Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua Kabupaten Padang lawas Utara Tahun 2014.

(1)

PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GUNUNGTUA KABUPATEN

PADANG LAWAS UTARA TAHUN 2014

SKRIPSI Oleh :

ANNISA MEI RINA RAMBE NIM. 121021022

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT DI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GUNUNGTUA KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA TAHUN 2014

Nama Mahasiswa : ANNISA MEI RINA RAMBE No. Induk Mahasiswa : 121021022

Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat

Peminatan : Kesehatan Lingkungan

Tanggal lulus : 28 Januari 2015

Disahkan Oleh Komisi Pembimbing


(3)

ABSTRAK

Rumah sakit berpotensi untuk mencemari lingkungan dan kemungkinan menimbulkan kecelakaan serta penularan penyakit. Hal ini dapat dihindari dengan melakukan pengelolaan limbah rumah sakit. Limbah yang dihasilkan rumah sakit 80% berupa limbah non medis dan 20% berupa limbah medis.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pengelolaan limbah medis padat di Rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2014 belum memenuhi syarat berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan analisis bersifat deskriptif observasional. Sampel diambil dengan cara total sampling, dimana seluruh populasi dijadikan sampel yang berjumlah 19 orang . Alat yang digunakan dalam pengumpulan data adalah check list observasi dan kuesioner.

Hasil dari penelitian di RSUD Gunungtua ini menunjukkan bahwa jumlah timbulan limbah medis padat sebesar 0,7 m³/hari. Masalah yang ada pada awal pengelolaan adalah sarana dan prasarana belum lengkap serta belum adanya anggaran dana pengelolaan limbah medis padat. Sedangkan pada tahap pengelolaan masalahnya berada pada pelaksanaan pengelolaan limbah medis padat di RSUD Gunungtua yang belum sesuai dengan standar yang ditetapkan. RSUD Gunungtua memperoleh skor sebesar 50%. Secara keseluruhan RSUD Gunungtua belum memenuhi skor minimum yaitu sebesar 80% untuk pengelolaan limbah medis padat rumah sakit tipe C.

Disarankan kepada pihak RSUD Gunungtua untuk melakukan kerjasama MoU dengan pihak yang memiliki insenerator.

Kata Kunci : Limbah Medis Padat, Pengelolaan Limbah Medis Padat, Rumah Sakit


(4)

ABSTRACT

Hospitas has potential to pollute the invironment, cause injury and disease infection. This could be avoided by carrying out the medical waste management of the hospital. Hospital waste generated 80% in form of non medical waste and 20% in form of medical waste.

The objective of this study was to get description the implementation of medical solid waste management at Regional Public Hospital Gunungtua Padang Lawas Utara District was not eligible under the Decision Health Minister of Republic of Indonesia number 1204/Menkes/SK/X/2004. The method of this study was cross sectional design. The analysis method was observasional descriptive. Samples were taken by total sampling, that the entire population of 19 people was used as samples. Check list of observation and questionnaire was used for data collection.

The result of this study’s Regional Public Hospital Gunungtua showed that the amount of solid waste generation 0,7 m³/day. Existing problems at the beginning of management was infrastructure was not complete and there was no budget for medical solid waste management. Meanwhile at the implementation stage, the problems lies on the implementation of solid medical waste at that hospital was not in accordance with defined standards. Regional Public Hospital Gunungtua got score of 50%. On the whole that hospital did not yet fill the minimal score of 80% for the medical solid waste management of the C type hospital.

The suggestion for Regional Public Hospital Gunungtua is cooperating with parties that have an incinerator.


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Annisa Mei Rina Rambe

Tempat/tanggal lahir : Padangsidimpuan, 18 Mei 1988

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum menikah Jumlah Anggota Keluarga : 6 (enam) orang

Alamat Rumah : Jl. ST SP Mulia Gg. Serasi No. 13, Padangsidimpuan SUMUT

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tahun 1993 – 1999 : SDN 142442 Padangsidimpuan 2. Tahun 1999 – 2002 : Mtsn Padangsidimpuan

3. Tahun 2002 – 2005 : SMAN 4 Padangsidimpuan

4. Tahun 2005 – 2008 : D3 Akademi Kebidanan Helvetia Medan 5. Tahun 2012 – 2015 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua Kabupaten Padang lawas Utara Tahun 2014.

Proses penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak yang telah turut serta membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu, terutama kepada dr. Surya Dharma, MPH dan Dra. Nurmaini, MKM, Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan saran dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tidak terhingga kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Ir. Evi Naria, M.Kes. selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan. 3. Ibu Siti Khadijah Nasution, SKM, Mkes. selaku dosen Pembimbing Akademik. 4. Ibu Ir. Indra Chahaya S, MSi dan Ibu Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS.

selaku dosen penguji.

5. Seluruh dosen dan staf pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Kesehatan Lingkungan.


(7)

6. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan serta doa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Kakak, abang dan adik yang turut serta memberi dukungan kepada saya.

8. Seluruh teman dan sahabat yang turut serta memberi dukungan dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2015


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Umum ... 5

1.3.2 Tujuan khusus ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Medis Padat Rumah Sakit ... 7

2.1.1 Pengertian Limbah Rumah Sakit ... 7

2.1.2 Pengertian Limbah Medis Padat Rumah Sakit ... 8

2.2 Pengelolaan Limbah Medis Rumah Sakit ... 10

2.2.1 Minimasi limbah ... 11

2.2.2 Pemilahan Limbah ... 12

2.2.3 Pengumpulan Limbah Medis ... 13

2.2.4 Pengangkutan Limbah medis ... 14

2.2.5 Penampungan Semenrata Limbah Medis ... 14

2.2.6 Pemusnahan Limbah Medis ... 15

2.2.7 Pembuangan Akhir limbah Medis ... 16

2.3 Sumber Daya Pengelolaan Limbah Medis Rumah Sakit ... 16

2.3.1 Tenaga Pengelola ... 16

2.3.2 Sarana dan Prasarana Pengelolaan ... 17

2.3.3 Biaya Pengelolaan ... 17

2.4 Manajemen Pengelolaan Limbah Rumah Sakit ... 18

2.5 Persyaratan Pengelolaan Limbah Medis Padat ... 19

2.6 Jumlah Limbah Padat ... 24

2.7 Pengaruh Pengelolaan Limbah Rumah Sakit ... 25

2.7.1 Pengaruh Terhadap Kesehatan ... 25

2.7.2 Pengaruh Terhadap Lingkungan ... 26

2.7.3 Pengaruh Terhadap Rumah Sakit ... 26


(9)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 28

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

3.3 Populasi dan Sampel ... 28

3.3.1 Populasi ... 28

3.3.2 Sampel ... 29

3.4 Alat dan Metode pengumpulan data ... 29

3.4.1 Data Primer ... 29

3.4.2 Data Skunder ... 29

3.5 Defenisi Operasional Variabel ... 30

3.6 Teknis Analisis Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum RSUD Gunungtua... 32

4.2 Peraturan dan Kebijakan ... 32

4.3 Sumber Limbah Medis Padat RSUD Gunungtua ... 33

4.4 Sumber Daya Pengelolaan Limbah Medis Padat Rumah .. Sakit Umum Daerah Gunungtua ... 35

4.4.1 Tenaga Pengelola ... 35

4.4.2 Sarana dan Prasarana... 35

4.4.3 Biaya Pengelolaan ... 37

4.5 Pengelolaan Limbah Medis RSUD Gunungtua ... 37

4.5.1 Penampungan dan Pemilahan ... 37

4.5.2 Pengumpulan ... 38

4.5.3 Pengangkutan ... 39

4.5.4 Pemusnahan dan Pembuangan Akhir ... 39

4.6 Hasil Pengelolaan Limbah Medis Padat RSUD Gtua ... 40

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Peraturan dan Kebijakan ... 41

5.2 Sumber dan Jumlah Volume Limbah Medis Padat ... 41

5.3 Sumber Daya Pengelolaan Limbah Medis Padat Rumah .. Sakit Umum Daerah Gunungtua ... 42

5.3.1 Tenaga Pengelola ... 42

5.3.2 Sarana dan Prasarana... 43

5.3.3 Biaya Pengelolaan ... 44

5.4 Pengelolaan Limbah Medis RSUD Gunungtua ... 45

5.4.1 Penampungan dan Pemilahan ... 45

5.4.2 Pengumpulan ... 46

5.4.3 Pengangkutan ... 46

5.4.4 Pemusnahan dan Pembuangan Akhir ... 46


(10)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 49 6.2 Saran ... 51 DAFTAR PUSTAKA ... 53


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman Tabel 2.1 Klasifikasi Limbah Medis Padat yang Berasal dari rumah sakit ... 9 Tabel 2.2 Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai kategori... 20 Tabel 4.1 Ruangan Penghasil Limbah Medis Padat dan Jumlah Timbulannya .... 34 Tabel 4.2 Daftar Sarana dan Prasarana Pengelolaan Limbah Medis Padat RSUD ... Gunungtua ... 36


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Checklist Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit Daerah Gunungtua Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2014.

Lampiran 2 Formulir Kuesioner Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit Daerah Gunungtua Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2014. Lampiran 3 Struktur Organisasi RSUD Gunungtua Kabupaten Padang Lawas

Utara.

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian Lampiran 4 Surat Selesai Penelitian

Lampiran 5 Lampiran Gambar Sarana dan Prasarana Pengelolaan Limbah Medis Padat RSUD Gunungtua


(13)

ABSTRAK

Rumah sakit berpotensi untuk mencemari lingkungan dan kemungkinan menimbulkan kecelakaan serta penularan penyakit. Hal ini dapat dihindari dengan melakukan pengelolaan limbah rumah sakit. Limbah yang dihasilkan rumah sakit 80% berupa limbah non medis dan 20% berupa limbah medis.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pengelolaan limbah medis padat di Rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2014 belum memenuhi syarat berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan analisis bersifat deskriptif observasional. Sampel diambil dengan cara total sampling, dimana seluruh populasi dijadikan sampel yang berjumlah 19 orang . Alat yang digunakan dalam pengumpulan data adalah check list observasi dan kuesioner.

