Mula-mula dilapisi lempengan besi berukuran 15x15 cm dengan alumunium foil. Hasil campuran dari internal mixer diletakkan di antara 2 buah lempengan besi.
Kemudian diletakkan ke dalam alat tekan hot kompresor yang diset pada suhu 175
o
C untuk mencetak sampel. Dibiarkan sampai 5 menit tanpa tekanan. Setelah itu diberi
tekanan 100 kgfcm
2
dan dibiarkan selama 20 menit. Sampel diangkat dan didinginkan, setelah dicetak sesuai standart ASTM D638.
Gambar 3.1. Spesimen uji berdasarkan ASTM D638
3.2.5. Uji Kekuatan Tarik
Pengujian kekuatan tarik berdasarkan ASTM D638 dengan beban 100 kgf dan laju 50
mmmenit dengan ketebalan spesimen 2 mm. Mula – mula dihidupkan Torsee’s Electronic System dan dibiarkan selama 1 jam. Spesimen dijepitkan pada alat uji tarik
yang telah ditentukan regangan, tegangan dan satuaanya dengan menggunakan griff. Kemudian dihidupkan recorder. Tekan tombol start dan nilai stroke dan load dibuat
dalam kondisi nol. Catat nilai load dan stroke bila sampel sudah putus. Dilakukan perlakuan yang sama untuk masing-masing sampel. Nilai load dan stroke yang
diperoleh, digunakan untuk menghitung nilai kekuatan tarik dan kemuluran dari spesimen.
3.2.6. Uji SEM Scanning Electron Microscopy
Pengujian dilakukan pada permukaan patahan sampel. Mula – mula sampel dilapisi dengan emas bercampur palladium dalam suatu ruangan vacum evaporator
bertekanan 0,2 Torr dengan menggunakan mesin Ion Sputter JFC-1100. Selanjutnya sampel disinari dengan pancaran elektron bertenaga 1,2 kV pada ruangan khusus
13 mm
165 mm 50 mm
20mm
2 mm
sehingga sample mengeluarkan elektron sekunder dan elektron terpental yang dapat dideteksi oleh detektor Scientor yang diperkuat dengan suatu rangkaian listrik yang
menyebabkan timbulnya gambar CRT Cathode Ray Tube selama 4 menit. Kemudian coating dengan tebal lapisan 400 amstrong dimasukkan ke dalam specimen Chamber
pada mesin SEM JSM-35C untuk dilakukan pemotretan. Hasil pemotretan dilakukan setelah memilih bagian tertentu dari objek sampel dan perbesaran yang diinginkan
sehingga diperoleh foto yang baik dan jelas.
3.2.7. Uji FT - IR Fourier Transform – Infra Red
Mula – mula pengujian dilakukan dengan menjepit film hasil pencampuran pada tempat sampel. Kemudian film diletakkan pada alat ke arah sinar infrared. Hasilnya
akan di rekam ke dalam kertas berskala berupa aluran kurva bilangan gelombang terhadap intensitas.
3.2.8. Analisa Derajat Ikat Silang
Mula-mula dirangkai alat sokletasi dan 250 ml pelarut xilena dimasukkan kedalam labu alas, kemudian dimasukkan 10 g spesimen sebagai Wo yang telah dibungkus
dalam kertas saring ke dalam tabung soklet. Sampel disokletasi dengan pelarut xilena pada titik didih 135
o
C-145ºC selama 8 jam. Setelah itu sampel dikeluarkan dalam tabung soklet dan dikeringkan sampai xilena habis menguap dan ditimbang sebagai
Wg. Dihitung persentase ikat silang.
3.3. Skema Pengambilan Data
3.3.1. Bagan Penyiapan Karet EPDM
3.3.2. Bagan Penyiapan Abu Ban Bekas
Karet EPDM Dipotong kecil-kecil
Diekstruksi dalam alat ekstruder pada suhu 80
o
C Didinginkan
Ditimbang sebanyak 25 g 25 g lelehan karet EPDM
Abu ban bekas Diayak hingga halus
Ditimbang sebanyak 25 g 25 g abu ban halus
3.3.3. Bagan Pembuatan Campuran PP-karet EPDM-Abu Ban Bekas dan DKP Tanpa Penambahan DVB
Dilakukan prosedur yang sama untuk campuran dengan variasi dikumil peroksida 2 phr 1 g dan 3 phr 1,5 g. Waktu penambahan bahan dilakukan dengan selang waktu
20 menit untuk masing-masing variasi. 50 g PP
Campuran PP-karet EPDM-abu ban bekas
Campuran PP-karet EPDM-abu ban bekas dan DKP Dimasukkan ke dalam alat internal mixer pada
suhu 175
o
C sampai meleleh Ditambahkan 25 g karet EPDM
Ditambahkan 25 g abu ban bekas Digiling hingga homogen
Ditambahkan 1 phr DKP 0,5 g Digiling hingga homogen
3.3.4. Bagan Pembuatan Campuran PP-karet EPDM-Abu Ban Bekas dan DKP dan Penambahan DVB