Analisa Kadar CO dan NO2 di Udara dan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Pada Pedagang Kaki Lima di Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

(1)

ANALISA KADAR CO DAN NO2 DI UDARA DAN KELUHAN GANGGUAN SALURAN PERNAPASAN PADA PEDAGANG KAKI LIMA

DI PASAR SANGKUMPAL BONANG KOTA PADANGSIDIMPUAN

TAHUN 2013

SKRIPSI

OLEH :

MARLINA SARI NIM. 111021127

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013  


(2)

ANALISA KADAR CO DAN NO2 DI UDARA DAN KELUHAN GANGGUAN SALURAN PERNAPASAN PADA PEDAGANG KAKI LIMA

DI PASAR SANGKUMPAL BONANG KOTA PADANGSIDIMPUAN

TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

MARLINA SARI NIM. 111021127

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(3)

(4)

   

ABSTRAK

Pasar merupakan suatu tempat umum dimana terjadi proses jual beli antara penjual dan pembeli. Pasar Sangkumpal Bonang adalah salah satu pasar tradisional yang terletak di kota Padangsidimpuan. Aktivitas dari pedagang kaki lima yang berdagang di trotoar dan badan jalan pasar dapat menyebabkan pedagang kaki lima terpapar oleh bahan polutan. Hal ini disebabkan oleh aktivitas transportasi yang dapat mengakibatkan terjadinya keluhan gangguan saluran pernapasan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) di udara dan keluhan gangguan saluran pernapasan pada pedagang kaki lima di pasar Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan tahun 2013.

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Sampel dalam penelitian ini 67 orang dengan menggunakan proportional stratified random sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden terbanyak berumur 41 – 50 tahun (38,3%), jenis kelamin terbanyak perempuan (67,2%) , tingkat pendidikan terbanyak SMA (38,8%), responden yang merokok (49,3%), responden telah berdagang ≤ 10 tahun (49,3%) dan jam berdagang responden > 8 jam per hari (55,2%). Berdasarkan hasil pengukuran, titik tertinggi terdapat di depan pasar, yakni sebesar 18.323 µg/Nm3 untuk CO dan 85,10 µg/Nm3 untuk NO2. Sebanyak 26 pedagang kaki lima yang mengalami keluhan gangguan saluran pernapasan.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa kadar CO dan NO2 di sekitar pasar Sangkumpal Bonang belum melebihi batas baku mutu. Disarankan kepada pemerintah agar membuat kebijakan yang mengatur tentang tempat bergadang pedagang kaki lima guna menghindari paparan CO dan NO2 akibat aktivitas transportasi yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan gangguan saluran pernapasan.

Kata Kunci : pasar, kadar CO dan NO2, keluhan gangguan saluran pernapasan

   


(5)

ABSTRACT

The market is a public place where there is a process of buying and selling between sellers and buyers. Sangkumpal bonang market is one of the traditional markets are located in the Padangsidimpuan city. The activity of cadger who trade on the sidewalk and the street market can lead to cadger exposed by the pollutants. This is caused by transportation activities which may result in respiratory disorders complaint.

This research aims to know the levels of carbon monoxide (CO) and nitrogen dioxide (NO2) in the air and respiratory disturbances at cadger in the market

Sangkumpal Bonang Padangsidimpuan city in 2013.

This type of research is descriptive. The sample in this study 67 people with using proportional stratified random sampling.

The results showed that the majority of respondents aged 41-50 years (38.3%), Most were female gender (67.2%), education level is senior high school (38.8%), respondents who smoked (49.3%), respondents have been trading for ≤ 10 years (49.3%) and have been trading hours of respondents > 8 hours per day (55.2%).Based on the measurement results, the highest point on the front is 18 323

μg/Nm3 for CO and 85.10 μg/Nm3 for NO2. A total of 26 cadger who have

complaints of respiratory tract disorders.

The conclusion from this study is that the levels of CO and NO2 around

Sangkumpal Bonang market has not exceeded the quality standard. It is recommended to Governments to create policies that govern about the trade cadger in order to avoid exposure to CO and NO2 resulting from transportation activities

which could lead to the occurrence of respiratory tract disturbances.


(6)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Marlina Sari

Tempat dan Tanggal Lahir : Padangsidimpuan, 20 Maret 1990

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Anak ke : 1 dari 4 bersaudara

Alamat Rumah : Jalan Bakti Abri 1 Gang Sehat No 10, Kota Padangsidimpuan.

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1996-2002 : SD Negeri 200108/12 Padangsidimpuan 2. Tahun 2002-2005 : SMP Negeri 1 Padangsidimpuan

3. Tahun 2005-2008 : SMA Negeri l Padangsidimpuan 4. Tahun 2008-2011 : D3 Keperawatan USU


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisa Kadar CO dan NO2 di Udara dan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Pada Pedagang Kaki Lima di Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013”.

Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW yang senantiasa tercurahkan pada beliau yang telah menjadi teladan utama bagi umatnya.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh Gelar Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini penulis persembahkan kepada ayahanda Ahmad Sakti dan ibunda Hj.Hartini yang telah memberikan kasih sayang yang tidak henti-hentinya, dukungan moral maupun materil dan do’a kepada penulis dan yang menjadi motivasi penulis selama ini. Semoga Allah memberikan kebahagian kepada keduanya baik di dunia maupun di akhirat. Amin.

Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Ir. Evi Naria, M.Kes., selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(8)

3. Ibu dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Skripsi I sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan, arahan, ilmu, motivasi, kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Ir. Indra Chahaya S, MSi, selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah memberikan bimbingan, arahan, ilmu, motivasi kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Dr.dr.Wirsal Hasan, MPH, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini. 6. Ibu Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS selaku Dosen Penguji yang telah

memberikan arahan dan masukan kepada penulis untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen dan staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu selama penulis menjadi mahasiswa di FKM USU.

8. Bapak Alfattah Faisal, S.Si., M.Kes, selaku manajer teknik Lab. Fisika Udara & Radiasi BTKL yang telah banyak membantu dan membimbing penulis.

9. Bapak Syarifuddin, S.Sos, selaku Kepala Dinas Kantor Pelayanan dan Perizinan Terpadu Kota Padangsidimpuan beserta seluruh staf.

10. Bapak Kualo, S.Sos , selaku atas nama Kepala Dinas Kantor Kesbang, Politik dan Linmas Kota Padangsidimpuan beserta seluruh staf.

11. Bapak Armen Dame Harahap, SH.MM, selaku Camat Kecamatan


(9)

12. Buat Adik – adikku tersayang “Fitri Agustina”, “Ade Rahma Wida dan “Rizky Jul Ananda”, yang selalu mendoakan dan menyemangati penulis.

13. Buat abangku yang teristimewa “Rahmad Hidayat”, “Rino Ikbal“ dan ‘Junaidi” yang telah banyak membantu, yang penuh pengertian, kesabaran, doa dan kasih sayangnya dalam memberikan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

14.Teman - Teman seperjuangan Mahasiswa/i Peminatan Kesehatan Lingkungan (khususnya Dessy Irfi Jayanti, Risky Sarjani, Kak Dian, Tri Annisa, Kak Reni, Bg Moris, Bg Asrul, Kak Yuli, Zuhdina Ulya, Suryani, Sepka, yang selalu memberi dukungan, masukan dalam penyelesaian skripsi ini, dan Teman - teman Kos 8 khususnya Melly Frizha serta semua pihak yang telah membantu, memberikan semangat dan mendoakan penulis selama proses penyusunan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin mencurahkan segala kemampuan yang ada pada diri penulis. Namun demikian, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2013 Penulis,


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Riwayat Hidup Penulis ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xii

Daftar Lampiran ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1. Tujuan Umum ... 6

1.3.2. Tujuan Khusus ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Udara ... 8

2.1.1 Pengertian Pencemaran Udara ... 8

2.1.2 Penyebab Pencemaran Udara ... 9

2.1.3 Klasifikasi Bahan Pencemar Udara ... 9

2.1.4 Komponen Pencemar Udara ... 11

2.1.5 Sumber Pencemaran Udara ... 12

2.2 Karbon Monoksida (CO) ... 14

2.2.1 Sumber Utama Karbon Monoksida ... 14

2.2.2 Dampak Pencemaran Gas Karbon Monoksida ... 16

2.3 Nitrogen Dioksida (NO2) ... 18

2.3.1 Sumber Utama Nitrogen Dioksida ... 18

2.3.2 Dampak Pencemaran Gas Nitrogen Dioksida ... 19

2.4 Efek Bahan Pencemar Udara... ... 21

2.4.1 Efek Umum ... 21

2.4.2 Efek terhadap Ekosistem ... 22

2.4.3 Efek terhadap Kesehatan ... 22

2.4.4 Efek terhadap Tumbuhan dan Hewan ... 23

2.4.5 Efek terhadap Cuaca dan iklim ... 23

2.4.6 Efek terhadap Sosial Ekonomi ... 23

2.5 Efek Pencemar Udara terhadap Saluran Pernapasan ... 24

2.6 Sistem Pernapasan ... 24


(11)

2.6.2. Mekanisme Pernapasan ... 27

2.7 Gangguan Saluran Pernapasan ... 28

2.7.1. Pengertian Gangguan Saluran Pernapasan ... 28

2.7.2. Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan ... 29

2.7.3. Penyakit – Penyakit Saluran Pernapasan ... 32

2.8 Kerangka Konsep ... 38

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 39

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 39

3.2.2 Waktu Penelitian ... 39

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 39

3.3.1 Data Primer ... 39

3.3.2 Data Sekunder ... 40

3.4 Parameter dan Subjek Penelitian ... 40

3.4.1. Parameter Penelitian ... 40

3.4.2. Subjek Penelitian ... 40

3.5 Populasi dan Sampel ... 40

3.5.1 Populasi ... 40

3.5.2 Teknik pengambilan sampel ... 41

3.6 Defenisi Operasional ... 43

3.7 Aspek Pengukuran ... 44

3.7.1. Kadar Karbon Monoksida dan Nitrogen Dioksida ... 44

3.7.2. Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan ... 44

3.8 Prosedur Pengukuran Karbon Monoksida (CO) ... 45

3.9 Prosedur Pengukuran Nitrogen Diksida (NO2) ... 45

3.9.1. Pengambilan Contoh Uji ... 45

3.9.2. Bahan / Pereaksi ... 46

3.9.3 Prosedur analisis ... 47

3.9.4 Perhitungan ... 48

3.10 Teknik Pengolahan Data ... 49

3.11 Teknik Analisa Data ... 50

BAB IV. HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 51

4.1.1. Gambaran Umum Kota Padangsidimpuan ... 51

4.2 Gambaran Umum Pasar Sangkumpal Bonang ... 52

4.3 Karakteristik Responden ... 52

4.3.1. Umur ... 53

4.3.2. Jenis Kelamin ... 53

4.3.3. Tingkat Pendidikan ... 54

4.3.4. Kebiasaan Merokok ... 54

4.3.5. Merokok Pada Saat Berdagang ... 55


(12)

