PENDAMPINGAN DALAM PENGUATAN EKONOMI PADA KOMUNITAS PENGRAJIN KUNINGAN DI DESA BEJIJONG KEC. TROWULAN KAB. MOJOKERTO.

(1)

PENDAMPINGAN DALAM PENGUATAN EKONOMI

PADA KOMUNITAS PENGRAJIN KUNINGAN

DI DESA BEJIJONG KEC. TROWULAN KAB. MOJOERTO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh :

LUQMANUL HAKIM B72211031

PROGRAM STUDY PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM JURUSAN MANAGEMEN DAN PENGEMBANGAN MASYRAKAT

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Luqmanul Hakim. NIM: B72211031. Judul Skripsi: Pendampingan dalam Penguatan Ekonomi pada Komunitas Pengrajin Kuningan di Desa Bejijong Kec. Trowulan Kab. Mojokerto

Aset merupakan sebuah modal dasar dalam melakukan pembangunan. Seperti Desa Bejijong. Desa Bejijong yang berada diwilayah strategis dimana desa ini terletak pada kawasan sentra wisata di Kecamatan Trowulan yang didukung oleh keterampilan individu masyarakatnya, untuk penguatan ekonomi masyarakat pengrajin di Bejijong, Dengan berbagai proses pendampingan masyarakat yang dimulai dengan inkulturasi membangun kepercayaan bersama, diteruskan discovery hingga desteny yang biasa disebut Asset Bassed Community Development atau ABCD. Namun dengan perjalanan panjang dari bulan Maret hingga Juli, proses demi proses baik output dan input berhasil dengan baik dan perubahan mindseat atau kebanggaan akan aset yang dimiliki sebagai instrumen penguatan ekonomi masyarakat kedepannya.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

ABSTRAK ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Devinisi Konsep ... 5

F. Agenda Penelitian Pendampingan ... 6

G. Sitematika Pembahasan ... 9

BAB II PRESPEKTIF TEORITIK ... 11

A. Pendampingan dan Pemberdayaan Sosial ... 12

B. Kearifan Lokal ... 14

C. Dakwah Bilkhal ... 17


(8)

BAB III METODE RISET PENDAMPINGAN ... 23

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 23

B. Subyek Pendampingan ... 25

C. Prinsip-prinsip Pendampingan ... 25

D. Teknik-teknik Pendampingan ... 31

E. Langkah –langkah Pendampingan ... 36

F. Strategi Pendampingan ... 39

BAB IV PROFIL KOMUNITAS PENDAMPINGAN ... 44

A.Letak Goegrafis ... 44

B. Sejarah ... 46

C. Aset Wilayah ... 47

D.Aset Infrastruktur ... 51

E. Aset Perbedaan Agama dan Budaya ... 54

a. Kematian ... 56

b. Tingkeban ... 57

c. Jumat legi ... 57

d. Menyambut Maulid Nabi ... 58

F. Aset Demografi ... 59

G.Aset Kerajinan Kuningan ... 62

H.Sosial Masyarakat ... 65

I. Aset Perekonomian Masyarakat ... 68

BAB V DINAMIKA PROSES RISET PENDAMPINGAN ... 74

A. Inkulturasi ... 75

B. Menjalin kepercayaan dengan Masyarakat (Trust Building) ... 78

C. Menemukenali Kejayaan Masa Lapau (Discovery)... 81

D. Memimpikan Masa Depan (Dream) ... 84

E. Merencanakan Kegiatan Masa Depan Bersama masyarakat (Design) ... 88

F. Membentuk Kekuatan Bersama Komunitas Pengrajin (Define) ... 93

G. Melaksanakan Aksi Bersama Pengrajin (Destiny) ... 96


(9)

BAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN KOMUNITAS PENGRAJIN

KUNINGAN ... 101

A. Hasil Refleksi ... 101

B. Analisis Perubahan ... 103

BAB VII PENUTUP ... 106

A. Kesimpulan ... 106


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community

(AEC)) adalah sebuah integrasi ekonomi ASEAN dalam menghadapi

perdagangan bebas antar negara-negara ASEAN. Seluruh negara anggota ASEAN telah menyepakati perjanjian ini. MEA dirancang untuk mewujudkan Wawasan ASEAN 2020. Dalam menghadapi persaingan yang teramat ketat selama MEA ini, negara-negara ASEAN haruslah mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang trampil, cerdas, dan kompetitif. 1

Penguatan ekonomi berbasis kreatifitas yang dimiliki oleh masyarakat (skill) dibidang pembuatan buah tangan dengan berbagai

macam jenis harus didahului dengan pemaparan akan skill itu seperti apa,

realiatas perekonomian di masyarakat dan lain sebagainya. Tahun 2015 kita memasuki MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN), disadari atau tidak

dan siap atau tidak perekonomian bebas tingkat negara ASEAN dibuka. Oleh karena itu sumberdaya manusia adalah sebuah keniscayaan dan segera digalakkan. Di Indonesia sendiri dalam 8 tahun terakhir sudah

1


(11)

2

menyiapkan betul semua yang dibutuhkan dalam menghadapi MEA.2 Dengan bekal skill yang dimiliki oleh masyarakat Bejijong diupayakan

mampu bersaing dan bertahan dalam arus pasar global.

Faktor kurangnya pemanfaatan aset yang dimilikinya membuat para pengrajin sulit dalam mengembangkan usahanya serta meningkatkan perekonomian masyarakat. Maka dibutuhkan pengorganisasian masyarakat untuk membongkar kesadaran palsu dari masyarakat menjadi kesadaran kritis. Masyarakat yang selama ini dikungkung kesadarannya, perlu ditingkatkan kesadaranya dengan cara meningkatkan wawasan, sikap dan mengontrol hak-hak yang dimilikinya. Upaya penyadaran ini juga dilakukan untuk membebaskan belenggu hegemoni ideologi dominan yang mungkin selama ini digunakan penguasa untuk menjamin kepemimpinan kepentingan dan kelanggengan posisi politiknya3. Maka dalam pembangunan suatu komunitas dibutuhkan partisipasi yang kuat dari masyarakat untuk lebih megeluarkan gagasan, idea, atau pemikiran mereka yang selama ini mungkin menghambat kemajuan.

Selama ini masyarakat membuat hasil kerajinanya dengan bentuk dan model yang tergolong masih dalam ruang lingkup yang kecil jika dilihat dari lingkungan yang memiliki aset dan potensi yang sangat besar. Bagaimana tidak Bejijong adalah sebuah Desa dengan banyak masyarakat yang mempunyai kemampuan tidak seperti masyarakat pada umumnya

2 Chairul Huda, “Indonesia dalam Menghadapi MEA 2015”

, Harian Kompas (14 Maret 2015), hal 20.

3

Agus Afandi, dkk, Dasar-dasar Pengembangan Masyarakat Islam, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2013), hlm 183


(12)

3

untuk dapat dikembangkan. Desa Bejijong termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Trowulan dan menjadi salah satu desa sebagai sentra wisata di Trowulan. Aset yang dimiliki oleh Desa tersebut adalah berdirinya sebuah tempat peribadatan untuk umat Budha yang biasa dikunjungi wisata domesik atau mancanegara, tidak hanya umat Budha saja yang datang namun masyarakat sekitar yang muslim juga datang tapi dengan tujuan berekreasi di peribadatan umat Budha tersebut kerana terdapat patung Budha tidur yang terkenal karena ukuranya besar menurut beberapa sumber patung tersebut terbesar ketiga di Dunia, membuat banyak kalangan masyarakat tertarik untuk menyaksikan secara langsung. hari dimana pengunjung sangat ramai untuk berekreasi yaitu pada hari sabtu-minggu dan hari libur. Masih dalam kawasan Trowulan terdapat museum Majapahit yang fungsinya sebagai penyimpanan benda-benda purbakala Majapahit dan juga makam islam yang cukup terkenal yaitu Syeh Jumaddil Kubro ( Makam Troloyo). Makam tersebut sangat ramai dikunjungi para ziarah mulai dari masyarakat sekitar hingga sampai luar provinsi.


(13)

4

B. Fokus Penelitian Pendampingan

Bagaimana pendampingan dalam penguatan ekonomi pada komunitas pengrajin kuningan di Desa Bejijog Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto.

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui dan melakukan bagaimana pendampingan pendampingan dalam penguatan ekonomi pada komunitas pengrajin kuningan di Desa Bejijog Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto

D. Manfaat penelitian

Penelitian ini dikerjakan menjadi catatan akademis ilmiah sehingga

munculnya pemanfaatan hasil penelitian ini secara teoritis dan praktis bagi

para pembacannya, antara lain sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Bermanfaat memberikan informasi dan masukan yang dapat

memperjelas konsep maupun teori tentang pendampingan komunitas

pengrajin kuningan dalam perluasan angsa pasar di Desa Bejijong

Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto. Secara umum semua pihak

yang membaca hasil penelitian ini akan mengetahui bagaimana penguatan

ekonomi dalam memanfaatkan aset-aset yang dimiliki.

2. Secara Praktis

Manfaat secara praktisnya dari hasil penelitian ini bagi para pembaca

khususnya mahasiswa jurusan Pengembangan Masyarakat Islam sebagai

refrensi dalam menangani pendampingan yang akan dibuat pendampingan


(14)

5

E. Definisi Konsep

Pemberdayaan menurut bahasa adalah sebagai upaya untuk memberi kemampuan atau keberdayaan (to give ablity or enable).

Sedangkan menurut istilah adalah berarti menyiapkan kepada masyarakat sumber daya, kesempatan/peluang, pengetahuan dan keahlian untuk meningkatkan kapasitas diri masyarakat itu dalam menentukan masa depan mereka, serta untuk berpartisipasi dan mempengaruhi kehidupan

dalam komunitas masyarakat itu sendiri”.

Menurut A. Hatu Rauf sebagaimana yang ditulis oleh Zubaedi. Pemberdayaan masyarakat dalam sudut pandang yang lain dapatditafsirkan sebagai stategi pilihan dalam konteks pembangunan alternatif. Munculnya konsep pembangunan alternatif dalam diskursus pembangunan sebagai reaksi terhadap kelemahan model pembangunan konvensional (propertumbuhan ekonomi) dalam mengatasi problem kemiskinan, menjaga kelestarian lingkungan serta memecahkan aneka problem sosial yang menghimpit masyarakat.4

Dalam konsep pemberdayaan, manusia adalah subyek dari dirinya sendiri. Proses pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan kemampuan kepada masyarakat agar menjadi berdaya, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan pilihan hidupnya. Lebih lanjut dikatakan bahwa

4

Rauf A. Hatu, “Pemberdayaan dan Pendampingan Sosial dalam Masyarakat”, dalam Inovasi,


(15)

6

pemberdayaan harus ditujukan pada kelompok atau lapisan masyarakat yang tertinggal.5

Pendampingan dalam penguatan ekonomi adalah usaha untuk mengembangkan ekonomi masyarakat melalui aset yang ada. Pendampingan merupakan upaya untuk menyertakan masyarakat dalam mengembangkan berbagai potensi atau aset sehingga mampu mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik. Dimana masyarakat diharapkan untuk berpartisipasi dalam berbagi pengontrolan pembangunan serta ikut memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.6

Selain itu diarahkan untuk memfasilitasi proses pengambilan keputusan antara peneliti bersama masyarakat yang terkait dengan fokus pendampingan, mengembangkan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan melalui kegiatan partisipatif. Kegiatan partisipatif ini bertujuan untuk merubah pola pikir masyarakat untuk lebih mengembangkan aset yang ada.

