Kinerja Pengawasan Pengelolaan Limbah Medis Padat Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek dan Rumah Sakit DKT (Studi Pada Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung)
(Studi Pada Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung)
Mut Mulyani Abstrak
Kinerja organisasi publik dalam konteks ini yaitu sebagai hasil kerja atau prestasi kerja yang dimiliki oleh suatu organisasi publik dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai. Kinerja organisasi yang dimaksud adalah Kinerja BPPLH Kota Bandar Lampung dalam melakukan kegiatan pengawasan pengelolaan limbah medis padat. Limbah medis padat merupakan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), oleh karena itu perlu mendapatkan pengawasan yang lebih intensif, namun limbah medis padat masih ditemukan di tempat pembuangan sampah yang tidak sesuai dengan prosedur pengelolaanya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang berupaya menggambarkan kejadian atau fenomena sesuai dengan apa yang terjadi dilapangan, yang bertujuan untuk mendeskripsikan serta menganalisis kinerja BPPLH Kota Bandar Lampung dalam pengawasan pengelolaan limbah medis padat rumah sakit. Peneliti mengambil studi kasus penelitian pada Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPPLH) Kota Bandar Lampung yang ditentukan dengan metode Purpossive. Sumber data merupakan gabungan dari Data Primer yang diperoleh dilapangan saat penelitian berlangsung melalui wawancara, dan Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari berbagai sumber sebagai bahan acuan penulisan penelitian. Teknik analisis data menggunakan reduksi data dan teknik keabsahan data menggunakan triangulasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa: Kinerja pengawasan pengelolaan limbah medis padat RSUDAM dan RS DKT yang dilaksanakan oleh BPPLH Kota Bandar Lampung belum berjalan optimal karena dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
(2)
Hidup Bandar Lampung) Mut Mulyani
Abstract
Performance of public organizations in this context is result or achievment which is have a public organization in realize purpose expect together. Performance of the organization in question is the performance BPPLH of Bandar Lampung in conduction surveillance of solid medical waste management. Solid medical waste is an hazardous and toxic waste, therefore need to get a more intensive supervision, but still solid medical waste found landfills that are not in accordance with its management procedures. This research is a qualitative descriptive study seeks to describe the event or phenomenon in accordance with what is happening in the field, which aims to describe and analyze the performance BPPLH of Bandar Lampung in solid medical waste management oversight hospital. Researchers took a case study research on Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPPLH) of Bandar Lampung determined by purposive method. The data source is a combination of primary data obtained in the field research was conducted through interviews, and secondary data is obtained from various sources as reference material research writing. Data were analyzed using data reduction and validity of data using triangulation techniques. The results showed that: performance management supervision of RSUDAM and the Medical Hospital of DKT in solid medical waste implemented by BPPLH of Bandar Lampung is not optimal because it is influenced by two factors, namely internal and external factors.
(3)
KINERJA PENGAWASAN PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS
PADAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDUL
MOELOEK DAN RUMAH SAKIT DKT (Studi Pada Badan
Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup
Kota Bandar Lampung)
Oleh MUT MULYANI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA ADMINISTRASI NEGARA
Pada
Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2015
(4)
(5)
(6)
(7)
Penulis dilahirkan di Desa Sukamandi, Kec. Sukabumi, Kota
Bandar Lampung tercatat pada 30 Mei 1993 sebagai anak ke
tiga dari enam bersaudara. Penulis bangga berkesempatan
hadir kedunia dari rahim wanita luar biasa, Ibuku tercinta,
Ibu Bunayah (Alm), darinya lah penulis menemukan
kebenaran filosofis dimana wanita adalah tangan dunia dan jembatan akhirat. Juga
kepada ayahku, Bapak Munir yang telah banyak memberi pelajaran hidup yang
sarat hikmah.
Penulis mengarungi seluruh waktu dan perjalanan keilmuannya di Kota Bandar
Lampung yang telah menamatkan Pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 2
Waygubak, Kec. Sukabumi, Kota Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun
2005. Kemudian melanjutkan ketingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di
SMP Tiara Bhakti, Kec. Sukabumi Kota Bandar Lampung yang lulus pada tahun
2008. Setelah itu, penulis meneruskan pendidikan tingkat Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) di SMK YPPL Kota Bandar Lampung pada Kompetensi
Keahlian Program Akuntansi, yang ditamatkan pada tahun 2011.
Hingga akhirnya, ditahun yang sama, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan
(8)
Universitas Lampung, penulis pernah tergabung pada sebuah organisasi yang
menaungi Mahasiswa Muslim FISIP Unila, yaitu Forum Studi Pengembangan
Islam (FSPI). Selain tergabung pada organisasi tersebut, penulis juga tergabung di
organisasi yang mewadahi seluruh Mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Negara
yaitu Himpunan Mahasiswa Administrasi Negara (HIMAGARA).
Pada tahun 2014, penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Gunung
Rejo, Kec. Padang Cermin, Kab. Pesawaran, Provinsi Lampung selama 40 hari.
Dalam kesempatan KKN tersebut penulis aktif diberbagai kegiatan kampung dan
menjadi bagian dari warga setempat. Penulis mencoba mengamalkan ilmu yang
telah didapat dibangku kuliah dan menerapkannya di kehidupan sosial. Penulis
hidup bersahaja bersama dengan keluarga baru di Desa Gunung Rejo, selama
bertugas sebagai Mahasiswa KKN dan mendapatkan banyak ilmu yang
bermanfaat beserta pengalaman yang luar biasa. Semoga penulis senantiasa
menjadi pribadi yang selalu bersyukur dalam setiap keadaan dan selalu menuju
kearah yang lebih baik, memberi manfaat bagi masyarakat, berguna bagi nusa,
(9)
PERSEMBAHAN
Dengan Ketulusan Dan Kerendahan Hati Nurani Teriring Rasa Syukur Kupanjatkan Kepada Sang Pencipta Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang Yang Telah Melimpahkan Kenikmatan Dan Amanah
Bagi Setiap Umatnya.
Kupersembahkan Karya Kecil Ku Ini Kepada:
Ibu dan Bapak Tercinta, Nenekku, Ke-dua Kakakku dan Adik-adiku Tersayang, Terimakasih Untuk Kebersamaan dan Ketulusan Hati Dalam Memberikan Motivasi dan Kasih Sayang Yang Tak Terbalaskan.
Para Pendidiku Pahlawan Tanpa Jasa Yang Ku Hormati
(10)
maka tidak ada kata terlambat untuk memulai sebuah awal yang baru. Kita punya rencana, Allah juga punya rencana.
Akan tetapai sehebat apapun kita merencanakan sesuatu, tetap rencana Allah adalah sebaik-baiknya rancangan.
Ketika perjalanan hidup terasa membosankan, maka Allah menyuruh kita untuk banyak bersyukur.
Ketika kesedihan menjatuhkan air mata maka Allah meminta kita untuk berusaha tersenyum.
Ketika kita menginginkan sesuatu yang tak kunjung didapatkan maka Allah meminta kita untuk sabar menunggu.
Karena kesabaran adalah obat terbaik dari segala kesulitan. (Mut Mulyani)
Yang penting bukan apakah kita menang atau kalah, Tuhan tidak mewajibkan manusia untuk menang sehingga kalahpun bukan dosa, yang
penting adalah apakah seseorang berjuang atau tidak berjuang. (Emha Ainun Nadjib/Cak Nun)
(11)
SANWACANA
Bismillah hirrahmanirrohim
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillahirrobbil’alamin puji syukur kehadirat ALLAH SWT karena atas rahmat, hidayah serta kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “ Kinerja Pengawasan Pengelolaan Limbah Medis Padat Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek dan Rumah Sakit DKT (Studi Pada
Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung).
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana
Administrasi Negara Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lampung.
Dalam Proses Skripsi ini, penulis telah mendapat pengalaman yang luar biasa dan
pihak-pihak yang telah banyak membantu penyelesaian skripsi ini, baik bantuan
moril, materi, berupa petunjuk, bimbingan, nasehat dan saran yang bermanfaat
bagi penulis. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini
(12)
Tak terlupakan bahwa ibu telah merubah pola fikir hidupku supaya menjadi
pribadi yang tegar dan dewasa dalam menyikapi setiap keadaan yang terjadi,
serta memberikan motivasi yang membangun selama ini dan sampai pada tahap
penyelesaian skripsi.
2. Bapak Nana Mulyana, S.IP, M.Si selaku pembimbing pembantu yang telah
banyak memberi arahan, bimbingan, nasehat dan saran sehingga penulis dapat
memperbaiki kesalahan dan kekurangan dalam skripsi ini.
3. Bapak Eko Budi Sulistio S.Sos, M.A.P selaku dosen pembahas dan penguji
yang telah memberikan banyak kritikan, saran dan masukan yang bermanfaat
bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Yulianto, M.S selaku Pembimbing Akademik (PA) yang turut
membantu memberikan, arahan, nasehat dan motivasi bagi penulis selama
kuliah.
5. Bapak Dr. Dedi Hermawan, S.Sos, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu
Administrasi Negara yang telah memberikan masukan, nasehat dan motivasi
bagi penulis.
6. Bapak Simon Sumanjoyo, S.AN, M.P.A selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Administrasi Negara yang telah memberikan arahan dan motivasi bagi penulis.
7. Ibu Nur’aini selaku Staff Administrasi yang telah memberikan pelayanan administrasi kepada penulis sampai penyelesaian skripsi ini.
(13)
yang telah diberikan selama penulis menjadi mahasiswa .
9. Bapak Cik Ali Ayub, S.Sos, MM (Kepala Bidang Pengawasan Dampak
Lingkungan dan Penegak Hukum Lingkungan Hidup), Ibu Dina Marina SE
(Kepala Sub Bidang Pengawasan Dampak Lingkungan Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan Hidup), Bapak Ir Muhammad Yusuf (Kepala Sub
Bidang Pembinaan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup), Bapak Haris
Fadillah ST. MM (KASUBBID Pengusahaan Pertambangan dan Energi) dan
seluruh pegawai dan staff BPPLH Kota Bandar Lampung, yang telah
meluangkan waktu dalam memberikan data dan informasi yang diperoleh
selama penelitian berlangsung.
