PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN, SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) PADA TANAH ULTISOL GEDUNG MENENG BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN, SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

(Zea maysL.) PADA TANAH ULTISOL GEDUNG MENENG BANDAR LAMPUNG

O l e h

H A R R I S O K T A V I A N S Y A H

Teknik persiapan lahan pada percobaan ini dikelompokkan ke dalam sistem olah tanah sempurna (OTS) dan olah tanah minimum (OTM). Olah tanah sempurna yang umumnya menggunakan alat-alat sederhana hingga alat-alat berat pada dasarnya bertujuan mengendalikan gulma dan menggemburkan tanah sehingga aerasi dan kapasitas infiltrasi tanah meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh olah tanah dan herbisida terhadap pertumbuhan, serapan hara dan produksi tanaman jagung. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu Tanah Universitas Lampung pada bulan Februari 2014 hingga Mei 2014. Plot percobaan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 perlakuan yaitu A (olah tanah minimum), B (olah tanah minimum+herbisida), C (olah tanah sempurna), D (olah tanah sempurna


(2)

Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan Olah tanah minimum + herbisida secara nyata lebih tinggi menghasilkan bobot pipilan basah, bobot pipilan kering oven, bobot pipilan kadar air 14%, dan bobot kering total tanaman dibandingkan dibandingkan perlakuan lainnya. Olah tanah minimum + herbisida secara nyata lebih tinggi menghasilkan serapan hara total tanaman N, P, dan K dibandingkan olah tanah minimum, olah tanah sempurna, dan olah tanah sempurna + herbisida. Serapan hara N P K berkorelasi positif terhadap jumlah daun, bobot pipilan, bobot bonggol, dan bobot brangkasan tanaman jagung. Dalam hal R (nisbah penerimaan terhadap pengeluaran), olah tanah minimum + herbisida menghasilkan nilai

ekonomis tertinggi dibandingkan olah tanah minimum, olah tanah sempurna, dan olah tanah sempurna + herbisida.


(3)

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN, SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

(Zea maysL.)PADA TANAH ULTISOL GEDUNG MENENG BANDAR LAMPUNG

O l e h

H A R R I S O K T A V I A N S Y A H

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pertanian

pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(4)

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN, SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

(Zea maysL.) PADA TANAH ULTISOL GEDUNG MENENG BANDAR LAMPUNG

( S k r i p s i )

O l e h

H A R R I S O K T A V I A N S Y A H

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tata letak percobaan. ... 13 2. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap tinggi

tanaman jagung pada 7 MST. ... 21 3. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap jumlah

daun tanaman jagung pada 8 MST. ... 22 4. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap bobot

bonggol tanaman jagung. ... 24 5. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap bobot

brangkasan tanpa bonggol tanaman jagung ... 24 6. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap bobot

brangkasan total tanaman jagung. ... 25 7. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap serapan

N brangkasan tanaman jagung. ... 28 8. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap serapan

P brangkasan tanaman jagung. ... 30 9. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap serapan

P bonggol tanaman jagung ... 31 10. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap serapan

K brangkasan tanaman jagung ... 34 11. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap serapan


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil analisis kimia tanah awal dan tanah akhir setelah

aplikasi olah tanah dan herbisida. ... 19 2. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap bobot

pipilan tanaman jagung.. ... 23 3. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap bobot

100 butir tanaman jagung. ... 26 4. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap bobot kering

total tanaman jagung ... 27 5. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap serapan

hara N tanaman jagung. ... 29 6. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap serapan

hara P tanaman jagung ... 32 7. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap serapan

hara K tanaman jagung. ... 36 8. Uji korelasi antara serapan NPK dengan pertumbuhan dan

produksi tanaman jagung. ... 37 9. Indeks uji ekonomis aplikasi sistem olah tanah dan herbisida

terhadap tanaman jagung. ... 38 10. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap tinggi

tanaman jagung pada 7 MST. ... 45 11. Uji homogenitas tinggi tanaman jagung. ... 45 12. Analisis ragam tinggi tanaman jagung. ... 45 13. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap jumlah


(7)

xii

14. Uji homogenitas jumlah daun tanaman jagung. ... 46 15. Analisis ragam jumlah daun tanaman jagung. ... 46 16. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap bobot

pipilan basah tanaman jagung. ... 47 17. Uji homogenitas bobot pipilan basah tanaman jagung. ... 47 18. Analisis ragam bobot pipilan basah tanaman jagung. ... 47 19. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap bobot

bonggol basah tanaman jagung. ... 48 20. Uji homogenitas bobot bonggol basah tanaman jagung. ... 48 21. Analisis ragam bobot bonggol basah tanaman jagung. ... 48 22. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap bobot

brangkasan basah tanpa bonggol tanaman jagung. ... 49 23. Uji homogenitas bobot brangkasan basah tanpa bonggol

tanaman jagung. ... 49 24. Analisis ragam bobot brangkasan basah tanpa bonggol

tanaman jagung. ... 49 25. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap bobot

total brangkasan basah tanaman jagung. ... 50 26. Uji homogenitas bobot total brangkasan basah tanaman

jagung. ... 50 27. Analisis ragam bobot total brangkasan basah tanaman

jagung. ... 50 28. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap bobot

pipilan kering tanaman jagung. ... 51 29. Uji homogenitas bobot pipilan kering tanaman jagung. ... 51 30. Analisis ragam bobot pipilan kering tanaman jagung. ... 51 31. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap bobot

pipilan (KA 14%) tanaman jagung. ... 52 32. Uji homogenitas bobot pipilan (KA 14%) tanaman jagung. ... 52


(8)

xiii

33. Analisis ragam bobot pipilan (KA 14%) tanaman jagung. ... 52 34. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap bobot

100 butir tanaman jagung. ... 53 35. Uji homogenitas bobot 100 butir tanaman jagung. ... 53 36. Analisis ragam bobot 100 butir tanaman jagung. ... 53 37. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap bobot

bonggol kering tanaman jagung. ... 54 38. Uji homogenitas bobot bonggol kering tanaman jagung. ... 54 39. Analisis ragam bobot bonggol kering tanaman jagung. ... 54 40. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap bobot

brangkasan kering tanpa bonggol tanaman jagung. ... 55 41. Uji homogenitas bobot brangkasan kering tanpa bonggol

tanaman jagung . ... 55 42. Analisis ragam bobot brangkasan kering tanpa bonggol

tanaman jagung. ... 55 43. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap bobot

total brangkasan kering tanaman jagung. ... 56 44. Uji homogenitas bobot total brangkasan kering tanaman

jagung. ... 56 45. Analisis ragam bobot total brangkasan kering tanaman

jagung. ... 56 46. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap serapan

hara N pipilan tanaman jagung. ... 57 47. Uji homogenitas serapan hara N pipilan tanaman jagung. ... 57 48. Analisis ragam serapan hara N pipilan tanaman jagung. . ... 57 49. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap serapan

hara N bonggol tanaman jagung. ... 58 50. Uji homogenitas serapan hara N bonggol tanaman jagung. ... 58 51. Analisis ragam serapan hara N bonggol tanaman jagung. ... 58


