Pengukuran Kinerja dan Tingkat Partisipasi Anggota Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor

(1)

PENGUKURAN KINERJA DAN TINGKAT PARTISIPASI

ANGGOTA KOPERASI KELOMPOK TANI LISUNG KIWARI

DESA CIBURUY KECAMATAN CIGOMBONG

KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI

PRIMA DESSY HANDAYANI H34070092

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(2)

RINGKASAN

PRIMA DESSY H. Pengukuran Kinerja dan Tingkat Partisipasi Anggota Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan RAHMAT YANUAR).

Koperasi merupakan salah satu lembaga yang digunakan dalam pembangunan pertanian. Pembangunan pertanian merupakan suatu upaya untuk memberdayakan petani agar dapat meningkatkan kemandirian serta kesejahteraannya. Peran koperasi dalam sektor pertanian sangat penting. Hal ini didasarkan pada suatu kenyataan bahwa kondisi pertanian di Indonesia dicirikan oleh skala usaha yang kecil dan tersebar. Sehingga melaui koperasi pertanian diharapkan dapat berperan dalam meningkatkan posisi tawar petani, meningkatkan pendapatan petani, memberdayakan petani dan membangun sektor pertanian secara keseluruhan. Salah satu koperasi pertanian yang ada di Indonesia adalah Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang beranggotakan petani padi di Kabupaten Bogor.

Sebagai sebuah koperasi pertanian KKT Lisung Kiwari dituntut agar dapat bersaing dengan organisasi lainnya. Sehingga sudah sewajarnya koperasi memiliki anggota dan manajemen yang kuat. Dalam membangunan koperasi yang sesuai dengan jatidirinya dibutuhkan suatu instrumen yang efektif untuk membangun koperasi tidak saja sebagai perkumpulan orang namun juga sebagai perusahaan yang dapat memberikan manfaat untuk anggota. Oleh sebab itu, pengukuran kinerja KKT Lisung Kiwari sangat diperlukan untuk mengetahui sejauh mana kemajuan yang telah dicapai oleh koperasi. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis kinerja KKT Lisung Kiwari melalui indikator-indikator Penilaian Tangga Perkembangan (PTP), (2) menganalisis manfaat koperasi dan partisipasi anggota pada KKT Lisung Kiwari, (3) menganalisis hubungan antara manfaat ekonomi dan tingkat partisipasi anggota terhadap KKT Lisung Kiwari.

Penelitian ini dilaksanakan di KKT Lisung Kiwari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kegiatan penelitian ini dilakukan pada akhir bulan Desember hingga Januari 2011. Responden yang digunakan pada penelitian ini adalah anggota KKT Lisung Kiwari yang berprofesi sebagai petani. Pada pengukuran kinerja koperasi digunakan alat analisis berupa Penilaian Tangga Perkembangan (PTP) bagi koperasi. Sedangkan untuk menganalisis tingkat partisipasi anggota koperasi dilihat berdasarkan manfaat yang diterima oleh anggota. Selanjutnya digunakan uji korelasi Rank Spearman untuk mengetahui hubungan antara partisipasi anggota dan manfaat ekonomi yang diterima.

Pengukuran kinerja dengan menggunakan PTP ini dilihat berdasarkan empat indikator yaitu visi, kapasitas, sumberdaya, dan jaringan kerja. Visi digunakan sebagai indikator penilaian dikarenakan koperasi merupakan organisasi yang berbasiskan anggota sehingga perlu diketahui mengenai tujuan jangka panjang koperasi. Sedangkan kapasitas dijadikan salah satu indikator karena koperasi merupakan organisasi perusahaan sehingga diperlukan indikator yang berorientasi pada kapasitas manajemen koperasi. Sedangkan sumberdaya dan


(3)

jaringan kerja dijadikan salah satu indikator PTP karena koperasi memiliki dua dimensi yaitu sosial dan ekonomi. Sehingga indikator yang berfokus pada sistem dan sumberdaya keuangan sangat diperlukan untuk dimensi ekonomi koperasi dan sebagai sebuah organisasi koperasi dituntut untuk dapat memiliki daya saing. Salah satu cara untuk memenangkan persaingan adalah melalui jaringan kerja yang dibentuk oleh koperasi. Berdasarkan indikator visi, kapasitas dan sumberdaya dapat diketahui bahwa KKT Lisung Kiwari berada dalam zona hijau yang berarti kinerja koperasi berada dalam kondisi yang baik. Sedangkan jika dilihat berdasarkan indikator jaringan kerja, KKT Lisung Kiwari berada dalam zona kuning yang berarti kinerja koperasi memuaskan namun memerlukan perbaikan lebih lanjut bagi perkembangan koperasi.

Hasil analisis manfaat ekonomi menunjukan bahwa KKT Lisung Kiwari sampai sejauh ini sudah dapat memberikan manfaat yang dapat dirasakan oleh anggota yang meliputi jaminan pemasaran gabah, harga gabah, peningkatan pendapatan, kemudahan dalam memperoleh saprodi dalam hal pembayaran, harga benih padi dan harga pupuk. Manfaat koperasi dalam bidang ekonomi tidak dapat dipisahkan dari manfaat koperasi dalam bidang sosial. Hal ini dikarenakan koperasi merupakan organisasi yang memiliki dua dimensi yaitu dimensi ekonomi dan sosial. Manfaat sosial yang dirasakan oleh anggota KKT Lisung Kiwari adalah adanya pola pertukaran atau resiprocity antar anggota, mendidik anggota koperasi untuk memiliki semangat berkorban sesuai dengan kemampuan masing-masing demi terwujudnya tatanan sosial yang adil dan beradab, mendorong terbentuknya suatu tatanan sosial yang didasarkan atas kekeluargaan, persaudaraan, dan bersifat demokratis sehingga hak dan kewajiban setiap anggota lebih terlindungi serta turut serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.

Berdasarkan hasil analisis partisipasi anggota dapat diketahui bahwa partisipasi anggota pada bidang organisasi yaitu kehadiran dalam RAT termasuk kedalam kategori tinggi, namun keaktifan anggota dalam mengajukan suara termasuk kedalam kategori rendah. Partisipasi anggota dalam hal permodalan koperasi yang meliputi simpanan wajib dan simpanan manasuka termasuk kedalam kategori sedang. Sedangkan partisipasi anggota dalam unit usaha koperasi termasuk kedalam kategori tinggi yang dilihat berdasarkan penjualan gabah dan pembelian saprodi melalui koperasi. Melalui uji korelasi dengan menggunakan Rank Spearman dapat diperoleh informasi bahwa terdapat hubungan yang searah antara manfaat ekonomi dengan partisipasi anggota pada bidang organisasi, permodalan, dan unit usaha. Hal tersebut menunjukkan bahwa partisipasi anggota dapat terbentuk jika terdapat manfaat ekonomi yang dirasakan oleh anggota. Semakin tinggi manfaat ekonomi yang diterima oleh anggota maka partisipasi anggota akan semakin tinggi begitu juga sebaliknya. Namun apabila dilihat dari sig (2-tailed) hanya partisipasi anggota pada bidang permodalan saja yang signifikan dengan manfaat ekonomi. Sedangkan antara manfaat ekonomi dan partisipasi pada bidang organisasi dan unit usaha tidak menunjukan hubungan yang signifikan.


(4)

PENGUKURAN KINERJA DAN TINGKAT PARTISIPASI

ANGGOTA KOPERASI KELOMPOK TANI LISUNG KIWARI

DESA CIBURUY KECAMATAN CIGOMBONG

KABUPATEN BOGOR

PRIMA DESSY HANDAYANI H34070092

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(5)

Judul Skripsi : Pengukuran Kinerja dan Tingkat Partisipasi Anggota Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari Desa Ciburuy

Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor

Nama : Prima Dessy Handayani

NIM : H34070092

Disetujui, Pembimbing

Rahmat Yanuar, SP, M.Si NIP. 19760101 200604 1 010

Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002


(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengukuran

Kinerja dan Tingkat Partisipasi Anggota Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor“ adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka pada bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Mei 2011

Prima Dessy Handayani NIM. H34070092


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Prima Dessy Handayani dilahirkan di Ciamis pada tanggal 6 Januari 1989 dari pasangan Bapak Dodo S Suherman dan Ibu Lilis Irawati. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis meyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Polisi V Bogor pada tahun 2001. Pendidikan menengah pertama berhasil diselesaikan penulis pada tahun 2004 di SMP Negeri 4 Bogor. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 6 Bogor dan lulus pada tahun 2007.

Pada tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Tahun pertama di IPB penulis mengikuti Tahap Perkenalan Bersama (TPB) selama satu tahun. Kemudian pada tahun 2008 penulis diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selain aktif sebagai mahasiswa penulis juga merupakan salah satu karyawan disalah satu bank pemerintah yaitu bank bjb syariah cabang Bogor yaitu sebagai customer service.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan rahmat-Nya,

sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengukuran Kinerja dan Tingkat Partisipasi Anggota Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis berbagai indikator kinerja koperasi dan untuk mengetahui sejauh mana kemajuan yang telah dicapai oleh Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari serta mengidentifikasi manfaat koperasi dan partisipasi anggota pada Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan serta informasi bagi pengurus koperasi untuk menetapkan strategi yang berguna bagi pengembangan koperasi di masa yang akan datang. Saya menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Namun, semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Bogor, Mei 2011 Prima Dessy Handayani


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulisan skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan dan dorongan moril dari berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, saya ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Rahmat Yanuar, SP, MSi., selaku dosen pembimbing yang senantiasa membimbing serta memberikan arahan kepada saya selama penyusunan skripsi ini

2. Dr. Amzul Rifin, SP. MA dan Yanti Nuraeni M, SP. MAgribuss selaku dosen penguji pada ujian sidang yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini

3. Ir. Anna Fariyanti, MSi., yang telah menjadi pembimbing akademik dan selalu memberikan motivasi serta dorongan selama saya menyelesaikan pendidikan. 4. Seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis.

5. Orang tua serta adik tersayang Aditya Gantina, yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan dan doa kepada penulis. Mudah-mudahan ini bisa menjadi suatu persembahan yang terbaik.

6. Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari, Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor atas waktu, kesempatan, informasi serta dukungan yang telah diberikan pada penulis.

7. Sahabat-sahabat tercinta 106 (Mia, Rianda, Rini), COB (Mbak Tika, d’Dian, Erik, Rifky), Lolly (Upeh, Juju, Aci, Felis, Bahril dan Anin), Muhammad Solihin, atas persahabatan yang telah terjalin selama ini serta dukungan, semangat, dan sharing

selama penelitian hingga penulisan skripsi.

8. Teman-teman Agribisnis angkatan 44 atas semangat dan bantuannya selama ini, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan oleh penulis satu persatu, terima kasih.

