27 b.
Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang
menyimpang dari alur berpikir logis. c.
Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam
mengidentifikasi, memahami,
memecahkan masalah,
dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
d. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat
perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran. e.
Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon
materi pembelajaran. f.
Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik
sistem penyajiannya. Proses pembelajaran yang mengimplementasikan pendekatan saintifik akan
menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap afektif, pengetahuan kognitif, dan keterampilan psikomotor. Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau
materi ajar agar peserta Ranah pengetahuan menggamit
transformasi substansi atau materi aj Ranah
keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara
28 kemampuan untuk menjadi manusia yang baik soft skills dan manusia yang
memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak hard skills dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Dengan proses pembelajaran yang demikian maka diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif
melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Dokumen Kurikulum 2013.
6. Penemuan Terbimbing Guided Discovery
Herman Hudojo 2003: 123 berpendapat bahwa metode penemuan merupakan suatu cara penyampaian topik-topik matematika, sedemikian hingga
proses belajar memungkinkan siswa menemukan sendiri pola-pola atau struktur struktur matematika melalui serentetan pengalaman-pengalaman belajar lampau.
Trowbridge Bybee 1990: 212 membagi metode penemuan menjadi 2 jenis yaitu: 1 penemuan terbimbing; 2 penemuan bebas. Dalam penemuan
terbimbing, guru menyediakan data dan siswa diberi pertanyaan atau masalah untuk membantu mereka mencari jawaban, kesimpulan generalisasi dan solusi.
Pada penemuan bebas murid merencanakan solusi, mengumpulkan data dan selebihnya sama dengan penemuan terbimbing.
Menurut Markaban 2006: 15 penemuan terbimbing merupakan salah satu model pembelajaran yang menempatkan guru sebagai fasilitator, sedangkan siswa
didorong untuk berpikir sendiri, sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan oleh guru. Dengan model
29 penemuan terbimbing ini siswa dihadapkan kepada situasi dimana siswa bebas
menyelidiki dan menarik kesimpulan. Terkaan, intuisi dan mencoba-coba trial and error hendaknya dianjurkan dan guru sebagai penunjuk jalan dan membantu
siswa agar mempergunakan ide, konsep dan ketrampilan yang sudah mereka pelajari untuk menemukan pengetahuan yang baru.
Dalam model pembelajaran dengan penemuan terbimbing, peran siswa cukup besar karena pembelajaran tidak lagi terpusat pada guru tetapi pada siswa. Guru
memulai kegiatan belajar mengajar dengan menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan siswa dan mengorganisir kelas untuk kegiatan seperti pemecahan
masalah, investigasi atau aktivitas lainnya. Pemecahan masalah merupakan suatu tahap yang penting dan menentukan. Ini dapat dilakukan secara individu maupun
kelompok. Dengan membiasakan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dapat diharapkan akan meningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal
matematika, karena siswa dilibatkan dalam berpikir matematika pada saat manipulasi, eksperimen, dan menyelesaikan masalah.
Agar pelaksanaan model penemuan terbimbing ini berjalan dengan efektif, beberapa langkah yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut Markaban, 2006:
15. a.
Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya,
perumusannya harus
jelas, hindari
pernyataan yang
menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah. 30
b. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir,
dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja.
c. Bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah ke arah yang
hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan, atau LKS. d.
Siswa menyusun konjektur prakiraan dari hasil analisis yang dilakukannya. e.
Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat siswa tersebut diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan kebenaran prakiraan
siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai. f.
Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk
menyusunnya. g.
Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu
benar. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model penemuan terbimbing
merupakan model pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir siswa secara mandiri untuk menemukan konsep atau prinsip umum dengan bantuan guru
sebagai fasilitator dalam pembelajaran.
7. Software GeoGebra