Bidang Oikumene Membentuk Badan Serikat Tolong Menolong BSTM Guru-guru dan Pegawai Departemen

khusus menangani penyakit disentri baro buni. Penyakit ini sering mewabah di daerah dataran tinggi Humbang, sehingga didirikanlah rumah sakit pembantu di Butar dan Pangaribuan di bawah pimpinan penginjil setempat. Beberapa tenaga perawat pribumi yang andal turut menangani pelayanan kesehatan, seperti mantri kesehatan Valentin Sitompul di Pangaribuan dan Julius Lumbantobing di Butar. Rumah sakit pembantu di pangaribuan dan Butar dibuka tahun 1910. Rumah sakit di pangaribuan dipimpin penginjil Meisel dan di Butar dipimpin penginjil Wagner. Tahun 1911 sebanyak 10.000 orang pasien telah dirawat di rumah sakit pembantu Pangaribuan. Pada 1911 dibuka pula rumah sakit pembantu di Bonandolok oleh penginjil W. Mueller, untuk melayani masyarakat yang berdomisili di bagian Barat dataran tinggi Humbang. Kemudian rumah sakit pembantu keempat di daerah Humbnag dibuka di Doloksanggul. Di daerah Toba dibuka di Sitorang dan Balige. Di Samosir didirikan rumah sakit pembantu di Nainggolan, Pangururan dan Ambarita. Juga di belahan Barat Tanah Batak yaitu Tukka dan Barus, serta di daerah Angkola dibuka di Sipirok. Semua rumah sakit pembantu tersebut adalah cabang dari rumah sakit induk di Pearaja. 29