Bogor, Mei 2011


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I PENDAHULUAN ………... .. 1

1.1. Latar Belakang ……..………... ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

II TINJAUAN PUSTAKA ..……… 11

2.1. Koperasi ... 11

2.1.1. Keanggotaan Koperasi ... 11

2.1.2. Landasan, Asas, dan Tujuan Koperasi ... 11

2.1.3. Prinsip Koperasi ... 12

2.1.4. Penggolongan Koperasi ... 13

2.1.5. Perangkat Organisasi Koperasi ... 15

2.1.6. Sumber Keuangan dan Usaha Koperasi ... 16

2.1.7. Manajemen Koperasi ... 16

2.2. Penelitian Terdahulu ... 17

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 22

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 22

3.1.1 Konsep Kinerja ... 22

3.1.2 Konsep Partisipasi ... 23

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 30

VI METODE PENELITIAN ... 36

4.1 Lokasi dan Waktu ... 36

4.2 Metode Penentuan Responden ……… ... 36

4.3 Data dan Instrumentasi ... 37

4.4 Metode Pengumpulan Data ... 37

4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 38

4.5.1 Analisis Penilaian Tangga Perkembangan (PTP) Bagi Koperasi ... 38

4.5.2 Analisis Tingkat Partisipasi Anggota ... 42

V GAMBARAN UMUM KKT LISUNG KIWARI ... 46

5.1 Sejarah Terbentuknya KKT Lisung Kiwari ... 46

5.2 Lokasi dan Tata Letak KKT Lisung Kiwari ... 50

5.3 Kegiatan KKT Lisung Kiwari ... 51

VI PENGUKURAN KINERJA KKT LISUNG KIWARI ... 62

6.1 Indikator-Indikator Model Perkembangan Koperasi ... 62

6.1.1 Visi Koperasi ... 62


(11)

6.1.3 Sumberdaya ... 70

6.1.4 Jaringan Kerja Koperasi ... 74

6.2 Penilaian Tangga Perkembangan (PTP) KKT Lisung Kiwari ... 76

VII IDENTIFIKASI TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA 80

7.1 Analisis Manfaat KKT Lisung Kiwari ... 80

7.1.1 Analisis Manfaat Ekonomi ... 80

7.1.2 Analisis Manfaat Sosial ... 84

7.2 Analisis Partisipasi Anggota KKT Lisung Kiwari ... 88

7.3 Hubungan Antara Manfaat Ekonomi dan Tingkat Partisipasi Anggota ……….. ... 92

VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... 95

8.1 Kesimpulan ... 95

8.2 Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 98


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perkembangan Kinerja Koperasi di Indonesia Tahun

2006-2009 ... 2

2. Koperasi Kelompok Tani di Kabupaten Bogo ... 5

3. Penjualan, Harga Pokok Penjualan, dan Laba Usaha Unit Usaha KKT Lisung Kiwari Tahun 2008-2009 ... 7

4. Perkembangan Kinerja KKT Lisung Kiwari 2008-2010 ... 8

5. Jumlah Pertemuan Rapat Anggota KKT Lisung Kiwari Tahun 2006-2010 ... 54

6. Kelompok Mitra Dalam Pengadaan dan Pemasaran Beras ... 58

7. Tingkat Kecukupan Modal KKT Lisung Kiwari Tahun 2006-2010 ... 71

8. Pertumbuhan Aset KKT Lisung Kiwari Tahun 2006-2010 ... 72

9. Tingkat Pengembalian KKT Lisung Kiwari Tahun 2006-2010 ... 74

10. Posisi Indikator Model Perkembangan KKT Lisung Kiwari... 76

11. Analisis Manfaat Ekonomi pada KKT Lisung Kiwari ... 80

12. Analisis Partisipasi Anggota KKT Lisung Kiwari …………. ... 90


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Model Kesesuaian (fit) Partisipasi ... 25

2. Alur Kerangka Pemikiran Operasional ... 35

3. Perubahan Kelompok Tani Menjadi Sebuah Koperasi ... 50

4. Struktur Organisasi KKT Lisung Kiwari ... 52

5. Perkembangan Anggota KKT Lisung Kiwari Tahun 2005-2010 55

6. Aktivitas Penjualan Unit Usaha Sarana Produksi Pertanian ... 56

7. Aktivitas Penjualan Unit Usaha Sembako ... 59

8. Volume Pinjaman Anggota KKT Lisung Kiwari Tahun 2007-2010 ... 60

9. Peran KKT Lisung Kiwari Dalam Sistem Agribisnis Padi Di Desa Ciburuy ... 68

10. Perkembangan Modal Sendiri dan Modal Luar KKT Lisung Kiwari Tahun 2006-2010 ... 70

11. Perkembangan SHU KKT Lisung Kiwari Tahun 2006-2010 ... 73

12. Perkembangan Simpanan Wajib dan Simpanan Manasuka KKT Lisung Kiwari Tahun 2006-2010 ……….... ... 91


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Tata Letak KKT Lisung Kiwari ... 103 2. Peta Operasional Usaha Pengadaan dan Pemasaran

Beras SAE ... 104 3. Alat Ukur Analisis Manfaat Ekonomi ... 105 4. Alat Ukur Analisis Partisipasi Anggota ... 106 5. Kuisioner Penelitian Mengenai Penilaian Tingkat

Perkembangan (PTP) Bagi Koperasi ... 108 6. Kuisioner Penelitian Mengenai Hubungan antara Manfaat Ekonomi dan Partisipasi Anggota ... 119 7. Penilaian Tangga Perkembangan KKT Lisung Kiwari ... 123 8. Dokumentasi Penelitian ... 125


(15)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perekonomian Indonesia menurut pasal 33 ayat 1 UUD 1945 disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Ayat tersebut menjelaskan bahwa badan usaha yang sesuai dengan sistem ekonomi kerakyatan adalah koperasi. Hal ini dikarena dalam koperasi lebih diutamakan kesejahteraan anggotanya dibandingkan dengan kesejahteraan orang perseorangan. Pembangunan ekonomi kerakyatan merupakan salah satu perwujudan dari demokrasi ekonomi yaitu ekonomi yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Pembentukan koperasi menurut pasal 3 UU Perkoperasian Tahun 1992 bertujuan untuk memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Sehingga dapat disimpulkan bahwa orientasi dari pembentukan koperasi adalah pelayanan terhadap anggotanya.

Identitas ganda (double identity) merupakan salah satu ciri khas yang dimiliki oleh anggota koperasi. Anggota dalam suatu koperasi selain berperan sebagai pemilik juga merupakan pelanggan dari koperasi tersebut. Hal ini merupakan suatu bentuk partisipasi anggota yang substansial dan merupakan operasionalisasi dari tujuan koperasi yaitu mempersatukan usaha anggota untuk mencapai skala ekonomi sehingga memiliki posisi tawar agar dapat mempengaruhi harga bagi kepentingan anggota dan masyarakat (Soelarso 2000).

Pembangunan koperasi menunjukkan kemajuan yang pesat pada periode 2006-2009 jika diukur dari segi jumlah koperasi, jumlah anggota, modal dan volume usaha. Kemajuan tersebut dapat dilihat dari jumlah koperasi di Indonesia yang mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2006 hanya sebesar 141.326 unit meningkat menjadi 170.411 unit pada tahun 2009 atau mengalami pertumbuhan sebesar 20,5 persen. Begitu pula dengan jumlah anggota koperasi yang mengalami pertumbuhan sebesar 5,27 persen dari 27.776.133 orang pada tahun 2006 menjadi 29.240.280 orang pada tahun 2009. Peningkatan jumlah


(16)

anggota koperasi dapat dikarenakan bertambahnya jumlah koperasi yang ada di Indonesia.

Tabel 1. Perkembangan Kinerja Koperasi di Indonesia Tahun 2006-2009

Variabel Tahun

2006 2007 2008 2009

Jumlah Koperasi (unit) 141.326 149.793 154.964 170.411

Jumlah Koperasi RAT 46.057 47.135 47.862 53.938

Jumlah Anggota (orang) 27.776.133 28.888.067 27.318.619 29.240.280

Jumlah Manager (orang) 31.963 32.175 32.254 33.628

Jumlah Karyawan (orang) 318.472 362.982 362.592 325.161

Modal Sendiri (Rp juta) 16.790.861 20.231.699 22.560.380 28.348.737

Modal Luar (Rp juta) 22.062.212 23.324.032 27.271.935 31.503.852

Volume Usaha (Rp juta) 62.718.500 63.080.596 68.446.249 82.099.187

Sisa Hasil Usaha (Rp juta) 3.216.818 3.470.459 5.037.583 5.303.813

Sumber : Kementrian Negara Koperasi dan UKM (2009)1

Berdasarkan Tabel 1, terdapat variabel yang juga mengalami pertumbuhan yaitu modal sendiri sebesar 68,83 persen selama periode 2006-2009. Modal yang berasal dari luar juga mengalami peningkatan sebesar 42,79 persen. Peningkatan modal yang berasal dari luar dapat diakibatkan karena adanya bantuan dana bergulir yang berasal dari pemerintah maupun dana hibah. Permodalan koperasi memang bisa didapatkan dari luar asalkan modal luar tersebut tidak lebih besar dari modal sendiri. Jika proporsi modal luar lebih besar dibandingkan modal sendiri menunjukkan usaha koperasi masih mengandalkan bantuan dari luar, sehingga kemandirian koperasi tidak dapat tercapai.

Volume usaha dan sisa hasil usaha (SHU) juga mengalami pertumbuhan sebesar 30,9 persen dan 64,8 persen. Namun besarnya volume usaha tidak sebanding dengan SHU yang ada. Hal ini dapat disebabkan oleh penggunaan modal usaha koperasi yang banyak berasal dari luar. Sehingga koperasi harus membayar cicilan pinjaman yang berasal dari luar. Akibatnya jumlah SHU yang seharusnya dibagikan pada anggota harus terpotong untuk membayar cicilan koperasi.

1

Kementrian Kordinator Bidang Kesra. 2010. Koperasi dan Jumlah Anggota Koperasi di Indonesia. http :// www.data.menkokesra.go.id. [26 September 2010].


(17)

Walaupun koperasi di Indonesia telah menunjukkan perkembangan yang signifikan, namun jika dibandingkan dengan koperasi-koperasi yang berada di seluruh dunia koperasi di Indonesia masih jauh tertinggal. Hal ini dapat terlihat pada International Cooperative Alliance (ICA) Global 300 yang merupakan proyek dari ICA dimana tidak satupun koperasi-koperasi di Indonesia berhasil masuk dalam daftar tersebut. Padahal negara-negara di Asia banyak yang masuk dalam daftar Global 300 seperti Jepang, India, Korea Selatan, dan Singapura. Bahkan pada Developing 300 Project yang menyajikan perkembangan koperasi di negara-negara yang sedang berkembang, koperasi di Indonesia pun tidak ada yang masuk dalam daftar tersebut 2.

