Pengaruh Volume Irigasi terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai (Capsicum annum L.)

i

PENGARUH VOLUME IRIGASI TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN
CABAI (Capsicum annuum L.)

ABE EIKO JULIANA
A24080077

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

ii

RINGKASAN

ABE EIKO JULIANA. Pengaruh Volume Irigasi terhadap Pertumbuhan
dan Produksi Tanaman Cabai (Capsicum annum L.). (Dibimbing oleh Eko
Sulistyono).


Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh irigasi terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman cabai pada sistem sandponic serta
menemukan Efisiensi Penggunaan Air Irigasi (EPAI) terbaik yang dilaksanakan di
rumah kaca Kebun Percobaan IPB Cikabayan pada bulan Maret 2012-Agustus
2012.
Percobaan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak, satu
faktor dan tiga ulangan. Terdapat 12 satuan percobaan dengan total 60 tanaman
cabai. Perlakuan terdiri dari satu faktor berupa perlakuan irigasi yang mencakup
empat koefisien tanaman-panci (0.5 Eo, 1 Eo, 1.5 Eo, 2 Eo). Varietas tanaman
cabai yang digunakan adalah cabai hibrida Serambi.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa tinggi tanaman, jumlah cabang,
jumlah daun, dan bobot buah terberat ditunjukkan oleh perlakuan 2 Eo dengan
jumlah air irigasi terbanyak. Total irigasi yang diberikan bervariasi dari 9.4
hingga 37.8 liter per tanaman. Perlakuan tidak berpengaruh terhadap nisbah
akar/tajuk pada 1 bulan sesudah tanam (BST) namun berpengaruh pada saat 2
BST dan 3 BST. Perlakuan tidak berpengaruh terhadap EPAI berdasarkan bobot
kering atau disebut sebagai nisbah bobot kering total / volume irigasi. Bobot buah
dan EPAI berdasarkan bobot buah atau disebut sebagai nisbah bobot buah total/
volume irigasi terbesar didapat pada perlakuan dengan jumlah air irigasi yang

terbanyak yaitu 2 Eo. Terdapat hubungan positif linier antara jumlah buah dengan
volume irigasi.

iii

PENGARUH VOLUME IRIGASI TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN
CABAI (Capsicum annuum L.)

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

ABE EIKO JULIANA
A24080077

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013


iv

Judul

: PENGARUH VOLUME IRIGASI TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
TANAMAN CABAI (Capsicum annuum L.)

Nama

: ABE EIKO JULIANA

NIM

: A24080077

Menyetujui,
Pembimbing


Dr. Ir. Eko Sulistyono, M. Si
NIP. 19620225 198703 1 001

Mengetahui,
Ketua Departemen

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc. Agr.
NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus:

v

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Abe Eiko Juliana. Lahir pada tanggal 26 Juli
1990 di Jakarta. Penulis merupakan anak kedua dari Abe Mitsuo dan Indrawati.
Pendidikan TK hingga SMP dijalani di sekolah Regina Pacis Jakarta pada

tahun 1994-2005. Selanjutnya penulis lulus dari SMA Santa Ursula Jakarta pada
tahun 2008. Penulis memulai pendidikan di IPB pada tahun 2008 di Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.
Penulis aktif dalam unit kegiatan mahasiswa Keluarga Mahasiswa Katolik
IPB (KEMAKI) pada tahun 2009-2010. Penulis juga pernah mendapat dana
PKM-K pada tahun 2010 dengan judul Pemanfaatan Tanaman Lidah Mertua Si
Tanaman Sejuta Manfaat sebagai Kertas Hias Unik.
Pada tahun 2010, penulis mendapat kesempatan untuk mengikut program
pertukaran pelajar “Environmental Leader Training Program Featuring Field
Science” di Kochi University, Jepang pada bulan Oktober 2010 hingga Januari
2011. Pada tahun 2012, penulis mendapat kesempatan untuk mengikuti “The First
Summer Camp: Learning and Sharing Experiences in Thailand through Creative
Tourism” di National Institute of Development Administration, Bangkok,
Thailand.

