai berikut :
1. Kultur teknis
•
Memilih bibit, bagal, rayungan yang bebas penggerek
•
Menanam varietas tahan, yakni M 442-51, F 156, Nco 376, Ps 46, Ps 56 sd 58, dan Ps 61.
•
Menjaga kebersihan kebun dari tanaman glagah dan rumput-rumputan.
•
Pergiliran tanaman apabila dimungkinkan. 2. Hayati
•
Petunjuk pelaksanaannya sama dengan cara pelepasan parasit T. japonicum.
Universitas Sumatera Utara
•
Adapun jenis parasit adalah Trichogramma spp. T. nanum, T. minutum,dan T. australicum.
•
Jenis parasit adalah lalat Jatiroto Diatraeophaga striatalis Tns..
•
Pelaksanaan pada tanaman umur 4 dan 6 bulan.
•
Dosis pelepasan lalat 15 sampai 30 pasangha. 3. Kimiawi
•
Penyemprotan dilakukan bila serangan pada daun muda daun no. –2, -1 telah mencapai lebih dari 5. Jadi harus didahului dengan kegiatan
pemantauan.
•
Pemantauan dilaksanakan sejak tanaman umur 2 bulan dengan interval waktu 1 minggu sekali.
•
Penyemprotan dilakukan sebanyak 4 ronde pada tanaman umur 4 sampai 5 bulan, dengan interval 2 minggu.
•
Pestisida yang dapat digunakan adalah yang bersifat racun kontak perutsistemik, antara lain : Agrothion 50 EC 3 lha, Azodrin 15 WSC 5
lha, Supracide 40 EC 3 lha, Orthene 75 SP 2 kgha, Sevidan 70 WP 2 kgha, Bidrin 24 WSC 4 lhaBPTTD, 1979.
Biologi Tetrastichus sp.
Parasitoid Tetrastichus
sp. adalah endoparasit larva – pupa
soliter.Parasitoid ini meletakkan telur di dalam tubuh inangnya Herlinda, 2005. Parasitoid ini berwarna hitam, bertubuh kecil, panjang 1,5 – 2 mm. Stadia telur ±
2 hari, masa stadia larva 5 – 8 hari, pupa 7 – 11 hari. Umur imago betina 10 – 11 hari dan jantan 3 – 4 hari Deptan, 1994.Parasitoid jantan ujung abdomennya
Universitas Sumatera Utara
tumpul sedang yang betina abdomennya runcing. Parasitoid ini berwarna hitam, bertubuh kecil, panjangnya 1,5 – 2 mm Gambar 11.
Gambar 11.Imago Tetrastichus sp. Imago betina meletakkan telur pada larva instar IV dan pupa yang baru
berumur 1 – 2 hari Deptan, 1994. Larva atau pupa yang terparasit akan terlihat hijau kekuningan dan abdomen tengah membesar Herlinda, 2005.
Parasitoid menginfeksi pada saat inang berada pada fase pupa. Parasitoid meletakkan telur pada pupa, sehingga pupa yang terinfeksi akan mengalami
perubahan warna menjadi kehitam-hitaman Coppel and Mertins, 1977. Setelah 4 – 6 hari pupa yang terinfeksi akan menjadi tegang dan tidak bergerak kemudian
pupa akan mengalami kematian Deptan, 1994. Parasitoid Tetrastichus sp. merupakan musuh alami Chilo sp. yang telah diketahui di Indonesia dapat
memarasit larva dan pupa.Daya parasit di lapangan terhadap larva dan pupa sebesar 60 – 90 Metcalaft andWilliam, 1982.
Parasitasi Tetrastichus sp.
Peletakan telur oleh serangga parasitoid baik endoparasit maupun ektoparasit terjadi melelui beberapa tahapan. Secara normal berawal dari
pencarian inang telur, larva, atau imago hama oleh imago betina di pertanaman
Universitas Sumatera Utara
tertentu. Ketika inang sudah ditemukan serangga parasitoid meletakkan telur pada inang dengan ovipositor. Dan pada akhirnya telur itu akan menetas menjadi larva
yang memperoleh makanan dari bagian tubuh inang sehingga menyebabkan kematian inangPurnomo 2009.
Universitas Sumatera Utara
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset dan Pengembangan Risbang Tebu PTPN II Sei Semayang dengan ketinggian tempat ± 50 m di atas
permukaan laut.Dilaksanakan mulai April – Juli 2011.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ulat C. auricilius dan Ph. castaneae, imago parasitoid Tetrastichus sp., madu, potongan tebu muda
sogolan. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kawat kasa, kuas, stoples,
gunting, solder, pisau, label, kapas, kain hitam, karet gelang, handcounter, tabung reaksi, kamera, tisu, lup, plastik, alat tulis dan alat pendukung lainnya.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap RAL faktorial yang terdiri 2 faktor dan dua ulangan.