4.3.7. Konsumsi Rokok ... 56

4.3.8. Lama Berdagang ... 57

4.3.9. Lama Jam Berdagang ... 57

4.4 Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan ... 58

4.4.1. Keluhan Batuk Responden ... 59

4.4.2. Keluhan Batuk Berdarah Responden ... 59

4.4.3. Keluhan Sesak Napas Responden ... 59

4.4.4. Keluhan Nyeri Dada Responden ... 60

4.4.5. Jenis Keluhan Batuk Responden ... 60

4.5. Pemeriksaan Kesehatan ... 61

4.5.1. Waktu Pemeriksaan Kesehatan ... 62

4.6. Hasil Pengukuran Kadar CO dan NO2 ... 62

4.7. Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Berdasarkan ... 64

Karakteristik Responden ... 64

4.7.1. Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Berdasarkan 64 Umur Responden ... 64

4.7.2. Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Berdasarkan 65 Jenis Kelamin ... 65

4.7.3. Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Berdasarkan 66 Pendidikan ... 66

4.7.4. Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Berdasarkan 66 Kebiasaan Merokok ... 66

4.7.5. Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Berdasarkan 67 Lama Merokok ... 67

4.7.6. Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Berdasarkan 67 Konsumsi Rokok ... 67

4.7.7. Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Berdasarkan 68 Lama Berdagang ... 68

4.7.8. Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Berdasarkan 69 Jam Berdagang ... 69

BAB V. PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden ... 70

5.1.1. Umur ... 70

5.1.2. Jenis Kelamin ... 70

5.1.3. Tingkat Pendidikan ... 71

5.1.4. Kebiasaan Merokok ... 71

5.1.5. Lama Berdagang ... 71

5.1.6. Jam Berdasang ... 72

5.2 Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Pada Pedagang ... 72

Kaki Lima di Pasar Sangkumpal Bonang ... 72

5.3 Kadar CO dan NO2 di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang .. 78

5.4. Dampak CO dan NO2 terhadap kesehatan ... 82


(13)

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 86 6.2 Saran ... 86 DAFTAR PUSTAKA... 88 LAMPIRAN

     


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perkiraan Presentasi Komponen Pencemar Udara Dari Sumber Pencemar Transportasi di Indonesia

Tabel 2. Sumber Bahan Pencemar Yang Menghasilkan Bahan Pencemar

Tabel 3. Pengaruh Konsentrasi CO di Udara dan Pengaruhnya Pada Tubuh Bila Kontak Terjadi Pada Waktu Yang Lama

Tabel 4. Sumber Pencemaran NOX di Udara Tabel 5. Aspek Pengukuran Kadar CO dan NO2

Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013 Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pedagang Kaki

Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

Tabel10. Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok Pedagang Kaki Lima Pada Saat Berdagang di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

Tabel 11. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Merokok Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013 Tabel 12. Distribusi Responden Berdasarkan Konsumsi Rokok Pedagang Kaki

Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

Tabel 13. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Berdagang Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013


(15)

Tabel 14. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Jam Bedagang Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

Tabel 15. Distribusi Responden Yang Memiliki Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Pada Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

Tabel 16. Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Batuk Pedagang Kaki Lima Pada Saat Berdagang di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

Tabel 17. Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Sesak Napas Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

Tabel 18. Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Nyeri Dada Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

Tabel 19. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Keluhan Batuk Pedagang Kaki Lima Pada Saat Berdagang di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

Tabel 20. Distribusi Responden Berdasarkan Pemeriksaan Kesehatan Pedagang Kaki Lima Pada Saat Berdagang di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

Tabel 21. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Waktu Pemeriksaan Kesehatan Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

Tabel 22. Hasil Pengukuran Kadar CO dan NO2 di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

Tabel 23. Hasil Pengukuran Kecepatan Angin, Suhu, Kelembaban, Dan Tekanan Udara di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

Tabel 24. Tabulasi Silang antara Umur Responden dengan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsididmpuan Tahun 2013


(16)

Tabel 25. Tabulasi Silang antara Jenis Kelamin Responden dengan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

Tabel 26. Tabulasi Silang antara Pendidikan Responden dengan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

Tabel 27. Tabulasi Silang antara Kebiasaan Merokok Responden dengan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

Tabel 28. Tabulasi Silang antara Lama Merokok Responden dengan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

Tabel 29. Tabulasi Silang antara Konsumsi Rokok Responden dengan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

Tabel 30. Tabulasi Silang antara Lama Dagang Responden dengan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

Tabel 31. Tabulasi Silang antara Jam Dagang Responden dengan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Lembar Observasi

Lampiran 3. Denah Lokasi Pengukuran Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian Lampiran 5. Hasil Pengolahan Data

Lampiran 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.41 Tahun 1999 Lampiran 7. Surat Keterangan Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 8. Hasil Uji Laboratorium

Lampiran 9. Perhitungan Kadar Karbon Monoksida (CO) Dalam Satuan µg/Nm3 Lampiran 10. Surat Izin Penelitian dari Dinas Pelayanan dan Perizinan

Terpadu Kota Padangsidimpuan

Lampiran 11. Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Dinas Pelayanan dan Perizinan Terpadu Kota Padangsidimpuan

Lampiran 12. Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Kecamatan Padangsidimpuan Utara Kota Padangsidimpuan


(18)

   

ABSTRAK

Pasar merupakan suatu tempat umum dimana terjadi proses jual beli antara penjual dan pembeli. Pasar Sangkumpal Bonang adalah salah satu pasar tradisional yang terletak di kota Padangsidimpuan. Aktivitas dari pedagang kaki lima yang berdagang di trotoar dan badan jalan pasar dapat menyebabkan pedagang kaki lima terpapar oleh bahan polutan. Hal ini disebabkan oleh aktivitas transportasi yang dapat mengakibatkan terjadinya keluhan gangguan saluran pernapasan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) di udara dan keluhan gangguan saluran pernapasan pada pedagang kaki lima di pasar Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan tahun 2013.

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Sampel dalam penelitian ini 67 orang dengan menggunakan proportional stratified random sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden terbanyak berumur 41 – 50 tahun (38,3%), jenis kelamin terbanyak perempuan (67,2%) , tingkat pendidikan terbanyak SMA (38,8%), responden yang merokok (49,3%), responden telah berdagang ≤ 10 tahun (49,3%) dan jam berdagang responden > 8 jam per hari (55,2%). Berdasarkan hasil pengukuran, titik tertinggi terdapat di depan pasar, yakni sebesar 18.323 µg/Nm3 untuk CO dan 85,10 µg/Nm3 untuk NO2. Sebanyak 26 pedagang kaki lima yang mengalami keluhan gangguan saluran pernapasan.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa kadar CO dan NO2 di sekitar pasar Sangkumpal Bonang belum melebihi batas baku mutu. Disarankan kepada pemerintah agar membuat kebijakan yang mengatur tentang tempat bergadang pedagang kaki lima guna menghindari paparan CO dan NO2 akibat aktivitas transportasi yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan gangguan saluran pernapasan.

Kata Kunci : pasar, kadar CO dan NO2, keluhan gangguan saluran pernapasan

   


(19)

ABSTRACT

The market is a public place where there is a process of buying and selling between sellers and buyers. Sangkumpal bonang market is one of the traditional markets are located in the Padangsidimpuan city. The activity of cadger who trade on the sidewalk and the street market can lead to cadger exposed by the pollutants. This is caused by transportation activities which may result in respiratory disorders complaint.

This research aims to know the levels of carbon monoxide (CO) and nitrogen dioxide (NO2) in the air and respiratory disturbances at cadger in the market

Sangkumpal Bonang Padangsidimpuan city in 2013.

This type of research is descriptive. The sample in this study 67 people with using proportional stratified random sampling.

The results showed that the majority of respondents aged 41-50 years (38.3%), Most were female gender (67.2%), education level is senior high school (38.8%), respondents who smoked (49.3%), respondents have been trading for ≤ 10 years (49.3%) and have been trading hours of respondents > 8 hours per day (55.2%).Based on the measurement results, the highest point on the front is 18 323

μg/Nm3 for CO and 85.10 μg/Nm3 for NO2. A total of 26 cadger who have

complaints of respiratory tract disorders.

The conclusion from this study is that the levels of CO and NO2 around

Sangkumpal Bonang market has not exceeded the quality standard. It is recommended to Governments to create policies that govern about the trade cadger in order to avoid exposure to CO and NO2 resulting from transportation activities

which could lead to the occurrence of respiratory tract disturbances.


(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Udara adalah atmosfer yang berada di sekeliling bumi yang fungsinya sangat penting untuk kehidupan di muka bumi ini, dalam udara terdapat oksigen (O2) untuk bernapas, karbon dioksida (CO2) untuk proses fotosintesis oleh khlorofil daun, dan ozon (O3) untuk menahan sinar ultraviolet dari matahari (Sunu, 2001). Udara diperlukan manusia setiap saat dalam kehidupannya. Untuk itu kualitas udara yang layak harus tersedia untuk mendukung terciptanya kesehatan masyarakat (Mulia, 2005).

Udara merupakan zat yang paling penting setelah air dalam memberikan kehidupan di permukaan bumi, selain memberikan oksigen, udara berfungsi sebagai alat penghantar suara dan bunyi-bunyian, pendingin benda-benda yang panas, dan dapat menjadi media penyebaran penyakit pada manusia. Udara juga merupakan campuran mekanis dari bermacam macam gas. Komposisi normal udara terdiri atas gas nitrogen (78,1%), oksigen 20,93%), dan karbon dioksida 0,03% (Chandra, 2006).

Selain gas – gas tersebut gas lain yang terdapat dalam udara antara lain nitrogen oksida, hidrogen, metana, belerang oksida, amoniak dan lain lain. Apabila susunan udara mengalami perubahan dari keadaan normal dan menggangu kehidupan manusia dan hewan maka udara tersebut telah tercemar (Wardhana, 2004).

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.41 Tahun 1999 menyebutkan bahwa pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara


(21)

ambien turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.

Perubahan kualitas udara ambien, biasanya mencakup parameter – parameter seperti gas NO2, SO2, CO, O3, NH3, H2S, Hidrokarbon, dan partikel debu. Apabila terjadi peningkatan kadar bahan – bahan tersebut di udara ambien yang melebihi nilai baku mutu udara ambien yang telah ditetapkan, dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan tersebut antara lain dapat berupa keluhan pada mata, radang saluran pernapasan, sembab paru, bronkitis menahun, emfisema ataupun kelainan paru menahun lainnya (Saric, 1980; Xu & Dockery,1991 dalam Mukono 2008).

