Estetika Makro E TINJAUAN PUSTAKA

8 lebih ke anterior, maksila yang kecil atau retroposisi. Inklinasi insisivus rahang bawah lebih ke arah lingual dan terdapat overjet normal, edge-to-edge, atau anterior crossbite Gambar 6. 6 Pseudo Class III Tipe maloklusi ini terjadi karena faktor habitual, yaitu pergerakan mandibula ke depan ketika menutup rahang. Maloklusi ini juga disebutkan sebagai ‘postural’ atau ‘habitual´class III malocclusion . 6 Klas III, subdivisi Pada maloklusi ini terdapat relasi molar Klas III pada satu sisi dan relasi molar Klas I pada sisi rahang yang lain. 6 Gambar 6. Klas III Angle. Inklinasi insisivus rahang bawah lebih ke arah lingual 15

2.2 Estetika

Kata estetika berasal dari bahasa Yunani “aisthetike” dan diciptakan oleh ahli filosofi Alexander Gottlieb Baumgarten pada tahun 1735 yang berarti “ilmu untuk mengetahui sesuatu melalui indera. 17 Kata ini digunakan di Jerman setelah Baumgarten mengubahnya dalam bentuk Latin Aesthetica, tapi tidak begitu popular dalam bentuk bahasa Inggris sampai awal abad 19. Faktor estetika ini tidak mudah untuk dievaluasi dan pada umumnya ditentukan secara subjektif. 2,4 Universitas Sumatera Utara Me yaitu mak estetika d 2.2 Ya secara kes dari setiap dalam inte yang harm serta bentu menurut B merupakan Wa berhubung 7, dimana universal, memaksim wajah yan cantik. 18 Gam enurut Sarv kro estetika dental dan g

2.1 Makro E

ang dimaksu seluruhan. M p orang kar eraksi sosial monis dan p uk dan kein Bishara mul n ciri wajah ajah yang gan langsun proporsi ter sehingga malkan estet ng cantik, ak mbar 7. a. Pr ver, estetika a wajah se ingiva. 15 Estetika ud dengan Memiliki w ena dapat m l. Beberapa proporsiona ndahan mu lut merupak h yang khusu cantik me ng dengan d rsebut adala perawatan tika wajah. kan tetapi w roporsi verti di dalam b cara keselu makro este wajah yang h mempengaru a ahli menco al. Menurut ulut ditentuk kan faktor us. 15, 18 emiliki pro divine propo ah 1 : 1,618 yang men Wajah yan wajah yang ikal b. Propo bidang ortod uruhan, mi tika adalah harmonis d uhi self est oba membe t Angle ke kan oleh ok utama dala oporsi waj ortion seper 8. Divine pro nggunakan ng simetris t sesuai deng orsi transve donti dibagi ini estetika h estetika ya dan proporsi teem dan se erikan tangg eseimbangan klusi gigi y am menilai ah yang i rti yang ditu oportion me standar div tidak selalu gan divine p ersal c. Prop i ke dalam t senyum ang dilihat ional adalah elf image se gapan meng n dan harm yang ideal, keserasian ideal. Prop unjukkan pa erupakan sta vine propor u berhubung proportion p porsi ekster 9 tiga bagian dan mikro dari wajah h dambaan eseorang di genai wajah moni wajah sedangkan wajah dan porsi ideal ada gambar andar yang rtion akan gan dengan pasti selalu rnal 18 Universitas Sumatera Utara 10

2.2.2 Mini Estetika Senyum

Terdapat dua tipe dasar senyum yaitu senyum sosial posed smile dan senyum spontan unposed smile. Senyum sosial merupakan senyum yang disadari dan banyak digunakan untuk menggunakan salam, terjadi dengan sukarela serta memberikan kesan ramah. Sedangkan senyum spontan adalah senyum yang terjadi pada saat tertawa atau perasaan sedang senang. 19 Sabri 2005 mengatakan komponen pembentuk senyum dari arah frontal terdiri dari delapan faktor yaitu lip line, smile arch, simetri senyum, buccal corridor , bidang oklusi, kurva bibir atas, komponen dental dan gingival. 19 Seseorang dengan tampilan yang biasa saja akan tampak lebih menarik jika memiliki senyum menarik. 20

2.2.3 Mikro Estetika

Pada mikro estetika komponen dental meliputi proporsi, bentuk, warna, hubungan tinggi dan lebar gigi, posisi gigi, connector dan embrassure, black triangle, serta gingival display tinggi, warna dan bentuk gingiva. Warna gigi dapat berubah seiring dengan bertambahnya umur. Gingival display seperti tinggi, warna dan bentuk gingiva merupakan faktor yang penting dalam pembentukan senyum estetis, dan juga dapat mempengaruhi penampilan gigi. 15,21,22 Persepsi seseorang tentang estetika berbeda-beda karena pada umumnya persepsi ditentukan secara subjektif. Salah satu faktor yang penting untuk estetika wajah adalah posisi gigi yang baik dimana posisi gigi yang baik tidak hanya mendukung terwujudnya senyum yang menarik, tetapi juga dapat mendukung kesehatan mulut sehingga secara keseluruhan akan meningkatkan self esteem dan self image seseorang di dalam kehidupannya. 2-4

2.3 Indeks Penilaian Kebutuhan Perawatan Ortodonti

Dokumen yang terkait

Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tentang Anestetikum Lokal

6 75 49

Distribusi Maloklusi Skeletal Klas I, II dan III Berdasarkan Index of Orthodontic Treatment Need Pada Pasien Periode Gigi Permanen Yang Dirawat di Klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU

2 9 61

FREKUENSI KEBUTUHAN PERAWATAN ORTODONTIK BERDASARKAN INDEX OF ORTHODONTIC TREATMENT NEED DI Frekuensi Kebutuhan Perawatan Ortodontik Berdasarkan Index Of Orthodontic Treatment Need Di Smp Negeri 1 Salatiga.

0 2 15

I. PENDAHULUAN Frekuensi Kebutuhan Perawatan Ortodontik Berdasarkan Index Of Orthodontic Treatment Need Di Smp Negeri 1 Salatiga.

0 2 5

FREKUENSI KEBUTUHAN PERAWATAN ORTODONTIK BERDASARKAN Frekuensi Kebutuhan Perawatan Ortodontik Berdasarkan Index Of Orthodontic Treatment Need Di Smp Negeri 1 Salatiga.

0 2 11

FREKUENSI KEBUTUHAN PERAWATAN ORTODONTIK BERDASARKAN INDEX OF ORTHODONTIC TREATMENT NEED DI SMP NEGERI 1 SALATIGA

0 0 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Distribusi Maloklusi Skeletal Klas I, II dan III Berdasarkan Index of Orthodontic Treatment Need Pada Pasien Periode Gigi Permanen Yang Dirawat di Klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU

0 0 19

Comparison Peer Assessment Rating Index and Index of Treatment Complexity, Outcome, and Need for Orthodontic Treatment Outcome

0 0 8

A comparison of the index of orthodontic treatment need with the index of outcome, complexity, and need

0 0 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Maloklusi - Distribusi Persepsi Aesthethic Component Berdasarkan Index of Orthodontic Treatment Need pada Mahasiswa Kepaniteraan Klinik FKG USU

0 0 18