Jenis Penelitian dan Pendekatan Jenis Data dan Cara Perolehan

4 MIMBAR HUKUM Volume 27, Nomor 1, Februari 2015, Halaman 1-13 kewenangan legislasi tertentu DPD, tetapi tidak melibatkan DPD. Selama ini pemahaman umum atas kewenangan DPD disempitkan hanya ter- kait dengan muatan UU otonomi daerah alias UU Pemerintahan Daerah Pemda. Padahal jika dicer- mati kewenangan DPD di bidang otonomi daerah sangat luas berkaitan dengan seluruh urusan yang telah diserahkan ke daerah. 8 Urusan tersebut berkai- tan dengan berbagai sektor. Artinya bukan hanya muatan UU Pemda yang harus melibatkan DPD tetapi semua UU dengan muatan terkait urusan pili- han dan urusan wajib. Namun, pada kenyataannya terdapat beberapa rancangan UU yang diajukan pasca Putusan MK tanpa melibatkan DPD, misal UU Desa. Dalam hal proses pembentukan UU ini- lah perlu dikaji lebih jauh apakah mengalami ca- cat prosedural yang berpeluang untuk diuji ke MK karena tidak sejalan dengan putusan MK akibat ketidakjelasan hubungan interkameral. Berdasarkan hal tersebut, fokus penelitian meliputi: Pertama, implikasi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 92PUU-X2012 terhadap kewenangan pemben- tukan UU; dan Kedua, alternatif model hubungan kelembagaan seperti apa dalam proses pembentu- kan UU ke depan pasca Putusan MK.

B. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan

Penelitian ini merupakan penelitian hukum legal research 9 yang menggunakan beberapa pendekatan untuk dapat menjawab permasalahan yang diteliti, yaitu: 1 pendekatan undang- undang statute approach, pendekatan konseptual conceptual approach, dan pendekatan historis historical approach. 10 Pendekatan perundang- undangan digunakan untuk dapat mengkaji secara mendalam berbagai peraturan yang mengatur tentang proses pembentukan peraturan perundang- undangan. Pendekatan konseptual digunakan untuk dapat memahami sistem parlemen Indonesia dalam kaitan dengan interkameral pembentukan UU. Pendekatan historis digunakan dalam rangka memahami perkembangan proses legislasi di Indonesia, khususnya sejak awal reformasi yang menempatkan DPD dengan fungsi legislasi terbatas. Dari ketiga pendekatan tersebut dapat dipahami hal yang melatarbelakangi perumusan ketentuan kewenangan DPD, yang dalam implementasinya menjadi disfungsional.

2. Jenis Data dan Cara Perolehan

Data yang diperlukan dalam penelitian ini yang utama adalah data sekunder yang diperoleh dengan melakukan studi dokumen terhadap: a. Bahan hukum primer, yaitu bahan- bahan hukum yang mengikat berupa UUD hingga peraturan perundang- undangan di bawahnya dan dokumen hukum lainnya yang berkaitan dengan pembentukan undang-undang; b. Bahan hukum sekunder yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, yaitu risalah sidang pembahasan kekuasaan legislatif, bahan-bahan hasil peneli- tian yang terkait dengan tema utama penelitian ini dan hasil-hasil pembahasan dalam berbagai forum; c. Bahan hukum tersier atau bahan- bahan hukum penunjang seperti kamus hukum, ensiklopedia, dan bahan lain di luar bidang hukum seperti politik, sosial, dan sebagainya yang dipergunakan untuk melengkapi data penelitian. Untuk mendukung perolehan data sekunder, diperlukan pula pandangan atau pendapat ahli hu- kum perundang-undangan melalui wawancara den- gan daftar pertanyaan yang disusun secara terbuka, sehingga memungkinkan ahli menyampaikan ma- sukan secara lebih leluasa.

3. Analisis Data

Dokumen yang terkait

Efektivitas Penerapan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 179/K/SIP/1961 Di Dalam Persamaan Hak Mewaris Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Pada Masyarakat Suku Batak Toba Perkotaan (Studi Di Kecamatan Medan Baru)

2 68 122

Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Calon Independen Di Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

0 68 130

Wacana Pemberlakuan Hukum Pidana Islam Dalam Kompetensi Absolut Peradilan Agama (Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 19/Puu-Vi/2008)

0 27 119

Implikasi putusan mahkamah konstitusi terkait dengan penambahan norma penetapan tersangka sebagai objek praperadilan: studi kasus putusan MK nomor 21/PUU-XII/2014 tentang pengujian pasal 77 huruf a Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang hukum acara pidana

0 20 0

IMPLIKASI HUKUM TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 028/PUU-XI/2013 TENTANG PEMBATALAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN TERHADAP AKTA PENDIRIAN KOPERASI

2 20 71

Implikasi Hukum Putusan Yang Bersifat Ultra Petita Dalam Pengujian Undang-Undang Oleh Mahkamah Konstitusi (Putusan Perkara Nomor 49/PUU-IX/2011 Perihal Pengujian UU Mahkamah Konstitusi).

0 0 19

IMPLIKASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 92/PUU-X/2012 TERKAIT FUNGSI LEGISLASI DPR DAN DPD PERSPEKTIF MAṢLAḤAH MURSALAH.

0 1 113

ASAS HUKUM PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG UNDANG-UNDANG MIGAS DAN KETENAGALISTRIKAN | Suastama | Mimbar Hukum 16137 30685 1 PB

0 1 13

Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Melalui Putusan Mahkamah Konstitusi: Studi Terhadap Putusan Nomor 92/PUU-X/2012

0 0 21

Model dan Implementasi Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Pengujian Undang-Undang (Studi Putusan Tahun 2003-2012)

0 0 34