(9)

xiv

52. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap serapan

hara N brangkasan tanpa bonggol tanaman jagung. ... 59 53. Uji homogenitas serapan hara N brangkasan tanpa bonggol

tanaman jagung. ... 59 54. Analisis ragam serapan hara N brangkasan tanpa bonggol

tanaman jagung. ... 59 55. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap serapan

hara N brangkasan total tanaman jagung. ... 60 56. Uji homogenitas serapan hara N brangkasan total tanaman

jagung. ... 60 57. Analisis ragam serapan hara N brangkasan total tanaman

jagung. ... 60 58. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap serapan

hara P pipilan tanaman jagung. ... 61 59. Uji homogenitas serapan hara P pipilan tanaman jagung. ... 61 60. Analisis ragam serapan hara P pipilan tanaman jagung. . ... 61 61. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap serapan

hara P bonggol tanaman jagung. ... 62 62. Uji homogenitas serapan hara P bonggol tanaman jagung. ... 62 63. Analisis ragam serapan hara P bonggol tanaman jagung. ... 62 64. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap serapan

hara P brangkasan tanpa bonggol tanaman jagung. ... 63 65. Uji homogenitas serapan hara P brangkasan tanpa bonggol

tanaman jagung. ... 63 66. Analisis ragam serapan hara P brangkasan tanpa bonggol

tanaman jagung. ... 63 67. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap serapan

hara P brangkasan total tanaman jagung. ... 64 68. Uji homogenitas serapan hara P brangkasan total tanaman


(10)

xv

69. Analisis ragam serapan hara P brangkasan total tanaman

jagung. ... 64 70. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap serapan

hara K pipilan tanaman jagung. ... 65 71. Uji homogenitas serapan hara K pipilan tanaman jagung. ... 65 72. Analisis ragam serapan hara K pipilan tanaman jagung. . ... 65 73. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap serapan

hara K bonggol tanaman jagung. ... 66 74. Uji homogenitas serapan hara K bonggol tanaman jagung. ... 66 75. Analisis ragam serapan hara K bonggol tanaman jagung. ... 66 76. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap serapan

hara K brangkasan tanpa bonggol tanaman jagung. ... 67 77. Uji homogenitas serapan hara K brangkasan tanpa bonggol

tanaman jagung. ... 67 78. Analisis ragam serapan hara K brangkasan tanpa bonggol

tanaman jagung. ... 67 79. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap serapan

hara K brangkasan total tanaman jagung. ... 68 80. Uji homogenitas serapan hara K brangkasan total tanaman

jagung. ... 68 81. Analisis ragam serapan hara K brangkasan total tanaman

jagung. ... 68 82. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap total serapan

hara N tanaman jagung... 69 83. Uji homogenitas total serapan hara N tanaman jagung... 69 84. Analisis ragam total serapan hara N tanaman jagung ... 69 85. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap total serapan

hara P tanaman jagung ... 70 86. Uji homogenitas total serapan hara P tanaman jagung... 70 87. Analisis ragam total serapan hara P tanaman jagung ... 70


(11)

xvi

88. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap total serapan

hara K tanaman jagung... 71

89. Uji homogenitas total serapan hara K tanaman jagung... 71

90. Analisis ragam total serapan hara K tanaman jagung ... 71

91. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap bobot kering total tanaman jagung ... 72

92. Uji homogenitas bobot kering total tanaman jagung ... 72

93. Analisis ragam bobot kering total tanaman jagung ... 72

94. Rincian biaya perlakuan olah tanah minimum ... 73

95. Rincian biaya perlakuan olah tanah minimum + herbisida ... 73

96. Rincian biaya perlakuan olah tanah sempurna ... 74

97. Rincian biaya perlakuan olah tanah sempurna + herbisida ... 74


(12)

(13)

(14)

Jika ada kemauan pasti ada jalan. (Harris Oktaviansyah)

Jadikan hidupmu berguna bagi masyarakat. (Harris Oktaviansyah)

Dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi ini dengan sombong karena sesungguhnya kamu sekali–kali tidak dapat menembus bumi dan sekali–kali

tidak akan sampai setinggi gunung (Q.S. Al–Isra : 37)

Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.


(15)

Bismillahirrohmanirrohim

Karya Sederhana ini kupersembahkan kepada:

Ayahanda tercinta Harun, S.H., M.H.(almarhum), Ibunda tersayang Santi Arina, S.H. yang telah mendukung, mendidik, menjaga, memberikan cinta, kasih, dan setiap doa’nya

selalu mengiringi setiap langkahku untuk menuju keberhasilan.

Kakak dan Adik-adikku Ahadi Fajrin Prasetya, S.H., M.H., Reza Pahlevi, Nadya Setya Sari yang selalu mendukung dan memberikan semangat


(16)

iv

RIWAYAT HIDUP

Penulis yang dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 23 Oktober 1992 merupakan anak kedua dari pasangan Bapak Harun, S.H., M.H.(Almarhum) dan Ibu Santi Arina, S.H.

Pendidikan formal penulis diawali dari pendidikan di Taman Kanak–kanak RA Daya Bandar Lampung (1998), dan Sekolah Dasar Al-Kautsar Bandar Lampung (1999-2004). Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 8 Bandar Lampung (2004-2007). Sekolah Menengah Atas Al - Kautsar Bandar Lampung pada tahun (2007-2010). Tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa di Fakultas Pertanian Program Studi Agroteknologi Strata 1 (S1) Reguler Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih Ilmu Tanah sebagai konsentrasi dari perkuliahan.

Pada Juli 2013, penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kebun Percobaan Natar Lampung Selatan. Kemudian Penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sendang Asih, Kecamatan Sendang Agung, Kabupaten Lampung Tengah.


(17)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2Tujuan Penelitian ... 3

1.3Kerangka Pemikiran ... 3

1.4Hipotesis ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.L) ... 6

2.2Karakteristik Tanah Ultisol ... 8

2.3Pengaruh Olah Tanah dan Herbisida terhadap Pertumbuhan, Serapan Hara dan Produksi Tanaman Jagung... ... 9

III. BAHAN DAN METODE ... 11

3.1Tempat dan Waktu Penelitian ... 11

3.2Bahan dan Alat ... 11

3.3Metode Penelitian... 11

3.4Pelaksanaan penelitian 3.4.1 Pembuatan Petak Percobaan ... 12

3.4.2 Penanaman Jagung ... 13

3.4.3 Aplikasi Herbisida ... 13

3.4.4 Pemeliharaan ... 14

3.4.5 Panen ... 14

3.4.6 Pengambilan Sampel Tanah ... 14

3.4.7 Pengambilan Sampel Tanaman... 15

3.5Pengamatan 3.5.1 Tinggi Tanaman... 15

3.5.2 Jumlah Daun ... 15

3.5.3 Bobot Pipilan Kering ... 15


(18)

x

3.5.5 Bobot 100 Butir ... 16

3.5.6 Kadar Air Biji 14 persen... ... 16

3.5.7 Analisis Tanah ... 17

3.5.8 Analisis Tanaman ... 17

3.5.9 Uji korelasi ... 17

3.5.10 Uji ekonomis pengaruh olah tanah ... 17

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

4.1 Sifat Kimia Tanah ... 19

4.2 Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun ... 21

4.3 Produksi Pipilan Tanaman Jagung ... 22

4.4 Brangkasan Tanaman Jagung ... 23

4.5 Bobot 100 Butir Jagung (g (100 butir-1)) ... 26

4.6 Bobot Kering Total Tanaman Jagung ... 26

4.7 Serapan Hara Tanaman Jagung ... 27

4.7.1 Nitrogen (N)... 27

4.7.2 Fosfor (P) ... 30

4.7.3 Kalium (K) ... 33

4.8 Uji Korelasi ... 36

4.9 Uji Ekonomis ... 38

V.KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

5.1 Kesimpulan ... 39

5.2 Saran ... 39

PUSTAKA ACUAN ... 41


(19)

vii

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat AllahSubhanahuwata’ala atas segala karunia, hidayah, serta nikmat yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Sistem Olah Tanah terhadap Pertumbuhan, Serapan Hara dan Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Pada Tanah Ultisol Gedung Meneng Bandar Lampung”. Penyusunan skripsi ini merupakan syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan baik ilmu, dukungan moril, petunjuk, bimbingan dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Ir. Kuswanta F. Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi.