Tolak ukur dari perkembangan koperasi di Indonesia tidak hanya dilihat dari besar kecilnya volume usaha koperasi atau peran koperasi dalam pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Namun yang menjadi ukuran perkembangan koperasi adalah sejauh mana usaha koperasi tersebut dapat terkait dengan usaha anggotanya yang pada akhirnya dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya agar dapat meningkatkan kesejahteraan anggota. Sehingga permasalahan yang muncul pada pertumbuhan koperasi di Indonesia yaitu pertumbuhan kuantitas koperasi tidak diimbangi dengan kualitas yang baik. Salah satu kendalanya dikarenakan masih banyak anggota yang kurang berpartisipasi aktif dalam kegiatan koperasi (Herdhiana 2011).

Koperasi merupakan salah satu lembaga yang dapat digunakan dalam pembangunan pertanian. Pembangunan pertanian merupakan suatu upaya untuk memberdayakan petani agar dapat meningkatkan kemandirian serta kesejahteraannya. Di Indonesia, sektor pertanian mempunyai peran yang sangat strategis yaitu sebagai penyedia lapangan kerja, penyedia kebutuhan pangan masyarakat dan pemenuhan bahan baku industri (Sompie 1987). Oleh karena itu dibutuhkan suatu lembaga atau badan usaha yang tangguh dan dapat melindungi petani. Salah satu lembaga yang sesuai untuk diterapkan adalah koperasi pertanian.

Terbentuknya koperasi pertanian dikarenakan adanya kebersamaan aktivitas dan kepentingan ekonomi dari kelompok tani yang telah terbina dengan

2


(18)

baik. Koperasi pertanian penting untuk dikembangkan karena didasarkan pada suatu kenyataan bahwa kondisi pertanian di Indonesia dicirikan oleh skala usaha yang kecil dan tersebar. Dengan adanya koperasi pertanian diharapkan dapat berperan dalam meningkatkan posisi tawar petani, meningkatkan pendapatan petani, memberdayakan petani dan membangun sektor pertanian secara keseluruhan (Jafar 2000).

Inpres No. 18 Tahun 1998 mengenai Peningkatan Pembinaan dan Pengembangan Perkoperasian menyebutkan bahwa sesuai dengan pasal 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasiaan, pemerintah memberikan keleluasaan kepada seluruh masyarakat untuk mendirikan koperasi sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat dalam mengembangkan usahanya. Inpres tersebut memberikan peluang pada kelompok tani untuk menjadi suatu lembaga ekonomi baru yaitu koperasi pertanian. Dikeluarkannya permentan No. 273 Tahun 2007 mengenai pedoman pertumbuhan dan pengembangan kelompok tani dan gabungan kelompok tani menjadi sebuah usaha bersama yang dapat saling bersinergi, semakin menguatkan pembentukan koperasi pertanian yang dapat berasal dari kelompok tani maupun gabungan kelompok tani.

Di Kabupaten Bogor, Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Deskoperindag) sudah membina beberapa koperasi pertanian yang berasal dari kelompok tani maupun gabungan kelompok tani. Pembinaan tersebut bertujuan untuk membangkitkan kembali peran koperasi pertanian dalam kegiatan usaha petani. Deskoperindag memiliki beberapa program yang dapat menunjang perkembangan koperasi-koperasi yang ada di Kabupaten Bogor, termasuk bagi koperasi pertanian. Program-program tersebut adalah program mengenai pengembangan kewirausahaan dan kompetitif, program pengembangan ekonomi pedesaan, program peningkatan kualitas kelembagaan, program revitalisasi kelembagaan koperasi, program pemeringkatan koperasi dan program pembubaran koperasi (Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor 2010). Adapun koperasi pertanian yang ada di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 2.


(19)

Tabel 2. Koperasi Kelompok Tani di Kabupaten Bogor

No Kecamatan Nama Koperasi Kelompok

Tani (KKT) Tahun Berdiri

1 Parung Panjang KKT Jawosan 2010

2 Tenjo KKT Darma Sarana 2008

3 Jasinga KKT Pangan Balarea 2007

4 Rancabungur KKT Rukun Tani 2007

5 Cariuk KKT Berkah Mandiri 2005

6 Cigombong KKT Lisung Kiwari 2005

7 Caringim KKT Mandiri 2009

8 Mega Mendung KKT Sukses Kerjasama 2009

9 Gunung Sindur Koptan Bina Tani 2009

10 Pamijahan Koptan Ikhlas 2010

Sumber : Purba (2010)

Terbentuknya koperasi pertanian dapat membawa dampak positif bagi perkembangan pertanian di Indonesia khususnya di Kabupaten Bogor. Keberadaan koperasi pertanian diharapkan dapat menjadi sebuah organisasi yang dapat diandalkan khususnya untuk usaha-usaha pertanian yang harus dikerjakan dalam skala kecil. Koperasi pertanian dihadapkan pada suatu keadaan untuk dapat mewujudkan suatu badan usaha yang dapat menerapkan prinsip-prinsip koperasi sehingga mampu untuk mensejahterakan anggotanya. Sebagai sebuah organisasi yang bekerja berdasarkan jatidiri koperasi, koperasi pertanian juga dihadapkan pada suatu sistem ekonomi pasar yang penuh dengan persaingan.

Koperasi pertanian perlu memiliki organisasi yang efisien agar dapat berkembang dan memberikan manfaat yang maksimal bagi anggotanya. Oleh sebab itu, kinerja koperasi pertanian harus ditingkatkan agar dapat menghasilkan output yang sesuai dengan kebutuhan anggotanya. Pengukuran kinerja merupakan faktor penting bagi suatu organisasi khususnya koperasi pertanian untuk mengetahui keefektifan pengembangan koperasi. Dalam pengukuran kinerja dibutuhkan suatu instrumen yang dapat mengukur koperasi tidak hanya dari aspek keuangannya saja namun juga dari aspek non keuangannya sehingga dapat mendorong koperasi pertanian untuk terus melakukan perbaikan baik pada kegiatan unit usaha, pelayanan maupun manajemennya.


(20)

1.2. Rumusan Masalah

Salah satu koperasi pertanian yang terdapat di Kabupaten Bogor adalah Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari (KKT Lisung Kiwari). KKT Lisung Kiwari merupakan salah satu koperasi yang pada awalnya bergerak di bidang pertanian. Namun seiring dengan perkembangan waktu, koperasi ini mulai berbisnis pada berbagai jenis usaha yang potensial untuk dikembangkan. Kegiatan usaha tersebut dilaksanakan secara bertahap disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh koperasi. Beberapa usaha yang dijalankan oleh KKT Lisung Kiwari adalah pengadaan sarana produksi pertanian yang meliputi bibit, pupuk, obat-obatan; kegiatan simpan pinjam; penjualan barang sembako; penjualan pulsa telepon genggam (voucher) dan usaha warnet; serta tempat pembayaran listrik.

Pada tahun 2008 sampai tahun 2010 perkembangan kinerja KKT Lisung Kiwari mengalami peningkatan. Hal ini dapat terlihat pada peningkatan jumlah anggota koperasi setiap tahunnya yaitu sebanyak 100 orang pada tahun 2008 dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 156 orang. Peningkatan jumlah anggota KKT Lisung Kiwari ini bisa diakibatkan karena kesadaran dan kepercayaan yang mulai tumbuh di masyarakat. Keanggotaan KKT Lisung Kiwari terbuka bagi siapa saja yang ingin menjadi anggota koperasi, sepanjang calon anggota tersebut dapat mematuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh KKT Lisung Kiwari.

Aset keseluruhan KKT Lisung Kiwari juga mengalami peningkatan yang cukup pesat dimana pada tahun 2008 sebesar Rp 187.235.912 meningkat menjadi Rp 434.676.150 pada tahun 2010. Hal serupa juga dialami oleh simpanan wajib yang mengalami peningkatan sebesar 278,80 persen. Pada tahun 2008 jumlah simpanan wajib sebesar Rp 12.536.000 meningkat menjadi Rp 47.487.300 pada tahun 2010. Peningkatan simpanan wajib dapat dikarenakan bertambahnya jumlah anggota KKT Lisung Kiwari selama periode 2008-2010. Selain itu adanya aturan baru dalam simpanan wajib anggota berdasarkan Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK ) No. 27 yang menyebutkan bahwa simpanan wajib bagi anggota baru jumlahnya harus mengikuti simpanan wajib anggota lama. Saat ini, pada KKT Lisung Kiwari anggota koperasi yang baru dikenakan biaya Rp


(21)

400.000 untuk simpanan wajibnya. Hal ini dimaksudkan agar tidak ada kecemburuan antara anggota lama dan anggota baru.

Tabel 3. Penjualan, Harga Pokok Penjualan, dan Laba Usaha Unit Usaha KKT Lisung Kiwari Tahun 2009-2010

No Tahun

Unit Usaha perdagangan

koperasi

Penjualan (Rp)

Harga Pokok Penjualan

(Rp)

Laba Kotor (Rp)

1 2009

Unit pengadaan

sembako 1.022.595.300 972.829.300 49.766.000

Unit pengadaan

sarana produksi 139.374.100 123.241.500 16.132.600

Unit penjualan

voucher 42.000.000 39.246.200 2.753.800

Total 1.203.969.400 1.135.317.000 68.652.400

2 2010

Unit pengadaan

sembako 1.582.345.517 1.508.751.488 73.594.029

Unit pengadaan

sarana produksi 192.331.402 191.791.650 22.825.652

Unit penjulan

voucher 15.967.777 14.237.950 1.729.827

Total 1.790.644.696 1.714.781.088 98.149.508

Sumber : Laporan Keuangan KKT Lisung Kiwari Tahun 2009-2010 (data diolah)

Unit usaha yang dijalankan oleh koperasi juga mengalami peningkatan penjulan selama periode 2009-2010. Hal ini membuktikan bahwa koperasi mampu memberikan pelayanan dalam hal pemenuhan kebutuhan anggota sehingga banyak anggota yang terlibat dalam unit usaha koperasi. Adapun perkembangan kinerja koperasi dapat dilihat pada Tabel 4.