Pendampingan dilakukan bertujuan untuk penguatan ekonomi para pengrajin kuningan di Bejijong, penguatan ekonomi disini adalah bagaimana para pengrajin menggunakan atau memanfaatkan aset-aset yang ada untuk menunjang perekonomian mereka.

F. Agenda Riset Pendampingan

Agenda riset pendampingan dalam pemanfaatan aset yang terdapat di sekitar tempat wisata oleh pengrajin kuningan di Bejijong Kecamatan

5 Rauf A. Hatu, “Pemberdayaan dan Pendampingan Sosial dalam Masyarakat”, dalam

Inovasi,

Vol. 7 No. 4, (Desember 2010),243.

6


(16)

7

Trowulan Kabupaten Mojokerto melalui pendampingan alternatif dalam , sebagai berikut:

Tabel 01: Jadwal Pendampingan

NO. NAMA KEGIATAN

JADWAL

KET. APRIL

2016

MEI 2016

JUNI 2016

JULI 2016

1. Inkulturasi X x 1,5 bulan

2. Discovery x 1 pertemuan

3. Dream x 1 pertemuan

4. Design x 1 pertemuan

5. Difine x 1 pertemuan

6. Destiny X 3 kali

7. Evaluasi X 1 pertemuan

8. Pelaporan X 1 bulan

Pada agenda tersebut diharapkan seluruh kegiatan pendampingan dalam penguatan ekonomi pengrajin berjalan dengan lancar sesuai dengan apa yang sudah tertulis di tabel tersebut, dan juga keikutsertaan/ partisipasi masyarakat pengrajin dalam kegiatan pendampingan ini. Penjabaran atas tabel jadwal pendampingan penguatan ekonomi keatif ini sebagaimana berikut;

1. Inkulturasi

Proses inkulturasi ini berlangsung selama hampir dua bulan, lebih tepatnya 1 bulan 14 hari mulai dari tanggal 15 April sampai dengan 29


(17)

8

Mei 2016. Banyak sekali hal yang dilakukan mulai dari wawancara, ngopi, dan mengikuti kegiatan masyarakat – menjadi bagian dari mereka hingga mempunyai modal sosial yang cukup untuk melakukan prosespendampingan selanjutnya.

2. Discovery

Discovery ini terjadi pada pada tanggal 1 Juni 2016, proses ini lebih menekankan pada bagaimana proses pemaparan pengungkapan hal –hal yang sudah ada dimasyrakat, berkaitan dan mendukung dengan wisata religi makam mbah sayid serta perekonomian itu terjadi.

3. Dream

Menjabarkan proses pendampingan memimpikan apa yang diinginkan masyrakat dan mengilustrasikannya berbentuk gambar. Proses ini berlangsung pada tanggal 5 Juni 2016.

4. Design

Proses ini berlangsung pada Ahad, 17 Juni 2016. Proses ini merancang apa saja baik hal yang dibutuhkan baik itu keuangan, material, pengetahuan, dan lain sebagainya. Langkah ini merancang dari mimpi yang telah diilustrakan pada minggu sebulumnya.

5. Difine

Proses ini menentukan langkah – langkah selanjutnya setelah dari proses dream dan design. Pada proses ini dilakukan pada 26 Juni 2016, setelah define ini diteruskan lagi pada proses destiny agar proses pendampingan yang dilakukan agar tidak bias.


(18)

9

6. Destiny

Proses ini berlangsung selama 3 minggu pada tanggal 28 sampai 17 Juli 2016, di dalam PAR biasa disebut aksi atas semua yang ditentukan pada

proses difine. Destiny ini sebagai klimaks atas semua proses yang ada pada pendampingan Asset Bassed Community Decelopment.

7. Evaluasi

Proses ini berlangsung selama 1 kali pertemuan pada tanggal 25 Juli 2016, sebagai evaluasi yang telah dilakukan mulai proses ABCD yakni discovery hingga destinity.

8. Pelaporan

Pelaporan ini dilakukan sebagai kewajiban akademis, agar bisa dibaca dan dilihat agar menjadi releksi bersama. Serta sebagai bahan pendampingan penguatan ekonomi kreatif berbasis wisata religi selanjutnya.

G. Sistematika Pembahasan

Dalam sistematika pembahasan yang mengenai pedampingan alternatif untuk penguatan ekonomi masyarakat pengrajin kuningan yaitu BAB I : Berisi tentang latar belakang, fokus penelitian, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, definisi konsep, dan sistematika pembahasan.

BAB II : Berisi tentang kajian teoritik, yang berisi tentang pendampingan penguatan ekonomi


(19)

10

BAB III: Berisi tentang metodologi berbasis Asset Bassed Community

Development (ABCD) lebih mendalam.

BAB IV : Menjelaskan tentang tentang profil Bejijong yang meliputi letak geografi, kondisi demografi, sejarah desa, realitas penrajin kuningan, budaya masyarakat, sosial masyarakat.

BAB V : Berisi tentang dinamika pendampingan yang meliputi Inkulturasi, Trust Building, Discovery, Dream, Design, Define, Destiny.

BAB VI : Refleksi riset pendampingan

BAB VII :Berisi tentang penutup yang terdiri atas kesimpulan dan saran serta rekomendasi


(20)

BAB II

PERSPEKTIF TEORITIS

Teori adalah serangkaian konsep yang memiliki hubungan sistematis untuk menjelaskan suatu fenomena sosial tertentu. Teori merupakan salah satu hal yang paling fundamental yang harus di pahami seorang peneliti ketika ia melakukan penelitian karena dari teori-teori yang ada peneliti dapat menemukan dan merumuskan permasalahan sosial yang diamatinya secara sistematis untuk selanjutnya di kembangkan dalam bentuk hipotesis-hipotesis penelitian.1 Teori dijadikan paradigma pola pikir dalam membedah suatu permasalahan ditengah-tengah masyarakat.

Fenomena yang terjadi biasanya tidak serta merta begitu juga, akan tetapi ada beberapa faktor yang melatar belakangi seperti contoh UMR yang semakin tinggi tiap tahunya akibat unjuk rasa buruh disisi lain pengusaha banyak yang gulung tikar bahkan ada perusahaan besar mempensiunkan dini para karyawan dan pemutusan hubungan kerja secara sepihak. Bila dijabarkan Indonesia itu dititik ekonomi yang tertekan, pengusaha lokal dibebani banyak tanggungan sedangan pengusaha asing yang masuk di Indonesia dipermudah dari berbagai segi serta ada regulasi yang tidak sehat.

1

https://ismayadwiagustina.wordpress.com/2012/11/26/pengertian-teori diakses 3 agustus 2016 pukul 08:04


(21)

12

A. Pendampingan dan Pemberdayaan Masyarakat

Istilah keberdayaan dalam pustaka teori sosial ditersebut power atau

kuasa. Masyaratakat yang berdaya berarti masyarakat yang memiliki power

atau kuasa atas segala hak yang melekat pada dirinya sebagai manusia. Tuhan telah memberikan setiap manusia kekuasaan atas dirinya yang dibekali dengan akal dan nuraninya. Oleh karena itu, jika terdapat manusia yang tidak memiliki kuasa atas haknya sebagai manusia, maka dia telah mengalami ketidakberdayaan.2

Menurut Mardi sebagaimana yang ditulis oleh Karl Marx, pemberdayaan masyarakat adalah proses perjuangan kaum powerless untuk

memperoleh surplus value sebagai hak normatifnya. Perjuangan memperoleh

surplus value dilakukan melalui distribusi penguasaan faktor-faktor produksi.

Dan perjuangan untuk mendistribusikan penguasaan faktor-faktor produksi harus dilakukan melalui perjuangan politik.3

Dengan demikian pendampingan dapat diartikan sebagai suatu interaksi yang terus menerus antara pendamping hingga terjadi proses perubahan kreatif yang di prakarsai oleh anggota kelompok masyarakat.

Pendampingan sosial merupakan suatu strategi yang menentukan keberhasilan program pemberdayaan masyarakat. Sesuai dengan prinsip

2

Afandi Agus dkk, Dasar-dasar Pengembangan Masyarakat Islam, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2013), hlm 136

3

Andi Nu Graha,”Pengembagan Masyarakat Pembangunan melalui Pendampingan Sosial dalam Konsep Pemberdayaan di Bidang Ekonomi” dalam Modernisasi, Vol. 5, No.2, (Juni 2009) Hal. 123


(22)

13

pekerjaan sosial, yakni “ membantu orang agar mampu membantu dirinya sendiri”. Dalam konteks ini, peranan seorang pekerja sosial (pendamping) sering kali diwujudkan dalam kapasitasnya sebagai pendamping, bukan sebagai penyembuh atau pemecah maslah secara langsung.4

Pendampingan sosial menurut Edi Suharto, dapat diartikan sebagai interaksi dinamis antara kelompok miskin dan peneliti untuk bersama-sama menghadapi beragam tantangan seperti, merancang program perbaikan kehidupan, memobilisasi sumberdaya setempat, memecahkan masalah, menciptakan dan membuka akses bagi kebutuhan, menjalin kerjasama dengan berbagai pihak.

Pemberdayaan adalah sebuah Proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individuindividu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat miskin yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata

4

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: Rafika Aditama, 2009), hal. 93


(23)

14

pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.5

Dalam era reformasi terjadi pergeseran paradigma pembangunan dimana peran pemerintah bukan lagi sebagai “provider” (penyedia) tetapi sebagai “enabler” (fasilitator). Peran sebagai enabler berarti tiap usaha pembangunan harus didasarkan pada kekuatan atau kemampuan masyarakat itu sendiri, yang berarti pula tidak terlalu mengharapkan pemberian bantuan dari pemerintah.6 Perubahan paradigma pembangunan dari pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi kearah model pembangunan alternatif yang lebih menekankan pada partisipasi dan pemberdayaan terhadap masyarakat. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan dapat dilanjutkan dan dikembangkan ke seluruh pelosok daerah untuk seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan masyarakat ini pada dasarnya adalah dari, oleh, dan untuk seluruh masyarakat.7

B. Kearifan Lokal

Kearifan lokal merupakan suatu bentuk kearifan lingkungan yang ada dalam kehidupan bermasyarakat di suatu tempat atau daerah. Di bejijong sendiri merupakan daerah dengan suatu kearifan lokal yang berupa kerajinan

5

Rauf A. Hatu, “Pemberdayaan dan Pendampingan Sosial dalam Masyarakat”, dalam Inovasi, Vol. 7 No. 4, (Desember 2010), Hal. 242.