10. Teristimewa untuk Ibu dan Bapak, Pertama, Untuk Ibu Bunayah (Alm)
Terimakasih telah merawat dan mendidikku dengan baik sejauh kau mampu.
Meski kita tak lagi bersama, namun doaku selalu meyertaimu. Semoga
engkau bahagia disana, Aku disini akan selalu berjuang untukmu, Ibu. Kau
motivator yang sesungguhnya, terimakasih telah memberikan banyak
inspirasi. Kau Ibu terhebat yang pernah kumiliki. Kedua, untuk Bapak Munir,
Terimakasih telah banyak memberi pelajaran yang berarti dan bermanfaat
seiring dengan pertumbuhanku dari masa kanak-kanak hingga dewasa.
Semoga Allah SWT memberikan balasan dan kebahagiaan yang indah untuk
(14)
Allah SWT memberikan balasan yang terbaik untuk mu. Amin.
12. Kakakku, Bastari S.Si dan Bahrun Syah, terimakasih untuk motivasi yang
diberikan selama ini dengan memberikan nasehat, saran, serta bantuan moril
maupun materil sehingga aku bisa sampai pada tahap penyelesaian skripsi ini.
Semoga keikhlasan hati nurani kalian dapat terbalaskan oleh Allah SWT.
Amin.
13. Adik-adiku tersayang, Adi Purwadi, Agun Supriyadi dan Suryani, Atas do’a, kebersamaan, dan canda tawanya selama ini dan jangan lupa belajar yang
rajin supaya menjadi orang sukses.
14. Untuk Teh Erni, Mba Berly Waryanti S.A.N. makasih untuk motivasi,
nasehat, dan kebersamaannya selama ini.
15. Untuk sahabat-sahabat tercinta, Octavia Ratnasari, Lelly Juwiyah, Fatmawati,
Alisa Rizky Meysa, Yana Bonita Sinaga, Amanda Ramadhani, Eka Ariyanti,
Riza armelia Putri, Lisa Sagita, Fitriyani, atas dorongan, motivasi, nasehat,
saran, serta kebersamaan terindah yang telah kita lalui bersama dari awal
perkuliahan sampai saat ini takkan pernah terlupakan, semoga kita semua
menjadi orang sukses. Thank you so much for attantion and motivation, love you all.
16. Teman-teman seperjuangan dan sepenanggungan 011, Esa, Amel, Jenny,
Intan, Kristy, Nindya, Destria, Bulan, Iis, Juzna, Mifta, Kiyo, Putri, Popo,
Astri, Ria, Ikhsan, David, Silvia Novita, Seza, Sylvia, Rendi, Ibnu, Rinanda,
(15)
Fauzy, Yori, Frendy, terimakasih atas kerjasama dan kebersamaannya selama
ini.
17. Kakak Tingkat ANE, Bang Fadri, Bang Desmon, Mba Retno, Bang Iqbal,
Mba Nurul, Mba Rizka, Mba Ratna, Mba Rahma, Bang Uyung, Bang Ali,
Bang Datas, Terimakasih untuk motivasi dan dorongan mulai dari
penyusunan sampai pada penyelesaian skripsi ini.
18. Teman-teman KKN selama 40 hari bersama Ratu (FT), Desty (FMIPA),
Wendy (FMIPA) dan Alex (FT), senang sekali bisa kenal kalian sebagai
keluarga baruku di rumah Bapak Tugimin dan Ibu Tugimin.
Kenang-kenangan terindah selama hidup dalam memperoleh pengalaman dan
pelajaran yang luar biasa bersama kalian di Dusun Candi Sari 1 Desa Gunung
Rejo, dengan berbagi suka dan duka takkan pernah terlupakan.
19. Teman-teman lintas jurusan dan lintas fakultas, Heri (ABI’011), Dika (FT 011), Ratih (ABI’011), Herly Yanti (FE’011), Eky (PEM’011), Nurhalimah (PEM 011), Ranita (FE’011), Roby (FMIPA’011), Terimakasih untuk kebersamaan kalian selama penyelesaian skripsi ini dan nasehat serta saran
yang bermanfaat.
20. Sahabat-sahabat ku MERRSY tercinta di bangku SMK, Safitri Akbari SE,
Yuliana, Evi Puspita Sari, Rusmawati, Ria Anggraini, makasih untuk doa,
motivasi, nasehat dan udah mau jadi sahabat terbaik sampai saat ini, suka
maupun duka kita lalui bersama. Kalian teman sekaligus saudara terbaik yang
(16)
selama penyelesaian skripsi ini walaupun dari lintas universitas tetapi saling
memberikansemangat kepada penulis.
22. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan
skripsi ini dan tidak dapat disebut satu persatu.
Akhir Kata, Penulis menyadari bahwa Skripsi ini jauh dari kesempurnaan namun
semoga bermanfaat bagi kita semua. Semua bantuan yang telah diberikan kepada
penulis, mugkin tidak dapat penulis balas secara langsung. Semoga Allah SWT
yang maha pengasih dan maha penyayang lah yang akan membalas semua
kebaikan dan ketulusan hati mereka dengan balasan yang lebih indah dan lebih
baik dari Nya. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Bandar Lampung, 2 Oktober 2015
Penulis
(17)
DAFTAR ISI
ABSTRACT ABSTRAK
Halaman
DAFTAR TABEL ... i
DAFTAR BAGAN ... ii
DAFTAR GAMBAR ... iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Kegunaan Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kinerja ... 10
1. Pengertian Kinerja ... 10
2. Pengukuran Kinerja ... 11
3. Tujuan Pengukuran Kinerja ... 12
4. Elemen Pokok Pengukuran Kinerja ... 12
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja ... 13
6. Indikator Kinerja ... 16
B. Tinjauan Organisasi ... 21
1. Pengertian Organisasi ... 21
C. Tinjauan Kinerja Organisasi Publik ... 22
D. Tinjauan Pengawasan Pengelolaan Lingkungan Hidup ... 23
1. Pengertian Pengawasan ... 23
2. Tujuan Pengawasan ... 24
3. Jenis-Jenis Pengawasan ... 25
4. Hal-Hal Yang Memerlukan Pengawasan ... 26
(18)
F. Tinjauan Tentang Limbah Medis Padat ... 30
1. Pengertian Limbah Medis Padat ... 30
2. Bagian Limbah Medis Padat ... 30
3. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun ... 31
G. Kerangka Pikir ... 31
BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe dan Pendekatan Penelitian ... 36
B. Fokus Penelitian ... 37
C. Lokasi Penelitian ... 40
D. Jenis dan Sumber Data ... 41
E. Teknik Pengumpulan Data ... 43
F. Teknik Analisis Data... 45
G. Teknik Keabsahan Data ... 48
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. BPPLH Kota Bandar Lampung ... 52
1. Profil BPPLH ... 52
B. RSUDAM Provinsi Lampung ... 52
1. Profil RSUDAM ... 52
C. RS DKT Provinsi Lampung ... 53
1. profil RS DKT... 53
2. Visi dan Misi BPPLH Kota Bandar Lampung ... 54
3. Struktur Organisasi ... 55
4. Tugas Pokok dan Fungsi ... 56
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Kinerja Pengawasan Pengelolaan Limbah Medis Padat RSUDAM dan RS DKT (Studi Pada Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung) ...68
1.1. Kegiatan Pemeriksaan dan Penyidikan ...68
1.1.1. Produktivitas ...69
a. Input ...69
b. Output ...79
1.1.2. Kualitas Layanan ...90
1.1.3. Responsivitas ...96
1.1.4. Responsibilitas ...100
(19)
B. Pembahasan
1. Kinerja Pengawasan Pengelolaan Limbah Medis Padat RSUDAM dan RS DKT (Studi Pada Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Bandar
Lampung) ...119
1.1. Kegiatan Pemeriksaan dan Penyidikan ...120
1.1.1. Produktivitas ...121
a. Input ...121
b. Output ...125
1.1.2. Kualitas Layanan ...127
1.1.3. Responsivitas ...129
1.1.4. Responsibilitas ...130
1.1.5. Akuntabilitas ...132
2. Faktor-Faktor Penghambat Kinerja Pengawasan Pengelolaan Limbah Medis Padat RSUDAM dan RS DKT oleh BPPLH Kota Bandar Lampung ...134
VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...140
B. Saran ...143
(20)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Daftar Informan Penelitian...41 Tabel 3.2 Daftar Dokumentasi Penelitian ...43 Tabel 5.1 Data Pegawai bidang WASDAL dan Penegak Hukum LH
BPPLH Kota Bandar Lampung ...70 Tabel 5.2 Surat Tugas Anggota Pengawas Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung ...73 Tabel 5.3 Kondisi Sarana dan Prasarana Bidang WASDAL dan
Penegak Hukum Lingkungan Hidup BPPLH Kota
Bandar Lampung ...77 Tabel 5.4 Program dan Kegiatan BPPLH Kota Bandar Lampung ...79 Tabel 5.5 Realisasi kinerja Pengawasan Pengelolaan Limbah Medis
Padat RSUDAM dan RS DKT yang dilaksanakan oleh
BPPLH KotaBandar Lampung ...81 Tabel 5.6 Rumah Sakit yang mendapat pengawasan
dari BPPLH dalam pemeriksaan ketaatan perusahaan
terhadap perizinan rumah sakit pada tahun 2014 ...82
Tabel 5.7 Rencana dan Realisasi Kegiatan Pengawasan Pengelolaan Limbah Medis Padat RSUDAM dan RS DKT Pada BPPLH
(21)
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1 Kerangka Pikir ... 35 Bagan 5.1 Mekanisme Pengaduan Lingkungan ... 92
(22)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 5.1. Limbah medis padat yang dibuang disekitar pemukiman masyarakat tanpa izin prosedur
pengelolaan ... 84
Gambar 5.2. Limbah medis padat di tempat pembuangan sampah sekitar pemukiman masyarakat ... 85
Gambar 5.1. Alat insinerator pengolah atau penghancur limbah Medis padat RSUDAM masih terus beroperasi
tanpa izin dari BPPLH Kota B.L ... 85
Gambar 5.1. Limbah medis padat didalam karung dan plastik yang ditumpuk di TPS LB3 belakang RS DKT
(23)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Isu pencemaran lingkungan hidup semakin berkembang pesat di Kota Bandar
Lampung. Kota Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung, hal ini
membawa konsekuensi yang menjadikan Kota Bandar Lampung menjadi pusat
perekonomian, pemerintahan, pendidikan, dan sosial budaya yang memiliki arti
penting dan strategis di Provinsi Lampung. Salah satu dari dampak itu adalah
akan terjadinya peningkatan jumlah penduduk pendatang yang berasal dari luar
kota, terutama dari sekitar Kota Bandar Lampung sebagai daerah tujuan mencari
lapangan pekerjaan, tempat pendidikan, tempat berusaha, dan lain-lain
kepentingan. Pertumbuhan penduduk kota melalui kelahiran juga cukup tinggi,
sehingga mengakibatkan banyaknya dan beragamnya aktivitas masyarakat serta
meningkatnya mobilitas, meningkatnya tekanan yang dirasakan oleh lingkungan
kota, seperti kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan melalui air, udara,
dan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Pencemaran lingkungan adalah pencemaran yang sangat berbahaya bagi
masyarakat sekitar yang telah di cemari oleh limbah medis dan limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3) yang berasal dari sumber pencemarannya. Limbah
(24)
karena sifat dan konsentrasinya atau jumlahnya baik secara langsung maupun
tidak langsung dapat mencemarkan, merusak lingkungan hidup, dan dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
makhluk hidup lainnya. Pencemaran lingkungan hidup tersebut melalui air, udara,
lahan (limbah pabrik, limbah medis, domestik, pertanian, dan lain- lain). Kota
Bandar Lampung yang fenomenal di perbincangkan banyak publik yaitu
pencemaran limbah medis padat oleh rumah sakit di Kota Bandar Lampung dalam
pengelolaan limbah medis padat yang tidak sesuai dengan cara pengelolaanya, dan
harus mengikuti peraturan pengolahan limbah medis diatur dalam Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. (Sumber: Dari BPPLH Kota Bandar Lampung, hasil wawancara pada tanggal 27 januari 2015).