(22)

Tabel 4. Perkembangan Kinerja KKT Lisung Kiwari 2008-2010

No Uraian Satuan Tahun

2008 2009 2010

1 Jumlah anggota Orang 100 124 156

2 Manajer Orang 1 1 1

3 Karyawan Orang 2 2 2

4 Modal sendiri Rp 32.805.094 98.203.600 136.913.775

Modal dari luar Rp 97.500.000 90.000.000 81.000.000

5 Simpan pinjam Rp 15.650.000 16.900.500 24.113.427

6 Simpanan pokok Rp 5.850.000 8.014.000 12.859.000

7 Simpanan wajib Rp 12.536.000 20.886.000 47.487.300

8 SHU Rp 8.550.000 9.530.000 12.480.875

Sumber : Laporan RAT KKT Lisung Kiwari (data diolah)

Jika dilihat dari segi unit usaha, KKT Lisung Kiwari sudah berhasil untuk dapat meningkatkan jumlah anggota, volume penjualan, modal koperasi yang berasal dari anggota serta laba usaha. Namun keberhasilan suatu koperasi tidak hanya ditentukan oleh keberhasilan dalam unit usahanya saja. Menurut Soedjono (1997) dalam Baga et al.(2009) keberhasilan suatu koperasi dalam aspek mikro dapat dilihat dari dua segi yaitu unit usaha dan organisasi. Permasalahan yang ada adalah apakah dengan keberhasilan dalam segi unit usaha merupakan bukti keberhasilan organisasi koperasi. Sehingga untuk melihat perkembangan koperasi secara keseluruhan perlu juga dilihat dari segi organisasinya yaitu berdasarkan kinerja manajemen KKT Lisung Kiwari dalam menjalankan kegiatan koperasi. Karena sebagai sebuah koperasi yang memiliki jatidiri, KKT Lisung Kiwari dituntut untuk memiliki manajemen yang efisien agar dapat bertahan dan berkembang ditengah persaingan pasar.

Pembangunan kinerja koperasi secara terus menerus sangat diperlukan agar dapat memberikan manfaat serta pelayanan yang maksimal sesuai dengan kebutuhan anggotanya. Dalam pembangunan kinerja koperasi dibutuhkan suatu instrumen pengukuran yang tepat untuk mengetahui keefektifan perkembangan koperasi agar dapat mengetahui sejauh mana kemajuan yang telah dicapai oleh koperasi sehingga dapat dirumuskan alternatif kebijakan yang dapat digunakan dalam pengembangan koperasi.


(23)

Salah satu instrumen yang dapat digunakan dalam pengukuran kinerja koperasi adalah Penilaian Tangga Perkembangan (PTP) bagi koperasi. PTP ini digunakan karena dalam pengukuran kinerja koperasi diperlukan suatu instrumen yang tidak hanya mengukur aspek keuangan saja namun juga aspek non keuangan. Melalui pengukuran kinerja dengan menggunakan PTP ini diharapkan dapat memberikan data dasar mengenai kapasitas kelembagaan koperasi sehingga memudahkan bagi para pengambil keputusan untuk melakukan tindakan-tindakan perbaikan pada kegiatan organisasi, unit usaha dan meningkatkan pelayanan kepada anggota.

Menurut Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (2007)3 koperasi diharapkan dapat terus berkembang untuk dapat meningkatkan peran dan fungsi usahanya agar tidak tersisih dengan unit usaha lain. Sehingga pembangunan koperasi secara terus menerus sangat dibutuhkan. Pembangunan koperasi dapat dilihat dari dua sisi. Pada satu sisi pembangunan koperasi dilihat dari pembangunan pemahaman yang sama mengenai tujuan, sasaran, dan pengukuran kriteria mengenai penilaian keberhasilan pembangunan koperasi. Sedangkan pada sisi lain tergantung pada partisipasi aktif dari anggota koperasi. Karena tidak dapat dipungkiri dalam koperasi anggota merupakan pemilik sekaligus pelanggan. Sehingga partisipasi merupakan faktor yang paling penting dalam mendukung keberhasilan suatu koperasi (Hendar & Kusnadi 1999). Partisipasi aktif anggota akan meningkat apabila koperasi mampu memberikan manfaat dalam bentuk pelayanan yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh anggota.

Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan diatas maka terdapat beberapa permasalahan yang akan dirumuskan dalam penelitian kali ini antara lain:

1. Bagaimanakah kinerja Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari yang diukur melalui Penilaian Tangga Perkembangan (PTP)?

3

Kementrian Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah. 2008. Executive Summary

Hasil Kajian Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKM dan Koperasi Tahun 2007. http://www.depkop.go.id [24 November 2010].


(24)

2. Bagaimanakah manfaat ekonomi dan partisipasi anggota pada Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari?

3. Bagaimanakah hubungan antara manfaat ekonomi dan partisipasi anggota terhadap Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari?

1.3. Tujuan

Dengan mengacu pada latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis kinerja Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari melalui indikator-indikator Penilaian Tangga Perkembangan (PTP)

2. Menganalisis manfaat ekonomi dan partisipasi anggota pada Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari.

3. Menganalisis hubungan antara manfaat ekonomi dan tingkat partisipasi anggota terhadap Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari.

1.4. Manfaat

Manfaat hasil penelitian ini adalah :

1. Bagi pengurus Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari, hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan dan informasi serta bahan pertimbangan untuk menetapkan strategi yang berguna bagi pengembangan koperasi di masa yang akan datang.

2. Bagi pemerintah Kabupaten Bogor dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk menetapkan kebijakan dalam pengembangan koperasi yang ada diwilayah Kabupaten Bogor.

3. Bagi peneliti dan akademisi diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna sebagai bahan bacaan untuk penelitian lebih lanjut terutama dalam bidang koperasi.


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Koperasi

2.1.1. Keanggotaan Koperasi

Koperasi menurut UU Perkoperasian No.25 Tahun 1992 pasal 3 adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Hatta (1958)

dalam Naim (1995) pada dasarnya menjelaskan bahwa koperasi merupakan usaha ekonomi bersama yang berlandaskan pada rasionalitas, lugas, objektif, terbuka dan modern. Dimana dalam pembagian kerja dan tanggung jawab serta hak dan kewajiban dilakukan secara jelas.

Warga negara Indonesia mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi anggota koperasi. Salah satu prinsip koperasi menyebutkan bahwa keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka. Menurut Baswir (2000) yang dimaksud dengan sukarela bahwa setiap anggota koperasi yang ingin menjadi anggota koperasi mendaftar atas kemauan sendiri dan anggota tersebut boleh mengundurkan diri jika koperasi tidak memberikan manfaat bagi anggota. Sedangkan yang dimaksud dengan terbuka adalah tidak ada diskriminasi bagi siapapun untuk mendaftar menjadi anggota koperasi. Siapapun bisa menjadi anggota koperasi asal dapat memenuhi persyaratan keanggotaan yang diajukan oleh koperasi. Keanggotaan merupakan sumber potensi utama yang dimiliki oleh koperasi yaitu sebagai perkumpulan orang.

2.1.2. Landasan, Asas dan Tujuan Koperasi

Landasan koperasi Indonesia sebagaimana tercantum dalam UU No.25 Tahun 1992 adalah berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Baswir (2000) menjelaskan bahwa Pancasila dipilih sebagai landasan idiil koperasi Indonesia karena Pancasila merupakan pandangan hidup dan ideologi dari bangsa Indonesia. Pancasila merupakan jiwa dan semangat bangsa serta mengandung nilai-nilai luhur yang sangat baik bila diwujudkan dalam suatu kehidupan. Sedangkan Undang-Undang Dasar 1945


(26)

dijadikan sebagai landasan strukturil karena dalam salah satu pasalnya yaitu pasal 33 ayat 1 disebutkan bahwa perekonomian yang hendak disusun oleh bangsa Indonesia adalah berdasarkan usaha bersama atas asas kekeluargaan. Semangat usaha bersama atas dasar kekeluargaan merupakan semangat koperasi. Oleh sebab itu semangat koperasi kemudian diangkat menjadi semangat dari perekonomian di Indonesia. Pada pasal 2 UU No.25 Tahun 1992 juga disebutkan bahwa kekeluargaan merupakan asas yang digunakan oleh koperasi Indonesia. Semangat kekeluargaan ini juga sekaligus menjadi pembeda antara badan usaha koperasi dengan badan usaha lainnya.

Tujuan dari pembentukan koperasi menurut pasal 3 UU No. 25 Tahun 1992 adalah memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut dalam membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur dengan berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pernyataan dalam UU tersebut mengandung makna bahwa tujuan dari koperasi adalah meningkatkan kesejahteraan anggota melalui pelayanan usaha koperasi. Soedjono (2007) juga menyampaikan bahwa koperasi bertujuan untuk memajukan kepentingan anggotanya dan melakukan tindakan-tindakan dimana tindakan tersebut dapat membuktikan bahwa koperasi telah memajukan kepentingan anggotanya.

2.1.3. Prinsip Koperasi

Prinsip koperasi Indonesia tercantum dalam UU No.25 Tahun 1992 yaitu sebagai berikut :

1) Koperasi melakukan prinsip koperasi sebagai berikut : a. keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka

b. pengelolaan dilakukan secara demokratis

c. pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota

d. pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal e. kemandirian

2) Dalam mengembangkan koperasi, maka koperasi melaksanakan pula prinsip koperasi sebagai berikut :


(27)

b. kerjasama antarkoperasi

2.1.4. Penggolongan Koperasi

Penggolongan koperasi berfungsi untuk mengelompokan koperasi-koperasi yang ada berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Menurut Baswir (2000) koperasi dapat digolongkan menjadi :

1) Berdasarkan Bidang Usaha a. Koperasi Konsumsi

Koperasi ini bertujuan untuk menyediakan barang-barang konsumsi yang dibutuhkan oleh anggotanya. Barang-barang yang disediakan oleh koperasi tergantung dari latar belakang dari kebutuhan anggota yang hendak dipenuhi.

b. Koperasi Produksi

Koperasi ini bertujuan untuk menyatukan kemampuan dan modal yang dimiliki oleh anggota sehingga dapat menghasilkan suatu barang melalui suatu perusahaan yang dikelola secara bersama-sama. Kegiatan utama koperasi produksi adalah memproses bahan baku menjadi barang jadi atau setengah jadi.

c. Koperasi Pemasaran

Tujuan utama dari dibentuknya koperasi ini adalah menyederhanakan rantai tataniaga dan mengurangi peran pedagang perantara dalam memasarkan produk-produk yang dihasilkan oleh anggota koperasi. Koperasi ini dapat membantu anggota untuk memasarkan secara langsung barang dagangannya kepada penyalur bahkan kepada konsumen secara langsung.

d. Koperasi Kredit atau Koperasi Simpan Pinjam

Koperasi ini bertujuan untuk mendidik anggotanya agar bersikap hemat dan gemar menabung selain itu juga bertujuan untuk membebaskan para anggota koperasi dari tangan rentenir. Koperasi ini memupuk simpanan dari anggota dan kemudian simpanan tersebut dapat dipinjamkan kembali kepada para anggota yang membutuhkan.


(28)

2) Berdasarkan Jenis Komoditi a. Koperasi Pertambangan

Koperasi ini melakukan usaha untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada secara langsung atau melakukan perubahan bentuk pada sumber daya yang ada.

b. Koperasi Pertanian dan Peternakan

Koperasi pertanian merupakan suatu wadah yang dapat diandalkan terutama untuk usaha-usaha pertanian yang dikerjakan dalam skala yang kecil (Tampubolon 2000). Koperasi ini dapat menjadi jalan bagi petani untuk meningkatkan posisi tawarnya, memperbaiki struktur pasar produk pertanian, meningkatkan pendapatan petani dan memberdayakan petani serta dapat membangun sektor pertanian secara keseluruhan. Menurut Chaniago (1984) dalam Baswir (2000) kegitan yang biasanya terdapat dalam koperasi pertanian yaitu :

 mengusahakan bibit, semprotan, dan peralatan pertanian

 mengolah hasil pertanian

 memasarkan hasil olahan komoditi pertanian

 menyediakan modal bagi para petani

 mengembangkan keterampilan petani.

