INCREASING STUDENT’S ACTIVITY AND WRITING ABILITY IN ENGLISH SIMPLE SENTENCES THROUGH CHAIN CARD GAME IN CLASS VIII AT SMP NEGERI 3 PRINGSEWU PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS KALIMAT BAHASA INGGRIS SEDERHANA MELALUI CHAIN CA

(1)

ii

AT SMP NEGERI 3 PRINGSEWU By

SOLAH

The objetives of the research are to analyze: (1). The design of the lesson plan, (2). The implementation of lesson plan which consists are scoring of teacher’s and student’s activity; (3) Evaluation system; (4) The increase of student’s ability in writing of English simple sentences through Chain Card Game.

This research was conducted at SMP Negeri 3 Pringsewu. The research was conducted by using classroom action research which consist of three cycles. Cycle I was conducted through grouping which consisted of 4 students based on gender, by using white chain card game, cycle II by grouping student based on the different students academic ability,by using the same card, and cycle III used chain card game media by defferent colour in the same as group at the second cycle. Technique of collecting data by using observation and test, and was conducted by quantitative descriptive..

The result of research are: (1) The syntax of lesson plan designed through game media consists three steps; i.e: beginning, main activity and closing; (2). Students activity in word and phrase arrangement learning through chain card game has increased, writing and discussing the sentense of the game result, making conclution and resume, (3). Evaluation system used essay test by random word / phrase arrangement become a good sentence, (4). The student’s ability of class VIII.2 at the first cycle who got 65 or more was 62%, second cycle was 91%, and third cycle was 100%. The student’s ability of class VIII.3 at the first cycle who got 65 or more was 78%, second and third cycle was 100%.


(2)

i

SMP NEGERI 3 PRINGSEWU

Oleh SOLAH

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis (1) Desain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, (2) Pelaksanaan Pembelajaran, yang di dalamnya terdapat penilaian kinerja guru dan aktivitas belajar siswa, (3) Sistem evaluasi, dan (4) Peningkatan kemampuan siswa dalam menulis kalimat Bahasa Inggris sederhana melalui media Chain Card Game.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Pringsewu. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Penelitian Tindakan (action research). Penelitian ini dilaksanakan selama tiga siklus. Pada siklus I dengan membentuk kelompok yang terdiri dari 4 siswa berdasarkan jenis kelamin dengan menggunakan media chain card game warna putih, pada siklus II berdasarkan kemampuan akademik siswa yang berbeda dengan menggunakan media yang sama, dan pada siklus III menggunakan media chain card game berwarna. Data dikumpulkan melalui observasi dan tes, serta dianalisis secara deskriptif kuantitatif.

Hasil Penelitian: (1) Sintak Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun dengan media permainan dalam 3 langkah kegiatan, yang meliputi kegiatan awal, inti dan penutup; (2) Aktivitas siswa dalam pembelajaran menyusun kata/phrase dengan media permainan chain card game meningkat, menuliskan kalimat hasil permainan, mendiskusikan kalimat hasil prmainan bersama kelompok lain, dan membuat kesimpulan dan resume; (3) Sistem evaluasi menggunakan tes dalam bentuk uraian menyusun kata acak menjadi kalimat sederhana. (4). Prestasi belajar siswa kelas VIII.2 pada siklus I siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 (62%). Pada siklus II 91% dan siklus III 100%. Prestasi belajar siswa kelas VIII.3 pada siklus I yang memperoleh nilai ≥ 65 (78%), siklus II dan siklus III sebesar100%. Kata kunci: aktivitas belajar, chain card game, kemampuan menulis.


(3)

(4)

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS KALIMAT BAHASA INGGRIS SEDERHANA

MELALUI CHAIN CARD GAME PADA SISWA KELAS VIII SMPN 3 PRINGSEWU

(Tesis)

Oleh SOLAH

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2014


(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

viii

“Seorang guru yang mengajar karena panggilan jiwanya akan mengalirkan energi kecerdasan, kemanusiaan, kemuliaan dan keislaman yang besar di dalam dada setiap muridnya” (Munir. 2007: 5).


(10)

iii

sehingga penulis memperoleh kekuatan dan kemampuan untuk menyelesaikan tesis

ini dari mulai perencanaan, pelaksanaan, penyusunan hingga perbaikan.

Tesis ini dengan judul “Peningkata Aktivitas Belajar dan Kemampuan Siswa dalam

Menulis Kalimat Bahasa Inggris Sederhana melaluichain card gamepada Kelas VIII

SMP Negeri 3 Pringsewu Tahun Pelajaran 2011/2012” disusun dalam rangka

memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Teknologi

Pendidikan di Program Pascasarjana Fakultas Kegurun dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung.

Dengan selesainya tesis ini, penulis sampaikan ucapan terima kasih yang tak

terhingga kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas

Lampung.

2. Bapak Dr. Bujang Rahman , M. Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan berbagai


(11)

iv

Teknologi Pendidikan Fakultas Keguruan dan ilmu Pendidikan Universitas

Lampung.

5. Ibu Dr. Herpratiwi, M.Pd., selaku sekretaris Program Studi Magister Teknologi

Pendidikan dan Pembimbing II lanjutan yang telah memberikan saran sehingga

penyusunan tesis ini dapat berjalan lancar.

6. Bapak Ujang Suparman, M.A., Ph.D., selaku Pembimbing I, yang telah dengan

penuh kesabaran dalam membimbing penulis menyusun tesis sampai selesai .

7. Bapak Drs. Sumardi, M.Pd. (Alm), selaku Pembimbing II, yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan dan segala petunjuk yang diberikan dalam

penyusunan tesis ini.

8. Bapak Prof. Dr. Cucu Sutarsyah, M.A., selaku Pembahas I yang telah

memberikan masukan yang berharga dalam penyempurnaan tesis ini.

9. Bapak Dr. Riswandi, M.Pd., selaku pembahas II yang telah memberikan

masukan yang berharga dalam perbaikan tesis ini.

10. Bapak Mustakim, S.E., selaku Kepala SMP Negeri 3 Pringsewu yang telah

memberikan dorongan dan memberikan ijin tempat penelitian.

11. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi PPS Universitas Lampung

12. Seluruh rekan–rekan yang telah memberikan semangat dan do’a serta


(12)

v

Bandar Lampung, Mei 2014 Penulis

Solah


(13)

ix

DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR DIAGRAM... DAFTAR GAMBAR ...

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 . Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 . Identifikasi Masalah ... 9

1.3 . Batasan Masalah ... 10

1.4 . Rumusan Masalah ... 11

1.5 . Tujuan Penelitian ... 11

1.6 . Manfaat Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 14

2.1 . Belajar dan Pembelajaran... 14

2.2 . Teori Belajar dan Pembelajaran ... 16

2.3 . Teori Desain Pembelajaran ... 28

2.4 . Teori Evaluasi Pembelajaran... 34

2.5 . Aktivitas Belajar... 36

2.6 . Media Pembelajaran…... 38

2.7 . Model Pembelajaran Cooperative Learning... 42

2.8 . Media Chain Card Game... 46

2.9 . Pengertian Menulis (Writing) ... 50

2.10 Pengertian Kalimat ... 51

2.11 Pengertian Kemampuan Menulis Kalimat Bahasa Inggris Sederhana ... 52


(14)

x

3.3 Lama Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 56

3.4 Rancangan Penelitian Tindakan Kelas... 58

3.4.1 Tahap Persiapan Penelitian. ... 58

3.4.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 59

3.4.3 Tahap Observasi dan Evaluasi ... 60

3.4.4 Tahap Refleksi ... 61

3.5 Definisi Konseptual dan Operasional ... 61

3.5.1 Definisi Konseptual... 61

3.5.2 Definisi Operasional... 63

3.6 Kisi-kisi Instrumen Penelitian... 64

3.6.1. Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 64

3.6.2. Proses Pembelajaran... 65

3.6.3. Sistem Evaluasi ... 66

3.6.4. Prestasi Belajar... 66

3.7 Instrumen Penelitian... 67

3.7.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 67

3.7.2. Proses Pembelajaran... 67

3.7.3. Sistem Evaluasi ... 67

3.7.4. Prestasi Belajar... 68

3.8 Teknik Analisis Data... 68

3.9 Validasi dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 70

3.9.1. Pengujian Validitas ... 70

3.9.2. Pengujian Reliabilitas... 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.....74

4.1 Hasil Penelitian ... 74

4.1.1 Hasil Penelitian Siklus Pertama ... 74


(15)

xi

4.1.1.4 Analisis dan Refleksi ... 86

4.1.2 Hasil Penelitian Siklus Kedua... 89

4.1.2.1 Perencanaan Tindakan ... 89

4.1.2.2 Pelaksanaan Tindakan... 90

4.1.2.3 Observasi dan Evaluasi ... 94

4.1.2.3.1. Kelas VIII.2... 94

4.1.2.3.2. Kelas VIII.3... 97

4.1.2.4 Analisis dan Refleksi ... 100

4.1.3 Hasil Penelitian Siklus Ketiga... 102

4.1.3.1 Perencanaan Tindakan ... 102

4.1.3.2 Pelaksanaan Tindakan ... 104

4.1.3.3 Observasi dan Evaluasi ... 107

4.1.3.3.1. Kelas VIII.2... 107

4.1.3.3.2. Kelas VIII.3... 110

4.1.3.4 Analisis dan Refleksi... 113

4.2 Pembahasan ... 118

4.2.1 Perencanaan Pembelajaran... 118

4.2.2 Pelaksanaan Pembelajaran ... 119

4.2.3 Sistem Evaluasi Pembelajaran ... 123

4.2.4 Prestasi Belajar... 124

4.3 Keterbatasan Penelitian ... 128

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...131

5.1 Simpulan ... 131

5.2 Saran... 133


(16)