3. Bapak Prof. Ir. Jamalam Lumbanraja., Ph.D., selaku dosen pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, ilmu, pengetahuan, pelajaran, kritik dan saran serta dukungan kepada penulis. 4. Bapak Ir. Sunyoto, M.Agr., selaku dosen pembimbing II yang telah banyak

meluangkan waktu memberikan bimbingan diskusi, motivasi, dan ilmu dalam penyelesaian skripsi penulis.


(20)

viii

5. Bapak Ir. Sarno, M.S., selaku penguji yang telah banyak memberikan bimbingan, diskusi, motivasi, ilmu dan kritiknya dalam penyelesaian skripsi penulis.

6. Bapak Ir. Muhammad Nurdin, M.Si., selaku pembimbing akademik, atas segala bimbingan dan motivasi selama penulis mengikuti kuliah, hingga penulisan skripsi ini.

7. Seluruh dosen mata-kuliah Jurusan Agroteknologi atas semua ilmu, didikan, dan bimbingan yang penulis peroleh selama perkuliahan.

8. Orang tuaku, Bapak Harun, S.H., M.H. (alm), Ibu Santi Arina, S.H., serta kakak - adik-adikku Ahadi Fajrin Prasetya, S.H., M.H., M Rafsanzani, Reza Pahlevi, Nadia Setya Sari yang telah mencurahkan segala cinta, kasih sayang, perhatian, pengorbanan, doa dan motivasi di sepanjang hidup penulis.

9. Sahabat-sahabatku Jimmy Helyanto, I Putu Wira, Tabroni, Firstio, M Shofi Hilman, M Azhari Prabukesuma, Aksa Nopriyanto, Sandi Aji, Yosep, Agung Ade, Debby Kuncoro, Dendy Fauzy, Dicka, Mesa Suberta, Intan Andya Belapama, Noviaz Adriani, Debby Agsari, Miandri atas kesabaran, kesetiaan, keceriaan, semangat, kekeluargaan, nasehat, motivasi, bantuan dan doa yang tulus kepada penulis.

10. Almamaterku tercinta Universitas Lampung.

Semoga Allah SWT membalas semua amal baik yang telah dilakukan. Penulis berharap tugas akhir ini berguna bagi kelanjutan riset mengenai tema tersebut.

Bandar Lampung, Juli 2015 Penulis


(21)

(22)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Jagung merupakan bahan pangan pokok kedua setelah beras yang memiliki banyak manfaat dan dapat diolah menjadi berbagai jenis bahan makanan, bahan pakan ternak dan bahan baku industri. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2014) total produksi jagung di Indonesia pada tahun 2013 mencapai 18.511.853 ton dengan luas lahan 3.821.504 ha setara dengan 4,84 ton ha-1, sedangkan total produksi jagung di Provinsi Lampung pada tahun 2013 mencapai 1.760.278 ton dengan luas panen sebesar 346.315 ha setara dengan 5,08 ton ha-1.

Kebutuhan jagung akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan terus berkembangnya industri pakan serta industri berbahan baku jagung, oleh karena itu produksi tanaman jagung harus terus ditingkatkan. Salah satu upaya dalam meningkatkan produksi jagung juga dapat dilakukan dengan meningkatkan produktivitas lahan. Produktivitas lahan dipengaruhi oleh jenis tanah, jenis tanaman, sarana produksi dan teknologi budidaya.

Jenis tanah yang ada di Provinsi Lampung didominasi Tanah Ultisol. Tanah Ultisol merupakan jenis tanah dengan kandungan liat yang tinggi, sehingga ketika kekeringan permukaan Tanah Ultisol banyak terdapat retakan sedangkan ketika kandungan air nya tinggi tanahnya akan lengket dan air terus menggenang.


(23)

2

Pengolahan tanah merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan produktivitas lahan khususnya untuk Tanah Ultisol.

Pengolahan tanah merupakan manipulasi mekanis tanah yang bertujuan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Menurut Albayadi (2005), pengolahan tanah diperlukan apabila kondisi kepadatan tanah, aerasi tanah, kekuatan resisten tanah dan dalamnya perakaran tanaman tidak mendukung penyediaan air dan perkembangan akar.

Pengolahan tanah antara lain terdiri dari olah tanah konservasi (OTK) dan olah tanah intensif (OTI) atau olah tanah sempurna (OTS). Olah tanah konservasi (olah tanah minimum (OTM) dan tanpa olah tanah (TOT)) menjadi alternatif persiapan lahan yang dapat mempertahankan produktivitas tanah tetap tinggi (Dariah, 2009). Pada sistem budidaya OTK, tanah diolah seperlunya saja disekitar lubang tanam dan pengendalian gulma dilakukan dengan cara manual (dibesik); gulma yang mati dapat dijadikan bahan organik tanah. Apabila cara manual kurang efektif, pengendalian gulma dapat dilakukan dengan aplikasi herbisida.

Menurut Irianto dan Johannis (2011), herbisida merupakan bagian tak terpisahkan dari sistem budidaya OTK seperti membantu persiapan lahan dalam skala luas, menghemat biaya produksi dan akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petani. Sedangkan sistembudidaya OTS permukaan tanah harus bersih dan gembur dengan cara dibajak dengan menggunakan cangkul maupun dengan bajak singkal. Hal ini dapat memberikan lingkungan tumbuh yang baik bagi tanaman, yaitu struktur tanah menjadi remah dan dapat mengendalikan pertumbuhan gulma


(24)

3

sehingga diperoleh hasil yang tinggi tetapi hal ini dapat menyebabkan tanah lebih terbuka dan mudah tererosi, sehingga meningkatkan degredasi lingkungan dan menurunkan produktivitas tanah (Utomo, 1995).

Efisiensi dalam pengolahan tanah dapat dilihat dari waktu, tenaga, dan biaya yang diperlukan. OTM dapat menghemat waktu dalam persiapan lahan, mengurangi jumlah tenaga kerja yang diperlukan, dan pada akhirnya biaya yang dikeluarkan dapat ditekan sehingga meningkatkan pendapatan petani. Sedangkan OTS dengan mencangkul dan membajak sampai gembur dan bersih tidak hanya berakibat buruk terhadap peningkatan degradasi tanah tetapi juga memerlukan banyak tenaga kerja dan biaya dalam proses persipan lahan (Azwir, 2012).

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Mempelajari pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap pertumbuhan, produksi, dan serapan hara tanaman jagung.