Pembangunan yang berkembang pesat, khususnya dalam industri dan teknologi, serta meningkatnya jumlah kenderaan bermotor yang menggunakan bahan bakar minyak menyebabkan udara di sekitar kita tercemar oleh gas–gas buangan hasil pembakaran (Wardhana, 2004). Kegiatan pembakaran yang berlangsung tidak sempurna dari bahan bakar yang dipakai sebagai sumber energi bagi kendaraan bermotor terintroduksi ke udara dalam bentuk gas dan partikel. Gas buang kendaraan bermotor tersebut mengeluarkan bahan pencemar (polutan) yang berupa gas seperti Karbon monoksida (CO), Nitrogen oksida (NOx), Sulfur oksida (SOx), Hidrokarbon (HC) dan berupa partikel debu, aerosol, timah hitam (Moestikahadi, 2001).

Perkiraan Persentase pencemar udara dari sumber pencemar transportasi di Indonesia adalah CO sebesar 70,50%, NOx 8,89%, SOx 0,88%, HC 18,34%, Partikel 1,33%. Sumber pencemaran gas Karbon monoksida (CO) terutama berasal dari pemakaian bahan bakar seperti minyak maupun batubara pada mesin – mesin


(22)

penggerak transportasi. Karbon monoksida (CO) adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Penyebaran gas CO di udara tergantung dari keadaan lingkungan, Pada daerah perkotaan dengan banyaknya kegiatan Industri dan lalu lintas yang padat akan menghasilkan gas CO sehingga kadar CO di udara relatif tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan (Wardhana, 2004).

Gejala-gejala keracunan karbon monoksida (CO) antara lain, pusing, rasa tidak enak pada mata, telinga berdengung, mual, muntah, detak jantung meningkat, rasa tertekan di dada, kesulitan bernapas, kelemahan otot-otot, dan bisa meninggal dunia (Mukono, 2008).

Kadar Nitrogen Oksida (NOx) di udara untuk daerah perkotaan dengan penduduk padat juga akan lebih tinggi dibandingkan di pedasaan disebabkan karena berbagai macam kegiatan manusia yang dapat menunjang pembentukan NOx seperti transportasi, generator pembangkit listrik, dan pembuangan sampah. Nitrogen oksida mempunyai dua macam bentuk yang sifatnya berbeda, yaitu gas NO dan (NO2). Gas (NO2) adalah gas yang berwarna dan berbau, sedangkan gas NO tidak bewarna dan berbau. Warna gas NO2 adalah merah kecoklatan dan berbau tajam menyengat hidung (Wardhana, 2004). Nitrogen dioksida juga merupakan gas yang toksik bagi manusia dan umumnya mengganggu sistem pernapasan (Mulia, 2005).

Saluran pernapasan merupakan jalur pemaparan yang paling penting pada lingkungan. Berbagai jenis zat dapat terbawa ke dalam udara lingkungan kerja. Efek pemaparan zat melalui saluran pernapasan sangat beragam, tergantung pada konsentrasi dan lamanya pemaparan serta status kesehatan orang yang terpapar (Mulia, 2005).


(23)

Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya (Permendag RI No.53 Tahun 2008). Sedangkan Pasar tradisional adalah pasar yang sebagian besar dagangannya adalah kebutuhan dasar sehari – hari dengan praktek perdagangannya yang masih sederhana dengan fasilitas infrastruktur juga masih sederhana dan belum mengindahkan kaidah kesehatan (Kepmenkes RI No. 519 Tahun 2008).

Pasar Sangkumpal Bonang adalah salah satu pasar tradisional yang terletak di kota Padangsidimpuan. Pasar ini didirikan pada tahun 2003 dengan luas lahan 6.836 m2 dan luas bangunan 2.162,5 m2 dan terdiri dari tiga lantai. Lokasi Pasar Sangkumpal Bonang berada di Kelurahan Wek dua Kecamatan Padangsidimpuan Utara.

Pasar ini terletak di belakang Plaza Anugerah Trade Center dan di seberang plaza terdapat Kantor Walikota Padangsidimpuan. Kantor Walikota, Plaza, kantor pos, plaza telkom dan Bank mengelilingi pasar tersebut sehingga suasana di pasar ini setiap harinya ramai. Di sekitar Pasar Sangkumpal Bonang banyak terdapat pedagang kaki lima yang setiap harinya berdagang mulai dari pagi hari hingga sore hari. Mereka berdagang tepat di pinggiran jalan pasar, tempat dimana kenderaan bermotor melintas di pasar tersebut.

Aktivitas dari pedagang kaki lima yang memakai badan jalan dan trotoar untuk menjajakan dagangannya menyebabkan terganggunya arus lalu lintas di pasar tersebut. Di Pasar ini juga banyak terdapat mobil penumpang dan becak vespa yang


(24)

mengangkut dan menurunkan penumpang yang hendak berbelanja di pasar tersebut, sehingga suasana pasar tersebut begitu ramai setiap harinya.

Pedagang Kaki Lima adalah mereka yang melakukan kegiatan usaha dagang perorangan atau kelompok yang dalam menjalankan usahanya menggunakan tempat-tempat fasilitas umum, seperti trotoar, pingir-pingir jalan umum, dan lain sebagainya (Hasyim, 2011). Pedagang kaki lima cenderung menempati lokasi – lokasi yang strategis dengan keramaian konsumen. Mereka cenderung menempati lokasi yang bukan peruntukannya seperti trotoar atau badan jalan sehingga dapat mengganggu arus lalu lintas, maka pasar sebagai pusat aktivitas perekonomian suatu kota menjadi tempat yang menarik bagi pedagang kaki lima untuk menawarkan barang dan jasa (Budiman, 2010).

Selain disebabkan oleh pedagang kaki lima, kemacetan disebabkan oleh perilaku pengemudi angkutan umum yang menurunkan dan menaikkan penumpang sembarangan terutama di depan pasar. Kemacetan yang terjadi mengakibatkan pencemaran udara yang berasal dari kenderaan bermotor yang berdampak pada lingkungan yaitu menurunnya kualitas udara ambien di suatu wilayah. Semakin banyak kenderaan bermotor yang melintas akan semakin banyak menghasilkan emisi gas buang dan memberikan kontribusi cukup besar bagi penurunan kualitas lingkungan di lokasi tersebut (Menteri Lingkungan Hidup 2002 : 64 dalam Budiman, 2010).

Berdasarkan uraian di atas maka Penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Pasar Sangkumpal Bonang untuk mengetahui kualitas udara di Pasar tersebut dan


(25)

juga untuk mengetahui keluhan gangguan saluran pernapasan pada pedagang kaki lima yang berdagang di sekitar pasar tersebut.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahannya adalah bagaimana kualitas udara yang berkaitan dengan kadar Karbon Monoksida (CO) dan Nitrogen Dioksida (NO2) di pasar tersebut dan keluhan gangguan saluran pernapasan pada pedagang kaki lima di sekitar Pasar Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui kadar karbon monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO2) di udara dan keluhan gangguan saluran pernapasan pada pedagang kaki lima di Pasar Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui kadar karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) di sekitar pasar Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan.

2. Untuk mengetahui karakteristik responden yang berdagang di Pasar Sangkumpal bonang kota Padangsidimpuan.

3. Untuk mengetahui keluhan gangguan saluran pernapasan pada pedagang kaki lima di Pasar Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan.

4. Untuk membandingkan kadar karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) di sekitar pasar Sangkumpal Bonang dengan baku mutu udara ambien.


(26)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat khususnya pedagang kaki lima yang berdagang di Pasar Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan tentang bahaya Karbon monoksida (CO) dan Nitrgen Dioksida (NO2) terhadap kesehatan.

2. Memberi masukan bagi peneliti lainnya mengenai kadar karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) di udara dan keluhan gangguan saluran pernapasan pada pedagang kaki lima di Pasar Sangkumpal Bonang.

3. Untuk menambah pengetahuan penulis tentang pencemaran udara di Pasar Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pencemaran Udara

2.1.1. Pengertian Pencemaran Udara

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.41 Tahun 1999 menyebutkan bahwa pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.

Pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga dapat dideteksi oleh manusia (yang dapat dihitung dan diukur) serta dapat memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi dan material (Chambers dan Masters dalam Mukono, 2006).

Menurut Kumar Pencemaran udara adalah adanya bahan polutan di atmosfer yang dalam konsentrasi tertentu akan mengganggu keseimbangan dinamik atmosfer dan mempunyai efek pada manusia dan lingkungannya (Mukono, 2006).

Menurut Wardhana (2004) pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan bahan atau zat - zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing di dalam udara dalam jumlah tertentu serta berada di udara dalam waktu yang cukup lama, akan dapat menggangu kehidupan manusia.


(28)

2.1.2. Penyebab Pencemaran Udara

Menurut Wardhana (2004), secara umum penyebab pencemaran udara ada dua macam, yaitu :

1. Faktor internal (secara alamiah), contoh: a. Debu yang beterbangan akibat tiupan angin

b. Abu (debu) yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi berikut gas – gas vulkanik.

c. Proses pembusukan sampah organik. 2. Faktor eksternal (karena ulah manusia), contoh:

a. Hasil pembakaran bahan bakar fosil b. Debu/serbuk dari kegiatan industri

c. Pemakaian zat – zat kimia yang disemprotkan ke udara.

Pencemaran Udara pada tingkat tertentu dapat merupakan campuran dari satu atau lebih bahan pencemar, baik berupa padatan, cairan atau gas yang masuk terdispersi ke udara dan kemudian menyebar ke lingkungan sekitarnya.

2.1.3. Klasifikasi Bahan Pencemar Udara

Bahan pencemar udara atau polutan dapat dibagi menjadi dua bagian: 1. Polutan Primer

Polutan primer adalah polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber tertentu, dan dapat berupa :

a. Gas, terdiri dari:

1. Senyawa karbon, yaitu hidrokarbon dan karbon oksida 2. Senyawa sulfur, yaitu sulfur oksida


(29)

3. Senyawa nitrogen, yaitu nitrogen oksida dan amoniak

4. Senyawa halogen, yaitu fluor, klorin, hidrogen klorida dan bromin Penyebab pencemaran lingkungan di atmosfer biasanya berasal dari sumber kenderaan bermotor atau industri. Bahan pencemar yang dikeluarkan antara lain adalah gas NO2, SO2, SO3, Ozon, CO, HC, dan partikel debu.Gas NO2, SO2, CO, HC dapat dihasilkan dari proses pembakaran oleh mesin yang menggunakan bahan bakar yang berasal dari bahan bakar fosil.

b. Partikel

Partikel dalam atmosfer mempunyai karakteristik spesifik, dapat berupa zat padat maupun suspensi aerosol cair. Bahan partikel tersebut dapat berasal dari proses kondensasi, proses dispersi (proses menyemprot (spraying) maupun proses erosi bahan tertentu

Berdasarkan ukuran, secara garis besar partikel dapat merupakan suatu: 1. Partikel debu kasar (coarse particle), jika diameternya > 10 mikron. 2. Partikel debu, uap dan asap, jika diameternya diantara 1 - 10 mikron. 3. Aerosol, jika diameternya < 1 mikron.

