Analisis Kadar CO dan NO2 Serta Keluhan Kesehatan Pedagang Asongan Di Terminal Amplas Tahun 2014

(1)

ANALISIS KADAR CO dan NO2 SERTA KELUHAN KESEHATAN PEDAGANG ASONGAN DI TERMINAL AMPLAS TAHUN 2014

SKRIPSI

Oleh :

NIM. 081000069 IRMAYANTI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

Karbon Monoksida (CO) merupakan pencemar udara yang berbentuk gas, yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa yang banyak dihasilkan dari emisi kendaraan bermotor. Selain karbon monoksida (CO), pencemar udara yang juga berbahaya bagi kesehatan dan memengaruhi kualitas udara adalah Nitrogen Dioksida (NO2).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar CO dan NO2 serta keluhan kesehatan pedagang asongan di Terminal Amplas Medan Tahun 2014.

Jenis penelitian ini adalah survai yang bersifat deskriptif dan sebagai populasi adalah semua pedagang asongan yang ada di terminal Amplas berjumlah 30 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah total sampling dari seluruh populasi dengan analisa data deskriptif, menggunakan perangkat computer kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, lalu hasilnya dibandingkan dengan PP RI No.41 TAHUN 1999.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat nilai yang melebihi ambang batas di titik sampel terminal Amplas. Nilai tertinggi yang diperoleh untuk Karbon Monoksida (CO) adalah sebesar 24 ppm pada titik III di pagi hari dan untuk Nitrogen Dioksida (NO2) sebesar 224.65 μg/m3 pada titik III di sore hari. Penelitian terhadap

30 responden, terdapat 25 responden (83.3%) memiliki keluhan batuk.

Pentingnya melakukan pengaturan dan perbaikan sistem lalu lintas kendaraan, sehingga tidak terjadi kemacetan yang akan berdampak pada semakin meningkatnya pencemaran udara. Perlunya melakukan pemantauan beberapa wilayah di Kota Medan yang berpotensi mengalami pencemaran udara secara berkelanjutan, dan melakukan pencegahan dan perbaikan terhadap kualitas udara yang tercemar.

Kata Kunci : Kadar Karbon Monoksida (CO), Kadar Nitrogen Dioksida (NO2),


(3)

ABSTRACT

Carbon Monoxide (CO) is a gaseous air polluters, that colorless, odorless and tasteless, many of resulting by vehicle emissions. Besides of carbon monoxide (CO), air polluters that also dangerous for our health and affect air quality is nitrogen dioxide (NO2 ).

The purpose of this study was to determine levels of carbon monoxide, nitrogen dioxide, and complaints of health problems in peddlers at terminal Amplas Medan 2014.

The type of research was descriptive survey and as a population was all of peddlers in the terminal Amplas totally 30 person. Sample in this study was total sampling from all of population, with descriptive analysis, using computer software then presented in distribution frequencies table, and the result compared with PP RI No. 41 Tahun 1999.

The result of this study that there are no results that exceed the threshold value in point sample at terminal Amplas. The highest value obtained for carbon monoxide (CO) was 24 ppm at the third point sample in the morning and nitrogen dioxide (NO2) was 224.65 μg/m3 at the third point sample in the evening. Research from 30 respondent, there were 25 respondent (83.3%) who had complaints of cough.

The importance of adjusting and improving vehicle traffic system, so there is no congestion that will impact on the increasing air pollution . The need for monitoring the various areas in the city of Medan with a potentially experiencing air pollution, and take preventive and improvement of the quality of the polluted air.

Keywords : Levels Karbon Monoxide (CO), Levels Nitrogen Dioxide (NO2), Complaints


(4)

Halaman HALAMAN PERSETUJUAN

ABSTRAK………....i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP………...iii

KATA PENGANTAR………iv

DAFTAR ISI………...vii

DAFTAR TABEL………x

DAFTAR GAMBAR………..xii

DAFTAR LAMPIRAN………..xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1.Tujuan Umum ... 5

1.3.2.Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Pencemaran Udara ... 7

2.2. Sumber Pencemaran Udara... 8

2.3. Jenis Pencemar Udara ... 9

2.3.1. Karbon Monoksida ... 13

2.3.1.1. Pembentukan karbon Monoksida ... 13

2.3.1.2. Sumber Karbon Monoksida Di Udara ... 14

2.3.2. Nitrogen Oksida ... 14

2.3.2.1. Pembentukan Nitrogen Oksida ... 14

2.3.2.2. Sumber Polusi Nitrogen Oksida ... 15

2.3.2.3. Penyebaran Nitrogen Oksida... 15

2.4. Dampak Pencemaran Terhadap Kesehatan Lingkungan ... 16

2.4.1. Dampak Pencemaran Oleh Karbon Monoksida (CO) ... 16

2.4.1.1. Dampak Pencemaran CO Terhadap Tanaman ... 16

2.4.1.2. Dampak Pencemaran CO Terhadap Manusia ... 17

2.4.2. Dampak Pencemaran Oleh Nitrogen Oksida ... 19

2.4.2.1. Dampak Pencemaran NOx Terhadap Tanaman ... 19

2.4.2.2. Dampak Pencemaran NOx Terhadap Manusia ... 20

2.5. Pencegahan Pencemaran Udara ... 23

2.6. Kerangka Konsep ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1. Jenis Penelitian ... 26

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 26


(5)

3.3. Populasi dan Sampel ... 26

3.3.1. Populasi ... 26

3.3.2. Sampel ... 26

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 27

3.4.1. Data Primer ... 27

3.4.2. Data Sekunder ... 27

3.5. Teknik Pengambilan Sampel ... 27

3.5.1. Prosedur Pengukuran Karbon Monoksida di Udara Ambien ... 28

3.5.2. Pengukuran Nitrogen Dioksida (NO2) di Udara Ambien ... 29

3.5.2.1. Pengambilan Contoh Uji ... 29

3.5.2.2. Bahan/ Pereaksi ... 29

3.5.2.3. Prosedur Analisis ... 30

3.5.2.4. Perhitungan ... 31

3.6. Instrumen Penelitian ... 32

3.7. Defenisi Operasional ... 33

3.8. Aspek Pengukuran ... 34

3.9. Teknik Analisa Data ... 35

BAB IV Hasil Penelitian ... 36

4.1. Gambaran Umum Terminal Amplas Medan ... 36

4.1.1. Sejarah Singkat Terminal Amplas ... 36

4.1.2. Kapasitas Terminal Amplas ... 36

4.1.3. Fasilitas-fasilitas Yang Ada Di Terminal Amplas ... 37

4.2. Hasil Penelitian ... 38

4.2.1. Kadar CO dan NO2 Udara Di Terminal Amplas ... 38

4.2.2. Karakteristik Responden ... 40

4.2.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 41

4.2.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 41

4.2.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 42

4.2.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Waktu Kerja ... 42

4.2.2.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 43

4.2.2.6.Karakteristik Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok ... 44

4.2.3. Riwayat Penyakit Sebelumnya ... 44

4.2.3.1. Riwayat Asma Responden ... 44

4.2.4. Keluuhan Kesehatan Pedagang Asongan ... 45

4.2.4.1. Keluhan Batuk Responden ... 45

4.2.4.2. Keluhan Sesak Nafas Responden ... 45

4.2.4.3. Keluhan Mata Perih Responden ... 46

4.2.4.4. Keluhan Mata Berair Responden ... 46

4.2.4.5. Keluhan Sakit Kepala/Pusing Responden ... 47

4.2.4.6. Keluhan Mual/Muntah Responden ... 47

4.2.4.7. Responden Yang Menggunakan Masker Saat Berdagang ... 48


(6)

Dialami.... ... 50

4.3.1. Umur Responden ... 50

4.3.2. Jenis Kelamin Responden ... 51

4.3.3. Responden dan Jenis Keluhan Kesehatan Yang Dialami....51

BAB V Pembahasan ... 53

5.1 Kadar Karbon Monoksida (CO) Pada 3 (Tiga) Titik Pengambilan Sampel ... 53

5.2. Kadar Nitrogen Dioksida (NO2) Pada 3 (Tiga) Titik Pengambilan Sampel ... 55

5.3. Keluhan Kesehatan Pada Pedagang Asongan Di Terminal Amplas ... 53

BAB VI Kesimpulan Dan Saran ... 56

6.1. Kesimpulan ... 56

6.2. Saran... 57

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Persentase Komponen Pencemar Udara………. 10

2.2. Toksisitas Relatif Polutan Udara………. 10

2.3. Perkiraan Persentase Pencemar Udara Dari Sumber Pencemar Transportasi di Indonesia……….

11 2.4. Baku Mutu Udara Ambien Nasional Menurut Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia No.41 Tahun 1999………

12 2.5. Pengaruh Konsentrasi CO Di Udara Dan Pengaruhnya Pada Tubuh

Bila Kontak Terjadi Pada Waktu Yang Lama……….

19 4.1. Hasil Pengukuran Kadar Karbon Monoksida (CO) Dan Nitrogen

Dioksida (NO2) Di Terminal Amplas Pada Pagi Hari

(09.00-10.00)………...

38 4.2. Hasil Pengukuran Kadar Karbon Monoksida (CO) Dan Nitrogen

Dioksida (NO2) Di Terminal Amplas Pada Siang Hari

(12.00-13.00)………...

39 4.3. Hasil Pengukuran Kadar Karbon Monoksida (CO) Dan Nitrogen

Dioksida (NO2) Di Terminal Amplas Pada Sore Hari

(15.00-16.00)………...

40 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Pada Pedagang

Asongan Di Terminal Amplas Tahun 2014………. 43 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Pedagang


(8)

Asongan Di Terminal Amplas Tahun 2014……… 44 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Kerja Pada Pedagang

Asongan Di Terminal Amplas Tahun 2014………. 45 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja Pada Pedagang

Asongan Di Terminal Amplas Tahun 2014………. 45 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok Pada

Pedagang Asongan Di Terminal Amplas Tahun 2014……… 46 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Asma Pada Pedagang

Asongan Di Terminal Amplas Tahun 2014………. 47 4.11. Distribusi Responden Yang Memiliki Keluhan Batuk……… 47 4.12. Distribusi Responden Yang Memiliki Keluhan Sesak Nafas……….. 48 4.13. Distribusi Responden Yang Memiliki Keluhan Mata Perih…... 48 4.14. Distribusi Responden Yang Memiliki Keluhan Mata Berair……... 48 4.15. Distribusi Responden Yang Memiliki Keluhan Sakit

Kepala/Pusing……….

49 4.16. Distribusi Responden Yang Memiliki Keluhan Mual/Muntah……… 49 4.17. Distribusi Responden Yang Menggunakan Masker Saat

Berdagang………

50 4.18. Tabulasi Silang Kelompok Umur Responden Berdasarkan Keluhan

Kesehatan Pada Pedagang Asongan Di Terminal Amplas Tahun 2014………..

50 4.19. Tabulasi Silang Jenis Kelamin Responden Berdasarkan Keluhan

Kesehatan Pada Pedagang Asongan Di Terminal Amplas Tahun 2014...


