Latar Belakang Kondisi sistem manajemen di Selandia Baru pada awal tahun 1980-an

14 E. Penerapan Akuntansi Akrual di Pemerintahan: Pengalaman New Zealand Pemerintah Selandia Baru New Zealand melakukan reformasi besar pada akhir tahun 1980-an dan awal tahun 1990-an. Reformasi tersebut mengubah manajemen pemerintahan dari sistem berbasis ketaatan, yang menggunakan aturan yang detil, restriktif dan plafon anggaran kas, menjadi rezim yang berbasis kinerja dan akuntabilitas. Keberhasilan dari penerapan reformasi ini memerlukan upaya yang sungguh-sungguh baik di level stratejik maupun level operasional dan membawa pada perubahan fundamental dan perubahan yang ekstensif baik dalam manajemen operasi sektor pemerintah sektor publik dan juga laporan keuangan yang disajikan untuk operasi tersebut. Pengalaman Selandia Baru menunjukkan bahwa perubahan bukan sekedar wacana ataupun retorika tetapi sudah menjadi keberhasilan yang jauh lebih baik. Hasil dari sisi keuangan menunjukkan bahwa setelah mengalami defisit anggaran selama 20 tahun, kemudian berubah secara mengejutkan menjadi surplus dalam tiga tahun terakhir 1994-1996, dengan sejumlah bukti yang menunjukkan bahwa surplus tersebut lebih dari sekedar sebuah siklus.

1. Latar Belakang Kondisi sistem manajemen di Selandia Baru pada awal tahun 1980-an

didominasi oleh kontrol input yang tersentralisasi, yaitu ditetapkannya instruksi- instruksi menyangkut masalah perbendaharaan dan manual pelayanan publik, adanya keharusan untuk menggunakan penyedia barang dan jasa supplier tertentu yang telah ditentukan adanya monopoli dalam pengadaan akomodasi, kendaraan, komputer, dsb. Upaya-upaya manajemen dan audit pun diarahkan untuk menjamin agar kontrol-kontrol seperti itu dipahami dan dilaksanakan. Seluruh uang negara dikelola oleh Departemen Kantor Perbendaharaan Treasury di dalam rekening bank konsolidasian. Mengacu pada instruksi dari Treasury, departemen-departemen mengajukan voucher pembayaran semacam SPM atau surat perintah membayar kepada kantor perbendaharaan yang 15 kemudian mengorganisasikan pembayaran, dan melaporkan transaksi dalam laporan pemerintah. Pengolaan anggaran lebih ditekankan pada pembatasan alokasi anggaran apropriasi belanja untuk tujuan program yang kurang tegas. Apropriasi menginformasikan tentang penerima anggaran, aktivitas pemerintah, atau jenis pengeluaran contoh, belanja modal, belanja pegawai, belanja bantuan sosial, dsb. Hal-hal di atas menimbulkan lingkungan kerja yang kurang menyenangkan bahkan keputusasaan bagi para pegawai, pejabat dan menteri. Berdasarkan latar belakang itu, Pemerintah Selandia Baru mengembangkan sistem manajemen keuangan yang terintegrasi dan komprehensif, yaitu: x menerjemahkan strategi pemerintah ke dalam keputusan dan tindakan; x menginformasikan pengambilan keputusan oleh pemerintah; x mendorong sektor pemerintah untuk responsif dan efisien; dan x secara konstan melaksanakan reformasi. Para menteri dalam kabinet bertanggung jawab atas persyaratan kinerja secara spesifik untuk setiap departemen yang dipimpinnya. Kepala eksektuif Chief Executive departemen pada gilirannya harus bertanggung jawab untuk melaksanakan pelayanan-pelayanan yang m e n j a d i t u g a s n y a d a n u n t u k menyukseskan tugasnya itu, kepala eksekutif memiliki wewenang untuk pengambilan keputusan manajerial. Terdapat insentif-insentif untuk kinerja dan ada keharusan untuk memberikan informasi kinerja sebagai bahan untuk memonitor dan menilai kinerja. 16 Bagian-bagian pokok dari peraturan keuangan pada rezim baru yang diatur di dalam Public Finance Act 1989 adalah sebagai berikut: x menghilangkan banyak kontrol administrasi; x menentukan output dalam proses apropriasi alokasi anggaran; x membuat kepala eksekutif bertanggung jawab terhadap manajemen keuangan departemenlembaga; x menetapkan peraturan-peraturan tentang pelaporan. Di dalam perjanjian kinerja tahunan kepala eksekutif, kinerja didefinisikan bahwa di satu sisi, kepentingan pemerintah terhadap suatu departemenlembaga adalah sebagai pembeli dari pelayanan yang diberikan baik kepada pemerintah sendiri maupun pihak ketiga, dan di sisi lain, pemerintah sebagai pemilik departemenlembaga tersebut. Sebagai pembeli, para menteri meminta pelayanan sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati baik sisi kuantitas, kualitas, ketepatan waktu dan lokasi pada harga yang terbaik. Terdapat empat dimensi bagi pemangku kepentingan di dalam departemen;1 strategic alignment – meyakinkan agar tujuan pemerintah sudah di-share secara penuh dan konsisten; 2 integrity – memelihara perilaku yang mendukung reputasi dan kredibilitas pemerintah; 3 future capability – meyakinkan bahwa MINISTRY INCENTIVES ON BEHAVIOR DECISION MAKING AUTHORITY PERFORMANCE SPESIFICATION PERFORMANCE INFORMATION CHIEF EXECUTIF 17 departemenlembaga mempunyai kapasitas untuk memenuhi permintaan- permintaan di masa yang akan datang; dan 4 cost-effectiveness dalam jangka panjang.

2. Reformasi Manajemen Keuangan Pemerintah