Koperasi peternakan merupakan sebuah wadah yang berhubungan dengan komoditi peternakan tertentu dimana biasanya beranggotakan para peternak dan para pegawai yang pekerjaan sehari-harinya berhubungan dengan bidang peternakan.

c. Koperasi Industri dan Kerajinan

Usaha yang dijalankan oleh koperasi ini berhubungan dengan bidang industri atau kerajinan tertentu. Kegiatan koperasi ini dapat meliputi pengadaan bahan baku, pengolahan bahan baku menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi ataupun dalam hal pemasaran produk.

d. Koperasi Jasa

Koperasi ini mengkhususkan usahanya dalam memproduksi dan memasarkan kegiatan jasa tertentu. Tujuan utama dari pembentukan


(29)

koperasi ini adalah untuk menyatukan potensi-potensi ekonomi yang dimiliki oleh para anggotanya.

3) Berdasarkan Daerah Kerja a. Koperasi Primer

Koperasi ini beranggotakan orang-orang tertentu yang biasanya didirikan dalam cakupan wilayah kecil tertentu.

b. Koperasi Sekunder

Koperasi sekunder dapat pula dikatakan sebagai pusat koperasi. Koperasi sekunder merupakan koperasi dimana anggotanya merupakan koperasi-koperasi primer yang didirikan dalam rangka pemusatan dari beberapa koperasi primer dalam suatu wilayah tertentu.

c. Koperasi Tertier

Koperasi ini merupakan koperasi yang terdiri dari gabungan dari koperasi-koperasi sekunder. Koperasi tertier sering disebut sebagai induk koperasi yang biasanya berkedudukan di Ibu kota negara.

2.1.5. Perangkat Organisasi Koperasi

Perangkat organisasi koperasi menurut Sartika dan Rachman (2002) terdiri dari rapat anggota, pengurus, dan pengawas. Komunikasi yang baik diperlukan antara rapat anggota, pengurus, dan pengawas agar koperasi dapat berjalan dengan semestinya sesuai dengan tujuan koperasi.

1) Rapat anggota

Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Pengambilan keputusan pada rapat anggota dilakukan secara musyawarah dan apabila tidak tercapai pengambilan keputusan secara musyawarah maka dilakukan dengan cara pengambilan suara terbanyak. Rapat anggota ini biasanya diadakan minimal satu kali dalam setahun. Rapat anggota diadakan untuk menetapkan anggaran dasar dan kebijaksanaan umum pada bidang organisasi, manajemen, dan usaha koperasi; melakukan pemilihan, pengangkatan, dan pemberhentian pengurus koperasi; rencana kerja rencana pendapatan dan anggaran belanja koperasi serta pengesahan laporan keuangan.


(30)

2) Pengurus

Pengurus koperasi dipilih dari dan oleh anggota. Masa jabatan dari pengurus koperasi adalah lima tahun. Pengurus diberikan wewenang untuk menyelenggarakan rapat anggota. Beberapa tugas yang biasanya dilakukan oleh pengurus adalah bertanggung jawab untuk mengelola koperasi dan kegiatan usaha lainnya, membuat rancangan anggaran pendapatan dan belanja koperasi, dan pengangkatan pengelola (manajer)

3) Pengawas

Pengawas dipilih dari dan oleh anggota koperasi. Pengawas bertugas melakukan pengawasan terhadap jalannya koperasi, membuat laporan tentang hasil pengawasannya. Pengawas juga bertugas untuk meneliti catatan yang ada pada koperasi dan berhak menanyakan keterangan-keterangan yang diperlukan.

2.1.6. Sumber Keuangan dan Usaha Koperasi

Menurut UU No.25 Tahun 1992 pasal 41 mengenai permodalan koperasi, permodalan dapat berasal dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri merupakan modal yang mengandung risiko atau modal ekuitas. Modal sendiri dapat berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan, dan hibah. Hendar dan Kusnadi (1999) mengatakan bahwa dengan ditetapkannya modal sendiri sebagai ekuitas maka kedudukan simpanan pokok dan simpanan wajib menjadi kuat sama halnya seperti saham pada perusahaan. Selain berasal dari modal sendiri koperasi juga dapat memperoleh modal yang berasal dari modal pinjaman. Modal pinjaman dapat bersumber dari anggota, koperasi lain, bank dan lembaga keuangan lainnya ataupun penerbitan obligasi dan surat hutang.

2.1.7. Manajemen Koperasi

Koperasi memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat secara umum. Agar tujuan-tujuan tersebut dapat terwujud maka koperasi memerlukan pengelolaan yang baik seperti dibutuhkannya aspek manajemen koperasi. Manajemen merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dihindari termasuk oleh koperasi. Kegiatan-kegiatan utama dari manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan


(31)

pengawasan (Baswir 2000). Perencanaan yang baik dapat memberikan sasaran yang ingin dicapai bagi koperasi dan menetapkan strategi terbaik untuk mencapai sasaran tersebut. Pengorganisasian merupakan suatu kegiatan dalam hal pembagian tugas dan wewenang di dalam tubuh koperasi atas perencanaan yang telah dibuat. Pelaksanaan dalam menajemen koperasi dilakukan dengan cara koordinasi dan monitoring yang dilakukan oleh masing-masing bagian dalam organisasi koperasi. Sedangkan pengawasan merupakan suatu kegiatan untuk mengukur tingkat kesesuaian antara rencana dan hasil yang telah dicapai oleh koperasi.

Manajemen koperasi harus mampu mengembangkan potensi yang ada didalam koperasi seperti keanggotaan, modal, volume usaha dan pelayanan sehingga tujuan koperasi dapat tercapai. Secara operasional menurut Soedjono (2000) manajemen koperasi harus mengadakan kegiatan yang dapat dimanfaatkan oleh anggota yaitu :

1) Menyediakan produksi dan jasa bagi anggota sebagai tujuan umum koperasi.

2) Memberdayakan dan mempersatukan para petani dan keluarganya secara umum dan anggota pada khususnya agar memperoleh akses terhadap sumber-sumber ekonomi dan sosial sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya.

3) Menyatukan dan melibatkan anggota-anggotanya dalam segi ekonomi dan sosial agar koperasi mampu menguasai sumber-sumber produksi dan dapat menjadi kekuatan pasar penyangga dalam ekonomi.

4) Membangun kesadaran dan pemahaman akan jatidiri koperasi di antara komunitas dan mendorong partisipasi anggota.

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan referensi adalah penelitian yang berhubungan dengan kinerja koperasi dan tingkat partisipasi anggota pada koperasi.


(32)

2.2.1. Penelitian mengenai kinerja koperasi

Penelitian yang dilakukan oleh Himpuni (2009) berjudul Analisis Kinerja Koperasi Unit Desa (KUD) Sumber Alam, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan pengukuran kinerja yang dilakukan oleh KUD Sumber Alam, merumuskan dan menggambarkan peta strategis yang sesuai dengan kondisi KUD serta menganalisis kinerja KUD melalui penerapan BSC (Balanced Scorecard). Pengukuran kinerja yang dilakukan oleh KUD Sumber Alam hanya menfokuskan pada aspek keuangan saja. Indikator yang digunakan dalam pengukuran kinerja adalah total penjualan, biaya administrasi, kantor dan organisasi, perhitungan SHU, dan rasio keuangan. Peta strategis merupakan visualisasi dari alur sistematis dan pola pikir BSC yang dapat menunjukkan hubungan sebab akibat dari sasaran-sasaran strategis dari perspektif BSC. Sasaran strategis yang hendak dicapai oleh KUD adalah kesejahteraan anggota melalui peningkatan kepuasan anggota dan peningkatan SHU. Analisis kinerja KUD melalui pendekatan BSC secara keseluruhan mencapai hasil yang cukup baik. Total pencapaian dari keempat perspektif BSD yang meliputi keuangan, keanggotaan, bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan mencapai 74,80 persen.

Purba (2010) melakukan penelitian mengenai Kinerja Organisasi dan Keuangan Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis bagaimana perubahan kinerja organisasi sebelum berbentuk koperasi (poktan dan gapoktan) hingga menjadi koperasi. Apakah dengan perubahan organisasi tersebut dapat meningkatkan kinerja organisasi dan mampu untuk mengelola modal yang ada. Dalam menganalisis kinerja koperasi Purba menggunakan statistik non parametrik yaitu uji Friedman dan metode analisis rasio keuangan koperasi untuk menganalisis kinerja keuangan KKT Lisung Kiwari. Terdapat tujuh indikator penilaian kinerja organisasi yaitu penilaian anggota terhadap pertemuan dan rapat; keterlibatan anggota dalam mengelola; keterlibatan dalam pengambilan keputusan; keterlibatan anggota dalam kegiatan bersama; usaha berorientasi kepada kepentingan anggota; kemampuan meningkatkan kesejahteraan anggota; dan adanya aktivitas pendidikan, pelatihan, penerangan


(33)

untuk meningkatkan pengetahuan anggota dan pengurus. Hasil dari penelitian tersebut didapatkan kesimpulan bahwa kinerja gapoktan lebih baik dibandingkan dengan KKT Lisung Kiwari. Sedangkan kinerja keuangan koperasi menunjukkan kondisi baik, yang dilihat berdasarkan likuiditas koperasi tahun 2005-2009 sesuai dengan rasio lancar dan rasio cair. Rasio kas berada dalam kondisi tidak baik karena kemampuan koperasi untuk membayar kewajiban lancarnya atas kas sangat rendah. Solvabilitas koperasi berada dalam kondisi baik namun kewajiban jangka panjang atas modal berada dalam kondisi tidak baik dikarenakan kemampuan modal untuk menjamin kewajiban jangka panjang semakin rendah. Profitabilitas berada dalam kondisi baik untuk rasio SHU terhadap penjualan, hanya saja rasio SHU terhadap modal berada dalam kondisi tidak baik.

2.2.2. Penelitian mengenai tingkat partisipasi

Penelitian yang dilakukan oleh Kurnia (2006) yaitu mengenai Partisipasi Anggota Koperasi Produsen Tahu Tempe (KOPTI) di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan karakteristik dan persepsi anggota tentang perkembangan KOPTI terhadap tingkat partisipasi anggota KOPTI di Kabupaten Kuningan. Hasil dari penelitian tersebut menggunakan tujuh variabel yang diduga berpengaruh pada partisipasi anggota. Variabel tersebut adalah umur, tingkat pendidikan, masa keanggotaan, skala usaha, tingkat keterjangkauan pelayanan, dan tingkat pengelolaan serta persepsi anggota mengenai perkembangan KOPTI. Variabel persepsi anggota terhadap kepengurusan KOPTI dan kelengkapan fasilitas tidak menunjukkan hubungan yang nyata dengan partisipasi anggota. Berdasarkan uji korelasi Rank Spearman

pada taraf nyata 5 persen diperoleh hasil bahwa yang mempengaruhi tingkat partisipasi anggota adalah umur, tingkat pendidikan, masa keanggotaan, skala usaha, tingkat keterjangkauan pelayanan dan tingkat pengelolaan.