(9)

4.20. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Keluhan Kesehatan Yang


(10)

Nomor Judul Halaman

1. Titik Pengambilan Sampel Di Terminal Amplas……… 64

2. Kuesioner Penelitian………... 65

3. Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara……….. 69

4. Foto Dokumentasi Penelitian……….. 85

5. Surat Izin Penelitian……… 88


(11)

ANALISIS KADAR CO dan NO2 SERTA KELUHAN KESEHATAN PEDAGANG ASONGAN DI TERMINAL AMPLAS TAHUN 2014

SKRIPSI

Oleh :

NIM. 081000069 IRMAYANTI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(12)

Karbon Monoksida (CO) merupakan pencemar udara yang berbentuk gas, yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa yang banyak dihasilkan dari emisi kendaraan bermotor. Selain karbon monoksida (CO), pencemar udara yang juga berbahaya bagi kesehatan dan memengaruhi kualitas udara adalah Nitrogen Dioksida (NO2).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar CO dan NO2 serta keluhan kesehatan pedagang asongan di Terminal Amplas Medan Tahun 2014.

Jenis penelitian ini adalah survai yang bersifat deskriptif dan sebagai populasi adalah semua pedagang asongan yang ada di terminal Amplas berjumlah 30 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah total sampling dari seluruh populasi dengan analisa data deskriptif, menggunakan perangkat computer kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, lalu hasilnya dibandingkan dengan PP RI No.41 TAHUN 1999.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat nilai yang melebihi ambang batas di titik sampel terminal Amplas. Nilai tertinggi yang diperoleh untuk Karbon Monoksida (CO) adalah sebesar 24 ppm pada titik III di pagi hari dan untuk Nitrogen Dioksida (NO2) sebesar 224.65 μg/m3 pada titik III di sore hari. Penelitian terhadap

30 responden, terdapat 25 responden (83.3%) memiliki keluhan batuk.

Pentingnya melakukan pengaturan dan perbaikan sistem lalu lintas kendaraan, sehingga tidak terjadi kemacetan yang akan berdampak pada semakin meningkatnya pencemaran udara. Perlunya melakukan pemantauan beberapa wilayah di Kota Medan yang berpotensi mengalami pencemaran udara secara berkelanjutan, dan melakukan pencegahan dan perbaikan terhadap kualitas udara yang tercemar.

Kata Kunci : Kadar Karbon Monoksida (CO), Kadar Nitrogen Dioksida (NO2),


(13)

ABSTRACT

Carbon Monoxide (CO) is a gaseous air polluters, that colorless, odorless and tasteless, many of resulting by vehicle emissions. Besides of carbon monoxide (CO), air polluters that also dangerous for our health and affect air quality is nitrogen dioxide (NO2 ).

The purpose of this study was to determine levels of carbon monoxide, nitrogen dioxide, and complaints of health problems in peddlers at terminal Amplas Medan 2014.

The type of research was descriptive survey and as a population was all of peddlers in the terminal Amplas totally 30 person. Sample in this study was total sampling from all of population, with descriptive analysis, using computer software then presented in distribution frequencies table, and the result compared with PP RI No. 41 Tahun 1999.

The result of this study that there are no results that exceed the threshold value in point sample at terminal Amplas. The highest value obtained for carbon monoxide (CO) was 24 ppm at the third point sample in the morning and nitrogen dioxide (NO2) was 224.65 μg/m3 at the third point sample in the evening. Research from 30 respondent, there were 25 respondent (83.3%) who had complaints of cough.

The importance of adjusting and improving vehicle traffic system, so there is no congestion that will impact on the increasing air pollution . The need for monitoring the various areas in the city of Medan with a potentially experiencing air pollution, and take preventive and improvement of the quality of the polluted air.

Keywords : Levels Karbon Monoxide (CO), Levels Nitrogen Dioxide (NO2), Complaints


(14)

Halaman HALAMAN PERSETUJUAN

ABSTRAK………....i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP………...iii

KATA PENGANTAR………iv

DAFTAR ISI………...vii

DAFTAR TABEL………x

DAFTAR GAMBAR………..xii

DAFTAR LAMPIRAN………..xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1.Tujuan Umum ... 5

1.3.2.Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Pencemaran Udara ... 7

2.2. Sumber Pencemaran Udara... 8

2.3. Jenis Pencemar Udara ... 9

2.3.1. Karbon Monoksida ... 13

2.3.1.1. Pembentukan karbon Monoksida ... 13

2.3.1.2. Sumber Karbon Monoksida Di Udara ... 14

2.3.2. Nitrogen Oksida ... 14

2.3.2.1. Pembentukan Nitrogen Oksida ... 14

2.3.2.2. Sumber Polusi Nitrogen Oksida ... 15

2.3.2.3. Penyebaran Nitrogen Oksida... 15

2.4. Dampak Pencemaran Terhadap Kesehatan Lingkungan ... 16

2.4.1. Dampak Pencemaran Oleh Karbon Monoksida (CO) ... 16

2.4.1.1. Dampak Pencemaran CO Terhadap Tanaman ... 16

2.4.1.2. Dampak Pencemaran CO Terhadap Manusia ... 17

2.4.2. Dampak Pencemaran Oleh Nitrogen Oksida ... 19

2.4.2.1. Dampak Pencemaran NOx Terhadap Tanaman ... 19

2.4.2.2. Dampak Pencemaran NOx Terhadap Manusia ... 20

2.5. Pencegahan Pencemaran Udara ... 23

2.6. Kerangka Konsep ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1. Jenis Penelitian ... 26

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 26


(15)

3.3. Populasi dan Sampel ... 26

3.3.1. Populasi ... 26

3.3.2. Sampel ... 26

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 27

3.4.1. Data Primer ... 27

3.4.2. Data Sekunder ... 27

3.5. Teknik Pengambilan Sampel ... 27

3.5.1. Prosedur Pengukuran Karbon Monoksida di Udara Ambien ... 28

3.5.2. Pengukuran Nitrogen Dioksida (NO2) di Udara Ambien ... 29

3.5.2.1. Pengambilan Contoh Uji ... 29

3.5.2.2. Bahan/ Pereaksi ... 29

3.5.2.3. Prosedur Analisis ... 30

3.5.2.4. Perhitungan ... 31

3.6. Instrumen Penelitian ... 32

3.7. Defenisi Operasional ... 33

3.8. Aspek Pengukuran ... 34

3.9. Teknik Analisa Data ... 35

BAB IV Hasil Penelitian ... 36

4.1. Gambaran Umum Terminal Amplas Medan ... 36

4.1.1. Sejarah Singkat Terminal Amplas ... 36

4.1.2. Kapasitas Terminal Amplas ... 36

4.1.3. Fasilitas-fasilitas Yang Ada Di Terminal Amplas ... 37

4.2. Hasil Penelitian ... 38

4.2.1. Kadar CO dan NO2 Udara Di Terminal Amplas ... 38

4.2.2. Karakteristik Responden ... 40

4.2.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 41

4.2.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 41

4.2.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 42

4.2.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Waktu Kerja ... 42

4.2.2.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 43

4.2.2.6.Karakteristik Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok ... 44

4.2.3. Riwayat Penyakit Sebelumnya ... 44

4.2.3.1. Riwayat Asma Responden ... 44

4.2.4. Keluuhan Kesehatan Pedagang Asongan ... 45

4.2.4.1. Keluhan Batuk Responden ... 45

4.2.4.2. Keluhan Sesak Nafas Responden ... 45

4.2.4.3. Keluhan Mata Perih Responden ... 46

4.2.4.4. Keluhan Mata Berair Responden ... 46

4.2.4.5. Keluhan Sakit Kepala/Pusing Responden ... 47

4.2.4.6. Keluhan Mual/Muntah Responden ... 47

4.2.4.7. Responden Yang Menggunakan Masker Saat Berdagang ... 48


(16)

Dialami.... ... 50

4.3.1. Umur Responden ... 50

4.3.2. Jenis Kelamin Responden ... 51

4.3.3. Responden dan Jenis Keluhan Kesehatan Yang Dialami....51

BAB V Pembahasan ... 53

5.1 Kadar Karbon Monoksida (CO) Pada 3 (Tiga) Titik Pengambilan Sampel ... 53

5.2. Kadar Nitrogen Dioksida (NO2) Pada 3 (Tiga) Titik Pengambilan Sampel ... 55

5.3. Keluhan Kesehatan Pada Pedagang Asongan Di Terminal Amplas ... 53

BAB VI Kesimpulan Dan Saran ... 56

6.1. Kesimpulan ... 56

6.2. Saran... 57

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(17)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Persentase Komponen Pencemar Udara………. 10

2.2. Toksisitas Relatif Polutan Udara………. 10

2.3. Perkiraan Persentase Pencemar Udara Dari Sumber Pencemar Transportasi di Indonesia……….

11 2.4. Baku Mutu Udara Ambien Nasional Menurut Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia No.41 Tahun 1999………

12 2.5. Pengaruh Konsentrasi CO Di Udara Dan Pengaruhnya Pada Tubuh

Bila Kontak Terjadi Pada Waktu Yang Lama……….

19 4.1. Hasil Pengukuran Kadar Karbon Monoksida (CO) Dan Nitrogen

Dioksida (NO2) Di Terminal Amplas Pada Pagi Hari

(09.00-10.00)………...

38 4.2. Hasil Pengukuran Kadar Karbon Monoksida (CO) Dan Nitrogen

Dioksida (NO2) Di Terminal Amplas Pada Siang Hari

(12.00-13.00)………...

39 4.3. Hasil Pengukuran Kadar Karbon Monoksida (CO) Dan Nitrogen

Dioksida (NO2) Di Terminal Amplas Pada Sore Hari

(15.00-16.00)………...

40 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Pada Pedagang

Asongan Di Terminal Amplas Tahun 2014………. 43 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Pedagang


(18)

Asongan Di Terminal Amplas Tahun 2014……… 44 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Kerja Pada Pedagang

Asongan Di Terminal Amplas Tahun 2014………. 45 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja Pada Pedagang

Asongan Di Terminal Amplas Tahun 2014………. 45 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok Pada

Pedagang Asongan Di Terminal Amplas Tahun 2014……… 46 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Asma Pada Pedagang

Asongan Di Terminal Amplas Tahun 2014………. 47 4.11. Distribusi Responden Yang Memiliki Keluhan Batuk……… 47 4.12. Distribusi Responden Yang Memiliki Keluhan Sesak Nafas……….. 48 4.13. Distribusi Responden Yang Memiliki Keluhan Mata Perih…... 48 4.14. Distribusi Responden Yang Memiliki Keluhan Mata Berair……... 48 4.15. Distribusi Responden Yang Memiliki Keluhan Sakit

Kepala/Pusing……….

49 4.16. Distribusi Responden Yang Memiliki Keluhan Mual/Muntah……… 49 4.17. Distribusi Responden Yang Menggunakan Masker Saat

Berdagang………

50 4.18. Tabulasi Silang Kelompok Umur Responden Berdasarkan Keluhan

Kesehatan Pada Pedagang Asongan Di Terminal Amplas Tahun 2014………..

50 4.19. Tabulasi Silang Jenis Kelamin Responden Berdasarkan Keluhan

Kesehatan Pada Pedagang Asongan Di Terminal Amplas Tahun 2014...