2. Mempelajari efisiensi pengolahan tanah dan herbisida terhadap produksi tanaman jagung.

1.3 Kerangka Pemikiran

Pengolahan tanah dapat meningkatkan hasil produksi, hal ini berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Syaputra (2012) menunjukan bahwa produksi jagung tertinggi terdapat pada sistem OTM yaitu 5,89 ton ha-1, sedangkan produksi jagung terendah pada sistem OTS sebesar 4,38 ton ha-1. Peningkatan produksi


(25)

4

tanaman pada OTM dibandingkan OTS disebabkan oleh beberapa faktor

diantaranya meningkatnya ketersediaan air tanah dan dapat ditekannya kehilangan hara karena erosi. Hal ini sejalan dengan penelitian Pandia (2011) yang

menunjukkan bahwa secara umum perlakuan TOT glifosat memberi hasil yang lebih baik pada pertumbuhan dan produksi jagung.

Namun demikian terdapat beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa OTS mampu menghasilkan produksi tanaman jagung lebih tinggi dibandingkan OTM. Hal tersebut dibuktikan pada penelitian Azwir (2012), OTS menghasilkan produksi jagung 7,22 ton ha-1, sedangkan pada OTM sebesar 6,96 ton ha-1. Hal ini sejalan dengan penelitian Musa,dkk., (2007) yang menunjukan bahawa OTS menghasilkan produksi jagung tertinggi sebesara 8,4 ton ha-1, sedangkan pada OTM sebesar 6,35 ton ha-1dan TOT sebesar 5,47 ton ha-1. Hal tersebut

disebabkan karena sejak awal pertumbuhan tanaman tidak mengalami gangguan secara serius dari gulma, sehingga pertumbuhan tanaman dapat maksimal.

Dari beberapa hasil penelitian tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh sistem olah tanah terhadap pertumbuhan, serapan hara, produksi tanaman jagung serta nilai ekonomisnya.

1.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Sistem olah tanah minimum berpengaruh lebih baik terhadap pertumbuhan, serapan hara dan produksi tanaman jagung.


(26)

5

2. Sistem olah tanah minimum lebih efisien terhadap produksi tanaman jagung.


(27)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.L)

Tanaman jagung merupakan tanaman asli benua Amerika yang termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesiesZea maysL. Taksonomi tanaman jagung adalah sebagai berikut: Kelas :Monocotyledone(berkeping satu) Ordo : Graminae(rumput-rumputan) Famili :GraminaceaeGenus :ZeaSpesies :Zea maysL. Tanaman jagung termasuk tanaman berakar serabut yang terdiri atas akar-akar seminal, akar adventif dan akar udara (brace)yang tumbuh dari ruas-ruas permukaan tanah. Batang jagung terdiri dari beberapa ruas-ruas dan buku ruas-ruas, berbentuk silinder, dan tidak bercabang. Pada buku ruas terdapat tunas yang akan berkembang menjadi tongkol. Daun jagung memanjang dan muncul dari buku-buku batang. Setiap daun terdiri atas kelopak daun, ligula, dan helaian daun. Ligula atau lidah daun terdapat diantara kelopak dan helaian daun yang berfungsi untuk mencegah air masuk ke dalam kelopak daun dan batang (Muhadjir, 1988).

Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Ruas batang terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin (Samadi dan Cahyono, 1996).


(28)

7

Daun jagung adalah daun sempurna, bentuknya memanjang, antara pelepah dan helai daun terdapat ligula, tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun (Samadi dan Cahyono, 1996).

Menurut Muhadjir (1988), bunga jagung tergolong bunga tidak lengkap karena struktur bunganya tidak memilikipetaldansepal. Letak bunga jantan terpisah dengan bunga betina namun masih dalam satu tanaman sehingga tanaman jagung termasuk tanaman berumah satu (monoecious). Bunga jantan terdapat di ujung batang dan bunga betina terdapat pada ketiak daun ke-6 atau ke-8 dari bunga jantan. Tanaman jagung bersifatprotandry, yaitu bunga jantan muncul 1-2 hari sebelum munculnya rambut jagung (style)pada bunga betina. Oleh sebab itu, penyerbukan jagung bersifat penyerbukan silang. Jagung tergolong tanaman C-4 dan mampu beradaptasi dengan baik pada faktor pembatas pertumbuhan dan produksi. Sifat yang menguntungkan tanaman jagung sebagai tanaman C-4 antara lain; daun mempunyai laju fotosintesis yang relatif tinggi pada keadaan normal, fotorespirasi dan transpirasi rendah, serta efisien dalam penggunaan air (Muhadjir, 1988).

Menurut Prabowo (2007), tanaman jagung membutuhkan curah hujan ideal sekitar 85 - 200 mm bulan-1dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Tanaman jagung ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Prabowo (2007) juga menambahkan bahwa tanaman


(29)

8

jagung membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 23–300C, pH tanah antara 5,6 - 7,5 aerasi dan ketersediaan air baik, serta kemiringan tanah kurang dari 8%. Bila tanaman jagung ditanam pada daerah dengan tingkat. Ketinggian yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman jagung antara 1.000-1.800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl

(Prabowo, 2007).

2.2 Karakteristik Tanah Ultisol

Tanah Ultisol mempunyai tingkat perkembangan yang cukup lanjut, yaitu dicirikan oleh penampang tanah yang dalam, kenaikan fraksi liat seiring dengan kedalaman tanah, reaksi tanah masam, dan kejenuhan basa rendah. Pada

umumnya tanah ini mempunyai potensi keracunan Al dan kekurangan kandungan bahan organik. Tanah ini juga kekurangan kandungan hara terutama P dan kation-kation dapat ditukar seperti Ca, Mg, Na, dan K, kadar Al tinggi, kapasitas tukar kation rendah, dan peka terhadap erosi (Sri Adiningsih dan Mulyadi, 1993).

Reaksi tanah Ultisol pada umumnya masam hingga sangat masam (pH 5−3,10), kecuali dari batu gamping yang mempunyai reaksi netral hingga agak masam (pH 6,80−6,50). Kapasitas tukar kation pada dari granit, sedimen, dan tufa tergolong rendah masing-masing berkisar antara 2,90−7,50cmol kg-1, 6,11−13,68 cmol kg-1, dan 6,10−6,80cmol kg-1, sedangkan yang dari bahan volkan andesitik dan batu gamping tergolong tinggi >17 cmol kg-1(Prasetyo dkk., 2000; Prasetyo dkk., 2005).


(30)

9

Menurut Prasetyo dan Suriadikarta (2006), kandungan hara pada tanah Ultisol umumnya rendah karena pencucian basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena proses dekomposisi berjalan cepat dan sebagian terbawa erosi. Pada yang mempunyai horizon kandik, kesuburan

alaminya hanya bergantung pada bahan organik di lapisan atas. Dominasi kaolinit pada tanah ini tidak memberi kontribusi pada kapasitas tukar kation tanah,

sehingga kapasitas tukar kation hanya bergantung pada kandungan bahan organik dan fraksi liat. Oleh karena itu, peningkatan produktivitas dapat dilakukan melalui perbaikan tanah (ameliorasi), pemupukan, dan pemberian bahan organik.