xvi

Tabel 3.1 Instrumen Penilaian Kenerja Guru 1... 65

Tabel 3.2 Instrumen Penilaian Aktifita Belajar Siswa ... 65

Tabel 3.3 Instrumen Penilaian Kinerja Guru 2 ... 65

Tabel 3.4 Instrumen Penilaian Tes Menulis... 67

Tabel 3.5 Kriteria Penilaian Aktifitas Belajar Siswa ... 68

Tabel 3.6 Kriteria Penilaian Kinerja Guru ... 69

Tabel 4.1 Aktifitas Belajar Siswa Tiap Aspek Kelas VIII.2 Siklus I... 82

Tabel 4.2 Aktifitas Belajar Siswa Tiap Aspek Kelas VIII.3 Siklus I... 85

Tabel 4.3 Aktifitas Belajar Siswa Tiap Aspek Kelas VIII.2 Siklus II ... 97

Tabel 4.4 Aktifitas Belajar Siswa Tiap Aspek Kelas VIII.3 Siklus II ... 99

Tabel 4.5 Aktifitas Belajar Siswa Tiap Aspek Kelas VIII.2 Siklus III ... 109


(17)

xvi

Gambar 3.1Siklus Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas... 35

Gambar 1. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus Pertama ... 217

Gambar 1. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus Kedua... 223


(18)

xv

Diagram 4.2 Perbandingan Pencapaian Aktifitas Belajar Siswa Pada

Siklus I,II, dan II ... I116 Diagram 4.2 Perbandingan Pencapaian Aktifitas Belajar Siswa

Tiap Aspek Pengamatan Kelas VIII.2 Pada Siklus I,II, Dan III ... 116 Diagram 4.2 Perbandingan Pencapaian Aktifitas Belajar Siswa


(19)

xii

3. Lembar Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivita Belajar Siswa... 139

4. Instrumen Penilaian Kinerja Guru 2 ... 140

5. Silabus ... 141

6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 ... 142

7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2 ... 147

8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 3 ... 153

9. Kisi-kisi Penulisan Soal ... 161

10. Kartu Soal Siklus 1 ... 162

11. Kartu Soal Siklus 2 ... 163

12. Kartu Soal Siklus 3 ... 164

13. Validitas Soal Pre Testdan Post Test1 ... 165

14. Validitas Soal Post Test2 ... 170

15. Validitas SoalPost Test3 ... 175

16. Rakapitulasi Instrumen Penilaian Guru (IPKG 1) ... 183

17. Hasil Pengamatan Kinerja Guru (IPKG 2) Siklus 1 ... 184

18. Instrumen Hasil Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa Kelas VIII.2 (Siklus 1) ... 185

19. Pencapaian Persentase Tiap Aspek Aktivitas Belajar Siswa Kelas VIII.2 (Siklus 1) ... 186

20. Hasil Rekapitulasi Pre TestSiswa Kelas VIII.2 (Siklus 1)... 187

21. Hasil Rekapitulasi Post TestSiswa Kelas VIII.2 (Siklus 1) ... 188

22. Hasil Pengamatan Kinerja Guru (IPKG 2) Siklus 2 ... 189

23. Hasil Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa Kelas VIII.2 (Siklus 2)... 190

24. Pencapaian Persentase Tiap Aspek Aktivitas Belajar Siswa Kelas VIII.2 (Siklus 2) ... 191

25. Hasil Rekapitulasi Post TestSiswa Kelas VIII.2 (Siklus 2) ... 192


(20)

xiii

30. Hasil Pengamatan Kinerja Guru (IPKG 2) Siklus 1 ... 197

31. Hasil Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa Kelas VIII.3 (Siklus 1)... 198

32. Pencapaian Persentase Tiap Aspek Aktivitas Belajar Siswa Kelas VIII.3 (Siklus 1) ... 199

33. Hasil Rekapitulasi Pre TestSiswa Kelas VIII.3 (Siklus 1)... 200

34. Hasil Rekapitulasi Post TestSiswa Kelas VIII.3 (Siklus 1) ... 201

35. Hasil Pengamatan Kinerja Guru (IPKG 2) Siklus 2 ... 202

36. Hasil Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa Kelas VIII.3 (Siklus 2)... 203

37. Pencapaian Persentase Tiap Aspek Aktivitas Belajar Siswa Kelas VIII.3 (Siklus 2) ... 204

38. Hasil Rekapitulasi Post TestSiswa Kelas VIII.3 (Siklus 2) ... 205

39. Hasil Pengamatan Kinerja Guru (IPKG 2) Siklus 3 ... 206

40. Hasil Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa Kelas VIII.3 (Siklus 3)... 207

41. Pencapaian Persentase Tiap Aspek Aktivitas Belajar Siswa Kelas VIII.3 (Siklus 3) ... 208

42. Hasil Rekapitulasi Post TestSiswa Kelas VIII.3 (Siklus 3) ... 209


(21)

BAB I

PENDAHAULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, dan Manfaat Penelitian.

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik dengan bimbingan dan arahan guru sebagai langkah persiapan untuk dapat hidup dan berkembang dalam masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

Proses pembelajaran di kelas diharapkan dapat mendorong siswa sebagai pembelajar untuk dapat berpartisipasi aktif melalui kegiatan yang menyenangkan dengan menggunakan strategi, model, dan media belajar yang bersifat kontekstual sehingga diharapkan siswa mampu mengkonstruksi sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 dijelaskan bahwa proses pembelajaran pada setiap


(22)

satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Pernyataan pasal tersebut di atas mengharuskan adanya upaya konkrit dari guru dalam mengemas pembelajaran melalui; perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil belajar yang berpusat pada aktivitas siswa, pelibatan keseluruhan aspek fisik dan emosional, multi inderawi, fleksibel, dan adanya kerjasama antar siswa untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan.

Pelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Menengah Pertama berfungsi sebagai alat pengembangan diri siswa dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Setelah menamatkan studi, siswa diharapkan dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu yang cerdas, terampil dan berkepribadian serta siap berperan dalam pembangunan di masyarakat.

Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Sekolah Menengah Pertama menyatakan bahwa

Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu; mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan inilah yang digunakan untuk menanggapi atau menciptakan wacana dalam kehidupan


(23)

bermasyarakat. Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar lulusannya mampu berkomunikasi dan berwacana dalam Bahasa Inggris pada tingkat literasi tertentu.

Semua itu perlu didukung oleh unsur-unsur bahasa lainnya, yaitu: kosa kata (vocabulary), tata bahasa (grammar) dan ucapan (pronounciation) sesuai dengan materi pembelajaran yang ada pada Silabus.

Keterampilan berbahasa pada tingkat Sekolah Menengah Pertama yang harus dikuasai siswa meliputi keterampilan mendengar (listening), berbicara (speaking), membaca (reading) dan menulis (writing), dengan tujuan agar siswa mampu berkomunikasi dan berwacana dalam Bahasa Inggris. Keempat keterampilan berbahasa tesebut mempunyai keterkaitan dan saling menunjang dalam penerapannya. Kemampuan berkomunikasi dan berwacana dalam Bahasa Inggris berimplementasi pada kemampuan individu dalam mengungkapkan gagasan baik secara lisan (orally) maupun tulis (writen). Oleh karena itu, pelaksanaan proses pembelajaran harus dilakukan dengan mengembangkan budaya membaca dan menulis.

Masalah esensi yang diangkat dalam penelitian ini erat hubungannya dengan salah satu keterampilan berbahasa, yaitu menulis (writing). Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang memegang peranan penting, karena dengan menulis seseorang dapat berkomunikasi secara tidak langsung dengan orang lain, baik secara formal maupun informal. Di samping itu, menulis juga merupakan cara untuk


(24)

mengekspresikan ide, pendapat atau pengalaman untuk orang lain maupun diri sendiri.

Guru sebagai agen pembelajaran diharapkan dapat mengarahkan, membimbing, dan membantu memecahkan masalah kesulitan belajar siswa melalui rancangan pembelajaran dan pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan bagi siswa serta menggunakan sistem evaluasi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Penggunaan media pembelajaran tertentu akan turut mempengaruhi pencapaian hasil belajar siswa. Media yang baik adalah media yang bervariasi dan menyenangkan, dalam penggunaanya dapat membantu siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran sehingga siswa mampu menyerap informasi dan gagasan yang terdapat pada materi ajar yang disampaikan.

Guru mempunyai kebebasan menggunakan media pembelajaran sesuai tujuan pendidikan dan mampu membantu keberhasilan belajar siswa terutama dalam menggunakan media yang terdapat di lingkungan sekolah baik di dalam maupun di luar kelas yang mengajak siswa belajar sambil bermain.

Hal yang perlu diperhatikan prinsip media adalah sebagai alat bantu dalam mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan dalam perangkat pembelajaran dengan mengacu pada Standar Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar) sesuai dengan tingkat pendidikan satuan pendidikan.


(25)

Sistem evaluasi dan soal uji kompetensi siswa perlu dirancang dan dibuat guru sebagai kelengkapan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaan (RPP) sehingga dapat digunakan guru pada saat evaluasi baik proses maupun pada akhir pembelajaran.

Pembelajaran hendaknya menyenangkan, interaktif, menantang dan memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa akan memiliki ruang yang cukup untuk berkreasi dan beraktivitas sesuai dengan bakat dan minat mereka.

Meskipun para siswa telah menyadari akan pentingnya Bahasa Inggris, namun pada kenyataannya, masih banyak dari mereka yang mendapatkan masalah dalam belajar Bahasa Inggris, hal tersebut dapat diketahui pada beberapa hal, yaitu; 1) sebagian siswa terlihat tidak aktif dalam mengikuti pembelajaran, 2) kurangnya keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat, baik secara lisan maupun tulis dalam Bahasa Inggris, 3) kurangnya partisipasi siswa dalam menyelesaikan pekerjaan kelompok, 4) terbatasnya kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan guru baik lisan maupun tulisan dalam Bahasa Inggris.