(19)

4.20. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Keluhan Kesehatan Yang


(20)

Nomor Judul Halaman

1. Titik Pengambilan Sampel Di Terminal Amplas……… 64

2. Kuesioner Penelitian………... 65

3. Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara……….. 69

4. Foto Dokumentasi Penelitian……….. 85

5. Surat Izin Penelitian……… 88


(21)

ABSTRAK

Karbon Monoksida (CO) merupakan pencemar udara yang berbentuk gas, yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa yang banyak dihasilkan dari emisi kendaraan bermotor. Selain karbon monoksida (CO), pencemar udara yang juga berbahaya bagi kesehatan dan memengaruhi kualitas udara adalah Nitrogen Dioksida (NO2).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar CO dan NO2 serta keluhan kesehatan pedagang asongan di Terminal Amplas Medan Tahun 2014.

Jenis penelitian ini adalah survai yang bersifat deskriptif dan sebagai populasi adalah semua pedagang asongan yang ada di terminal Amplas berjumlah 30 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah total sampling dari seluruh populasi dengan analisa data deskriptif, menggunakan perangkat computer kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, lalu hasilnya dibandingkan dengan PP RI No.41 TAHUN 1999.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat nilai yang melebihi ambang batas di titik sampel terminal Amplas. Nilai tertinggi yang diperoleh untuk Karbon Monoksida (CO) adalah sebesar 24 ppm pada titik III di pagi hari dan untuk Nitrogen Dioksida (NO2) sebesar 224.65 μg/m3 pada titik III di sore hari. Penelitian terhadap

30 responden, terdapat 25 responden (83.3%) memiliki keluhan batuk.

Pentingnya melakukan pengaturan dan perbaikan sistem lalu lintas kendaraan, sehingga tidak terjadi kemacetan yang akan berdampak pada semakin meningkatnya pencemaran udara. Perlunya melakukan pemantauan beberapa wilayah di Kota Medan yang berpotensi mengalami pencemaran udara secara berkelanjutan, dan melakukan pencegahan dan perbaikan terhadap kualitas udara yang tercemar.

Kata Kunci : Kadar Karbon Monoksida (CO), Kadar Nitrogen Dioksida (NO2),


(22)

Carbon Monoxide (CO) is a gaseous air polluters, that colorless, odorless and tasteless, many of resulting by vehicle emissions. Besides of carbon monoxide (CO), air polluters that also dangerous for our health and affect air quality is nitrogen dioxide (NO2 ).

The purpose of this study was to determine levels of carbon monoxide, nitrogen dioxide, and complaints of health problems in peddlers at terminal Amplas Medan 2014.

The type of research was descriptive survey and as a population was all of peddlers in the terminal Amplas totally 30 person. Sample in this study was total sampling from all of population, with descriptive analysis, using computer software then presented in distribution frequencies table, and the result compared with PP RI No. 41 Tahun 1999.

The result of this study that there are no results that exceed the threshold value in point sample at terminal Amplas. The highest value obtained for carbon monoxide (CO) was 24 ppm at the third point sample in the morning and nitrogen dioxide (NO2) was 224.65 μg/m3 at the third point sample in the evening. Research from 30 respondent, there were 25 respondent (83.3%) who had complaints of cough.

The importance of adjusting and improving vehicle traffic system, so there is no congestion that will impact on the increasing air pollution . The need for monitoring the various areas in the city of Medan with a potentially experiencing air pollution, and take preventive and improvement of the quality of the polluted air.

Keywords : Levels Karbon Monoxide (CO), Levels Nitrogen Dioxide (NO2), Complaints


(23)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Lingkungan sehat mencakup lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum. Lingkungan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan kesehatan, antara lain: limbah cair, limbah padat, limbah gas, sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pemerintah, binatang pembawa penyakit, zat kimia yang berbahaya, kebisingan yang melebihi ambang batas, radiasi sinar pengion dan non pengion, air yang tercemar, udara yang tercemar, dan makanan yang terkontaminasi. (Undang- Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan)

Udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya untuk pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan manusia serta perlindungan bagi makhluk hidup lainnya. (Peraturan Pemerintah No.41 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara, 1999)

Udara merupakan campuran mekanis dari bermacam-macam gas. Komposisi normal udara terdiri dari gas nitrogen 78,1 %, oksigen 20,93%, dan karbondioksida 0,03%, sementara selebihnya berupa gas argon, neon, krypton,


(24)

xenon, dan helium. Udara juga mengandung uap air, debu, bakteri, spora, dan sisa tumbuh-tumbuhan. (Chandra, 2006)

Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya. Udara bersih yang dibutuhkan untuk kehidupan di bumi merupakan gas yang tidak tampak, tidak berbau, tidak berwarna maupun berasa. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih sudah sulit diperoleh, khususnya di daerah yang memiliki banyak industri. Kebutuhan akan udara bersih semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumalh penduduk di dunia, hal ini perlu diantisipasi agar tidak terjadi krisis udara yang sehat karena itu udara perlu dijaga dan diperhatikan kesehatannya. Apabila terjadi penambahan gas-gas lain kedalam udara yang menimbulkan gangguan serta perubahan komposisi tersebut, maka udar dikatakan sudah tercemar. (Kastiyowati,2001)

Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, rekreasi dan perumahan. Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi terbesar dari pencemar yang dibuang ke udara bebas. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan alam, seperti kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam beracun, dan lain-lain. Konsentrasinya dapat melebihi ambang batas yang telah ditentukan. Pertumbuhan pembangunan seperti industri, transportasi, dan lain-lain disamping memberikan dampak positif namun disisi lain akan memberikan dampak negatif dimana salah satunya berupa pencemaran udara dan kebisingan baik yang terjadi


(25)

di dalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor) yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan terjadinya penularan penyakit.

Sudah sejak lama diketahui bahwa gas CO dalam jumlah banyak (konsentrasi tinggi) dapat menyebabkan gangguan kesehatan bahkan juga dapat menimbulkan kematian, inilah dampak karbon monoksida (CO) terhadap kesehatan.

Karbon monoksida (CO) apabila terhirup kedalam paru-paru akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini terjadi karena gas CO bersifat racun, ikut bereaksi secara metabolis dengan darah. Keadaan ini menyebabkan darah menjadi lebih mudah menangkap gas CO dan menyebabkan fungsi vital darah sebagai pengangkut oksigen terganggu. (Mukono,2008)

Keracunan gas karbon monoksida dapat ditandai dari keadaan ringan, berupa pusing, rasa tidak enak pada mata, sakit kepala dan mual. Keadaan yang lebih berat dapat berupa detak jantung meningkat, rasa tertekan di dada, kesukaran bernafas, kelemahan otot-otot, gangguan pada system kardiovaskuler, serangan jantung sampai pada kematian.

Nilai ambang batas zat pencemar karbon monoksida dalam udara menurut Peraturan Pemerintah No.41 tahun 1999 Tentang Pengendaqlian Pencemaran Udara adalah 30.000µg/Nm3(26 ppm) dalam pengukuran 1 jam.

Selain CO, pencemar udara juga yang berbahaya bagi kesehatan dan memengaruhi kualitas udara adalah nitrogen oksida (NO2). Nitrogen dioksida

(NO2) adalah gas yang sangat berbahaya jika terhirup oleh manusia. Nitrogen

monoksida (NO) dapat mengalami oksidasi menjadi NO2 yang bersifat racun,


(26)

berbau tajam menyengat hidung dan berwarna merah kecoklatan. Gas NO2 yang

terkandung dalam udara jika melebihi batas standar kesehatan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999 dalam Baku Mutu Udara Ambien tentang pengendalian pencemaran udara NO2 yaitu 400 µg/Nm3 selama pengukuran 1 jam

dapat membahayakan kesehatan makhluk hidup terutama manusia karena dapat menyebabkan gangguan pernafasan atau penurunan kapasitas difusi paru paru. (KLH, 2007)

Diperkirakan pencemaran udara dan kebisingan akibat kegiatan industri dan kendaraaan bermotor akan meningkat 2 kali pada tahun 2000 dari kondisi tahun 1990 dan 10 kali pada tahun 2020. Dampak dari pencemaran tersebut adalah menyebabkan penurunan kualitas udara, yang bedampak negatif terhadap kessehatan manusia. Oleh karena itu, besarnya masalah yang ditimbulkan oleh pencemaran udara terhadap kesehatan manusia harus diperhatikan.

Hasil pengukuran udara ambien di terminal Giwangan Kota Yogyakarta tahun 2007 oleh Dinas Lingkungan Hidup kota Yogyakarta selama 24 jam menunjukkan konsentrasi parameter debu sebesar 202,39 ug/m3 dan SO2 sebesar 289,87 µg/m3

dan NO2 sebesar 139,38 µg/m3, hal ini memperlihatkan bahwa masing masing zat

pencemar telah mendekati nilai baku mutu yang dipersyaratkan. (Sukirno, 2009) Hasil penelitian pengukuran udara ambien di terminal Amplas Medan tahun 2001 oleh Edinton Sidabukke, SKM mahasiswa FKM USU selama pengukuran 24 jam menunjukkan konsentrasi parameter debu sebesar 2,11 mg/m3, hal ini menunjukkan konsentrasi debu di terminal Amplas tahun 2001 sudah melebihi Nilai Baku Mutu Udara Ambien sesuai Peraturan Pemerintah No.41 tahun 1999.


(27)

Terminal bus sebagai tempat persinggahan bus yang baru tiba maupun yang akan berangkat, dapat dipastikan terminal memiliki konsentrasi perncemaran yang tinggi dibanding daerah pemukiman. Disamping sebagai tempat lalu lalang berbagai kendaraan dan bus, di terminal juga dapat ditemui pedagang, warung makanan dan minuman, kios kios, dan jasa seperti tukang tambal ban dan sebagainya. Mereka berada di terminal selama 8 sampai 24 jam, dan memiliki kemungkinan besar terpapar oleh pencemar.

1.2.Rumusan Masalah

Terminal merupakan tempat beresiko terjadinya pencemaran udara yang berasal dari emisi kendaraan bermotor, yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan terutama bagi pedagang yang secara kontiniu dan langsung menghirup udara di sekitar terminal meliputi pencemaran CO dan NO2.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimana kadar CO dan NO2 udara serta keluhan kesehatan pedagang

asongan Terminal Amplas tahun 2014.

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui kadar CO dan NO2 serta keluhan dan kesehatan pedagang

asongan di Terminal Amplas Medan Tahun 2014.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui kadar CO di Terminal Amplas Medan Tahun 2014. 2. Untuk mengetahui kadar NO2 di Terminal Amplas Medan Tahun 2014.


(28)

3. Untuk mengetahui umur, pendidikan, waktu kerja, masa kerja, kebiasaan merokok, dan riwayat penyakit pedagang asongan di Terminal Amplas Medan Tahun 2014.

4. Untuk mengetahui jenis keluhan kesehatan yang sering dialami pedagang asongan di Terminal Amplas Tahun 2014.

1.4.Manfaat Penelitian

1. Bagi Pemerintah Kota Medan

Sebagai bahan masukan dalam rangka pencegahan pencemaran udara terminal juga berguna dalam penentuan tata ruang dan letak terminal agar terhindar dari pencemaran.

