Profil Desa Bejijong Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id pimpinan Kepala Desa Teguh Apriyanto, SH. Tahun 2007- sekarang desa Beijong dibawah pimpinan kepala desa H. Jatmiko. Kepemimpinan desa Bejijong silih berganti, dari periode ke periode terus menumbuhkan inovasi yang sangat luar biasa, dan dipercaya oleh banyak arkeolog sebagai ibukota kerajaan Majapahit. Salah satu kerajaan besar yang pernah ada di tanah Jawa. Banyak temuan, baik candi, pertirtaan, bekas pemukiman, kanal, kolam besar serta sebaran kekunoan yang tersebar di area ini. Oleh karena kemashyuran Majapahit dan potensi wisata purbakala yang demikian besar maka pada tahun 2014 pembangunan Kampung Majapahit di Trowulan Mojokerto terealisasi, sebanyak 94 rumah di desa Bejijong kawasan cagar budaya pringkat nasional ini sedang dipugar menjadi rumah ala zaman kerajaan Majapahit di masa lampau, pembangunan ini diswakelola masyarakat desa setempat melalui pembentukan tim pengelola kegiatan. Hingga sampai di kepemimpinan kepala desa H. Jatmiko tahun 2017 ini berhasil mewujudkan aspirasi dari salah satu masyarakat yang waktu itu mendapat mimpi bahwasannya desa yang ditempati berubah menjadi desa dengan suasana kembali seperti jaman kerajaan Majapahit masih jaya, dengan situs-situs yang masih sangat tampak nyata. Akhirnya kepala desa menggagas aspirasi tersebut dan mengusahakan agar bisa terealisasi menjadi sebuah desa dengan nuansa kerajaan, yaitu Kampung Majapahit. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Gambar 4.2 3. Agama a. Islam b. Kristen c. Budha 4. Etnis a. Jawa b. Cina c. Lain-lain Desa Beji etnis, hal ini bi merupakan kera yang menjadi c 4.2 Balai Desa Bejijong dan Bangunan Khas Ma Sumber: Dokumen Pribadi : 3.849 orang : 17 orang : 8 orang : 3.861 orang : 10 orang inBugis : 3 orang ejijong merupakan desa dengan beragam pem bisa dilihat dari sejarah desa yang mana kera kerajaan Hindu terbesar. Selain itu adanya patun di ciri khas dari agama Budha, juga menjadi sa Majapahit meluk agama dan kerajaan Majapahit tung Budha Tidur di salah satu faktor digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id adanya keragaman agama di desa Bejijong, keragaman tersebut ditunjukan dengan adanya pemeluk agama Islam, Kristen dan Budha dan etnis Jawa mendominasi desa Bejijong, dimana ada peninggalan sejarah Budha dan sejarah peradaban Hindu, keturunan etnis maupun agama tidak membuat warga desa Bejijong merasakan adanya perbedaan karena mereka terlahir di wilayah yang sama, dengan budaya yang sama yang mengikat mereka sehingga berkembang rasa solidaritas kelompok untuk hidup bersama dan saling melindungi di tempat yang sama. Hal tersebut menunjukkan adanya hakikat keragaman dan kesetaraan dalam bermasyarakat. Keragaman dimaksudkan bahwa setiap manusia adalah makhluk individu yang setiap individu memiliki ciri-ciri khas tersendiri. Perbedaan itu terutama ditinjau dari sifat-sifat pribadi, misalnya sikap, watak, kelakuan, temperamen, dan hasrat. Selain makhluk individu, manusia juga makhluk sosial yang membentuk kelompok persekutuan hidup. 2 Sedangkan kesetaraan dimaksudkan bahwa manusia memiliki tingkat atau kedudukan yang sama. Agama dan etnis menjadi suatu keragaman dan kesetaraan yang menciptakan suatu keromantisan atas adanya kejayaan masa lalu kampung Majapahit, dapat disaksikan perwujudan cinta kasih antara sesama manusia untuk menyelamatkan sejarah kerajaan Majapahit untuk keberlangsungan dan kelestarian budaya. Keragaman dan kesetaraan menjadi tombak kemanusiaan dari perwujudan romantisme kejayaan masa lalu kampung 2 M. Syukri Albani Nasution, M. Nur Husein Daulay, dkk, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015, 94 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Majapahit yang mempunyai nilai sangat tinggi, karena hal tersebut menyentuh martabat dan harkat masyarakat desa Bejijong. 