Prestasi belajar siswa belum menunjukkan hasil belajar yang diharapkan yaitu belum banyak siswa yang memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 65 terutama pada aspek kemampuan menulis (writing). Berikut disajikan dari hasil tes menulis Bahasa Inggris siswa kelas VIII.2 dan VIII.3.


(26)

Tabel 1.1. Daftar perolehan nilai tes menulis semester ganjil kelas VIII.2 dan VIII.3 Tahun Pelajaran 2010/2011

No. Rentang Nilai Jumlah Siswa Persentase VIII.2 VIII.3 VIII.2 VIII.3

1. ≤65 19 14 56% 44%

2. 65 – 70 14 16 41% 50%

3. 71 – 75 1 2 3% 6%

4. 76 – 80 5. 81 – 85 6. 86 – 90 7. 91 – 95 8. 96 – 100

Jumlah 34 32 100% 100%

Tabel di atas menunjukan bahwa nilai tes menulis siswa kelas VIII.2 yang memperoleh nilai ≥65 sebanyak 15 siswa (44%), dan kelas VIII.3 yang memperoleh nilai ≥65 sebanyak 18 siswa (56%). Selebihnya nilai siswa masih berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan dalam KTSP sekolah yaitu 65. Keadaan tersebut menggambarkan bahwa kemampuan siswa menulis kalimat Bahasa Inggris masih rendah.

Perolehan nilai yang rendah tersebut di atas menunjukkan bahwa pembelajaran menulis (writing) mengalami beberapa masalah, yaitu; (1) siswa kurang memahami arti kata, (2) pengetahuan siswa tentang tata bahasa serta kaidah bahasa yang masih kurang, (3) kemampuan siswa menyusun kata menjadi kalimat masih rendah, hal tersebut yang menyebabkan rendahnya aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran di kelas.

Selain masalah tersebut di atas adalah kurangnya kemampuan guru dalam merancang perangkat pembelajaran. Guru masih menggunakan perangkat pembelajaran hasil Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang belum


(27)

disesuaikan dengan karakteristik dan kondisi siswa di sekolah. Hal ini berdampak pada pelaksanaan pembelajaran, guru melaksanakan pembelajaran di kelas tanpa berpatokan pada perencanaan pembelajaran yang ada. Guru hanya berpatokan pada buku sumber belajar yang disampaikan kepada siswa apa adanya tanpa mengkonstruksi ulang sesuai kebutuhan belajar siswa. Padahal belum tentu sesuai dengan materi ajar, karakteristik perkembangan siswa sehingga menjadikan pembelajaran tidak menarik, membosankan, tidak terarah tanpa tujuan yang jelas. Metode dan teknik pembelajaran yang tidak variatif menyebabkan ketidak ketertarikan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru, dan belum mengacu pada prinsip pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan. Faktor lain yang menyebabkan lemahnya kemampuan siswa menulis kalimat adalah kurangnya kemampuan guru dalam menggunakan media pembelajaran yang kreatif dan inovatif secara optimal. Peran media pembelajaran sangat penting dalam proses pembelajaran karena media adalah perantara informasi, yang dapat membantu siswa mempercepat memahami materi pelajaran, menarik perhatian siswa dan dapat menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dalam suasana yang menyenangkan.

Kondisi tersebut di atas merupakan masalah yang harus segera diatasi. Untuk mengatasi masalah pembelajaran di atas, penulis berusaha mencari solusi yang sesuai dengan era Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Guru dituntut untuk kreatif dan inovatif, mencari suatu teknik pembelajaran dan media yang sesuai dengan situasi, karakteristik dan perkembangan siswa.


(28)

Prinsip PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) harus dilaksanakan. Guru bukanlah sosok yang ditakuti dan bukan pula sosok otoriter, tetapi harus menjadi seorang fasilitator dan motor yang mampu memfasilitasi dan menggerakkan siswanya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang mereka butuhkan.

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, penulis bermaksud melakukan perbaikan pembelajaran dengan menitik-beratkan pada peningkatan aktivitas belajar siswa dan kemampuan menulis kalimat Bahasa Inggris sederhana melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penulis beranggapan bahwa siswa kelas VIII perlu dibekali dengan pengetahuan dasar tentang tata Bahasa Inggris yang baik dan benar serta kosa kata yang cukup. Dengan demikian, diharapkan nantinya siswa tidak mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikirannya melalui tulisan dalam Bahasa Inggris sederhana.

Untuk mengatasi masalah tersebut di atas, peneliti dalam penelitian ini menggunakan media chain card game dalam pembelajaran menulis Bahasa Inggris. Chain card game merupakan media berbentuk kartu yang berisikan kata atau frase Bahasa Inggris. Keunggulan media pembelajaran ini dapat menarik perhatian siswa, dapat dengan mudah menanamkan konsep pembelajaran terhadap siswa, dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, kreativitas siswa berkembang melalui dinamika kelompok serta dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dalam proses pembelajaran.


(29)

Pembelajaran menggunakan media chain card game dipilih dengan harapan aktivitas siswa meningkat, karena siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran (student centered), kreativitas siswa berkembang melalui dinamika kelompok, siswa mampu mengemukakan pendapat atau ide dalam kegiatan berbahasa baik secara lisan maupun tulis.

Dengan demikian, dalam penelitian ini penulis akan mengambil judul: Peningkatkan Aktivitas Belajar dan Kemampuan Siswa dalam Menulis Kalimat Bahasa Inggris Sederhana Melalui chain card game Pada Kelas VIII.2 SMP Negeri 3 Pringsewu Tahun Pelajaran 2010/2011.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat diidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi dalam pembelajaran menulis sebagai berikut:

1.2.1 Perangkat pembelajaran masih menggunakan hasil musyawarah guru mata pelajaran.

1.2.2 Aktivitas belajar siswa masih rendah.

1.2.3 Kemampuan siswa menulis Bahasa Inggris masih rendah.

1.2.4 Guru masih menggunakan metode yang monoton dan kurang variatif dalam proses pembelajaran.

1.2.5 Aktivitas belajar siswa masih rendah.

1.2.6 Penguasaan kosa kata dalam Bahasa Inggris siswa masih minim. 1.2.7 Pengetahuan tata bahasa dan unsur Bahasa Inggris lainnya masih


(30)

1.2.8 Proses pembelajaran masih berpusat pada guru.

1.2.9 Guru dalam proses pembelajaran belum mengacu pada prinsip-prinsip pembelajaran aktif, inovatif, kreatif , efektif dan menyenangkan.

1.2.10 Guru kurang dalam membuat dan penggunaan media pembelajaran kreatif dan inovatif.

1.2.11 Sistem evaluasi yang digunakan guru belum diterapkan secara optimal.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang serta identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, masalah penelitian difokuskan pada:

1.3.1 Perencanaan pembelajaran belum sesuai tujuan yang ingin dicapai 1.3.2 Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Inggris pada keterampilan menulis

belum dilaksanakan dengan baik, sehingga aktivitas belajar siswa masih rendah.

1.3.3 Sistem evaluasi pembelajaran yang dilaksanaka belum sesuai dengan tujuan pembelajaran.


(31)

1.4 Rumusan Masalah

Berkaitan dengan batasan masalah di atas, maka masalah pada penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1.4.1 Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan menggunakan media chain card game untuk meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan siawa menulis kalimat Bahasa Inggris sederhana?.

1.4.2 Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media chain card game untuk meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan siswa menulis kalimat Bahasa Inggris sederhana?.

1.4.3 Bagaimana sistem evaluasi pembelajaran dengan menggunakan media chain card game untuk meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan siswa menulis Bahasa Inggris sederhana?.

1.4.4 Bagaimana kemampuan siswa menulis dalam proses pembelajaran menggunakan media chain card game?

1.5 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1.5.1 Perencanaan pembelajaran dengan menggunakan media chain card game yang dapat meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan siswa menulis kalimat Bahasa Inggris sederhana.


(32)

1.5.2 Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media chain card game. Untuk meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan siswa menulis kalimat Bahasa Inggris sederhana.

1.5.3 Sistem evaluasi pembelajaran dengan menggunakan media chain card game.

1.5.4 Kemampuan siswa menulis Bahasa Inggris sederhana dalam proses pembelajaran menggunakan media chain card game.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil temuan penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi dunia pendidikan, baik secara teoritis maupun praktis, khususnya pada proses pembelajaran keterampilan menulis kalimat Bahasa Inggris Sederhana.

1.6.1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan kajian teori dengan pemikiran konsep teknologi pendidikan kawasan desain media dan pemanfaatannya, khususnya dalam pembelajaran bahasa Inggris. Disamping hasil penelitian ini diharapkan dapat mendukung teori yang sudah ada tentang media pembelajaran.

1.6.2. Manfaat Praktis

1. Bagi siswa, akan memperoleh pengalaman belajar menulis kalimat Bahasa Inggris sederhana yang lebih menarik dan menyenangkan yang akhirnya akan mampu meningkatkan kemampuan menulis mereka.


(33)

2. Bagi guru, untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun rancangan pembelajaran, melaksanakan proses belajar-mengajar yang lebih inovatif, kreatif dan mengevaluasi proses pembelajaran agar memperoleh hasil yang diharapkan.

3. Bagi penyelenggara pendidikan/praktisi pendidikan, temuan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian.

4. Bagi masyarakat, dapat menambah wawasan pengetahuan tentang perkembangan dunia pendidikan saat ini.


(34)

Dalam bagian ini diuraikan tentang Belajar dan Pembelajaran, Teori Belajar dan Pembelajaran, Teori Desain Pembelajaran, Toeri Evaluasi, Aktivitas Belajar, Media Pembelajaran, Model Pembelajaran Coopertive Learning, Chain Card Game, Pengertian Menulis, Pengertian Kemampuan Menulis Kalimat Bahasa Inggris Sederhana, dan Penelitian yang Relevan.