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini bisa diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2012 ini ialah kebutuhan
air tanaman, dengan judul Pengaruh Volume Irigasi terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.).
Penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini. Ucapan
penghargaan penulis tujukan kepada:
1. Dr. Ir. Eko Sulistyono, M Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
2. Dr. Ir. Anas D. Susila, MS. selaku dosen pembimbing akademik.
3. Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS. dan Dr. M. Syukur, SP MSi selaku
dosen penguji yang telah memberikan saran dan perbaikan kepada
penulis.
4. Bapak Mamat, pegawai Kebun Percobaan Cikabayan Institut Pertanian
Bogor, yang telah membantu selama kegiatan penelitian di rumah
kaca.
5. Bayu Anggara, Naili Lutfi Nugrahani, Dwi Fitria Astari Lubis, dan
teman-teman lainnya yang telah membantu kegiatan penelitian hingga
selesai.
6. Orang tua, bapak dan ibu, yang telah membantu dan memberikan

dukungan selama penelitian ini berlangsung.

Bogor, Februari 2013
Penulis

viii

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................


xi

PENDAHULUAN ......................................................................................
Latar Belakang ........................................................................................
Tujuan ......................................................................................................
Hipotesa ...................................................................................................

1
1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................
Sifat dan Ciri Tanaman Cabai .................................................................
Kebutuhan Air Tanaman .........................................................................
Panci Penguapan Kelas A........................................................................
Irigasi .......................................................................................................
Nisbah Akar Tajuk ..................................................................................

3

3
4
4
5
7

BAHAN DAN METODE ...........................................................................
Tempat dan Waktu Pelaksanaan ..............................................................
Bahan dan Alat ........................................................................................
Metode Percobaan ...................................................................................

8
8
8
8

HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................
Tinggi Tanaman ......................................................................................
Jumlah Cabang ........................................................................................
Jumlah Daun ............................................................................................

Bobot Kering Tanaman ...........................................................................
Efisiensi Pemakaian Air Irigasi berdasarkan Bobot Kering Tanaman ....
Efisiensi Pemakaian Air Irigasi berdasarkan Bobot Buah ......................
Hubungan Total Volume Air Irigasi dengan Produksi Buah ..................

11
11
13
14
16
18
19
21

KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................
Kesimpulan ..............................................................................................
Saran ........................................................................................................

23
23

23

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

24

LAMPIRAN ................................................................................................

27

ix

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1. Hasil penelitian Gercek et al. (2009) ................................................

6

2. Rekap Analisis Ragam Pengaruh Berbagai Volume Irigasi
terhadap Tinggi Tanaman ................................................................

11

3. Rekap Analisis Ragam Pengaruh Berbagai Volume Irigasi
terhadap Jumlah Cabang ..................................................................

13

4. Rekap Analisis Ragam Pengaruh Berbagai Volume Irigasi
terhadap Jumlah Daun .....................................................................

14

5. Pengaruh Berbagai Volume Irigasi terhadap Bobot Kering
Tanaman pada Bulan I .....................................................................

16

6. Pengaruh Berbagai Volume Irigasi terhadap Bobot Kering
Tanaman pada Bulan II..................................................................

16

7. Pengaruh Berbagai Volume Irigasi terhadap Bobot Kering
Tanaman pada Bulan III ..................................................................

17

8. Pengaruh Berbagai Volume Irigasi terhadap Efisiensi Pemakaian
Air Irigasi Berdasarkan Bobot Kering Tanaman .............................

18

9. Pengaruh Berbagai Volume Irigasi terhadap Efisiensi Pemakaian
Air Irigasi Berdasarkan Bobot Buah ...............................................

20

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1. Tinggi Tanaman Cabai pada Berbagai Volume Irigasi ....................

12

2. Keragaaan Tanaman pada 6 MST ....................................................

12

3. Jumlah Cabang Tanaman Cabai pada Berbagai Volume Irigasi ......

14

4. Jumlah Daun Tanaman Cabai pada Berbagai Volume Irigasi .........

15

5. Grafik Hubungan Total Volume Irigasi dengan Bobot Buah ...........

21

xi

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Volume Irigasi yang Diberikan Pada Setiap Perlakuan ...................

28

2. Evaporasi Harian Panci Penguapan Pada Bulan Maret Hingga Juli

29

3. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Tinggi Tanaman .......................

30

4. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Jumlah Daun ............................

32

5. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Jumlah Cabang ........................

34

6. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Bobot Kering ...........................

36

7. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Akar/Tajuk, Bobot Buah, BK
Total/Vol. Irig, Bobot Buah Total/ Vol Irigasi ................................