Hasil dari penelitian di RSUD Gunungtua ini menunjukkan bahwa jumlah timbulan limbah medis padat sebesar 0,7 m³/hari. Masalah yang ada pada awal pengelolaan adalah sarana dan prasarana belum lengkap serta belum adanya anggaran dana pengelolaan limbah medis padat. Sedangkan pada tahap pengelolaan masalahnya berada pada pelaksanaan pengelolaan limbah medis padat di RSUD Gunungtua yang belum sesuai dengan standar yang ditetapkan. RSUD Gunungtua memperoleh skor sebesar 50%. Secara keseluruhan RSUD Gunungtua belum memenuhi skor minimum yaitu sebesar 80% untuk pengelolaan limbah medis padat rumah sakit tipe C.

Disarankan kepada pihak RSUD Gunungtua untuk melakukan kerjasama MoU dengan pihak yang memiliki insenerator.

Kata Kunci : Limbah Medis Padat, Pengelolaan Limbah Medis Padat, Rumah Sakit


(14)

ABSTRACT

Hospitas has potential to pollute the invironment, cause injury and disease infection. This could be avoided by carrying out the medical waste management of the hospital. Hospital waste generated 80% in form of non medical waste and 20% in form of medical waste.

The objective of this study was to get description the implementation of medical solid waste management at Regional Public Hospital Gunungtua Padang Lawas Utara District was not eligible under the Decision Health Minister of Republic of Indonesia number 1204/Menkes/SK/X/2004. The method of this study was cross sectional design. The analysis method was observasional descriptive. Samples were taken by total sampling, that the entire population of 19 people was used as samples. Check list of observation and questionnaire was used for data collection.

The result of this study’s Regional Public Hospital Gunungtua showed that the amount of solid waste generation 0,7 m³/day. Existing problems at the beginning of management was infrastructure was not complete and there was no budget for medical solid waste management. Meanwhile at the implementation stage, the problems lies on the implementation of solid medical waste at that hospital was not in accordance with defined standards. Regional Public Hospital Gunungtua got score of 50%. On the whole that hospital did not yet fill the minimal score of 80% for the medical solid waste management of the C type hospital.

The suggestion for Regional Public Hospital Gunungtua is cooperating with parties that have an incinerator.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan publik merupakan kegiatan pemenuhan dasar sesuai hak-hak sipil setiap warga Negara atas barang, jasa dan pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggaraan pelayanan publik (Undang-Undang No. 25 Tahun 2009). Rumah sakit merupakan satu institusi kesehatan dimana sekelompok orang dengan berbagai disiplin ilmu dan keahlian melakukan aktivitas secara bersama dengan dengan kegiatan utamanya berupa pelayanan kesehatan yang bersifat preventif, kuratif, promotif dan rehabilitatif, sehingga rumah sakit merupakan salah satu penyelenggaraan kegiatan pelayanan publik (Undang-Undang No. 44 Tahun 2009).

Pelaksanaan pelayanan kesehatan berpotensi untuk menghasilkan limbah. Limbah merupakan sisa kegiatan sehari-hari. Limbah rumah sakit tersebut dapat berupa limbah bahan berbahaya beracun yang karena sifat, konsentrasinya atau jumlahnya dapat membahayakan bagi kesehatan maupun lingkungan (Undang-Undang No. 18 Tahun 2008). Limbah wajib dikelola karena setiap orang berhak mendapat lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan (Undang-Undang No. 32 dan No. 36 Tahun 2009).

Menurut DepKes RI (2002) limbah rumah sakit mulai disadari sebagai bahan buangan yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan karena bahan yang terkandung di dalamnya dapat menimbulkan dampak bagi kesehatan dan menimbulkan cidera. Limbah yang dihasilkan rumah sakit hampir 80% berupa


(16)

limbah non medis dan 20% berupa limbah medis. Sebesar 15% dari limbah rumah sakit merupakan limbah infeksius dan limbah jaringan tubuh. Negara maju memproduksi 6 kg limbah medis per orang per tahun, sedangkan di negara berkembang biasanya menggolongkan limbah menjadi dua golongan yaitu limbah non medis dan limbah medis. Negara berkembang memproduksi 0,5 sampai 3 (tiga) kg per orang per tahun (World Health Organization, 2007).

Pada penelitian tahun 2013 terhadap 100 rumah sakit di Jawa dan Bali rata-rata menghasilkan limbah sebesar 3,2 kg/tempat tidur/hari. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa produksi limbah padat berupa limbah padat non medis sebesar 76,8% dan limbah medis padat sebesar 23,2%. Pada penelitian tahun 2014 menunjukkan bahwa rumah sakit di Indonesia memproduksi limbah padat sebesar 376.089 ton/hari dan produksi limbah cair 48.985,70 ton/hari, sehingga dari gambaran tersebut dapat diperkirakan besarnya kemungkinan potensi limbah rumah sakit untuk mencemari lingkungan dan kemungkinan mengakibatkan kecelakaan serta penularan penyakit jika tidak dikelola dengan benar (Astuti dan Purnama, 2014).

Saat ini masih terdapat masalah dalam pengelolaan limbah medis di rumah sakit yang kemungkinan disebabkan oleh peraturan, kebijakan, dan organisasi pengelola limbah yang belum cukup jelas membuat kurang tertatanya pengelolaan limbah medis di rumah sakit. Penanganan limbah rumah sakit dilakukan sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit agar tidak terjadi gangguan kesehatan akibat pencemaran limbah. Pelayanan rumah sakit berdasarkan fungsinya


(17)

diharapkaan tidak mengakibatkan gejala penularan kepada pengguna rumah sakit yang disebut dengan infeksi nosokomial.

Berdasarkan potensi bahaya yang terkandung di dalam limbahnya, maka limbah medis harus dikelola secara saniter mulai dari tahap pemilahan, pengumpulan, penampungan, pengangkutan dan pembuangan akhir (pemusnahan). Kesalahan dalam penanganannya akan dapat membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehatan baik pasien, petugas, maupun pengunjung (DepKes RI, 2004).

Pengangkutan yang tidak rutin dilakukan setiap hari mengakibatkan sering terjadi peningkatan volume limbah sehingga terjadi penimbunan limbah yang banyak. Pihak pengelola rumah sakit terkadang memutuskan untuk membakar limbah untuk mengurangi volume limbah yang tertimbun. Namun hal ini tentunya sangat berdampak terhadap masyarakat di lingkungan rumah sakit. Seharusnya limbah sebelum dibuang atau diangkut untuk dikelola selanjutnya, tidak boleh ada penimbunan limbah (DepKes RI, 2002)

Faktor kesehatan lingkungan diperkirakan juga memiliki andil dalam timbulnya kejadian infeksi nosokomial. Personil atau petugas yang menangani limbah ada kemungkinan tertular penyakit melalui limbah rumah sakit karena kurangnya higiene perorangan dan sanitasi lingkungan (DepKes RI, 2002).

Berdasarkan beberapa penelitian tersebut masih terdapat masalah dalam pengelolaan limbah medis di rumah sakit. Peraturan, kebijakan dan organisasi pengelola limbah yang belum cukup jelas membuat kurang tertatanya pengelolaan limbah medis rumah sakit. Penanganan limbah rumah sakit dilakukan sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1204/Menkes/SK/X/2004


(18)

tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit agar tidak terjadi gangguan kesehatan akibat pencemaran limbah.

Pada penelitian ini, Rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua menjadi pilihan peneliti sebagai tempat penelitian skripsi untuk mengetahui lebih jauh pelaksanaan pengelolaan limbah medis padat. Rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua merupakan rumah sakit tipe C dengan lingkup tugas dan fungsi pelayanan yang luas dan penting, maka upaya pengelolaan limbah rumah rumah sakit merupakan salah satu upaya menciptakan lingkungan rumah sakit yang bersih, nyaman dan higienis. Pada kegiatan layanan tersebut maka Rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua berkewajiban menyediakan sarana sanitasi yang memenuhi syarat.

Hasil survei awal yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Gunungtua pada tanggal 8 Agustus 2014, terdapat kesenjangan dalam penanganan limbah medis di rumah sakit ini karena masih dikelola secara seadanya dan tempat sampah yang tidak didesinfeksi langsung setelah dikosongkan serta limbah medis belum terkelola dengan baik. Berangkat dari gambaran tersebut, maka peneliti ingin mengetahui mengapa pengelolaan limbah medis di Rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua Tahun 2014 belum memenuhi syarat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah mengapa pelaksanaan pengelolaan limbah medis padat di Rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2014 belum memenuhi syarat.


(19)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pengelolaan limbah medis padat di Rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2014 belum memenuhi syarat. 1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kebijakan Rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua dalam pengelolaan limbah medis padat.

2. Untuk mengetahui sumber timbulan limbah medis padat yang dihasilkan di Rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2014.

3. Untuk mengetahui kendala pada sumber daya pengelola limbah medis padat di Rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2014.

4. Untuk mengetahui kendala pada proses penampungan, pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pemusnahan dan pembuangan akhir limbah medis padat di Rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2014.


(20)

1.4 Manfaat penelitian

1. Bagi institusi rumah sakit : diharapkan agar dapat memberikan masukan bagi pihak institusi tentang pengelolaan limbah medis padat di rumah sakit.

2. Bagi peneliti : penelitian yang dilakukan dapat menjadi pengalaman yang berguna dalam menerapkan ilmu yang sudah didapatkan dari perkuliahan. 3. Bagi peneliti lain : sebagai bahan referensi yang dapat digunakan oleh peneliti

selanjutnya yang berminat terhadap permasalahan lingkungan dan kesehatan.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Limbah Medis Padat Rumah Sakit 2.1.1 Pengertian Limbah Rumah Sakit

Limbah adalah sesuatu yang tidak dipakai, tidak digunakan, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Sedangkan menurut Wikipedia Indonesia, limbah adalah hasil buangan yang dihasilkan dari suatu proses baik industri maupun domestik (rumah tangga). Definisi dari Environmental Protection Agancy mengenai limbah medis padat adalah limbah padat yang mampu menimbulkan penyakit. Limbah kimia, limbah beracun, limbah infeksius, dan limbah medis merupakan bagian dari limbah padat yang dapat mengancam kesehatan manusia maupun lingkungan. Komposisi limbah padat rumah sakit menurut EPA terdiri dari limbah padat medis 22%, limbah farmasi 1% dan limbah domestik 77% (Reinhardt dan Gordon, 1991).