Azrina (2007) melakukan penelitian dengan judul Tingkat Partisipasi Anggota dalam Kegiatan Koperasi Perikanan Mina Jaya, Muara Angke, Jakarta Utara. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat partisipasi anggota Koperasi Perikanan Mina Jaya dan menganalisis faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tingkat partisipasi anggota dalam melaksanakan kegiatan koperasi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat partisipasi


(34)

anggota Koperasi Mina Jaya tergolong rendah. Faktor internal yang memiliki korelasi yang nyata dengan tingkat partisipasi adalah tingkat pengetahuan. Sedangkan dalam faktor eksternal pengurus koperasi, program kerja dan kegiatan koperasi, dukungan dan peran pemerintah serta kondisi alam dan lingkungan berhubungan dengan partisipasi anggota terhadap kegiatan koperasi.

2.2.3. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian ini dilakukan pada Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari, Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor yang mengkaji kinerja koperasi melalui Penilaian Tangga Perkembangan (PTP) dan tingkat partisipasi anggota KKT Lisung Kiwari. Penelitian ini mempunyai kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurnia (2006) dan Azrina (2007) yaitu dalam mengkaji tingkat partisipasi anggota koperasi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurnia dan Azrina terletak pada aspek manfaat ekonomi. Dimana dalam mengkaji tingkat partisipasi dilihat berdasarkan manfaat ekonomi yang diterima oleh anggota. Sedangkan pada penelitian sebelumnya untuk mengetahui tingkat partisipasi anggota lebih melihat pada faktor internal dan eksternal anggota. Faktor internal meliputi umur, tingkat pendidikan, motivasi, lama keanggotaan, pendapatan, dan pekerjaan. Sedangkan faktor eksternal meliputi pengurus koperasi, program kerja, dukungan dan peran pemerintah.

Apabila dibandingkan dengan Himpuni (2009) dan Purba (2010) penelitian ini mempunyai kesamaan yaitu dalam mengkaji kinerja koperasi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dapat terlihat dari alat analisis yang digunakan. Himpuni menggunakan penerapan BSC (Balanced Scorecard) dalam pengukuran kinerja koperasi. Penerapan BSC tidak dilakukan pada penelitian ini karena biasanya BSC lebih sering digunakan pada organisasi atau perusahaan yang bertujuan untuk mencari laba (profit seeking organisations).

Sedangkan koperasi merupakan organisasi dengan karakteristik khusus dimana pemilik dan pelanggan adalah orang yang sama dan mutual benefit anggota menjadi prioritas utama (Merchant 1998 dalam Mutasowifin 2002). Walaupun koperasi juga membutuhkan laba, namun tujuan utama koperasi bukan mencari laba yang sebesar-besarnya namun lebih menfokuskan diri untuk melayani


(35)

anggota. Sehingga dibutuhkan instrumen yang benar-benar diperuntukkan bagi koperasi. Sedangkan dalam menganalisis kinerja organisasi Purba menggunakan uji Friedman. Fokus penelitian Purba lebih melihat perubahan kinerja organisasi dari poktan dan gapoktan hingga menjadi koperasi dan apakah dengan perubahan tersebut dapat meningkatkan kinerja organisasinya. Selanjutnya Purba juga membandingkan kinerja ketiga organisasi tersebut. Sedangkan pada penelitian ini, dalam menganalisis kinerja koperasi digunakan Penilaian Tangga Perkembangan (PTP) bagi koperasi yang meliputi empat indikator yaitu visi, kapasitas, sumber daya dan jaringan kerja. Penggunaan PTP ini lebih bertujuan untuk mengetahui kapasitas organisasi yang dilihat melalui kinerjanya selama ini. Apakah dalam menjalankan kegiatan operasionalnya sudah sesuai dengan jatidiri koperasi dan apakah output yang dihasilkan oleh manajemen koperasi dapat memberikan manfaat bagi anggota sehingga dapat meningkatkan partisipasi anggota pada kegiatan koperasi serta bagaimana kemampuan dan kapasitas koperasi untuk bersaing dalam suatu sistem ekonomi pasar. Sehingga melalui pengukuran instrumen PTP ini diharapkan akan mengangkat masalah-masalah yang terdapat pada koperasi yang memerlukan perbaikan agar dapat diarahkan untuk menuju kualitas yang lebih baik lagi. Hasil akhirnya akan didapatkan informasi mengenai alternatif kebijakan apa yang cocok untuk diterapkan bagi kemajuan KKT Lisung Kiwari.


(36)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Konsep Kinerja

Kinerja merupakan suatu kemampuan dan hasil yang telah dicapai dalam melaksanakan suatu pekerjaan tertentu. Schermerson et al. (1992) dalam Nawawi (2006) mendefinisikan kinerja sebagai sebuah kuantitas dan kualitas pencapaian tugas-tugas, baik yang dilakukan secara individu, kelompok maupun organisasi. Aspek kuantitas koperasi melihat kepada target kerja sedangkan kualitas menyangkut kesempurnaan dan kerapihan pekerjaan yang telah dilaksanakan. Menurut Nawawi (2006) kinerja merupakan gabungan dari tiga buah faktor yang terdiri dari pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian. Pengetahuan mencakup jenis dan jenjang pendidikan serta pelatihan yang pernah diikuti. Pengalaman bukan sekedar mencakup waktu berkerja atau beroperasi namun berhubungan juga dengan substansi yang dikerjakan sehingga akan meningkatkan kemampuan mengerjakan sesuatu dalam bidang tertentu. Sedangkan kepribadian merupakan suatu kondisi koperasi dalam menghadapi bidang kerjanya seperti kemampuan bekerjasama, kejujuran, tanggung jawab, dan bekerjasama.

Kinerja terdiri dari tiga buah unsur yang meliputi unsur kemampuan, unsur usaha dan unsur kesempatan. Dimana ketiga buah unsur tersebut dapat bermuara pada hasil kerja yang akan dicapai. Nawawi (2006) mengatakan bahwa indikator kinerja yang digunakan dalam melaksanakan suatu pekerjaan di lingkungan sebuah organisasi mencakup lima unsur yaitu :

1) Kuantitas hasil kerja yang dicapai 2) Kualitas hasil kerja yang dicapai

3) Jangka waktu mencapai hasil kerja tersebut

4) Kehadiran dan kegiatan selama hadir di tempat kerja 5) Kemampuan bekerjasama

Berdasarkan unsur tersebut dapat terlihat bahwa kinerja seseorang dalam suatu lingkungan organisasi termasuk koperasi dapat terlihat dari dua orientasi yang meliputi orientasi proses dan orientasi hasil. Orientasi proses menyangkut efektivitas dan efisiensi pelaksanaan pekerjaan berdasarkan suatu metode kerja


(37)

tertentu. Sedangkan orientasi hasil dapat dicapai apabila kriteria produktivitas tinggi, baik dari segi kuantitas maupun kualitas yang akhirnya dapat sesuai dengan apa yang diharapkan oleh anggota koperasi.

3.1.2. Konsep Partisipasi

Partisipasi anggota adalah keterlibatan mental dan emosional terhadap koperasi, memiliki motivasi berkontribusi kepada koperasi dan berbagi tanggung jawab atas pencapaian tujuan organisasi maupun usaha koperasi (Kementrian Koperasi Dan Usaha Kecil Menengah 2010). Partisipasi anggota dapat juga diartikan sebagai keikutsertaan anggota dalam berbagai bentuk kegiatan yang diselenggarakan oleh koperasi, baik sebagai pemilik maupun pelanggan.

Titik awal partisipasi dalam sebuah koperasi adalah anggota koperasi. Melalui partisipasi diharapkan dapat menggugah kesadaran anggota koperasi bahwa kegagalan atau keberhasilan suatu koperasi bukan saja tanggung jawab dari pengurus koperasi melainkan sangat bergantung pada peran aktif atau keterlibatan anggota pada semua kegiatan koperasi yang pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota (Elizabeth 2008). Partisipasi dapat dipandang dari beberapa dimensi tergantung dari mana kita melihatnya. Berikut ini adalah dimensi-dimensi dalam partisipasi menurut Hendar dan Kusnadi (1999):

1) Partisipasi dipandang dari sifatnya

Menurut sifatnya partisipasi dibedakan menjadi partisipasi yang dipaksakan dan partisipasi sukarela. Partisipasi yang dipaksakan terjadi bila seseorang dipaksa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan tertentu. Sedangkan partisipasi sukarela merupakan partisipasi yang terjadi dalam koperasi dimana sifat sukarela ini menuntut pengurus agar bisa merangsang anggota untuk berpartisipasi dalam kegiatan koperasi.

2) Partisipasi dipandang dari bentuknya

Dilihat dari keformalannya, partisipasi dapat digolongkan menjadi partisipasi yang bersifat formal dan informal. Partisipasi formal menuntut adanya suatu mekanisme yang formal dalam setiap kegiatan ataupun pengambilan keputusan. Sedangkan dalam partisipasi non formal dalam


(38)

melakukan setiap kegiatan atau pengambilan keputusan hanya terdapat persetujuan lisan saja.

3) Partisipasi dipandang dari pelaksanaannya

Dipandang dari pelaksanaannya partisipasi dapat dibagi menjadi partisipasi secara langsung dan secara tidak langsung. Partisipasi secara langsung terjadi apabila seseorang dalam suatu kegiatan dapat menyampaikan ide, gagasan atau harapan secara langsung kepada pimpinannya. Partisipasi secara tidak langsung merupakan kebalikan dari partisipasi langsung dimana dalam menyampaikan sesuatu seseorang harus melewati tahapan tertentu hingga pada akhirnya pendapatnya bisa sampai kepada pimpinan.

4) Partisipasi dipandang dari segi kepentingannya

Menurut segi kepentingannya koperasi dapat dibedakan menjadi partisipasi kontributif dan intensif. Kedua jenis partisipasi ini berhubungan dengan peran ganda yang dimiliki oleh anggota koperasi yaitu sebagai pemilik sekaligus sebagai pelanggan. Sebagai pemilik anggota koperasi dapat memberikan kontribusinya dalam hal keuangan, pembuatan keputusan serta pengawasan terhadap jalannya koperasi. Sebagai pelanggan anggota koperasi menginginkan agar koperasi dapat melayani kepentingan anggota melalui usaha-usaha yang efisien dan efektif. Partisipasi intensif merupakan partisipasi yang paling penting dalam sebuah koperasi. Koperasi dapat meningkatkan partisipasi anggotanya jika koperasi mampu memberikan pelayanan yang intensif kepada anggotanya melalui peningkatan manfaat keanggotaan.