Sejalan dengan perkembangan penduduk yang sangat pesat dan kebutuhannya
menyebabkan peningkatan kuantitas produksi. Untuk dapat memenuhi
peningkatan kuantitas produksi, maka otomatis kebutuhan penggunaan sumber
daya alam juga akan meningkat, yang pada akhirnya menimbulkan beban pada
lingkungan hidup. Dengan semakin bertambahnya jumlah kegiatan hasil produksi
salah satunya kegiatan usaha Rumah Sakit di Kota Bandar Lampung. Oleh karena
itu perlu adanya peraturan-peraturan yang dalam menjaga lingkungan dan
diperlukan pengawasan terhadap pelaku kegiatan tersebut.
Masalah limbah medis padat di Kota Bandar Lampung yang tidak sesuai dengan
sistem pengelolaannya, karena pembuangan limbah medis dibuang secara rutin di
(25)
ditemukan oleh petugas kebersihan di pembuangan sampah yang letaknya tidak
jauh dari pemukiman masyarakat sekitar rumah sakit Kota Bandar Lampung.
Limbah medis padat atau Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) yang
sering ditemukan adalah jarum suntik yang sudah terpakai oleh pasien atau yang
masih berlebel namun sudah kadaluwarsa, botol infus, gunting bekas yang di
pakai saat operasi pasien, perban-perban pasien, limbah medis tersebut ditemukan
secara rutin di tempat pembuangan sampah yang mereka bersihkan (Sumber:
Masyarakat sekaligus petugas kebersihan sekitar pembuangan limbah medis padat, hasil wawancara pada tanggal 10 April 2015).
Di Lampung saat ini terdapat 14 RS pemerintah, 1 RS jiwa, 36 RS swasta, dan 12
RS khusus. Kemudian, 289 puskesmas yang terdiri dari 97 puskesmas rawat inap
dan 192 puskesmas biasa. Pemerintah perlu segera mendata jumlah puskesmas
yang belum memiliki insinerator. Peralatan pengolah limbah itu sangat vital untuk
menjaga kesehatan lingkungan. Di pasaran bebas harga minimal Rp100 juta
tergantung kapasitasnya. Tidak ada salahnya peralatan tersebut diprioritaskan di
APBD ketimbang dipakai untuk studi banding DPRD yang tidak jelas.
Peran pengawasan dari Badan Pengelolaan Pengendalian Lingkungan Hidup juga
perlu dipertajam. Pengawasan lembaga ini harus lebih optimal, termasuk terhadap
puskesmas dan rumah sakit yang belum memiliki insinerator. Peran pengawasan
itu harus berjalan sesuai ketentuan tanpa melibatkan unsur sungkan atau suka dan
tidak suka, (Sumber: Lampost.co/berita/ancaman-limbah medis, diakses pada tanggal 11 November 2014).
(26)
Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya Dan Beracun (B3), yaitu harus sesuai dengan peraturan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
beracun sehingga tidak terjadi penyimpangan atas peraturan yang berlaku. Limbah
bahan berbahaya dan beracun seharusnya di kelola terlebih dahulu sebelum
dibuang ketempat pembuangan sampah sekitar pemukiman masyarakat Kota
Bandar Lampung, jika terdapat pelanggaran dalam pengelolaan limbah medis
padat rumah sakit terkait maka BPPLH Kota Bandar Lampung atau yang lebih
berwenang dalam mengatasi masalah limbah medis padat yang tidak sesuai
dengan cara pengelolaannya harus segera di tegakkan sanksi hukum sesuai dengan
peraturan sesuai dengan ketentuan yang telah ditentukan.
Masalah di atas merupakan masalah serius bagi pemerintah Kota Bandar
Lampung, karena pembuangan limbah medis padat tidak sesuai dengan prosedur
pengelolaannya, akan berdampak pada lingkungan dan kesehatan makhluk hidup
sekitarnya. Mengingat pentingnya peran Badan Pengelolaan dan Pengendalian
Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung dalam pengawasan pengelolaan limbah
medis padat, harus secara optimal dalam menjalankan tugas dan fungsinya terkait
pengelolaan limbah medis padat yang melanggar aturan yang telah ditentukan.
Dalam rangka melaksanakan pelayanan pengaduan lingkungan dari masyarakat
dengan mengacu pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.9/2010
tentang Tata Cara Pengaduan dan Penanganan Pengaduan Akibat Dugaan
(27)
Lingkungan Hidup No.19/2008 tentang standar pelayanan minimal Bidang
Lingkungan Hidup Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Ancaman Penyakit yang di timbulkan dari limbah medis padat berpengaruh pada
kualitas lingkungan dan kesehatan. Dampaknya dapat menimbulkan berbagai
penyakit, gangguan genetik, dan reproduksi, bisa saja di maladministrasi atau
diperjual belikan oleh personil yang tidak mengetahui bahaya nya limbah medis
padat tersebut. Pembuangan limbah medis padat yang tidak sesuai dengan cara
pengelolaan nya , saat ini menjadi masalah yang serius bagi kesehatan masyarakat
sekitar pembuangan limbah medis padat. Karena pembuangan limbah medis padat
di buang secara sembarangan sebelum di kelola oleh rumah sakit di Kota Bandar
Lampung. Pembuangan limbah medis padat dapat di temukan di sekitar
lingkungan pemukiman masyarakat sekitar rumah sakit Kota Bandar Lampung.
Keberadaan Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPPLH)
Kota Bandar Lampung dalam upaya untuk mengatasi pencemaran lingkungan
sangatlah penting. BPPLH dibentuk berdasarkan keputusan Walikota Bandar
Lampung Nomor: 23 Tahun 2008 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Dan Tata Kerja BPPLH Kota Bandar Lampung dan di
koordinasikan dengan Menteri Negara Lingkungan Hidup.
Pembentukan Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPPLH)
ini ditindak lanjuti dengan Keputusan Kepala Badan Pengelolaan Dan
Pengendalian Lingkungan Hidup Nomor: 04 Tahun 2011 Tentang Organisasi Dan
Tata Kerja Badan Pengelolaan Dan Pengendalian Lingkungan Hidup setelah
(28)
2004. Setelah semua keputusan ini dikeluarkan, Badan Pengelolaan dan
Pengendalian Lingkungan Hidup menjadi badan yang ditujukan indepedensinya
dalam pengawasan limbah medis padat di tengah masyarakat serta menjamin
kesehatan lingkungan masyarakat.
Dalam melakukan tindak pengawasannya, terdapat rumah sakit yang diawasi oleh
BPPLH terkait masalah limbah medis padat. Limbah rumah sakit salah satunya
yaitu limbah medis padat seperti botol infus, botol dan jarum suntik hipodermik
bekas, botol obat, sarung tangan, seprai bekas, selimut bekas, perlengkapan
intravena, dan pipet pasteur. Selain itu, ada pecahan gelas, pisau/gunting bedah
tidak layak pakai. Pengelolaan limbah medis padat harus sesuai dengan peraturan
yang berlaku dengan menggunakan alat penghancur yang dinamakan alat
insinerator.
Razia yang dilakukan oleh Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan
Hidup Kota Bandar lampung dianggap belum optimal dalam menjalankan tugas
dan pengawasannya. Seharusnya pengawasan yang di lakukan harus di pertajam
lagi dalam mengecek limbah medis yang dihasilkan rumah sakit khususnya di
Kota Bandar Lampung. Sebab, tidak menutup kemungkinan ada rumah sakit lain
yang limbahnya tidak mengikuti prosedur pengelolaan limbah medis padat.
Sehingga limbah medis di buang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bakung
atau di sekitar lingkungan pemukiman masyarakat.