2.3 Pengaruh Olah Tanah dan Herbisida Terhadap Produksi, Serapan Hara dan Pertumbuhan Tanaman Jagung

Teknik persiapan lahan dilakukan untuk membuat lahan budidaya sesuai dengan syarat tumbuh tanaman, terutama untuk memudahkan tanaman dalam penyerapan unsur hara. Selain menciptakan kondisi yang mendukung bagi tanaman, kegiatan persiapan lahan juga harus memperhatikan keseimbangan ekologi lingkungan terutama degradasi tanah dan ketersediaan air. Teknik persiapan lahan dalam praktiknya dikelompokkan dalam olah tanah sempurna, olah tanah minimum, tanpa olah tanah, dan olah tanah bermulsa. Olah tanah sempurna yang umumnya menggunakan alat-alat sederhana hingga alat-alat berat pada dasarnya bertujuan mengendalikan gulma dan untuk menggemburkan tanah sehingga aerasi dan kapasitas infiltrasi tanah meningkat. Namun sistem olah tanah sempurna dalam jangka panjang akan berdampak buruk yaitu terjadinya degradasi tanah yang dapat memacu erosi, dan menurunnya kesuburan tanah (Utomo, 1999).


(31)

10

Budidaya tanaman tanpa olah tanah (TOT) merupakan bagian dari teknologi olah tanah konservasi yang mengandalkan herbisida dalam pengendalian gulma awal sebelum tanam. Menurut Utomo (2002), dalam sistem budidaya tanpa olah tanah, tanah tidak diolah secara mekanis kecuali pada lubang tanam dan alur pupuk. Sementara itu, gulma dikendalikan dengan herbisida dan sisa-sisa gulma dari aplikasi herbisida tersebut dibiarkan di atas permukaan tanah sebagai mulsa. Adanya mulsa alami akan menambah bahan organik dalam tanah, mencegah pengurusan tanah, meningkatkan ketersediaan air, dan menekan pertumbuhan kembali gulma.

Aktivitas dalam pengolahan tanah pertanian telah sangat mempengaruhi ukuran dan komposisi komunitas mikroorganisme dalam tanah. Dalam sistem

pengolahan tanah konvensional, pemberian bahn organik yang dibenamkan dalam tanah ternyata menguntungkan komunitas yang didominasi oleh bakteri,

sementara pada sistem tanpa olah tanah, lingkungan tanah yang bahan organiknya hanya berada dipermukaan tanah maka fungi yang relatif lebih banyak. Persiapan lahan yang ditunjukan dengan sistem tanpa olah tanah cenderung memiliki lebih banyak efek positif terhadap keanekaragaman beberapa biota tanah dibandingkan dengan pengolahan tanah konvensional (Makalew dan Afra, 2001). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Syaputra (2012) yang menunjukan bahwa produksi jagung tertinggi terdapat pada sistem olah tanah minimum yaitu 5,89 ton ha-1, sedangkan produksi jagung terendah pada sistem olah tanah intensif sebesar 4,38 ton ha-1. Hal ini sejalan dengan penelitian Pandia (2011) yang menunjukkan bahwa secara umum perlakuan TOT glifosat memberi hasil yang yang lebih baik pada pertumbuhan dan produksi jagung.


(32)

11

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Universitas Lampung dari bulan Februari 2014 sampai dengan Mei 2014 pada 5° 22' 10" LS dan 105° 14' 38" BT dengan ketinggian 146 m dpl dan Laboratorium Ilmu Tanah

Universitas Lampung dari bulan Mei 2014 sampai September 2014.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung hibrida Bisi-18, pupuk urea , TSP, KCl, kompos, herbisida berbahan aktifisopropilamina glifosatdanisopropilamina 2,4-Dserta bahan-bahan lain untuk analisis

laboratorium tanah dan tanaman. Alat-alat yang digunakan cangkul, meteran, alat tulis, neraca digital, oven, cutter, sprayer, ember, ayakan serta alat-alat lain untuk analisis tanah dan tanaman.

3.3 Metode Penelitian

Percobaan dilakukan dengan Rancangan Acak Kelompok. Percobaan tersebut terdiri dari 4 perlakuan yaitu : olah tanah minimum (A), olah tanah minimum


(33)

12

ditambahkan herbisida (B), olah tanah sempurna (C), olah tanah sempurna ditambahkan herbisda (D). Masing-masing perlakuan dilakukan sebanyak 4 ulangan. Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlet, aditivitas data diuji dengan uji Tukey. Jika asumsi terpenuhi data dianalisis dengan sidik ragam, perbedaan nilai tengah perlakuan diuji dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Pembuatan Petak Percobaan

Penelitian ini dilaksanakan dengan membuat 16 petak percobaan yang disusun secara kelompok. Ukuran setiap petak adalah 3 x 4 m. Pada percobaan ini diaplikasikan beberapa sistem olah tanah yaitu olah tanah minimum (OTM) dan olah tanah sempurna (OTS). Pada petak olah tanah minimum dilakukan pengolahan tanah seperlunya saja, yaitu hanya di sekitar bagian yang ingin ditanami. Sedangkan pada petak olah tanah sempurna dilakukan pengolahan tanah diseluruh areal tanam dengan menggunakan cangkul sedalam 20 cm. Gambaran tata letak percobaan dapat dilihat pada Gambar 1.


(34)

13 I U V IV III II

Keterangan : A (olah tanah minimum), B (olah tanah minimum + herbisida), C (olah tanah sempurna), D (olah tanah sempurna + herbisida); Angka 1, 2, 3 ,4 adalah simbol ulangan).

Gambar 1. Tata Letak Percobaan Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap pertumbuhan serapan hara dan produksi tanaman jagung pada tanah ultisol gedung meneng bandar lampung.

3.4.2 Penanaman Jagung

Penelitian ini menggunakan benih jagung varietas BISI-18 dengan potensi hasil produksi dapat mencapai 12 ton ha-1(Tabel 80, Lampiran). Tanaman jagung ditanam dengan jarak tanam 70 cm x 20 cm sedangkan jarak antar petak 50 cm. Penanaman jagung dilakukan dengan memasukkan dua benih jagung ke dalam setiap lubang tanam. Selanjutnya penjarangan tanaman dilakukan setelah 6 hari, sehingga tersisa satu tanaman yang tumbuh sehat.

3.4.3 Aplikasi Herbisida Campuran Glifosat dan 2,4-D

Aplikasi herbisida dilakukan pada saat sebelum penanaman dan pada saat tanaman berumur 6–8 minggu setelah tanam dengan dosis 1,5 liter/ha dan volemu semprot 160 ml.

B4 A1 A4 C4 C2 B1 C3 D3 D4 B3 D1

C1 B2 A2 D2


(35)

14

3.4.4 Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan beberapa cara yaitu : 1. Penyiraman dilakukan secara rutin apabila tidak turun hujan.

Penyiraman menggunakan selang yang terhubung dengan keran air. 2. Pemupukan dilakukan dengan pemberian pupuk kompos dengan dosis

10 ton/ha dilakukan 7 hari sebelum tanam dengan cara ditebarkan membentuk garis yang disesuaikan pada baris lobang tanam.

Kemudian pemberian pupuk anorganik dengan dosis Urea 300 kg ha-1, TSP 100 kg ha-1dan KCL 200 kg ha-1. Untuk pemberian urea

dilakukan dua kali, yaitu ½ dosis pada saat 3 Minggu Setelah Tanam (MST) dan ½ dosis pada 7 MST. Sedangkan TSP dan KCL diberikan hanya pada saat 3 MST.

3.4.5 Panen

Seluruh tanaman jagung dipanen kering sekitar 120 Hari Setelah Tanam (HST). Panen dilakukan dengan cara memisahkan tongkol jagung dari kelobot dan batang. Setelah itu batang dipotong hingga mendekati permukaan tanah.