2. Bagi Masyarakat

Sebagai penambah pengetahuan dalam upaya melindungi diri dari akibat buruk pencemaran udara bagi kesehatan pribadi dan keluarga.

3. Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang pencemaran yang terjadi dan merupakan kesempatan untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan di FKM USU.

4. Bagi Peneliti Lain

Sebagai sumber data maupun bahan perbandingan penelitian dibidang pencemaran udara dan kesehatan masyarakat.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengertian Pencemaran Udara

Menurut Undang-Undang No.23 Tahun 2007 Tentang Pencemaran Lingkungan, pencemaran udara diartikan sebagai pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pencemaran yang berasal dari pabrik, kendaraan bermotor, pembakaran sampah, sisa pertanian, dan peristiwa alam seperti kebakaran hutan, letusan gunung api yang mengeluarkan debu, gas, dan awan panas.

Definisi lain menyatakan bahwa pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dari komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. (Peraturan Pemerintah No.41 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara, 1999)

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Tahun 2002 Tentang Pengendalian Dampak Pencemaran Udara, pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan atau mempengaruhi kesehatan manusia.

Pencemaran udara dapat pula diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan terjadinya perubahan susunan komposisi udara dari susunan atau keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing tersebut di dalam udara dalam jumlah dan jangka waktu tertentu akan dapat


(30)

menimbulkan gangguan pada kehidupan manusia, hewan, maupun tumbuhan. (Wardhana,2004)

Pencemaran udara dapat menimbulkan dampak terhadap kesehatan, harta benda, ekosistem maupun iklim. Umumnya gangguan kesehatan sebagai akibat pencemaran udara terjadi pada saluran pernafasan dan organ penglihatan. (Mulia,2005)

Bahan kimia di udara yang berpengaruh negatif pada manusia, hewan, tanaman, barang dari logam lain dapat dikategorikan sebagai pencemar udara. Banyak bahan pencemar udara terdapat dalam lapisan troposfer. (Darmono,2001)

2.2.Sumber Pencemaran Udara

Pencemaran udara diawali oleh adanya emisi. Emisi merupakan jumlah polutan atau pencemar yang dikeluarkan ke udara dalam satuan waktu. Emisi dapat disebabkan oleh proses alam maupun kegiatan manusia. Emisi akibat proses alam disebut biogenic emissions, contohnya yaitu dekomposisi bahan organic oleh bakteri pengurai yang menghasilkan gas metan (CH4). Emisi yang disebabkan

kegiatan manusia disebut anthropogenic emissions. Contoh anthropogenic emissions yaitu hasil pembakaran bahan bakar fosil, pemakaian zat kimia yang disemprotkan ke udara, dan sebagainya. (Harssema dalam Mulia, 2005)

Ada juga yang menyebutkan sumber pencemaran udara dengan istilah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal misalnya akibat aktivitas gunung berapi, keluarnya gas beracun akibat gempa bumi, dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal misalnya kegiatan lalu lintas, industri, pembakaran sampah, pertambangan, termasuk juga kegiatan rumah tangga. (Nugroho, 2005)


(31)

Penyebab pencemaran udara ada 2 macam, yaitu pencemaran udara secara alamiah dan karena ulah manusia. Secara alamiah contohnya debu yang beterbangan akibat tiupan angin, gas vulkanik yang dikeluar dari letusan gunung berapi, atau proses pembusukan sampah organik. Sedangkan karena ulah manusia contohnya hasil pembakaran bahan bakar fosil, debu dari kegiatan industri, atau pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara. (Wardhana, 2004)

Sumber pencemaran udara dapat pula dibagi atas: 1. Sumber bergerak, seperti: kendaraan bermotor 2. Sumber tidak bergerak, seperti:

a. Sumber titik, contoh: cerobong asap

b.Sumber area, contoh: pembakaran terbuka di wilayah pemukiman. (Soemirat,2009)

2.3.Jenis Pencemar Udara

Pencemar udara (polutan udara) primer, yaitu pencemar yang paling banyak berpengaruh dalam pencemaran udara adalah komponen-komponen sebagai berikut:

1.Karbon monoksida (CO) 4. Hidro karbon (HC) 2. Nitrogen oksida (NOx) 5. Partikel

3. Sulfur oksida (SOx)

Komponen pencemar tersebut bisa mencemari udara secara sendiri-sendiri, dan dapat pula mencemari udara secara bersama-sama. Jumlah komponen pencemar udara tergantung pada sumbernya. Komponen pencemar yang utama adalah


(32)

karbon monoksida yang mencapai hampir setengahnya dari seluruh polutan udara yang ada.

Tabel 2.1. Persentase Komponen Pencemar Udara Komponen Pencemar Persentase

CO 70,50%

NO 8,89%

SO 0,88%

HC 18,34%

Partikel 1,33%

Total 100%

(Sumber : Wardhana,2004)

Toksisitas kelima kelompok polutan tersebut berbeda-beda, dan ternyata polutan yang paling berbahaya bagi kesehatan adalah partikel-partikel, diikuti dengan NO, SO, hidrokarbon, dan yang paling rendah toksisitasnya adalah karbon monoksida.

Tabel 2.2. Toksisitas relatif polutan udara

Polutan Level Toleransi Toksisitas relatif ppm ug/m3

CO 32.0 40 000 1.00

HC 19 300 2.07

SO 0.50 1430 28.0

NO 0.25 514 77.8

Partikel 375 106.7

(Sumber : Fardiaz, 2011)

Subjek beresiko tinggi terhadap paparan bahan pencemar udara adalah: 1. individu yang berusia sangat muda atau sangat tua

2. penderita penyakit asma

3. penderita penyakit saluran pernafasan dan kardiovaskuler 4. perokok


(33)

5. individu yang memiliki aktivitas yang tinggi, karena memerlukan oksigen yang tinggi (Fraser dalam Mukono, 2008)

Perkiraan persentase pencemar udara di Indonesia dari sumber transportasi dapat dilihat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.3. Perkiraan Persentase Pencemar Udara dari Sumber Pencemar Transportasi di Indonesia

No Komponen Pencemar Persentase

1 CO 70,50

2 SOx 8,89

3 NOx 0,88

4 HC 18,34

5 Partikel 1,33

Total 100

(Sumber : Wardhana, 2004)


(34)

Tabel 2.4. Baku Mutu Udara Ambien Nasional menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.41 Tahun 1999

No .

Parameter Waktu Pengukuran

Baku Mutu Metode Analisis Peralatan

1. Sulfur dioksida (SO2)

1 jam 24 jam 1 thn

900μg/Nm3

365 μg/Nm3

60 μg/Nm3

Pararosaniline Spektrofotometer

2. Karbon monoksida (CO) 1 jam 24 jam 1 thn 30.000 μg/Nm3 10.000 μg/Nm3 -

NDIR NDIR Analyzer

3. NO2 (Nitrogen

Dioksida)

1jam 24 jam 1 thn

400 μg/Nm3

150 μg/Nm3

100 μg/Nm3

Saltzman Spektrofotometer

4. Oksidan (O3) 1 jam

1thn

235 μg/m3 50 μg/Nm3

Chemiluminescen t

Spektrofotometer

5. HC 3jam 160μg/Nm3 Flame Ionization Gas

Chromatografi 6. PM10

(partikel<10μm) PM2,5*

(partikel<2,5μm ) 24 jam 24 jam 1 thn 150 65 15 Gravimetric Gravimetric Gravimetric Hi-Vol Hi-Vol Hi-Vol 7. TSP (debu) 24 jam

1 thn

230μg/Nm3

90 μg/Nm3

Gravimetric Hi-Vol

8. Pb( timah

hitam)

24 jam 1 thn

2μg/m3

1 μg/Nm3 Gravimetric

Ekstraksi Pengabuan

Hi-Vol AAS 9. Dustfall (debu

jatuh)

30 hari 10Ton/km2/ bln

(Pemukima n)

Gravimetric Cannister

10. Total Fluorides (asF)

24 jam 90 hari

3 μg/Nm3

0,5 μg/Nm3

Specific Ion Electrode

Impinger atau Continous


(35)

2.3.1Karbon Monoksida

2.3.1.1. Pembentukan Karbon Monoksida

Karbon monoksida (CO) adalah suatu komponen tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa yang terdapat dalam bentuk gas pada suhu diatas -192° C. Komponen ini mempunyai berat sebesar 96.5% dari berat air dan tidak larut didalam air. Karbon monoksida di alam terbentuk dari proses:

1. Pembakaran bahan bakar fosil atau bahan organik, misalnya minyak tanah, bensin, atau bahan kayu yang terbakar tidak sempurna.

2. Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon pada suhu tinggi.

3. Pada suhu tinggi, karbon dioksida terurai menjadi karbon monoksida dan oksigen. Oksidasi tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung karbon terjadi jika jumlah oksigen yang tersedia kurang dari jumlah yang dibutuhkan untuk pembakaran sempurna dimana dihasilkan karbon dioksida.

Secara sederhana pembakaran karbon dalam minyak bahan bakar terjadi melalui beberapa tahap sebagai berikut:

2C + O2 2CO

2CO + O2 2CO2

Reaksi pertama berlangsung sepuluh kali lebih cepat daripada reaksi kedua, oleh karena itu CO merupakan intermediat pada reaksi pembakaran tersebut dan dapat merupakan produk akhir jika jumlah O2 tidak cukup untuk melangsungkan

reaksi kedua. CO juga dapat merupakan produk akhir meskipun jumlah oksigen 13


(36)

didalam campuran pembakaran cukup, tetapi antara minyak dan udara tidak tercampur rata.

Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon pada suhu tinggi dapat menghasilkan karbon monoksida dengan reaksi sebagai berikut:

CO2 + C CO

Reaksi ini sering terjadi pada suhu tinggi yang umumnya terjadi pada industri-industri, misalnya pada pembakaran didalam furnis.

2.3.1.2. Sumber Karbon Monoksida Di Udara

Transportasi menghasilkan CO paling banyak diantara sumber-sumber lainnya, terutama dari kendaraan-kendaraan yang menggunakan bensin sebagai bahan bakar. Sumber CO yang kedua adalah pembakaran hasil-hasil pertanian seperti sampah,sisa-sisa kayu di hutan, dan sisa-sisa tanaman di perkebunan. Sumber CO yang ketiga adalah dari proses industri. Dua industri yang merupakan sumber CO terbesar yaitu industri besi dan baja.

2.3.2Nitrogen Oksida

2.3.2.1. Pembentukan Nitrogen Oksida

Nitrogen oksida adalah kelompok gas yang berada di atmosfer yang terdiri dari gas nitrit oksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2). Walaupun bentuk nitrogen

oksida lainnya ada, tetapi kedua gas ini yang paling banyak ditemui sebagai polutan udara. Nitrik oksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau, sedangkan nitrogen dioksida mempunyai warna coklat kemerahan dan berbau tajam.


(37)

Karena jumlah oksida yang lebih besar, NO terdapat di atmosfer dalam jumlah yang lebih besar daripada NO2. Pembentukan NO dan NO2mencakup reaksi antara

nitrogen dan oksigen di udara sehingga membentuk NO, kemudian reaksi selanjutnya antara NO dengan lebih banyak oksigen membentuk NO2.