Dengan adanya permasalahan masih ditemukannya pencemaran lingkungan hidup
di Kota Bandar Lampung yang dimuat oleh Lampost, serta sikap BPPLH Kota Bandar Lampung yang acuh dalam hal masih ditemukannya pembuangan limbah
(29)
medis secara sembarangan, maka perlu diadakannya penilaian sejauh mana
kinerja BPPLH Kota Bandar Lampung dalam melakukan pengawasan. Kinerja
merupakan hal yang sangat penting bagi organisasi. Sebagaimana yang telah
dikemukakan oleh wibawa dan Atmosudirdjo dalam Pasolong ( 2007:176) bahwa
kinerja organisasi adalah sebagai efektivitas organisasi secara menyeluruh untuk
kebutuhan yang ditetapkan dari setiap kelompok yang bekenaan melalui
usaha-usaha yang sistematik dan meningkatkan kemampuan organisasi secara
terus-menerus untuk mencapai kebutuhannya secara efektif.
Berdasarkan pendapat ahli diatas maka hasil kerja yang dicapai oleh BPPLH
sebagai badan yang memiliki wewenang dan tanggung jawab dalam pengawasan
pengelolaan limbah medis padat untuk meningkatkan kemampuan organisasi
secara terus menerus dalam mencapai tujuan yang diharapakan. Apakah kinerja
BPPLH Kota Bandar Lampung dalam pengawasan pengelolaan limbah medis
padat rumah sakit telah sesuai dengan peraturan yang berlaku atau sebaliknya.
Apabila kinerja BPPLH Kota Bandar Lampung dalam hal pengawasan tersebut
telah memberikan hasil yang maksimal, maka limbah medis padat tidak akan lagi
ditemukan di tempat pembuangan sampah sekitar pemukiman masyarakat Kota
Bandar Lampung atau Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bakung. Dari
penjelasan di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “
Kinerja Pengawasan Pengelolaan Limbah Medis Padat Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek dan Rumah Sakit DKT (Studi Pada Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung)”.
(30)
A. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang
menjadi fokus penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah kinerja pengawasan pengelolaan limbah medis padat
RSUDAM dan rumah sakit DKT yang dilaksanakan oleh BPPLH Kota
Bandar Lampung?
2. Apa sajakah kendala-kendala yang dihadapi BPPLH Kota Bandar Lampung
dalam pengawasan pengelolaan limbah medis padat RSUDAM dan rumah
sakit DKT?
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan-permasalahan pokok yang terdapat dalam penelitian
ini, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kinerja BPPLH Kota Bandar
Lampung dalam pengawasan pengelolaan limbah medis padat rumah sakit.
2. Untuk mendeskripsikan kendala-Kendala yang dihadapi BPPLH Kota Bandar
(31)
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari laporan penelitian ini adalah:
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini akan menjadi bahan kajian yang bermanfaat bagi Ilmu
Administrasi Negara khususnya pada bidang kinerja organisasi publik.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pemerintah Kota Bandar
Lampung dalam memelihara kualitas kinerja organisasi publik yang baik
(32)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Tinjauan Kinerja 1. Pengertian Kinerja
Kinerja (Performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat
keberhasilan individu maupun kelompok individu. Kinerja bisa diketahui hanya
jika individu atau kelompok individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan
yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujaun atau
target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target-target, kinerja
seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolak
ukurnya (Sumber: Mahsun 2006:25).
Menurut Wibowo (2011:7) Kinerja berasal dari pengertian performance. Ada pula yang memberikan pengertian performance sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun, sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya hasil
kerja, tetapi termasuk bagaimana proses pekerjaan berlangsung. Riani (2013:61)
kinerja adalah job performance / kinerja adalah tingkat produktivitas seorang karyawan, relatif pada rekan kerjanya, pada beberapa hasil dan perilaku yang
(33)
terkait dengan tugas. Kinerja dipengaruhi oleh variabel yang terkait dengan
pekerjaan meliputi role-stress dan konflik kerja / non-kerja.
Berdasarkan beberapa definisi mengenai kinerja diatas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa kinerja merupakan bagian dari organisasi untuk mencapai tujuan bersama,
sehingga tujuan dari kinerja akan menghasilkan organisasi yang berprestasi
dengan kriteria keberhasilan berupa tujuan-tujuan atau target tertentu yang hendak
di capai dan sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan secara efektif.
2. Pengukuran Kinerja
Menurut Pasolong (2007:182) pengukuran kinerja pada dasarnya di gunakan
untuk penilaian atas keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan, program,
dan/atau kebijakan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam
rangka mewujudkan misi dan visi instansi pemerintah. Pengukuran kinerja
mencangkup penetapan indikator kinerja dan penetapan capaian indikator kinerja.
Gary Dessler dalam pasolong (2013: 182) menyatakan bahwa penilaian kinerja
adalah merupakan upaya sistematis untuk membandingkan apa yang dicapai
seseorang dibandingkan dengan standar yang ada. Tujuannya, yaitu untuk
mendorong kinerja seseorang agar bisa berada diatas rata-rata. Dari beberapa
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja adalah menilai hasil
kerja organisasi publik sudah tercapai atau belum sehingga tujuan yang di capai
akan berhasil guna sesuai dengan rencana yang telah ditentukan oleh organisasi
(34)
3. Tujuan Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja menurut Mardiasmo dalam Pasolong (2007:185) mempunyai
3 tujuan, yaitu:
1. Membantu memperbaiki kinerja pemerintahan agar kegiatan pemerintah
terfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja.
2. Pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan.
3. Mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi
kelembagaan.
4. Elemen Pokok Pengukuran Kinerja
Menurut Mahsun (2006: 26) terdapat empat elemen pengukuran kinerja organisasi
publik, yaitu:
1. Menetapkan Tujuan, Sasaran dan Strategi Organisasi
Tujuan adalah pernyataan secara umum (belum secara eksplisit) tentang apa yang
ingin di capai organisasi. Sasaran merupakan tujuan organisasi yang sudah
dinyatakan secara eksplisit dengan disertai batasan waktu yang jelas. Strategi
adalah cara atau teknik yang digunakan organisasi untuk mencapai tujuan dan
sasaran. Tujuan, sasaran, dan strategi tersebut ditetapkan dengan berpedoman
pada visi dan misi organisasi. Berdasarkan tujuan, sasaran dan strategi tersebut
selanjutnya dapat ditentukan indikator dan ukuran kinerja secara tepat.
2. Merumuskan indikator dan ukuran kinerja
Indikator kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung yaitu
hal-hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja. Ukuran kinerja
(35)
berbentuk faktor-faktor keberhasilan utama (critical success factors) dan indikator kinerja kunci (key performance indicator). Faktor keberhasilan utama adalah suatu area yang mengindikasikan kesuksesan kinerja unit kerja organisasi. Area
ini menggambarkan preferensi manajerial dengan memperhatikan
variabel-variabel kunci finansial dan nonfinansial pada kondisi waktu tertentu. Faktor
keberhasilan utama ini harus secara konsisten mengikuti perubahan yag terjadi
dalam organisasi. Sedangkan indikator kinerja kunci merupakan sekumpulan
indikator yang dapat dianggap sebagai ukuran kinerja kunci baik yang bersifat
finansial maupun nonfinansial untuk melaksanakan operasi dan kinerja unit bisnis.
Indikator ini dapat digunakan ini dapat digunakan oleh manajer untuk mendeteksi
dan memonitor capaian kinerja.
3. Mengukur Tingkat Ketercapaian Tujuan dan Sasaran-Sasaran Organisasi
Jika sudah mempunyai indikator dan ukuran kinerja yang jelas, maka pengukuran
kinerja bisa diimplementasikan. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan, sasaran,
dan strategi adalah membandingkan hasil aktual dengan indikator dan ukuran
kinerja yang telah ditetapkan.
5. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Pasolong (2010:186), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja suatu
organisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kemampuan
Pada dasarnya kemampuan menurut Robbins (2002:50), adalah suatu kapasitas
(36)
tersebut dapat dilihat dari dua segi: (1) kemampuan intelektual, yaitu kemampuan
yang diperlukan untuk kegiatan mental, dan (2) kemampuan fisik, yaitu
kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut
stamina, kecekatan, kekuatan dan keterampilan.
2. Kemauan
Kemauan atau motivasi menurut Robbins (2002:208), adalah kesediaan untuk
mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi. Kemauan atau
motivasi kerja seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: (a) pengaruh
lingkungan fisik, yaitu setiap pegawai menghendaki lingkungan fisik yang baik
untuk bekerja, lampu yang terang, ventilasi udara yang nyaman, sejuk, bebas dari
gangguan suara berisik dan sebaiknya ada musik. (b) pengaruh lingkungan sosial
yaitu sebagai makhluk sosial dalam melaksanakan pekerjaan tidak semata-mata
hanya mengejar penghasilan saja, tetapi juga mengharapkan penghargaan oleh
pegawai lain, pegawai lebih berbahagia apabila dapat menerima dan membantu
pegawai lain.
3. Energi
Energi menurut Jordan E. Ayan (2002:47), adalah pemercik api yang menyalakan
jiwa. Tanpa adanya energi psikis dan fisik yang mencukupi, perbuatan kreatif
pegawai terhambat.
4. Teknologi
Teknologi menurut Gibson dkk (1997:197), adalah tindakan fisik dan mental oleh
(37)
dapat dikatakan sebagai “tindakan yang dikerjakan oleh individu atau suatu objek
dengan atau tanpa bantuan alat atau alat mekanikal, untuk membuat beberapa
perubahan terhadap objek tersebut.
5. Kompensasi
Kompensasi adalah sesuatu yang diterima oleh pegawai sebagai balas jasa atas
kinerja dan bermanfaat baginya. Jika pegawai mendapat kompensasi yang
setimpal dengan hasil kerjanya, maka pegawai dapat bekerja dengan tenang dan
tekun.
6. Kejelasan Tujuan
Kejelasan tujuan merupakan salah satu faktor penentu dalam pencapaian kinerja.
