Pembahasan Persebaran Pedagang kaki lima Berdasarkan Etnis di Kecamatan

Mahasiswa Pr ogr am St udi Pendidikan Geogr afi P.IPS. FKIP UNTAD Pener bit : E-Jour nal Geo-Tadul ako UNTAD

3.2. Pembahasan

Mengenai pola persebaran pedagang kaki lima di Kecamatan Palu Timur dilatar belakangi oleh berbagai alasan. Semua itu tidak lepas dari peluang yang ada di tempat mereka berjualan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bintarto 1987: 75, untuk mengetahui persebaran bisa dilakukan dengan membagi pola persebaran dalam tiga jenis. Pertama adalah yang pola mengelompok, kedua adalah pola random atau acak, dan yang ketiga adalah pola seragam, setelah melihat dan meniliti kondisi di lapangan peneliti mengemukakan menganai pola persebaran pedagang kaki lima di Kecamatan Palu Timur, yaitu secara umum pola persebarannya secar acak akan tetapi, jika dilihat dari pembagian jalan terdapat pula bentuk pola persebaran mengelompok terjadi pada kawasan aktivitas formal seperti pada kawasan pasar atau pusat perbelanjaan, yang selalu ramai dikunjungi oleh masyarakat serta taman dan lapangan. Pola penyebaran mengelompok yang terjadi di Jalan Kimaja Kelurahan Besusu Barat, di Jalan Sultan Hasanuddin, Jalan Teratai Kelurahan Lolu Utara dan di Jalan Monginsidi Kelurahan Lolu Selatan hal ini disebabkan oleh alasan para pedagang kaki lima memilih lokasi berjualannya, selain pemilihan lokasi pertimbangan pedangang lainnya adalah jarak dari tempat tinggal mereka. Sehingga secara tidak langsung para pedagang kaki lima menerapkan sistem konsep ruang yang dikemukakan oleh Tarigan secara relatif, selain keadaan fisik juga diperhatikan aspek sosial ekonomi, misalnya jarak diukur secara fungsional berdasarkan unit waktu ongkos dan usaha. Konsep ruang yang digunakan tergantung pada masalah yang dibahas. Permasalahan sosial dan ekonomi umumnya menggunakan konsep ruang relatif, sedangkan dalam perencanaan fisik terutama untuk ruang sempit umumnya menggunakan konsep ruang absolut”. Tarigan dalam Aziz Budianta, dkk 2011 :15. Mengenai pesebaran pedagang kaki lima berdasarkan etnissuku yang berjulan pada setiap kelurahan yang ada di Kecamatan Palu Timur yaitu terdapat 5 etnis pedagang Jawa, Madura, Sunda, Padang dan Bugis. Pedagang kaki lima yang berjulan pada setiap kelutrahan yang ada di Kecamatan Palu Timur itu didominasi oleh pedagang yang beretnis Jawa berjumlah 103 orang, kemudian Mahasiswa Pr ogr am St udi Pendidikan Geogr afi P.IPS. FKIP UNTAD Pener bit : E-Jour nal Geo-Tadul ako UNTAD pedagang yang beretnis Sunda berjumlah 8 orang, pedangan yang beretnis Bugis berjumlah 6 orang dan pedagang yang beretnis Padang berjumlah 3 orang serta 1 orang pedagang beretnis Madura. Para pedagang kaki lima yang berjualan di setiap Kelurahan yang ada di Kecamatan Palu Timur itu kebanyakan dari mereka menggunakan fasilitas umum sebagai tempat menjajakan jualannya, hal ini tentunya dapat mengganggu aktivitas masyarakat lainnya, seperti torotoar, pinggir jalan dan fasilitas umum lainnya. keadaan ini sesuai Peraturan Daerah Kota Palu Nomor 30 Tahun 2001 Tentang Pengaturan Dan Pembinaan Pedagang kaki lima menyatakan bahwa Pedagang kaki lima adalah mereka yang didalam usahanya menggunakan sarana dan atau perlengkapan yang mudah dibongkar pasang serta mempergunakan tempat–tempat untuk kepentingan umum yang bukan diperuntukkan bagi tempat usaha, atau tempat lain yang bukan miliknya. Aktivitas Pedagang kaki lima di setiap Kelurahan yang ada di Kecamatan Palu Timur terbilang strategis sebab lokasi berjualan berada dekat dengan kawasan pertokoan, jasa, pusat pendidikan serta lokasi berjualan berada pada aksesibilitas yang tinggi sehingga memberi suatu kemudahan terjadinya transaksi dengan konsumen, pedagang kaki lima juga menempati taman kota dengan alasan lokasi ini ramai sebab merupakan kawasan untuk berbagai kegiatan seperti olah raga, konser dan tempat rekreasi. Dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas pedagang kaki lima yang ada di Kecamatan Palu Timur dapat berdampak positif dan berdampak negatif. Dampak positif dari aktivitas pedagang kaki lima yaitu dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat, dimana para pedagang kaki lima menyediakan produk yang dapat dijangkau oleh masyarakat yang tergolong menengah kebawah. Selain itu, aktivitas para pedagang kaki lima yang berada di pinggir jalan juga memudahkan konsumen untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan dalam hal ini makanan. Adapun dampak negatif yang terjadi akibat dari aktivitas pedagang kaki lima yang ada di Kecamatan Palu Timur adalah hambatan pada kecepatan kendaraan. Hal ini dikarenakan oleh pedagang kaki lima yang berjualan di sepanjang terotoar jalan tidak memiliki tempat parkir yang memadai, sehingga Mahasiswa Pr ogr am St udi Pendidikan Geogr afi P.IPS. FKIP UNTAD Pener bit : E-Jour nal Geo-Tadul ako UNTAD konsumen yang ingin berbelanja memarkir kendaraannya didepan pedagang tersebut yang tentunya mengganggu kelancaran sejumlah kendaraan yang melintasi jalan tersebut khususnya di Jalan Sultan Hasanuddin atau pintu masuk pertokoan. Selain menganggu kelancaran lalu lintas keberadaan pedagang kaki lima juga menimbulkan kesan kumuh dan kotor sehingga para pedagang kaki lima cenderung tidak memperhatikan tata ruang kota. Para pedagang kaki lima melakukan kegiatan jual beli dengan menggunakan fasilitas umum bertujuan untuk memperoleh keuntungan sehingga mereka dapat mengikatkan kondisi sosial ekonominya, hendaknya setiap usaha yang dilakukan guna untuk meningkatkan kondisi sosial ekonomi sebaiknya tidak merugikan anggota masyarakat lainnya, seperti yang dikemukakan oleh Adi, 1996: 20 bahwa Kondisi sosial ekonomi adalah tatanan kehidupan sosial material maupun spiritual yang meliputi rasa keselarasan, kesusilaan, ketentraman lahirnya dan batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha untuk pemenuhan kebutuhan sosial lainnya yang sebaik mungkin bagi diri sendiri keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak- hak asasi manusia serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila. Hasil analisis menunjukkan bahwa pendapatan para pedagang kaki lima cukup tinggi pada setiap kelurahan di Kecamatan Palu Timur, rata-rata pendapatan pedagang kaki lima yang berjualan di Kelurahan Besusu Barat sebesar Rp.6.181.000 perbualannya. Rata-rata pendapatan pedagang kaki lima yang berjualan di Kelurahan Besusu Tengah sebesar Rp. 5.850.000 perbualannya, rata- rata pendapatan pedagang kaki lima yang berjualan di Kelurahan Besusu Timur sebesar Rp. 7.388.000 perbualannya,rata-rata pendapatan pedagang kaki lima yang berjualandi Kelurahan Lolu Utara sebesar Rp. 7.521.000 serta rata-rata pendapatan pedagang kaki lima yang berjualandi Kelurahan Lolu Selatan sebesar Rp. 4.876.000. Jumlah tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan upah minimum regional Kota Palu Tahun 2014 sebesar Rp.1.450.000bulan. Pendapatan masyarakat antara satu sama lain berbeda-beda tergantung dari apa yang dilakukan sehingga variasi tingkatan pendapatannya dapat berbeda-beda. Mahasiswa Pr ogr am St udi Pendidikan Geogr afi P.IPS. FKIP UNTAD Pener bit : E-Jour nal Geo-Tadul ako UNTAD Kaitan penelitian dengan pendidikan geografi sangatlah erat. Geografi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang fenomena fisik maupun sosial yang terjadi pada suatu wilayah dengan berbagai konsep pendekatannya.Pada penelitian ini konsep pendekatan yag dapat digunakan dalam kaiatanya dengan ilmu Geografi adalah konsep penggunaan lahan dan perncanaanpenataan ruang sehinggaapa yang akan dilakukan khususnya dalam memutuskan sebuah kebijakan yang berhubungan dengan penataan tempat pedagang kaki lima bisa berjalan dengan baik serta dapat menciptkan tata ruang kota yang sesuai dengan apa yang diharapkan.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1.