2.1 Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan suatu proses berpikir yang mengakibatkan terjadinya perubahan individu yang meliputi; pemahaman, ingatan, tingkah laku dan pengolahan emosional diri. Seperti diungkapkan oleh Sanjaya (2008: 107) bahwa belajar adalah proses berpikir. Belajar berpikir menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan lingkungan. Dari pengertian tersebut bahwa belajar itu membawa perubahan tingkah laku karena pengalaman dan latihan. Perubahan itu pada pokoknya didapatkannya kecakapan baru, seperti; berpikir, berbicara, mengingat, memecahkan masalah, bergerak dan berbuat kreatif dan perubahan itu terjadi karena usaha yang disengaja oleh seseorang.


(35)

perilaku, yaitu berubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak terampil menjadi terampil dan dari tidak bisa bersikap menjadi bisa bersikap tertentu.

Meskipun terdapat perbedaan pendapat di atas, tetapi pada dasarnya mengungkapkan makna belajar yang sama. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku secara sadar yang menyangkut aspek-aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam upaya mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dengan demikian seorang guru harus mampu menghidupkan interaksi yang aktif dengan peserta didiknya melalui metode dan penggunaan sumber belajar.

Lebih lanjut Saffat (2009: 5) mengemukakan bahwa terdapat beberapa prinsip belajar, yaitu:

 Belajar adalah peristiwa pengalaman berbuat dan bertingkah laku;  Belajar yang dilakukan tanpa tujuan tidak akan membawa hasil;  Tidak ada sesuatu yang dipelajari tanpa rintangan;

 Tidak dapat dituntut adanya keseragaman metode belajar dai setiap orang;  Cara belajar yang baik adalah senantiasa menilai, mengukur dan

menetapkan taraf pencapaian tujuan atau maksud seseorang untuk belajar;  Proses belajar akan berlangsung efisien jika peserta didik berada dalam


(36)

terjadinya interaksi dengan sumber belajar. Sumber belajar tersebut dapat berupa buku, lingkungan, guru lain sebagainya.

Bloom dalam Uno (2005: 15) menegaskan bahwa belajar mencakup dalam tiga kawasan, yaitu; kognitif, psikomotor dan afektif. Dari pendapat tersebut bahwa belajar merupakan proses mengembangan diri dalam aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik tentang suatu kompetensi tertentu.

Proses menciptakan lingkungan belajar disebut dengan pembelajaran. Belajar mungkin saja terjadi tanpa pembelajaran, namun pengaruh suatu pembelajaran dalam belajar hasilnya lebih menguntungkan dan mudah diamati dan dievaluasi.

Pendapat lain menurut Slavin (2008: 210) mengatakan bahwa pembelajaran meliputi upaya memperoleh kemampuan yang bukan merupakan bawaan lahir. Pembelajaran bergantung pada pengalaman, termasuk umpan balik dari lingkungan. Dari pendapat di atas, pembelajaran merupakan proses yang disengaja, bukan proses yang berjalan tanpa disadari dan timbul dengan sendirinya.

2.2 Teori belajar dan pembelajaran

Beberapa teori belajar dan pembelajaran yang berkembang saat ini, seperti teori belajar behavioristik, kognitif, konstruktivistik, humanistik, sibernetik, revolusi-sosio-kultural dan kecerdasan ganda, memiliki kelemahan dan kelebihan sendiri-sendiri.


(37)

Menurut pandangan teori Konstruktivistik, belajar merupakan usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui asimilasi dan akomodasi yang menuju pada pembentukan struktur kognitifnya yang memungkinkan mengarah kepada tujuan tersebut. Oleh karena itu, pembelajaran diusahakan agar dapat menciptakan kondisi terjadinya proses pembentukkan tersebut secara optimal pada diri siswa.

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir yang menganggap bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, prestasinya diperluas melalui konteks terbatas dan tidak serta merta. Pengetahuan itu bukan seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat (Baharuddin dan Nurwahyuni, 2007: 116). Dalam konteks ini siswa harus mampu merekonstruksi pengetahuan dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Dengan demikian, pembelajaran hendaknya benar-benar melibatkan siswa dan berpusat pada siswa. Siswa hendaknya dilatih agar dapat membangun sendiri pengetahuannya.

Salah satu konsep dasar pendekatan konstruktivisme dalam belajar adalah adanya interaksi sosial individu dengan lingkungannya. Menurut Elliott (2000: 20) mengatakan bahwa

Learning is the outcome of an interaction between a teacher and a student, two or more students, a student and computer a student and a parent, and so on-and is often a social and active enterprise given the learning as an interactive enterprice and often take place in classrooms it is desirable to create environments where routines are smooth and efficient, instruction facilitates personal connections betwen what is though and a person 's prior knowladge,

students attentions is maintained and they are frequently asked to act and use information, and material is periodically reviewed and


(38)

Pendapat Elliott di atas mengemukakan bahwa belajar adalah hasil dari interaksi-interaksi antara; guru dengan siswa, dua orang atau lebih siswa, siswa dengan aplikasi komputer, siswa dengan orang tua, dan siswa dengan lingkungan masyarakat.

Karakteristik pembelajaran yang dilakukan dalam belajar konstruktivistik adalah:

(1) membebaskan siswa dari belenggu kurikulum yang berisi fakta-fakta lepas yang sudah ditetapkan, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan ide-idenya tersebut, serta membuat kesimpulan-kesimpulan, (2) menempatkan siswa sebagai kekuatan timbulnya interes, untuk membuat hubungan di antara ide-ide atau gagasannya, kemudian memformulasikan kembali ide-ide tersebut, serta membuat kesimpulan-kesimpulan, (3) guru bersama-sama siswa menkaji pesan-pesan penting bahwa dunia adalah kompleks, dimana terdapat bermacam-macam pandangan tentang kebenaran yang datangnya dari berbagai interprestasi, dan (4) guru mengakui bahwa proses belajar dan penilaiannya merupakan suatu usaha yang kompleks, sukar dipahami, tidak teratur, dan tidak mudah dikelola.

Teori belajar konstruktivistik yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran akan memberikan sumbangan besar dalam membentuk siswa menjadi kreatif, produktif, dan mandiri. Konstruktivisme berpendapat belajar merupakan suatu proses mengkonstruksi pengetahuan melalui keterlibatan fisik dan mental siswa secara aktif. Dalam kontek ini siswa harus mampu merekonstruksi pengetahuan dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Belajar merupakan proses


(39)

masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivis adalah ide, bahwa siswa harus menemukan dan mentranformasikan suatu informasi itu menjadi milik mereka sendiri.

Pembelajaran konstruktivisme mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut:

1) Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. 2) Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru. 3) Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang suatu persoalan. 4) Pengetahuan tidak dapat di pisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proporsi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang diterapkan. 5) Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru. 6) Belajar berarti membentuk makna, makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar dan rasakan serta bersifat alami. Untuk mengkonstruksi hal tersebut akan dipengaruhi oleh pengertian yang telah dimiliki. 7) Konstruksi adalah suatu proses yang terus menerus setiap kali berhadapan dengan persoalan baru. 8) Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi


(40)

Menurut Saffat (2009: 9) bahwa proses belajar mengandung karakteristik sebagai berikut:

 Hakekat belajar adalah behavioural change.

 Belajar tidak hanya menghafal, tetapi juga mengkonstruksi pengetahuan di dalam benak.

 Seseorang belajar dari pengalaman.

 Pengetahuan yang telah dimiliki oleh seseorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman tentang suatu persoalan tersebut.

 Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah-pisah, melainkan satu kesatuan yang utuh.

 Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.

 Peserta didik perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.

 Proses belajar dapat mengubah struktur otak.

 Peserta didik belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.

 Keterampilan dan pengetahuan peserta didik diperoleh dari konteks yang terbatas, kemudian sedikit demi sedikit bertambah pada konteks yang luas.

 Penting bagi peserta didik tahu untuk apa ia belajar, dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan dalam kehidupan nyata.


(41)

pengetahuan itu secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui pembelajaran yang berkualitas.

Hakikat Pembelajaran menurut teori belajar kontruktivisme bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa, siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimiliki. Dengan kata lain siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru. Menurut teori konstruktivis, satu prinsip yang paling penting dalam pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar (Herpratiwi, 2009: 72).

Walaupun menurut pandangan teori belajar konstruktivisme upaya membangun pengetahuan dilakukan oleh siswa melalui belajar yang dilakukan, namun peran guru tetap mempunyai arti yang sangat penting. Dalam kegiatan pembelajaran fungsi guru sebagai mediator dan fasilitator dapat dijabarkan dalam beberapa wujud tugas sebagai berikut; menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan murid bertanggung jawab dalam membuat rancangan, proses dan penelitian, memberikan kegiatan yang merangsang keingin-tahuan siswa dan


(42)

pemikiran siswa dapat didorong secara aktif.

Menurut Sanjaya (2008: 135-136) ada beberapa asumsi perlunya pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa: Pertama, Asumsi filosofis tentang pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar mengembangkan manusia menuju kedewasaan baik kedewasaan intelektual, sosial, maupun kedewasaan moral. Kedua, Asumsi tentang siswa sebagai subjek pendidikan, yaitu; a) Siswa bukanlah manusia dalam ukuran mini, tetapi manusia yang sedang dalam tahap perkembangan, b) Setiap manusia mempunyai kemampuan yang berbeda, c) Anak didik pada dasarnya adalah insan yang aktif, kreatif dan dinamis dalam menghadapi lingkungannya, d) Anak didik memiliki motivasi untuk memenuhi kebutuhannya. Ketiga,Asumsi tentang guru adalah: a) Guru bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar peserta didik, b) Guru memliki kemampuan professional dalam mengajar, c) Guru mempunyai kode etik keguruan; d) Guru memiliki peran sebagai sumber belajar. Keempat, Asumsi yang berkaitan dengan proses pembelajaran adalah bahwa; a) bahwa proses pengajaran direncanakan dan dilaksanakan sebagai suatu sistem, b) peristiwa belajar akan terjadi manakala peserta didik berinteraksi dengan lingkungan yang diatur oleh guru, c) proses pengajaran akan lebih aktif apabila menggunakan metode dan teknik yang tepat dan berdaya guna, d) pengajaran member tekanan kepada pproses daan prosuk secara seimbang, e) inti proses pengajaran adalah adanya kegiatan belajar siswa secara optimal.