N2 + O2 2NO

2NO + O2 2NO2

2.3.2.2. Sumber Polusi Nitrogen Oksida

Dari sejumlah NOx yang dibebaskan ke atmosfer, jumlah yang terbanyak

adalah dalam bentuk NO yang diproduksi oleh aktivitas bakteri. Akan tetapi polusi NO dari sumber alami ini tidak merupakan masalah karena tersebar secara merata sehingga jumlahnya menjadi kecil. Yang menjadi masalah adalah polusi NO yang diproduksi oleh kegiatan manusia karena jumlahnya akan meningkat pada tempat-tempat tertentu.

Konsentrasi NOx di udara di daerah perkotaan biasanya 10 – 100 kali lebih

tinggi daripada di udara di daerah pedesaan. Emisi nitrogen oksida dipengaruhi oleh kepadatan penduduk karena sumber utama NOx yang diproduksi manusia

adalah dari pembakaran, dan kebanyakan pembakaran disebabkan oleh kendaraan, produksi energi dan pembuangan sampah. Sebagian besar emisi NOx yang dibuat

manusia berasal dari pembakaran arang, minyak, gas alam, dan bensin.

2.3.2.3. Penyebaran Nitrogen Oksida

Konsentrasi NOx di udara dalam suatu kota bervariasi sepanjang hari

tergantung dari sinar matahari dan aktivitas kendaraan. Perubahan konsentrasi NOx


(38)

1. Sebelum matahari terbit, konsentrasi NO dan NO2 tetap stabil pada

konsentrasi sedikit lebih tinggi dari konsentrasi minimum sehari-hari.

2. Segera setelah aktivitas manusia meningkat (jam 6-8 pagi) konsentrasi NO meningkat terutama karena meningkatnya aktivitas lalu lintas yaitu kendaraan bermotor. Konsentrasi NO tertinggi pada saat ini akan mencapai 1 – 2 ppm. 3. Dengan terbitnya sinar matahari yang meamancarkan sinar ultraviolet,

konsentrasi NO2 meningkat karena perubahan NO primer menjadi NO2

sekunder. Konsentrasi NO2 pada saat ini dapat mencapai 0,5 ppm.

4. Konsentarsi ozon meningkat dengan menurunnya konsentrasi NO sampai kurang dari 0,1 ppm.

5. Jika intensitas energi solar (sinar matahari) menurun pada sore hari (jam 5 - 8 sore) konsentarsi NO meningkat kembali.

6. Energi matahari tidak tersedia untuk mengubah NO menjadi NO2 (melalui

reaksi hidrokarbon), tetapi O3 yang terkumpul sepanjang hari akan bereaksi

dengan NO. Akibatnya terjadi kenaikan konsentrasi NO2 dan penurunan

konsentrasi O3. (Fardiaz, 2011)

2.4. Dampak Pencemaran Terhadap Kesehatan Lingkungan 2.4.1. Dampak Pencemaran oleh Karbon Monoksida (CO)

2.4.1.1. Dampak Pencemaran CO Terhadap Tanaman

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian CO selama 1 sampai 3 minggu pada konsentrasi sampai 100 ppm tidak memberi pengaruh yang nyata terhadap tanam-tanaman tingkat tinggi. Akan tetapi kemampuan untuk fiksasai nitrogen oleh bakteri bebas akan terhambat dengan pemberian CO selama 35 jam


(39)

pada konsentrasi 2000 ppm. Demikian pula kemampuan untuk fiksasi nitrogen oleh bakteri yang terdapat pada akar tanam-tanaman juga terhambat dengan pemberian CO sebesar 100 ppm selama satu bulan. Karena konsentrasi CO di udara jarang mencapai 100 ppm, meskipun dalam waktu sebentar, maka pengaruh CO terhadap tanam-tanaman biasanya tidak terlihat secara nyata.

2.4.1.2. Dampak Pencemaran CO Terhadap Manusia

Karbon monoksida adalah gas yang tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak berasa, oleh sebab itu lingkungan yang tercemar oleh CO tidak dapat dilihat oleh mata. Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu -192°C. Di udara gas CO terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit, hanya sekitar 0,1 ppm. Di daerah dengan lalu lintas yang padat konsentrasi gas CO berkisar antara 10-15 ppm. Nilai ambang batas zat pencemar karbon monoksida dalam udara adalah 30.000 μg/Nm3 (26 ppm) dalam pengukuran satu jam. Kadar pencemar di udara selain dipengaruhi oleh jumlah sumber pencemar, parameter meteorologi juga mempengaruhi kadar pencemar di udara sehingga kondisi lingkungan tidak dapat diabaikan. Kecepatan angin dan suhu udara adalah bagian dari parameter meteorologi yang dapat mempengaruhi kadar pencemar di udara. (Neigburger, 1995)

Sudah sejak lama diketahui bahwa gas CO dalam jumlah banyak (konsentrasi tinggi) dapat menyebabkan gangguan kesehatan bahkan juga dapat menimbulkan kematian, inilah dampak karbon monoksida (CO) terhadap kesehatan. Apabila terhisap ke dalam paru-paru, karbon monoksida akan masuk ke dalam peredaran darah dan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini terjadi karena gas CO ikut bereaksi secara metabolis dengan darah.


(40)

Seperti halnya oksigen, gas CO mudah bereaksi dengan darah (hemoglobin) :

Hemoglobin + O2 O2Hb

(Oksihemoglobin)

Hemoglobin + CO COHb

(Karboksihemoglobin)

Ikatan karboksihemoglobin jauh lebih stabil daripada ikatan oksihemoglobin dengan darah. Kestabilan karboksihemoglobin kira-kira 140 kali dari kestabilan oksihemoglobin. Keadaan ini menyebabkan darah menjadi lebih mudah menangkap gas CO dan menyebabkan fungsi vital darah sebagai pengangkut oksigen terganggu. (Mukono, 2008)

Dalam keadaan normal hemoglobin berfungsi mengangkut oksigen (dalam bentuk oksihemoglobin) dari paru-paru untuk dibagikan ke sel-sel yang membutuhkannya. Hemoglobin juga berfungsi mengambil gas CO2 hasil pembakaran dari sel-sel tubuh

(dalam bentuk karbodioksihemoglobin) untuk dibuang keluar tubuh melalui paru-paru. (Mukono, 2008)

Untuk mengetahui apakah seseorang memang terpapar oleh zat pencemar dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah. Namun apabila pemeriksaan darah tidak dilakukan, dapat juga dilihat dari gejala-gejala yang ditunjukkan oleh orang yang terpapar zat pencemar CO. Gejala-gejala keracunan CO antara lain pusing, rasa tidak enak pada mata, telinga berdengung, mual, muntah, detak jantung meningkat, rasa


(41)

tertekan di dada, kesukaran bernafas, kelemahan otot- otot, tidak sadar dan bisa meninggal dunia (Mukono, 2008).

Apabila waktu kontak hanya sebentar, gas CO konsentrasi 100 ppm masih dianggap aman. Gas CO sebanyak 30 ppm apabila dihisap oleh manusia selama 8 jam akan menimbulkan rasa pusing dan mual. Konsentrasi CO sebanyak 1000 ppm dengan paparan selama 1 jam menyebabkan pusing dan kulit berubah menjadi kemerah-merahan. Untuk paparan 1300 ppm selama 1 jam, kulit akan langsung berubah warna menjadi merah tua dan disertai rasa pusing yang hebat.

Tabel 2.5.Pengaruh konsentrasi CO di udara dan pengaruhnya pada tubuh bila kontak terjadi pada waktu yang lama

Konsentrasi CO di udara

(ppm)

Konsentrasi COHb dalam darah (%)

Gangguan pada tubuh

3 0,98 tidak ada

5 1,3 belum begitu terasa

10 2,1 sistem syaraf pusat

20 3,7 panca indera

40 6,9 fungsi jantung

60 10,1 sakit kepala

80 13,3 sulit bernafas

100 16,5 pingsan – kematian

(Sumber : Mukono, 1997)

2.4.2. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Dioksida 2.4.2.1. Dampak Pencemaran NOx terhadap tanaman

Adanya NOx di atmosfer akan mengakibatkan kerusakan tanaman, akan tetapi


(42)

karena polutan sekunder yang diproduksi dalam siklus fotolitik NO2. Beberapa

polutan sekunder diketahui bersifat sangat merusak tanaman. Percobaan dengan cara fumigasi tanam-tanaman dengan NO2 menunjukkan terjadinya bintik-bintik

pada daun jika digunakan konsentrasi 1,0 ppm, sedangkan dengan konsentrasi yang lebih tinggi (3,5 ppm atau lebih) terjadi nekrosis atau kerusakan tenunan daun.

Fumigasi tanaman buncis dan tomat dengan konsentrasi 10 ppm NO menunjukkan penurunan kecepatan fotosintesis sebanyak 60-70%, yaitu dengan cara mengukur absorbsi CO2. Absorbsi CO2 akan kembali normal segera setelah

pemberian NO dihentikan.perlakuan tersebut tidak menyebabkan timbulnya kerusakan tenunan daun. (Stoker dan Seagar dalam Fardiaz, 2011)

2.4.2.2.Dampak Pencemaran NOx Terhadap Manusia

Kedua macam gas nitrogen oksida (NO dan NO2) mempunyai sifat yang sangat

berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan. Gas NO yang mencemari udara secara visual sulit diamati karena gas tersebut tidak berwarna dan tidak berbau. Sedangkan gas NO2 bila mencemari udara mudah diamati dari baunya

yang sangat menyengat dan warnanya coklat kemerahan.

Udara yang mengandung gas NO dalam batas normal relatif aman dan tidak berbahaya. Konsentrasi gas NO yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf yang mengakibatkan kejang-kejang. Bila keadaan ini terus berlanjut akan dapat menyebabkan kelumpuhan.


(43)

Menurut Mukono (2005), apabila udara tercemar oleh gas NO2 dan bereaksi

dengan uap air maka akan menjadi korosif dan memberikan efek iritasi terhadap mata, paru dan kulit.

a. Terhadap alat pernafasan

Iritasi terhadap paru akan menyebabkan edema paru setelah terpapar oleh gas NO2 selama 48 – 72 jam, apabila terpapar dengan dosis yang

meningkat akan menjadi fatal. b. Terhadap mata

Iritasi mata dapat terjadi apabila NO2 berupa uap yang pekat

c. Terhadap kulit

Iritasi terhadap kulit dapat terjadi apabila kulit kontak dengan uap air nitrogen akan menyebabkan luka bakar.

d. Efek lain (terhadap darah)

Kadar nitrogen pada konsentrasi tertentu dapat bereaksi dengan darah.

Nitrogen dioksida (NO2) empat kali lebih beracun daripada nitrogen

monoksida (NO). Nitrogen dioksida bersifat racun terutama terhadap paru (Fardiaz, 1992).