Limbah layanan kesehatan adalah mencakup semua hasil buangan yang berasal dari instalasi kesehatan, fasilitas penelitian, dan laboratorium. Limbah rumah sakit adalah limbah yang mencakup semua buangan yang berasal dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, pasta (gel) maupun gas yang dapat mengandung mikroorganisme pathogen bersifat infeksius, bahan kimia beracun, dan sebagian bersifat radio aktif (Depkes, 2006).

Berdasarkan Kepmenkes Republik Indonesia No. 1204/Menkes/SK/X/2004 limbah rumah sakit terbagi 3 macam yaitu : 1) Limbah cair artinya semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan


(22)

mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radio aktif yang berbahaya bagi kesehatan, 2) Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti insenerator, dapur, perlengkapan generator dan anastesi, 3) Limbah padat adalah semua limbah rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan limbah padat non medis.

2.1.2 Pengertian Limbah Medis Padat Rumah Sakit

Menurut EPA/U.S Environmental Protection Agancy, limbah medis adalah semua bahan buangan yang dihasilkan dari fasilitas pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit, klinik, bank darah, praktek dokter gigi, klinik hewan, serta fasilitas penelitian medis dan laboratorium. Sedangkan menurut Depkes RI (2002) limbah medis adalah limbah yang berasal dari pelayanan medik, perawatan gigi, farmasi, penelitian, pengobatan, perawatan atau pendidikan yang menggunakan bahan-bahan yang beracun, infeksius, berbahaya atau membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu.

Limbah medis padat adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien. Limbah medis padat terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi. Pewadahan limbah padat non medis dipisahkan dari limbah medis padat dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam khusus untuk limbah medis non padat (Kepmenkes RI No. 1204, 2004).


(23)

Tabel 2.1. Klasifikasi Limbah Medis Padat yang Berasal dari Rumah Sakit Kategori

Limbah

Definisi Contoh limbah yang

dihasilkan 1 Infeksius Limbah yang terkontaminasi

organisme patogen (bakteri, virus, parasit, atau jamur) yang tidak secararutin ada lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan.

Kultur laboratorium, limbah dari bangsal isolasi, kapas, materi, atau peralatan yang tersentuh pasien yang terinfeksi, ekskreta.

2 Patologis Limbah berasal dari pembiakan dan stock bahan yang sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan dan bahan lain yang telah diinokulasi, terinfeksi atau kontak dengan bahanyang sangat infeksius.

Bagian tubuh manusia dan hewan (limbah anatomis), darah dan cairan tubuh yang lain, janin.

3 Sitotoksis Terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius. Limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan dan pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi kanker yang mempunyai kemampuan untuk membunuh atau mengahambat pertumbuhan sel hidup

Dari materi yang terkontaminasi pada saat persiapan dan pemberian obat, misalnya spuit, ampul, kemasan, obat kadaluarsa, larutan sisa, urine, tinja, muntahan pasien yang mengandung sitotoksis. 4 Benda

tajam

Merupakan materi yang dapat menyebabkan luka iris atau luka tusuk. Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam

yang terbuang mungkin

terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radioaktif.

Jarum, jarum suntik, skalpel, pisau bedah, peralatan infus, gergaji bedah, dan pecahan kaca.

5 Farmasi Limbah farmasi mencakup produksi farmasi. Kategori ini juga mencakup barang yang akan di buang setelah digunakan untuk menangani produk farmasi, misalnya botol atau kotak yang berisi residu, sarung tangan, masker, selang penghubung darah atau cairan, dan ampul obat.

Obat-obatan, vaksin, dan serum yang sudah kedaluarsa, tidak digunakan, tumpah, dan terkontaminasi, yang tidak diperlukan lagi.


(24)

6 Kimia Mengandung zat kimia yang berbentuk padat, cair, maupun gas yang berasal dari aktivitas diagnostic dan eksperimen serta dari pemeliharaan kebersihan rumah sakit dengan menggunakan desinfektan.

Reagent di laboratorium, film untuk rontgen, desinfektan yang kadaluarsa atau sudah tidak diperlukan lagi, solven.

7 Radioaktif Bahan yang terkontaminasi dengan radioisotope yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini dapat berasal dari : tindakan kedokteran nuklir,

radio immunoassay dan

baakteriologis, dapat berpentuk padat, cair atau gas.

Cairan yang tidak terpakai dari radio aktif atau riset di laboratorium, peralatan kaca, kertas absorben yang terkontaminasi, urine dan ekskreta dari pasien yang diobati atau diuji dengan radio nuklida yang terbuka. 8 Logam

yang

bertekanan tinggi/bera t

Limbah yang mengandung logam Berat dalam konsetrasi tinggi termasuk dalam subkategori limbah kimia berbahaya dan biasanya sangat toksik. Contohnya adalah limbah merkuri yang berasal dari bocoran peralatan kedokteran yang rusak.

Thermometer, alat pengukur tekanan darah, residu dari ruang pemeriksaan gigi, dan sebagainya.

9 Kontainer bertekanan

Limbah yang berasal dari berbagai jenis gas yang digunakan di rumah sakit.

tabung gas, kaleng aerosol yang mengandung residu, gas cartridge.

(Sumber: Kepmenkes RI No. 1204, 2004 )

2.2 Pengelolaan Limbah Medis Rumah Sakit

Pengelolaan limbah rumah sakit harus dilakukan dengan benar, efektif dan memenuhi persyaratan sanitasi. Sebagai sesuatu yang tidak dimanfaatkan lagi, tidak disenangi, dan yang harus dibuang maka limbah harus dikelola dengan baik. Syarat yang harus dipenuhi dalam pengelolaan limbah adalah tidak mengkontaminasi udara, air /tanah, tidak menimbulkan bau, tidak menyebabkan kebakaran, dan sebagainya. Suatu kebijakan dari manajemen dan prosedur-prosedur tertentu yang berhubungan dengan segala aspek dalam pengelolaan sampah rumah sakit sangat diperlukan dalam pengelolaan limbah rumah sakit (Chandra, 2012)


(25)

Menurut Kepmenkes RI No. 1204 (2004) pengelolaan limbah medis yaitu rangkaian kegiatan mencakup segregasi, pengumpulan, pengangkutan, penyimpanan, pengolahan dan penimbunan limbah medis. Menurut WHO (2005) beberapa bagian penting dalam pengelolaan limbah rumah sakit yaitu minimasi limbah, pelabelan dan pengemasan, transportasi, penyimpanan, pengolahan dan pembuangan limbah. Proses pengelolaan ini harus menggunakan cara yang benar serta memperhatikan aspek kesehatan, ekonomis, dan pelestarian lingkungan.

2.2.1 Minimisasi Limbah

Minimisasi limbah adalah upaya untuk mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas dan tingkat bahaya limbah yang berasal dari kegiatan pelayanan kesehatan dengan cara reduksi pada sumbernya dan/pemanfaatan limbah berupa reuse, recycle dan recovery (Kepmenkes RI No. 1204, 2004). Konsep minimisasi limbah berupa reduksi limbah langsung dari sumbernya menggunakan pendekatan pencegahan dan teknik yang meliputi perubahan bahan baku (pengelolaan bahan dan modifikasi bahan), perubahan teknologi (modifikasi proses dan teknologi bersih), praktek operasi yang baik (housekeeping, segregasi limbah, preventive maintenance), dan perubahan produk yang tidak berbahaya.

Pemanfaatan limbah medis yaitu upaya mengurangi volume, konsentrasi toksisitas dan tingkat bahaya yang menyebar di lingkungan. Pemanfaatan limbah dapat dilakukan setelah melakukan upaya reduksi pada sumber.

a. Penggunaan Kembali (Reuse)

Merupakan upaya penggunaan barang atau limbah untuk digunakan kembali untuk kepentingan yang sama tanpa mengalami proses pengolahan atau perubahan


(26)

bentuk. Walaupun dapat digunakan kembali, rumah sakit harus mengeluarkan biaya untuk membersihkan dan mensterilkan peralatan tersebut.

b. Daur Ulang (recycle)

Merupakan upaya pemanfaatan limbah dengan cara proses daur ulang melalui perubahan fisik atau kimia, baik untuk menghasilkan produk yang sama maupun produk yang berlainan dengan maksud kegunaan yang lebih. Limbah lampu neon, container bertekanan, peralut, formalin dan alkohol adalah limbah berbahaya yang dapat didaur ulang agar dapat menjadi produk yang dapat digunakan kembali (Pruss, A dkk., 2005).

c. Perolehan Kembali (Recovery)

Merupakan upaya pemanfaatan limbah dengan cara memproses untuk memperoleh kembali materi atau energi yang terkandung di dalamnya atau merupakan suatu prosespemulihan. Menurut Pruss, A dkk (2005) proses perolehan kembali biasanya tidak dilakukan oleh rumah sakit, kecuali untuk pengambilan perak dari fixing bath yang digunakan dalam pengolahan foto rontgen.

2.2.2 Pemilahan Limbah

Pemilahan limbah berdasarkan warna kantong atau kontainer plastik yang digunakan merupakan cara yang paling tepat dalam pengelolaan limbah medis. Proses pemilahan dan pengurangan jumlah limbah merupakan persyaratan keamanan yang penting untuk petugas yang mengelola limbah. Menyediakan minimal tiga wadah terpisah pada sumbernya yang diberi label yang tepat dan ditempatkan pada tempat yang mudah terlihat dan terjangkau sehingga limbah dapat dengan mudah dipisahkan. Untuk limbah berbahaya dan sangat berbahaya, sebaiknya menggunakan kemasan


(27)

ganda yaitu kantong plastik di dalam kontainer untuk memudahkan pembersihan (Pruss, A dkk., 2005).

Pengelolaan limbah non medis di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto (RSPAD) dipisahkan dengan limbah medis. Limbah non medis ditampung menggunakan kantong plastik berwarna hitam ukuran 60 cm x 100 cm dan ukuran 50 cm x 75 cm yang disediakan di dalam penampungan berupa tempat limbah yang terbuat dari fiber yang diletakkan di tiap-tiap unit. Limbah medis ditampung menggunakan kantong plastik berwarna kuning ukuran 50 cm x 75 cm diletakkan dalam bak sampah (Paramita, 2007).