(43)

mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya jika tidak sesuai. Siswa agar dapat memahami dan menerapkan pengetahuan, mereka harus belajar memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan ide-idenya. Prinsip yang penting dalam psikologi pendidikan adalah guru tidak sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, siswa harus membangun sendiri pengetahuannya. Guru dapat memberikan kemudahan dan kesempatan bagi siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, serta melatih siswa menjadi sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Herpratiwi (2009: 85-86) mengemukakan aplikasi teori belajar konstruktivisme dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: (1) Belajar menjadi proses aktif. Menjaga siswa agar tetap aktif melakukan aktivitas yang bermakna menghasilkan proses tingkat tinggi, yang memfasilitasi penciptaan makna personal; (2) Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri bukan hanya menerima apa yang diberi oleh instruktur; (3) Bekerja dengan siswa lain member siswa pengalaman kehidupan nyata, melalui kerja kelompok, dan memungkinkan mereka menggunakan keterampilan meta-kognitif mereka; (4) Siswa harus diberi kontrol proses belajar; (5) Siswa harus diberi waktu dan kesempatan untuk refleksi; (6) Belajar harus dibuat bermakna bagi siswa. Materi belajar harus memasukan contoh-contoh yang berhubungan dengan siswa sehingga mereka dapat menerima informasi yang diberikan; (7) Belajar harus interaktif dan mengangkat belajar tingkat yang lebih tinggi dan kehadiran sosial, dan membantu mengembangkan makna personal.


(44)

peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut pasal ini siswa dipandang sebagai pemroses pengalaman dan informasi, bukan hanya sebagai tempat penampungan pengalaman dan informasi, tetapi siswa dilatih untuk menggunakan pola pikirannya secara rasional.

2.2.2. Teori Belajar Kognitif

Teori belajar kognitif menurut Ausubel (Herpratiwi, 2009: 20) merupakan suatu teori yang dinamakan model kognitif atau perseptual. Dalam model ini tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannnya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan-tujuannnya. Belajar itu sendiri menurut teori ini adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu terlihat sebagai tingkah laku. Proses belajar di sini mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang terbentuk dalam pikiran seseorang berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Prinsip teori kognitif memandang bahwa setiap orang berperilaku dan mengerjakan sesuatu dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan pemahaman atas diri seseorang. Piaget memandang bahwa “the child as an active learner”. Dari ungkapan ini, teori belajar kognitif berkaitan dengan teori psikologi kognitif. Aspek kognitifnya berkaitan dengan cara seseorang memperoleh pemahaman terhadap diri dan lingkungannya dan bagaimana mereka beradaptasi dengan lingkungannya secara sadar, sedangkan aspek psikologisnya menekankan pada korelasi seseorang dengan lingkungan psikologinya secara bersamaan atau secara timbal balik.


(45)

Model psikologi kognitif berpusat pada pikiran dan cara kerjanya pikiran. Piaget memandang perkembangan pada peserta didik dapat terjadi melalui 2 cara, Asimilasi dan Akomodasi. Cameron mendeskripsikan 2 cara perkembangan tersebut yaitu:

Asimilation happens when action takes place without any change to the child; accomodation involve the child adjusting to features of invironment in some ways (Cameron, 2002: 8).

Cameron juga mendukung pandangan Peaget yaitu:

a child’s thinking develops as gradual growth of knowladge and intelectual skills towards a final stage of formal, logical thinking (Cameron, 2002: 8).

Tujuan teori psikologi untuk membentuk hubungan yang baik antara tingkah laku seseorang pada ruang kehidupannya secara spesifik sesuai dengan situasi psikologinya. Untuk memahami dan memperkirakan perilaku seseorang kita dapat memperhatikan perilaku orang tersebut dengan lingkungan psikologinya sebagai pola dari fakta dan fungsi yang saling berkaitan. Menurut Piaget dalam Uno (2008: 11), perkembangan kognitif (kecerdasan) anak dibagi menjadi empat tahap, yaitu:

1) Tahap sensori motor. Pada tahap ini terjadi pada usia 0-2 tahun. Pada tahap ini anak mengatur ssensori indranya dan tindakan-tindakannya. 2) Pra-operasional. Tahap ini terjadi pada usia 2-7 tahun dalam tahap ini seorang anak telah mempunyai kesadaran tentang keberadaan suatu benda dan mengenalinya baik benda tersebut bersifat abstrak atau nampak. 3) Konkret operasional. Tahap ini


(46)

Anak telah beranjak remaja dan dapat menggunakan cara berpikir konkret dan kompleks. Pada tahapan perkembanga waktu ini jangan dipandang sebagai suatu hal yang statis dikarenakan perkembangan manusia yang satu dan yang lain berbeda-beda dan juga lingkungan dan pengalaman yang membentuk mental perkembangan anak yang berbeda pula, sudah barang tentu hal tersebut akan membedakan setiap individu.

Teori kognitif ini dikembangkan terutama untuk membantu pendidik memahami peserta didiknya. Hal ini juga dapat membantu pendidik memahami dirinya sendiri dengan lebih tepat. Menurut teori kognitif, belajar merupakan suatu proses interaksional seseorang dalam memperoleh pengetahuan baru atau struktur kognitif dan mengubah hal-hal yang lama. Agar belajar menjadi efektif seorang pendidik lebih memperhatikan dirinya dan psikologi peserta didik.

Teori belajar kognitif dibentuk dengan tujuan mengkonstruksi prinsip belajar secara ilmiah hasilnya berupa langkah-langkah yang dapat diaplikasikan pada pembelajaran di kelas untuk mendapatkan hasil yang optimal. Teori belajar kognitif menjelaskan cara seseorang mencapai pemahaman atas dirinya dan lingkungannya kemudian menginterprestasikan diri dan lingkungan psikologisnya merupakan satu kesatuan. Teori ini dikembangkan berdasarkan tujuan yang melatarbelakangi perilaku, cita-cita, cara-cara, dan cara seseorang memahami diri dan lingkungannya sebagai upaya untuk mencapai tujuan.


(47)

belajar dengan mandiri secara aktif; 2) Mengutamakan pembelajaran dengan interaksi sosial untuk menambah khasanah perkembangan kognitif siswa dan menghindari kognitif yang bersifat egosentris; 3) Menerapkan apa yang dimiliki siswa, agar siswa mempunyai pengalaman dalam mengeksplorasi kognitifnya lebih dalam; 4) Pada saat siswa melakukan hal yang benar harus diberikan hadiah untuk menguatkan dia untuk terus berbuat dengan tepat, hadiah tersebut bisa berupa pujian, dan sebagainya; 5) Materi yang diberikan akan sangat bermakna jika saling berkaitan karena dengan begitu seseorang akan lebih terlatih untuk mengeksplorasi kemampuan kognitifnya; 6) Pembelajaran dilakukan dari pengenalan dari umum ke khusus; 7) Pembelajaran tidak akan berhenti sampai ditemukan unsur-unsur baru lagi untuk dipelajari dengan orientasi ketuntasan; 8) Adanya kesamaan konsep atau istilah dalam dalam suatu konsep bisa sangat mengganggu dalam pembelajaran karena itulah penyesuaian integratif dibutuhkan. Dengan demikian teori belajar kognitif membantu peserta didik memperoleh pemahamannya secara sistematis sesuai dengan tingkat kematangan psikologisnya dan juga mempermudah guru dalam menganalisis karakteristik dari peserta didiknya dan membantunya dalam menentukan materi yang sesuai didasarkan pada need assesment.

Dari berbagai pendapat di atas tentang teori belajar bahwa belajar dengan bermain chain card game dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi, memanipulasi, mempraktekan, mengintegrasikan dengan lingkungan dan mendapatkan berbagai konsep serta pengertian yang diharapkan.


(48)

offers explisit guidance on how to better help people learn and develop”. Sebuah teori desain pembelajaran adalah sebuah teori yang menawarkan tuntunan yang tegas bagaimana membantu orang-orang belajar dan berkembang menjadi lebih baik.

Dick and Carey (2005: 4) mengatakan bahwa Desain Pembelajaran mencakup seluruh proses yang dilaksanakan pada pendekatan sistem, sedangkan teori belajar; teori evaluasi dan teori pembelajaran merupakan teori-teori yang melandasi desain pembelajaran.

Model desain sistem pembelajaran ini telah lama digunakan untuk menciptakan program pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik. Model yang mereka kembangkan didasarkan pada penggunaan sistem terhadap komponen-komponen dasar dari sistem pembelajaran yang meliputi; analisis, desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi. Model desain sistem pembelajaran yang dikembangkan terdiri atas beberapa komponen dan sub komponen yang perlu dilakukan untuk membuat rancangan aktivitas pembelajaran yang lebih besar.

Pada penelitian ini penulis menggunakan model desain pembelajaran Dick and Carey, karena berbagai alasan yaitu: (a) Desain ini memiliki pandangan khusus pada awal proses pembelajaran dengan lebih dahulu menetapkan tujuan kompetensi siswa yang harus tahu atau mampu dilakukan siswa pada waktu berakhirnya program pembelajaran. (b) Desain ini memiliki keterikatan yang runtut antar komponen-komponennya, dimana terdapat hubungan antara siasat


(49)

pembelajaran tidak dirancang untuk satu kali kegiatan saja, namun disesuaikan dengan kebutuhan siswa.