38

8. Kandungan Hara Makro dan Mikro pada Pupuk..............................

39

9. Keragaan Tanaman pada 12 MST ....................................................

40

10. Penghitungan Evaporasi dan Volume Irigasi .................................

41

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Cabai merupakan komoditi pertanian penting di Indonesia dan beberapa
negara lainnya. Produksi cabai Indonesia pada tahun 2009 ialah 1.37 juta ton dan
pada tahun 2010 sebesar 1.33 juta ton (BPS, 2010). Hal ini menunjukkan bahwa
produksi cabai di Indonesia cukup besar. Namun, pada musim tertentu terdapat
penurunan produksi. Penurunan produksi cabai ini bisa disebabkan oleh kelebihan
air maupun kekurangan air pada saat tanam.
Pertanaman cabai di Brebes mengalami gagal panen pada tahun 2011
karena kekeringan. Akibat dari kekeringan ini ialah hasil panen yang diperoleh
sangat sedikit (Nurbiajanti, 2011). Menurut Maulana (2011), cuaca ekstrim
menjadi penyebab gagal panen cabai di Bintan. Petani belum dapat memprediksi
perubahan cuaca yang ekstrim yang menyebabkan pertanaman cabai kelebihan air
dan juga kekurangan air pada sebagian masa tanamnya. Menurut laporan bulanan
data sosial ekonomi (BPS, 2011), anomali iklim merupakan salah satu faktor yang
memengaruhi pelonjakan harga cabai. Cuaca ekstrim pada tahun 2010 (musim
hujan yang berkepanjangan) menyebabkan produksi cabai di beberapa daerah
menurun drastis.
Setiap tanaman membutuhkan air untuk berfotosintesis. Kebutuhan air
tanaman

didefinisikan

sebagai

jumlah

air

yang

dibutuhkan

untuk

mengkompensasikan hilangnya air melalui proses evapotranspirasi. Walaupun
pengertian kebutuhan air tanaman dan evapotranspirasi tanaman identik sama,
kebutuhan air tanaman mengarah kepada jumlah air yang harus diberikan ke
tanaman. Evapotranspirasi mengarah kepada jumlah air yang hilang pada saat
proses evaporasi dan transpirasi (FAO, 1998). Evaporasi ialah proses hilangnya
air dari permukaan bebas yang mengalir sebagai uap ke udara sepanjang hari.
Transpirasi ialah proses hilangnya air dari bagian-bagian tanaman seperti daun
dan batang.
Air yang dibutuhkan oleh tanaman diberikan melalui sistem irigasi. Tujuan
pemberian irigasi di lahan pertanian umumnya untuk mengatur kondisi air pada
tanaman. Menurut Orgaz et al. (2005), konsumsi air terbanyak di dunia terjadi

2
pada sistem irigasi. Oleh karena itu penggunaan air dengan efisiensi yang tinggi
dalam irigasi sangat diperlukan. Faktor penting dalam menentukan efisiensi irigasi
ialah pengetahuan tentang evapotranspirasi tanaman.
Evapotranspirasi tanaman dapat ditentukan dengan mendapatkan besarnya
evaporasi berdasarkan penguapan panci Kelas A (FAO, 1986). Sebuah penelitian
menunjukkan bahwa adanya hubungan yang erat antara kebutuhan air tanaman
dengan panci penguapan, sehingga panci penguapan dapat digunakan dalam
penjadwalan irigasi oleh petani (Ertek et al., 2006). Efisiensi penggunaan air
ditentukan setelah mendapatkan besarnya evapotranspirasi tanaman. Efisiensi
penggunaan air yang baik juga dicerminkan dalam bentuk morfologi tanaman,
bobot kering tanaman, dan bobot buah cabai segar.
Penelitian ini penting dilakukan untuk mengatasi gangguan proses
produksi cabai yang berhubungan dengan kebutuhan air. Pemberian air dalam
bentuk irigasi sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut akan memperlancar
proses produksi tanaman dan juga memiliki efisiensi yang tinggi.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh irigasi terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman cabai serta menemukan efisiensi penggunaan
air irigasi terbaik.

Hipotesa
Ada nilai volume irigasi yang berpengaruh optimum terhadap tinggi
tanaman, jumlah cabang, bobot kering tanaman, bobot buah cabai segar, dan
efisiensi penggunaan air irigasi.