Oleh karena pegawai yang tidak mengetahui dengan jelas tujuan pekerjaan yang
hendak dicapai, maka tujuan yang tercapai tidak efisien dan atau kurang efektif.
7. Keamanan
Keamanan pekerjaan menurut Geeorge Strauss & Leonard Sayles (1990:10),
adalah sebuah kebutuhan manusia yang fundamental, karena pada umumnya
orang menyatakan lebih penting keamanan pekerjaan daripada gaji atau kenaikan
pangkat. Oleh sebab itu, tidak cukup bagi seseorang dengan hanya terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan fisik mereka dari hari kehari, tetapi mereka ingin
memastikan bahwa kebutuhan mereka akan terus terpenuhi dimasa yang akan
datang. Seseorang yang merasa aman dalam melakukan pekerjaan berpengaruh
(38)
6. Indikator Kinerja
Indikator kinerja yang dimaksud oleh LAN-RI dalam Pasolong (2013:177) adalah
ukuran kualitatif atau kuantitatif yang menggambarkan tingkat penggambaran
suatu sasaran atau tujuan yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran
atau suatu tujuan yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan indikator
masukan (input), keluaran (outputs), hasil (outcomes), manfaat (benefit), dan dampak (impacts).
BPKP dalam Mahsun (2006:71) adalah indikator masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan agar dapat berjalan untuk
menghasilkan keluaran. Indikator ini dapat berupa dana, sumber daya manusia,
informasi, dan kebijakan, atau peraturan perundang-undangan. Indikator keluaran
(outputs) adalah sesuatu yang dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik dan atau non fisik. Indikator hasil (outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya pengeluaran kegiatan pada jangaka menengah (efek
langsung). Indikator manfaat (benefits) adalah sesuatu yang yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan. Indikator dampak (impact) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun negatif pada setiap tingkatan
indikator berdasarkan asumsi yang ditetapkan.
BPKP dalam Mahsun (2006:71) menerangkan hal yang tidak jauh berbeda dengan
LAN-RI yang menyatakan bahwa indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif
dan/atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau
(39)
beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja birokrasi publik,
yaitu:
1. Produktivitas, yaitu tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi jga
mengukur efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami
sebagai ratio antar input dan output.
2. Kualitas Layanan, banyak pandangan negatif yang berbentuk mengenai
organisasi publik yang muncul karena ketidakpuasan publik terhadap kualitas.
Dengan demikian menurut Dwiyanto kepuasan masyarakat terdapat layanan
dapat dijadikan indikator kinerja birokrasi publik.
3. Responsivitas, yaitu kemampuan birokrasi untuk mengenali kebutuhan
masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan
program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi
masyarakat. Responsivitas dimaksudkan sebagai salah satu indikator kinerja
karena responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan birokrasi
publik dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat.
4. Responsibilitas, yaitu menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan birokrasi
publik itu dilakakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar
dengan kebijakan birokrasi, baik yang eksplisit maupun implisit.
5. Akuntabilitas, yaitu menunjuk seberapa besar kebijakan dan kegiatan birokrasi
publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat.
Menurut Hersey, Blanchard dan Jhonson dalam wibowo (2011:102) terdapat
(40)
1. Tujuan
Tujuan menunjukkan ke arah mana kinerja harus dilakukan. Atas dasar arah
tersebut, dilakukan kinerja untuk mencapai tujuan. Kinerja individu maupun
organisasidikatan berhasil apabila dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
2. Standar
Standar merupakan suatu ukuran apakah tujuan yang diinginkan dapat dicapai.
Tanpa standar, tidak dapat diketahui kapan suatu tujuan tercapai. Kinerja
seseorang dikatakan berhasil apabila mampu mencapai standar yang ditentukan
atau disepakati bersama antara atasan dan bawahan.
3. Umpan Balik
Umpan balik merupakan masukan yang dipergunakan untuk mengukur
kemajuan kinerja, standar kinerja, dan pencapaian tujuan. Dengan umpan balik
dilakukan evaluasi terhadap kinerja dan sebagai hasilnya dapat dilakukan
perbaikan kinerja.
4. Alat atau Sarana
Alat atau sarana merupakan faktor penunjang untuk pencapaian tujuan. Tanpa
alat atau sarana, tugas pekerjaan spesifik tidak dapat dilakukan dan tujuan tidak
dapat diselesaikan sebagaimana seharusnya.
5. Kompetensi
Kompetensi merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
(41)
memungkinkan seseorang mewujudkan tugas yang berkaitan dengan pekerjaan
yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
6. Motif
Motif merupakan alasan atau pendorong bagi seseorang untuk melakukan
sesuatu, tanpa dorongan motif untuk mencapai tujuan, kinerja tidak akan
berjalan.
7. Peluang
Pekerja perlu mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan prestasi kerjanya.
Tugas mendapatkan prioritas lebih tinggi, mendapat perhatian lebih banyak,
dan mengambil waktu yang tersedia.
Dari beberapa indikator yang dikemukakan ahli tersebut, peneliti menggunakan
indikator kinerja menurut Dwiyanto dalam Pasolong dalam menilai kinerja
pengawasan pengelolaan limbah medis padat rumah sakit Abdul Moeloek dan
rumah sakit DKT yang dilaksanakan oleh BPPLH Kota Bandar Lampung.
Indikator ini digunakan oleh peneliti karena indikator ini lebih tepat jika dikaitkan
dengan fokus dan rumusan masalah penelitian, mulai dari Produktivitas, Kualitas
Layanan, Responsivitas, Responsibilitas dan Akuntabilitas. Dengan begitu akan
didapatkan hasil pengukuran kinerja organisasi yang lebih akurat. Berikut dapat
dilihat dibawah ini:
1. Indikator Produktivitas, yaitu tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi
juga mengukur efektifitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami
(42)
ukuran adalah produktivitas yang dilakukan oleh Badan Pengelolaan dan
Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung untuk mengukur
tingkat efektivitas dan efisiensinya. Untuk melihat produktivitas yang
dilakukan oleh Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung
dalam pengawasan pengelolaan limbah medis padat rumah sakit Abdul
Moeloek dan rumah sakit DKT dapat dilihat dari input dan output.
2. Indikator Kualitas Layanan, yaitu cenderung menjadi penting dalam
menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak pandangan negatif
yang terbentuk mengenai organisasi publik muncul karena ketidakpuasan
publik terhadap kualitas. Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan
Hidup Kota Bandar Lampung dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat berupa pelayanan pengaduan akibat pencemaran lingkungan yang
berasal dari limbah medis padat RSUDAM dan RS DKT yang merugikan
masyarakat sekitar. Dalam konteks ini pelayanan yang di berikan oleh Badan
Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung
kepada masyarakat sudah memenuhi kepuasan masyarakat atau sebaliknya.
3. Indikator Responsivitas, yaitu kemampuan birokrasi untuk mengenali
kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan
mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan aspirasi masyarakat. Responsivitas yang dilaksanakan oleh
Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Bandar
Lampung adalah pelaksanaan kegiatan dalam bidang pengawasan pengelolaan
(43)
4. Indikator Responsibilitas, yaitu menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan
birokrasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang
benar dengan kebijakan birokrasi, baik yang eksplisit maupun implisit.
Responsibilitas pada Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup
dalam pengawasan pengelolaan limbah medis padat rumah sakit Abdul
Moeloek dan rumah sakit DKT yaitu dalam melaksanakan kegiatan
pengawasan yang ditugaskan oleh pemerintah pusat sesuai dengan ketentuan
prinsip-prinsip administrasi yang benar dengan kebijakan birokrasi.
5. Indikator Akuntabilitas, yaitu menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan
kegiatan birokrasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh
rakyat. Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih
oleh rakyat, dengan sendirinya akan selalu memperioritaskan kepentingan
publik. Kinerja birokrasi publik seperti Badan Pengelolaan dan Pengendalian
Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung tidak bisa dilihat dari internal yang
dikembangkan oleh birokrasi publik atau pemerintah seperti pencapaian target.
Namun sebaliknya kinerja harus dilihat dari ukuran eksternal, seperti nilai-nilai
dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Suatu kegiatan birokrasi publik
dikatakan memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar
dan sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat.
B. Tinjauan Organisasi 1. Pengertian Organisasi
Menurut Bakke dan Dunsire dalam Kusdi (2009:5) Organisasi adalah suatu sistem
berkelanjutan dari aktivitas-aktivitas manusia yang terdiferensiasi dan
(44)
seperangkat khusus manusia, matrial, modal, gagasan dan sumber daya alam
menjadi suatu kesatuan pemecahan masalah yang unik dalam rangka memuaskan
kebutuhan-kebutuhan tertentu manusia dalam interaksinya dengan sistem-sistem
lain dari aktivitas manusia dan sumber daya alam lingkungannya.
Griffin dalam Sule dan Saefullah (2005:4) Organisasi adalah sekelompok orang
yang bekerja sama dalam struktur dan koordinasi tertentu dalam mencapai
serangkaian tujuan tertentu.
Menurut Sulistiyani dan Rosidah (2009:43) organisasi diartikan sebagai
sekumpulan orang, yang didalamnya melakukan kerjasama dengan melalui pola
hubungan yang bersifat sekunder, sehingga tidak ada terikat kaitan emosional,
yang terintegrasi dalam sebuah lingkungan sosial yang lebih luas, dipengaruhi
oleh perubahan lingkungan, dalam rangka mencapai tujuan.
Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa organisasi merupakan
sebuah sistem yang terdiri dari seseorang atau sekelompok orang yang terdiri dari
atasan dan bawahan yang saling berinteraksi dan bekerjasama untuk mencapai
tujuan dan sasaran tertentu. Sehingga tujuan yang telah direncanakan bersama
akan tercapai dan sesuai dengan visi misi yang telah dtentukan.