2. Polutan Sekunder

Polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih bahan kimia di udara, misalnya reaksi foto kimia, sebagai contoh adalah disosiasi NO2 yang menghasilkan NO dan O radikal. Proses kecepatan dan arah reaksinya dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

1) Konsentrasi relatif dari bahan reaktan 2) Derajat foto aktivasi


(30)

3) Kondisi iklim

4) Topografi lokal dan adanya embun

Polutan sekunder ini mempunyai sifat fisik dan sifat kimia yang tidak stabil. Termasuk dalam polutan sekunder ini adalah ozon, Peroxy acyl Nitrat (PAN) dan Formaldehida ( Corman dan Chambers dalam Mukono, 2008).

2.1.4. Komponen Pencemar Udara

Menurut Wardhana (2004), komponen pencemar udara yang paling berpengaruh dalam pencemaran udara adalah komponen berikut ini :

1. Karbon Monoksida (CO) 2. Nitrogen Oksida (NOx) 3. Belerang Oksida (SOX) 4. Hidrokarbon (HC) 5. Partikel (Particulate)

Komponen pencemar udara di atas dapat mencemari udara secara sendiri -sendiri, akan tetapi dapat juga mencemari udara secara bersama - sama. Jumlah komponen pencemar udara tergantung pada sumbernya.

Tabel 1. Perkiraan presentasi komponen pencemar udara dari sumber pencemar transportasi di Indonesia

No. Komponen Pencemar Persentase

1. CO 70,50 % 2 NOX 8,89 % 3 SOX 0,88 % 4 HC 18,34 % 5 Partikel 1,33 % 6 Total 100 %


(31)

2.1.5. Sumber Pencemaran Udara

Sumber – sumber pencemaran udara dapat dibagi dalam dua kelompok, sumber alamiah dan akibat perbuatan manusia (Chandra, 2006).

1. Sumber pencemaran yang berasal dari proses atau kegiatan alam Contoh: kebakaran hutan, kegiatan gunung berapi

2. Sumber pencemaran buatan manusia (berasal dari kegiatan manusia) Contoh:

a. Sisa pembakaran bahan bakar minyak oleh kenderaan bermotor berupa gas CO, CO2, NO, karbon, hidrokarbon, dan Pb.

b. Limbah industri: kimia, tambang, pupuk dan minyak bumi

c. Sisa pembakaran dari gas alam, batubara dan minyak, seperti asap, debu dan sulfurdioksida

d. Lain – lain, seperti pembakaran sisa pertanian, hutan, dan sampah. Tabel 2. Sumber bahan pencemar yang menghasilkan bahan pencemar

No Sumber Pencemar Bahan Pencemar

HC CO2 CO SO2 NO NO2

1 Sumber stasioner + + + + + +

2 Proses Industri + + + + + +

3 Sampah Padat + + + + + +

4 Pembakaran sisa pertanian

+ + + - + +

5 Transportasi + + + + + +

6 Bahan bakar minyak + + + + + +

7 Bahan bakar gas alam - + - - - -

8 Bahan bakar kayu - + - - + +

9 Insinerator + + + + + +

10 Kebakaran hutan + + + - + +

Sumber: (Urone, 1976 : 24;Nadakavukaren, 1986:260-266; Esmen,1989;Graedel & Cratzen,1989;Masters,1991:279-280 dalam Mukono, 2008)


(32)

Menurut Sarudji (2010), Sumber pencemar udara dapat dikelompokkan menjadi sumber bergerak dan sumber tidak bergerak.

1. Sumber Bergerak

Sumber pencemar udara bergerak dapat dikelompokkan menjadi: 1. Kendaraan bermotor

2. Pesawat terbang 3. Kereta api 4. Kapal laut

Sarana transportasi sebagai sumber pencemar karena proses pembakaran bahan bakar pada mesin yang digunakan sebagai penggerak kenderaan tersebut. Dalam proses pembakaran bahan bakar maka timbulah gas buang dari masing-masing kendaraan, yang diemisikan ke udara ambien sebagai pencemar. Hasil pembakaran tersebut diantaranya adalah CO, CO2, SOx, NOx, Hidrokarbon dan bahan dengan penambahan bahan aditif yang digunakan untuk menyempurnakan proses pembakaran.

2. Sumber tak bergerak

Sumber pencemar dari bahan bakar bersumber menetap adalah pembakaran beberapa jenis bahan bakar yang diemisikan pada suatu lokasi yang tetap. Bahan bakar tersebut terdiri atas batu bara, minyak bakar, gas alam. Berbeda dengan sarana transportasi, sumber pencemar udara menetap mengemisikan polutan pada udara ambien tetap, sehingga dalam pengelolaan lingkungannya perlu perencanaan yang matang, misalnya harus dipertimbangkan keadaan geografi dan tofografi, metereologi, serta rencana tata ruang di wilayah tersebut.


(33)

2.2. Karbon Monoksida (CO)

2.2.1. Sumber Utama Karbon Monoksida

Karbon monoksida atau CO adalah suatu gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu di bawah –1920 C. Gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dengan udara berupa gas buangan yang tidak berwarna dan tidak berbau dengan jumlah sedikit di udara sekitar 0,1 ppm yang berada di lapisan atmosfer, oleh karena itu lingkungan yang telah tercemar oleh gas CO tidak dapat dilihat oleh mata (Wardhana, 2004).

Sedangkan menurut Sarudji (2010) dalam buku kesehatan lingkungan Karbon Monoksida adalah gas tidak berwarna, tidak berbau, dan mudah terbakar. Jika terbakar menimbulkan nyala berwarna ungu kebiruan. Gas ini mudah larut dalam alkohol dan benzene.

Kota besar yang lalu lintas nya padat akan banyak menghasilkan gas karbon monoksida (CO) sekitar 10 – 15 ppm sehingga kadar CO dalam udara relatif tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan. Selain itu gas CO dapat juga terbentuk walaupun jumlahnya relatif sedikit, seperti gas hasil kegiatan gunung berapi, proses biologi dan lainnya (Wardhana, 2004).

Secara umum terbentuknya gas CO adalah melalui proses berikut: a. Pembakaran bahan bakar fosil dengan udara

b. Pada suhu tinggi terjadi reaksi antara karbon dioksida (CO2) dengan karbon (C) yang menghasilkan gas CO


(34)

Menurut Fardiaz (1992) Secara sederhana pembakaran karbon dalam minyak bakar terjadi melalui beberapa tahap sebagai berikut :

2C + O2 2CO 2CO + O2 2CO2

Reaksi pertama berlangsung sepuluh kali lebih cepat daripada reaksi kedua, oleh karena itu CO merupakan intermediat pada reaksi pembakaran tersebut dan dapat merupakan produk akhir jika jumlah O2 tidak cukup untuk melangsungkan reaksi kedua. CO juga dapat merupakan produk akhir meskipun jumlah oksigen di dalam campuran pembakaran cukup, tetapi antara minyak bakar dan udara tidak tercampur rata. Percampuran yang tidak rata antara minyak bakar dengan udara menghasilkan beberapa tempat yang kekurangan oksigen. Semakin rendah perbandingan antara udara dengan minyak bakar, semakin tinggi jumlah karbon monoksida yang dihasilkan.

Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon pada suhu tinggi dapat menghasilkan karbon monoksida dengan reaksi sebagai berikut :

CO2 + C 2CO

Bertambahnya gas CO, pada umumnya terjadi karena proses pembakaran yang tidak sempurna, terutama dari kenderaan atau mesin bermotor (Sunu, 2001).

Gas CO yang dihasilkan oleh kenderaan bermesin bensin (premium) adalah sekitar 1 % pada waktu berjalan dan sekitar 7 % pada waktu tidak berjalan, sementara mesin diesel menghasilkan CO sebesar 0,2 % pada waktu berjalan dan sekitar 4% pada waktu berhenti. Hal ini menerangkan bahwa kemacetan lalu lintas akan menambah beban pencemar ke udara (Siswanto dalam Sarudji, 2010).


(35)

Karbon Monoksida (CO) juga terdapat pada asap rokok, sehingga para perokok dapat memajan dirinya sendiri dari asap rokok tersebut (Depkes, 2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar CO yang berasal dari asap rokok berada pada kisaran 400 dan 475 ppm. Sebesar 54% gas CO yang dihisap oleh perokok masuk ke dalam peredaran darah (Mukono, 2008).

2.2.2. Dampak Pencemaran Gas Karbon Monoksida (CO)

Gas Karbon Monoksida (CO) dalam jumlah banyak (konsentrasi tinggi) dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Karbon monoksida (CO) apabila terhisap ke dalam paru – paru akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini terjadi karena gas CO bersifat racun metabolis, ikut bereaksi secara metabolis dengan darah. Seperti halnya oksigen, gas CO mudah bereaksi dengan darah (hemoglobin).

Hemoglobin + O2 O2Hb (Oksihemoglobin) Hemoglobin + CO COHb (Karboksihemoglobin)

Dalam keadaan normal hemoglobin berfungsi sebagai pembawa atau pengangkut oksigen (O2) dalam bentuk oksihemoglobin dari paru – paru untuk dibagikan kepada sel-sel tubuh yang memerlukannya (Wardhana, 2004).

Faktor penting yang menentukan pengaruh CO terhadap tubuh manusia adalah konsentrasi COHb yang terdapat di dalam darah, dimana semakin tinggi persentase hemoglobin yang terikat dalam bentuk COHb, maka semakin parah pengaruhnya terhadap kesehatan manusia (Fardiaz, 1992).


(36)

Pengaruh karbon monoksida (CO) terhadap tubuh manusia tidak sama untuk manusia yang satu dengan yang lain. Daya tahan tubuh manusia ikut menetukan toleransi tubuh terhadap pengaruh adanya karbon monoksida (Wardhana, 2004).

Konsentrasi CO di udara sekitar 80 ppm dan konsentrasi COHb dalam darah sekitar 13 %, maka seseorang akan sulit bernapas (Sunu, 2001). Sedangkan gas CO sebanyak 30 ppm apabila dihisap oleh manusia selama 8 jam akan menimbulkan rasa pusing dan mual. Konsentrasi CO sebanyak 1000 ppm dan waktu paparan (kontak) selama 1 jam dapat menyebabkan pusing dan kulit berubah menjadi kemerah merahan. Untuk paparan yang sama dengan konsentrasi CO 1300 ppm kulit akan langsung berubah menjadi merah tua dan disertai rasa pusing yang hebat.