Ropke (1985) dalam Hendar dan Kusnadi (1999) menyebutkan bahwa pada dasarnya partisipasi dalam suatu koperasi ditentukan oleh tiga faktor yaitu anggota, manajemen koperasi, dan program koperasi. Partisipasi dalam pelayanan akan berhasil dilaksanakan oleh koperasi jika terdapat kesesuaian (fit)

antara anggota, manajemen koperasi, dan program koperasi.

Kesesuaian antara anggota dan manajemen koperasi terjadi jika anggota mempunyai kemampuan dan keinginan dalam mengemukakan pendapatnya


(39)

kemudian manajemen koperasi dapat mewujudkan permintaan anggota tersebut dan program dalam keputusan manajemen.

Kesesuaian antara anggota dan program koperasi terjadi apabila adanya kesepakatan antara kebutuhan anggota dengan keluaran (output) yang dihasilkan oleh program koperasi. Program koperasi merupakan rencana kerja dari pengurus koperasi. Program koperasi tersebut bisa berupa pelayanan ataupun kegiatan usaha koperasi yang meliputi penyediaan sarana dan prasarana produksi, penjualan barang konsumsi, penyediaan fasilitas pinjaman, penerimaan pembayaran rekening listrik, dan sebagainya.

Kesesuaian yang terakhir harus ada kesesuaian antara manajemen koperasi dengan program koperasi. Berbagai macam program yang direncanakan harus sesuai dengan kemampuan manajemen untuk melaksanakan program tersebut. Apabila digambarkan maka model kesesuaian tersebut adalah sebagai berikut:

hasil (output) tugas (task)

kebutuhan kemampuan

(need) (ability) Permintaan Keputusan

Gambar 1. Model Kesesuaian (fit) Partisipasi

Sumber : Ropke (1985) dalam Hendar dan Kusnadi (1999)

Pada model kesesuaian Ropke, menunjukkan bahwa jika terjadi kesesuaian antar output, keinginan dan sumberdaya yang dikeluarkan maka keberhasilan partisipasi pada koperasi akan terwujud. Terdapat alat yang digunakan oleh anggota koperasi dalam mengeluarkan pendapatnya agar dalam setiap keputusan

Alat- alat Partisipasi

Para Anggota Manajemen

Koperasi Voice

Vote Exit Program


(40)

manajemen tercermin keinginan anggota koperasi yaitu hak mengeluarkan pendapat, hak suara dalam pemilihan, dan hak keluar. Melalui voice, anggota dapat mempengaruhi manajemen dengan cara mengeluarkan pendapat, memberikan informasi, dan kritik kepada koperasi. Dengan vote, anggota koperasi dapat mempergunakan hak suaranya dalam pemilihan pengurus koperasi yang sesuai dengan keinginannya. Sedangkan dengan exit, anggota dapat meninggalkan koperasi jika koperasi tidak mampu memberikan pelayanan pada anggotanya.

Pada dasarnya anggota akan berperan aktif dalam seluruh kegiatan koperasi apabila manfaat yang anggota dapatkan lebih besar dibandingkan dengan kontribusi yang harus dilakukan (Hanel 1992). Sehingga partisipasi anggota dalam suatu koperasi akan terjadi apabila terdapat manfaat ekonomi yang diterima oleh anggota. Keterlibatan anggota terhadap koperasi sangat tergantung pada sejauh mana koperasi dapat menawarkan manfaat-manfaat ekonomi terhadap anggota. Menurut Arif (1990) dalam Hendar dan Kusnadi (1999) anggota koperasi sudah seharusnya mendapatkan manfaat khusus dari koperasi karena kedudukannya sebagai pemilik dan pelanggan. Sebagai sebuah organisasi bisnis yang otonom dimana anggota pada koperasi berperan sebagai pemilik dan pelanggan maka koperasi dapat memberikan manfaat yang maksimal melalui penerapan integrasi vertikal pada unit-unit usahanya.

Integrasi vertikal merupakan suatu strategi efektif yang dapat digunakan oleh koperasi dalam memenangkan persaingan (Robbins 1985). Menurut David (2009) melalui integrasi vertikal memungkinkan sebuah organisasi memperoleh kendali atas distributor, pemasok ataupun pesaing. Adanya integrasi ke belakang bertujuan untuk membantu kelancaran akan sumber-sumber bahan mentah dan menjamin adanya biaya bahan yang rendah. Integrasi ke depan bertujuan sebagai jalan keluar untuk menjamin kelancaran penjualan suatu produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan. Manfaat dari penerapan integrasi vertikal yang paling umum adalah penghematan atau penekanan biaya dalam produksi, penjualan, pembelian, dan biaya transaksi untuk transaksi-transaksi pasar.

Melalui penerapan integrasi vertikal tersebut akan memudahkan koperasi dalam memanfaatkan keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh koperasi.


(41)

Sehingga melalui keunggulan-keunggulan tersebut akan memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar pada anggota. Adapun keunggulan tersebut adalah : 1) Skala Ekonomi (Economies of scale)

Menurut Hendar dan Kusnadi (1999) skala ekonomi merupakan suatu faktor yang memungkinkan perusahaan untuk memproduksi output lebih banyak dengan biaya rata-rata yang lebih rendah. Skala ekonomi ini dapat diperoleh apabila terdapat aktivitas nyata seperti spesialisasi dan terdapat reduksi ketidakpastian. Selain itu adanya efek biaya tetap yang timbul karena memproduksi dalam jumlah yang besar sehingga dapat menghasilkan biaya tetap rata-rata yang semakin rendah, dengan meningkatnya output yang dihasilkan juga akan menyebabkan organisasi memiliki skala ekonomi.

Peningkatan skala usaha karena adanya integrasi juga dapat memungkinkan organisasi untuk memperoleh skala ekonomi. Karena melalui integrasi memungkinkan adanya penghematan biaya pemasaran masing-masing anggota dan penurunan harga beli sehingga biaya per satuan masing-masing anggota dapat menurun. Hendar dan Kusnadi (1999) menyebutkan terdapat tiga faktor yang harus diperhatikan apabila koperasi ingin mewujudkan keunggulan ekonomis, yaitu :

a. Koperasi harus memperhatikan kemampuan yang sama dalam memproduksi dan mendistribusikan produk kepada anggota dibandingkan dengan pesaingnya.

b. Manajer perlu diberi kesempatan untuk meminimalkan biaya produksi.

c. Koperasi harus mampu untuk memanfaatkan kemajuan teknologi dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada anggota.

2) Kompetisi

Koperasi mampu untuk berkompetisi dikarenakan kemampuan koperasi dalam menciptakan skala ekonomi sehingga koperasi mampu untuk menetapkan harga dan jumlah yang dapat bersaing didalam suatu pasar. Hal ini juga didasari karena kemampuan koperasi dalam menciptakan bargaining position dipasar melalui kekuatan dalam


(42)

penawaran suatu barang. Adanya bargaining position ini dapat menguntungkan koperasi karena dapat membawa pengaruh pada aktifitas koperasi seperti kontrak, negosiasi, dan petani yang tergabung dalam keanggotaan koperasi dapat menyamakan kualitas produk yang akan dijualnya (Ton et al. 2007). Sehingga jika seluruh produsen pada suatu daerah tertentu bergabung menjadi anggota koperasi, maka koperasi dapat menjadi suatu kekuatan dalam mengendalikan pasar (Baga et al. 2009). 3) Biaya Transaksi (transaction cost)

Hendar dan Kusnadi (1999) menyebutkan bahwa biaya transaksi merupakan biaya-biaya lain yang timbul diluar biaya produksi. Biaya transaksi biasanya berhubungan dengan munculnya transaksi antar unit seperti biaya informasi, biaya monitoring, biaya kontrak, dan lain-lain. Biaya informasi seperti informasi pasar dan biaya pemeliharaan pada koperasi cenderung lebih rendah apabila dibandingkan dengan biaya informasi pada perusahaan-perusahaan diluar koperasi. Hal ini didasari karena adanya identitas ganda anggota yaitu sebagai pemilik dan pelanggan. Sehingga anggota akan berjuang semaksimal mungkin untuk kemajuan koperasi dan masing-masing anggota akan saling mengawasi kegiatan masing-masing.

4) Mengurangi Risiko Ketidakpastian

Ketidakpastian dapat muncul karena tidak terdapatnya hubungan antara pemilik dengan pengguna input tersebut (Hendar & Kusnadi 1999). Sehingga pemilik input masih belum pasti dalam menyuplai inputnya. Akibatnya penawaran input akan sangat bergantung terhadap permintaan input tersebut. Namun ketidakpastian dalam koperasi dapat dikurangi melalui transaksi pada pasar internal. Karena anggota akan membeli atau menjual barang kepada koperasi melalui pasar internal sehingga tingkat risiko yang ditanggung menjadi rendah.

Peranan koperasi dalam bidang ekonomi tidak dapat dipisahkan dari peranan koperasi dalam bidang sosial. Hal ini dikarenakan koperasi sebagai organisasi yang terdiri dari dua dimensi sekaligus yaitu dimensi ekonomi dan


(43)

dimensi sosial. Menurut Soetrisno (2003)4 kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh koperasi tidak hanya dilihat pada sisi ekonominya saja. Namun kekuatan koperasi juga dapat dilihat dari sisi non-ekonomis yang menjadi salah satu faktor yang dapat berpengaruh secara tidak langsung terhadap kegiatan ekonomi anggota dan unit usaha koperasi. Sehingga manfaat yang dapat diperoleh anggota koperasi tidak hanya manfaat ekonomi saja namun juga manfaat sosial. Baswir (2000) mengatakan bahwa manfaat koperasi secara sosial adalah :

1) Mendidik anggota koperasi agar memiliki semangat untuk bekerja sama baik dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berhubungan dengan usaha anggota maupun dalam membangun tatanan sosial yang lebih baik lagi.

2) Mendidik anggota koperasi agar memiliki semangat berkorban sesuai dengan kemampuan masing-masing anggota demi terwujudnya suatu tatanan sosial adil dan beradab.

3) Mendorong suatu tatanan sosial yang lebih manusiawi yang tidak didasarkan pada hubungan-hubungan kebendaan namun lebih melihat dari rasa persaudaraan dan kekeluargaan.

4) Mendorong suatu tatanan sosial yang bersifat demokratis sehingga hak dan kewajiban setiap anggota lebih terlindungi.

5) Turut serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.