2.2.3 Pengumpulan Limbah Medis

Menurut Depkes (2006) pada tahap pengumpulan limbah, maksimal 2/3 bak sampah terisi sudah harus diambil, sedangkan menurut Pruss, A dkk (2005) kontainer harus diangkat jika sudah 3/4 penuh. Rumah sakit harus mempunyai program rutin untuk pengumpulan limbah karena limbah jangan sampai menumpuk di satu titik pengumpulan. Limbah harus dikumpulkan setiap hari dan diangkut ke tempat penampungan yang telah ditentukan.

Proses pengumpulan limbah medis di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto (RSPAD) menggunakan tempat sampah yang dilapisi dengan kantong kuning berukuran 50 x 75 cm di dalamnya. Penyebaran tempat limbah medis dapat ditemui di ruang perawatan, ruang bedah, ruang poli klinik, ruang kebidanan dan laboratorium (Paramita, 2007).

Setelah diangkut, limbah medis dikumpulkan dalam ruang khusus. Penyimpanan limbah medis harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim hujan


(28)

maksimal 48 jam dan musim kemarau maksimal 24 jam. Kemudian dibakar di incenerator (Depkes RI, 2002).

2.2.4 Pengangkutan Limbah Medis

Setelah proses pengumpulan, tahap selanjutnya adalah pengangkutan limbah. Pengangkutan limbah dilakukan oleh petugas kebersihan dari sumber penghasil limbah. Pengangkutan limbah medis harus menggunakan alat angkut berupa kereta, gerobak atau troli. Limbah harus diangkut dengan alat angkut yang sesuai untuk mengurangi risiko yang dihadapi pekerja yang terpajan limbah. Pengangkutan limbah dari ruang/unit yang ada di rumah sakit ke tempat penampungan limbah sementara melalui rute yang paling cepat yang harus direncanakan sebelum perjalanan dimulai atau yang sudah ditetapkan (Pruss, A dkk., 2005). Pengangkutan limbah di RSPAD rata-rata dilakukan sekali dalam sehari, pada pagi atau sore hari dari tiap unit. Alat pengangkutan limbah medis seperti halnya limbah non medis, yaitu dengan troli, kreta maupun manual (Paramita, 2007).

2.2.5 Penampungan Sementara Limbah Medis

Tempat penampungan sementara harus memiliki lantai yang kokoh dengan dilengkapi drainase yang baik dan mudah dibersihkan serta didesinfeksi. Selain itu tidak boleh berada dekat dengan dapur. Harus ada pencahayan yang baik serta kemudahan akses untuk kendaraan pengumpul limbah. Menurut Reinhardt dan Gordon (1991) tempat penampungan sementara limbah medis harus dilengkapi dengan penutup, menjaga agar area penyimpanan limbah medis tidak tercampur dengan limbah non medis, membatasi akses sehingga hanya orang tertentu yang dapat memasuki area tempat penampungan, serta labeling dan pemilihan tempat yang tepat.


(29)

Untuk area TPS yang berada di luar ruangan seharusnya menjadi perhatian khusus agar membatasi akses memasuki area TPS. Apabila ada kemungkinan terjadi pengumpulan limbah padat rumah sakit oleh pihak tertentu dapat terjadi karena kurangnya pemantauan dari pihak sanitasi terhadap area TPS dan kurangnya pemantauan petugas keamanan rumah sakit dalam mencegah orang luar yang memasuki daerah TPS untuk mengambil limbah yang akan dijual kembali. Menurut Kepmenkes RI NO. 1204 Tahun 2004, penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim hujan maksimal 48 jam dan musim kemarau maksimal 24 jam.

Untuk limbah medis RSPAD setelah pengangkutan dilakukan, limbah dalam kantong kuning tersebut dikumpulkan terlebih dahulu dalam ruang khusus dengan kapasitas ± 23 m³. Fungsi penyimpanan ini adalah untuk mengumpulkan limbah medis sebelum dibakar untuk mencegah terjadinya penularan baik melalui udara, kontak langsung maupun melalui binatang (Paramita, 2007).

2.2.6 Pemusnahan Limbah Medis

Pengolahan limbah medis yang termasuk kategori limbah bahan berbahaya dan beracun adalah proses untuk mengubah jenis, jumlah dan karakteristik limbah B3 menjadi tidak berbahaya dan/tidak beracun sebelum ditimbun dan/memungkinkan untuk dimanfaatkan kembali. Pemusnahan dan pembuangan yang aman merupakan langkah kunci dalam pengurangan penyakit atau cedera melalui kontak dengan bahan yang berpotensi menimbulkan resiko kesehatan dan pencemaran lingkungan.

Tahap akhir pengelolaan limbah medis di RSPAD adalah dengan menggunakan incinerator. Limbah medis yang telah terkumpul dalam ruang


(30)

penyimpanan kemudian dibakar dan pembakaran dilakukan dua hari sekali dengan kapasitas maksimal incenerator 5 m³ (Paramita, 2007).

2.2.7 Pembuangan Akhir Limbah Medis

Hasil dari pengolahan limbah medis berupa abu merupakan tahap akhir dari pengelolaan limbah medis, biasanya dengan cara penimbunan (landfill). Tujuan dari penimbunan limbah medis di tempat penimbunan adalah untuk menampung dan mengisolasi limbah medis yang sudah tidak dimanfaatkan lagi dan menjamin perlindungan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan dalam jangka panjang. Tempat atau lokasi yang diperuntukkan khusus sebagai tempat penimbunan (secure landfill) limbah medis didesain sesuai dengan persyaratan penimbunan limbah B3. Tempat penimbunan mempunyai sistem pengumpulan dan pengolahan lindi.

2.3 Sumber Daya Pengelolaan Limbah Medis Rumah Sakit 2.3.1 Tenaga Pengelola

Proses pengelolaan limbah medis diawali oleh perawat dan petugas kebersihan pada tahap pengangkutan. Semua perawat yang memproduksi limbah medis padat harus bertanggungjawab di dalam pemilahannya. Agar pemilahan dapat dilakukan, tenaga rumah sakit disetiap tingkatan harus dilibatkan serta staff pendukung dan tenaga kebersihan harus dilatih. Semua pekerja di rumah sakit harus mendapatkan pelatihan minimisasi limbah dan pengelolaan limbah berbahaya, terutama bagi staff yang bekerja dibagian yang menghasilkan limbah berbahaya dalam jumlah besar (Pruss, A dkk., 2005).

Tenaga pengumpul limbah di RSPAD dilakukan oleh petugas kebersihan yang berjumlah total 176 orang. Pembagian kelompok kerja berdasarkan kelompok


(31)

dan luas area sudah cukup efektif dimana seorang petugas kebersihan mempunyai area kerja ± 250-300 m² (Paramita, 2007).

2.3.2 Sarana dan Prasarana Pengelolaan

Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan sarana (tools). Tools merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang ditetapkan, maka sebaiknya rumah sakit harus menyediakan sarana pengelolaan limbah medis padat dimulai dari wadah pemilahan limbah, troli untuk pengangkutan limbah medis padat dari ruangan penghasil limbah ke tempat penampungan sementara (bak penampung), dan menggunakan insenerator untuk pembuangan terakhir. Pengelola limbah disediakan alat pelindung diri seperti apron, sarung tangan dan sepatu boots.

Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto (RSPAD) menyediakan kantong plastik berwarna hitam yang diletakkan dalam wadah limbah non medis dan menyediakan kantong plastik berwarna kuning dalam wadah limbah medis di setiap ruangan. Menggunakan troli untuk mengangkut limbah medis dan non medis. Menggunakan insenerator untuk pembuangan akhir. Pengelola limbah disediakan alat pelindung diri seperti apron, sarung tangan dan sepatu boots (Paramita, 2007).

2.3.3 Biaya Pengelolaan

Biaya diperlukan untuk membangun dan memelihara sistem pengelolaan limbah. Biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh pihak pengelola RSPAD Gatot Soebroto Jakarta pada tahun 2007 sebesar Rp. 40.400.000. Biaya ini digunakan untuk menyediakan kantong plastik dan tempat penampungan limbah selama satu tahun (Paramita, 2007).


(32)

2.4 Manajemen Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

Banyak manfaat yang dapat diperoleh apabila menerapkan sistem manajemen lingkungan rumah sakit yang mementingkan perlindungan terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Mengetahui jumlah dan karakteristik limbah yang dihasilkan dan mengikuti prosedur yang ada dalam sistem manajemen lingkungan rumah sakit dalam pelaksanaan pengelolaan limbah medis, maka sekaligus akan membantu dalam mematuhi peraturan perundang-undangan dan sistem manajemen yang efektif. Dengan demikian, sistem ini merupakan sistem manajemen praktis yang didesain untuk meminimalkan dampak lingkungan akibat limbah medis dan dapat mengurangi biaya yang dibutuhkan (Adisasmito, 2007).

Upaya pengelolaan Limbah medis padat rumah sakit salah satunya dapat dilaksanakan dengan menyiapkan peraturan, pedoman, dan kebijakan yang mengatur pengelolaan dan peningkatan kesehatan di lingkungan rumah sakit. Rumah sakit di Indonesia dapat menerapkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2001 tentang pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dan Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia atau dapat disesuaikan dengan kebijakan yang dibuat oleh pimpinan rumah sakit. Kegiatan pengelolaan biasanya meliputi pemilahan limbah, penampungan, pengangkutan dan pembuangan akhir.


(33)

2.5 Persyaratan pengelolaan limbah medis padat di rumah sakit sesuai keputusan KEPMENKES No. 1204/Menkes/SK/X/2004

a. Minimasi Limbah:

1. Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber.

2. Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang berbahaya dan beracun.

3. Setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi. 4. Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai dari pengumpulan, pengangakutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak yang berwenang.

b. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan kembali dan Daur Ulang

1. Pemilahan limbah harus selalu dilakukan dari sumber yang menghasilkan limbah.

2. Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang tidak dimanfaatkan kembali.

3. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya.

4. Jarum dan srynges harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan kembali. 5. Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses


(34)

Bascillus Stearothermophilus dan untuk sterilisasi kimia harus dilakukan tes Bacillus subtilis.

6. Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali. Apabila rumah sakit tidak mempunyai jarum yang sekali pakai (disposable), limbah jarum hipodermik dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses salah satu metode sterilisasi.

7. Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan menggunakan wadah dan label (lihat tabel 2.2)

Tabel 2.2 Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategori

No Kategori

Wadah container/kan

tong plastic

Lambang Keterangan

1 Radioaktif Merah Kantong boks timbal

dengan simbol

radioaktif 2 Sangat

infeksius

Kuning Kantong plastik kuat,

anti bocor, atau kontainer yang dapat di sterilisasi dengan otoklaf

3 Limbah infeksius, patologi anatomi

Kuning Plastik kuat dan

antibocor atau container

4 Sitotoksis Ungu Plastik kuat dan anti

bocor atau container

5 Limbah kimia dan farmasi

Coklat _ Kontainer plastik kuat

dan anti bocor (Sumber: Kepmenkes No. 1204, 2004)


(35)

8. Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh rumah sakit kecuali untuk pemulihan perak yang dihasilkan dari proses film sinar X.

9. Limbah Sitotoksik dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti bocor, dan diberi label bertuliskan “Limbah Sitotoksik”.

c. Tempat penampungan sementara

Setiap unit di Rumah Sakit seharusnya menyediakan tempat penampungan sementara limbah dengan bentuk, ukuran dan jenis yang sama. Jumlah penampungan sementara sesuai dengan kebutuhan serta kondisi ruangan. Sarana penampungan untuk limbah medis diletakkan pada tempat aman dan hygiene. Wadah penampungan yang digunakan harus tidak mudah berkarat, kedap air, memiliki tutup yang rapat, mudah dibersihkan, mudah dikosongkan atau diangkut, tidak menimbulkan bising dan tahan terhadap benda tajam dan runcing. Penampungan dilakukan agar limbah yang diangkut dapat dikelola lebih lanjut atau pembuangan akhir (Chandra, 2012).

Bagi rumah sakit yang mempunyai insinerator di lingkungannya harus membakar sampahnya selambat-lambatnya 24 jam, sedangkan bagi rumah sakit yang tidak mempunyai insenerator, maka limbah medis padatnya harus dimusnahkan melalui kerjasama dengan rumah sakit lain atau pihak lain yang mempunyai insinerator untuk dilakukan pemusnahan selambat-lambatnya 24 jam apabila disimpan pada suhu ruang.

d. Transportasi

1. Kantong limbah medis padat sebelum dimasukkan ke kendaraan pengangkut harus diletakkan dalam kontainer yang kuat dan tertutup.


(36)

2. Kantong limbah medis padat harus aman dari jangkauan manusia maupun binatang.

3. Petugas yang menangani limbah, harus menggunakan alat pelindung diri yang terdiri: Topi, Masker, Pelindung amta, pakaian panjang (coverall), apron untuk industri, pelindung kaki/sepatu boot, dan sarung tangan khusus (disposable gloves atau heavy duty gloves).

e. Pengolahan, Pemusnahan dan pembuangan Akhir limbah padat 1) Limbah infeksius dan benda tajam

a. Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan persediaan agen infeksius dari laboratorium harus disterilisasi dengan pengolahan panas dan basah seperti dalam autoclave sedini mungkin. Untuk limbah infeksius yang lain cukup dengan cara desinfeksi.

b. Benda tajam harus diolah dengan insinerator bila memungkinkan dan dapat diolah bersama dengan limbah infeksius lainnya. Kapsulisasi juga cocok untuk benda tajam.

c. Setelah insinerasi atau desinfeksi, residunya dapat dibuang ke tempat penampungan B3 atau di buang ke landfill jika residunya sudah aman.

2) Limbah Farmasi

Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan insinerator pirolitik (pyrolitik incinerator), rotary klin, dikubur secara aman, sanitary landfill, dibuang ke sarana air limbah atau insenerasi. Tetapi dalam jumlah besar harus menggunakan fasilitas pengolahan yang khusus seperti rotary kli, kapsulisasi dalam drum logam, dan inersisasi.


(37)

3) Limbah Sitotoksik

a. Limbah Sitotoksik sangat berbahaya dan tidak boleh dibuang dengan penimbunan (landfill) atau saluran limbah umum.

b. Bahan yang belum dipakai dan kemasannya masih utuh karena kadaluarsa harus dikembalikan ke distributor apabila tidak ada insinerator dan diberi keterangan bahwa obat tersebut sudah kadaluarsa atau tidak dipakai lagi. c. Insinerasi pada suhu tinggi sekitar 1200°C dibutuhkan untuk menghancurkan

semua bahan sitotoksik. Insinerasi pada suhu rendah dapat menghasilkan uap sitotoksik yang berbahaya ke udara.

d. Apabila cara insinerasi maupun degradasi kimia tidak tersedia, kapsulisasi atau inersisasi dapat di pertimbangkan sebagai cara yang dapat dipilih.

4) Limbah bahan kimiawi

a. Pembuangan limbah kimia biasa.

Limbah biasa yang tidak bisa daur ulang seperti asam amino, garam, dan gula tertentu dapat dibuang ke saluran air kotor.

b. Pembuangan limbah kimia berbahaya dalam jumlah kecil

Limbah bahan berbahaya dalam jumlah kecil seperti residu yang terdapat dalam kemasan sebaiknya dibuang dengan insenerasi pirolitik, kapsulisasi, atau ditimbun (landfill).

5) Limbah dengan kandungan logam berat tinggi

Limbah dengan kandungan mercuri atau kadmium tidak boleh dibakar atau diinsinesrasi karena berisiko mencemari udara dengan uap beracun dan tidak boleh dibuang landfill karena dapat mencemari air tanah.


(38)

6) Kontainer Bertekanan

Cara yang terbaik untuk menangani limbah kontainer bertekanan adalah dengan daur ulang atau pengunaan kembali. Apabila masih dalam kondisi utuh dapat dikembalikan ke distributor untuk pengisian ulang gas. Agen halogenida dalam bentuk cair dan dikemas dalam botol harus di perlakukan sebagai limbah bahan kimia berbahaya untuk pembuangannya.

7) Limbah radioaktif

Pengelolaan limbah radioaktif yang aman harus diatur dalam kebijakan dan strateginasional yang menyangkut peraturan, insfrastruktur, organisasi pelaksana dan tenaga yang terlatih (Kepmenkes RI NO. 1204, 2004).

Setiap rumah sakit sebaiknya memiliki unit pemusnahan limbah tersendiri, khususnya limbah medis dengan kapasitas minimalnya dapat menampung sejumlah limbah medis yang dihasilkan rumah sakit dalam waktu tertentu. Pembuangan dan pemusnahan limbah rumah sakit dapat dilakukan dengan memanfaatkan proses autoclaving, incinerator ataupun dengan sanitary landfill.

2.6 Jumlah Limbah Padat

Rumah sakit akan menghasilkan sampah medis dan non medis. Untuk itu usaha pengelolaannya terlebih dahulu menentukan jumlah limbah yang dihasilkan setiap hari. Jumlah ini akan menentukan jumlah dan volume sarana penampungan lokal yang harus disediakan, pemilihan incinerator dan kapasitasnya dan juga bila rumah sakit memiliki tempat pengolahan sendiri jumlah produksi dapat diproyeksikan untuk memperkirakan pembiayaan dan lain-lain.


(39)

Jumlah menurut volume sering digunakan terutama di negara berkembang dimana masih terdapat kesulitan biaya untuk pengadaan alat timbangan. Satuan ukuran yang digunakan adalah m3/hari atau liter/hari. Dalam pelaksanaan sehari-hari sering alat ukur volume diterapkan langsung pada alat-alat pengumpul dan pengangkut sampah. Volume sampah harus diketahui untuk menentukan ukuran bak sampah dan sarana pengangkutan. (Depkes RI, 2002).

2.7 Pengaruh Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Terhadap Kesehatan dan Lingkungan

Pengelolaan limbah yang kurang baik akan memberikan pengaruh negatif terhadap kesehatan dan lingkungan yang dapat menimbulkan berbagai masalah anara lain :

2.7.1 Pengaruh Terhadap Kesehatan

Berbagai akibat kurangnya perhatian dalam pengelolaan limbah sejak limbah dihasilkan sampai pembuangan akhir sangat merugikan kesehatan masyarakat secara langsung maupun sebagai akibat menurunnya kualitas lingkungan. Akibat dampak tersebut dapat berupa:

1. Kemerosotan mutu lingkungan yang dapat mengganggu atau menimbulkan keluhan masyarakat dan masalah kesehatan antara lain:

a) Tingginya angka kepadatan vektor penyakit (lalat, tikus, nyamuk, kecoa dan lain-lain).

b) Pencemaran terhadap udara, tanah, dan air. c) Rendahnya nilai-nilai estetika.


(40)

2. Timbulnya penyakit-penyakit menular, antara lain: a) Penyakit diare

b) Penyakit kulit

c) Penyakit scrub typhus (typhus bercak wabah) d) Demam berdarah dengue

e) Penyakit demam typhoid (typhus perut) f) Kecacingan

2.7.2 Pengaruh Terhadap Lingkungan

1) Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan mengjhasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk.

2) Adanya partikel debu yang beterbangan akan menganggu pernapasan, menimbulkan pencemaran udara yang akan menyebabkan kuman penyakit mengkontaminasi peralatan medis dan makanan rumah sakit.

3) Apabila terjadi pembakaran sampah rumah sakit yang tidak saniter asapnya akan menganggu pernapasan, penglihatan, dan penurunan kualitas udara.

2.7.3 Pengaruh Terhadap Rumah Sakit

1. Keadaan lingkungan rumah sakit yang tidak saniter akan menurunkan hasrat pasien berobat di rumah sakit tersebut.

2. Keadaan estetika lingkungan yang lebih saniter akan menimbulkan rasa nyaman bagi pasien, petugas, dan pengunjung rumah sakit.