6Andi Nu Graha,”

Pengembagan Masyarakat Pembangunan melalui Pendampingan Sosial dalam

Konsep Pemberdayaan di Bidang Ekonomi” dalam Modernisasi, Vol. 5, No.2, (Juni 2009) Hal. 120

7


(24)

15

kuningan bercorak kerajaaan Majapahit. Maka dari itu kearifan lokal tidaklah sama pada tempat dan waktu yang berbeda atau suku yang berbeda..8

Kearifan lokal adalah warisan masa lalu yang berasal dari leluhur, yang tidak hanya terdapat dalam sastra tradisional (sastra lisan atau sastra tulis) sebagai refleksi masyarakat penuturnya, tetapi terdapat dalam berbagai bidang kehidupan nyata, seperti filosofi dan pandangan hidup, kesehatan, dan arsitektur. Menurut Koenjtoroningrat, bahwa kebudayaan diartikan sebagai wujudnya, yang mencakup keseluruhan dari gagasan, kelakuan, dan hasil kelakuan. Wujud kebudayaa ini dilakukan dengan mengacu pada kerangka konsep unsur-unsur budaya universal yang menghasilkan taksonomi kebudayaan. Sedangkan dalam pandangan Suparlan, kebudayaan adalah pedoman bagi kehidupan masyarakat yang diyakini kebenaranyaoleh masyarakat tersebut.9

Dalam dialektika hidup-mati (sesuatu yang hidup akan mati), tanpa pelestarian dan revitalisasi, kearifan lokal pun suatu saat akan mati. Bisa jadi, nasib kearifan lokal mirip pusaka warisan leluhur, yang setelah sekian generasi akan lapuk dimakan rayap. Sekarang pun tanda pelapukan kearifan lokal makin kuat terbaca. Kearifan lokal acap kali terkalahkan oleh sikap masyarakat yang makin pragmatis, yang akhirnya lebih berpihak pada tekanan

8Suhartini, “Kajian Keari

fan Lokal Masyarakat dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam dan

Lingkungan” dalam Kajian Kearifan lokal, vol. 2 No 3 (Maret 2009), Hal. 206

9Faisal Abdullah, dkk. “fenomena Tradisi Megengan di Tulungagung” dalam Transformasi, Menggali Kearifan Lokal,Vol. 1 No 1 (Juli, 2007), Hal. 123.


(25)

16

dan kebutuhan ekonomi. Sebagai contoh, di salah satu wilayah hutan di Jawa Barat, mitos pengeramatan hutan yang sesungguhnya bertujuan melestarikan hutan/alam telah kehilangan tuahnya sehingga masyarakat sekitar dengan masa bodoh membabat dan mengubahnya menjadi lahan untuk berkebun sayur10. Ungkapan Jawa tradisional mangan ora mangan waton kumpul(„biar tidak makan yang penting berkumpul [dengan keluarga]‟) sekarang pun makin kehilangan maknanya: banyak perempuan di pedesaan yang berbondong-bondong mendaftarkan diri untuk bekerja di mancanegara dengan risiko terpisah dari keluarga daripada hidup menanggung kemiskinan dan kelaparan.11

Kearifan lokal hanya akan abadi kalau kearifan lokal terimplementasikan dalam kehidupan konkret sehari-hari sehingga mampu merespons dan menjawab arus zaman yang telah berubah. Kearifan lokal juga harus terimplementasikan dalam kebijakan negara, misalnya dengan menerapkan kebijakan ekonomi yang berasaskan gotong royong dan kekeluargaan sebagai salah satu wujud kearifan lokal kita. Untuk mencapai itu, perlu implementasi ideologi negara (yakni Pancasila) dalam berbagai kebijakan negara. Dengan demikian, kearifan lokal akan efektif berfungsi sebagai senjata-tidak sekadar

10Ehsan, “Kebudayaan Tradisional”,

Kompas, 23 April 2011

11

http://badanbahasa.kemendikbud.go.id/lamanbahasa/artikel/1366 diakses pada 10 Mei 2016, pukul 10.35 WIB.


(26)

17

pusaka—yang membekali masyarakatnya dalam merespons dan menjawab arus zaman.

C. Dakwah Bil Hal

Fenomena dakwah bil-hâl dipandang sebagai alternatif di tengah

miskinnya solusi komprehensif atas problem keumatan. Dakwah bil-hâl

dipandang memiliki efektifitas dan aksepbilitas yang lebih di masyarakat dibanding dengan dakwah model lain.12

Da‟wah sudah dipahami umat Islam baik dari aspek pengertian

maupun implementasinya, banyak dari kalangan mereka menganggap da‟wah

berperan strategis serta menentukan dalam kerangka pembinaan mental dan spiritual. Dalam Pengembangan masyarakat Islam secara konseptual dapat diartikan sebagai sistem tindakan nyata yang ditawarkan alternatif model pemecahan masalah ummah dalam bidang sosial ekonomi dan lingkungan. Dan secara teknik istilah pengembangan dapat disamakan atau setidaknya diserupakan dengan istilah pemberdayaan, bahkan dua istilah ini dalam batas-batas tertentu bersifat interchangeable atau dapat dipertukarkan.

Mengacu pada konsep itu, jelas berarti pengembangan masyarakat Islam merupakan model empiris dan aksi sosial dalam bentuk pemberdayaan masyarakat yang dititik-tekankan kepada model pemecahan masalah umat sebagai upaya membangkitkan potensi dasar umat Islam, baik dalam bidang

12

Syamsul Hidayat, “Dakwah Kultural dan Pemurnian Ajaran Islam”, dalam Dakwah Islam, Vol. 3, No. 2 (Maret, 2013), hal.125


(27)

18

kehidupan sosial, ekonomi ataupun lingkungan sesuai dengan konsep dan ajaran Islam.13

Dakwah bil-hal merupakan aktivitas dakwah islam yang dilakukan

dengan tindakan nyata atau amal nyata terhadap kebutuhan penerima dakwah sehingga tindakan nyata tersebut sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh penerima dakwah. Misalnya dakwah dengan membangun rumah sakit untuk masyarakat sekitar yang membutuhkan akan adanya rumah sakit. Melaksanakan dakwah bukan hanya di masjid atau pengajian dan lain-lain. Dakwah harus mengalami desentralisasi kegiatan.

Usaha pengembangan masyarakat islam memiliki bidang garapan yang luas. Meliputi pengembangan pendidikan, ekonomi dan sosial masyarakat. Pengebangan pendidikan merupakan bagian penting dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini berarti bahwa pendidikan harus diupayakan untuk menghidupkan bangsa yang maju, efisien, mandiri, terbuka, dan berorientasi masa depan.

Pendidikan sangat penting dalam kehidupan sekarang, karena dewasa ini persaingan semakin keras salah satunya bagi pengrajin kuningan di Bejijong. Pendidikan tidak harus bersifat formal melainkan nonformal seperti pelatian, mencari ide baru, inovasi baru sehingga tidak semata-semata

13Syamsul Hidayat, “

Dakwah Kultural dan Pemurnian Ajaran Islam”, dalam Dakwah Islam, Vol. 3, No. 2 (Maret, 2013), hal 128


(28)

19

monoton hanya satu corak yang dihasilkan melainkan ada beberapa corak yang dapat dihasilkan diluar itu.

Dalam pendidikan akan membentuk pola pikir yang lebih luas dan berkembang, dalam hal ini dapat menghasilkan pemikiran yang kretif dan inovatif untuk menjalankan kehidupan sehari-hari bagi pengrajin di Bejijong.

Apapun yang terjadi pada komunitas ini, itulah kenyataan yang ada. perlu adanya perubahan bagi komunitas untuk merenggut nasib yang lebih baik, dan lebih berdaya.

Dalam Al-Qur‟an allah berfirman dalam surat Ar-Ra‟du ayat 11; 22

Artinya: bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu

mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya

atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah Keadaan sesuatu

kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka

sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum,

Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi

mereka selain Dia.14

Sebagaimana dijelaskan di atas karena Allah telah menetapkan bahwa

Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah

apa yang ada pada diri mereka sendiri”, ayat tersebut berbicara tentang

14


(29)

20

perubahan sosial, bukan perubahan individu. Ini dipahami dengan penggunaan kata qaum atau masyarakat. Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa

perubahan sosial tidak dapat dilakukan oleh seorang manusia saja. Memang, bolehsaja perubahan bermula pada seseorang, yang ketika ia melontarkan dan menyebarluaskan ide-idenya, diterima dan menggelinding dalam masyarakat, disini ia bermula dari pribadi berakhir pada masyarakat.15

D. Hasil Pendampingan Terdahulu

1. Skripsi: Pencarian Peluang Pengembangan Perdagangan sawo Dusun

Bunut Desa Bringin Kec. Badas Kab. Kediri, Pendampingan Berbasis

Asset Pada Masyarakat Pedagang Sawo, oleh Khozinatul Asror.16

Pendampingan ini melihat dari asset yang dimiliki oleh masyarakat Dusun Bunut yang menjadi ciri khas sebagai Dusun penghasil buah sawo yang menjadi dagangan oleh masyarakat Dusun Bunut. Pendampingan ini menitikberatkan pada penguatan akan profesi yang menjadi pekerjaannya selama ini, karena sedikit banyak masyarakat Dusun Bunut meninggalkan pekerjaan ini. Disamping itu pohon-pohon sawo sudah mulai berkurang dari masa ke masa. Pendampingan ini menjelaskan apa saja yang menjadi factor pendukung dan penghambat yang dialami oleh pedagang sawo di Dusun Bunut.

15

M. Shihab Quraish, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal. 568

16

Khozinatul Asror, Pencarian Peluang Pengembangan Perdagangan sawo Dusun Bunut Desa Bringin Kecamatam Badas Kabupaten Kediri, Pendampingan Berbasis Asset Pada Masyarakat Pedagang Sawo, (Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2014).


(30)

21

Dalam melakukan pendampingan, Khozinatul Asror menggunakan metode Asset Bassed Community Development (ABCD) yang disertai

analisis jelas, dimana mengungkapkan secara terperinci wilayah dan juga kondisi masyarakat Dusun Bunut yang kaitannya dengan pedagang sawo yang menjadi ciri khas yang ditengarai lapak-lapak untuk menjual sawo sebagai komoditas utama desa Bringin. Penekanan asset berupa pohon sawo untuk meningkatkan ekonomi masyarakat, dimana untuk mendapatkan hasil buah sawo yang siap jual membutuhkan beberapa tenaga kerja mulai dari pengambil buah sawo dari pohonnya, pencuci buah sawo, bahkan pengepul yang siap menjualkan buah sawo ke luar kota. Sedangkan untuk pedagang ada yang menjual dari hasil kebun sendiri atau membeli dari pemiliki pohon sawo.