5. Kelembagaan Ekonomi a. Koperasi Koperasi Pengrajin Cor Kuningan KOPINKRA merupakan kumpulan industri kecil dan mikro yang ada di wilayah Bejijong Trowulan Mojokerto. Industri ini bergerak dalam bidang perpatungan, yang menjadi bidang usaha ini adalah pembuatan produk dengan berbagai teknik. Semua produk yang terkait dengan patung cor kuningan bisa dikerjakan. Adanya KOPINKRA ini sangat membantu pemilik usaha patung cor kuningan dalam mengembangkan usahanya karena pemesan patung dari luar wilayah desa Bejijong dapat terkoordinasi dengan baik. b. Industri Kerajinan 1 Pengrajin Cor Kuningan Sejak tahun 1972 masyarakat desa Bejijong telah mengenal adanya kerajinan cor kuningan. Berawal dari 1 unit usaha dengan 4 orang tenaga kerja, kemudian lambat laun tenaga kerja tersebut mencoba untuk mandiri dengan membuka usaha sendiri, sehingga pada saat ini telah berkembang menjadi lebih dari 40 unit usaha dengan rata-rata penyerapan tenaga kerjanya 4 orang. Keseluruhan tenaga kerja tersebut merupakan warga desa Bejijong sendiri digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 2 Pengrajin Manik-manik Sama halnya dengan pengerajin patung cor kuningan yang ada di desa Bejijong, pengerajin manik-manik juga menambah aneka oleh-pleh untuk para wisatawan ketika mengunjungi desa yang penuh dengan peninggalan-peninggalan kerajaan Majapahit ini. Kerajinan manik-manik ini juga menarik para wisatawan mancanegara yang sempat berkunjung dan wisatawan bisa saksikan proses pembuatan dan perangkaian secara langsung. Terbentuknya kelembagaan di desa Bejijong kecamatan Trowulan kabupaten Mojokerto merupakan bentuk dan tujuan perkembangan sosial budaya Kampung Majapahit. Jika ditinjau dari segi kemasyarakatannya, lembaga- lembaga dan organisasi yang dengan sengaja dibentuk mengadakan kerjasama dengan sesama manusia. Suatu pergaulan hidup manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang mengandung nilai-nilai kebersamaan, senasib sepenanggungan dan solidaritas yang merupakan unsur pemerssatu kelompok sosial. Sedangkan dalam upaya melestarikan kebudayaan, lembaga dan organisasi tersebut merupakan penggerak masyarakat menuju totalitas cara hidup yang manifestasinya tampak dalam tingkah laku yang terlembagakan. Karena kembali kehakikat budaya yakni sistem nilai yang merupakan hasil hubungan manusia dengan cipta, rasa dan karsa yang menumbuhkan gagasan-gagasan utama serta merupakan kekuatan pendukung dan penggerak kehidupan. Fokus lembaga dan digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id organisasi tersebut dalam melestarikan kebudayaan yang ada di Kampung Majapahit berupa penanaman nilai-nilai dan norma kemajapahitan serta sosialisasi perkembangan ekonomi yang berjalan sejajar dengan berlakunya nilai-nilai dan norma yang diterapkan di Kampung Majapahit. Nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi program setiap lembaga dan organisasi desa Bejijong menggambarkan bagaimana kondisi masyarakat desa Bejijong saat ini, dimana hampir 52 masyarakat hidup dengan menekuni kegiatan dan pencaharian sebagai pengrajin cor kuningan yang kegiatannya tersebar di wilayah desa Bejijong Khususnya di dusun Kedungwulan. Potensi wisata desa, Bejijong adalah salah satu dari tiga desa yang ada di Jawa Timur yang di tunjuk oleh Gubernur Jawa timur Sebagai desa wisata, dengan mengandalkan kegiatan wisata budaya dan religius serta kerajinan cor kuningan desa Bejijong mampu menarik wisatawan baik lokal maupun mancanegara