Komponen-komponen yang sekaligus merupakan langkah-langkah utama dari model desain pembelajaran tersebut adalah: 1) mengidentifikasi tujuan instruksional umum; 2) melakukan analisis instruksional; 3) mengidentifikasi perilaku dan karateristik awal peserta didik; 4) merumuskan tujuan performasi; 5) mengembangkan butir-butir tes acuan patokan; 6) mengembangkan strategi instruksional; 7) mengembangkan dan memilih bahan instruksional; 8) mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif; 9) melakukan revisi pembelajaran; 10) melaksanakan evaluasi sumatif, (Dick and Carey 2005: 5).


(50)

Sumber: Desain Instruksional (Dick and Carey: 2005:5)

Model Dick and Carey yang terdiri dari 10 langkah ini pada tiap-tiap langkahnya sangat jelas maksud dan tujuannnya, sehingga bagi perancang pemula sangat cocok sebagai dasar untuk mempelajari model desain yang lain.

Kesepuluh langkah pada model Dick and Carey menunjukkan hubungan yang sangat jelas, dan tidak terputus antara langkah yang satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain, sistem yang terdapat pada Dick and Carey sangat ringkas, namun isinya padat dan jelas dari satu urutan ke urutan berikutnya. Model desain Dick and Carey yang menjadi dasar penulis menyusun rencana pembelajaran dalam penelitian ini.

intrsuksional Melaku-kan analisis instruk-sional Mengi- dentifi-kasi tujuan instruk-sional umum Menulis tujuan kinerja Mengem -bangkan Tes Acuan Patokan Mengem-bangakn dan memilih bahan ajar Mendesai-in dan melaksa-nakan evaluasi formatif Mendesa-in dan melaksa-nakan evaluasi sumatif Mengi-dentifikasi perilaku dan karakteris-tik Mengem-bangkan strategi instruksi-onal


(51)

1. Mengidentifikasi Tujuan Instruksional

Langkah pertama yang dilakukan dalam menerapkan model desain pembelajaran ini adalah menentukan kemampuan atau kompetensi yang perlu dimiliki oleh peserta didik setelah menempuh pembelajaran. Hal ini disebut dengan istilah tujuan pembelajaran atau instruksional goal. Identifikasi tujuan pembelajaran dikembangkan dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

2. Melakukan Analisis Instruksional

Setelah melakukan identifikasi tujuan pembelajaran, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis instruksional, yaitu proses menjabarkan prilaku umum menjadi prilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku khusus yang dapat menggambarkan perilaku umum secara lebih terperinci. Analisis instruksional adalah sebuah prosedur yang digunakan untuk menentukan keterampilan dan pengetahuan yang relevan dan diperlukan oleh peserta didik untuk mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran.

3. Mengidentifikasi Perilaku dan Karakteristik Awal Peserta Didik

Selain melakukan analisis tujuan pembelajaran, hal penting yang perlu dilakukan adalah analisis terhadap karakteristik peserta didik. Kedua langkah ini dapat dilakukan secara bersamaan. Karakteristik peserta didik yang beda, baik dari segi kemampuan, suku, jenis kelamin dan agama akan membuat peserta didik tersebut


(52)

4. Merumuskan Tujuan Performansi

Dari hasil analisis instruksioanal, perlu kiranya guru mengembangkan tujuan pembelajaran secara spesifik (Instructional Objectives) yang harus dikuasai oleh peserta didik. Hal ini dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang bersifat umum (Instructional Goal).

5. Mengembangkan Alat Penilaian

Berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, langkah selanjutnya adalah mengembangkan alat atau instrumen penilaian. Alat atau instrument penilaian ini digunakan untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Alat atau Instrumen penilaian ini dapat berbentuk tes maupun lembar observasi. Alat penilaian ini sering dikenal dengan evaluasi hasil belajar.

6. Mengembangkan Strategi Instruksional

Berdasarkan analisis prilaku dan karakteristik awal peserta didik dan empat langkah yang terdahulu maka diperlukan sebuah strategi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan akhir pembelajaran. Bagi seorang guru kemampuan memulai, menyajikan dan menutup kelas akan menjadi modal utama dalam merencanakan kegiatan instruksional secara sistematis, relevan dengan tujuan instruksional mata pelajaran tersebut, kegiatannya juga harus menarik dan dapat meningkatkan aktifitas siswa. Strategi pembelajaran yang akan dikembangkan meliputi silabus, RPP ( termasuk di dalamnya metode, media yang tepat, waktu dan sumber belajar yang akan digunakan).


(53)

yang tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam penelitian ini bahan pembelajaran yang digunakan pada silus 1 adalah Going to the Beach, pada siklus II adalah subtema Going to the Zoodan pada siklus III adalah Going Camping.

8. Mendesain dan Melaksanakan Evaluasi Formatif

Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif adalah sebuah proses yang digunakan oleh desainer untuk memperoleh data yang akan digunakan untuk merevisi pembelajaran sehingga pembelajarannya menjadi lebih efektif dan efisien. Penekanan dalam evaluasi formatif adalah pada pengumpulan dan analisis data dan revisi pada pembelajaran. Dalam penelitian ini evaluasi formatif dilaksanakan pada siklus 1, kemudian dianalisis dan direvisi untuk perbaikan pada siklus II dan seterusnya.

9. Revisi Materi Pembelajaran

Dari data yang diperoleh dari sumber hasil tes formatif, maka dapat disimpulkan dan digunakan untuk mengidentifikasi bahan pembelajaran mana yang harus direvisi. Pada sebuah penelitian setelah data pada siklus 1 yang diperoleh dianalisis, maka akan diketahui bagian-bagian mana yang harus direvisi apakah dalam penyusunan RPP, penggunaan media yang kurang dapat menstimulus siswa, pengolahan waktu yang kurang tepat, atau ruangan kelas yang kurang memadai.


(54)

Evaluasi sumatif didefinisikan sebagai sebuah desain evaluasi kumpulan data untuk mengukuhkan efektivitas materi-materi pembelajaran bagi peserta didik. Tujuan evaluasi formatif adalah untuk menempatkan kelemahan dan kelebihan dalam sebuah pembelajaran dan menyimpan penemuan-penemuan tersebut bagi pengambil keputusan untuk menentukan materi mana yang akan terus digunakan dan mana yang tidak.

2.4 Teori Evaluasi

Evaluasi adalah suatu tindakan untuk mengukur atau menentukan nilai atau jasa sesuatu (Djamarah, 2000: 207). Menurut Arikunto (2009 : 3) bahwa mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran (bersifat kuantitatif), menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk (bersifat kualitatif), dan evaluasi meliputi kedua langkah tersebut di atas.

Dengan demikian evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan.

Setiap kegiatan yang dilaksanakan pasti mempunyai tujuan, demikian juga dengan evaluasi. Menurut Arikunto (2002: 13), ada dua tujuan evaluasi yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan kepada program secara keseluruhan, sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing-masing komponen.


(55)

diperlukan teknik dan instrumen yang valid dan reliabel. Secara garis besar teknik evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik non-tes dan teknik tes. Arikunto (2009: 26), mengelompokan teknik nontes dalam evaluasi adalah: angket (questionaire), wawancara (interview), pengamatan (observation), skala bertingkat (rating scale), sosiometri, paper, portofolio, kehadiran (presence), penyajian (presentation), partisipasi (participation), riwayat hidup, dan sebagainya.

Teknik tes dapat dikelompokan sebagai berikut: a. Menurut bentuknya; secara umum terdapat dua bentuk tes, yaitu tes objektif dan tes subjektif. Tes objektif adalah bentuk tes yang diskor secara objektif. Disebut objektif karena kebenaran jawaban tes tidak berdasarkan pada penilaian (judgement) dari korektor tes. Tes bentuk ini menyediakan beberapa option untuk dipilih peserta tes, yang setiap butir hanya memiliki satu jawaban benar. Tes subjektif adalah tes yang diskor dengan memasukkan penilaian (judgement) dari korektor tes. Jenis tes ini antara lain: tes esai, lisan. b. Menurut ragamnya; tes esai dapat diklasifikasi menjadi tes esai terbatas (restricted essay), dan tes esai bebas (extended essay). Butir tes objektif menurut ragamnya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: tes benar-salah (true-false), tes menjodohkan (matching), dan tes pilihan ganda (multiple choice) (Arikunto, 2009: 26).


(56)

Aktivitas adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara fisik atau non fisik (Sardiman, 2003: 99). Dalam pembelajaran terdapat unsur aktivitas karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat (learning by doing).

Lebih lanjut Sardiman (2003: 100), mengatakan bahwa aktivitas belajar merupakan serangkaian kegiatan fisik dan mental yang mencakup: aktivitas visual (membaca, menulis, bereksperimen, demonstrasi), aktivitas verbal (bercerita, bertanya, membaca sajak, diskusi, menyanyi), aktivitas mendengarkan (mendengarkan penjelasan guru, ceramah, pengarahan), aktivitas gerak (senam, menari, melukis) dan aktivitas menulis (mengarang cerita, membuat makalah, membuat surat, membuat resume).

Aktivitas belajar di sekolah merupakan kegiatan belajar di sekolah dengan bantuan, arahan dan bimbingan guru dalam melakukan pembelajaran. Aktivitas belajar siswa meliputi; 1) belajar secara individual untuk menerapkan konsep, prinsip, dan generalisasi. 2) belajar dalam bentuk kelompok untuk pemecahan masalah (problem solving). 3) berpartisipasi dalam melaksanakan tugas belajarnya dengan berbagai cara. 4) berani mengajukan pendapat. 5) aktivitas belajar analisis, sintesis, penelitian dan kesimpulan. 6) terjalin hubungan sosial dalam melaksanakan kegiatan belajar. 7) mengomentari dan memberi tanggapan terhadap pendapat anak didik lainnya. 8) menggunakan berbagai sumber belajar. 9) berupaya menilai hasil belajar yang dicapainya. 10) Ada upaya untuk bertanya kepada guru dan atau meminta pendapat guru dalam kegiatan belajarnya (Djamarah, 2000: 84).