Dalam proses pendampingan dibutuhkan Local Leader untuk

membantu lancarnya proses pendampingan yang hendak dilakukan. Karena sebenarnya ciri khas pedagang sawo di Dusun Bunut bukan di Desa Bringinnya. Untuk melestarikan ciri khas tersebut diperlukan Local

Leader untuk meneruskan proses pendampingan sampai pada tingkat

keberhasilan dan kemandirian.

Persamaan dari hasil penelitian terdahulu dengan skripsi ini adalah keduanya menggunakan metode ABCD, yang mana metode tersebut fokus pada pengembangan aset terhadap suatu wilayah unutk dikembangkan. Fokus penelitian terdahulu tersebut mengacu pada aset alam yaitu


(31)

22

pemanfaatan pohon sawo yang terdapat di Dusun Bunut untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, sedangkan penelitian terdahulu tersebut dalam dampinganya membutuhkan Local Leader untuk

membantu lancarnya proses pendampingan.

Sedangkan skripsi yang sedang dilakukan peneliti ini labih ke pengorganisasian untuk mengembangkan aset-aset yang ada. Diantara aset-aset tersebut yaitu aset skill individu dan aset fisik yang dimiliki oleh


(32)

BAB III

METODE RISET PENDAMPINGAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendampingan

Asset Based Communities Development (ABCD) adalah suatu konsep pengembangan masyarakat yang didasarkan pada aset lokal yang terdapat disuatu wilayah. Aset tersebut dikembangkan sehingga dapat memecahkan masalah-masalah yang terdapat di wilayah tersebut. Dalam metode ABCD memiliki lima langkah kunci untuk melakukan proses riset pendampingan, diantaranya:

1. Discover (Menemukan)

Proses menemukan kembali kesuksesan yang pernah dialami atau terjadi pada para pengrajin sekitar tahun 1970-1980 an.

Dalam langkah Discover ini pendamping melakukan wawancara

pada sesepuh pengrajin kuningan seperti H. Toyib, Munawir, Sholikhin, dan Soleh untuk lebih mengetahui sejarah singkat tentang keyajaan yang pernah dialaminya, dan juga diharapkan dapat membangun kesadaran dan keterbukaan pemikiran bagi para pengrajin di generasi saat ini dalam pemanfaatan potensi yang ada di sekitar.

2. Dream (impian)

Dengan cara kreatif dan inovatif untuk melihat masa depan yang bisa saja di wujudkan melalui ide-ide kreatif dalam penguatan ekonomi rakyat. Dalam hal ini setiap pengrajin mengeksplorasi


(33)

24

harapan dan impian untuk kemajuan dan kesejahteraan baik untuk pengrajin maupun masyarakat.

3. Design (Merancang)

Proses dimana seluruh para pengrajin kuningan terlibat dalam proses belajar tentang kekuatan atau aset yang dimiliki agar bisa mulai memanfaatkannya dalam cara yang kontruktif, inklusif, dan kolaboratif untuk mencapai aspirasi dan tujuan seperti yang sudah ditetapkan sendiri.

Proses merencanakan ini merupakan proses cara mengetahui aset – aset yang ada pada pengrajin kuningan. Aset yang terdapat di desa Bejijong adalah sebagai pusat pengrajin kuningan dan masuk dalam zona wisata di Trowulan

4. Define (Menentukan)

Dengan semua pengrajin kuningan menentukan pilihan topik yang akan di ambil dalam langkah untuk membangun penguatan ekonomi bagi para pengrajin.

Dalam penentuan tema dengan para pengrajin kuningan di desa Bejijong melalui FGD. Pada proses FGD untuk menentukan fokus pendampingan. Fokus dalam pendampingan ini membahas atau menentukan hal-hal positif dalam penguatan ekonomi para pengrajin kuningan.


(34)

25

5. Destiny (Lakukan)

Serangkaian tindakan inspiratif yang mendukung proses belajar

terus menerus dan inovasi tentang “apa yang akan terjadi.” Hal ini

merupakan fase akhir yang secara khusus fokus pada cara-cara personal dan organisasi untuk melangkah maju.

B. Subyek Pembangunan

Dalam suatu pembangunan seharusnya menjadikan masyarakat itu sebagai subek pembangunan untuk mereka sendiri, sebagai mana halnya pemberdayaan masyarakat sebagai proses pembangunan dimana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri.

Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila warganya ikut berpartisipasi. Suatu usaha hanya berhasil dinilai sebagai pemberdayaan masyarakat apabila kelompok komunitas atau masyarakat tersebut menjadi agen pembangunan atau dikenal sebagai subyek.

C. Prinsip – Prinsip Pendampingan

1. Setengah Terisi lebih Berarti (Half Full Half Empty)

Salah satu modal utama dalam program pengabdian masyarakat pengrajin berbasis aset adalah merubah cara pandang komunitas terhadap dirinya. Tidak hanya terpaku pada kekurangan dan masalah yang dimiliki. Tetapi


(35)

26

memberikan perhatian kepada apa yang dipunyai dan apa yang dapat dilakukan.1

2. Semua Punya Potensi (Nobody Has Nothing)

Dalam konteks ABCD, prinsip ini dikenal dengan istilah “Nobody has

nothing”. Setiap manusia terlahir dengan kelebihan masing-masing.

Tidak ada yang tidak memiliki potensi, walau hanya sekedar kemampuan untuk tersenyum dan memasak air. Semua berpotensi dan semua bisa berkontribusi.

Dengan demikian, tidak ada alasan bagi setiap masyarakat Pengrajin untuk tidak berkontribusi nyata terhadap perubahan lebih baik. Bahkan, keterbatasan fisikpun tidak menjadi alasan untuk tidak berkontribusi. Ada banyak kisah dan inspirasi orang-orang sukses yang justru berhasil membalikkan keterbatasan dirinya menjadi sebuah berkah, sebuah kekuatan. 2

3. Partisipasi (Participation)

Partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Banyak ahli memberikan pengertian mengenai konsep partisipasi.3 Partisipasi berarti peran serta seseorang atau kelompok masyarakat Pengrajin dalam proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan

11

Christopher Dureau, Pembaru dan kekuatan lokal untuk pembangunan, Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II, (Agustus 2013), hal 58.

2

Christopher Dureau, Pembaru dan kekuatan lokal untuk pembangunan, Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II, (Agustus 2013), hal 59.

3


(36)

27

maupun dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal dan atau materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil -hasil pembangunan.4

Pengertian tentang partisipasi dapat juga berarti bahwa pembuat keputusan menyarankan kelompok atau masyarakat Pengrajin ikut terlibat dalam bentuk penyampaian saran dan pendapat, barang, keterampilan, bahan dan jasa. Partisipasi dapat juga berarti bahwa kelompok mengenal masalah mereka sendiri, mengkaji pilihan mereka, membuat keputusan, dan memecahkan masalahnya. Pada dasarnya masyarakat tahu betul apa yang menjadi kebutuhanya, hanya saja karena berbegai keterbatasan, dalam hal-hal tertentu masih perlu membedakan antara kebutuhan yang dinyatakan, kebutuhan yang dirasakan, dan kebutuhan nyata.5

4. Kemitraan (Partnership)

Partnership merupakan salah satu prinsip utama dalam pendekatan pengembangan masyarakat berbasis aset (Asset Based Community

Development). Partnership merupakan modal utama yang sangat

dibutuhkan dalam memaksimalkan posisi dan peran masyarakat Pengrajin dalam pembangunan yang dilakukan. Hal itu dimaksudkan sebagai bentuk pembangunan dimana yang menjadi motor dan penggerak utamanya adalah masyarakat itu sendiri (community driven development).

Karena pembangunan yang dilakukan dalam berbagai varinnya

4

Ibid hal. 22 5


(37)

28

seharusnya masyarakatlah yang harus menjadi penggerak dan pelaku utamanya. Sehingga diharapkan akan terjadi proses pembangunan yang maksimal, berdampak empowerment secara masif dan terstruktur. Hal itu terjadi karena dalam diri masyarakat telah terbentuk rasa memiliki (sense

of belonging) terhadap pembangunan yang terjadi di sekitarnya.6

5. Penyimpangan Positif (Positive Deviance)

Positive Deviance atau(PD) secara harfiah berarti penyimpangan positif.

Secara terminologi positive deviance (PD) adalah sebuah pendekatan

terhadap perubahan perilaku individu dan sosial yang didasarkan pada realitas bahwa dalam setiap masyarakat Pengrajin kuningan terdapat banyak skill meskipun bisa jadi tidak banyak terdapat orang-orang yang

mempraktekkan strategi atau perilaku sukses yang tidak umum, yang memungkinkan mereka untuk mencari solusi yang lebih baik atas masalah yang dihadapi daripada rekan-rekan mereka itu sendiri.7 Praktek tersebut bisa jadi, seringkali atau bahkan sama sekali keluar dari praktek yang pada umum dilakukan oleh Masyarakat Pengrajin. Realitas tersebut mengisyaratkan bahwa sering kali terjadi pengecualian - pengecualian dalam kehidupan masyarakat Pengrajin dimana seseorang atau beberapa orang mempraktekkan perilaku dan strategi berbeda dari kebanyakan masyarakat pada umumnya. Strategi dan perilaku tersebut yang membawa kepada keberhasilan dan kesuksesan yang lebih dari yang lainnya. Realitas ini juga mengisyaratkan bahwa pada dasarnya

6

Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009). hal. 20.

7

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: Refika Aditama, 2010), hal. 25.


(38)

29

masyarakat (anggota Masyarakat Pengrajin) memiliki aset atau sumber daya mereka sendiri untuk melakukan perubahan-perubahan yang diharapkan.

Positive deviance merupakan modal utama dalam pengembangan

Masyarakat Pengrajin dalam revitalisasi Pengrajin yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan berbasis aset-kekuatan. Positive

deviance menjadi energi alternatif yang vital bagi proses pengembangan

dan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan. Energi itu senantiasa dibutuhkan dalam konteks lokalitas masing-masing komunitas.8

6. Berawal Dari Masyarakat (Endogenous)

Endogenous dalam konteks pembangunan memiliki beberapa konsep inti

yang menjadi prinsip dalam pendekatan pengembangan dan pemberdayaan komunitas masyarakat Pengrajin berbasis asset -kekuatan.9 Beberapa konsep inti tersebut adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kendali lokal atas proses pembangunan.

b. Mempertimbangkan nilai budaya secara sungguh-sungguh. c. Mengapresiasi cara pandang.

d. Menemukan keseimbangan antara sumber daya lokal dan eksternal. Beberapa aspek diatas merupakan kekuatan pokok yang sangat penting

dalam pembangunan masyarakat. Sehingga dalam aplikasinya, konsep

“pembangunan endogen” kemudian mengakuinya sebagai aset-kekuatan

8

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: Refika Aditama, 2010), hal. 25.