C.Tinjauan Kinerja Organisasi Publik
Menurut Wibawa, Atmosudirdjo dalam Pasolong (2010:176) Mengemukakan
bahwa kinerja organisasi adalah sebagai efektivitas organisasi secara menyeluruh
untuk kebutuhan yang ditetapkan dari setiap kelompok yang berkenaan melalui
usaha-usaha yang sistemik dan meningkatkan kemampuan organisasi secara terus
(45)
Menurut Wibowo (2007:4) Kinerja organisasi juga ditunjukan oleh bagaimana
proses berlangsungnya kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut. Di dalam proses
pelaksanaan aktivitas harus selalu dilakukan monitoring, penilaian, dan review
atau peninjauan ulang terhadap kinerja sumber daya manusia.
Berdasarkan pengertian kinerja organisasi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
kinerja organisasi merupakan hasil kerja organisasi dari usaha-usaha setiap
kelompok organisasi untuk mewujudkan visi dan misi organisasi yang hendak di
capai, sehingga tujuan tersebut akan berhasil dengan cita-cita yang telah
ditetapkan sebelumnya.
D.Tinjauan Pengawasan Pengelolaan Lingkungan Hidup 1. Pengertian Pengawasan
Menurut Schermerhorn dalam Sule dan Saefullah (2005: 317) mendefinisikan
pengawasan sebagai proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan
tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan
kinerja yang telah ditetapkan tersebut. (Controlling is the process of measuring performance and taking action to ensure desired result). Berdasarkan pengertian ini, Scermerhorn menekankan fungsi pengawasan pada penetapan standar kinerja
dan tindakan yang harus dilakukan dalam rangka pencapaian kinerja yang telah
ditetapkan.
Menurut atmosudirjo dalam Sukmadi (2012:83) pengertian pengawasan adalah
keseluruhan dari pada kegiatan yang membandingkan atau mengukur apa yang
sedang atau sudah dilaksanakan dengan kriteria, norma-norma, standar atau
(46)
Menurut Stoner, Freeman, dan Gilbert (2000) dalam Sule dan saefullah (2005:
317) dimana menurut mereka control adalah the process of insuring that actual activities conform the planed activities. Jadi, pengawasan adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktivitas yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah
direncanakan.
Menurut Siagian (2007:125) Pengawasan merupakan salah satu tugas yang mutlak
di selenggarakan oleh semua orang yang menduduki jabatan manajerial, mulai
dari manajer puncakhingga para manajer rendah yang secara langsung
mengendalikan kegiatan-kegiatan teknis yang diselenggarakan oleh semua
petugas operasional.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengawasan adalah proses
pelaksanaan dalam melakukan kegiatan sejauh mana kegiatan yang telah
dilaksanakan, apakah memenuhi standar tujuan yang ingin di capai. Sehingga ada
perbaikan-perbaikan apabila kegiatan yang dilakukan belum sesuai dengan
standar yang telah ditentukan, maka diperlukan pengoreksian untuk dilakukan
tindakan perbaikan di masa yang akan datang.
2. Tujuan Pengawasan
Dalam Sukmadi (2012:84) di kemukakan bahwa tujuan dilakukannya pengawasan
yaitu:
1. Supaya proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan sebelumnya.
2. Untuk mencegah atau memperbaiki kesalahan, ketidak sesuian, penyimpangan
lainnya terjadi atas tugas dan wewenang.
(47)
4. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan pelaksanaannya.
5. Meminimkan biaya
6. Untuk memecahkan masalah
7. Mengantisipasi Kompleksitas dari organisasi.
3. Jenis Jenis Pengawasan
Dalam Sukmadi (2012:84) pengawasan dapat dibedakan dalam beberapa jenis,
yaitu:
a). Pengawasan dari dalam (internal control)
Pengawasan dari dalam merupakan pengawasan seseorang pemimpin kepada
bawahannya, meliputi hal-hal yang cukup luas, baik pelaksanaan tugas, prosedur
kerja, kedisiplinan karyawan.
b). Pengawasan dari luar (eksternal control)
Pengawasan dari luar berarti pengawasan yang dilakukan pihak luar. Pengawasan
eksternal dapat dilakukan secara formal maupun secara informal.
c). Pengawasan Sebelum Pelaksanaan Pekerjaan (Preventif Control)
Pengawasan ini merupakan pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan
dilakukan untuk menghindari terjadinya penyimpangan-penyimpangan serta
ketidaksesuaian dalam pelaksanaannya. Hal ini merupakan pengawasan terbaik
karena dilakukan sebelum terjadinya kesalahan, tetapi sifatnya masih prediktif.
d). Pengawasan Setelah Pelaksanaan Pekerjaan (Reprensif Control)
Pengawasan ini dilakukan setelah terjadinya kesalahan atau penyimpangan dalam
(48)
sama sehingga hasilnya sesuai dengan rencana dan kebijakan yang telah
ditentukan.
e). Pengawasan Mendadak
Pengawasan mendadak ini dilakukan secara mendadak untuk mengetahui
pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan rencana atau tidak.
f). Pengawasan Melekat (Waskat)
Pengawasan melekat ini dilakukan secara intergratif mulai dari sebelum, selama,
dan sesudah kegiatan dilakukan.
g). Pengawasan Langsung (Direct Control)
Tindakan pengawasan langsung ini dilakukan sendiri secara langsung oleh
seorang pimpinan. Pimpinan tersebut memeriksa pekerjaan yang sedang dilakukan
untuk mengetahui apakah dikerjakan dengan baik dan hasilnya sesuai dengan
yang diinginkan.
h). Pengawasan Tidak Langsung (Indirect Control)
Merupakan pengawasan yang dilakukan jarak jauh maksudnya melalui laporan
secara tertulis, maupun lisan dari karyawan tentang pelaksanaan pekerjaan dan
hasil-hasil yang dicapai.
4. Hal-Hal Yang Memerlukan Pengawasan
Menurut Sukmadi (2012:88) terdapat beberapa hal yang memerlukan pengawasan,
yaitu:
a). Pegawai (dapat dilihat dari adanya keluhan pegawai, produktivitas yang
menurun, dan lain sebagainya).
(49)
c). Banyaknya pegawai atau pekerja yang menganggar.
d). Tidak terorganisasinya pekerjaan dengan baik
e). Biaya yang melebihi anggaran.
f). Adanya penghamburan dan in-efisiensi serta terjadi penurunan pendapatan atau profit, tetapi tidak diketahui penyebabnya.
g). penurunan kualitas pelayanan (dapat dilihat dari adanya keluhan masyarakat).
h). Ketidakpuasan.
5. Karakteristik Pengawasan Yang Efektif
Menurut Amirulah dan Budiyono (2004:307) sistem pengawasan yang efektif
mempunyai karakteristik antara lain:
1. Tepat Waktu
Sistem pengawasan akan efektif jika dilakukan dengan cepat disaat penyimpangan
diketahui, kerugian yang dihadapi akan semakin besar. Untuk menghindari hal ini
perlu dilakukan secara rutin, tetapi untuk hal-hal yang sangat penting perlu
dilakukan pengawasan di luar kontrol.
2. Dipusatkan Pada Pengendalian Strategik
Pengendalian hendaknya diarahkan pada titik-titik kunci sehingga penyimpangan
dibidang ini dapat segera diketahui dan dapat dihindarkan timbulnya kegagalan
pencapaian tujuan.
3. Terkoordinasi Dengan Arus Kerja Organisasi
Memperhatikan bahwa satu kegiatan akan selalu terkait dengan kegiatan lain,
maka sistem pengendaliannya juga harus di koordinasikan dengan kegiatan lain
(50)
6. Teori Pendekatan Dalam Pengelolaan dan Pengawasan Lingkungan Hidup
Menurut Suharto (2011:7) Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu
untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan
penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan
dan pengendalian lingkungan hidup.
Menurut Budianto (2008:46) mekanisme pelaksanaan pengelolaan dan
pengawasan lingkungan hidup, proses pemberlakuan harus dijadikan sebagai
rangkaian akhir dari putaran pengaturan, perencanaan dan penerapan suatu sistem
hukum.
Dengan demikian kesulitan dalam menerapkan pengawasan dan pengelolaan
lingkungan hidup ialah tingkat kesadaran masyarakat terhadap undang-undang
masih rendah, peraturan belum lengkap, tingkat kemampuan pelaksanaan
undang-undang yang rendah, serta kecilnya biaya perbelanjaan.
Faktor-faktor ini harus diperhatikan agar tidak terjadi pelanggaran terhadap
undang-undang lingkungan hidup. Selain itu untuk efektivas pengawasan dan
pengelolaan lingkungan hidup maka undang-undang harus ditetapkan secara adil.
Bagi yang melanggar undang-undang harus membayar ganti rugi, mebayar
pemulihan dan lain sebagainya.
Dari penjelasan mengenai pengawasan pengelolaan lingkungan hidup dapat di
tarik kesimpulan bahwa pengawasan pengelolaan lingkungan hidup harus
melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan kegiatan yang akan
(51)
dalam kegiatan usaha rumah sakit ketika melaksanakan kegiatan pengelolaan
limbah medis padat rumah sakit yang bersangkutan. Karena pengelolaan limbah
medis padat harus sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku, sehingga
kedepannya akan memberikan manfaat bagi lingkungan sekitar masyarakat.
E.Tinjauan Kualitas Layanan Publik
Sinambela dkk dalam Pasolong (2010:133), mengatakan bahwa kualitas
pelayanan prima tercermin dari (1) transparansi, yaitu pelayanan yang bersifat terbuka, muda dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan
disediakan secara memadai serta mudah dimengerti, (2) akuntabilitas, yaitu pelayanan dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, (3) kondisional, yaitu pelayanan yang sesuai dengan kondisi
dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada
prinsip efisiensi dan efektivitas, (4) partisipatif, yaitu pelayanan yang dapat
mendorong peran serta masyarakat dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan
dan harapan masyarakat, (5) kesamaan hak, yaitu pelayanan yang
mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan
publik.