untuk berkunjung ke Desa Bejijong. Kelembagaan dan keorganisasian desa bejijong kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto terus berupaya melestarikan budaya dengan aset warisan budaya yang begitu melimpah. Adapun warisan budaya atau obyek wisata yang ada di desa bejijong serta prestasi-prestasi sebagai bukti keberhasilan kelembagaan dan keorganisasian desa Bejijong dalam upayanya melestarikan budaya, antara lain : digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id a. Maha Vihara Majapahit Budha tidur terbesar se Asia Tenggara Lokasi Maha Vihara Majapahit Trowulan berada sekitar 300 meter dari tepi jalan raya Trowulan, dengan memasuki Jl Candi Baru lalu belok ke kiri di gang pertama dan kemudian belok ke kanan. Maha Vihara Majapahit dibangun oleh Bante Viriyanadi Mahathera pada tahun 1989. Patung Budha Tidhur di Maha Vihara Trowulan ini panjangnya mencapai 22 meter, dengan lebar 6 meter dan tinggi mencapai 4,5 meter. Sepasang arca Dwarapala tampak berjaga disisi kanan jembatan belah dua yang dipakai sebagai akses jalan untuk menuju ke patung. Terdapat pondasi sebesar patung dengan relief di sepanjang dindingnya, menceritakan kehidupan dan ajaran sang Budha. Wajah dan badan patung raksasa ini terlihat bersih dan bercahaya karena warna emas yang melapisi patung tersebut. b. Pertapan Siti Inggil Petilasan makam Raden Wijaya Siti yang berarti tanah dan Inggil yang berarti tinggi jadi Siti Inggil adalah tanah yang tinggi, disana banyak terdapat makam- makam mistis, sehingga dikenal tempat yang paling kramat. Siti Inggil juga digunakan sebagai tempat pemujaan orang Hindu. Siti Inggil, sebuah petilasan Raden Wijaya yang jadi cikal bakal lahirnya Majapahit di tahun 1293 Saka atau sekitar 1500 Masehi. Petilasan yang sebelumnya populer dengan istilah Lemah Geneng itu berada di dusun Kedungwulan desa Bejijong Trowulan Mojokerto. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Siti Inggil merupakan petilasan dari raja yang bergelar Kertarajasa Jayawardhana atau Brawijaya pertama. Didalam kompleks petilasan yang berbentuk makam terdapat beberapa nisan, selain makam Raden Wijaya yang paling besar dan panjang, juga terdapat empat makam lainnya, yaitu Permaisuri Brawijaya pertama Gayatri, juga dua istri selir, Ndoro Petak dan ndowo Jinggo. c. Candi Brahu Candi Brahu terletak di Dukuh Jambu Mente Desa Bejijong Trowulan Mojokerto. Posisinya tepat di 1,8 km dari jalan raya, jalan raya depan kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Timur, yang terletak di jalan raya Mojokerto-Jombang terdapat jalan masuk ke arah utara, jalan agak sempit namun sudah diaspal candi Brahu terletak disisi kanan jalan kecil tersebut. Candi Brahu merupakan candi tertua diantara candi-candi lainnya di Trowulan. Nama Brahu diperkirakan berasal dari kata “Warahu”, yaitu nama dari sebuah bangunan suci yang disebutkan didalam prasasti tembaga “alasantan” yang ditemukan kira-kira 45 meter disebelah barat candi Brahu. Prasasti ini dibuat pada tahun 861 Saka atau tepatnya 9 September 939 M atas perintah Raja Mpu Sindok dan Kahuripan. Menurut masyarakat sekitar candi Brahu dahulu difungsikan sebagai tempat pembakaran jenasah raja-raja Brawijaya akan tetapi hasil penelitian yang dilakukan terhadap candi tersebut tidak digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id menunjukkan adanya bekas-bekas abu atau mayat, karena bilik candi sekarang sudah kosong. Candi Brahu dipugar tahun 1990 dan selesai tahun 1995, dan sampai saat ini candi Brahu menjadi salah satu tempat berwisata yang menyimpan banyak sejarah Majapahit. d. Candi Gentong Candi Gentong merupakan candi yang juga peninggalan kerajaan Majapahit. Terletak