3

TINJAUAN PUSTAKA

Sifat dan Ciri Tanaman Cabai
Tanaman cabai termasuk suku terung-terungan (Solanaceae), berbentuk
perdu, dan tergolong tanaman semusim. Tanaman cabai hibrida varietas Serambi
dapat ditanam di dataran rendah sampai tinggi. Tanaman rimbun dan buah
keriting memanjang. Buah berwarna merah menyala dengan panjang 15-17 cm
dan diameter 0.6-0.8 cm. Berat buah per tanaman berkisar antara 0.9-1.2 kg
dengan potensi hasil 18-20 ton/ha. Buah cabai dapat dipanen mulai umur 82-87
hari setelah semai. Buah cabai tahan penyimpanan dan pengangkutan jarak jauh.
Produksi cabai Indonesia pada tahun 2009 ialah sebesar 1.37 juta ton
dengan produktivitas sebesar 5.89 ton/ha. Produksi cabai Indonesia menurun pada
tahun 2010 menjadi 1.33 juta ton dengan produktivitas sebesar 5.6 ton/ha.
Produksi cabai meningkat kembali pada tahun 2011 menjadi sebesar 1.48 juta ton
dengan produktivitas sebesar 6.19 ton/ha (BPS, 2013).
Tanaman cabai termasuk famili Solanaceae, genus Capsicum. Terdiri atas
25 spesies liar serta 5 spesies yang sudah didomestifikasi. Kelima spesies hasil
domestifikasi adalah Capsicum annuum, Capsicum baccatum, Capsicum
chinense, Capsicum frutescens, dan Capsicum pubescens. Berdasarkan karekater
buahnya, spesies Capsicum annuum digolongkan dalam empat tipe yaitu cabai
besar, cabai keriting, cabai rawit, dan paprika. Tinggi tanaman cabai keriting
berkisar antara 70-110 cm. Panjang buah cabai keriting berkisar antara 9-15 cm.
Diameter buah berkisar antara 1-1.75 cm. Warna buah cabai keriting ialah hijau
saat masih muda dan merah jika sudah masak. Permukaan buah cabai keriting
berlekuk-lekuk seperti mengeriting. Rasa buah cabai keriting cukup pedas (Tim
Penulis Agriflo, 2012).
Sinar matahari yang banyak, baik intensitas maupun lama penyinaran
sangat menguntungkan pertumbuhan tanaman cabai. Selain itu, banyaknya sinar
matahari akan menekan perkembangan hama/patogen.

Wiryanta (2002)

menyatakan bahwa tanaman cabai memerlukan kelembaban relatif sebesar 80%
untuk pertumbuhannya. Kelembaban udara merupakan perbandingan relatif antara
udara dan uap air di suatu daerah. Semakin tinggi kandungan uap air di udara,

4
maka kelembaban udara dikatakan tinggi. Pada budidaya cabai, kelembaban
lingkungan menjadi hal yang penting diperhatikan karena berkaitan erat dengan
kesehatan tanaman (Nawangsih et al.,1999). Selain itu, menurut Prihmantoro dan
Indriani (2003), bila pada saat berbunga kelembaban rendah, sementara suhu dan
intensitas cahaya tinggi, maka keseimbangan air yang masuk dan transpirasi lewat
daun terganggu. Hal ini mengakibatkan bunga dan buah akan gugur, serta
tanaman menjadi layu.

Kebutuhan Air Tanaman
Kebutuhan air tanaman didefinisikan sebagai besarnya jumlah air yang
hilang melalui proses evapotranspirasi. Dengan kata lain, kebutuhan air tanaman
merupakan jumlah air optimum yang dibutuhkan untuk berbagai tanaman tumbuh
optimal (FAO, 1986).
Evapotranspirasi terdiri dari dua komponen yang terpisah yaitu transpirasi
dan evaporasi. Transpirasi ialah jumlah air yang hilang ke atmosfer dari lubang
kecil pada permukaan daun yaitu stomata. Evaporasi ialah jumlah air yang hilang
dari tanah dan permukaan bebas sebagai uap ke atmosfer (CSU, 2009).
Evapotranspirasi tanaman (ETc) merupakan besarnya evapotranspirasi
referen (ETo) dikalikan dengan koefisien tanaman (Kc). Definisi ETo ialah laju
evapotranspirasi dari area yang luas serta ditutupi oleh rumput hijau dengan tinggi
8-15cm. Rumput ini tumbuh aktif dan menutupi permukaan secara menyeluruh
serta tidak kekurangan air. ETo dan ETc dinyatakan dalam mm/hari atau
mm/bulan. Nilai koefisien tanaman (Kc) bervariasi sesuai dengan jenis tanaman,
tahap pertumbuhan, dan iklim (FAO, 1986). Menurut FAO (2002), Kc untuk
cabai ialah 0.4 pada saat inisial, 1.1 pada saat pertumbuhan, dan 0.9 pada saat
tanaman berbuah hingga akhir musim.

