Teori Se miotik Landasan Teori

2.2.3 Teori Se miotik

Zam Zamah menyatakan dalam bukunya yang berjudul Semiotika dalam Berkala , bahwa semiotika adalah ilmu yang mempelajari fenomena sosial budaya. Dalam kontek semiotik, tanda mempunyai dua aspek yakni aspek penanda dan aspek petanda. Penanda adalah bentuk format tanda itu, sedangkan petanda adalah artiacuannya. berdasarkan hubungan antara penanda dengan petanda, maka tanda dapat dipilih menjadi ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan yang bersifat alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan ini adalah hubungan persamaan, misalnya gambar kuda penanda, menandai kuda petanda. Indeks adalah tanda yang menunjukkan hubungan kausal atau sebab akibat antara penanda dengan petandanya, misalnya asap menandai api. Simbol adalah tanda yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya, “ibu” adalah simbol, artinya ditentukan oleh konvensi masyarakat Indonesia, orang Inggris “mother”, orang Prancis “la mere”, dan sebagainya. 27 Peursen, C.A Van Ornentasi didalam Filsafat mengatakan bahwa, semiotik adalah ilmu tanda yang mempelajari tentang fenomena sosial. 28 Teori yang diuraikan oleh para ahli filsafat di atas sangat relevan untuk membedah permasalahan yang penulis angkat pada penelitian ini, sehingga struktur nilai simbolisme dan mistikisme pertunjukan Wayang Calonarang lakon Kautus Rarung oleh dalang ida Bagus Sudiksa di P emuwunan Setra pura Dalem Desa Kerobokan, dapat dibedah melalui pengamatan objek secara utuh. Melalui pengamatan, pengkajian objek secara utuh memberikan pema haman kepada 27 28 Zam Zamah, Sarjinah. Semiotika dalam Ber kala . Jakarta Volume 1, No. 1. 2000, p. 1. Peursen, C.A Van Ornentasi. “Semotika”. 1986, p. 6. 20 penulis secara jelas, tentang struktur nilai simbolisme dan mistikisme pertunjukan Wayang Calonarang lakon Kautus Rarung mendapatkan keseimbangan, keselarasan, dan keteraturan yang melahirkan kesan indah melalui penyerapan alamiah dari kehidupan manusia yang diangkat ke dalam pertunjukan Wayang Kulit Bali. 21

BAB III METODE PENELITIAN