3. Keadaan lingkungan yang saniter mencerminkan mutu pelayanan dalam rumah sakit yang semakin meningkat.


(41)

2.8 Kerangka konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka konsep pengelolaan limbah medis padat di rumah sakit. Limbah medis padat

1. Kebijakan rumah sakit berkaitan dengan limbah medis padat 2. Sumber limbah medis padat:

- Ruang perawatan - Poliklinik

- Ruang operasi - Ruang Bersalin - IGD

- ICU

3. Sumber daya pengelolaan limbah medis :

- Tenaga

- Sarana dan Prasarana - Biaya

4. Penampungan, pemilahan pengumpulan, pengangkutan, pemusnahan dan pembuangan akhir limbah medis padat

Memenuhi syarat Kepmenkes RI No. 1204 tahun 2004

Tidak memenuhi syarat

Kepmenkes RI No. 1204 tahun 2004

Hasil pengelolaan limbah medis


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian bersifat deskriktif yang hanya menggambarkan keadaan yang sebenarnya tentang objek yang diteliti. Berdasarkan pengumpulan datanya, penelitian ini bersifat observasional. Berdasarkan waktunya penelitian ini termasuk penelitian cross sectional, karena pengamatan dan pengukuran terhadap variabel, dilaksanakan pada saat atau periode waktu yang sama atau tertentu.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua Kabupaten Padang Lawas Utara. Penelitian dilakukan mulai survei awal tanggal 8 Agustus 2014 sampai Desember 2014.

Adapun alasan pemilihan lokasi adalah :

Penelitian tentang sistem pengelolaan limbah medis padat di Rumah Sakit Umum daerah Gunungtua belum pernah dilakukan.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah direktur rumah sakit dan para petugas pengelola limbah medis padat di RSUD Gunungtua yaitu seluruh perawat yang bekerja di ruangan yang menghasilkan limbah medis padat serta seluruh petugas kebersihan, sehingga populasi dalam penelitian ini berjumlah 19 orang.


(43)

3.3.2 Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan cara total sampling, dimana seluruh populasi di jadikan sampel, yaitu direktur RSUD Gunungtua yang berjumlah 1 orang, seluruh perawat yang bekerja di ruangan yang menghasilkan limbah medis padat yang berjumlah 14 orang serta seluruh petugas kebersihan Rumah Sakit Gunungtua yang berjumlah 4 orang , sehingga total sampel berjumlah 19 orang. 3.4 Alat dan Metode pengumpulan data

3.4.1 Data Primer

Alat dan metode pengumpulan data primer yang digunakan adalah: a. Formulir Observasi Lapangan

Formulir berupa checklist yaitu mengamati secara langsung pelaksanaan pengelolaan limbah medis padat RSUD Gunungtua mulai dari sumber sampai pengelolaan akhir dengan berpedoman pada formulir observasi yang sudah ditetapkan (Lampiran 1).

b. Lembar Kuesioner Untuk Wawancara

Kuesioner berupa daftar pertanyaan yaitu dengan cara melakukan wawancara kepada perawat dan petugas kebersihan dengan berpedoman pada formulir kuesioner yang sudah ditetapkan (lampiran 2)

3.4.2 Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mencatat dan memfotokopi data yang sudah ada di rumah sakit sesuai dengan yang diperlukan.

Data sekunder yang diambil meliputi: a. Gambaran umum rumah sakit


(44)

b. Organisasi rumah sakit

c. Data sekunder lainnya yang berhubungan dengan pengelolaan limbah medis padat lainnya.

3.5 Defenisi Operasional Variabel

1. Kebijakan rumah sakit berkaitan dengan limbah medis padat adalah semua peraturan-peraturan dan kewenangan menjadi pedoman dasar rencana dalam pelaksanaan pengelolaan limbah medis padat.

2. Sumber Limbah Medis Padat adalah setiap kamar atau ruangan yang menghasilkan timbulan limbah medis padat.

3. Tenaga pengelola limbah medis adalah pelaksana atau orang yang bertanggungjawab dalam melaksanakan pengelolaan limbah medis.

4. Sarana pengelolaan limbah medis adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dan bahan dalam melaksanakan pengelolaan limbah medis.

5. Prasarana pengelolaan limbah medis adalah segala sesuatu yang menunjang atau mendukung pelaksanaan pengelolaan limbah medis.

6. Biaya pengelolaan limbah medis adalah semua pengeluaran yang dinyatakan dengan satuan uang yang digunakan dalam proses pelaksanaan pengelolaan limbah medis.

7. Pengelolaan limbah medis padat adalah cara dalam mengolah limbah medis padat yang dimulai dari proses pemilahan, pengumpulan, pengangkutan dan pemusnahan.

8. Pemilahan adalah proses pemisahan limbah medis dan non medis yang mempunyai tempat khusus masing-masing jenis limbah.


(45)

9. Pewadahan atau penampungan sementara adalah tempat menampung limbah medis padat sebelum limbah dikumpulkan dan dikelola lebih lanjut.

10. Pengangkutan adalah kegiatan yang dilakukan jika proses penampungan telah dilakukan.

11. Pemusnahan adalah kegiatan menghancurkan atau memusnahkan limbah medis padat.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel distribusi frekuensi kemudian dianalisa berdasarkan jawaban yang telah diberikan oleh responden untuk menggambarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan berdasarkan penilaian checklist yang mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004 yang dijelaskan sebagai berikut:

a. Jumlah check list ada 10 (sepuluh), total skor = 100, yang diperoleh dari jumlah skor setiap item dengan nilai skor yang berbeda sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004.

b. Kualitas hasil pengelolaan limbah medis padat rumah sakit tipe C, memenuhi syarat jika total skor ≥ 80% dan tidak memenuhi syarat jika < 80%.


(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua

Rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua merupakan rumah sakit tipe C. Luas lahan RSUD Gunungtua adalah 15.000 m². Rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua mempunyai jumlah tempat tidur sebanyak 127 tempat tidur dan tenaga kerja dengan jumlah 120 orang yang terdiri dari dokter, perawat, apoteker, analisis farmasi, radiographer, epidemiologi, kesehatan lingkungan, humas dan tenaga non kesehatan. Jumlah kunjungan pasien 70 orang per hari dan lama hari rawat rata-rata 4 hari (Profil RSUD Gunungtua, 2014).

RSUD Gunungtua memiliki Sebelas jenis pelayanan kesehatan yaitu pelayanan instalasi gawat darurat (IGD), pelayanan ICU, pelayanan farmasi, pelayanan radiologi, pelayanan kamar operasi, pelayanan kamar bersalin, pelayanan poli dewasa, poli penyakit dalam, poli anak, poli obgyn, dan poli gigi. Cakupan daerah pelayanan RSUD Gunungtua meliputi seluruh desa dan kecamatan di Kabupaten Padang Lawas Utara (Profil RSUD gunungtua, 2014).

Limbah padat rumah sakit terbagi menjadi dua kategori yaitu limbah medis padat dan limbah non medis padat. Limbah medis padat dibakar tidak dengan menggunakan insenerator melainkan hanya dibakar di tempat pembuangan limbah medis padat yang berada di belakang gedung Rumah Sakit Umum daerah Gunungtua. 4.2 Peraturan dan Kebijakan

Dalam pelaksanaan pengelolaan kesehatan lingkungan rumah sakit khususnya tentang pengelolaan limbah medis padat di Rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua


(47)

mengacu pada aspek perundang-undangan yang telah dibuat oleh pemerintah. Peraturan dan kebijakan yang digunakan di RSUD Gunungtua dalam pelaksanaan pengelolaan limbah medis padat yaitu:

a. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

b. Peraturan Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan RI.

RSUD Gunungtua tidak memiliki prosedur tersendiri dalam pengelolaan limbah medis padat rumah sakit. RSUD Gunungtua belum membuat kebijakan berupa SOP (Standart Operational Procedure) pengelolaan limbah medis padat. 4.3 Sumber Limbah Medis Padat Rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua

Rumah sakit merupakan salah satu sumber penghasil limbah medis dan limbah non medis. Limbah medis padat dihasilkan dari kegiatan yang terselenggara di rumah sakit dari pasien dan juga petugas kesehatan. Timbulan limbah padat menurut volume yang dihasilkan Rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua yaitu 4,7 m³/hari dengan rincian limbah non medis 4 m³/hari atau 85% dan limbah medis padat sebesar 0,7 m³/hari atau 15%. Daftar sumber ruangan yang menghasilkan timbulan limbah medis padat dan jumlah volume (timbulan) limbah medis padat RSUD Gunungtua dapat dilihat pada tabel 4.1


(48)

Tabel 4.1 Ruangan Penghasil Limbah Medis Padat dan Jumlah Volume (Timbulan) Limbah Medis Padat di RSUD Gunungtua

No Nama ruangan Jumlah (m³/hari)

1 IGD (Instalasi Gawat Darurat) 0,07

2 Poli Dewasa 0,063

3 Poli Penyakit Dalam 0,063

4 Poli Anak 0,063

5 Poli Obgyn (kandungan) 0,063

6 Poli Gigi 0,063

7 Ruang Operasi 0,07

8 ICU (Intensive Care Unit) 0,035

9 Ruang Perawatan VIP 0,035

10 Ruang Perawatan Penyakit Dalam 0,035

11 Ruang Perawatan Anak 0,035

12 Ruang Perawatan Bedah 0,035

13 Ruang Perawatan Bersalin dan Nifas 0,035

14 Kamar Bersalin 0,035

(Sumber: Survei lapangan dan data RSUD Gunungtua, 2014)

Berdasarkan sifatnya, jenis limbah padat yang dihasilkan RSUD Gunungtua dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu limbah medis dan limbah non medis. Limbah medis berasal dari pelayanan medis , perawatan dan semua benda yang sudah terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh pasien. Ruangan yang menghasilkan


(49)

limbah medis padat yaitu IGD, poli, ruang operasi, ruang bersalin, ruang perawatan dan ICU (Intensive Care Unit).

4.4 Sumber Daya Pengelolaan Limbah Medis Padat di RSUD Gunungtua 4.4.1 Tenaga Pengelola

Pengelolaan limbah medis padat di rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua dilakukan oleh perawat dan petugas kebersihan. Petugas kebersihan bertanggungjawab untuk kebersihan dalam dan luar ruangan. Tenaga yang bertugas dalam pengelolaan limbah medis padat di RSUD Gunungtua berjumlah 18 orang yang terdiri dari 14 orang perawat dan 4 orang petugas kebersihan.