Gas NO2 dapat memberikan kelainan berupa:

a. terbentuknya MethHb (Meth Hemoglobin) b. peningkatan inspiratory resistance

c. peningkatan expiratory resistance

d. terjadinya sembab paru


(44)

e. terjadinya fibrosis paru (Mukono, 2008)

Polutan NO2 yang tersebar di udara bersifat toksik bagi tubuh manusia. Efek

yang ditimbulkan bergantung pada dosis serta lama pemaparan yang diterima oleh seseorang. Apabila masuk ke dalam paru-paru akan membentuk asam nitrit (HNO2) dan asam nitrat (HNO3) yang merusak jaringan mucous. Kadar gas

nitrogen dioksida (NO2) antara 50-100 ppm dapat menyebabkan peradangan

paru-paru pada orang yang terpapar beberapa menit saja. Namun gangguan kesehatan itu dapat sembuh dalam waktu 6-8 minggu. Jika kadarnya mencapai 150-200 ppm, gangguan kesehatannya berupa pemampatan bronchioli. Karena gangguan itu seseorang dapat meninggal dalam waktu 3-5 minggu setelah pemaparan. Jika kadar pencemar NO2 mencapai lebih dari 500 ppm, gangguan yang timbul adalah

kematian dalam waktu antara 2-10 hari. Apabila bereaksi dengan uap air dalam udara atau larut pada tetesan air, polutan NOx di dalam udara juga dapat berperan

sebagai sumber nitrit atau nitrat di lingkungan. Kedua senyawa itu dalam jumlah besar dapat menimbulkan gangguan pada saluran pencernaan, diare campur darah disusul oleh konvulsi, koma dan bila tidak tertolong akan meninggal. Keracunan kronis akan menyebabkan depresi umum, sakit kepala dan gangguan mental (Akhadi, 2009).

Di dalam tubuh manusia, nitrit terutama akan bereaksi dengan hemoglobin membentuk methemoglobin (metHb). Apabila jumlahnya melebihi kadar normal, akan menyebabkan methemoglobineamia. Pada bayi sering dijumpai karena pembentukan enzim yang dapat menguraikan metHb menjadi Hb masih belum


(45)

sempurna. Akibat dari gangguan ini, tubuh bayi akan kekurangan oksigen sehingga mukanya akan tampak membiru atau sering dikenal dengan bayi biru (Akhadi, 2009).

Menurut Mukono (1997), pencemaran udara oleh NO2 dapat mengakibatkan

terjadinya radang paru dan jika hal ini berlangsung terus-menerus dapat mengakibatkan kelainan faal paru obstruktif, yang disebut Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM).

Kadar NO

2 yang lebih tinggi dari 100 ppm dapat mematikan sebagian besar

binatang percobaan dan 90% dari kematian tersebut disebabkan oleh gejala pembengkakan paru (edema pulmonari). Kadar NO2 sebesar 800 ppm akan

mengakibatkan 100% kematian pada binatang-binatang yang diuji dalam waktu 29 menit atau kurang. Pemajanan NO2dengan kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap

manusia mengakibatkan kesulitan dalam bernafas (Depkes, 2007).

Pencemaran udara oleh gas NOx juga dapat menyebabkan timbulnya Peroxy

Acetyl Nitrates yang disingkat PAN. Peroxy Acetyl Nitrates ini menyebabkan iritasi pada mata yang menyebabkan mata terasa pedih dan berair. (Wardhana,2004)

2.5.Pencegahan Pencemaran Udara

Mengingat bahaya kesehatan yang dapat terjadi karena pencemaran udara, maka harus dilakukan upaya untuk mengurangi pencemaran yang terjadi. Banyak program yang telah digalakkan pemerintah guna mengurangi resiko pencemaran udara salah satunya penggunaan BBM yang beroktan tinggi/bebas timbal bagi


(46)

Adapun usaha yang dapat kita lakukan antara lain:

1. Mengurangi pemakaian bahan bakar fosil terutama yang mengandung asap serta gas-gas polutan lainnya agar tidak mencemarkan lingkungan.

2. Memperbanyak tanaman hijau di daerah polusi udara tinggi, maupun di sekitar tempat tinggal dan merawatnya. Karena salah satu kegunaan tumbuhan adalah sebagai

indikator pencemaran dini, selain sebagai penahan debu dan bahan partikel lain.

3. Menggunakan transportasi massal seperti bus,angkutan kota,kereta api dan lain-lain untuk mengurangi jumlah kendaraan di jalan raya. Juga dapat menggunakan

transportasi ramah lingkungan seperti becak, dokar, sepeda atau berjalan kaki apabila jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh.

4. Mematuhi batas kecepatan dan jangan membawa beban terlalu berat di kendaraan agar pemakaian bensin lebih efektif,dan lain-lain.


(47)

2.6.Kerangka Konsep

Pengukuran CO dan NO2 Di Terminal

Amplas

Keluhan kesehatan pedagang asongan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.41 Tahun 1999

Karakteristik pedagang asongan di terminal Amplas

• Umur • Pendidikan • Waktu kerja • Masa kerja

• Kebiasaan merokok • Riwayat penyakit


(48)

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survai yang bersifat deskriptif dengan desain penelitian

cross sectional, untuk mengetahui kadar CO dan NO2 serta keluhan kesehatan

pedagang asongan di Terminal Amplas Medan Tahun 2014.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Terminal Amplas Medan. Adapun pemilihan lokasi ini atas dasar bahwa pencemaran udara di tempat umum seperti rumah sakit, pasar, dan terminal yang masih tinggi, dimana belum peernah dilakukan penelitian yang sama. Terminal/ lokasi ini juga dipilih karena adanya keluhan-keluhan kesehatan sering dialami oleh pedagang asongan yang ada di terminal Amplas, seperti batuk, mata merah,mual muntah.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan Agustus 2014 – Januari 2015.

3.3.Populasi dan Sampel 3.3.1.Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua pedagang asongan yang ada di terminal Amplas yang berjumlah 30 orang.

3.3.2.Sampel

Dalam penelitian ini, sampel yang diambil adalah total sampling yaitu semua pedagang asongan yang terdapat dalam populasi berjumlah 30 orang. Kriteria nya


(49)

pedagang asongan bekerja minimal 6 jam perhari dan berjualan di sekitar terminal Amplas. Waktu 6 jam perhari diambil karena rata-rata pedagang mulai melakukan kegiatannya mulai pukul 8 pagi sampai pukul 3 sore.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1.Data Primer

Data primer diperoleh dengan melakukan pengukuran CO dan NO2 langsung di

lokasi terminal Amplas dan wawancara langsung dengan responden.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dengan cara mengambil data yang sudah tersedia di Kantor Terminal berupa : jumlah kendaraan bermotor yang masuk dan keluar terminal, baik bus Antar Kota Antar Provinsi, Antar Kota Dalam Provinsi, maupun angkutan kota, dan lain-lain.

3.5. Teknik Pengambilan Sampel

Pengukuran CO dan NO2 dilakukan pada tiga titik yaitu pada : 1. Pelataran

AKDP, 2. Pelataran angkot, dan 3. Pintu keluar masuk terminal. Pengukuran dilakukan selama 1 jam pada tiap titik , dan masing-masing sebanyak 3 kali, yaitu :

1. Pagi hari pada pukul 08.00 WIB 2. Siang hari pada pukul 12.00 WIB 3. Sore hari pada pukul 15.00 WIB

Titik pengambilan sampel dipilih karena dianggap dapat mewakili wilayah Terminal Amplas yang mengalami pencemaran paling besar dibanding titik lain, di titik-titik tersebut banyak kendaraan lalu lalang juga didapat banyak pedagang asongan menjajakan dagangannya.


(50)

Adapun alasan dilakukan pada pagi, siang, dan sore didasarkan atas kepadatan kendaraan bermotor karena adanya aktivitas masyarakat seperti berangkat kerja, sekolah, dan sebagainya.

Sampel diambil oleh peneliti dibantu petugas dari BTKLPP (Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit) Medan. Sampel karbon monoksida didapat dengan menggunakan alat CO NDIR Analyzer, sedangkan sampel nitrogen dioksida didapat dengan menggunakan alat Impinger, kemudian hasil pengukuran dianalisis di BTKLPP Medan.

3.5.1. Prosedur Pengukuran Karbon Monoksida di Udara Ambien

Prosedur pengukuran karbon monoksida di udara, sebagai berikut: 1. Alat di letakkan 1,5 meter di atas jalan raya

2. Tekan tombol ON/OFF

3. Alat distabilkan selama 2 menit

4. Tekan tombol DOWN, sampai keluar tanda RECORD di sudut kanan atas dari display (RECORD untuk menangkap polutan karbon monoksida)

5. Atur waktu selama 1 jam untuk melakukan pengukuran karbon monoksida di udara ambien

6. Tekan tombol RECORD untuk pemberhentian pengukuran.


(51)

3.5.2. Pengukuran Nitrogen Dioksida (NO2) di Udara Ambien 3.5.2.1. Pengambilan Contoh Uji

1. Susun peralatan pengambilan contoh uji dengan baik dan benar

2. Masukkan larutan penyerap Griess Saltzman sebanyak 10 mL ke dalam botol penyerap. Atur botol penyerap agar terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung,

3. Hidupkan pompa penghisap udara dan atur kecepatan alir 0,4 L/menit, setelah stabil catat laju alir awal F1

4. Lakukan pengambilan contoh uji selama 1 jam dan catat temperatur dan tekanan udara

5. Setelah satu jam catat laju alir akhir dan kemudian matikan pompa penghisap

6. Analisis yang dilakukan di lapangan segera setelah pengambilan contoh.

3.5.2.2. Bahan/ Pereaksi

1. Hablur asam sulfanilat (H2NC6H4SO3H)

2. Larutan asam asetat glasial (CH3COOH)

3. Air suling bebas nitrit

4. Larutan nitrit N-(1-naftil)-etilendiamin dihidroklorida (NEDA, C12H16Cl2N2)

- Larutkan 0,1 gr NEDA dengan air suling kedalam botol coklat dan simpan dilemari pendingin, kemudian encerkan dengan air suling sampai tanda tera.

- Larutan tersebut dipindahkan ke dalam botol coklat dan simpan dilemari pendingin. 5. Aseton (C3H6O)

6. Larutan penyerap Griess Saltzman


(52)

- Larutkan 5 gr asam sulfanilat (H2NC6H4SO3H) dalam gelas piala 1000 ml dengan 140

ml asam asetat glasial, aduk secara hati-hati dengan stirer sambil ditambahkan dengan air suling hingga kurang lebih 800 ml.

- Pindahkan larutan tersebut kedalam labu ukur 1000 ml

- Tambahkann 20 ml larutan induk NEDA , dan 10 ml aseton, tambahkan air suling hingga sampai tanda tera, lalu homogenkan

7. Larutan induk NO21640 μg/mL

- Keringka n natrium nitrit (NaNO2) dalam oven selama 2 jam pada suhu 105°C, dan

dinginkan dengan desikator

- Timbang 0, 246 gr natrium nitrit yang tersebut diatas, kemudian larutkan kedalam labu ukur 100 ml dengan air suling, tambahkan air suling hingga

tanda tera, lalu homogenkan

- Pindahkan larutan tersebut ke dalam botol coklat dan simpan di lemari pendingin

8. Larutan standar nitrit (NO2)

Masukkan 10 ml larutan induk natrium nitrit ke dalam labu ukur 1000 ml, tambahkan air suling hingga tanda tera, lalu homogenkan.