(57)

secara individu maupun kelompok. 3) memberikan bantuan mempelajari bahan pengajaran atau pemecahan masalah. 4) memberi kesempatan untuk bertanya. 5) mengusahakan sumber belajar yang diperlukan anak didik. 6) memberikan bantuan atau bimbingan belajar kepada individu maupun kelompok. 7) mendorong motivasi belajar melalui penghargaan ataupun hukuman. 8) menggunakan berbagai metode dan media pengajaran. 9) melaksanakan penilaian dan monitoring terhadap proses dan hasil belajar anak didik. 10) menjelaskan tercapainya tujuan belajar dan menyimpulkan pengajaran serta tindak lanjutnya (Djamarah, 2000: 85).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa aktivitas belajar siswa merupakan proses pelibatan siswa dalam pembelajaran yang meliputi; (a) aktivitas siswa dalam mencari informasi dan menemukan gagasan (jawaban), (b) aktivitas bertanya siswa kepada guru dan sesama siswa lainnya, (c) aktivitas menjawab pertanyaan guru dan siswa lainnya, (d) keberanian dalam mengungkapkan pendapat/gagasan dalam kelompoknya, (e) partisipasi aktif dalam memecahkan masalah melalui kelompoknya.

Meier mengemukakan (2005: 90) belajar berarti bergerak secara fisik dengan memanfaatkan indera sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh/pikiran terlibat di dalamnya.


(58)

1. Somatis: Belajar dengan bergerak dan berbuat. 2. Auditori: Belajar dengan berbicaa dan mendengar. 3. Visual: Belajar dengan mengamati dan menggambarkan.

4. Intelektual: Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa aktivitas belajar siswa adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga menimbulkan perubahan perilaku belajar dalam diri siswa baik bersifat kognitif, afektif maupun psikomotor. Berkaitan dengan pembelajaran keterampilan menulis Bahasa Inggris, siswa harus mampu melakukan kegiatan menulis, seperti; menulis kalimat, cerita, karangan, laporan, angket, surat dan menyalin sesuai dengan kaidah dan tata bahasa yang benar.

2.6 Media Pembelajaran

Media pembelajaran dapat diartikan sebagai sarana yang mampu membantu guru dalam pembelajaran. Menurut Fathurrohman dan Sutikno (2007: 65) bahwa media dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dan peserta didik. Pendapat di atas menunjukkan pengertian bahwa media adalah alat bantu yang digunakan guru untuk menyalurkan pesan dari pengirim kepada penerima sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa dalam proses belajar sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditentukan tercapai dengan baik.


(59)

sebagai segala benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan untuk kegiatan tersebut. Hamalik (2003: 51) mengelompokan media pembelajaran menjadi:

a. Bahan-bahan cetakan atau bacaan, seperti: buku, komik, majalah, buletin, folder, famlet, dan lain-lain.

b. Alat-alat audio visual, terdiri dari:

1. Media pembelajaran tanpa proyeksi; papan tulis papan tempel, planel, garfik, foster, kartun, komik dan gambar.

2. Media pembelajaran tiga dimensi; boneka, topeng, peta, globe.

3. Media pembelajaran yang menggunakan tehnik; film, rekaman radio, televisi, raboratorium, komputer dan lain-lain.

c. Kumpulan benda-benda (material koleksi); potongan kaca, potongan sendok, daun, benih, bibit, bahan kimia, darah dan lain-lain.

d. Sumber-sumber masyarakat: obyek wisata, peninggalan sejarah, dokumentasi bahan-bahan, masalah-masalah dan lain-lain.

e. Contoh-contoh kelakuan yang dicontohkan oleh guru; gerakan tangan, kaki, badan, mata dan lain-lain.

Fungsi media pembelajaran dalam proses pembelajaran menurut Hamalik (2003: 15) dapat membangkitkan keinginan yang baru, membangkitkan motivasi, dan merangsang kegiatan belajar bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran saat itu. Selain membangkitkan


(60)

memudahkan penafsiran data dan memadukan informasi.

Lebih lanjut Hamalik mengemukakan (2003: 15) bahwa fungsi media adalah: a. Meletakan dasar yang konkret untuk berfikir.

b. Memperbesar perhatian pada siswa.

c. Meletakan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar.

d. Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbukan kegiatan belajar yang mandiri dikalangan siswa.

e. Menumbuhkan pemikiran yang yang teratur dan kontinyu. f. Membantu menumbuhkan pengertian.

g. Memberi pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain.

Menurut Fathurrohman dan Sutikno (2007: 67), fungsi penggunaan media dalam pembelajaran adalah:

a. Menarik perhatian siswa.

b. Membantu mempercepat pemahaman dalam pembelajaran. c. Memperjelas penyajian pesan.

d. Mengatasi keterbatasan ruang.

e. Pembelajaran lebih komunikatif dan produktif. f. Pengkondisian waktu pembelajaran.

g. Menghilangkan kebosanan siswa. h. Meningkatkan motivasi siswa.


(61)

Penggunaan media pembelajaran, hendaknya memperhatikan beberapa prinsip agar penggunaan media dapat mencapai hasil yang baik, yaitu:

a. Menentukan jenis media yang tepat, artinya guru memilih terlebih dahulu media yang mana yang sesuai untuk digunakan dalam pembelajaran. b. Menetapkan subyek yang tepat, artinya guru harus memperhitungkan

penggunaan media yang sesuai dengan tingkat kematangan anak.

c. Menyajikan media yang yang tepat, artinya tehnik dan metode penggunaan media dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan, bahan, metode, waktu dan sarana.

d. Menempatkan media pada waktunya, artinya penggunaan waktu yang sesuai untuk digunakan dalam pembelajaran.

Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat dijelaskan bahwa media pembelajaran adalah alat bantu atau sarana yang dimanfaatkan oleh guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan pembelajar dalam proses pembelajaran guna mencapai prestasi yang diinginkan. Peranan media dalam pembelajaran dapat memperjelas pesan dan informasi yang disampaikan guru, meningkatkan perhatian dan aktivitas siswa, serta mengefektifkan dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Media chain card game dianggap sesuai untuk pembelajaran keterampilan menulis karena memenuhi unsur manfaat dan fungsi media pembelajaran.


(62)

Falsafah yang mendasari pembelajaran Cooperative Learning dalam pendidikan adalah “homo homini socius” yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang hidup dalam kelompok (Lie, 2003: 27). Model pembelajaran konvensional yang banyak diterapkan sampai sekarang dengan bercirikan memberlakukan sama kepada semua siswa dalam satu kelas yang sebenarnya mungkin banyak perbedaan bawaan dan situasi pembelajaran yang penuh dengan persaingan individu mendapat banyak kritikan, salah satunya disampaikan oleh Slavin (1994: 16) sebagai berikut:

“The critique of traditional classroom organization made by motivational theorist, is that the competitive grading and informal reword system the classroom create peer norm that oppose academic offorts”.

Pendapat di atas menjelaskan bahwa para ahli teori motivasi mengkritik terhadap kelas tradisional bahwa penilaiian yang kompetitif dan pemberian penghargaan kepada siswa yang menjadi juara kelas telah menciptakan norma-norma acuan yang bertentangan dengan usaha sekolah, yaitu semua peserta didik berhasil mencapai tujuan pembelaran. Dengan demikian model pembelajaran tradisional sekarang sudah perlu diganti dengan model pembelajaran yang sejalan usaha sekolah tersebut.

Salah satu model pembelajaran yang dapat mengakomodir kepentingan bersama adalah model Pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil untuk


(63)

“Cooperative learning refers to a variety of teaching methods in which students work in small group to help one another learn academic content”.

Pernyataan di atas memberikan ketegasan bahwa pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pembelajaran supaya siswa bekerja di dalam kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain mempelajari materi pelajaran. Pembelajaran kooperatif menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok.

Model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning dapat didefinisikan sebagai sistem belajar kelompok yang terstruktur. Lie (2003: 29) menyatakan bahwa model pembelajaran Cooperative Learningtidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya. Pembagian kelompok yang heterogen merupakan ciri yang menonjol dalam metode pembelajaran cooperative learning. Kelompok heterogenitas bisa dibentuk dengan memperhatikan gender, latar belakang agama, sosio-ekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis. Dalam hal kemampuan akademis, kelompok pembelajaran Cooperative Learning biasanya terdiri dari satu orang siswa berkemampuan akademis tinggi, dua orang siswa berkemampuan sedang dan satu orang siswa berkamampuan kurang (Lie, 2003: 41).


(64)

ada lima unsur model pembelajaran gotong-royong yang harus diterapkan yaitu:

1. Saling ketergantungan positif

Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka.

2. Tanggung jawab perseorangan

Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperative Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran Cooperative Learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung-jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.

3. Tatap muka

Dalam pembelajaran Cooperative Learning setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan.


(65)

Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional siswa.

4. Evaluasi proses kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

Model pembelajaran kooperatif merupakan hal baru bagi guru dan siswa karena memiliki perbedaan-perbedaan yang mendasar dibandingkan dengan model pembelajaran selama ini, dimana peran guru sangat dimonan. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

1. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memberikan motivasi agar siswa belajar dengan baik.

2. Menyajikan informasi


(66)

akademis.

4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok yang mengalami kesulitan bekerja dan belajar.

5. Elavuasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari dan presentasi hasil kerja kelompok.

6. Memberi penghargaan

Guru mencari cara untuk memberikan penghargaan terhadap upaya dan prestasi belajar siswa secara individu maupun kelompok.

2.8 Chain Card Game

Sadiman (2003: 75) menyatan bahwa game (permainan) adalah setiap kontes antara pemain yang berinteraksi satu sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu pula. Jadi permainan adalah cara bermain dengan mengikuti aturan-aturan yang dapat dilakukan secara individu maupun kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan alat permainan adalah semua alat bermain yang dapat digunakan oleh peserta didik untuk memenuhi naluri bermainnya dan memiliki sifat bonkar pasang, mengelompokan, memadukan, merangkai dan membentuk untuk menyusun sesuai dengan bentuk aslinya. Belajar dengan bermain memberikan kesempatan kepada siswa untuk memanipulasi, mempraktekan dan mendapatkan bermacam-macam konsep serta pengertian yang tak terhitung banyaknya (Sadono, 2000: 15).


(1)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya maka dapat dikemukakan simpulan dan saran sebagai berikut:

5.1 Simpulan

Media chain card gamemerupakan media permainan kartu dengan memodifikasi isi kartu dengan kata atau phraseyang disesuaikan dengan materi ajar. Media ini bermanfaat untuk menciptakan suasana senang dalam belajar, sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Proses pembelajaran didesain dengan melibatkan aktivitas siswa baik pikiran maupun fisik dalam menguasai dan memahami materi pembelajaran. Peranan guru melakukan bimbingan pendampingan dalam proses pembelajaran di kelas.

Berdasarkan temuan dan hasil analisis serta pembahasan pelaksanaan penelitian tindakan dapat disimpulkan:

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan perencanaan menggunakan media chain card game yang terdiri 5 komponen yaitu komponen tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode, media dan sumber pembelajaran serta komponen evaluasi. Penyusunan perencanaan pembelajaran mengalami peningkatan, dari kategori sedeng/cukup pada siklus I menjadi kategori baik siklus II dan siklus III .


(2)

132

b. Pelaksanaan Pembelajaran pada proses belajar di kelas VIII.2 dan di kelas VIII.3, siklus I dan II kinerja guru dalam kategori baik. Siklus III dalam kategori sangat baik. Dengan demikian terjadi peningkatan yang signifikan pada pelaksanaan pembelajaran.

Aktivitas belajar siswa secara klasikal kelas VIII.2 dan kelas VIII.3 pada siklus I dan II dalam kategori baik, dan pada siklus III dalam kategori sangat baik. Dengan demikian terjadi peningkatan yang signifikan terhadap aktivitas belajar siswa melalui pembelajaran menggunakan media chain card game. Peningkatan aktivitas belajar siswa dapat dilihat dari aktivitas siswa dan hasil perolehan kalimat dari permainan chain card game setiap kelompok pada setiap siklusnya.

c. Sistem evaluasi pembelajaran menggunakan tes dalam bentuk uraian menyusun kata acak menjadi kalimat. Validitas instrumen tes siklus I, II dan III baik pre-test maupun post-test untuk tingkat kesukaran dalam tafsiran kategori soal sedang dan daya beda dalam kategori baik. Dengan demikian sistem evaluasi yang dipakai sudah dapat digunakan dalam penelitian.

d. Prestasi belajar siswa kelas VIII.2 hasil pre-testsiswa yang memperoleh nilai 65 atau lebih sebesar sebanyak 15%. Setelah dilakukan tindakan siklus I siswa yang memperoleh nilai 65 atau lebih sebesar 62%. Pada siklus II sebesar 91% dan pada siklus III 100%. Prestasi belajar siswa kelas VIII.3 dari pre-testsiswa yang memperoleh nilai 65 atau lebih sebesar 47%. Setelah dilakukan tindakan, pada siklus I siswa yang memperoleh nilai 65 atau lebih sebesar sebanyak 78%. Pada siklus II dan III sebesar 100%. Dengan demikian prestasi belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan.


(3)

133

5.2 Saran

a. Dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran hendaknya memiliki waktu yang cukup sehingga guru dapat menysun tujuan pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan waktu yang tersedia. Selanjutnya guru hendaknya dalam membuat kartu kata dapat memilih kata atau phrase yang sering dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari dan disesuaikan dengan materi pembelajaran.

b. Pelaksanaan Pembelajaran menggunakan media chain card game, hendaknya menggunakan kartu berwarna, karena lebih menarik perhatian siswa dalam aktivitas belajar. Siswa juga hendaknya memiliki kosa kata yang cukup dan memahami pola kalimat, sehingga mempercepat dalam menyusun kata menjadi kalimat Bahasa Inggris sederhana.

c. Sistem evaluasi pembelajaran menggunakan tes dalam bentuk uraian menyusun kata acak menjadi kalimat validitasnya sudah baik sesuai perbaikan tiap siklus, disaran menggunakanl soal tes dan jumlah pertanyaan dapat menggali kompetensi siswa secara utuh. Untuk itu diharapkan pertanyaan diberikan dalam jumlah dan jenis soal yang cukup sehingga dapat menggali kemampuan siswa.

d. Prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dalam setiap siklusnya, namun perlu ada upaya guru dalam mendorong siswa agar dapat mengembangkan kemampuannya dengan cara belajar di rumah. Hal yang bisa dilakukan guru adalah; memberikan pekerjaan rumah, tugas kelompok sehingga siswa terbangun kebiasaan belajar mandiri maupun pemecahan masalah sosial.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _. Suhardjono dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Axelord, Rise. B and Cooper. 2011. Concise Guide to Writing. Sixth edition.Bedford/St. Martin’s Publihser. New Yoek.

Baharudin dan Nurwahyuni, 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Ar-Ruzz Media. Jogjakarta.

Cameron, Linne. 2002. Teaching Languages to Young Learner. Cambridge. University Press. United Kingdom.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Rineka Cipta. Jakarta.

Depdiknas. 2004. Buku Pedoman Pelaksanaan Kurikulum SD, SLTP dan SMU. Depdiknas. Jakarta.

Dick, W and Cerey, L. 2005. The Sistematic Design of Instructional. Allyn and Bacon, Boston

Elliott, Stephen N., Thomas R. Kratochwill, Joan Littlefield Cook, John F. Travers. 2000. Educational Psychology; Effective Teaching, Effective Learning. Third Edition. The Mc Graw Hill Companies, Inc. United States.

Fathurrohman, Pupuh dan M. Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar: Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna melalui Penanaman Konsep Umum dan Islami. Penerbit Refika Aditama. Bandung.


(5)

Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta. _ _ _ _ _ _ _ _ _ . 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan

Sistem. Bumi Aksara. Jakarta.

_ _ _ _ _ _ _ _ _. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Harris, D.R. 2008. Testing English as a Second. Mc.Graw-Hill Book Company. New york. www.pakguruonline.pendidikan.net.

Diunduh tanggal 27 Desember 2010.

Herpratiwi. 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Lampung Pres. Bandar Lampung.

Jerold E Kemp. 1985. The instructional design Process. Harver and Row publisher Inc. New York.

Kusumah, H. 2010. Pembelajaran Menulis Karangan Deskriptif melalui Pemanfaatan Media Permainan Kartu Kuartet terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Rancaekek kabupaten Bandung. Universitas Pendidikan Bandung.

Lie, Anita. 2003. Cooperative Learning. PT.Grasindo. Jakarta

Meier, Dave. 2005. The Accelerated Learning. Terjemahan: Rahmani Astuti. Penerbit Kaifa, PT Mizan Pustaka. Bandung.

Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Mulyasa. 2005. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Remaja Rosda karya. Jakarta.

Munir, Abdullah. 2007. Spiritual Teaching. Pustaka Insan Mandiri. Yogyakarta Oshima, Alice dan Ann Hogue. 1996. Writing Academic English. Adison Wesley

Publishing Company. London.

Petty, T. Walter and Julie M. Jensen. 1980. Developing Children. Language, Allyn and Bacon, Inc. USA.

Reigeluth. C.M. 1999. Instructional Design Theories and models. Volume 11. Lawrence Erlboum Associated, Publisher, Mahwah. New Jersey. Sadiman, Arief. 2003. Media Pendidikan. PT. Rajagrafindo Persada.Jakarta.


(6)

Sadono, Anggani. 2000. Sumber Belajar dan Alat Permainan. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Kencana Pranada Media. Jakarta.

Sardiman. 2003. Teori Belajar dan Motivasi. PAU-PPAI. Jakarta.

Saffat, Idri. 2009. Optimized Learning Strategy: Pendekatan Teoritis dan Praktis Meraih Keberhasilan Belajar. Prestasi Pustaka. Jakarta.

Slavin, Robert E. 1994. Cooperative Learning Theory, Research and Practice. Allyn and Bacon. Boston.

_ _ _ _ _ _ _ _ _ 2008. Psikologi Pendidikan; Teori dan Praktek. Edisi Kedelapan Jilid 1. PT. Indeks. Jakarta.

Suwarno. A. 2003. Peningkatan Kemampuan Membuat Kalimat Bahasa Inggris dengan Strategi Permainan Kartu pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Muara Keling, Musi Rawas. Buletin Pelangi Pendidikan Volume 6 Nomor 1. Palembang. www.pakguruonline.com. Diunduh tanggal 11 November 2010.

Tarigan, HG. 2008. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Edisi Kedelapan. Angkasa. Bandung.

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Uno, Hamzah B. 2008. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Bumi

Aksara. Jakarta.

Walshe, R.D. 1990. Every Child can Write. Bridge Printery Pty Ltd. Australia. Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Winkel, W.S. 1994. Psikologi Pengajaran. Gramedia. Jakarta.

Yu-Gi. 2011. Duelist Guide. Html. Duelistblogs.com. Diunduh tanggal 14 November 2010.