Pelaksanaan pengelolaan limbah medis padat RSUD Gunungtua tidak melakukan kerjasama dengan pihak lain . Pemisahan limbah medis dan non medis dilakukan oleh perawat sedangkan proses pengumpulan, pengangkutan, pemusnahan limbah dilakukan oleh tenaga kebersihan. Tugas dari petugas kebersihan adalah melakukan operasional kegiatan yang berhubungan dengan kebersihan di RSUD Gunungtua, antara lain pekerjaan harian seperti membersihkan lantai (menyapu dan mengepel) serta pengumpulan dan pengangkutan limbah medis maupun non medis. 4.4.2 Sarana dan Prasarana Pengelolaan

Rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua belum menyediakan peralatan dan sarana yang lengkap untuk menunjang pengelolaan limbah medis rumah sakit. Berikut daftar sarana dan prasarana pengelolaan limbah medis padat Rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua dapat dilihat pada tabel 4.2


(50)

Tabel 4.2 Daftar Sarana dan Prasarana Pengelolaan Limbah Medis Padat RSUD Gunungtua

Nama Alat Jumlah (unit)

Insenerator -

Tempat Pembuangan Sementara Limbah Medis - Alat pengangkut limbah medis padat (gerobak) 1 Tempat penampung limbah medis padat ukuran besar -

Tempat limbah medis padat ukuran kecil 14

Neddle destroyer (alat penghancur jarum) - (Sumber: lapangan di RSUD Gunungtua, 2014)

Spesifikasi sarana penunjang pengelolaan limbah medis padat dijelaskan sebagai berikut, RSUD belum memiliki insenerator, sehingga untuk saat ini limbah medis padat yang dihasilkan Rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua hanya dibakar di tempat pembakaran limbah medis yang berada di belakang gedung RSUD Gunungtua. RSUD Gunungtua memiliki satu buah gerobak untuk mengangkut limbah medis padat dan memiliki 14 buah wadah penampung (tempat limbah) medis padat ukuran kecil 14 buah yang terletak disetiap ruangan yang menghasilkan limbah medis padat.

RSUD Gunungtua tidak memiliki Tempat Penampungan Sementara (TPS) untuk limbah medis padat dan limbah non medis padat. Limbah medis padat yang telah diangkut dari setiap ruangan yang menghasilkan limbah dibawa ke belakang gedung rumah sakit untuk segera dibakar dan tidak dibawa atau dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).


(51)

4.4.3 Biaya Pengelolaan

Saat ini Rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua belum mengadakan anggaran dana khusus untuk pengelolaan limbah medis. Biaya yang dikeluarkan tiap bulannya ialah hanya untuk biaya intensif petugas kebersihan dan untuk belanja sarana kebersihan jika ada yang rusak atau harus diganti yaitu ± Rp 2.000.000.

4.5 Pengelolaan Limbah Medis Rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua Proses pelaksanaan pengelolaan limbah medis padat dimulai dari limbah medis padat yang dikumpulkan dalam tempat sampah bertutup, terbuat dari plastik tapi tidak dilapisi kantong plastik berwarna kuning dan diletakkan di tempat atau ruangan yang melakukan tindakan medis. Khusus benda tajam dikumpulkan dengan wadah berupa kardus berukuran 15 cm x 35 cm diletakkan ditempat tindakan medis.

Limbah medis padat diangkut menggunakan gerobak selanjutnya dibawa ke tempat lahan kosong yang berada dibelakang RSUD untuk segera dibakar. Limbah medis padat tidak dibakar di dalam insenerator karena RSUD Gunungtua tidak memiliki insenerator.

4.5.1 Penampungan dan pemilahan

Kegiatan penampungan dan pemilahan limbah medis padat RSUD gunungtua diobservasi berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 yang diukur berdasarkan jumlah skor dan kategori. Hasil observasi menunjukkan kegiatan penampungan dan pemilahan limbah medis padat RSUD Gunungtua memperoleh skor sebesar 10% dari 20% total skor untuk penampungan dan pemilahan. Angka tersebut belum memenuhi persyaratan kegiatan


(52)

penampungan dan pemilahan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 .

Pada tahap ini masing-masing sumber penghasil limbah medis padat RSUD Gunungtua menyediakan wadah terpisah untuk limbah medis dan non medis berupa tempat sampah diberi skor 5%. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah yang anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka diberi skor 5%. Untuk wadah penampung limbah medis padat kuat, tahan karat, kedap air, memiliki tutup yang rapat, tahan terhadap benda tajam dan runcing diberi skor 0% dan tempat sampah tersebut tidak dilapisi kantong plastik, sehingga skor untuk wadah limbah medis padat harus dilapisi kantong plastik berwana kuning serta diberi lambang adalah 0%. Pada standar yang ditetapkan pada Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004 dan buku pedoman sanitasi rumah sakit di Indonesia, yaitu kantong plastik kuning digunakan untuk limbah medis dan tempat sampah diberi keterangan untuk limbah medis dan limbah non medis.

4.5.2 Pengumpulan

Tahap pengumpulan limbah medis padat RSUD Gunungtua diobservasi berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1204/MENKES/SK/X/2004 yang diukur berdasarkan jumlah skor dan kategori. Hasil observasi menunjukkan kegiatan pengumpulan limbah medis padat RSUD Gunungtua memperoleh skor sebesar 15% dari 25% total skor. Angka tersebut belum memenuhi persyaratan kegiatan pengumpulan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004.


(53)

Skor tersebut diperoleh dari adanya tempat penampungan limbah disetiap ruangan yang menghasilkan limbah medis padat, sedangkan untuk tempat pengumpulan dan penampungan sementara segera didesinfeksi setelah dikosongkan diberi skor 0%.

4.5.3 Pengangkutan

Tahap pengangkutan limbah medis padat RSUD Gunungtua diobservasi berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1204/MENKES/SK/X/2004 yang diukur berdasarkan jumlah skor dan kategori. Hasil observasi menunjukkan kegiatan pengangkutan limbah medis padat RSUD Gunungtua memperoleh skor sebesar 15% dari 15% total skor.

Angka tersebut sudah memenuhi persyaratan kegiatan pengangkutan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004. Limbah medis padat yang sudah terkumpul penuh dengan batas maksimum 2/3 dari volume tempat sampah langsung diangkut diberi skor 15%. Pengangkutan limbah medis dan non medis dilakukan sekali sehari atau kurang sehari jika 2/3 bagian telah terisi.

4.5.4 Pemusnahan dan Pembuangan Akhir

Proses akhir dari pengelolaan limbah yaitu pembuangan akhir. Proses ini diobservasi berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1204/MENKES/SK/X/2004 yang diukur berdasarkan jumlah skor dan kategori. Hasil observasi menunjukkan kegiatan pemusnahan dan pembuangan akhir limbah medis padat RSUD Gunungtua memperoleh skor sebesar 10% dari 40% total skor. Angka tersebut belum memenuhi persyaratan kegiatan pemusnahan dan pembuangan akhir


(54)

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004.

Pemusnahan limbah infeksius, sitotoksis, dan farmasi dengan insenerator (suhu 1000ºC) atau khusus untuk limbah infeksius dapat disterilkan dengan auto clave diberi skor 0%. Bagi yang tidak memiliki insenerator melakukan kerjasama MoU dengan RS yang memiliki incinerator diberi skor 0% . Limbah medis padat dikumpulkan dan di bakar ≥ 24 jam (setiap sore) di belakang gedung RSUD Gunungtua diberi skor 10%.

4.6 Hasil Pengelolaan Limbah Medis Padat di RSUD Gunungtua

Proses pelaksanaan pengelolaan limbah medis padat di rumah sakit harus didukung dengan tenaga, anggaran dana yang disediakan juga sarana dan prasarana dalam pengelolaan limbah medis padat rumah sakit. Penilaian proses pengelolaan limbah medis padat dilakukan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004. Penilaian ini dilakukan dari proses penampungan, pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pemusnahan dan pembuangan akhir.

Berdasarkan penilaian tabel chek list, Rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua memperoleh skor sebesar 50% dari total penilain 100%. Skor tersebut diperoleh dari pemilahan dan penampungan yang diberi skor 10%, pengumpulan 15%, pengangkutan 15%, pemusnahan dan pembuangan akhir diberi skor 10%. Namun skor ini belum memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit karena skor minimum untuk pengelolaan limbah medis padat rumah sakit tipe C adalah 80%.


(55)

BAB V PEMBAHASAN 5.1Peraturan dan Kebijakan

Peraturan dan kebijakan yang digunakan Rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua adalah Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dan Peraturan Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan RI.

RSUD Gunungtua tidak memenuhi secara penuh peraturan atau kebijakan tersebut yang terkendala pada pengadaan sarana dan prasarana karena sebagai rumah sakit milik pemerintah daerah maka dalam perencanaan terutama untuk pengelolaan limbah medis RSUD Gunungtua harus melaporkannya secara bertahap hingga diusulkan kepada Kepala Daerah (Bupati Padang Lawas Utara) dan membutuhkan waktu direalisasikan. Kebijakan pengelolaan limbah medis padat yang memenuhi syarat hanyalah kegiatan pengangkutan.

Berdasarkan teori menyebutkan bahwa pengelolaan limbah rumah sakit salah satunya dapat dilaksanakan dengan menyiapkan peraturan, pedoman, dan kebijakan yang mengatur pengelolaan dan peningkatan kesehatan lingkungan di rumah sakit (Adisasmito, 2007).

5.2 Sumber dan Jumlah Volume Limbah Medis Padat

Rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua merupakan Rumah Sakit Umum Daerah tipe C milik Pemerintah Daerah Kabupaten. Kegiatan pelayanan RSUD Gunungtua mencakup sebelas jenis pelayanan kesehatan. Setiap rumah sakit


(56)

menghasilkan limbah medis yang berbeda sesuai dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut.

Rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua membedakan limbahnya atas limbah medis dan limbah non medis, dengan demikian RSUD Gunungtua telah mengikuti teori yang ada. Teori tersebut menyebutkan bahwa jenis limbah rumah sakit perlu diketahui untuk pengelolaan limbah medis dan non medis (DepKes RI, 2002).

Setiap ruangan menghasilkan timbulan limbah, baik limbah medis maupun limbah non medis. Limbah medis padat berasal dari ruang perawatan, IGD, poli, ruang operasi, kamar bersalin dan ICU (Intensive Care Unit). Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) sekitar 10-25% limbah layanan kesehatan digolongkan sebagai limbah bahan berbahaya berasal dari pelayanan medik, perawatan gigi, farmasi, penelitian, pengobatan, perawatan dean pendidikan (Fauziah dkk., 2005).