tidak jauh dari candi Brahu dengan jarak berkisar 100 meter. Dinamakan candi Gentong karena candi tersebut tertimbun oleh tanah menggunung yang akhirnya membentuk menyerupai Gentong tempat air. Saat pertama kali candi tersebut ditemukan memang kondisinya masih sudah berantakan, dan sebenarnya tidak ada makna atau fenomena khusus yang terjadi pada candi ini, namun keunikan candi Gentong tidak hanya dari bentuknya yang terkesan berantakan saja, namun terdapat pendopo dengan atap yang terbuat dari seng yang menjadikannya terlihat semakin misterius. Dalam perencanaan pariwisata Kampung Majapahit, masyarakat diarahkan pada suatu pola pengembangan pariwisata berkesinambungan dengan melibatkan stakeholders, khususnya masyarakat setempat secara aktif mulai dari tahap perencanaan, sukarela dan pemeliharaan objek pariwisata. Karena di desa Bejijong masyarakat sendiri yang membentuk daerah tersebut menjadi pelaku utama dalam kepariwisataan dan memperoleh dampaknya secara langsung. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Disini penulis menyebutkan konsep sederhana mengenai partisipasi ialah bagaimana masyarakat secara bersama-sama mengerjakan suatu proses, sesuai dengan fungsi masing-masing. Salah salah satu diantara masyarakat desa menjadi perencana maka masyarakat lainnya terlibat dalam perencanaan, dan jika masyarakat menjadi pelaksana maka juga harus terlibat dalam pelaksanaan dan begitu seterusnya. Konsep sederhana mengenai partisipasi terwujud dalam konteks pengembangan pariwisata, dengan partisipasi masyarakat dalam setiap perlombaan yang diikuti dan dengan tujuan mengembangkan potensi desa Bejijong, adapun reward yang pernah diraih yakni Radar award kategori Pelayanan publik sebagai juara 1, reward ini doterima atas usaha dan kerja keras masyarakat dalam membentuk suatu rencana, selain untuk mencapai kejuaraan adapun tujuan tersubut ialah sebagai bentuk rasa syukur warga desa Bejijong atas warisan budaya kerajaan Majapahit yang menunjukkan dan mengajarkan akan pentingnya memberikan penghormatan terhadap tamu, orang asing ataupun warga desa Bejijong sendiri. Kejuaraan ini dapat diperoleh karena keseharian masyarakat desa Bejijong dalam hal pelayanan publik memang sudah sangat bagus. Selanjutnya yaitu penghargaan dari JTV Award Kategori Budaya juga memperoleh juara 1, reward ini sudah sepantasnya diterima masyarakat desa Bejijong mengingat adanya aset budaya yang sudah dimiliki dan yang menjadi penguat perolehan juara ialah usaha masyarakat untuk tetap membuat aset budaya yang ada di wilayah desa bejijong selalu aksis dikalangan masyarakat luar kota Mojokerto, hal tersebut merupakan salah satu cara untuk menarik wisatawan yang digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id belum mengenal menjadi tau, yang belum pernah berkunjung menjadi ingin berkunjung dan ingin mengetahui apa dan bagaimana budaya di desa Bejijong ditahun sekarang ini. Tidak kalah menariknya dengan juara-juara yang telah diceritakan diatas, desa bejijong juga mendapat juara 2 lomba desa bernuansa Kampung Fleksi. Reward Kampung Fleksi didapatkan seberjalannya program pembangunan desa yakni dengan membangun rumah-rumah majapahitan disetiap depan rumah warga. Berikut adalah tabel prestasi desa Bejijong: Tabel 4.1 Prestasi Desa Bejijong Juara Kategori Juara 1 Radar Award Kategori Pelayanan Publik Juara 1 JTV Award Kategori Budaya Juara 2 Lomba Desa Bernuansa Kampung Flexsi

B. Penghayatan Nilai-Nilai Kultural Masyarakat Desa Bejijong terhadap