9

Sunyoto Usman, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 28.


(39)

30

utama yang bisa dimobilisasi untuk digunakan sebagai modal utama dalam pengembangan Masyarakat Pengrajin. Aset wisata religi dan kebudayaan kekuatan tersebut bisa jadi sebelumnya terabaikan atau bahkan seringkali dianggap sebagai penghalang dalam pembangunan. Aset-aset tersebut terintrodusir dalam kelompok aset spiritual dan budaya, sistem kepercayaan, cerita, dan tradisi yang datang dari adat istiadat masyarakat Pengrajin dan sangat memengaruhi kehidupan sehari-hari komunitas. Pembangunan Endogen mengubah aset-aset tersebut menjadi aset penting yang bisa dimobilisasi untuk pembangunan sosial dan ekonomi kerakyatan. Meteode ini menekankan dan menjadikan aset-aset tersebut sebagai salah satu pilar pembangunan. Sehingga dalam kerangka pembangunan endogen, aset-aset tersebut kemudian menjadi bagian dari prinsip pokok dalam pendekatan ABCD yang tidak boleh dinegasikan sedikitpun. 10

7. Menuju Sumber Energi (Heliotropic)

Energi dalam pengembangan bisa beragam. Diantaranya adalah mimpi besar yang dimiliki oleh komunitas, proses pengembangan yang apresiatif, atau bisa juga keberpihakan anggota komunitas yang penuh totalitas dalam pelaksanaan program. sumber energi ini layaknya keberadaan matahari bagi tumbuhan.11 Terkadang bersinar dengan

10

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: Refika Aditama, 2010), hal. 28.

11

Christopher Dureau, Pembaru dan kekuatan lokal untuk pembangunan, Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II, (agustus 2013), hal. 29.


(40)

31

terang, mendung, atau bahkan tidak bersinar sama sekali. Sehingga energi dalam komunitas ini harus tetap terjaga dan dikembangkan.

Warga Pengrajin juga seharusnya mengenali peluang-peluang sumber energy lain yang mampu memberikan penyegaran kekuatan baru dalam proses pengembangan. Sehingga tugas komunitas tidak hanya menjalankan program saja, melainkan secara bersamaan memastikan sumber energy dalam kelompok mereka tetap terjaga dan berkembang. 12 D. Teknik – Teknik Pendampingan

Metode dan alat menemukenali dan memobilisasi aset untuk pemberdayaan masyarakat melalui Asset Based Community Development

(ABCD), antara lain:

1. Penemuan Apresiatif (Appreciative Inquiry)

Appreciative Inquiry (AI) adalah cara yang positif untuk

melakukan perubahan di Pengrajin berdasarkan asumsi yang sederhana yaitu bahwa setiap organisasi memiliki sesuatu yang dapat bekerja dengan baik, sesuatu yang menjadikan organisasi hidup, efektif dan berhasil, serta menghubungkan organisasi tersebut dengan komunitas dan stakeholdernya dengan cara yang sehat.13

AI dimulai dengan mengidentifikasi hal-hal positif dan

menghubungkannya dengan cara yang dapat memperkuat energi dan

12

Ibid, hal 29.

13

Christopher Dureau, Pembaru dan kekuatan lokal untuk pembangunan, Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II, (agustus 2013), hal. 31.


(41)

32

visi untuk melakukan perubahan untuk mewujudkan masa depan organisasi yang lebih baik.

AI melihat isu dan tantangan organisasi dengan cara yang berbeda. Berdeda dengan pendekatan yang fokus pada masalah, AI mendorong anggota organisasi untuk fokus pada hal-hal positif yang terdapat dan bekerja dengan baik dalam organisasi. AI tidak menganalisis akar masalah dan solusi tetapi lebih konsen pada bagaimana memperbanyak hal-hal positif dalam organisasi.

Proses AI terdiri dari 5 tahap yaitu Discovery, Dream, Defign,

Design dan Destiny atau sering disebut Model atau Siklus 5-D. AI ini

diwujudkan dengan adanya Forum Group Discussion (FGD) yang

dilakukan pada jenjangnya masing – masing. 2. Pemetaan Komunitas (community mapping)

Pendekatan atau cara untuk memperluas akses ke pengetahuan lokal. Community map merupakan visualisasi pengetahuan dan persepsi berbasis masyarakat mendorong pertukaran informasi dan menyetarakan kesempatan bagi semua anggota masyarakat Pengrajin untuk berpartisipasi dalam proses yang mempengaruhi lingkungan dan kehidupan mereka.14

Daftar lengkap aset di Pengrajin yang bisa dipetakan adalah: a. Aset personal atau masyarakat Pengrajin

b. Asosiasi atau aset social Pengrajin

14

Christopher Dureau, Pembaru dan kekuatan lokal untuk pembangunan, Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II, (agustus 2013), hal. 36.


(42)

33

c. Institusi d. Aset Alam e. Aset Fisik f. Aset Keuangan

g. Aset Spiritual dan Kultural 3. Penelusuran Wilayah (transect)

Transect adalah garis imajiner sepanjang area Makam Mbah

Sayid untuk menangkap keragaman sebanyak mungkin. Dengan berjalan sepanjang garis itu dan mendokumentasikan hasil pengamatan, penilaian terhadap berbagai aset dan peluang dapat dilakukan. Misalnya, dengan berjalan dari atas bukit ke lembah sungai dan di sisi lain, maka akan mungkin untuk melihat berbagai macam vegetasi alami, penggunaan lahan, jenis tanah, tanaman, kepemilikan lahan, dan lain sebagainya.15

4. Pemetaan Asosiasi dan Institusi

Asosiasi merupakan proses interaksi yang mendasari terbentuknya lembaga-lembaga sosial di Pengrajin yang terbentuk karena memenuhi faktor-faktor sebagai berikut : (1) kesadaran akan kondisi yang sama, (2) adanya relasi sosial, dan (3) orientasi pada tujuan yang telah ditentukan.16

1515

Sunyoto Usman, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 38.

16


(43)

34

5. Pemetaan Aset Individu (Individual Inventory Skill)

Metode / alat yang dapat digunakan untuk melakukan pemetaan individual asset antara lain kuisioner, interview dan focus group

discussion.17 Manfaat dari Pemetaan Individual Aset antara lain:

a. Membantu membangun landasan untuk memberdayakan masyarakat pengrajin dan untuk saling ketergantungan dalam masyarakat,

b. Membantu membangun hubungan dengan masyarakat Pengrajin, dan

c. Membantu para Pengrajin mengidentifikasi keterampilan dan bakat.

6. Sirkulasi Keuangan (Leaky Bucket)

Perputaran ekonomi yang berupa kas, barang dan jasa merupakan hal yang tidak terpisahkan dari warga Pengrajin atau komunitas dalam kehidupan mereka sehari-hari. Seberapa jauh tingkat dinaminitas dalam pengembangan ekonomi lokal mereka dapat dilihat, seberapa banyak kekuatan ekonomi yang masuk dan keluar. Untuk mengenali, mengembangkan dan memobilisir asset-asset tersebut dalam ekonomi komunitas atau warga lokal diperlukan sebuah analisa dan pemahaman yang cermat. Salah satu pendekatan

17


(44)

35

yang digunakan dalam pendekatan ABCD (Asset Based Community Development) adalah melaluil Leacky Bucket. 18

Leaky bucket atau biasa dikenal dengan wadah bocor atau ember

bocor merupakan salah satu cara untuk mempermudah masyarakat Pengrajin, komunitas atas warga dalam mengenali, mengidentifikasi dan menganalisa berbagai bentuk aktivitas atau perputaran keluar dan masuknya ekonomi lokal komunitas/warga Pengrajin. Lebih singkatnya, leaky bucket adalah alat yang berguna untuk

mempermudah warga Pengrajin atau komunitas untuk mengenal berbagai perputaran asset ekonomi lokal yang mereka miliki. Hasilnya bisa dijadikan untuk meningkatkan kekuatan secara kolektif dan membangunnya secara bersama.

7. Skala Prioritas (Low hanging fruit)

Setelah masyarakat Pengrajin mengetahui potensi, kekuatan dan peluang yang mereka miliki dengan melaui menemukan informasi dengan santun, pemetaan aset, penelusuran wilayah, pemetaan kelompok/ institusi dan mereka sudah membangun mimpi yang indah maka langkah berikutnya, adalah bagaimana mereka bisa melakukan semua mimpi-mimpi diatas, karena keterbatasan ruang dan waktu maka tidak mungkin semua mimpi mereka diwujudkan. Skala prioritas adalah salah satu cara atau tindakan yang cukup mudah untuk diambil dan dilakukan untuk menetukan manakah salah satu

18

Christopher Dureau, Pembaru dan kekuatan lokal untuk pembangunan, Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II, (agustus 2013), hal. 44.


(45)

36

mimpi mereka bisa direalisasikan dengan menggunakan potensi masyarakat Pengrajin itu sendiri tanpa ada bantuan dari pihak luar.19

E.Langkah – Langkah Pendampingan

1.Tahap pertama: Mempelajari dan Mengatur Skenario

Dalam Appreciative Inquiry (AI) terkadang disebut „Define’. Dalam AssetBased Community Development (ABCD), terkadang digunakan frasa

“Pengamatan dengan Tujuan/Purposeful Reconnaissance’. Pada dasarnya terdiri dari dua elemen kunci – memanfaatkan waktu untuk mengenal orang-orang dan tempat di mana perubahan akan dilakukan, dan menentukan fokus program. 20 Ada empat langkah terpenting di tahap ini, yakni menentukan:

a. Tempat b. Orang

c. Fokus Program

d. Informasi tentang Latar Belakang

2. Tahap kedua: Menemukan Kesuksesan Masa Lampau

Kebanyakan pendekatan berbasis aset dimulai dengan beberapa cara untuk mengungkap (discovering) hal – hal yang memungkinkan sukses dan kelentingan di komunitas sampai pada kondisi sekarang ini. 21 Kenyataan bahwa warga Pengrajin masih berfungsi sampai saat ini membuktikan

19

Christopher Dureau, Pembaru dan kekuatan lokal untuk pembangunan, Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II, (agustus 2013),, hal. 47.

20

Ibid, hal. 123.

21

Christopher Dureau, Pembaru dan kekuatan lokal untuk pembangunan, Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II, (agustus 2013), hal 131.