Berdasarkan hasil pengamatan langsung diperoleh gambaran bahwa jumlah volume (timbulan) limbah medis padat RSUD Gunungtua adalah sebesar 0,7 m³/hari. Ruang perawatan adalah ruangan yang paling banyak timbulan (volume) limbah medisnya sebesar 0,175 m³/hari dan timbulan limbah medis padat paling sedikit berasal dari IGD dan ruang operasi masing-masing sebesar 0,07 m³/hari. Hal tersebut dipengaruhi oleh jumlah pasien dan tindakan pelayanan di ruang tersebut.

5.3 Sumber Daya Pengelolaan Limbah Medis Padat RSUD Gunungtua 5.3.1 Tenaga Pengelola

Pengelolaan limbah medis padat di RSUD Gunungtua ditangani oleh petugas kebersihan yang diawasi oleh kepala petugas kebersihan dan dilaporkan pada kepala


(57)

bidang keperawatan. Petugas kebersihan berjumlah 4 orang dengan latar belakang pendidikan minimal SMA (Sekolah Menengah Atas). Jumlah petugas kebersihan tersebut belum cukup efektif dimana seorang petugas kebersihan mempunyai area kerja ± 3.750 m². Sebaiknya RSUD Gunungtua menambah jumlah petugas kebersihan agar pembagian kelompok kerja berdasarkan luas area menjadi lebih efektif.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204 tahun 2004 bahwa persyaratan tenaga penanggungjawab kesehatan lingkungan di rumah sakit tipe C (rumah sakit pemerintah) adalah seorang tenaga yang memiliki kualifikasi sanitarian serendah-rendahnya berijazah diploma (D3) dibidang kesehatan lingkungan. Dalam hal ini RSUD Gunungtua belum memiliki tenaga profesional yang bertanggungjawab dalam bidang sanitasi dan kesehatan lingkungan (sanitarian).

5.3.2 Sarana dan Prasarana Pengelolaan

Rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua belum memiliki sarana dan prasarana pengelolaan limbah medis yang lengkap, sehingga RSUD Gunungtua belum mengikuti Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesiayang dikeluarkan oleh Kementrian kesehatan RI. Dalam hal sarana RSUD Gunungtua tidak memiliki insenerator sebagai tahapan dari pembuangan akhir melainkan hanya dibakar di belakang gedung RSUD Gunungtua.

Selain sarana yang dibutuhkan untuk menangani limbah seperti insenerator yang belum ada, RSUD Gunungtua juga belum memiliki TPS (tempat Pembuangan Sementara) dan petugas kebersihan juga tidak menggunakan masker penutup mulut dan hidung, sarung tangan dan sepatu boots saat melaksanakan pengelolaan limbah medis padat melainkan hanya menggunakan sarung tangan saja.


(58)

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204 tahun 2004 bahwa limbah medis padat harus dimusnahkan dengan insenerator, sehingga RSUD Gunungtua seharusnya memiliki insenerator sendiri atau melakukan kerjasama MoU dengan rumah sakit yang memiliki insenerator. Sedangkan untuk masalah petugas kebersihan yang tidak memakai APD lengkap sebaiknya RSUD Gunungtua mengadakan pelatihan pengelolaan limbah medis, sehingga diharapkan pelanggaran dalam tahapan pengelolaan limbah medis padat dapat diminimalkan serta ada peningkatan kedisiplinan menggunakan APD bagi petugas kebersihan.

5.3.3 Biaya Pengelolaan

Selama ini belum dilakukan perencanaan anggaran untuk pengelolaan limbah medis padat di RSUD Gunungtua, sehingga anggaran dana untuk pengelolaan limbah medis pun belum ada. Perencanaan tersebut baru disusun di akhir tahun 2014 pada bulan November yang disusun oleh Kasubag Penyusunan Program Evaluasi dan Pelaporan dan telah diusulkan kepada Kepala Daerah (Bupati PALUTA) melalui Sekretaris Daerah. RSUD Gunungtua merupakan rumah sakit milik pemerintah daerah sehingga anggaran dana tersebut masih membutuhkan waktu untuk direalisasikan.

Saat ini biaya yang dikeluarkan oleh RSUD Gunungtua adalah hanya untuk intensif petugas kebersihan dan untuk belanja sarana kebersihan jika ada yang rusak atau harus diganti yaitu ± Rp. 2.000.000/bulan. Dana tersebut tentunya masih kurang memadai untuk membangun dan memelihara sistem pengelolaan limbah seperti pengadaan insenerator dan gerobak pengangkut yang memiliki tutup.


(59)

5.4 Pengelolaan Limbah Medis Padat Rumah Sakit

Rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua sudah mengikuti Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204 tahun 2004, tetapi masih terdapat kekurangan dalam proses pelaksanaan pengelolaan limbah medis padat Rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua meliputi penampungan, pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pemusnahan dan pembuangan akhir. Seperti yang dibahas di buku Pedoman Sanitasi Rumah sakit di Indonesia bahwa kegiatan pengelolaan biasanya meliputi penampungan limbah, pengangkutan dan pembuangan akhir (DepKes RI, 2002).

5.4.1 Penampungan dan Pemilahan

Berdasarkan hasil observasi menunjukan kegiatan penampungan dan pemilahan limbah medis padat Rumah Sakit Umum Gunungtua memperoleh skor sebesar 10% dari 20% total skor untuk penampungan dan pemilahan. Skor tesebut belum memenuhi persyaratan penampungan dan pemilahan limbah medis padat berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204 tahun 2004.

Hal ini karena yang dipenuhi hanyalah wadah limbah medis dan limbah non medis terpisah serta limbah benda tajam dikumpulkan dalam satu wadah yang anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka. Sedangkan untuk keterangan bahwa tempat sampah untuk limbah medis harus dilapisi kantong plastik berwarna kuning tidak memenuhi syarat karena tempat penampungan limbah medis padat tidak dilapisi dengan plastik. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204 tahun 2004 wadah limbah medis padat harus dilapisi plastik berwarna kuning.


(60)

5.4.2 Pengumpulan

Pada penilaian tempat pengumpulan dan penampungan limbah medis padat diberi skor sebesar 15% dari 25% skor total. Skor tersebut belum memenuhi persyaratan pengumpulan limbah medis padat berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204 tahun 2004. Hal ini karena yang dipenuhi hanyalah adanya tempat penampungan limbah disetiap ruangan yang menghasilkan limbah medis padat, sedangkan untuk tempat pengumpulan dan penampungan sementara segera didesinfeksi setelah dikosongkan tidak terpenuhi.

5.4.2 Pengangkutan

Berdasarkan pengamatan pada tahap pengangkutan limbah medis padat Rumah Sakit Umum Gunungtua memperoleh skor sebesar 15% dari 15% skor total. Skor tersebut sudah memenuhi persyaratan pengangkutan limbah medis padat berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204 tahun 2004. Hal ini karena limbah medis padat diangkut setiap hari atau kurang sehari jika 2/3 bagian tempat limbah telah terisi dapat terpenuhi.

5.4.3 Pemusnahan dan Pembuangan Akhir

Pada tahap akhir yaitu pemusnahan dan pembuangan akhir, Rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua memperoleh skor sebesar 10% dari 40% total skor. Skor tersebut belum memenuhi persyaratan pemusnahan dan pembuangan akhir limbah medis padat berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204 tahun 2004. Hal ini karena yang dipenuhi hanya pemusnahan limbah ≥ 24 jam yaitu yang dilakukan pada sore hari, sedangkan untuk pemusnahan limbah infeksius, sitotoksis, dan farmasi dengan insenerator (suhu 1000ºC) atau khusus untuk limbah infeksius


(1)

b. Pengumpulan

1. Apakah tersedia tempat limbah (wadah) khusus untuk jenis limbah benda tajam, bagaimana bentuknya?

2. Apakah tempat limbah medis padat dilapisi dengan kantong plastik?

3. Apakah tempat limbah medis padat yang telah dipakai dibersihkan atau dicuci? 4. Siapakah yang mengangkut limbah medis padat, berapa orang?

5. Berapa kali limbah tersebut diambil dalam sehari? 6. Kapan jadwal pengangkutan limbah medis dilakukan?

7. Pernahkah terjadi penumpukan limbah medis padat di dalam tempat dan terlambat diambil oleh cleaning service?

8. Dimanakah biasanya limbah tersebut dipindahkan setelah dikumpulkan? 9. Berapa jumlah gerobak sampah angkut yang ada?

10.Apakah Rumah Sakit Umum Daerah Gunung tua memiliki tempat penampungan sementara?

c. Pembuangan Akhir

1. Apakah limbah medis dan limbah non medis dijadikan satu pada waktu pembakaran?

2. Apakah limbah medis padat dibakar dalam incenerator?

III. Tenaga Pengelola Limbah Medis Rumah sakit

1. Berapa orang jumlah tenaaga pengelola limbah?

2. Apakah ada tenaga khusus yang menangani limbah medis?


(2)

4. Apakah tenaga yang terlibat dalam pengelolaan limbah medis pernah mendapatkan pendidikan atau pelatihan khusus mengenai pengelolaan limbah medis?

IV. Pembiayaan

1. Apakah ada dana atau anggaran khusus yang disediakan rumah sakit untuk pengelolaan limbah medis, berapa besar anggarannya?

V. Sarana dan prasarana

1. Fasilitas dan peralatan apa saja yang disediakan rumah sakit dalam membantu melancarkan proses pengelolaan limbah medis?

2. Apakah berbagai fasilitas dan peralatan yang disediakan dapat berfungsi dengan baik?

3. Apakah penyediaan peralatan selama ini dapat dikatakan mencukupi sesuai kebutuhan?

VI. Kebijakan Rumah Sakit

1. Adakah kebijakan yang mendasari pengelolaan limbah medis padat di Rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua, sebutkan?


(3)

(4)

(5)

(6)

Foto Sarana dan Prasarana Pengelolaan Limbah Medis Padat RSUD Gunungtua

Gambar 1. RSUD Gunungtua Kabupaten PALUTA

Gambar 2. Wadah penampungan limbah medis padat dan non medis padat.