3.4.6 Pengambilan Sampel Tanah

Sampel tanah diambil secara komposit, sebanyak 2 kali pada saat sebelum dan sesudah penanaman. Pengambilan sampel tanah awal diambil 5 titik pada top soil untuk areal pertanaman, sedangkan pengambilan sampel tanah akhir diambil 5 titik pada setiap petak tanaman. Sampel tanah yang telah diambil lalu disaring hingga lolos saringan ø 2 mm.


(36)

15

3.4.7 Pengambilan Sampel Tanaman

Sampel tanaman yang diambil adalah seluruh bagian tanaman kecuali akar. Setelah jagung dipanen tongkol jagung dipisahkan sampel tanaman langsung dikeringkan dalam oven.

3.5 Pengamatan

Variabel pengamatan yang diamati pada penelitian ini meliputi tinggi tanaman, jumlah daun,bobot kering pipilan, bobot kering berangkasan, bobot seratus butir, kadar air biji 14 %, bobot tongkol, analisis tanah, analisis tanaman, uji ekonomis.

3.5.1 Tinggi Tanaman

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan 1 kali pada saat 7 MST dengan cara mengukur tinggi tanaman dari permukaan tanah hingga daun terpanjang. Pengukuran dilakukan dalam satuan centimeter dengan jumlah tanaman contoh 10 tanaman plot-1.

3.5.2 Jumlah Daun

Pengamatan jumlah daun dilakukan 1 kali pada saat 8 MST dengan cara menghitung daun yang telah membuka sempurna berwarna hijau. Sedangkan daun yang telah menguning dan mati tidak dihitung.

3.5.3 Bobot Pipilan

Bobot pipilan basah diperoleh setelah jagung dipipil manual lalu ditimbang dengan timbangan digital, sedangkan bobot pipilan kering diperoleh setelah jagung dipipil manual lalu dikering anginkan hingga kadar airnya mencapai 14 %. Lalu ditimbang dengan timbangan digital.


(37)

16

3.5.4 Bobot Brangkasan

Pengambilan sampel bobot brangkasan basah dan kering dilakukan setelah pemanenan yaitu sekitar 120 hari setelah tanam (HST). Tanaman jagung dipotong tepat pada permukaan tanah kemudian ditimbang bobot

brangkasan basah. Sedangkan bobot brangkasan kering diperoleh dari brangksan basah tanaman jagung yang dioven dengan suhu 700C selama 72 jam kemudian ditimbang bobot kering brangkasan.

3.5.5 Bobot Seratus Butir

Bobot seratus butir dilakukan dengan menimbang pipilan jagung kering pada setiap petak percobaan sebanyak 100 butir secara acak.

Penimbangan bobot seratus butir menggunakan timbangan digital.

3.5.6 Kadar Air Biji 14 %

Pengamatan akan dilakukan menggunakan alat Moisture Seed Tester. Pengukuran akan dilakukan pada sampel biji setiap petak percobaan, setelah itu kadar air biji dikonversi menjadi kadar air 14 % dengan rumus (Pratama, 2010).

Kadar air 14% = ( )

( )

x

bobot pada saat kadar air terukur

Keterangan :

a : Nilai kadar air terukur

b : Nilai kadar air yang dikehendaki (14%) 100 : Angka persentase maksimum


(38)

17

3.5.7 Analisis Tanah

Analisis tanah dilakukan dua kali yaitu sebelum dilakukan penanaman, dan setelah panen untuk diketahui kandungan unsur hara N-total, P-tersedia, K-dd, pH tanah, C-organik.

3.5.8 Analisis Tanaman

Analisis tanaman dilakukan setelah panen lalu sampel tersebut dioven dan digiling hingga halus kemudian diabukan untuk dilakukan analisis

tanaman dan dihitung kadar unsur hara N,P,K . 3.5.9 Uji Korelasi

Uji korelasi dilakukan untuk melihat hubungan antara serapan N, P dan K dengan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung. Uji korelasi yang dilakukan ialah serapan NPK terhadap tinggi tanaman 7 MST, jumlah daun 8 MST, bobot basah pipilan, dan bobot basah brangkasan.

3.5.10 Uji Ekonomis Pengaruh Olah Tanah

Uji ekonomis sistem olah tanah dilakukan dengan perhitungan index rasio penerimaan dan pengeluaran biaya. Soekartawi (1995) menyatakan bahwa R/C adalah perbandingan antara penerimaan total dengan biaya usaha tani (benih/bibit, pupuk, pestisida/herbisida, tenaga kerja,

pengolahan tanah, pemeliharaan dan panen)

R = P x Q

C1 + C2

Keterangan : R = Nisbah penerimaan terhadap pengeluaran P = Harga produksi jagung (Rp/kg)

Q = Jumlah produksi jagung (Kg/ha) C1 = Upah tenaga kerja (Rp/hari) C2 = Biaya sarana produksi (Rp/ha)


(39)

18

Namun biaya penelitian ini C (cost) biaya untuk pengolahan tanah yang dihitung, sedangkan biaya lainnya diasumsikan sama untuk seluruh perlakuan. Apabila nilai ratio berdasarkan perhitungan tersebut > 1 maka pengolahan tanah yang diuji memiliki nilai ekonomis yang lebih baik atau nilai R yang lebih tinggi menunjukkan nilai ekonomis yang lebih baik.


(40)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini :

1. Olah tanah minimum + herbisida menghasilkan bobot pipilan basah, bobot pipilan kering oven, bobot pipilan KA 14%, dan bobot kering total tanaman tertinggi dibandingkan olah tanah minimum, olah tanah sempurna, dan olah tanah sempurna + herbisida.

2. Olah tanah minimum + herbisida menghasilkan serapan hara total tanaman N, P, dan K tertinggi dibandingkan olah tanah minimum, olah tanah sempurna, dan olah tanah sempurna + herbisida.

3. Serapan hara N P K berkorelasi terhadap jumlah daun, bobot pipilan, bobot bonggol, dan bobot brangkasan tanaman jagung.

4. Olah tanah minimum + herbisida menghasilkan nilai ekonomis tertinggi dibandingkan olah tanah minimum, olah tanah sempurna, dan olah tanah sempurna + herbisida.

5.2 Saran

Sebaiknya pada variabel pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun diukur pada setiap minggu sejak awal penanaman hingga masuk fase generatif agar dapat dilihat perkembangannya secara menyeluruh. Selanjutnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada jenis tanah dan lokasi yang sama untuk melihat


(41)

40

pengaruh aplikasi sistem olah tanah dan herbisida terhadap pertumbuhan, produksi dan serapan hara tanaman jagung secara berkelanjutan.


(42)

41

PUSTAKA ACUAN

Adrinal., A. Saidi, dan Gusmini. 2012. Perbaikan Sifat Fisika Kimia Tanah Psamment dengan Pemulsaan Organik dan Olah Tanah Konservasi pada Budidaya Jagung.Jurnal Solum9 (1) : 25–35.

Albayadi. 2005. Kajian Sistem Olah Tanah dan Pemberian Mulsa Jerami Padi terhadap Erosi Tanah Ultisol serta Hasil Jagung.Proseding Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian. Jambi 23-25 November 2005. 279–284.

Azwir. 2012. Pengaruh Sistem Persiapan Lahan terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Hibrida. Jurnal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Sumatera Barat. 38-46.

Balai Penelitian Tanaman Serealia. 2010.Deskripsi Varietas Jagung Unggul. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros. Sulawesi Selatan. 92 hlm.

Balai Penelitian Tanah. 2005.Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk.Balai Penenitian Tanah. Bogor. 136 hlm.