Gejala – gejala keracunan gas karbon monoksida (CO) dapat ditandai dengan pusing, rasa tidak enak pada mata, telinga berdengung, mual, muntah, detak jantung meningkat, rasa tertekan di dada, kesukaran bernapas, kelemahan otot – otot, tidak sadar dan bisa menyebakan kematian (Mukono, 2008).

Tabel 3. Pengaruh konsentrasi CO di udara dan pengaruhnya pada tubuh bila kontak terjadi pada waktu yang lama

Konsentrasi CO di udara Konsentrasi COHb dalam Gangguan pada tubuh dalam (ppm) darah (%)

3 5 10 20 40 60 80 100 0,98 1,3 2,1 3,7 6,9 10,1 13,3 16,5 Tidak ada

Belum begitu terasa Sistem syaraf sentral Panca indera

Fungsi jantung Sakit kepala Sulit bernapas Pingsan – Kematian Sumber: Wardhana, 2004


(37)

Keadaan normal konsentrasi CO di dalam darah berkisar antara 0,2% sampai 1,0% dan rata-rata sekitar 0,5%. Kadar CO didalam darah dapat seimbang selama kadar CO di atmosfer tidak meningkat dan pernapasan tetap konstan (Mukono, 2008). 2.3. Nitrogen Dioksida (NO2)

2.3.1. Sumber Utama Nitrogen Dioksida

Nitrogen oksida sering disebut dengan NOx, karena oksida nitrogen mempunyai dua macam bentuk yang sifatnya berbeda, yaitu gas NO2 dan gas NO. Sifat gas NO2 adalah berwarna dan berbau, sedangkan gas NO tidak berwarna dan tidak berbau.Warna gas NO2 adalah merah kecoklatan dan berbau tajam menyengat hidung (Wardhana, 2004).

Pembentukan NO dan NO2 mencakup reaksi antara nitrogen dan oksigen di udara sehingga membentuk NO, kemudian reaksi selanjutnya antara NO dengan lebih banyak oksigen membentuk NO2. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :

N2 + O2 2NO

2NO + O2 2NO2

Kadar NOx di udara daerah perkotaan yang berpenduduk padat akan lebih tinggi dari daerah pedesaan yang berpenduduk sedikit. Hal ini disebabkan karena berbagai macam kegiatan yang menunjang kehidupan manusia yang menambah kadar NOx di udara, seperti transportasi, generator pembangkit listrik, pembuangan sampah dan lain – lain. Pencemaran gas NOx di udara terutama berasal dari gas buangan hasil


(38)

pembakaran yang keluar dari generator pembangkit listrik stasioner atau mesin- mesin yang menggunakan bahan bakar gas alam (Wardhana, 2004).

Tabel 4. Sumber Pencemaran NOX di udara

Sumber pencemaran % bagian % total Transportasi: 39,3 -Mobil bensin 32,0

-mobil diesel 2,9 -kereta api 1,9 -kapal laut 1,0 -sepeda motor dll 1,5

Pembakaran stasioner: 48,5 -batubara 19,4

-minyak 4,8 -gas alam (termasuk LPG) 23,3 -kayu 1,0

Proses Industri 1,0 Pembuangan Limbah Padat 2,9 Lain – lain : 8,3 -kebakaran hutan 5,8

-pembakaran batubara sisa 1,0 -pembakaran limbah pertanian 0,0 Sumber : Wardhana, 2004

2.3.2. Dampak Pencemaran Gas Nitrogen Dioksida (NO2)

Oksida Nitrogen seperti NO dan NO2 berbahaya bagi manusia. Sifat racun (toksisitas) gas NO2 empat kali lebih kuat daripada toksisitas gas NO. Organ tubuh yang paling peka terhadap pencemaran gas NO2 adalah paru – paru. Paru -paru yang terkontaminasi oleh gas NO2 akan membengkak sehingga penderita sulit bernapas (Wardhana, 2004).

Efek lokal gas ini adalah iritasi pada mata, dan iritasi pada membran mukosa saluran pernapasan atas. Efek sistemik terjadipada paru. Iritasi pada paru yang hebat


(39)

menyebabkan pulmonary edema. Kerusakan pada bronchioles yang terjadi secara perlahan menyebabakan obstrusi pada saluran napas atas (Sarudji, 2010).

Kadar NO2 yang lebih tinggi dari 100 ppm dapat mematikan sebagian besar binatang percobaan dan 90% dari kematian tersebut disebabkan oleh gejala pembengkakan paru (edema pulmonari). Selain itu pemajanan NO2 dengan kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap manusia dapat mengakibatkan kesulitan dalam bernapas (Fardiaz, 1992).

Menurut Mukono (2005), apabila udara tercemar oleh gas NO2 dan bereaksi dengan uap air maka akan menjadi korosif dan memberikan efek terhadap mata, paru dan kulit.

a. Terhadap alat pernapasan

Iritasi terhadap paru akan menyebabkan edema paru setelah terpapar oleh gas NO2 selama 48 – 72 jam, apabila terpapar dengan dosis yang meningkat akan menjadi fatal.

b. Terhadap mata

Iritasi mata dapat terjadi apabila NO2 berupa uap yang pekat c. Terhadap kulit

Iritasi terhadap kulit dapat terjadi apabila kulit kontak dengan uap air nitrogen akan menyebabkan luka bakar.

d. Efek lain (terhadap darah)

Kadar nitrogen pada konsentrasi tertentu dapat bereaksi dengan darah.

Sedangkan menurut Sastrawijaya (2009) jika NO2 bertemu dengan uap air di udara atau di dalam tubuh manusia maka akan terbentuk HNO3 yang dapat merusak


(40)

tubuh, sehingga NO2 akan terasa pedih jika mengenai mata, hidung, saluran napas, dan jantung.

Berbeda dengan gas SO2 , gas NO2 dapat diserap oleh saluran pernapasan bagian perifer (Mustardi, 1981 dalam Mukono 2008). Gas NO2 merupakan salah satu oksidan inhalan yang dapat masuk ke dalam saluran pernapasan dan menyebabkan terjadinya peradangan bronkus. Terjadinya peradangan yang kronis dan kerusakan sel merupakan predisposisi terjadinya PPOM (Penyakit Paru Obstruksi Menahun). Menurut Koo (1990) dalam Mukono (2008) gas NO2 dapat menyebabkan batuk kronis (18%) dan batuk kronis tersebut juga merupakan predisposisi terjadinya PPOM (Mukono, 2008).

2.4. Efek Bahan Pencemar Udara

Efek pencemar udara pada kehidupan manusia dapat dibagi menjadi efek umum, efek terhadap ekosistem, efek terhadap kesehatan, efek terhadap tumbuh tumbuhan dan hewan, efek terhadap cuaca dan iklim, dan efek terhadap sosial ekonomi (Chandra, 2006).

2.4.1. Efek Umum

Efek umum pencemaran udara terhadap kehidupan manusia, antara lain: 1. Meningkatkan angka kesakitan dan kematian pada manusia, flora, dan

fauna.

2. Memengaruhi kuantitas dan kualitas sinar matahari yang sampai ke permukaan bumi dan memengaruhi proses fotosintesis tumbuhan. 3. Pencemaran udara dapat merusak cat, karet, dan bersifat korosif


(41)

4. Meningkatkan biaya perawatan bangunan, monumen, jembatan, dan lainnya.

5. Mengganggu penglihatan dan dapat meningkatkan angka kasus kecelakaan lalu lintas di darat, sungai, maupun udara.

2.4.2. Efek terhadap Ekosistem

Industri yang mempergunakan batubara sebagai sumber energinya akan melepaskan zat oksida sulfat ke dalam udara sebagai sisa pembakaran batubara. Zat tersebut akan bereaksi dengan air hujan membentuk asam sulfat sehingga air hujan menjadi asam (acid rain). Apabila keadaan ini berlangsung cukup lama, akan terjadi perubahan pada ekosistem perairan danau. Akibatnya, pH air danau akan menjadi asam, produksi ikan menurun, dan secara tidak langsung pendapatan rakyat setempat pun menurun.

2.4.3. Efek terhadap Kesehatan

Efek pencemaran udara terhadap kesehatan manusia dapat terlihat baik secara cepat maupun lambat, seperti berikut:

1. Efek cepat

Hasil studi epidemiologi menunjukkan bahwa peningkatan mendadak kasus pencemaran udara juga akan meningkatkan angka kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit saluran pernapasan. Pada situasi tertentu, gas CO dapat menyebabkan kematian mendadak karena daya afinitas gas CO terhadap haemoglobin darah (menjadi methaemoglobin) yang lebih kuat dibandingkan daya afinitas O2 sehingga terjadi kekurangan gas oksigen di dalam tubuh.


(42)

2. Efek Lambat

Pencemaran udara diduga sebagai salah satu penyebab penyakit bronkhitis kronis dan kanker paru primer. Penyakit yang disebabkan oleh pencemaran udara, antara lain emfisema paru, asbestosis, silikosis, bisinosis.

2.4.4 Efek terhadap Tumbuhan dan Hewan

Tumbuh – tumbuhan sangat sensitif terhadap gas sulfur dioksida, florin, ozon, hidrokarbon, dan CO. Apabila terjadi pencemaran udara, konsentrasi gas tersebut akan meningkat dan dapat menyebabkan daun tumbuhan berlubang dan layu. Ternak juga akan menjadi sakit jika memakan tumbuh – tumbuhan yang mengandung dan tercemar florin.

2.4.5. Efek terhadap Cuaca dan iklim

Gas karbon dioksida memiliki kecenderungan untuk menahan panas tetap berada di lapisan bawah atmosfer sehingga terjadi efek rumah kaca. Udara menjadi panas dan gerah. Selain itu, partikel – partikel debu juga memiliki kecenderungan untuk memantulkan kembali sinar matahari di udara sebelum sinar tersebut sampai ke permukaan bumi sehingga udara di lapisan bawah atmosfer menjadi dingin.

2.4.6. Efek terhadap Sosial Ekonomi

Pencemaran udara akan meningkatkan biaya perawatan dan pemeliharaan bangunan, monumen, jembatan, dan lainnya serta menyebabkan pengeluaran biaya ekstra untuk mengendalikan pencemaran yang terjadi.


(43)

2.4.7. Efek Pencemaran Udara terhadap Saluran Pernapasan

Secara Umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernapasan dapat menyebabkan terjadinya :

1. Iritasi pada saluran pernapasan. Hal ini dapat menyebabkan pergerakan silia menjadi lambat, bahkan dapat terhenti, sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernapasan.

2. Peningkatan produksi lendir akibat iritasi oleh bahan pencemar 3. Produksi lendir dapat menyebabkan penyempitan saluran pernapasan. 4. Rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernapasan

5. Pembengkakan saluran pernapasan dan merangsang pertumbuhan sel, sehingga saluran pernapasan menjadi menyempit

6. Akibat dari hal tersebut di atas, akan menyebabkan terjadinya kesulitan bernapas, sehingga benda asing termasuk bakteri/mikroorganisme lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernapasan dan hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernapasan (Corman, 1971:62 – 73; Davis & Cornwell. 1991:424 – 425 dalam Mukono 2008).