ETc

Kc

ETo

Panci Penguapan Kelas A
Data evapotranspirasi referen dapat diperoleh secara langsung melalui
panci evaporasi yang dikenal sebagai panci penguapan kelas A. Panci penguapan
kelas A merupakan silinder tabung besi yang sudah digalvanisasi. Panci ini

5
memiliki ukuran diameter 120.7 cm dan kedalaman 25 cm. Ketinggian air di
dalam panci ialah 20 cm. Menurut FAO (1986), panci diletakkan di atas papan
kayu dengan ketinggian 5 cm saat pemasangan di lapang, sedangkan British
Columbia (2006) menyatakan bahwa panci diletakkan di atas permukaan tanah
dengan ketinggian 15 cm.
Pada metode ini, penguapan pada panci diukur secara berkala berdasarkan
perubahan ketinggian air pada panci. Penguapan pada panci kelas A ini disebut
sebagai evaporasi panci/ E pan (Nzewi, 2001).
Nilai evaporasi panci berbeda dengan nilai evapotranspirasi dari vegetasi
referen berupa rumput. Panci evaporasi sangat berkorelasi dekat dengan
evapotranspirasi dari vegetasi yang ada di sekitarnya dengan kondisi permukaan
tanah tertutup sempurna dan tidak kekurangan air. Korelasi ini disebut sebagai
koefisien panci (Kpan). K pan didefinisikan sebagai rasio dari evapotranspirasi
rumput dengan evaporasi panci sebesar 0.8 (Brutsaert, 1982), sedangkan
Thompson (1999) dan British Columbia (2006) menyatakan besarnya K pan ialah
0.7. Selain itu FAO (1986) menyatakan bahwa besarnya K pan bervariasi dari
0.35-0.85 dengan rata-rata sebesar 0.7.

ETo

K pan

E pan

Irigasi
Irigasi ialah proses secara buatan untuk memasukkan air ke tanah untuk
pertumbuhan tanaman (Basak, 1999). Aplikasi irigasi merupakan sebuah usaha
untuk mencegah tanaman kekurangan air akibat kekeringan maupun kekurangan
air hujan. Penggunaan air yang beraneka ragam untuk keperluan manusia
menjadikan air sebagai sumberdaya yang terbatas pada usaha pertanian. Air yang
masuk ke dalam lahan pertanian tidak semuanya digunakan untuk pertumbuhan
tanaman. Kehilangan air ini dapat berupa transpirasi oleh tanaman, aliran
permukaan tanah, maupun aliran air bawah tanah. Hal ini menyebabkan efisiensi
penggunaan air menjadi penting.
Efisiensi penggunaan air merupakan ratio dari jumlah air yang digunakan
dengan jumlah air yang diberikan (Basak, 1999) sedangkan Bari (2007)
menyatakan bahwa efisiensi penggunaan air berdasarkan kegiatan agronomi ialah

6
hasil tanaman per unit luasan lahan dibandingkan dengan air yang digunakan
untuk memproduksi hasil tersebut. Howell et al. (1990) menyatakan bahwa
terdapat efisiensi penggunaan air irigasi dan efisiensi penggunaan air. Efisiensi
penggunaan air irigasi merupakan jumlah hasil tanaman dibandingkan dengan
jumlah air irigasi yang diberikan. Efisiensi penggunaan air ialah jumlah hasil
tanaman dibandingkan dengan jumlah air yang diambil oleh tanaman.
Menurut penelitian Gercek et al. (2009) pada tahun 2004, efisiensi
penggunaan air irigasi terbaik tidak menunjukkan hasil panen buah cabai yang
terbanyak. Jumlah air yang diberikan ke tanaman paling banyak ialah sebesar
1897 mm dengan efisiensi penggunaan air irigasi (EPAI) sebesar 18.5 kg ha-1 mm1

. Hasil panen buah pada perlakuan irigasi sebesar 1897 mm ialah sebesar 35.2 ton

ha-1. Jumlah air yang diberikan ke tanaman paling sedikit ialah sebesar 725 mm
dengan EPAI sebesar 39.3 kg ha-1 mm-1. Hasil panen buah pada perlakuan irigasi
sebesar 725 ialah sebesar 28.5 ton ha-1. Efisiensi penggunaan air irigasi terbaik
pada tahun 2005 ditunjukkan pada jumlah air paling sedikit dengan efisiensi
sebesar 39.3 kg ha-1 mm-1 namun efisiensi yang terbaik tidak menunjukkan hasil
panen terbanyak. Hasil panen buah terbanyak sebesar 41.6 ton ha-1 didapatkan
pada perlakuan irigasi sebesar 1232 mm dengan EPAI 33.7 kg ha-1 mm-1 pada
tahun 2004. Hasil penelitian Gercek et al. (2009) dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil penelitian Gercek et al. (2009)
Volume Irigasi
Hasil Panen
(mm)
(ton /ha)
2004
FI
1897
35.2
WP7
1232
41.6
WP9
942
38.5
WP11
797
34.1
2005
FI
1539
30.2
WP7
1087
30.4
WP9
870
29.5
WP11
725
28.5
Keterangan: FI = Furrow Irrigation, WP = Water Pillow Irrigation.
Tahun