Badan Pusat Statistik. 2014. Data Produktivitas Jagung Indonesia pada tahun 2013 (http;//www.bps.go.id). Diakses pada 2 Juni 2014.

Dariah, A. 2009.Konservasi Tanah pada Lahan Tegalan.Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. 144 hlm.

Dwidjoseputro. 1994.Pengetahuan Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta. 232 hlm.

Golabi, M. H., S. A. El-Swaify, and C. Iyekar . 2014. Experiment of No-Till Farming System on the Volcanic Soils of Tropical Islands of Micronesia.International Soil and Water Conservation Research. P. 30 - 39.

Irianto, M.Y dan M.L.I. Johannis. 2011. Peranan herbisida dalam sistem olah tanah

konservasi untuk menunjang ketahanan pangan.J. Gulma dan Tumbuhan Invasif Trop 2: 62-69.

Makalew, A. D. N. 2001.Keanekaragaman Biota Tanah Pada Agroekosistem Tanpa Olah Tanah (TOT).Makalah Falsafah Sains. IPB. 19 hlm.


(43)

42

Mapegau. 2000. Pengaruh pemupukan N dan P terhadap Hasil Jagung Kultivar Arjuna pada Ultisol Batanghari Jambi.J. Agronomi. 4 (1): 17-18.

Mengel, K., E. A. Kirkby, H. Kosegarten and T. Appel. 2001.Principles of Plant Nutrition. 5th Ed., Kluwer Academic Publ., London. 849 hlm.

Muhadjir, F. 1988. Karakteristik Tanaman Jagung. DalamBuku Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan tanaman Pangan.

13–48 hlm.

Musa, Y., Nasaruddin, dan M. A. Kuruseng. 2007. Evaluasi Produktivitas Jagung Melalui Pengelolaan Populasi Tanaman, Pengolahan Tanah dan Dosis Pemupukan.Jurnal agrosistem. 3(1):21-33.

Olson, R.A. and D. H. Sandor. 1988. Corn Production. In Monograph :Agronomy Corn Improvement. Wisconsin. P . 639 - 686

Pandia, J. A. 2011. Aplikasi Herbisida dalam Persiapan Lahan dan Frekuensi Pengendalian Gulma terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea mays L.). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. 49 hlm.

Prabowo, A. Y. 2007.Teknis Budidaya:Budidaya Jagung.

http://teknisbudidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-jagung.html/07/04/2008. Diakses pada tanggal 5 Juni 2014.

Prasetyo, B.H., H. Sosiawan, and S. Ritung. 2000. Soil of Pametikarata, East Sumba: Its suitability and constraints for food crop development. Indon. J. Agric. Sci. 1(1): 1−9. Prasetyo, B.H., D. Subardja, dan B. Kaslan. 2005. Ultisols dari bahan volkan andesitic di

lereng bawah G. Ungaran.Jurnal Tanah dan Iklim23: 1−12.

Prasetyo, B. H. dan D. A. Suriadikarta. 2006. Karakteristik, Potensi, dan Teknologi

Pengelolaan Tanah Ultisol untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian25 (2): 39-47.

Pratama, M. S. 2014.Tumpang Sari Tanaman Jagung dan Kacang Tanah terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Dengan Penerapan Pupuk Urea. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. 94 hlm.

Rachman,A., A. Dariah, dan E. Husen. 2004.Konservasi Tanah Pada Lahan Kering

Belerang.Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian. 204 hlm.

Razali. 2002.Pengomposan dan Pengaruh Pemberian Kompos Pupuk Biologi serta Amandemen terhadap Pertumbuhan, Ketersediaan, serta Serapan HaraTanaman Kedelai pada Tanah Ultisol Langkat. Tesis. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. 82 hlm.


(44)

43

Samadi dan Cahyono. 1996.Budidaya Jagung. http://blogku

agroteknologi.blogspot.com/2011/07/budidaya-jagung.html. Diakses pada tanggal 6 Juni 2014.

Soekartawi. 1995. Teori Ekonomi Produksi. Rajawali Pers. Jakarta. 257 hlm.

Sri Adiningsih, J. dan Mulyadi. 1993. Alternatif teknik rehabilitasi dan pemanfaatan lahan alang-alang. Dalam S. Sukmana, Suwardjo, J. Sri Adiningsih, H.Subagjo, H.Suhardjo, Y. Prawirasumantri (Ed.). Pemanfaatan lahan alang-alang untuk usaha tani

berkelanjutan.Prosiding Seminar Lahan Alang-alang, Bogor, Desember

1992. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian. 29-50 hlm Syaputra, A. 2012.Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pemupukan Nitrogen Jangka Panjang

terhadap Laju Dekomposisi Mulsa In Situ dan Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Ultisol. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung. 61 hlm.

Utomo, M. 1995. Kekerasan Tanah dan Serapan Hara Tanaman Jagung pada Olah Tanah Konservasi Jangka Panjang.J.Tanah Trop. 1:1-7

Utomo, M. 1999. Teknologi Olah Tanah Konservasi Menuju Pertanian Berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik. Palembang 30 Oktober 1999. Fakultas Pertanian, Universitas IBA Palembang. 16 hlm.

Utomo, M. 2002.OlahTanah Konservasi untuk Pengelolaan Lahan Berkelanjutan.Prosiding Seminar Nasional Budidaya Olah Tanah Konservasi. Fakultas Pertanian. Yogyakarta. Hlm 1-33.

Wardoyo, S. 2008. Aplikasi Olah Tanah Konservasi dan Pupuk N Pada Entisol serta

Pengaruhnya Terhadap Serapan NPK Tanaman Jagung. Jurnal Agrin12 (2): 227-236 Yudono, A. D. 2000. Pengaruh Pengembalian Biomassa Bangkuang terhadap Sifat Tanah dan

Pertumbuhan Jagung.Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 54 hlm.

Yunizar, 2010. Peningkatan Produktifitas Jagung Melalui Pengolahan Tanah dan Kompos Jerami Padi Sawah di Bayas Jaya Riau.Prosiding Pekan Serealia Nasional.Jakarta, 2010. Hlm 214 - 219


(1)

18

Namun biaya penelitian ini C (cost) biaya untuk pengolahan tanah yang dihitung, sedangkan biaya lainnya diasumsikan sama untuk seluruh perlakuan. Apabila nilai ratio berdasarkan perhitungan tersebut > 1 maka pengolahan tanah yang diuji memiliki nilai ekonomis yang lebih baik atau nilai R yang lebih tinggi menunjukkan nilai ekonomis yang lebih baik.


(2)

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini :

1. Olah tanah minimum + herbisida menghasilkan bobot pipilan basah, bobot pipilan kering oven, bobot pipilan KA 14%, dan bobot kering total tanaman tertinggi dibandingkan olah tanah minimum, olah tanah sempurna, dan olah tanah sempurna + herbisida.

2. Olah tanah minimum + herbisida menghasilkan serapan hara total tanaman N, P, dan K tertinggi dibandingkan olah tanah minimum, olah tanah sempurna, dan olah tanah sempurna + herbisida.

3. Serapan hara N P K berkorelasi terhadap jumlah daun, bobot pipilan, bobot bonggol, dan bobot brangkasan tanaman jagung.

4. Olah tanah minimum + herbisida menghasilkan nilai ekonomis tertinggi dibandingkan olah tanah minimum, olah tanah sempurna, dan olah tanah sempurna + herbisida.