Faktor A : Jumlah Tetrastichus sp., dimana A0= Kontrol
A1 = 2 pasang Tetrastichus sp. tabung A2= 4 pasang Tetrastichus sp. tabung
A3 = 6 pasang Tetrastichus sp. tabung
Universitas Sumatera Utara
A4 = 8 pasang Tetrastichus sp. tabung A5 = 10 pasang Tetrastichus sp. tabung
A6 = 12 pasang Tetrastichus sp. tabung A7 = 14 pasang Tetrastichus sp. tabung
Faktor B :Jenis inang, dimana B1 = Pupa penggerek batang raksasa sebanyak 5 tabung
B2 = Pupa penggerek batang berkilat sebanyak 5 tabung Kombinasi penelitian
A0B1 A0B1
A1B1 A1B1
A2B1 A2B1
A3B1 A3B1
A4B1 A4B1
A5B1 A5B1
A6B1 A6B1
A7B1 A7B1
A0B2 A0B2
A1B2 A1B2
A2B2 A2B2
A3B2 A3B2
A4B2 A4B2
A5B2 A5B2
A6B2 A6B2
A7B2 A7B2
Jumlah perlakuan : 8 perlakuan
Jumlah ulangan : 2 ulangan
Jumlah unit percobaan : 16 unit percobaan
Model linier yang digunakan adalah : Yijk = µ + αi + βj + αβij + Єijk
Universitas Sumatera Utara
Dimana : Yijk
= Hasil pengamatan pada perlakuan ke – i dan ulangan ke – j µ
= Efek dari nilai tengah αi
= Efek perlakuan pada taraf ke – i βj
= Efek perlakuan pada taraf ke – j αβij = Efek perlakuan taraf ke – i dan ulangan ke - j
Єijk = Galat percobaan dari perlakuan ke – i dan ulangan ke – j
Pelaksanaan Penelitian
a. Persiapan inang Ulat penggerek batang berkilat dan penggerek batang raksasa
dikumpulkan dari lapangan lalu direaring didalam stoples dan dimasukkan pakan ulat tersebut berupa sogolan untuk penggerek batang berkilat dan
tebu untuk penggerek batang raksasa hingga terbentuk pupa muda. Kemudian pupa yang berumur 1 – 2 hari dimasukkan ke dalam tabung
yang berukuran panjang 20 cm dan diameter 4 cm sebanyak 5 pupa setiap stoples.
b. Pembiakan parasitoid Pupa muda yang dihasilkan dari rearingan dimasukkan ke dalam
tabung berukuran panjang 20 cm dan diameter 4 cm. Lalu dimasukkan ke dalamnya imago parasitoid Tetrastichus sp. dan madu sebagai pakan
parasitoid. Setelah 5 hari pupa diinokulasi maka pupa tersebut dipindahkan ke dalam tabung kosong.Kemudian dibiarkan selama 15 hari, hingga
parasitoid keluar dari pupa tersebut dan siap untuk diinfestasikan.
Universitas Sumatera Utara
c. Inokulasi serangga parasitoid Diinfestasikan pupa penggerek batang berkilat dan penggerek
batang raksasa yang berumur 1 – 2 hari ke dalam tabung yang berukuran panjang 20 cm dan diameter 4 cm sebanyak 5 pupa per tabung sesuai
dengan perlakuan. Kemudian dimasukkan parasitoid Tetrastichus sp. ke dalam tabung tersebut sesuai dengan perlakuan yaitu 2, 4, 6, 8, 10, 12,
dan 14 pasang dengan dua ulangan pada tiap masing – masing perlakuan.Setelah 5 hari inokulasi maka pupa telah diinokulasi,
dimasukkan ke dalam tabung kosong, dengan satu pupa satu tabung.Lalu dibiarkan selama 15 hari, hingga parasitoid tersebut keluar dari pupa.
Peubah Amatan 1. Persentase parasitasi
Pengamatan ini dilakukan dengan cara menghitung jumlah pupa inang
yang terparasit setelah pemarasitan yaitu dengan rumus sebagai berikut :
Ps = P S x 100 Ps = Persentase Parasitisme
P = Jumlah pupa inang terparasit S = Total pupa inang
2. Periode inkubasi