3.5.2.3. Prosedur Analisis 1. Pembuatan Kurva Kalibrasi


(53)

b. Masukkan masing-masing 0,0 ml; 0,1 ml; 0,2 ml; 0,4 ml; 0,6 ml; 0,8 ml; 1,0 ml, larutan standar nitrit menggunakan pipet volumetri atau buret mikro ke dalam tabung uji 25 ml

c. Tambahkan larutan penyerap sampai tanda tera, kocok dengan baik dan biarkan selama 15 menit agar pembentukan warna sempurna

d. Ukur serapan masing-masing larutan standar dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 550 nm

e. Buat kurva kalibrasi antara serapan dengan jumlah NO2(μg) 2. Pengujian Contoh Uji

a. Masukkan larutan contoh uji ke dalam kuvet pada alat spektofotometer, ukur intensitas warna merah muda yang terbentuk pada panjang gelombang 550 nm

b. Baca serapan contoh uji kemudian hitung konsentrasi dengan menggunakan kurva kalibrasi

3.5.2.4. Perhitungan

1. Volume contoh uji udara yang diambil

Volume contoh uji udara yang diambil, dihitung pada kondisi normal (25°C, 760 mmHg) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

V = F1 + F2 x Pat x 2 Ta 760

298’

Dimana:

V : Volume udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal 25 °C, 760 mmHg


(54)

F2 : Laju alir akhir (L/ menit)

T : Durasi pengambilan contoh uji (menit)

Pa : Tekanan barometer rata-rata selama pengambilan contoh uji (mmHg) Ta : Temperatur rata-rata selama pengambilan contoh uji (K)

298 : Konversi temperatur pada kondisi normal (25°C) ka dalam kelvin 760 : Tekanan udara standar (mmHg)

2. Konsentrasi NO2 di udara ambien

Konsentari NO2 dalam contoh uji dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: CNO2 = b x 10

V 25 x 1000

Dimana:

C : Konsentrasi NO2di udara (μg/ Nm3)

b : Jumlah NO2dari contoh uji hasil perhitungan dari kurva kalibrasi (μg)

V : Volume udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal 25°C, 760 mmHg 10/25 : Faktor pengenceran

1000 : Konversi liter ke m3

3.6. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner

2. Spektrophotometer 3. NDIR analyzer


(55)

3.7.Defenisi Operasional

1. Pengukuran kadar CO dan NO2 terminal adalah pengukuran yang dilakukan

untuk mengetahui kadar CO dan NO2 udara ambien di lingkungan terminal

dengan menggunakan metode NDIR analyzer dan Spektrophotometer metode Saltzman.

2. Kadar CO dan NO2 udara terminal adalah kandungan CO dan NO2 udara di

lingkungan terminal yang didapat dari hasil pengukuran.

3. Pedagang asongan adalah orang menjajakan dagangannya menggunakan kotak kecil yang dikalungkan pada lehernya, seperti air mineral, rokok, korek api, permen, tissue, kacang dan lain-lain minimal 6 jam perhari selama 5 tahun sekitar terminal Amplas.

4. Umur adalah usia responden pada saat penelitian ini dilakukan karena dapat mempengaruhi kualitas kesehatan dan ketahanan fisik seseorang.

5. Pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh dan ditamatkan oleh responden.

6. Waktu kerja per hari adalah lamanya responden bekerja dalam 1 hari.(hitungan jam)

7. Waktu kerja per minggu adalah lamanya responden bekerja dalam 1 minggu

8. Masa kerja adalah lamanya responden sudah melakukan pekerjaannya. .(hitungan hari)

9. Kebiasaan merokok adalah kebiasaan responden mengkonsumsi rokok sehari-hari baik saat berdagang maupun saat melakukan kegiatan lain.


(56)

10.Riwayat penyakit adalah penyakit bawaan yang pernah dialami dan masih dialami oleh responden.

11.Keluhan kesehatan pedagang asongan adalah gangguan yang timbul atau pernah dirasakan pedagang/responden yang mungkin diakibatkan karena paparan CO dan NO secara terus-menerus dalam jumlah tertentu, berupa batuk, sesak nafas, mata perih, mata berair, mual, sakit kepala / pusing.

3.8. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran adalah mengetahui gambaran kadar CO dan NO2 udara di

terminal Amplas, jika terdapat kadar karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) melebihi baku mutu kualitas udara ambien sesuai Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 41 tahun 1999 maka udara tersebut sudah tercemar karbon monoksida (CO) dan nitrogen oksida (NO2).

Aspek pengukuran (berdasarkan kuesioner) juga dapat mengetahui jenis keluhan kesehatan yang dialami pedagang asongan di terminal Amplas. Keluhan kesehatan dilihat berdasarkan jenis pencemarnya. Keluhan kesehatan yang diakibatkan oleh gas pencemar CO yaitu:

a. Sulit bernafas

b. Sakit kepala / pusing c. Mual/muntah


(57)

Sedangkan keluhan kesehatan yang diakibatkan oleh gas pencemar NO2 yaitu:

a. Sulit bernafas

b. Mata perih, mata berair

3.9.Teknik Analisa Data

Data yang telah terkumpul dari pengukuran CO, pengukuran NO2 , serta

hasil wawancara dengan pedagang/responden, diolah dan dianalisa menggunakan salah satu program komputer, dan disajikan dalam bentuk tabel.


(58)

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Terminal Amplas Medan

Terminal Amplas merupakan salah satu terminal yang ada di kota Medan yang berperan sebagai terminal bus antar kota dalam provinsi, antar kota antar provinsi dan angkutan dalam Kota Medan. Terminal ini terletak di Jalan Panglima Denai, Kelurahan Amplas, Kecamatan Medan Amplas, Kota Medan.

4.1.1. Sejarah Singkat Terminal Amplas

Terminal ini mulai beroperasi secara resmi pada tahun 1991.

Tahun 1991 – 2002 terminal terpadu Amplas dikelola oleh : Dinas Perhubungan dan Perusahaan Daerah Pembangunan (PD Pembangunan).

Tahun 2003 – 2009 terminal Amplas dikelola oleh : Dinas Perhubungan

Tahun 2009 – sekarang terminal Amplas dikelola oleh : Dinas Perhubungan dibantu oleh kepolisian untuk menertibkan keamanan di area dan sekitar terminal.

Terminal Amplas Medan kini memiliki area seluas sekitar 35.961 m2 yang awalnya memiliki luas 50.961 m2. Batas-batas Terminal Amplas Medan adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Deli b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Deli c. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Amplas

d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Deli

4.1.2. Kapasitas Terminal Amplas

Menurut staf Dinas Perhubungan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Terminal Terpadu Amplas Medan, sarana dan prasarana yang terdapat di terminal ini sudah mencukupi. Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan tahunan terminal Amplas, diketahui bahwa


(59)

jumlah keseluruhan bus AKAP (Antar Kota Antar Provinsi) sebanyak 271 unit yang beroperasi tiap hari, bus AKDP (Antar Kota Dalam Provinsi) ada sebanyak 590 unit, MPU AKDP ada sebanyak 445 unit beroperasi tiap hari. Berdasarkan data KPS terminal Amplas, jumlah angkutan kota yang keluar dan masuk Terminal Amplas ada sebanyak 3321 unit perhari.

4.1.3. Fasilitas-fasilitas Yang Ada Di Terminal Amplas

Fasilitas-fasilitas yang tedapat di Terminal Terpadu Amplas Medan adalah sebagai berikut :

- Loket-loket

Ada 5 loket bus yang ada di terminal Amplas, dan setiap loket dijaga oleh 1 orang petugas.

- Ruang Tunggu

Tersedia ruang tunggu bagi penumpang yang akan berangkat menggunakan bus AKDP (Antar Kota Dalam Provinsi)

- Toilet Umum

Tersedia 1 toilet umum bagi pengunjung dan penumpang yang terletak di sudut pelataran AKDP.

- Musholla - Kantin - Warung

- Tambal Ban/Service - Doorsmeer

- Pelataran Parkir Pengunjung


(60)

- Pos Polisi - Pos Jaga

Ada 2 pos jaga yang terdapat di terminal Amplas yaitu pos jaga menuju pelataran AKDP dan pos jaga menuju pelataran angkutan kota. Tiap pos jaga dijaga oleh 2 orang dari Dinas Perhubungan yang mengutip uang retribusi.

- Pemadam Kebakaran

Selain fasilitas-fasilitas diatas juga dijumpai banyak pedagang asongan serta pedagang kaki lima yang menjajakan makanan dan minuman di sekitar terminal tersebut. Fasilitas-fasilitas yang ada di terminal Amplas berada dalam keadaaan tidak teratur dan tidak terjaga kebersihannya.

4.2. Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh adalah berupa karakteristik responden, kondisi udara di tempat penelitian (terminal Amplas Medan), keluhan kesehatan, kebiasaan merokok serta kadar CO dan NO2 udara di kawasan terminal Amplas Medan.

4.2.1 Kadar CO dan NO2 Udara di Terminal Amplas Medan a. Kadar CO dan NO2 Udara Di Terminal Amplas

Berdasarkan hasil analisis laboratorium, diketahui bahwa kadar CO dan NO2


(61)

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Kadar Karbon Monoksida (CO) Dan Nitrogen Dioksida (NO2) Di Terminal Amplas Pada Pagi Hari (09.00-10.00) No Parameter Satuan Titik Sampel

Rata-rata

Baku Mutu Ket.

I II III

1 CO Ppm 22 18 24 21.33 29 MS

2 NO2 µg/m3 194.11 120.82 213.16 176.03 400 MS

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa kadar karbon monoksida (CO) tertinggi pada pagi hari terjadi pada titik sampel III yaitu sebesar 24 ppm, sedangkan kadar karbon monoksida (CO) terendah pada pagi hari terjadi pada titik sampel II yaitu sebesar 18 ppm. Kadar karbon monoksida (CO) yang di ukur pada ketiga titik penelitian pada pagi hari tersebut masih memenuhi syarat baku mutu menurut PP No. 41 tahun 1999 yaitu 29 ppm.

Kadar nitrogen dioksida (NO2) tertinggi pada pagi hari terdapat pada titik sampel

III yaitu sebesar 213,16 µg/m3, sedangkan kadar nitrogen dioksida terendah pada pagi hari terdapat pada titik sampel II yaitu sebesar 120,82 µg/m3. Kadar nitrogen dioksida (NO2) yang diukur pada ketiga titik sampel penelitian pada pagi hari tersebut masih

memenuhi syarat baku mutu menurut PP No. 41 tahun 1999 yaitu 400 μg/Nm³.

Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Kadar Karbon Monoksida (CO) Dan Nitrogen Dioksida (NO2) Di Terminal Amplas Pada Siang Hari ( 12 .00 – 13.00 ) No Parameter Satuan Titik Sampel

Rata-rata

Baku Mutu Ket.

I II III

1 CO Ppm 16 14 18 16 29 MS

2 NO2 µg/m3 91.28 77.71 198.62 122.53 400 MS

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa kadar karbon monoksida (CO) tertinggi pada 38


(62)

monoksida (CO) terendah pada siang hari terjadi pada titik sampel II yaitu sebesar 14 ppm. Kadar karbon monoksida (CO) yang di ukur pada ketiga titik penelitian pada siang hari tersebut masih memenuhi syarat baku mutu menurut PP No. 41 tahun 1999 yaitu 29 ppm.