(46)

37

bahwa ada sesuatu dalam masyarakat yang harus dirayakan. Tahap ini terdiri dari:

a. Mengungkap (discover) sukses – apa sumber hidup dalam komunitas. Apa yang memberi kemampuan untuk tiba di titik ini dalam rangkaian perjalanannya. Siapa yang melakukan lebih baik.

b. Menelaah sukses dan kekuatan – elemen dan sifat khusus apa yang muncul dari telaah cerita – cerita yang disampaikan oleh komunitas. 3. Tahap ketiga: Memimpikan Masa Depan

Memimpikan masa depan atau proses pengembangan visi (visioning) adalah kekuatan positif luar biasa dalam mendorong perubahan. Tahap ini mendorong komunitas menggunakan imajinasinya untuk membuat gambaran positif tentang masa depan mereka. Proses ini menambahkan energy dalam mencari tahu “apa yang mungkin.” 22

4. Tahap keempat: Memetakan Aset

Tujuan pemetaan aset adalah agar komunitas belajar kekuatan yang sudah mereka miliki sebagai bagian dari kelompok. Apa yang bisa dilakukan dengan baik sekarang dan siapa di antara mereka yang memiliki keterampilan atau sumber daya. Mereka ini kemudian dapat diundang untuk berbagi kekuatan demi kebaikan seluruh kelompok atau komunitas. 23 5. Tahap kelima: Menghubungkan dan Menggerakkan Aset/Perencanaan Aksi

22

Ibid hal. 138.

23

Christopher Dureau, Pembaru dan kekuatan lokal untuk pembangunan, Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II, (agustus 2013). hal. 145.


(47)

38

Tujuan penggolongan dan mobilisasi aset adalah untuk langsung membentuk jalan menuju pencapaian visi atau gambaran masa depan. Hasil dari tahapan ini harusnya adalah suatu rencana kerja yang didasarkan pada apa yang bisa langsung dilakukan diawal, dan bukan apa yang bisa dilakukan oleh lembaga dari luar. Walaupun lembaga dari luar dan potensi dukungannya, termasuk anggaran pemerintah adalah juga aset yang tersedia untuk dimobilisasi, maksud kunci dari tahapan ini adalah untuk membuat seluruh Pengrajin menyadari bahwa mereka bisa mulai memimpin proses pembangunan lewat kontrol atas potensi aset yang tersedia.24

6. Tahap keenam: Pemantauan, Pembelajaran dan Evaluasi

Pendekatan berbasis aset juga membutuhkan studi data dasar (baseline),

monitoring perkembangan dan kinerja outcome. Tetapi bila suatu program

perubahan menggunakan pendekatan berbasis aset, maka yang dicari bukanlah bagaimana setengah gelas yang kosong akan diisi, tetapi bagaimana setengah gelas yang penuh dimobilisasi. Pendekatan berbasis aset bertanya tentang seberapa besar anggota organisasi atau masyarakat Pengrajin mampu menemukenali dan memobilisasi secara produktif aset mereka mendekati tujuan bersama.

Empat pertanyaan kunci Monitoring dan Evaluasi dalam pendekatan berbasis aset adalah:

24


(48)

39

a. Apakah komunitas sudah bisa menghargai dan menggunakan pola pemberian hidup dari sukses mereka di masa lampau?

b. Apakah komunitas sudah bisa menemukenali dan secara efektif memobilisasi aset sendiri yang ada dan yang potensial (keterampilan, kemampuan, sistem operasi dan sumber daya?)

c. Apakah komunitas sudah mampu mengartikulasi dan bekerja menuju pada masa depan yang diinginkan atau gambaran suksesnya?

d. Apakah kejelasan visi komunitas dan penggunaan aset dengan tujuan yang pasti telah mampu mempengaruhi penggunaan sumber daya luar (pemerintah) secara tepat dan memadai untuk mencapai tujuan bersama?

F. Strategi Pendampingan

Didalam pendampingan penguatan ekonomi berbasis wistata dan budaya ialah merupakan tempat yang belum pernah tersentuh dampingan, berikut adalah strategi pendampingan sebagaimana berikut:

1. Pendekatan Partisipatif

Pendekatan partisipatif bertujuan melibatkan penerima manfaat dalam pengumpulan data awal serta dalam perancangan kegiatan yang sesuai.25 Pendekatan partisipatif berkembang dari riset aksi dan proses refleksi aksi yang terkenal pada tahun 1970-an. Pada pertengahan tahun 1990-an pendekatan partisipatif diterapkan secara luas di berbagai proyek yang berhubungan dengan komunitas. Namun pada saat yang sama beberapa

25

Christopher Dureau, Pembaru dan kekuatan lokal untuk pembangunan, Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II, (agustus 2013), hal.35


(49)

40

kritikus menyatakan bahwa alat bantu untuk memastikan partisipasi menjadi lebih penting ketimbang tujuan awalnya. Alat bantu proses partisipatif menjadi tujuan akhir dan bukan sarana bagi komunitas untuk mengendalikan proses.Warga tetap menjadi obyek proses pengumpulan informasi bukan subyek proses pembangunan seperti yang diharapkan. Kritikus pendekatan ini berargumentasi bahwa alat bantu yang digunakan masih membebani komunitas, dan kekuasaan tetap di tangan donor atau organisasi perantara.

Pada saat yang sama, serangkaian pendekatan yang berpotensi untuk mengembalikan kekuasaan kembali ke tangan warga mulai berkembang. Pendekatan-pendekatan ini bagian dari „keluarga’ pendekatan berbasis aset. Kebanyakan dari pendekatan berbasis aset berkembang dari harapan yang sama, yaitu meningkatkan peluang terwujudnya pembangunan yang dipimpin oleh Pengrajin. Alat bantu yang digunakan untuk meningkatkan partisipasi masih relevan dalam pendekatan berbasis aset ini. Namun, pemilihan alat ditentukan oleh apa yang paling bisa memberdayakan komunitas untuk mengelola aset mereka sendiri. Alat bantu partisipatif digunakan untuk membantu komunitas menemukan apa yang bisa mereka bawa ke dalam proses pembangunan. 26

26

Christopher Dureau, Pembaru dan kekuatan lokal untuk pembangunan, Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II, (agustus 2013), hal.35.


(50)

41

2. Psikologi Positif

Para psikolog merujuk psikologi positif sebagai sebuah cara di mana manusia dan organisasi didorong untuk menghasilkan energi dan antusiasme yang lebih besar demi mewujudkan perubahan yang diinginkan.27 Psikologi positif lahir dari beberapa eksperimen terkenal seperti Placebo Effect dan Pygmalion Effect untuk menguji bagaimana

manusia bereaksi terhadap umpan balik positif dan negatif.28 Beberapa eksperimen sosial tersebut mendemonstrasikan bagaimana seseorang secara utuh bisa mengubah pola perilaku untuk memenuhi harapannya. Jika sebuah kelompok memiliki harapan pribadi yang kuat tentang kesuksesan, maka pola perilaku kelompok tersebut kemungkinan besar akan merefleksikan harapan tersebut. Sebaliknya, jika gambaran yang dominan adalah tentang kegagalan, maka perilaku kelompok juga akan mendukung gambaran tersebut.

Visualisasi positif dan membayangkan visi sukses juga banyak diterapkan dalam psikologi olah raga serta penciptaan lingkungan belajar yang mendukung dengan focus pada apa yang membangun rasa percaya diri dan gambaran kuat sebagai seorang pemenang.

Saat ini, ada banyak promotor psikologi positif untuk dibidang psikologi sosial dan pendidikan, seperti Marty Seligman dan Barbara Fredrickson.29 Hasil riset mereka membuktikan pentingnya memberikan perhatian yang sama untuk membimbing bakat serta mendorong sikap dan

27

, Solichun Abdul Wahab, Pengantar Kebijakan Publik, (Malang: UMM Press, 2013), hal. 38.

28 Ibid.

29


(51)

42

kapasitas yang lebih memungkinkan membawa seseorang menuju peningkatan kualitas hidup dan kebahagiaan. Menurut temuan mereka, orang yang cenderung mengadopsi pendekatan positif dan pengembangan kompetensi diri dalam kehidupannya lebih mungkin mencapai tujuan hidupnya.

3. Modal Sosial

Modal sosial mengacu kepada hasil atau modal yang didapatkan oleh masyarakat ketika dua atau lebih warganya bekerja untuk kebaikan bersama – membantu warga lain di Pengrajin tanpa tujuan mencari keuntungan. Modal sosial dalam konteks ini mengacu pada aset yang didapat oleh sebuah komunitas ketika beberapa orang membentuk asosiasi atau kelompok untuk keswadayaan atau untuk kebaikan bersama. Modal sosial merupakan bagian penting dari pendekatan Penghidupan Berkelanjutan. Namun demikian peran pentingnya sebagai aset pembangunan teridentifikasi lebih jelas pada pendekatan berbasis aset yang lebih baru. 30

Modal sosial sebagai kumpulan:

a. Keyakinan (rasa saling percaya) antar - anggota sebuah masyarakat atau komunitas di Pengrajin,

b. Kelompok-kelompok di dalam komunitas,

c. Norma sosial yang diterapkan kelompok-kelompok tersebut

30

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: Refika Aditama, 2010), hal. 45.


(52)

43

d. Jejaring sosial atau relasi antar kelompok dan individu dalam kelompok, dan

e. Organisasi atau kelompok lebih formal yang bekerja untuk kebaikan bersama masyarakat Pengrajin lebih luas, tidak hanya untuk anggotanya.


(53)

BAB IV

ASET TEMPAT PENDAMPINGAN

A. Letak Geografis

Desa Bejijong merupakan daerah termasuk wilayah kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto. Luas wilayah daratan desa ini kurang lebih 195 Ha, secara adminstratif terbagi dalam 2 desa yaitu :

 Desa Bejijong : kurang lebih 116.848 Ha

 Desa Kedungwulan : kurang lebih 78.336 Ha1

Dengan batas wilayah administrasi sebelah Selatan dengan Desa Trowulan sebelah utara perbatasan langsung dengan Desa Kejagan sebelah timur dengan Trowulan sebelah barat dengan Kecamatan Mojoagung – Jombang, Desa Bejijong adalah suatu desa yang paling barat dan desa yang paling dekat dengan kantor Kecamatan Trowulan ± 0 Km,

Gambar 4.01: Peta Udara Desa Bejijong2

1


(54)

45

Letaknya berbatasan dengan Kecamatan wilayah Kabupaten Jombang meskipun tidak perbatasan langsung dengan Desa Sentonorejo yang merupakan daerah terdapat sebuah makam islam yang terkenal (makam Troloyo) Bejijong masih termasuk dalam kawasan wisata Trowulan yang artinya dari masing-masing wilayah jarak yang satu dengan yang lain tidalah berjauhan.