Perlakuan

EPAI
(ton/ha/mm)
18.5
33.7
40.8
42.8
19.6
27.9
33.9
39.3

Menurut penelitien Ertek et al. (2006), EPAI terbaik juga tidak
menunjukkan hasil panen buah terong yang terbanyak. Hasil panen buah terong
terbanyak sebesar 21.14 ton ha-1 pada perlakuan irigasi 581 mm. Efisiensi

7
penggunaan air irigasi pada perlakuan irigasi 581 mm ialah sebesar 3.64 kg m-3.
Efisiensi penggunaan air irigasi terbaik sebesar 3.70 kg m-3 menghasilkan panen
sebesar 17.52 ton ha-1 dengan irigasi sebesar 474 mm.
Nisbah Akar Tajuk
Akar tumbuhan berfungsi untuk memperkuat berdirinya tubuh tumbuhan,
menyerap air dan unsur hara tumbuhan dari dalam tanah, mengangkut air dan
unsur hara ke bagian tumbuhan yang memerlukan, dan terkadang sebagai tempat
penimbunan zat makanan cadangan (Nugroho et al.,2006).
Alokasi karbon ke akar lebih banyak daripada ke tajuk saat terjadi
cekaman kekeringan ringan. Kondisi cekaman kekeringan berat akan mengurangi
pertumbuhan akar. Waktu terjadinya cekaman kekeringan juga

sangat

berpengaruh pada partisi karbohidrat dan nitrogen. Apabila cekaman kekeringan
terjadi pada saat awal pertumbuhan, alokasi karbohidrat akan lebih banyak ke akar
daripada tajuk dan meningkatkan nisbah akar tajuk (Ahuja, 2008). Hal ini terjadi
karena penurunan pertumbuhan tajuk tanpa perubahan dalam pertumbuhan akar.
Peningkatan nisbah akar tajuk juga bisa terjadi karena pertumbuhan akar lebih
baik daripada tajuk pada saat terjadi cekaman kekeringan. Pertumbuhan akar yang
lebih baik pada saat terjadi kekeringan merupakan mekanisme akar untuk
mendapatkan air lebih banyak dari lapisan tanah yang lebih dalam (Aroca, 2012).
Penelitian Kulkarni dan Phalke (2009) menunjukkan bahwa bobot kering
akar cabai pada perlakuan dengan cekaman kekeringan lebih rendah sebesar 21%
daripada bobot kering akar pada perlakuan tanpa cekaman kekeringan. Nisbah
akar tajuk pada perlakuan dengan cekaman kekeringan lebih besar dibandingkan
dengan nisbah akar tajuk pada perlakuan tanpa cekaman kekeringan.

8

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Percobaan ini dilakukan di rumah kaca Kebun Percobaan Cikabayan,
Institut Pertanian Bogor, yang terletak pada ketinggian 240 m di atas permukaan
laut. Kisaran suhu harian di daerah ini adalah 29º-38ºC. Penelitian berlangsung
dari bulan Maret 2012 sampai dengan bulan Juli 2012.
Bahan dan Alat
Bahan tanaman yang digunakan adalah bibit tanaman cabai (Capsicum
annuum L.) varietas hibrida Serambi dengan umur enam minggu sesudah semai.
Penelitian ini menggunakan ember plastik dengan diameter 28 cm. Media tanam
yang digunakan saat penyemaian ialah pasir dan kompos dengan komposisi 1:1.
Media tanam yang digunakan sesudah pindah tanam ke dalam rumah kaca ialah
pasir. Komposisi hara pupuk yang digunakan selama masa vegetatif adalah
sebagai berikut nitrogen 32%, fosfat 10%, dan kalium oksida 10%. Sedangkan
untuk masa generatif digunakan pupuk dengan komposisi haranya ialah nitrogen
10%, fosfat 55%, dan kalium oksida 10%. Kandungan hara mikro yang ada pada
pupuk majemuk dapat dilihat pada lampiran 8. Peralatan yang dibutuhkan adalah
rumah kaca yang, ember plastik, panci penguapan, gelas ukur, penggaris,
timbangan, dan oven.
Metode Percobaan
Studi ini dilaksanakan untuk menentukan pengaruh irigasi yang berbeda
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai (Capsicum annuum L.).
Perlakuan yang diberikan berupa empat volume irigasi berdasarkan besarnya
evaporasi dari permukaan air bebas yang diukur dengan panci penguapan (Eo)
yaitu 0.5 Eo, 1 Eo, 1.5 Eo, dan 2 Eo. Nilai Eo didapatkan dengan mengukur
selisih tinggi air yang berkurang di dalam panci pada jam 7-8 pagi setiap hari.
Nilai selisih tinggi air ini akan dikalikan dengan luas permukaan pot sandponic
sehinga didapatkan volume air yang menguap. Volume air menguap ini ialah nilai