Kampung Majapahit Penelitian dilakukan di desa Bejijong kecamatan Trowulan kabupaten Mojokerto, dengan mentargetkan masyarakat sekitar wilayah Kampung Majapahit, dalam penelitian ini peneliti menemukan banyak sekali cerita yang sangat menarik untuk dianalisis secara mendalam, terkait bagaimana masyarakat Kampung Majapahit secara tidak langsung telah melakukan penghayatan nilai- nilai kultural yang sangat luar biasa unik, antik dan memiliki karakteristik. Peneliti akan memaparkan hasil penelitian sebagai berikut. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Kampung Majapahit dan Fungsi Kebudayaan Kampung Majapahit yang terletak di desa Bejijong, Trowulan, Mojokerto adalah salah satu wujud budaya yang memiliki nilai estetika, sejarah, arkeologi dan keindahan, lebih-lebih didukung dengan tetap difungsikannya prasasti- prasasti dan candi-candi peninggalan kerajaan Majapahit, makam Raden Wijaya dan mahavihara tempat sembahyang umat Budha. Tidak mengherankan, Kampung Majapahit menjadi daya tarik wisata yang cukup banyak menyerap pengunjung. “untung-untung Bejijong ini mbk memiliki budaya dan saat ini menjadi kampung budaya, ada budaya ini juga memaksa kita mikir jadinya, jadi baca-baca buku lama, bagaimana ide untuk memunculkan kembali budaya itu jadi nyata, ya ingin mewujudkan Kampung Majapahit yang benar-benar bernuansa Majapahit mbk, tidak hanya rumahnya saja tapi masyarakatnya juga, pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, keagamaan dan seni, itu semua biar ada rasa Majapahit nya mbk.” Tutur Ismanto 3 Adanya Kampung Majapahit mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran masyarakat karena telah banyak para peneliti yang sengaja didatangkan dari pihak cagar budaya untuk membuat sebuah penelitian terkait peninggalan kerajaan Majapahit di desa Bejijong ini, salah satunya ialah penelitian yang dilakukan oleh riset Jakarta dalam penelitiannya dijelaskan oleh kepala desa bahwasannya peneliti mencari beberapa sampel air liur warga desa Bejijong yang dianggap masih menjadi 3 Wawancara dengan Ismanto, Ismanto, berumur 37 tahun. Informan adalah ketua lembaga sadar wisata desa Bejijong. Mendedikasikan dirinya untuk keberlangsungan desa wisata yang berada didesa Bejijong, Ismanto sebagai monitoring dalam masyarakat, bagaimana masyarakat dapat dikondisikan untuk bisa bekerjasama dalam upaya perkembangan wisata Kampung Majapahit. Mendekati warga, memberikan pemahaman terhadap program wisata yang sedang dalam proyek adalah tugas Ismanto. Selasa, 11 April 2017, pukul 11.45 WIB digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id keturunan kerajaan Majapahit, memang benar sampai saat ini hasil penelitian masih belum diketahui hasilnya oleh warga desa Bejijong. Yang jelas adanya para peneliti tersebut menggugah semangat warga desa untuk turut serta mencari kebenaran atas peninggalan yang ada di wilayah tempat mereka tinggal. Usaha perangkat desa dalam menemukan ide atau gagasan dimulai dari banyak membaca buku-buku sejarah Majapahit yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, ketertarikan dan kesadaran untuk melestarikan budaya pun muncul setelah banyak membaca buku, diantaranya muncul semacam imajinasi bagaimana kehidupan pada waktu itu, bagaimana bentuk rumah yang di tempat untuk tinggal. Namum ketertarikan tersebut terfokus pada bagaimana bentuk rumah para kawulo rumah warga yang sederhana. Ketertarikan ini didukung dengan adanya penelitian dari ilmu arkeolog yang menemukan detail dari bentuk rumah sehingga pada saat ini bisa terbentuk rumah kawulo Majapahit. Sedikit demi sedikit kebudayaan berhasil dimunculkan atas hasil usaha dari warga untuk terus menambah pengetahuannya tentang sejarah peninggalan kerajaan Majapahit. Dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu memanglah bersifat abstrak, akan sangat susah di