5.2 Saran

Sebaiknya pada variabel pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun diukur pada setiap minggu sejak awal penanaman hingga masuk fase generatif agar dapat dilihat perkembangannya secara menyeluruh. Selanjutnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada jenis tanah dan lokasi yang sama untuk melihat


(3)

40

pengaruh aplikasi sistem olah tanah dan herbisida terhadap pertumbuhan, produksi dan serapan hara tanaman jagung secara berkelanjutan.


(4)

PUSTAKA ACUAN

Adrinal., A. Saidi, dan Gusmini. 2012. Perbaikan Sifat Fisika Kimia Tanah Psamment dengan Pemulsaan Organik dan Olah Tanah Konservasi pada Budidaya Jagung.Jurnal Solum9 (1) : 25–35.

Albayadi. 2005. Kajian Sistem Olah Tanah dan Pemberian Mulsa Jerami Padi terhadap Erosi Tanah Ultisol serta Hasil Jagung.Proseding Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian. Jambi 23-25 November 2005. 279–284.

Azwir. 2012. Pengaruh Sistem Persiapan Lahan terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Hibrida. Jurnal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Sumatera Barat. 38-46.

Balai Penelitian Tanaman Serealia. 2010.Deskripsi Varietas Jagung Unggul. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros. Sulawesi Selatan. 92 hlm.

Balai Penelitian Tanah. 2005.Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk.Balai Penenitian Tanah. Bogor. 136 hlm.

Badan Pusat Statistik. 2014. Data Produktivitas Jagung Indonesia pada tahun 2013 (http;//www.bps.go.id). Diakses pada 2 Juni 2014.

Dariah, A. 2009.Konservasi Tanah pada Lahan Tegalan.Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. 144 hlm.

Dwidjoseputro. 1994.Pengetahuan Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta. 232 hlm.

Golabi, M. H., S. A. El-Swaify, and C. Iyekar . 2014. Experiment of No-Till Farming System on the Volcanic Soils of Tropical Islands of Micronesia.International Soil and Water Conservation Research. P. 30 - 39.

Irianto, M.Y dan M.L.I. Johannis. 2011. Peranan herbisida dalam sistem olah tanah

konservasi untuk menunjang ketahanan pangan.J. Gulma dan Tumbuhan Invasif Trop 2: 62-69.

Makalew, A. D. N. 2001.Keanekaragaman Biota Tanah Pada Agroekosistem Tanpa Olah Tanah (TOT).Makalah Falsafah Sains. IPB. 19 hlm.


(5)

42

Mapegau. 2000. Pengaruh pemupukan N dan P terhadap Hasil Jagung Kultivar Arjuna pada Ultisol Batanghari Jambi.J. Agronomi. 4 (1): 17-18.

Mengel, K., E. A. Kirkby, H. Kosegarten and T. Appel. 2001.Principles of Plant Nutrition. 5th Ed., Kluwer Academic Publ., London. 849 hlm.

Muhadjir, F. 1988. Karakteristik Tanaman Jagung. DalamBuku Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan tanaman Pangan.

13–48 hlm.

Musa, Y., Nasaruddin, dan M. A. Kuruseng. 2007. Evaluasi Produktivitas Jagung Melalui Pengelolaan Populasi Tanaman, Pengolahan Tanah dan Dosis Pemupukan.Jurnal agrosistem. 3(1):21-33.

Olson, R.A. and D. H. Sandor. 1988. Corn Production. In Monograph :Agronomy Corn Improvement. Wisconsin. P . 639 - 686

Pandia, J. A. 2011. Aplikasi Herbisida dalam Persiapan Lahan dan Frekuensi Pengendalian Gulma terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea mays L.). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. 49 hlm.

Prabowo, A. Y. 2007.Teknis Budidaya:Budidaya Jagung.

http://teknisbudidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-jagung.html/07/04/2008. Diakses pada tanggal 5 Juni 2014.

Prasetyo, B.H., H. Sosiawan, and S. Ritung. 2000. Soil of Pametikarata, East Sumba: Its suitability and constraints for food crop development. Indon. J. Agric. Sci. 1(1): 1−9. Prasetyo, B.H., D. Subardja, dan B. Kaslan. 2005. Ultisols dari bahan volkan andesitic di

lereng bawah G. Ungaran.Jurnal Tanah dan Iklim23: 1−12.

Prasetyo, B. H. dan D. A. Suriadikarta. 2006. Karakteristik, Potensi, dan Teknologi

Pengelolaan Tanah Ultisol untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian25 (2): 39-47.

Pratama, M. S. 2014.Tumpang Sari Tanaman Jagung dan Kacang Tanah terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Dengan Penerapan Pupuk Urea. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. 94 hlm.

Rachman,A., A. Dariah, dan E. Husen. 2004.Konservasi Tanah Pada Lahan Kering

Belerang.Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian. 204 hlm.

Razali. 2002.Pengomposan dan Pengaruh Pemberian Kompos Pupuk Biologi serta Amandemen terhadap Pertumbuhan, Ketersediaan, serta Serapan HaraTanaman Kedelai pada Tanah Ultisol Langkat. Tesis. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. 82 hlm.


(6)

agroteknologi.blogspot.com/2011/07/budidaya-jagung.html. Diakses pada tanggal 6 Juni 2014.

Soekartawi. 1995. Teori Ekonomi Produksi. Rajawali Pers. Jakarta. 257 hlm.

Sri Adiningsih, J. dan Mulyadi. 1993. Alternatif teknik rehabilitasi dan pemanfaatan lahan alang-alang. Dalam S. Sukmana, Suwardjo, J. Sri Adiningsih, H.Subagjo, H.Suhardjo, Y. Prawirasumantri (Ed.). Pemanfaatan lahan alang-alang untuk usaha tani

berkelanjutan.Prosiding Seminar Lahan Alang-alang, Bogor, Desember

1992. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian. 29-50 hlm Syaputra, A. 2012.Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pemupukan Nitrogen Jangka Panjang

terhadap Laju Dekomposisi Mulsa In Situ dan Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Ultisol. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung. 61 hlm.

Utomo, M. 1995. Kekerasan Tanah dan Serapan Hara Tanaman Jagung pada Olah Tanah Konservasi Jangka Panjang.J.Tanah Trop. 1:1-7

Utomo, M. 1999. Teknologi Olah Tanah Konservasi Menuju Pertanian Berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik. Palembang 30 Oktober 1999. Fakultas Pertanian, Universitas IBA Palembang. 16 hlm.

Utomo, M. 2002.OlahTanah Konservasi untuk Pengelolaan Lahan Berkelanjutan.Prosiding Seminar Nasional Budidaya Olah Tanah Konservasi. Fakultas Pertanian. Yogyakarta. Hlm 1-33.

Wardoyo, S. 2008. Aplikasi Olah Tanah Konservasi dan Pupuk N Pada Entisol serta

Pengaruhnya Terhadap Serapan NPK Tanaman Jagung. Jurnal Agrin12 (2): 227-236 Yudono, A. D. 2000. Pengaruh Pengembalian Biomassa Bangkuang terhadap Sifat Tanah dan

Pertumbuhan Jagung.Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 54 hlm.

Yunizar, 2010. Peningkatan Produktifitas Jagung Melalui Pengolahan Tanah dan Kompos Jerami Padi Sawah di Bayas Jaya Riau.Prosiding Pekan Serealia Nasional.Jakarta, 2010. Hlm 214 - 219