Kesimpulan Setelah hasil penelitian dan pembahasan dideskripsikan maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pola persebaran pedagang kaki lima yang berjualan pada setiap kelurahan di Kecamatan Palu Timur secara umum pola persebarannya yaitu pola persebaran acak, akan tetapi jika dika dilihat dari segi pembagian jalan terdapat beberapa Jalan yang ada di masing-masing Kelurahan di Kecamatan Palu Timur yaitu Pola persebaran pedagang kaki lima mengelompok. 2. Kondisi sosial ekonomi pedagang kaki lima yang berjualan pada setiap kelurahan di Kecamatan Palu Timur cukup baik, rata-rata pendapatan pedagang kaki lima yang berjualan di Kelurahan Besusu Barat sebesar Rp.6.181.000 perbualannya. Rata-rata pendapatan pedagang kaki lima yang berjualan di Kelurahan Besusu Tengah sebesar Rp. 5.850.000 perbualannya, rata-rata pendapatan pedagang kaki lima yang berjualan di Kelurahan Besusu Timur sebesar Rp. 7.388.000 perbualannya,rata-rata pendapatan pedagang kaki lima yang berjualandi Kelurahan Lolu Utara sebesar Rp. 7.521.000 serta rata-rata pendapatan pedagang kaki lima yang berjualandi Kelurahan Lolu Selatan sebesar Rp. 4.876.000. Jumlah tersebut lebih besar