2.6. Sistem Pernapasan

2.6.1. Anatomi Saluran Pernapasan

Menurut Irianto (2004), alat - alat pernapasan manusia terdiri dari saluran lubang hidung (nares anterior), rongga hidung (vestibulum), faring, pangkal tenggorok (laring), batang tenggorok (trakea), cabang batang tenggorok (bronkus), dan paru - paru (pulmonum).


(44)

a. Saluran lubang hidung (Nares Anterior)

Saluran lubang hidung adalah saluran – saluran di dalam lubang hidung. Saluran – saluran tersebut bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai ronggga hidung (vestibulum).

b. Hidung

Daerah lubang hidung, permukaan rongga hidung diselaputi oleh epitel berlapis pipih dengan rambut – rambut kasar yang berfungsi untuk menyaring debu -debu kasar. Di sebelah dalam, rongga hidung diselaputi oleh epitel berlapis bersilia yang di bawahnya mengandung banyak kapiler.

Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru paru. Jalan nafas ini berfungsi sebagai penyaring kotoran – kotoran dan melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru – paru (Manurung, 2008).

Pada dinding lateral terdapat tiga tonjolan yang disebut konkha nasalis superior, media, dan inferior. Maka udara pernapasan akan mengalir melalui celah celah ketiga tonjolan tersebut dan udara inspirasi akan dipanaskan oleh darah di dalam kapiler dan dilembabkan oleh lendir juga debu – debu udara pernapasan dapat diperangkap oleh lendir. Lendir digerakkan oleh silia ke belakang menuju faring. c. Faring

Faring merupakan suatu saluran sepanjang 12,5 – 13 cm yang terletak antara koane sampai sebelah belakang laring. Faring dibagi atas tiga bagian, yaitu :

1. Nasofaring, terletak di antara koane sampai langit – langit lunak. Pada nasofaring terletak tonsil faringika (adenoid) dan dua lubang tuba eustakhius. Dinding nasofaring diselaputi oleh epitel berlapis semu bersilia.


(45)

2. Orofaring, terletak di belakang rongga mulut. Orofaring diselaputi oleh epitel berlapis pipih, suatu selaput yang tahan gesekan karena merupakan tempat persilangan saluran pernapasan dan saluran pencernaan.

3. Laringofaring, terletak di antara tulang hioid sampai belakang laring. d. Laring

Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh sembilan tulang- tulang rawan (satu tulang rawan epiglotis, satu tulang rawan tiroid, satu tulang rawan krikoid, dua tulang rawan aritenoid, dua tulang rawan kuneiformis dan dua tulang rawan korniculatum), berada di antara orofaring dan trakea di depan laringofaring.

Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga melindungi jalan napas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk (Manurung, 2008).

e. Batang Tenggorok (Trakea)

Batang tenggorok bagian dalam dilapisi oleh selaput lendir. Antara selaput lendir terdapat sepasang selaput yang letaknya melintang dari bagian muka ke belakang disebut pita suara. Dinding tenggorok terdiri dari jaringan ikat, cincin tulang rawan, otot polos dan selaput lendir. Adanya cincin tulang rawan ini menyebabkan batang tenggorok selalu terbuka, sehingga kita dapat bernapas dengan leluasa setiap saat. Pada permukaan dalamnya terdapat bulu – bulu halus yang berfungsi untuk menolak benda – benda asing yang akan masuk ke paru – paru.

Cabang batang tenggorok disebut bronkus, berjumlah sepasang. Satu menuju ke paru – paru kanan dan yang satu lagi ke paru – paru kiri.


(46)

f. Bronkus

Struktur mikroskopis bronkus mirip dengan trakea. Bronkus primer kiri lebih horizontal, lebih panjang dan lebih kecil dari bronkus kanan. Maka benda asing yang terhisap lebih sering dan lebih mudah masuk ke bronkus kanan.

g. Paru – Paru (pulmonum)

Paru – paru merupakan alat pernapasan utama dan Paru – paru adalah organ yang berbentuk kerucut dengan puncak (apek) di atas dan muncul sedikit lebih tinggi dari klavikula di dalam dasar leher dan dibungkus oleh pleura. Paru – paru berjumlah dua buah, yaitu paru – paru kiri dan paru – paru kanan. Paru – paru mengisi rongga dada, dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh dasar besarnya, dan struktur lainnya yang terletak di dalam mediastinum.

2.6.2. Mekanisme Pernapasan

Berdasarkan kegiatan otot- otot pernapasan, maka mekanisme pernapasan dibedakan menjadi dua yaitu, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut (Irianto, 2004).

1. Pernapasan Dada

Pernapasan dada adalah pernapasan yang menggunakan gerakan otot – otot antartulang rusuk. Rongga dada membesar karena tulang dada dan tulang rusuk terangkat akibat kontraksi otot- otot yang terdapat di antara tulang – tulang rusuk. Paru – paru turut mengembang, volumenya menjadi besar, sedangkan tekanannya menjadi lebih kecil daripada tekanan udara luar. Dalam keadaan demikian udara luar dapat masuk melalui batang tenggorok (trakea) ke paru – paru (pulmonum).


(47)

2. Pernapasan Perut

Pernapasan perut adalah pernapasan yang menggunakan otot – otot diafragma. Otot – otot sekat rongga dada berkontraksi sehingga diafragma yang semula cembung menjadi rata, dengan demikian paru – paru dapat mengembang ke arah perut (abdomen).

Mekanisme pernapasan perut dapat dibedakan menjadi dua fase, yakni: a. Fase inspirasi

Fase inspirasi merupakan kontraksi otot diafragma sehingga mengembang, akibatnya paru – paru ikut mengembang. Hal tersebut menyebabkan rongga dada membesar dan tekanan udara di dalam paru – paru lebih kecil daripada tekanan udara luar sehingga udara luar dapat masuk ke dalam.

b. Fase ekspirasi

Fase ekspirasi merupakan fase relaksasi otot diafragma (kembali ke posisi semula) sehingga rongga dada mengecil dan tekanan udara di dalam paru – paru lebih besar daripada tekanan udara luar, akibatnya udara keluar dari paru – paru.

2.7. Gangguan Saluran Pernapasan

2.7.1. Pengertian Gangguan Saluran Pernapasan

Saluran pernapasan adalah organ dimulai dari hidung sampai alveoli beserta organ seperti sinus, rongga telinga tengah atau pleura. Gangguan saluran pernapasan adalah gangguan pada organ mulai dari hidung sampai alveoli serta organ – organ seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Depkes RI, 1999). Sedangkan gangguan saluran pernapasan menurut Wardhana (2004) adalah penyakit saluran


(48)

pernapasan yang disebabkan oleh adanya partikel atau debu yang masuk dan mengendap di dalam paru – paru dan polusi udara lainnya

2.7.2. Keluhan gangguan saluran pernapasan

Menurut (Price & Wilson, 2005) Keluhan atau gejala gangguan sistem pernapasan diantaranya adalah :

a. Batuk

Batuk merupakan refleks pertahanan yang timbul akibat iritasi percabangan trakeobronkial. Kemampuan untuk batuk merupakan mekanisme yang penting untuk membersihkan saluran nafas bawah. Rangsangan yang biasanya menimbulkan batuk adalah rangsangan mekanik, kimia, dan peradangan. Inhalasi asap, debu dan benda benda asing kecil merupakan penyebab batuk yang paling sering.

Sedangkan Menurut Rab, Tabrani (1996) Batuk adalah reaksi akibat iritasi pada saluran pernapasan bagian atas, nasofaring, dan juga saluran pernapasan bagian bawah. Batuk juga merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan gejala penyakit saluran pernapasan. Batuk dan sesak napas merupakan dua keluhan utama pada saluran pernapasan.

Zat – zat yang dapat merangsang terjadinya batuk adalah : 1. Mekanis

Misalnya : Iritan, bila terhirup asap atau debu maka akan dikeluarkan melalui batuk, akan tetapi bila mekanisme tersebut gagal maka akan terjadi fibrosis.

2. Inflamasi


(49)

3. Psikogenik

Misalnya pada keadaan ketakutan.

Sebab – sebab terjadinya batuk adalah iritasi dari mukosa bronkus yang dapat disebabkan oleh inflamasi (peradangan) baik oleh bakteri, virus, jamur dan disertai dengan mukus yang banyak. Selain itu dapat juga disebabkan oleh iritasi karena benda asing dan berbagai penyakit infeksi saluran pernapasan dapat menimbulkan batuk. Selanjutnya dapat juga disebabkan oleh bahan iritan seperti gas, rokok dan bahan – bahan kimia dapat merupakan stimulan dalam terjadinya batuk (Rab, Tabrani, 1996).

b. Peningkatan Produksi Sputum

Pembentukan mukus yang berlebihan, dapat disebabkan oleh gangguan fisik, kimiawi atau infeksi pada membran mukosa.

Sputum merupakan suatu substansi yang keluar bersama dengan batuk atau bersihan tenggorok. Akan tetapi produksi sputum akibat batuk adalah tidak normal. Warna, konsistensi, Bau serta jumlah sputum dapat menunjukkan keadaan patologis (Somantri, 2009).

Orang dewasa normal menghasilkan mukus sekitar 100 ml dalam saluran napas. Mukus ini diangkut menuju faring dengan gerakan pembersihan normal silia yang melapisi saluran pernapasan. Jika terbentuk mukus yang berlebihan proses normal pembersihan tidak efektif sehingga menyebabkan mukus tertimbun. Jika hal ini terjadi membran mukosa akan terangsang dan mukus dibatukkan keluar sebagai batuk. Pembentukan sputum yang terus meningkat dalam waktu bertahun – tahun merupakan tanda bronkitis kronis.


(50)

c. Hemoptisis (Batuk Darah)

Hemoptisis adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan batuk darah (sputum yang berdarah). Sputum dapat bercampur dengan darah atau dapat juga seluruh cairan yang dikeluarkan dari paru berupa darah.

Sedangkan Menurut Alsagaff & Mukty, (2005) Batuk darah adalah darah atau dahak berdarah yang dibatukkan berasal dari saluran pernapasan bagian bawah. Pada dasarnya batuk darah akan berhenti dengan sendirinya jika robekan pembuluh darah tidak luas, sehingga luka dapat tertutup dengan cepat.