Kasmir dalam Pasolong (2010:133), mengatakan bahwa pelayanan yang baik
adalah kemampuan seseorang dalam memberikan pelayanan yang dapat
memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan standar yang ditentukan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Kualitas pelayanan adalah tingkat
(52)
mempunyai kemampuan dalam memberikan pelayanan dan kebutuhan
masyarakat. Dalam konteks ini kualitas pelayanan sangat berkaitan erat dengan
kinerja organisasi pelayanan publik, jika suatu organisasi dalam mencapai tujuan
yaitu dengan memberikan pelayanan yang maksimal maka masyarakat akan
merasa puas dengan pelayanan yang telah diberikan oleh suatu organisasi tersebut.
F.Tinjauan Tentang Limbah Medis Padat 1. Pengertian Limbah Medis Padat
Dalam Suharto (2011:9) Limbah medis padat termasuk kedalam kategori limbah
bahan berbaya dan beracun (B3) karena sifat dan konsentrasinya atau jumlahnya
baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan, merusak
lingkungan hidup dan dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
2. Bagian Limbah Medis Padat
Dalam Suharto (2011:135) Limbah medis padat termasuk bahan bekas alat-alat
kedokteran yang dikhawatirkan mengandung mikroba patogen dan virus. Limbah
medis padat seperti jarum suntik, botol infus, pisau bedah (scalpel), dan botol
gelas. Bahan limbah medis tersebut jika tidak dikelola sesuai dengan peraturan
yang berlaku akan mengancam kesehatan dan keselamatan masyarakat sekitar.
Oleh karena itu sebelum dibuang ketempat pembuangan sampah harus dikelola
dengan baik dan benar sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan oleh
(53)
3. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, berdasarkan peraturan
pemerintah tersebut bahwa dalam pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
beracun diantaranya yaitu limbah medis padat yang mengandung penyakit dari
pasien yang menderita penyakit menular. Maka dalam pengelolaan limbah medis
padat harus di bakar dan dihancurkan dengan alat yang dinamakan incinerator.
Berdasarkan penjelasan mengenai limbah medis padat bahwa limbah medis padat
merupakan limbah bahan berbahaya dan beracun harus dikelola dengan alat yang
dinamakan insinerator di rumah sakit yang bersangkutan. Dalam pengelolaan
limbah medis padat harus mendapatkan pengawasan dari pihak yang berwenang
seperti BPPLH Kota Bandar Lampung, karena limbah medis padat merupakan
limbah yang mengancam kesehatan masyarakat sekitar jika dalam cara
pengelolaan limbah medis padat di buang secara sembarang oleh oknum tertentu
seperti dari kegiatan usaha rumah sakit. Maka dalam pelaksanaan pengawasan
oleh BPPLH terkait limbah medis padat harus lebih optimal dalam menjalankan
tugas dan fungsi bagi keselamatan masyarakat sekitar pembuangan limbah medis
padat.
G. Kerangka Pikir
Badan Pengelolaan Dan Pengendalian Lingkungan Hidup merupakan badan yang
ditunjuk oleh pemerintah untuk pengawasan pembuangan limbah medis di Kota
(54)
lapang dan melihat dampak pembuangan limbah medis yang terjadi di Kota
Bandar lampung. Pengawasan yang dilakukan oleh Badan pengelolaan dan
Pengendalian Lingkungan Hidup (BPPLH) Kota Bandar Lampung yaitu rumah
sakit yang ada di tengah pemukiman masyarakat, pencemaran lingkungan yang
bersumber dari pengelolaan limbah medis padat rumah sakit tidak sesuai dengan
peraturan yang telah ditentukan masih terus di temukan, maka harus segera di
tegakan hukum oleh pemerintah pusat.
Untuk melihat sejauh mana keberhasilan pengawasan yang dilakukan oleh
BPPLH tersebut maka dilakukan penilaian kinerja terhadap BPPLH Kota Bandar
Lampung dalam pengawasan pengelolaan limbah medis padat rumah sakit. Dalam
melakukan penilaian kinerja tersebut digunakan indikator kinerja organisasi
publik menurut Dwiyanto dalam Pasolong (2010:178) yaitu produktivitas, kualitas layanan, responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas, merupakan indikator yang tepat untuk digunakan dalam melihat kinerja pengawasan pengelolaan
limbah medis padat RSUDAM dan RS DKT yang dilaksanakan oleh BPPLH Kota
Bandar Lampung.
Indikator produktivitas yaitu tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga
mengukur efektifitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai
ratio antara input dan output. Melalui indikator ini yang menjadi ukuran input
adalah kompetensi SDM, dana atau anggaran biaya, serta sarana dan prasarana
yang digunakan dalam pengawasan pengelolaan limbah medis padat RSUDAM
dan RS DKT yang dilaksanakan oleh BPPLH Kota Bandar Lampung. Kemudian
yang menjadi ukuran output dalam indikator produktivitas ini adalah Badan
(55)
dalam menjalankan rencana program kerja dan kegiatan yang telah direncanakan
sesuai dengan harapan dan tujuan bersama.
Indikator kualitas Layanan cenderung menjadi penting dalam menjelaskan kinerja
organisasi pelayanan publik. Banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai
organisasi publik muncul karena ketidakpuasan publik terhadap kualitas. Badan
Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa pelayanan pengaduan akibat
pencemaran lingkungan yang berasal dari limbah medis padat RSUDAM dan RS
DKT yang merugikan masyarakat sekitar. Dalam konteks ini pelayanan yang di
berikan oleh Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota
Bandar Lampung kepada masyarakat sudah memenuhi kepuasan masyarakat atau
sebaliknya.
Indikator responsivitas dalam penelitian ini adalah kemampuan birokrasi untuk
mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan
mengembangkan program program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan aspirasi masyarakat. Menurut peneliti, responsivitas dalam
penelitian ini adalah Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup
Kota Bandar Lampung dalam merespon dan lebih memprioritaskan pelayanan
kepada masyarakat dan mengembangkan program-program terkait masalah
pengelolaan limbah medis padat RSUDAM dan RS DKT.
Indikator Responsibilitas, yaitu menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan
birokrasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang
(56)
Responsibilitas pada Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup
dalam pengawasan pengelolaan limbah medis padat rumah sakit Abdul Moeloek
dan rumah sakit DKT yaitu dalam melaksanakan kegiatan pengawasan yang
ditugaskan oleh pemerintah pusat sesuai dengan ketentuan prinsip-prinsip
administrasi yang benar dengan kebijakan birokrasi.
Indikator akuntabilitas, yaitu menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan
kegiatan birokrasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh
rakyat. Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh
rakyat, dengan sendirinya akan selalu memperioritaskan kepentingan publik.
Kinerja birokrasi publik seperti Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan
Hidup Kota Bandar Lampung tidak bisa dilihat dari internal yang dikembangkan
oleh birokrasi publik atau pemerintah seperti pencapaian target. Namun
sebaliknya kinerja harus dilihat dari ukuran eksternal, seperti nilai-nilai dan
norma-norma yang berlaku di masyarakat. Suatu kegiatan birokrasi publik
dikatakan memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar
(57)
Bagan 2.1. Kerangka Pikir Program pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup
Masalah yang di hadapi BPPLH :
1. Masih ditemukannya limbah medis padat di tempat
pembuangan sampah yang tidak sesuai dengan prosedur pengelolannya oleh rumah sakit
2. Banyaknya keluhan masyarakat terkait pengelolaan
limbah medis padat yang tidak sesuai dengan UU No 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
Kinerja pengawasan pengelolaan limbah medis padat RSUDAM dan RS DKT oleh BPPLH Kota Bandar Lampung
Pengukuran Kinerja Birokrasi Publik menurut Dwiyanto dalam Pasolong (2010:178) dengan menggunakan indikator:
1.1. Produktivitas 1.Input
a. Kompetensi SDM
b. Dana atau anggaran biaya
c. Sarana dan Prasarana
2.Output
a. Hasil kerja BPPLH Kota Bandar Lampung dalam menjalankan program dan
rencana kerja yang telah disepakati bersama 1.2.Kualitas Layanan
a. Pandangan masyarakat kepada BPPLH Kota Bandar Lampung mengenai
kualitas layanan pengaduan pencemaran lingkungan khususnya limbah medis padat yang tidak sesuai dengan prosedur pengelolaannya.
1.3. Responsivitas
a. Mengenali kubutuhan masyarakat dalam merespon pengawasan pengelolaan
limbah medis padat RSUDAM dan RS DKT yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku
1.4. Responsibilitas
a. Prinsip-prinsip administrasi kebijakan publik yang dilaksanakan oleh BPPLH
Kota Bandar Lampung 1.5. Akuntabilitas
a. Tingkat pencapaian target dalam pengukuran kinerja BPPLH Kota Bandar
(58)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tipe dan Pendekatan Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tipe penelitian ini menurut Sugiyono
(2012:19) berupaya menggambarkan kejadian atau fenomena sesuai dengan apa
yang terjadi di lapangan, di mana data yang dihasilkan berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Data yang
dikumpulkan tersebut berupa kata-kata hasil wawancara, gambar-gambar, catatan
di lapangan, foto, dokumen pribadi. Dengan kata lain metode deskriptif
menggambarkan suatu fenomena yang ada dengan jalan mengamati dan
menganalisis dengan serius.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud memahami fenomena yang
bener-benar terjadi degan mendeskripsikan dan menganalisis masalah yang akan
di amati. Penelitian kualitatif secara alamiah tidak mengada-adakan suatu masalah
yang terjadi yaitu dengan konteks alamiah sehingga dapat dimanfaatkan sesuai
dengan keadaan yang terjadi.
Maksud penulis menggunakan metode tersebut untuk mendeskripsikan dan
(59)
Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung dalam
pengawasan pengelolaan limbah medis rumah sakit.
B. Fokus Penelitan
Fokus penelitian pada dasarnya merupakan masalah pokok yang bersumber dari
pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang diperolehnya melalui
kepustakaan ilmiah ataupun kepustakaan lainnya. Fokus penelitian sangat
diperlukan dalam sebuah penelitian karena dapat memberikan batasan dalam studi
dan pengumpulan data, sehingga peneliti dapat lebih fokus memahami
masalah-masalah yang menjadi tujuan penelitian dan data yang diperoleh akan lebih
spesifik.