9
Eo yang akan dikalikan dengan empat konstanta yang berbeda. Empat konstanta
ini ialah 0.5; 1; 1.5; dan 2.
Pada percobaan ini terdiri atas tiga ulangan untuk setiap perlakuan
sehingga penelitian ini memiliki 12 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan
terdiri atas lima tanaman cabai sehingga terdapat 60 tanaman cabai. Penelitian ini
menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak dengan perlakuan berupa
volume irigasi. Analisis statistik yang digunakan ialah uji F dengan uji lanjut
Beda Nyata Jujur (BNJ)/ Tukey. Model untuk rancangan percobaannya ialah
sebagai berikut;
Yij=µ+ Ii+ Kj+Ɛ ij
Yi = nilai pengamatan dari perlakuan volume irigasi
µ= nilai tengah umum
Ii = pengaruh perlakuan volume irigasi ke-i
Kj= pengaruh kelompok ke-j
Ɛ ij= pengaruh galat percobaan perlakuan ke-i, kelompok ke-j
Rencana pelaksanaannya ialah benih disemai dalam tray plastik.
Penyemaian dilakukan selama 6 minggu. Selama pemeliharaan bibit disemprot
dengan pupuk daun setiap satu minggu sekali dengan konsentrasi 1 g/l.
Penanaman dilakukan dengan memindahkan bibit dari tray ke ember plastik
berdiameter 28 cm. Media tanam yang digunakan ialah pasir. Ember plastik diberi
lubang pada sisi-sisinya dengan ketinggian sebesar 1/3 tinggi ember diukur dari
dasar.
Selanjutnya ember plastik diletakkan di dalam rumah kaca untuk diberi
perlakuan. Pupuk daun diberikan ke tanaman dengan konsentrasi 2 g/l.
Pemberian pupuk dilakukan setiap seminggu dua kali atau disesuaikan dengan
kebutuhan. Pupuk dilarutkan dalam air irigasi dan diberikan ke tanaman secara
manual menggunakan gelas ukur.
Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman, jumlah cabang,
dan jumlah daun serta menghitung bobot buah cabai (gram) pada saat panen.
Selain itu dilakukan pengamatan bahan kering tanaman sebanyak 3 kali yaitu pada
1 bulan sesudah tanam (BST), 2 BST, dan 3 BST. Selain itu pengamatan juga
dilakukan dengan menghitung Efisiensi Penggunaan Air Irigasi (EPAI). Berikut

10
ini ialah persamaan yang digunakan untuk menghitung EPAI (Howell et al.,
1990);

EPAI merupakan efisiensi penggunaan air irigasi (kg ha-1 mm-1), I1 ialah
total jumlah air irigasi yang digunakan (mm), dan Y1 ialah hasil panen segar (kg
ha-1) yang didapatkan dengan persamaan;

Selain itu, EPAI dapat dihitung berdasarkan bobot buah dan bobot kering
tanaman. EPAI berdasarkan bobot buah disebut juga sebagai nisbah bobot buah
total / volume irigasi. Nisbah bobot buah total / volume irigasi dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan;

Nilai nisbah Bobot Buah Total / Volume Irigasi menunjukkan banyaknya
buah yang dapat dihasilkan per satu liter air irigasi (gram tanaman-1 liter-1), Y2
ialah hasil panen segar (gram tanaman-1), dan I2 ialah total jumlah air irigasi yang
digunakan (liter).
EPAI berdasarkan bobot kering tanaman disebut juga sebagai nisbah
Bobot Kering (BK) Total / volume irigasi dihitung dengan menggunakan
persamaan;

Nilai nisbah BK Total / Vol Irig. menunjukkan bobot kering tanaman yang
dapat dibentuk per satu liter air irigasi (gram tanaman-1 liter-1). BK ialah bobot
kering tanaman saat 3 bulan sesudah tanam (gram tanaman-1) dan I3 ialah total
jumlah air irigasi yang digunakan selama 3 bulan (liter).