Desa Bejijong yang dilintasi oleh Jalan Raya by pass

Surabaya-Solo sebelah selatan yang perbatasan langsung dengan Desa Trowulan yang mana Trowulan sendiri sebagai Kecamatan Trowulan. jika dihitung jarak antara Desa Bejijong dengan ibukota kabupaten kurang lebih 9 kilometer dengan waktu tempuh kurang lebih 20 menit. kemudian jarak Desa Bejijong dengan ibukota Provinsi bila dihitung kurang lebih 54 kilometer dengan waktu tempuh kurang lebih 1.45 jam

Desa Bejijong merupakan daerah yang strategis dengan lingkungan yang menjadi sentra wisata di Trowulan. Di Desa ini ada dua tempat wisata yang sering di kunjungi oleh para wisatawan lokal mapun mancanegara yaitu tempat peribadatan umat Budha yang terdapat sebuah patung Budha tidur (Sleeping Budha) yang ukurannya relatif besar

sehingga membuat daya tarik tersendiri oleh wisatawan. serta candi Brahu yang merupakan situs peninggalan kerajaan Majapahit. Akses ke daerah ini sangat muda karena memang infastruktur desa sudah baik.

2


(55)

46

B. Sejarah (Legenda) Desa

Sekitar abad ke-13 Raja Majapahit pertama Raden Wijaya berdasarkan prasasti lemah tulis yang kini ada di Negeri Belanda. Meletakkan dasar/suku canda lemah tulis merupakan Candi yang pertama

kali dikerjakan mojopahit.

Sekarang orang menyebut tempat itu lemah dhuwur atau Siti Inggil. Orang/masyarakat lemah tulis yang pertama kali membabat wilayah ini memberi nama Kedung Wulan. Kedung mempunyai arti telaga yang luas penuh air hujan, sedang Wulan artinya sasi/bulan. Kedung Wulan berarti pada suatu daerah ini penuh digenangi air hujan.

Masyarakat lemah tulis menyebut wilayah sebelahnya adalah Bejijong. Beji artinya telaga yang luas sedang Jong artinya tempat penampungan air, jadi Bejijong artinya suatu telaga yang luas tempat menampung air. Pada zaman itu sudah banyak bangsa Tionghoa yang datang ke Mojopahit, orang ini menyebut untung rugi. Beji dimaksudkan untung sedang Jong maksudnya rugi. Menurut orang Tionghoa wilayah Bejijong ini nasib masyarakatnya pada suatu saat pertaniannya menguntungkan dan suatu saat bisa rugi karena tergenang oleh air hujan. Wilayah Kedungwulan dan Bejijong sempat kurang lebih Tahun 1905 masih berdiri sendiri, maksudnya sebab kurang lebih Tahun 1912 wilayah Kedungwulan di bawah pimpinan Lurah Trunajaya, sedangkan wilayah Bejijong di bawah Pimpinan Lurah Bungkul. Tahun 1912 – 1925 wilayah Kedungwulan di bawah pimpinan Lurah Niti Truna, sedangkan wilayah


(56)

47

Bejijong di bawah Pimpinan Lurah Singo Karso. Tahun 1925 – 1935 wilayah Kedungwulan dan Bejijong karena berdekatan (blengket/jawa) dijadikan satu desa ini diberi nama Bejijong dan dipimpin oleh Haji Achmad. Tahun 1935 -1970 Desa Bejijong di bawah pimpinan Kepala Desa Bani Singokarso. Tahun 1970 – 1990 Desa Beijong di bawah pimpinan Kepala Desa Moh. Adnan Idris, tahun 1990 – 2007 Desa Beijong di bawah pimpinan Kepala Desa Teguh Apriyanto, SH., tahun 2007 – Sekarang Desa Beijong di bawah pimpinan Kepala Desa H. Djatmiko.3

C. Aset Wilayah

Dalam pendampingan Asset Bassed Community Development pasti ada

beberapa aset dan potensi termasuk pada kerajinan kuningan di desa Bejijong Trowulan Mojokerto tempat pendampingan penguatan ekonomi berbasis kerjinan dan wisata budaya ini yang bisa digunakan serta dimanfaatkan untuk keberlangsungan proses pendampingan berjalan baik. Sebagaimana berikut:

a. Aset Fisik

Aset merupakan hal sudah melekat pada suatu benda terlebih aset fisik yakni aset yang bisa dilihat,dirasa dan diraba. 4 Gambaran Desa Bejijong hasil dai pemetaan bersama masyarakat bahwasanya

3

Data Desa Bejijong, tahun 2010

4

Christopher Dureau, Pembaru dan kekuatan lokal untuk pembangunan, Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II, (Agustus 2013), hal 59.


(57)

48

terdapat banyak aset yang ditemukan, sebagai aset pendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat pengrajin Bejijong diantaranya adalah terdapat Balai desa, Mahavihara dan candi.

Karena ketiga aset fisik tersebut sebagai pendukung akan kekuatan ekonomi masyarakat yakni Balai desa sebagai perkumpulan atau musyawarah antar pengrajin serta Mahavihara dan candi sebagai tujuan wisata bagi wisatawan untuk sekedar berlibur sehingga membuka peluang bagi pengrajin itu sendiri.

Gambar 4.02: Desa Bejijong Mengenai Aset-aset5

5


(58)

49

Jika diuraikan dalam bentuk tabel maka di temukan secara terperinci bahwa di Desa Bejijong bisa dikatakan banyak memiliki aset fisik yang bisa jadi sebagai penggerak ekonomi masyarakat terutama pengrajin Bejijong.

Tabel 4.01: Aset Fisik

Dsn ASET FISIK Keterangan

Kedungwulan - Maha Vihara Majapahit - Makam Siti Inggil - Home Industri Kerajinan - Balai Desa

- Tempat Ibadah

1 buah 1 buah 65 % / Desa

1 Buah 3 Buah

Bejijong - Candi Berahu

- Candi Gentong - Home Indutri - Tempat Ibadah

1 buah 1 buah 35% / Desa

2 Buah Sumber: Observasi dan FGD dilapangan

Aset fisik yang ada pada dusun Kedungwulan seperti yang tertulis di tabel atas dapat dianalisa bahwa pemberdayaan masyarakat berbasis kerajinan dan wisata guna memperkuat ekonomi kerakyatan dan kesejahteraan masyarakat khususnya para pengrajin kuningan. Begitu juga dengan dusun Bejijong yang tidak jauh berbeda dengan dusun Kedungwulan yang mana terdapat tempat wisata dan aset berupa skill untuk kerajinan.

Namun sebenarnya tidak hanya itu potensi fisik yang dapat dimanfaatkan dalam penguatan ekonomi, diantaranya museum yang


(59)

50

berada di desa Trowulan secara geografis jarak antara desa Bejijong dengan desa Trowulan adalah 0 km yang artinya dua desa ini jaraknya tidak jauh. Dan juga makam ulama islam cukup terkenal yaitu Syeh Jumaddil Kubro yang terletak di desa Sentonorejo yang perbatasan langsung dengan desa Trowulan sebelah selatan. Dari ketiga tempat tersebut jaraknya saling berdekatan dan sekaligus menjadi sentra wisata di kecamatan Trowulan.

Aset yang dimiliki oleh desa Bejijong menunjukan bahwa kepariwisataan patut dikembangkan melihat banyak potensi-potensi fisik sebagaimana telah tercantum diatas. Selain itu dalam segi kepariwisataan tidak hanya monoton pada bangunan atau peninggalan-peninggalan melainkan dari aspek lain seperti halnya SDM yang dimiliki oleh masyarakat desa Bejijong seperti keahlian membuat kerajinan kuningan.

Jika skill yang dimiliki oleh masyarakat Bejijong lebih di

eksplor dan dimaksimalkan maka bukan tidak mungkin keuntungan yang didapat akan lebih banyak dari pemanfaatan potensi yang ada.

b. Aset Nonfisik

Sudah disingung pada beberapa pembahasan di atas bahwa, masyarakat Bejijong memiliki keterampilan yang tidak semua masyarakat bisa melakukanya, yaitu membuat kerajinan kuningan lebih tepatnya adalah kerajinan cor kuningan. Kerajinan ini berbeda dengan kerajinan yang lain seperti seni ukir, melainkan


(60)

51

bahan kuningan yang cair karena dipanaskan, sehingga membutuhkan tahap-tahap dan proses dalam pembuatanya.

Dalam keahlian membuat kerajinan kuningan membutuhkan pengalaman yang matang dalam bidang ini. Karena melalui banyak proses yang harus dikerjakan mulai dari membuat cetakan dari tanah liat sampai menuangkan cairan kuningan kedalam cetakan.

D. Aset Infrastruktur

Infastruktur merupakan bagian yang terpenting dalam pembangunan suatu daerah. Infrastruktur adalah sistem fisik yang mana sarana ini dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia baik kebutuhan ekonomi maupun sosial. Di Bejijong terdapat beberapa infrastruktut yang di selalu digunakan oleh masyarakat yaitu jalan, masjid, dan balai desa.

a. Infrastruktur Jalan

Pembangunan di Bejijong sudah cukup baik dilihat dari kondisi infastrukturnya diantaranya adalah jalan utama yang menghubungkan antara Desa Bejijong dengan lainya. Bejijong wilayahnya di lalui oleh 2 jalan utama penghubung antar daerah, baik antar kota maupun antar provinsi. Sebelah selatan desa ini adalah jalan raya antar provinsi Surabaya-Solo, untuk sebelah utara jalan penghubung antar desa ke desa.


(61)

52

Dari keseluruhan jalan yang berada di Bejijong kondisinya bagus, walaupun ada sedikit dari beberapa jalan rusak dan belum di bangun, jalan tersebut adalah jalan dipinggiran desa yang meuju ke area persawahan dan jalanan kecil yang masuk kerumah-rumh warga yang lebih kedalam.

Gambar 4.03 : Jalan penghubung keluar masuk Bejijong

diatas adalah gambar jalan utama yang biasa digunakan oleh masyarakat Bejijong sendiri atau masyarakat luar jika berkunjung atau berada di desa ini.

b. Infrastruktur keagamaan

Sebagai desa yang mayoitas beragama islam, ada beberapa tempat beribadah umat islam salah satunya adalah masjid. Masyarakat Bejijong memanfaatkan masjid selain untuk beribadah juga sebagai tempat berkumpul bersama jika ada kegiatan keagamaan, atau bercengkrama biasa yang dilakukan setelah sholat Jumat. Selain masjid ada bangunan Maha Vihara yang fungsinya sebagai tempat peribadatan umat Budha. Kebanyakan umat Budha adalah dari luar daerah.


(62)

53

Gambar 4.04 : Maha Vihara dan Masjid untuk Sarana Peribadatan

c. Infrastruktur Publik

Aset infrastruktur publik di Bejijong salah satunya Balai desa yang fungsinya sebagai tempat administrasi desa dan kepentingan-kepentingan desa lainya serta tempat musyawarah atau berkumpulnya para pengrajin jika ada sesatu yang harus di rapatkan.

Gambar 4.05 : Balai Desa Bejijong

Sarana publik ini sangat penting bagi para pengrajin karena sering kali ada kumpulan untuk musyawarah komunitas pengrajin maka ketua karangtaruna erajinan Bejijong memanfaatkan fasilitas desa tersebut untuk mendukung berjalanya egiatan-kegiatan yang akan dilakukan.