Batuk darah merupakan suatu gejala yang serius dan dapat merupakan manifestasi pertama dari tuberkulosis aktif. Jika darah atau sputum yang mengandung darah dibatukkan perlu diketahui apakah sumbernya berasal dari saluran napas bagian bawah dan bukan dari saluran hidung atau saluran cerna. Darah yang berasal dari saluran napas bawah biasanya berwarna merah cerah, berbusa dan terdapat riwayat batuk dengan atau tanpa anemia.

d. Dispnea (Sesak napas)

Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas. Gejala objektif sesak napas termasuk juga penggunaan otot – otot pernapasan tambahan, pernapasan cuping hidung dan tachypnea. Takipnea adalah frekuensi pernapasan yang cepat, lebih cepat dari pernapasan normal (12 hingga 20 kali per menit).

Sedangkan Menurut Rab, Tabrani (1996), Dispnea adalah kesulitan bernapas yang disebabkan karena suplai oksigen ke dalam jaringan tubuh tidak sebanding dengan oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh.


(51)

Sesak napas tidak selalu menunjukkan adanya penyakit. Orang normal akan mengalami hal yang sama setelah melakukan kegiatan fisik dalam tingkat – tingkat yang berbeda. Besarnya tenaga fisik yang dikeluarkan untuk menimbulkan dispnea (sesak napas) bergantung pada usia, jenis kelamin, ketinggian tempat, jenis latihan fisik dan terlimbatnya emosi dalam melakukan kegiatan. Dispnea (sesak napas) yang terjadi pada seseorang harus dikaitkan dengan tingkat aktivitas minimal yang menyebabkan dispnea untuk menentukan apakah dispnea terjadi setelah aktivitas sedang atau berat atau terjadi pada saat istirahat

e. Nyeri Dada

Nyeri dada terjadi pada tempat peradangan dan biasanya tempat peradangan tersebut dapat diketahui dengan tepat. Rasa nyeri tersebut biasanya diperberat dengan batuk, bersin dan napas yang dalam, sehingga seseorang sering bernapas cepat dan dangkal serta menghindari gerakan – gerakan yang tidak diperlukan.

Menurut Irianto (2004), Nyeri dada dapat timbul pada gangguan radang pleura, trakea, bronkus maupun otot - otot pernapasan. Nyeri dada juga merupakan gejala gangguan pada pleura bagian dalam yang biasanya akan bertambah ketika batuk, bersin atau menarik napas dalam – dalam.

2.7.3 Penyakit - Penyakit saluran pernapasan

Menurut Somantri (2009), Penyakit – penyakit pada sistem pernapasan adalah sebagai berikut:

1. Asma Bronkial

Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial yang mempunyai ciri bronkospasme (kontraksi spasme pada saluran napas) terutama pada percabangan


(52)

trakeobronkial yang dapat diakibatkan oleh berbagai stimulus seperti infeksi, faktor biokemikal dan psikologi.

Adapun faktor – faktor pencetus yang dapat menimbulkan asma adalah sebagai berikut :

1. Iritan seperti asap dan polutan

2. Alergen utama seperti debu, spora jamur 3. Lingkungan kerja

4. Perubahan cuaca yang ekstrim

5. Infeksi saluran napas terutama yang disebabkan oleh virus 6. Obat – obatan

7. Kegiatan jasmani yang berlebihan 8. Emosi

Tipe Asma berdasarkan penyebabnya adalah sebagai berikut : 1. Asma Alergik/ Ekstrinsik

Merupakan suatu bentuk asma dengan alergen seperti debu, bulu binatang, makanan dan lain lain. Alergen terbanyak adalah airborne dan musiman. Seseorang dengan asma alergik biasanya mempunyai riwayat penyakit alergi pada kelurga. Paparan terhadap alergi akan mencetuskan serangan asma.

2. Idiopatik atau Nonalergik Asma/ Intrinsik

Faktor – faktor yang dapat menyebabkan serangan asma nonalergik atau idiopatik adalah polusi lingkungan, infeksi saluran napas atas, aktivitas, emosi dan stres.


(53)

3. Asma campuran

Asma campuran merupakan bentuk asma yang paling sering dikarakteristikkan dengan bentuk kedua jenis asma alergi dan idiopatik atau nonalergi

Gejala asma terdiri atas dispnea (sesak napas), batuk dan mengi. Gejala mengi sering dianggap sebagai gejala yang harus ada.

2. Influenza

Influenza merupakan Infeksi saluran napas atas yang disebabkan oleh virus dan dapat timbul pada semua tingkat usia. Influenza dikarakteristikkan dengan hidung tersumbat, suara serak dan batuk. Penyebab dari timbulnya influenza adalah Haemophillus Influenza (A, B dan C). Keluhan yang sering muncul antara lain sakit kepala, nyeri otot, demam, menggigil, anoreksia (tidak nafsu makan), sakit tenggorokan, batuk, bersin dan hidung tersumbat.

Influenza merupakan suatu penyakit infeksi yang sering timbul berulang pada seseorang dan hal ini membuat seseorang bisa terjangkit virus influenza beberapa kali semasa hidupnya.

3. Pneumonia

Pneumonia merupakan proses peradangan pada parenkim paru – paru yang biasanya dihubungkan dengan meningkatnya cairan pada alveoli. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit infeksi saluran napas yang banyak didapatkan dan sering menjadi penyebab kematian hampir di seluruh dunia (Manurung, dkk, 2009).

Adapun yang menjadi faktor resiko dari pneumonia adalah : 1. Polusi udara


(54)

3. Merokok

4. Gangguan kesadaran (alkohol, overdosis obat dan anastesi umum) 5. Tidak berfungsinya sistem imun

Pneumonia sering timbul setelah infeksi saluran napas atas (infeksi pada hidung dan tenggorokan). Resiko tinggi timbul dengan riwayat alkoholik, infeksi pernapasan dan dengan imunosupresi (kelemahan dalam sistem imun).

4. Bronkitis Akut

Bronkitis Akut adalah radang mendadak pada bronkus yang biasanya mengenai trakea dan laring. Radang ini dapat timbul sebagai kelainan jalan napas atau sebagai bagian dari penyakit sistemik, misalnya pada difteri, tipus abdominalis.

Tiga jenis penyebab bronkitis akut yaitu sebagai berikut: 1. Rangsangan

Seperti asap kenderaan bermotor, asap yang berasal dari pabrik, rokok dan lain lain.

2. Infeksi

Seperti staphylococcus, Pneumococcus, Haemophilus Influenza 3. Alergi

Bronkitis timbul sebagai akibat adanya paparan terhadap agen infeksi maupun non infeksi. Iritan akan memicu timbulnya respon imunologi yang akan menyebabkan edema mukosa dan bronkospasme.

5. Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru - paru disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat juga


(55)

menyebar ke bagian tubuh lain seprti tulang, ginjal dan nodus limpe. Penyakit tuberkulosis dapat menyerang semua umur, mulai dari anak – anak sampai dengan orang dewasa dengan komposisi antara laki – laki dan hampir sama. Tuberkulosis biasanya timbul di lingkungan dengan kepadatan penduduk yang tinggi.

Keluhan utama yang sering muncul adalah sebagai berikut: 1. Demam : (40 - 41ºC ) demam hilang timbul

2. Batuk : Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus sebagai reaksi tubuh untuk mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai dengan batuk purulen ( menghasilkan sputum) timbul dalam jangka waktu lama (> 3 minggu).

3. Sesak napas : Timbul pada tahap lanjut ketika infiltrasi radang sampai stengah paru

4. Nyeri dada : Jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura

5. Malaise : Berupa anoreksia, nafsu makan dan berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot, dan berkeringat pada malam hari.

6. Kanker Paru

Kanker paru merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia. Mayoritas penyakit kanker paru disebabkan oleh karsinogen dan zat promotor tumor yang masuk ke dalam tubuh.

Beberapa zat karsinogen tersebut antara lain :

1. Polusi udara, banyak sekali polusi udara yang dapat menyebabkan kanker paru diantaranya emisi kenderaan bermotor, sulfur dan polutan yang


(56)

berasal dari pabrik. Data menunjukkan bahwa insidensi kanker paru lebih banyak pada daerah urban sebagai hasil dari peningkatan polutan dan asap kenderaan bermotor.

2. Rokok tembakau, seseorang yang mulai merokok pada usia yang lebih muda akan lebih beresiko untuk menderita kanker paru.

3. Asap pabrik/ Industri/ Tambang.

Sedangkan menurut Sayuti & Heryati (2008), Penyakit – penyakit pada saluran pernapasan khususnya yang menyerang paru paru adalah :

a. ISPA (Infeksi Akut pada saluran Pernapasan)

ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, maupun riketsia tanpa atau disertai radang parenkim paru. ISPA jika mengenai saluran napas bawah, khususnya pada bayi, anak anak dan orang tua memberikan gambaran klinik yang berat berupa bronkitis dan banyak menyebabkan kematian.

Pada ISPA dikenal tiga cara penyebaran infeksi, yaitu:

1. Melalui aerosol yang lembut, terutama oleh karena batuk – batuk

2. Melalui aerosol yang lebih kasar, terjadi pada waktu batuk – batuk dan bersin – bersin

3. Melalui kontak langsung/ tidak langsung dari benda – benda yang telah dicemari jasad renik (hand to hand transmission).

b. Infeksi kronis pada paru atau PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis)

Infeksi kronis pada paru dikenal juga dengan sebutan COPD (Chronic Obstructive Pulmonary disease). Gangguan ini ditandai dengan obstruksi pada


(57)

saluran napas bagian bawah dengan gejala – gejala berupa kesulitan pada waktu ekspirasi. Penyakit yang ditemukan adalah seperti asma, bronkhitis kronis dan emfisema. Penyakit – penyakit tersebut pada umumnya ditemukan pada perokok berat yang ditandai dengan batuk kronis dan batuk berlendir. Contoh lain adalah penyakit asma dimana penderita berulangkali terkena serangan sesak jika mengalami kontak dengan alergen tertentu.

c. ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome) atau gawat napas.

Pada keadaan gawat napas, membran alveolus/kapiler mengalami trauma yang mengakibatkan permeabilitasnya meningkat, sehingga mengakibatnya terjadinya oedem paru – paru, dimana oedem paru – paru tersebut ditandai dengan menumpuknya cairan pada jaringan paru akibat meningkatnya tekanan hidrostatik seperti pada kegagalan jantung kiri.

2.8. Kerangka Konsep

PP RI No.41 Tahun 1999 Kadar Karbon Monoksida

(CO) dan Nitrogen dioksida (NO2) di Udara Ambien

Karakteristik Pedagang Kaki Lima

- Umur

- Jenis Kelamin - Pendidikan - Masa Kerja - Jam Kerja - Kebiasaan Merokok

Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan


(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian bersifat deskriptif, yaitu untuk mengetahui kadar karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) di udara dan keluhan gangguan saluran pernapasan pada pedagang kaki lima di pasar Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan Tahun 2013.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan. Adapun alasan penulis memilih lokasi tersebut sebagai tempat penelitian adalah karena:

1. Pasar Sangkumpal Bonang merupakan pasar tradisional terbesar di kota Padangsidimpuan yang berdiri tepat di pusat kota dan suasana pasar tersebut setiap harinya ramai.