Spradley dan Faisal dalam Sugiyono (2012:209) memberikan pendapat tentang
fokus penelitian. Para ahli berpendapat bahwa fokus penelitian sangatlah penting
karena mempunyai 4 alternatif untuk menetapkan fokus, namun hanya di ambil 2
alternatif dalam penelitian ini yaitu:
1. Menetapkan fokus yang memiliki nilai temuan untuk pengembangan iptek.
2. Menetapkan fokus berdasarkan permasalahan yang terkait dengan teori-teori
yang telah ada.
Jadi dengan penetapan fokus yang jelas dan mantap, seorang peneliti dapat
membuat keputusan yang tepat tentang data mana yang harus dikumpulkan dan
mana yang tidak perlu untuk di kumpulkan. Berdasarkan pemaparan diatas, maka
(60)
1. Kinerja Pengawasan Pengelolaan Limbah Medis Padat Rumah Sakit Abdul
Moeloek dan Rumah Sakit DKT (Studi Pada Badan Pengelolaan Dan
Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung)
1.1. Kegiatan Pemeriksaan dan Penyidikan oleh BPPLH Kota Bandar Lampung,
dengan melihat beberapa indikator dibawah ini:
1. 1. 1. Produktivitas
Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai ratio antara input dengan output.
Dalam mengukur tingkat efektivitas dan efisiensinya, maka dapat melihat
produktivitas yang dilakukan oleh Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota
Bandar Lampung dalam pengawasan pengelolaan limbah medis padat rumah
sakit Abdul Moeloek dan rumah sakit DKT dapat dilihat dari input dan output
yang menjadi tugas sebagai Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup. Input dan
output dalam indikator ini yaitu:
a. Input
Input yang ada dalam Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup
Kota Bandar Lampung yaitu Sumber Daya Manusia, angararan biaya/dana,
sarana dan prasarana.
b. Output
Produktivitas yang dilakukan oleh Badan Pengelolaan dan pengendalian
(61)
program kerja dan kegiatan yang telah direncanakan sesuai dengan harapan dan
tujuan bersama.
1.1.2. Kualitas Layanan
Kualitas layanan yang dilakukan oleh Badan Pengelolaan dan Pengendalian
Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung terhadap masyarakat, dalam menilai
kualitas layanannya menjadi satu ukuran kinerja birokrasi publik dapat terlaksana
atau tidak. Karena banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi
publik muncul karena ketidakpuasan publik terhadap kualitas.
1.1.3. Responsivitas
Yaitu kemampuan Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota
Bandar Lampung untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan
prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan publik
sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan aspirasi masyarakat tentang kerusakan
atau pencemaran lingkungan akibat pengelolaan limbah medis padat yang tidak
sesuai dengan peraturan yang berlaku oleh rumah sakit yang bersangkutan.
1.1.4. Responsibilitas
Yaitu menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan Badan Pengelolaan dan
Pengendalian Lingkungan Hidup dalam pengawasan lingkungan sesuai dengan
prinsip-prinsip administrasi yang benar dengan kebijakan birokrasi, baik yang
(62)
1.1.5. Akuntabilitas
Konsep Akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar
kebijakan dan kegiatan Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup
Kota Bandar Lampung itu konsisten dengan kehendak publik. Kinerja Badan
Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung tidak
hanya dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh birokrasi publik atau
pemerintah, seperti pencapaian target. Tetapi kinerja Badan Pengelolaan dan
Pengendalian Lingkungan Hidup sebaiknya harus dilihat dari ukuran eksternal,
seperti nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
2. Faktor-faktor penghambat kinerja pengawasan pengelolaan limbah medis padat
RSUDAM dan RS DKT oleh BPPLH Kota Bandar Lampung.
C. Lokasi Penelitian
Lokasi yang menjadi tempat penelitian ini ditentukan dengan sengaja (purposive) yaitu dilakukan pada Badan Pengelolaan Dan Pengendalian Lingkungan Hidup
Kota Bandar Lampung. Pemilihan lokasi ini didasarkan dengan alasan, yaitu
Badan Pengelolaan Dan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung
merupakan badan yang mempunyai tugas dan fungsi dalam melakukan
pengawasan, penyidikan, pemeriksaan, serta sebagai tempat pengaduan bagi
masyarakat tentang pelestarian lingkungan hidup. Dengan adanya hal tersebut,
maka peneliti menetapkan lokasi penelitian di Badan Pengelolaan Dan
Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung. Selain itu peneliti juga
(63)
RSUD Abdul Moeloek dan RS DKT, serta masyarakat sekitar pembuangan
limbah medis padat.
D. Jenis dan Sumber Data
Data adalah catatan atas kumpulan fakta yang ada, merupakan hasil pengukuran
atau pengamatan suatu variabel yang bentuknya dapat berupa angka, kata-kata
atau citra. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data primer
Data primer yaitu berupa kata-kata dan tindakan informan serta
peristiwa-peristiwa tertentu yang berkaitan dengan fokus penelitian yang kesemuanya
berkaitan dengan permasalahan, pelaksanaan, dan merupakan hasil pengumpulan
peneliti sendiri selama berada di lokasi penelitian. Secara aplikatif data primer ini
diperoleh peneliti selama proses pengumpulan data dengan menggunakan teknik
wawancara mendalam dan observasi terhadap Kinerja BPPLH Kota Bandar
Lampung dalam pengawasan pengelolaan limbah medis padat rumah sakit.
Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah:
Tabel 3.1. Daftar Informan Penelitian
No Informan Jabatan Tanggal
Wawancara
1 Cik Ali Ayub,
S.Sos,MM
Kepala Bidang Pengawasan Dampak Lingkungan dan Penegak Hukum LH
15 April 2015-28 Juli 2015
2 Dina Marina, SE Kepala Sub Bidang Pengawasan Dampak Lingkungan
Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup
27 April 2015-28 Juli 2015
3 Ir. Muhammad yusuf Kepala Sub Bidang Pembinaan dan Penegakan Hukum
Lingkungan Hidup
27 April 2015-28 Juli 2015
(64)
4 Handi Setio Buono, ST
Staf Bidang Pembinaan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup
27 April 2015
5 Rusilawati, ST Kepala Instalansi Limbah Medis RSUDAM
13 April 2015
6 Budi Santoso Staff Pengelola Limbah Medis Padat RSUDAM
8 Oktober
2015 7 SERMA Asep Solihin Ketua Manajemen Fasilitas
Kesehatan RS DKT
5 Mei 2015
8 Antoni (nama
samaran)
Staff Manajemen Fasilitas Kesehatan RS DKT
5 Mei 2015
9 Hadi petugas kebersihan sekitar
pemukiman masyarakat
20-23 April 2015
10 Asad Petugas kebersihan sekitar
pemukiman masyarakat
20 April 2015- 27 Juli 2015
11 Akim Petugas kebersihan sekitar
pemukiman masyarakat
20-23 April 2015
12 Sarah Pengunjung pasien di RS DKT 23 April 2015
13 Nita Masyarakat dan Pasien RS DKT 23 April 2015
14 Sri Wahyuni Masyarakat atau pengunjung pasien di RSUDAM
8 Oktober
2015
15 Nimas Masyarakat atau pengunjung
pasien di RSUDAM
8 Oktober
2015
Sumber: Data Diolah Oleh Peneliti Tahun 2015
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperlukan dalam penelitian untuk
melengkapi informasi dari data primer. Data ini dapat berupa sumber tertulis di
luar kata dan tindakan, dapat berupa naskah, dokumen resmi, dan sebagainya yang
berkaitan dengan penelitian.
Data sekunder adalah data penunjang yang berasal dari berbagai literatur, foto
atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Sumber data sekunder dalam
penelitian ini berupa undang-undang atau peraturan, surat-surat keputusan,
(65)
penelitian yang diteliti. Beberapa dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2. Daftar Dokumen-Dokumen yang Berkaitan dengan Penelitian
No Dokumen-Dokumen Substansi
1. Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 23 Tahun 2008
Berisi tentang Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan Pengelolaan Dan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung 2. Peraturan Pemerintah No. 101
Tahun 2014
Berisi tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Berisi tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
4.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.9/2010
Berisi tentang Tata Cara Pengaduan dan Penanganan Pengaduan Akibat Dugaan Pencemaran dan/atau Perusakan
5.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.19/2008
Berisi tentang standar pelayanan minimal Bidang Lingkungan Hidup Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota
6.
Keputusan Kepala Badan Pengelolaan Dan Pengendalian Lingkungan Hidup
Berisi tentang Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pengelolaan Dan Pengendalian Lingkungan Hidup
Sumber: Data di olah oleh peneliti dari Badan Pengelolaan Dan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung, April 2015
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi tahap-tahap
sebagai berikut:
(1)
Wawancara dan observasi dengan Bapak Ir. Muhammad yusuf di kantor BPPLH Kota Bandar Lampung
Setelah Wawancara dan observasi dengan Ibu Rusilawati, ST di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek
(2)
Wawancara dan observasi dengan Bapak SERMA Asep Solihin di Rumah Sakit DKT
(3)
Setelah wawancara dan observasi dengan Ibu Rusilawati, ST dan Bapak Budi Santoso di depan gudang insinerator penghancur limbah medis padat RSUDAM
(4)
Wawancara dengan Ibu Nimas di lingkungan RSUDAM
(5)
Wawancara dan observasi dengan Ibu Nita dilingkungan Rumah Sakit DKT
Setelah wawancara dan observasi dengan Bapak Hadi di lingkungan tempat pembuangan sampah sekitar pemukiman masyarakat
(6)
Setelah wawancara dan observasi dengan Bapak Akim di lingkungan tempat pembuangan sampah sekitar pemukiman masyarakat
Setelah wawancara dan observasi dengan Bapak Asad di lingkungan tempat pembuangan sampah sekitar pemukiman masyarakat