Koperasi selain berperan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi anggotanya dan sebagai alat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, juga berperan sebagai pendorong bagi terwujudnya suatu tatanan sosial yang lebih manusiawi dan demokratis. Hal ini sesuai dengan asas dan prinsip yang dimiliki oleh koperasi dimana koperasi merupakan suatu bentuk organisasi yang bedasarkan asas kekeluargaan dan dikelola secara demokratis. Manfaat koperasi baik pada bidang ekonomi maupun sosial bersifat saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan dari hakikat koperasi sebagai sebuah organisasi yang berbeda dengan organisasi pada umumnya.

4

Soetrisno N. 2003. Koperasi Indonesia Potret dan Tantangan.http://www.ekonomirakyat.org/edisi_17/artikel_5.htm. [21 Mei 2011].


(44)

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

KKT Lisung Kiwari yang merupakan salah satu koperasi pertanian yang terdapat di Kabupaten Bogor. Sebagai salah satu koperasi pertanian, KKT Lisung Kiwari memiliki tantangan untuk membangun koperasi dengan basis keanggotaan agar dapat digunakan sebagai wadah untuk memberdayakan anggota, mensejahterakan anggota dan berperan aktif dalam membangun pertanian. Koperasi merupakan suatu organisasi yang berbeda dengan organisasi lainnya. Hal ini dikarenakan koperasi memiliki jatidiri yang terdiri dari organisasi, nilai-nilai dan prinsip yang tidak dapat dipisahkan antara satu dan yang lainnya. Berdasarkan jatidiri yang dimilikinya, KKT Lisung Kiwari diharapkan mampu untuk mencerminkan nilai-nilai koperasi melalui prinsip-prinsip koperasi yang dijadikan sebagai pedoman dalam bekerja.

Menurut Soedjono (1997) dalam Baga et al.(2009) keberhasilan suatu koperasi dapat dilihat dari aspek makro dan aspek mikro. Keberhasilan dalam aspek makro dapat terlihat dari peranan koperasi dalam pembangunan perekonomian nasional. Sedangkan dalam aspek mikro dapat terlihat dari peran koperasi dalam memenuhi kebutuhan anggota sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan anggota. Keberhasilan koperasi dalam aspek mikro dapat dilihat dari dua segi yaitu unit usaha dan organisasi. Jika dilihat dari segi unit usaha KKT Lisung Kiwari sudah dapat dikatakan berhasil. Hal ini didasari oleh peningkatan jumlah anggota koperasi, peningkatan modal koperasi yang berasal dari anggota, peningkatan laba koperasi dan volume penjualan. Namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah dengan keberhasilan dalam segi unit usaha, KKT Lisung Kiwari sudah dapat dikatakan berhasil. Karena menurut Baga et al.(2009) terdapat koperasi-koperasi yang berhasil secara unit usaha namun tidak memiliki kekuatan organisasi. Sehingga untuk melihat perkembangan koperasi secara keseluruhan perlu juga dilihat dari segi organisasinya. Untuk mengetahui perkembangan organisasi koperasi dapat dilihat dari kinerja manajemen KKT Lisung Kiwari dalam menjalankan koperasi.

Pengukuran kinerja koperasi sangat diperlukan karena dapat digunakan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas koperasi dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehingga dapat diketahui apakah pencapaian kinerja KKT Lisung Kiwari


(45)

sudah sesuai dengan harapan anggota. Kuantitas koperasi dapat dilihat berdasarkan target kerja yang sudah dicapai oleh koperasi. Sebagai sebuah koperasi pertanian, KKT Lisung Kiwari diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan anggota yang berprofesi sebagai petani seperti membantu dalam penyediaan input-input pertanian, pengemasan produk pertanian petani, hingga pemasaran produknya. Sehingga fungsi dari koperasi sebagai organisasi yang dapat meningkatkan pendapatan dan bargaining position petani dapat terwujud. Sedangkan kualitas kinerja koperasi dapat dilihat dari kesempurnaan pekerjaan yang telah dilakukan oleh manajemen koperasi. Hal ini didasarkan pada kemampuan KKT Lisung Kiwari dalam menyediakan kebutuhan-kebutuhan anggota. Sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang telah dilakukan oleh koperasi dalam bentuk program-programnya sudah sesuai dengan harapan anggota.

Instrumen yang digunakan dalam pengukuran kinerja KKT Lisung Kiwari adalah Penilaian Tangga Perkembangan (PTP) bagi koperasi. PTP ini digunakan karena dapat memberikan data dasar mengenai kapasitas kelembagaan koperasi sehingga dapat memudahkan para pengambil keputusan untuk melakukan tindakan-tindakan pada kegiatan organisasi, unit usaha dan meningkatkan pelayanan kepada anggota. Indikator yang digunakan dalam penilaian kinerja koperasi adalah visi, kapasitas, sumberdaya dan jaringan kerja. Visi digunakan sebagai indikator penilaian dikarenakan koperasi merupakan organisasi yang berbasiskan anggota sehingga perlu diketahui mengenai tujuan jangka panjang koperasi. Hal ini sesuai dengan prinsip koperasi yaitu pengendalian secara demokratis oleh anggota. Melalui kesamaan visi diantara anggota diharapkan dapat meningkatkan partisipasi anggota dalam seluruh kegiatan koperasi.

Kapasitas dijadikan sebagai indikator karena koperasi merupakan organisasi perusahaan sehingga diperlukan indikator yang berorientasi pada kapasitas manajemen koperasi. Manajemen koperasi merupakan salah satu pendukung keberhasilan organisasi. Melalui manajemen yang efektif, koperasi dapat mengembangkan dirinya sebagai sebuah organisasi yang dapat mengelola bisnisnya sehingga dapat memberikan keuntungan bagi anggota (Hanel 1992). Indikator sumberdaya dipilih karena tidak dapat dipungkiri bahwa koperasi


(46)

memiliki dua dimensi yaitu sosial dan ekonomi. Sehingga indikator yang berfokus pada sistem dan sumberdaya keuangan sangat diperlukan untuk dimensi ekonomi koperasi. Sedangkan indikator jaringan kerja digunakan karena sebagai sebuah organisasi koperasi dituntut untuk dapat memiliki daya saing. Salah satu cara untuk memenangkan persaingan adalah melalui jaringan kerja yang dibentuk oleh koperasi. Melalui pengukuran kinerja tersebut diharapkan dapat diketahui apakah output yang dihasilkan oleh KKT Lisung Kiwari sudah dengan harapan anggota. Karena dalam organisasi koperasi dibutuhkan kesesuaian antara anggota, manajemen, dan program koperasi.

Anggota merupakan ujung tombak koperasi sebagai perkumpulan orang. Sehingga dibutuhkan informasi yang berasal dari anggota yang berkaitan dengan kebutuhannya. Manajemen koperasi berfungsi untuk mewujudkan keinginan anggota dalam bentuk program-program yang sesuai dengan kebutuhan anggota. Melalui program-program yang ada pada KKT Lisung Kiwari, kemudian dilihat apakah terdapat manfaat yang dapat diperoleh anggota. Manfaat yang dianalisis adalah manfaat ekonomi dan manfaat sosial. Hal ini dikarenakan adanya dua dimensi yang dimiliki oleh koperasi yaitu dimensi ekonomi dan dimensi sosial.

Koperasi jika dipandang dalam dimensi ekonomi dapat memberikan manfaat ekonomi kepada anggota berdasarkan keunggulan yang dimiliki oleh koperasi. Economics of Scale merupakan salah satu keunggulan koperasi dibandingkan organisasi lainnya. Koperasi juga memiliki kemampuan kompetisi terutama jika koperasi mampu menciptakan economics of scale sehingga dapat menetapkan harga yang bersaing di pasar. Melalui bargaining position koperasi juga dapat menciptakan kekuatan dalam penawaran produk sehingga pendapatan anggota koperasi dapat meningkat. Kemudahan anggota untuk mendapatkan sarana produksi pertanian dapat terjadi karena koperasi melakukan integrasi vertikal hulu dengan berbagai organisasi yang dapat menunjang kegiatan koperasi. Oleh sebab itu dibutuhkan pertukaran informasi agar koperasi mengetahui hal-hal apa saja yang dibutuhkan oleh anggota sehingga koperasi dapat memberikan pelayanan yang maksimal bagi anggotanya. Sedangkan jika dilihat dalam dimensi sosial, koperasi dapat memberikan manfaat-manfaat sosial seperti pendidikan, suasana sosial kemasyarakatan, dan kepedulian terhadap lingkungan hidup.


(1)

Lampiran 7.

Penilaian Tangga Perkembangan KKT Lisung Kiwari

No Variabel Indikator Skor Zonasi

1 Visi

1) Keterwakilan kaum muda dan golongan minoritas dalam staf dan kepengurusan koperasi

yang didukung oleh anggaran dasar dan keputusan-keputusan 4

2) Efektifitas koperasi dalam melakukan hubungan dengan anggota 5

3) Upaya koperasi dalam melakukan pengembangan sosial 4

4) Tingkat komitmen koperasi pada pembangunan sosial 4

5) Efektivitas kepemimpinan dan manajemen pengurus 3

6) Sifat rencana strategis dan efektivitasnya 4

7) Keberadaan mekanisme penyelesaian pertentangan dalam anggaran dasar 3

Sub Total 27 Hijau

2 Kapasitas

1) Tingkat struktur dan staf organisasi mencerminkan sebuah koperasi yang memiliki daya

hidup dan berhasil 3

2) Tingkat resistensi pegawai senior dalam manajemen lima tahun terakhir 5

3) Tingkat kepuasan terhadap syarat-syarat pelayanan bagi staf koperasi 4

4) Tingkat komitmen koperasi mengenai pentingnya pelatihan 3

5) Efektivitas langkah-langkah yang diambil koperasi untuk menurunkan biaya 4

6) Pemeliharaan sistem operasi dan pengaturan keuangan koperasi 5

7) Respon terhadap audit dalam lima tahun terakhir 0


(2)

9) Keterlambatan laporan-laporan keuangan koperasi 0

Sub Total 29 Hijau

3 Sumberdaya

1) Kecukupan modal organisasi 10

2) Pertumbuhan aset dalam arti ril tiga tahun terakhir 6

3) Perlindungan terhadap ekuiti dan pengelolaan aset secara menguntungkan 10

4) Efektivitas kedudukan kebijakan perkreditan dan prosedur pengendalian 10

Sub Total 36 Hijau

4 Jaringan Kerja

1) Kebijakan fiskal dalam organisasi 4

2) Hubungan organisasi dengan pemerintah 4

3) Tingkat kepuasan hubungan antara organisasi dengan koperasi puncaknya (gerakan

koperasi) 0

4) Hubungan koperasi dengan koperasi yang sedang berkembang/ mitra kerja 4

Sub Total 12 Kuning

Total 104 Hijau


(3)

(4)

Lampiran 8

. Dokumentasi Kegiatan

Kantor KKT Lisung Kiwari

Tempat penjualan bibit dan pupuk


(5)

Tempat penjemuran gabah

Gudang penyimpanan beras

Tempat yang biasa digunakan dalam RAT Bale pertemuan (saung)

Unit usaha sembako


(6)