2. Banyak pedagang kaki lima yang berdagang di sekitar pasar tersebut. 3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2013 3.3. Metode Pengumpulan Data

3.3.1. Data Primer

1. Data hasil pengukuran kadar karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) di udara yang diperoleh langsung dari pengukuran yang telah dilakukan.


(59)

2. Melakukan wawancara kepada pedagang kaki lima yang berada di sekitar pasar Sangkumpal Bonang dengan bantuan kuesioner.

3.3.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari literatur perpustakaan maupun instansi terkait yang ada hubungannya dengan objek penelitian.

3.4. Parameter dan Subjek Penelitian 3.4.1. Parameter Penelitian

Parameter yang di ukur dalam penelitian adalah karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) di udara ambien di pasar Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan tahun 2013.

3.4.2. Subjek Penelitian

Adapun subjek dari penelitian ini adalah:

1. Pedagang kaki lima yang berdagang di sekitar pasar Sangkumpal Bonang kota Padangsidimpuan.

2. Karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) yang akan diambil di tiga titik pengukuran yaitu titik I di Jalan Patrice Lumumba (Samping kiri Pasar Sangkumpal Bonang), titik II di Jalan M.H.Thamrin (Depan Pasar Sangkumpal Bonang) dan titik III di Jalan Mongonsidi (Samping kanan Pasar Sangkumpal Bonang).

3.5. Populasi dan Sampel 3.5.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang kaki lima yang berdagang di sekitar Pasar Sangkumpal Bonang, yang berjumlah 205 orang. Hal ini


(60)

dilakukan karena pedagang kaki lima setiap harinya melaksanakan aktivitas hidupnya di pasar tersebut, sehingga kemungkinan mereka terpapar oleh bahan polutan yang ditimbulkan oleh aktivitas transportasi.

3.5.2. Teknik pengambilan sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara pengambilan sampel acak stratifikasi proporsional (Proportional stratified random sampling) , karena jumlah sampel penelitian berbeda antara strata yang satu dengan strata yang lain. Kemudian dari masing – masing strata di ambil sampel yang mewakilinya.

Untuk populasi kecil atau lebih kecil dari 10.000 maka besar sampel dalam penelitian ini diperoleh dari rumus :

Keterangan : N : Besar Populasi n : Besar Sampel

d : Tingkat Kepercayaan/Ketepatan yang diinginkan (0,1) (Notoatmodjo , 2005)

Dengan mensubsitusi nilai N dan d ke dalam formula besar sampel, maka: = 205

1 + 205 (0,12) = 205 1 + 205 (0,01) = 205 1 + 2,05 = 67,1 = 67


(1)

batuk_plgdagang

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid

ya

20

29,9

80,0

80,0

tidak

5

7,5

20,0

100,0

Total

25

37,3

100,0

Missing

System

42

62,7

Total

67

100,0

periksa_dokter

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid

Pernah

10

14,9

38,5

38,5

tdk pernah

16

23,9

61,5

100,0

Total

26

38,8

100,0

Missing

System

41

61,2

Total

67

100,0

batuk_dagang

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid

ya

22

32,8

88,0

88,0

tidak

3

4,5

12,0

100,0

Total

25

37,3

100,0

Missing

System

42

62,7


(2)

kpn_prksa

Frequency

Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid

jika sakit

10

14,9

100,0

100,0

Missing

System

57

85,1

Total

67

100,0

umurk * keluhan_napaas Crosstabulation

Count

keluhan_napaas

Total

ya

tidak

umurk

1

4

11

15

2

5

10

15

3

10

16

26

4

7

4

11

Total

26

41

67

Jenis_kelamin * keluhan_napaas Crosstabulation

Count

keluhan_napaas

Total

ya

Tidak

Jenis_kelamin

laki - laki

12

10

22

perempuan

14

31

45

Total

26

41

67

Pendidikan * keluhan_napaas Crosstabulation

Count

keluhan_napaas

Total

Ya

tidak

Pendidikan

SD

8

11

19

SMP

6

16

22

SMA

12

14

26


(3)

rokok * keluhan_napaas Crosstabulation

Count

keluhan_napaas

Total

ya

tidak

Rokok

ya

18

15

33

tidak

8

26

34

Total

26

41

67

lamak * keluhan_napaas Crosstabulation

Count

keluhan_napaas

Total

ya

tidak

Lamak

1

5

5

10

2

7

6

13

3

4

4

8

4

2

0

2

Total

18

15

33

hisap_rokok * keluhan_napaas Crosstabulation

Count

keluhan_napaas

Total

ya

tidak

hisap_rokok

<sebungkus

14

9

23

>sebungkus

4

6

10


(4)

Lama_dagang* keluhan_napaas Crosstabulation

Count

keluhan_napaas

Total

ya

tidak

lama_dagang

1

11

22

33

2

10

16

26

3

3

3

6

4

2

0

2

Total

26

41

67

jamk * keluhan_napaas Crosstabulation

Count

keluhan_napaas

Total

ya

tidak

jamk

1

12

18

30

2

14

23

37


(5)

LAMPIRAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 41 TAHUN 1999

TENTANG : PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA TANGGAL : 26 MEI 1999

BAKU MUTU UDARA AMBIEN NASIONAL

No Parameter Waktu Pengukuran

Baku Mutu Metode Analisis

Peralatan

1 SO2

(Sulfur Dioksida)

1 Jam 24 Jam 1 Thn

900 µg/Nm3

365 µg/Nm3

60 µg/Nm3

Pararosanalin Spektrofotometer 2 CO (Karbon Monoksida 1 Jam 24 Jam 1 Thn

30.000 µg/Nm3

10.000 µg/Nm3 NDIR NDIR Analyzer

3 NO2

(Nitrogen Dioksida)

1 Jam 24 Jam 1 Thn

400 µg/Nm3

150 µg/Nm3

100 µg/Nm3

Saltzman Spektrofotometer

4 O3

(Oksida)

1 Jam 1 Thn

235 µg/Nm3

50 µg/Nm3 Chemiluminescent Spektrofotometer

5 HC (Hidrokarbon)

3 Jam 160 µg/Nm3 Flamed Ionization Gas

Choromatografi 6 PM10

(Partikel < 10 mm

24 Jam 150 µg/Nm3 Gravimetric Hi - Vol

PM2,5 (*)

(Partikel < 2,5 mm)

24 Jam 1 Thn

65 µg/Nm3

15 µg/Nm3 Gravimetric Gravimetric Hi – Vol Hi – Vol

7 TSP (Debu)

24 Jam 1 Thn

230 µg/Nm3

90 µg/Nm3

Gravimetric Hi – Vol 8 Pb

(Timah Hitam)

24 Jam 1 Thn

2 µg/Nm3

1 µg/Nm3

Gravimetric Ekstraktif Pengabuan

Hi – Vol AAS 9 Dustfall

(Debu Jatuh)

30 Hari 10 Ton/km2/Bln

(Pemukiman) 10 Ton/km2/Bln

(Industri)

Gravimetric Cannister

10 Total Fluorides (as F) 24 Jam 90 Hari

3 µg/Nm3

0,5 µg/Nm3 Spesific Ion Electrode Impinger atau Countinous Analyzer

Flour Indeks 30 Hari 40µg/100 cm2

Dari kertas limed filter

Colourimetric Limed Filter Paper

12 Khlorine & Kholorin

Dioksida

24 Jam 150 µg/Nm3 Spesific Ion

Electrode

Impinger atau Countinous Analyzer

13 Sulphat Indeks 30 Hari 1 mg SO3/100 cm3

dari lead Peroksida

Colourimetric Lead Peroxida Candle

CATATAN :

(*) PM 2,5 mulai berlaku tahun 2002

Nomor 11 s/d 13 Hanya diberlakukan untuk daerah/kawasan Industri Kimia Dasar. Contoh : - Industri Petrokimia


(6)

Lampiran

Perhitungan Kadar Karbon Monoksida (CO) Dalam Satuan µg/Nm

3

Konversi dari ppm ke µg/Nm

3

µg/Nm

3

= ppm × BM × 1000

24,45

Keterangan :

ppm : Jumlah Kadar Karbon Monoksida (CO)

BM : Berat Molekul

1.

Kadar Karbon Monoksida (CO) di Jalan Patrice Lumumba (Samping Kiri

Pasar Sangkumpal Bonang)

µg/Nm

3

= ppm × BM × 1000

24,45

= 14 × 28 × 1000

24,45

= 16.033 µg/Nm

3

2.

Kadar Karbon Monoksida (CO) di Jalan M.H.Thamrin (Depan Pasar

Sangkumpal Bonang)

µg/Nm

3

= ppm × BM × 1000

24,45

= 16 × 28 × 1000

24,45

= 18.323 µg/Nm

3

3.

Kadar Karbon Monoksida (CO) di Jalan Mongonsidi (Samping Kanan Pasar

Sangkumpal Bonang)

µg/Nm

3

= ppm × BM × 1000

24,45

= 13 × 28 × 1000

24,45


Dokumen yang terkait

Gambaran Kadar PM10, SO2, dan NO2 dan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan pada Pedagang di Sekitar Fly Over Jalan Sisingamangaraja Kota Medan Tahun 2016

5 80 121

Gambaran Kadar PM10, SO2, dan NO2 dan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan pada Pedagang di Sekitar Fly Over Jalan Sisingamangaraja Kota Medan Tahun 2016

0 0 17

Gambaran Kadar PM10, SO2, dan NO2 dan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan pada Pedagang di Sekitar Fly Over Jalan Sisingamangaraja Kota Medan Tahun 2016

0 0 2

Gambaran Kadar PM10, SO2, dan NO2 dan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan pada Pedagang di Sekitar Fly Over Jalan Sisingamangaraja Kota Medan Tahun 2016

0 0 8

Gambaran Kadar PM10, SO2, dan NO2 dan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan pada Pedagang di Sekitar Fly Over Jalan Sisingamangaraja Kota Medan Tahun 2016

0 0 30

Lampiran KUESIONER ANALISA KADAR CO DAN NO2 DI UDARA DAN KELUHAN GANGGUAN SALURAN PERNAPASAN PADA PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR SANGKUMPAL BONANG KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2013

0 0 17

  BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian - Analisa Kadar CO dan NO2 di Udara dan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Pada Pedagang Kaki Lima di Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

0 0 49

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Udara 2.1.1. Pengertian Pencemaran Udara - Analisa Kadar CO dan NO2 di Udara dan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Pada Pedagang Kaki Lima di Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

0 0 31

  BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisa Kadar CO dan NO2 di Udara dan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Pada Pedagang Kaki Lima di Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

1 0 7

Analisa Kadar CO dan NO2 di Udara dan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Pada Pedagang Kaki Lima di Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

0 0 17