fahami oleh masyarakat bagaimana wujud kebudayaan yang semestinya dilakukan, karena hampir semua aktivitas yang dikerjakan oleh masyarakat merupakan kebudayaan mereka sendiri. Sedangkan perwujudan kebudayaan itu akan jelas jika adalah benda-benda yang diciptakan, oleh karenanya masyarakat desa Bejijong sebagai makhluk yang berbudaya, berupaya menunjukkan perilaku yang mana perilaku tersebut mencerminkan keturunan kerajaan Majapahit, belum ditemukan perilaku masyarakat di jaman Majapahit digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id pada saat itu seperti apa, akan tetapi karena warga desa mengupayakan jadi perilaku budi pekerti yang diambil untuk tetap dijaga kelestariannya misalnya sedari kecil warga desa Bejijong dibiasakan untuk ikut berdoa atau mendoakan para leluhur dan sesama warga lainnya, kegiatan ini biasa dilakukan ketika warga desa Bejijong mengadakan ruwatan desa atau nyadran atau yang biasa disebut dengan sedekah bumi, merupakan tradisi masyarakat desa sebagai perwujudan rasa syukur terhadap panen yang telah dilakukan, sebelum melakukan kegiatan ini warga melakukan wiwet syukuran bersama di lahan pertanian sebelum panen. Kegiatan ini dilaksanakan di Siti Inggil untuk warga dusun Kedungwulan, sedangkan nyadran untuk warga dusun Bejijong dilaksanakan di Sumur Windhu. Nyadran dimaksudkan oleh warga untuk meminta berkah kepada yang mbh rekso desa di tempat-tempat keramat seperti Siti Inggil dan Sumur Windhu, namu dalam perkembangannya perilaku masyarakat desa terus mengalami perubahan, diantaranya tradisi di berikan unsur nilai-nilai keIslaman seperti dimulainya acara dengan pengarahan masalah keimanan yang dipimpin oleh sesepuh desa, kemudian dilanjutkan membaca yasin dan tahlil, setelah itu masyarakat bertukar makanan atau buah-buahan yang dibawa. Sebagai penutup acara nyadran biasanya masyarakat desa mengadakan pengajian yang ditempatkan di masjid Baiturrahman desa Bejijong. Meski tradisi nyadran telah banyak dimasuki unsur- unsur Ismali, namun perilaku masyarakat desa terhadap tradisi nyadran ini masih sangat kental sekali tradisi kejawen yang dilakukan seperti meminta atau berharap keberkahan, kelancaran atau keinginan lainnya dari dilakukannya nyadran. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Perwujudan kebudayaan nyata ditunjukkan oleh masyarakat desa Bejijong baik dalam bentuk seni tradisi nyadran, religi atau keagamaan 4 hal ini terkait dengan pengetahuan keyakinan keagamaan masyarakat desa Bejijong yang masih kental oleh kultur kejawen. Kesemuanya ditujukan untuk membantu masyarakat desa Bejijong dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat sebagai masyarakat yang berbudaya. Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi masyarakat. Masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi dalam menjalani kehidupannya. Kebutuhan-kebutuhan masyarakat tersebut sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Praktik Kehidupan Bagi masyarakat desa Bejijong sejarah menjadi cermin bagaimana masyarakat pada saat ini bersikap sesuai gambar nampak pada cermin. Satu contoh untuk sejarah yang menjelaskan bahwasannya kerajaan Majapahit yang sebagain besar pengikutnya beragama Hindu-Budha selalu menjunjung tinggi nilai toleransi dengan membiarkan dua makam pengikut kerajaan Demak yang beragama Islam di Trowulan dan Tralaya dekat dengan ibu kota kerajaan Majapahit. Kejadian ini terjadi ketika Majapahit dan Demak memperebutkan legitimasi wilayah kekuasaan, dimana waktu itu Demak sebagian besar pengikutnya pemeluk agama Islam. 4 masyarakat desa Bejijong yang mayoritas penduduknya beragama Islam dengan presentase 99 sisanya beragama Kristen dan Budha