Kadar nitrogen dioksida (NO2) tertinggi pada siang hari terdapat pada titik sampel

III yaitu sebesar 198,62 µg/m3, sedangkan kadar nitrogen dioksida terendah pada siang hari terdapat pada titik sampel II yaitu sebesar 77,71 µg/m3. Kadar nitrogen dioksida (NO2) yang diukur pada ketiga titik sampel penelitian pada siang hari tersebut masih

memenuhi syarat baku mutu menurut PP No. 41 tahun 1999 yaitu 400 μg/Nm³.

Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Kadar Karbon Monoksida (CO) Dan Nitrogen Dioksida (NO2) Di Terminal Amplas Pada Sore Hari (15.00 – 16.00)

No Parameter Satuan Titik Sampel Rata-rata

Baku Mutu Ket.

I II III

1 CO ppm 19 18 22 19.67 29 MS

2 NO2 µg/m3 185.38 106.16 224.65 172.06 400 MS

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa kadar karbon monoksida (CO) tertinggi pada sore hari terjadi pada titik sampel III yaitu sebesar 22 ppm, sedangkan kadar karbon monoksida (CO) terendah pada sore hari terjadi pada titik sampel II yaitu sebesar 18 ppm. Kadar karbon monoksida (CO) yang di ukur pada ketiga titik sampel penelitian pada sore hari tersebut masih memenuhi syarat baku mutu menurut PP No. 41 tahun 1999 yaitu 29 ppm.

Kadar nitrogen dioksida (NO2) tertinggi pada sore hari terdapat pada titik sampel


(63)

hari terdapat pada titik sampel II yaitu sebesar 106,16 µg/m3. Kadar nitrogen dioksida (NO2) yang diukur pada ketiga titik sampel penelitian pada sore hari tersebut masih

memenuhi syarat baku mutu menurut PP No. 41 tahun 1999 yaitu 400 μg/Nm³.

b. Perbandingan Kadar CO dan NO2 Di Tiga Titik Sampel

Perbandingan kadar CO pada ketiga titik sampel dalam tiga kali pengukuran di terminal Amplas dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Gambar 4.1. Grafik Garis Perbandingan Kadar CO Pada Ketiga Titik Sampel Di Terminal Amplas Tahun 2014

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa kadar karbon monoksida (CO) paling tinggi terjadi di titik sampel III pada pagi hari (24 ppm), sedangkan kadar karbon monoksida paling rendah terjadi di titik sampel II pada siang hari (14 ppm).

22 18 24 21,33 16 14 18 16 19 18 22 19,67 0 5 10 15 20 25 30

TITIK I TITIK II TITIK III rata-rata

s a t u a n p p m TITIK SAMPEL

Perbandingan Kadar CO Di Terminal Amplas

pukul 09.00-10.00 pukul 12.00-13.00 pukul 15.00-16.00


(64)

Sedangkan perbandingan kadar NO2 pada ketiga titik sampel dalam tiga kali

pengukuran di terminal Amplas dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Gambar 4.2. Grafik Garis Perbandingan Kadar NO2 Pada Ketiga Titik Sampel Di Terminal Amplas Tahun 2014

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa kadar nitrogen dioksida (NO2) paling tinggi

terjadi di titik sampel III pada sore hari (224.65 µg/m3), sedangkan kadar nitrogen dioksida (NO2) paling rendah terjadi di titik sampel II pada siang hari (77.71 µg/m3).

Kadar karbon monoksida (CO) maupun kadar nitrogen dioksida (NO2) yang

diukur di terminal Amplas tidak melebihi syarat baku mutu menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.41 Tahun 1999, walaupun pada saat penelitian dilakukan banyak kendaraan yang lalu lalang di titik-titik pengambilan sampel. Hal ini dapat terjadi karena banyak faktor, diantaranya adalah faktor cuaca, pada saat pengukuran kadar CO dan NO2 dilakukan cuaca mendung pada pagi dan siang hari,

sedangkan pada sore hari cuaca terik sehingga kadar karbon monoksida dan nitrogen dioksida jumlahnya meningkat.

194,11 120,82 213,16 176,03 91,28 77,71 198,62 122,53 185,38 106,16 224,65 172,06 0 50 100 150 200 250

TITIK I TITIK II TITIK III RATA-RATA

s a t u a n µ g / m 3 TITIK SAMPEL

Perbandingan Kadar NO

2

di Terminal Amplas

PUKUL 09.00-10.00 pukul 12.00-13.00 pukul 15.00-16.00


(65)

Kecepatan angin, arah angin, kelembaban udara dan suhu udara di sekitar dapat mempengaruhi penyebaran pencemar. (Sarudji, 2010).

4.2.2. Karakteristik Responden Pedagang Asongan Di Terminal Amplas

Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan dan lama berdagang.

4.2.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur responden penelitian diklasifikasikan kedalam 4 kelompok yakni 30-39 tahun, 40-49 tahun, 50- 59 tahun, dan lebih dari 59 tahun dengan distribusi sebagai berikut:

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Pada Pedagang Asongan Di Terminal Amplas Tahun 2014

No Kelompok Umur Jumlah (orang) Persentase (%)

1 30-39 tahun 6 20.0

2 40-49 tahun 9 30.0

3 50-59 tahun 13 43.3

4 >59 tahun 2 6.7

Total 30 100.0

Sumber : Hasil penelitian 2014 (data diolah)

Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa dari 30 responden penelitian, 6 orang (20 %) berumur antara 30-39 tahun, 9 orang (30%) berumur antara 40-49 tahun, ada 13 orang (43,3%) yang berumur 50-59 tahun, dan 2 orang (6,7%) yang berumur lebih dari 59 tahun. Dengan demikian, mayoritas subjek penelitian berumur antara 50-59 tahun (43,3%).


(66)

4.2.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi jumlah responden menurut jenis kelamin dapat disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Pedagang Asongan Di Terminal Amplas Tahun 2014

No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Laki-laki 10 33.3

2 Perempuan 20 66.7

Total 30 100.0

Sumber : Hasil penelitian 2014 (data diolah)

Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa dari 30 responden ada 10 orang (33.3%) pedagang asongan yang berjenis kelamin laki-laki dan 20 orang (66.7%) perempuan. Dengan demikian, mayoritas responden adalah perempuan (66.7%).

4.2.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan responden penelitian diklasifikasikan kedalam 3 kelompok yakni SD, SMP, dan SMA dengan distribusi sebagai berikut :

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pada Pedagang Asongan Di Terminal Amplas Tahun 2014

No Pendidikan Jumlah

(orang)

Persentase (%)

1 SD 7 23.3

2 SMP 7 23.3

3 SMA sederajat 16 53.3

Total 30 100.0


(1)

6.2. Saran

Dari hasil pengukuran yang dilakukan, kadar CO dan NO2 di terminal Amplas

masih berada dibawah baku mutu menurut Peraturan Pemerintah RI No.41 Tahun 1999. Namun untuk tetap mengontrol kondisi udara agar tetap stabil dan tidak tercemar perlu disarankan hal-hal berikut:

1. Kepada pemerintah kota Medan melalui Dinas Perhubungan, disarankan untuk mengawasi secara cermat kondisi pencemaran udara akibat emisi gas yang ditimbulkan oleh kendaraan yang lalu lalang di kawasan Terminal Amplas Medan, juga pengaturan tata letak sarana dan prasarana di Terminal Amplas Medan.

2. Kepada peneliti lain, disarankan untuk melanjutkan penelitian ini dengan menambah cakupan penelitian misalnya hubungan antara kualitas udara terminal dengan keluhan kesehatan pedagang, sehingga diperoleh data dan informasi ilmiah yang lebih lengkap.

3. Kepada pedagang yang berjualan di Terminal Amplas, maupun penumpang/pengunjung sebaiknya menggunakan masker ketika berdagang atau melakukan aktivitas disekitar Terminal Amplas sebagai upaya pencegahan terhadap keluhan gangguan kesehatan.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Akhadi, Mukhlis, 2009. Ekologi Energi: Mengenali Dampak Lingkungan dalamPemanfaatan Sumber-Sumber Energi. Penerbit Graha Ilmu,Yogyakarta.

Azwar, A 1996, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Mutiara Sumber Widya, Jakarta.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI 2010,

Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta.

Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran: Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. Cetakan Pertama. Jakarta: UI- Press.

Depkes RI, 2009. Undang-Undang No.36 Tentang Kesehatan. Jakarta ---, 1999. Peraturan Pemerintah No.41 Tentang

PengendalianPencemaran Udara. Jakarta.

---, 1997. Undang-Undang No.23 Tentang Pencemaran Lingkungan. Jakarta.

---, 2002. Keputusan Menteri Kesehatan RI Tentang Pengendalian Dampak Pencemaran Udara. Jakarta.

Dwiyatmo, K 2007, Pencemaran Lingkungan dan Penanganannya, Citra Aji Pratama, Yogyakarta.

Entjang, I 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Fardiaz, Srikandi. 2011. Polusi Air & Udara. Cetakan Keempatbelas. Penerbit Kanisius. Yogyakarta

Kastiyowati, Indah, 2001. Dampak dan Upaya Penanggulangan Pencemaran Udara. Puslitbang Tek Balitbang Dephan

Kementrian Negara Lingkungan hidup (KLH). 2007. Memprakirakan Dampak Lingkungan : Kualitas Udara. Jakarta


(3)

Mukono, H.J. 2008. Pencemaran Udara dan Pengaruhnya Terhadap Gangguan Saluran Pernafasan. Cetakan Ketiga. Airlangga University Press. Surabaya.

Mulia, R. M. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Neigburger. 1995. Memahami Lingkungan Atmosfir Kita. Penerbit ITB.

Notoatmodjo, S 2007, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Rineka Cipta , Jakarta.

Nugroho, Astri. 2005. Bioindikator Kualitas Udara . Penerbit Universitas Trisakti. Jakarta.

Sidabukke, Edinton. 2001. Analisis Kadar Debu Di Terminal Terpadu Amplas Tahun 2001. Skripsi Universitas Sumatera Utara, Fakultas Kesehatan Masyarakat. Diakses 27 Agustus

2014.

Slamet, Juli Soemirat. 2009. Kesehatan Lingkungan. Cetakan Kedelapan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Sudoyo, A 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi IV, FK UI, Jakarta.

Sukirno. 2009. Studi Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) Pajanan Debu, SO2, NO2 Akibat Transportasi Di Terminal Giwangan Yogyakarta. Skripsi Universitas Diponegoro Fakultas Kesehatan Masyarakat.Diakses pada 11 Juni 2014 pukul

14.22.

Suprapto, 2005, Dampak Masalah terhadap Kesehatan Masyarakat, Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia, vol.1 no.2, Universitas Sumatera Utara. Suripin, 2004, Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air, Andi Offset ,

Yogyakarta.

Wardhana, Wisnu Arya. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit ANDI OFFSET. Yogyakarta.


(4)

LAMPIRAN GAMBAR

Lampiran Gambar 1. Titik Pengambilan Sampel I (Pelataran AKDP)


(5)

Lampiran Gambar 3. Titik Pengambilan Sampel III (Jalur Keluar Masuk Terminal)


(6)