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinggi Tanaman
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan sejak 1 minggu sesudah tanam
(MST) hingga 12 MST. Perlakuan tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman
pada 1-2 MST (Tabel 1). Perlakuan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman
pada 3 -12 MST. Pada minggu pertama dan minggu kedua belum menunjukkan
pengaruh nyata karena tanaman belum terkena cekaman kekeringan. Hal ini
disebabkan karena pada minggu pertama tanam, penyiraman dilakukan hingga
kapasitas lapang sehingga media tanam masih cukup mengikat air hingga minggu
kedua. Pada minggu tanam kedua, tanaman diberikan penyiraman sesuai dengan
perlakuan.
Tabel 2. Rekap Analisis Ragam Pengaruh Berbagai Volume Irigasi terhadap Tinggi
Tanaman
Tinggi Tanaman
1 MST
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
9 MST
10 MST
11 MST
12 MST
Keterangan:
(**)
(tn)

F hitung
Pr > F
0.29 tn
0.83 tn
1.64 tn
0.28 tn
12.07 **
0.0059 **
48.19 **
0.0001 **
107.78 **
< 0.0001 **
246.70 **
< 0.0001 **
101.34 **
< 0.0001 **
80.14 **
< 0.0001 **
51.31 **
0.0001 **
45.20 **
0.0002 **
42.83 **
0.0002 **
57.43 **
< 0.0001 **
: Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan
: Tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan

KK
7.81
5.41
3.59
2.87
3.46
2.87
4.35
4.73
5.98
6.12
5.84
4.69

Perlakuan volume irigasi 2.0 Eo menghasilkan tinggi tanaman nyata lebih
tinggi dibandingkan volume irigasi 0.5 Eo mulai 3 MST sampai 12 MST, tetapi
tinggi tanaman pada perlakuan 2.0 Eo tidak berbeda nyata dengan tinggi tanaman
pada volume irigasi 1.5 Eo (Gambar 1). Perlakuan berpengaruh terhadap tinggi
tanaman pada 3 – 12 MST namun tidak berpengaruh pada 1-2 MST menunjukkan
bahwa kebutuhan air tanaman pada dua minggu pertama berbeda dengan minggu
berikutnya.

12

160
140

Tinggi Tanaman

120
100
0.5 Eo

80

1.0 Eo

60

1.5 Eo

40

2.0 Eo

20
0
1

2

3

4

5

6

7

8

9 10 11 12

Umur Tanaman (MST)

Gambar 1. Tinggi Tanaman Cabai pada Berbagai Volume Irigasi

Menurut Ertek et al. (2006), secara umum semakin banyak jumlah air
yang diberikan ke tanaman maka tanaman akan semakin tinggi. Penelitian Gadisa
dan Chemeda (2009) juga menunjukkan bahwa tinggi tanaman bertambah secara
signifikan seiring bertambahnya level irigasi. Tinggi tanaman yang terbentuk pada
setiap minggu pengamatan berbeda antar perlakuan menunjukkan bahwa
kebutuhan air tanaman setiap minggu berbeda-beda sesuai dengan fase
pertumbuhan tanaman tersebut. Perlakuan irigasi berpengaruh terhadap tinggi
tanaman pada 3-12 MST. Tinggi tanaman pada saat 6 MST berbeda antar setiap
perlakuan (Gambar 2).

0.5 Eo

1.0 Eo

1.5 Eo

2.0 Eo

Gambar 2. Keragaaan Tanaman pada 6 MST

13
Jumlah Cabang
Perlakuan volume irigasi belum berpengaruh nyata terhadap jumlah
cabang saat 1 MST, 2 MST, 3 MST, dan 4 MST.

Tanaman cabai belum

mengeluarkan cabang pada saat 1 MST dan 2 MST. Jumlah cabang merupakan
faktor penting yang harus diamati pada tanaman cabai karena bunga akan keluar
dari setiap percabangan. Proses berikutnya bunga akan berkembang menjadi buah.
Buah merupakan bagian yang bernilai komersil pada tanaman cabai. Perlakuan
berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang dimulai dari 5 MST hingga 12 MST.
Tabel 3. Rekap Analisis Ragam Pengaruh Berbagai Volume Irigasi terhadap Jumlah
Cabang
Jumlah Cabang
F hitung
Pr > F
1 MST
0
0
2 MST
0
0
3 MST
3.69 tn
0.08 tn
4 MST
3.55 tn
0.08 tn
5 MST
34.91 **
0.0003 **
6 MST
48.12 **
0.0001 **
7 MST
163.90 **