3.4.4. Bidang Oikumene

Sejak HKBP berdiri, dalam dirinya telah hadir bibit-bibit oikumenis. HKBP sendiri merupakan buah gerakan oikumene karena para penginjil ke Tanah Batak diutus oleh beberapa badan sending yang berbeda. Ada yang berasal dari Eropa dan juga dari Amerika, walaupun pada akhirnya yang lebih berbuah adalah penginjilan yang dilakukan RMG dari Jerman. Dalam misinya, RMG sejak semula telah menjalin hubungan dengan pekabar injil yang sudah ada. 29 J.R. Hutauruk, Pdt. Dr, Lahir, Berakar dan Bertumbuh di dalam Kristus, Tarutung:Kantor Pusat HKBP, 2011, 276-277 Misalnya, pada tahun 1902 RMG bekerja sama dengan badan pekabar Injil Belanda NZG yang mengutus penginjil H. Guillame ke daerah Karo. RMG juga bekerja sama dengan sending Methodis yang bekerja di Sumatera Utara sejak 1905, di mana sending Methodis melayani anggota HKBP yang pindah ke daerah Asahan Labuhan Batu.  HKBP Menjalin Hubungan dengan LWF: 1952 Terjalinnya hubungan HKBP dengan Lutheran World Federation LWF bermula dari kunjungan Uskup Sandegren ke HKBP pada 1947. Kunjungan ini kurang maksimal karena beliau tidak dapat bertemu dengan Ephorus HKBP di Tarutung berhubung gejolak politik dan militer yang terjadi di Sumatera Utara. Pada tahun 1948, Dr. Williams dari gereja Tamil Lutheran berhasil mengunjungi kantor pusat HKBP di Pearaja Tarutung. Beliau bekerja sebagai pelayan medis oikumenis di rumah sakit HKBP Balige dan Saribudolok. Beliaulah tenaga pelayan pertama dari luar negeri yang bekerja di HKBP sesudah perang dunia kedua berakhir. 30  HKBP Menjadi Anggota DGDWCC: 1962 Keberadaan HKBP sebagai anggota LWF tidak mengahambat dirinya untuk menjalin hubungan dengan lembaga gerejawi lainnya. Tahun 1962, pada sidang raya Dewan Gereja-gereja se-Dunia DGDWCC-World Council of Churches di New Delhi, HKBP resmi menjadi anggota DGDWCC. Utusan HKBP; Ds. T.S. Sihombig terpilih menjadi anggota badan pekerja lengkap DGD. Sebelumnya, HKBP juga selalu mengirim utusannya sebagai peninjau untuk menghadiri sidang raya DGD, seperti pada 30 J.R. Hutauruk, Pdt. Dr, Lahir, Berakar dan Bertumbuh di dalam Kristus, Tarutung:Kantor Pusat HKBP, 2011, 295-296 pembentukan DGD pada tahun 1948 di Amsterdam, HKBP mengutus DS. K. Sitompul dan Mr. Amir Syarifuddin Harahap. Pada sidang raya DGD 1954 di Evanston, HKBP mengutus Ds. K. Sitompul sebagai peninjau. 31  HKBP Menjalin Hubungan dengan EACC CCA: 1949 Sejak EACC East Asia Christian Confrence Konfrensi gereja-gereja Asia Timur didirikan, HKBP telah menjadi anggota dan teratur mengikuti pertemuan EACC. Gereja- gereja anggota EACC meliputi Gereja-gereja di kawasan Asia Timur, termasuk Australia dan New Zealand. Para pimpinan Gereja-gereja Asia Timur dalam konsultasi Bangkok, Desember 1949, mengajukan usul agar WCC dan anggota International Missionary Council IMC di Asia Timur dalam sebuah konfrensi. Tujuannya untuk memikirkan secara bersama tugas yang mendesak dan tersedia didepan mereka sebagai Gereja-gereja yang berakar dan tumbuh di Asia Timur yang baru memasuki zaman dekolonisasi. Konsultasi EACC 1949 memberi mandat kepada HKBP untuk mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam menyelenggarakan konfrensi Gereja-gereja anggota WCC dan IMC di Asia Timur, baik pengadaan saran maupun kegiatan pra konfrensi dan kebaktian raya. 32  Kerja Sama HKBP dengan Gereja dan Badan-badan Sosial HKBP menjalin kerja sama dengan berbagai lembaga Gereja dan badan-badan sosial di luar negeri, seperti Evangelische Zentralstelle Fur Entwicklungsdients EZE di Bonn. 31 Ibid 297 32 Ibid 297-298 EZE telah banyak memberikan dana pembangunan kepada HKBP. Begitu pula dengan Theological Education Fund di London dan Fund for Theological Education di singapura. Kedua badan ini menopang program pendidikan teologi di HKBP; Missions Akademic di Hamburg, mulai 1961; Gereja Anglikan di Australia, 1971, yang pernah mengutus seorang tenaga pengajar untuk Fakultas Teologia STT-HKBP di Pematangsiantar. HKBP juga memiliki kerja sama dengan Evangelical Lutheran Church in America ELCA. Sejak 1 Januari 1988, The American Lutheran Church dan The Association of Evangelical Lutheran Churches dan The Lutheran Church in America dengan keyakinan bersam dan misi secara resmi membentuk ELCA. Saat ini, ELCA mencerminkan warisan yang kaya dan beragam dri orang-orang yang dilayaninya. Pada Mei 2001, Ephorus HKBP dan representasi pengurus pusat ELCA menandatangani suatu kesepakatan bersama yang tertuang dalam bentuk Convention of interchargr between HKBP-ELCA. Naskah kesepakatan ditandatangani di kantor pusat ELCA di Chicago. Isinya meluaskan afiliasi HKBP dengan ELCA, khususnya di Amerika Serikat. Dalam surat kesepakatan tersebut dicantumkan tentang posisi Gereja HKBP di Amerika HKBP California, HKBP Colorado, HKBP Seattle dan HKBP New York, termasuk bantuan yang akan diterima. Afiliasi HKBP –ELCA telah diterima secara bulat pada Sinode Godang HKBP Oktober 2002. 33  Hubungan HKBP dengan DGIPGI: 1950 HKBP termasuk pelopor berdirinya Dewan Gereja-gereja di Indonesia DGI pada 25 Mei 1950. Lembaga ini bertujuan sebagai wadah pembentukan Gereja Kristen yang Esa 33 Ibid 302-303 di Indonesia. Beberapa tokoh dari HKBP yang turut mempelopori pembentukan DGI, yaitu: Prof. Dr. Mr. Sutan Gunung Mulia, Ds. K. Sitompul dan Dr. A.M. Tambunan. Mereka ini sangat banyak memberikan sumbangan untuk pembanguna kesatuan dan persekutuan Gereja-gereja di Indonesia. Partisipasi HKBP dalam usaha pengembangan DGI juga nyata dalam kesediaannya memberikan tenaga yang penuh di DGI, yakni Ds. K. Sitompul yang sejak 1957 diangkat menjadi sekretaris departemen keesaan DGI. Kemudian Pdt. M.P. Sitompul, MTh sebagai komisi pendidikan agama Kristen, 1964-1971, lalu Pdt. Dr. S.A.E. Nababan sejak 1967 menjadi ketua umum DGI yang berubah nama menjadi PGI Persekutuan Gerej-gereja di Indonesia. Selain mereka, pendeta HKBP yang pernah menjadi tenaga penuh waktu di DGI adalah Pdt. P.M. Sihombing, MTh, mulai 1971 menjadi sekretaris pendidikan dan komunikasi; Prof. Dr. W.B. Sijabat sebagai pemimpin departemen studi dan penelitian serta pemimpin proyek leader PSM. 34  Hubungan HKBP dengan Gereja Roma Katolik RK Hubungan HKBP dengan Gereja RK memiliki fakta sejarah tersendiri. Intensitas pengenalan HKBP terhadap Gereja RK baru mulai tahun 1930-an, itupun pengenalan dari segi persaingan yang tidak sehat dalam usaha menggarap orang Kristen Batak warga HKBP menjadi anggota Gereja RK. Sehingga pada awalnya, HKBP sangat ketat menjaga anggotanya supaya jangan sampai terpengaruh oleh bujukan RK. Bahkan HKBP pernah menerapkan ketentuan, siapa yang meyekolahkan anaknya ke sekolah RK akan 34 Ibid 303-304 dikucilkan dari keanggotaan HKBP dan siapa yang menyetujui perkawinan anaknya dengan warga RK akan dikenakan Disiplin Gereja. Namun akhir-akhir ini, hubungan HKBP dengan RK telah mengalami beberapa kemajuan karena bertitik tolak dari segi positif hubungan Gereja universal itu. Kemajuan tersebut terjadi setelah adanya perubahan di tubuh Gereja RK, yakni setelah Konsili Vatikan II. Sejak itu, Gereja RK telah menjadi anggota Komisi Faith and Order dari WCCDGD sehingga percakapan antara pihak RK dengan HKBP semakin terbuka dan bahkan sampai kepada maslah dogam. HKBP telah mengakui baptisan Gereja RK, demikian juga sebaliknya. Para anggota HKBP telah banyak yang mengikuti pendidikan di sekolah RK. 35 3.5 Konflik di HKBP 3.5.1. HKBP dan Politik Kekuasaan