(63)

54

E. Aset Perbedaan Agama dan Kebudayaan

Sementara bila ditinjau dari segi yang lain yaitu ditinjau dari segi agama dan kepercayaan masyarakat Bejijong mayoritas beragama Islam dengan prosentase sebesar 99% dan dengan rincian data sebagai berikut :

Tabel 4.02: Menurut agama dan keyakinan

No Agama Jumlah

1 Islam 3.535

2 Kristen 14

3 Buddha 8

4 Hindu -

5 Katolik -

Sumber : Data Desa Bejijong, januari 2010

Dengan uraian yang telah dipaparkan di atas yang ditinjau dari segi kependudukan. Bahwa Desa Bejijong merupakan desa yang berklasifikasi

penduduk mayoritas beragama islam. Walaupun di desa tersebut terdapat maha vihara yang fungsinya untuk tempat ibadah bagi para umat budha.

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk termasuk Desa Bejijong yang masyarakatnya multicultural. Kebudayaan

merupakan salah satu aspek yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat apalagi itu masyarakat desa yang masih sangat kental menjaga kebudayaan dan kepercayaan mereka. Mereka memiliki adat yang begitu kental dengan kehidupan mereka. Karena setiap


(64)

55

kebudayaan bagi masyarakat mempunyai fungsi dan tujuan yang sangat besar. Diantara salah satu fungsi kebudayaan bagi masyarakat yaitu sebagai bentuk kepuasaan spiritual yang bersumber dari adat terdahulu nenek moyang mereka. Dengan adanya kebudayaan tersebut akan membentuk keberagaman pola kehidupan suatu masyarakat.

Mayoritas masyarakat desa Bejijong menganut agama Islam yang tentunya tidak bisa lepas dari pengaruh agama itu sendiri. Kegiatan rutin keagaamaan selalu dilaksanakan oleh masyarakat desa Bejijong sebagai bentuk melestarikan budaya, adat, dan kebiasaan terdahulu. Misalnya saja kegiatan rutinan Tahlil, Manaqib, Diba’an,

Yasin-an, dan lain sebagainya.

Untuk kegiatan Tahlil-an yang dilakukan oleh ibu-ibu setiap hari

kamis malam jum’at yang dilakukan secara bergantian di rumah ibu-ibu

anggota jam’iyah Tahlil dengam cara di lotre seperti arisan. Untuk bapak-bapak kegiatannya sama dengan yang dilakukan oleh ibu-ibu yang dilaksanakan pada hari senin malam selasa. Tahlian ini bertempat di rumah warga secara bergantian dengan diundi yang nantinya akan sebagai tuan rumah dalam kegiatan Tahlil tersebut.

Kegiatan lain yang sering dilakukan oleh masyarakat desa Bejijong diantaranya memperingati hari besar Maulid Nabi, Isro’

Mi’roj, Lebaran yang menjadi agenda rutin masyarakat setiap tahunnya. Apadun kebudayaan yang dimiliki oleh penduduk desa Bejijong di antaranya adalah:


(65)

56

a. Kematian

Masyarakat desa Bejijong rata-rata orang NU mempunyai adat atau kebiasaan soal memperingati kematian. Mereka tetap menjaga dan melestarikan kebudayaan yang telah diajarkan oleh para ulama dan wali songo terdahulu sampai sekarang.

Kebudayaan dalam memperingati hari kematian bagi masyarakat desa Bejijong, mulai dari setiap malamnya diadakan

Tahlil bersama sampai 7 harinya, kemudian di lanjutkan 40

harinya, 100 harinya dan 1000 harinya, bahkan ada juga yang memperingati setiap tahunnya disebut dengan Haul.

Gambar 4.06 : Kebudayaan Masyarakat dalam Memperingati 1-7 Hari Kematian6

Dari semua tamu yang hadir dalam acara Tahlilan itu

adalah saudara atau tetangga, tidak menggunakan undangan akan tetapi mereka datang dengan sendirinya untuk mendoakan baik yang meninggalkan maupun yang ditinggalkan.

6


(66)

57

b. Tingkeban

Merupakan acara selametan tujuh bulan kehamilan, biasanya bisa juga disebut mitoni yang berasal dari kata bahasa

jawa yang artinya tujuh. Untuk perayaan tingkepan masyarakat desa Bejijong lebih

Sering membuat asahan (nasi dengan lauknya kemudian di

bawa ke musholla atau masjid untuk dido’akan oleh tokoh agama

kemudian dimakan bersama)

Gambar 4.07 : Kebudayaan Masyarakat dalam Memperingati

Tujuh Bulan Kehamilan7

Maksud dari perayaan mitoni “tujuh bulan” atau tingkeban ini hakekatnya adalah suatu permohonan kepada tuhan agar anak dalam kandungan selalu selamat dan lahir dengan lancar serta tepat waktu. c. Jum’at Legi“Kalender Jawa”

Dalam kelender jawa terdapat nama hari dengan kata imbuhan, yaitu diantaranya kliwon, legi, pahing, pon, dan wage. Dari

nama-nama tersebut mempunyai arti sendiri misalnya legi “bahasa jawa”

7


(1)

BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan

Berbagai pendekatan yang dilakukan tentu saja tidak bisa jauh dari

teori yang telah disediakan. Bagi fasilitator pendampingan harus melihat

kaidah yang ada walaupun kaidah yang terjadi di lapangan kadangkala

tidak terduga. Peneliti ini menggunakan pendekatan teori Asset Base

Community Development (ABCD), yang mengutamakan pemanfaatan aset

dan potensi yang dimiliki oleh masyarakat pengrajin Bejijong untuk

kemudian digunakan sebagai bahan yang memberdayakan.

Dalam proses pendampingan ini untuk penguatan ekonomi

masyarakat pengrajin kuningan berjalan sesuai dengan apa yang sudah di

agendakan. Meskipun terkadang kegiatan pendampingan tersebut sering

terganggu dengan waktu yang kurang tepat, misalnya bersamaan dengan

bulan suci ramadhan dan cuaca pada saat itu belum stabil karena

memasuki musim pancara roba serta keterbatasan dari peneliti juga

sehingga menambah kendala yang dialami saat pendampingan.

Dari hasil analisa, diawali pengenalan peneliti pada masyarakat

kemudian mengajak masyarakat guna untuk mengetahui aset dan kondisi

pengrajin dan pada akhirnya setelah itu masyarakat yang mengutarakan

tentang kondisi kerajinan Bejijong karena memang desa ini terkenal


(2)

107

Hasil dari komunitas adalah pengrajin Bejijong dapat membuat

pasar baru untuk penjualan hasil kerajinannya, hasil ini secara langsung

berdampak pada petumbuhan ekonomi masyarakat pengrajin.

B. Saran dan Rekomendasi

Berdasarkan temuan dan pengalaman fasilitator dalam proses

pendampingan ini. Di dalam kehidupan sehari-sehari terlebih untuk

pengusaha kerajinan dibutuhkan pemikiran yang kreatif dan inovatif untuk

mempertahankan keberlangsungan nasib usahanya. Bisa membaca peluang

yang terdapat di sekelilingnya karena mengantisipasi situasi yang tidak

diinginkan terjadi.

Terkait pendampingan tersebut diharapkan dapat digunakan

sebagai acuan pemerintah atau instansi terkait dalam pembangunan suatu

masyarakat. Diharapkan program yang diberikan bukan lagi program yang

mengutamakan bangun fisik yang bersifat top down lagi akan tetapi

memahami terlebih dahulu hal penting yang dibutuhkan masyarakat

dengan memperhatikan lokalitas yang ada (bottom up).

Peningkatan pengetahuan dan kapasitas masyarakat menjadi salah

satu prasyarat utama keberhasilan suatu pendampingan. Oleh karena itu

bagi pendampingan selanjutnya agar lebih memperhatikan peningkatan

kapasitas masyarakat terlebih dahulu sebelum melakukan program fisik


(3)

108

Maka jika masyarakat mempunyai pengetahuan akan hal yang

dibutuhkan selanjutnya mereka bisa mengembangkan dirinya secara


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Faisal, dkk. “fenomena Tradisi Megengan di Tulungagung” dalam

Transformasi, Menggali Kearifan Lokal,Vol. 1 No 1 Juli, 2007

Afandi Agus, dkk, Dasar-dasar Pengembangan Masyarakat Islam, Surabaya: IAIN

Sunan Ampel Press, 2013

Asror Khozinatul, Pencarian Peluang Pengembangan Perdagangan sawo Dusun

Bunut Desa Bringin Kecamatam Badas Kabupaten Kediri, Pendampingan

Berbasis Asset Pada Masyarakat Pedagang Sawo, Surabaya: UIN Sunan

Ampel, 2014.

Aw Suranto, Komunikasi Sosial Budaya, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahanya, Bandung: CV. Penerbit J-Art,

2004

Dureau Christopher, Pembaru dan kekuatan lokal untuk pembangunan, Australian

Community Development and Civil Society Strengthening Scheme ACCESS Tahap II, agustus 2013

Ehsan, “Kebudayaan Tradisional”, Kompas, 23 April 2011 Hasil wawancara H. Jatmiko selaku Kepala Desa Bejijong

Hatu Rauf A., “Pemberdayaan dan Pendampingan Sosial dalam Masyarakat”, dalam


(5)

110

Hidayat Syamsul, “Dakwah Kultural dan Pemurnian Ajaran Islam”, dalam Dakwah

Islam, Vol. 3, No. 2 Maret, 2013

http://badanbahasa.kemendikbud.go.id/lamanbahasa/artikel/1366 diakses pada 10 Mei 2016, pukul 10.35 WIB.

https://ismayadwiagustina.wordpress.com/2012/11/26/pengertian-teori diakses 3

agustus 2016 pukul 08:04

Huda Chairul, “Indonesia dalam Menghadapi MEA 2015”, Harian Kompas 14 Maret 2015

M. Shihab Quraish, Tafsir Al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002

Nu Graha Andi,”Pengembagan Masyarakat Pembangunan melalui Pendampingan Sosial dalam Konsep Pemberdayaan di Bidang Ekonomi” dalam Modernisasi, Vol. 5, No.2, Juni 2009

Salim Agus, 2002. Perubahan Sosial Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus

Indonesia.Yogyakarta: PT Tiara Wacana.

Soetomo, Pembangunan Masyarakat, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009

Suhartini, “Kajian Kearifan Lokal Masyarakat dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan” dalam Kajian Kearifan lokal, vol. 2 No 3 Maret 2009

Suharto Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, Bandung:

Refika Aditama, 2010

Usman Sunyoto, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta:


(6)

111

Wahab Solichun Abdul, Pengantar Kebijakan Publik, Malang: UMM Press, 2013

Wawancara dengan bapak Mustani

Wawancara dengan masyarakat

Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.html. diakses pada tanggal 10 Maret 2016