Tujuan Metodologi Pembatasan Masalah Perbedaan Intensitas Nyeri Sebelum dan Sesudah di Lakukan Intervensi Pada Kelompok Intervensi

4 lereng akibat kesulitan kebutuhan komputasi yang intens. Selain itu, metode limit equibrilium LEM lebih murah dan mudah digunakan karena telah menyediakan angka keamanan yang muncul untuk mewakili kondisi kegagalan di lapangan dalam Metode elemen hingga FEM memberikan solusi perkiraan untuk masalah yang dinyatakan tidak dapat diselesaikan dengan metode konvensional. banyak situasi. Namun, pemodelan numerik dibatasi oleh beberapa keterbatasan. Misalnya parameter masukan biasanya tidak diukur dan ketersediaan data ini umumnya sedikit dan juga keterbatasan hardware dan memori komputer serta waktu. Keterbatasan dan keunggulan yang ditawarkan oleh kedua metode membuat beberapa metode dianggap sebagai metode yang cocok untuk diterapkan dalam praktek nyata. Oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui keunggulan dan keterbatasan kedua metode sebelum memilih metode yang cocok untuk tujuan desain .

1.2. Tujuan

Berdasarkan permasalahan yang diuraikan pada bagian latar belakang, dapatlah diambil suatu rumusan yang akan digunakan sebagai acuan dalam Penulisan Tugas Akhir ini, seberapa besar perbedaan antara Metode Limit Equilibrum LEM bila dibandingkan dengan metode lainnya dalam hal penurunan persamaan angka keamanan, dan angka keamanan yang dihasikan dibandingkan dengan Metode Finit Elemen FEM. 5

1.3. Metodologi

Penyusunan Tugas Akhir ini dilakukan dengan metode studi literatur, dimana data-data tanah yang akan dikelola diperoleh dari data skunder hasil tes di lapangan, tes di laboratorium. Dan pengolahan data mengunakan dua program komputer yaitu Program Limit Equilibrium SlopeW untuk metode limit equibrilium dan Program Finite Element Plaxis untuk metode finite element. Hasil perhitungan dari metode limit equibrilium dan metede finite element nantinya akan dibandingkan.

1.4. Pembatasan Masalah

Agar penelitian terfokus pada rumusan masalah, maka perlu diberikan batasan – batasan. Adapun batasan – batasan masalahnya sebagai berikut : A. Kasus: Analisis lereng Homogen Bendung Kwala Bekala Kampus USU Kwala Bekala B. . Perhitungan menggunakan Program Limit Equilibrium untuk analisis keseimbangan batas dan Program Finite Element untuk analisis C. elemen hingga. D. Data Perhitungan analisis elemen hingga adalah dari perhitungan Tugas Akhir Eduard J. H. Larosa Analisis LEM berdasarkan metode Fellenius, Metode Bishop, Metode

1.5. Sistematika Penulisan

Janbu, Metode Spencer , dan Morgenstern Price Penulisan skripsi ini disajikan dalam lima bab dengan sistematika sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN 6 Bab ini berisikan latar belakang, tujuan dan manfaat, metodologi, pembatasan masalah, dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi konsep dan teori tentang tanah jenis-jenis stabilitas lereng, defenisi angka keamanan, metode analisis stabilitas lereng, prinsip kesetimbangan dan prinsip finite elemen. BAB III : METODOLOGI Bab ini berisi tentang pemodelan studi parameter dan penggunaan perangkat lunak software dalam perhitungan. BAB IV : Perbandingan Antara: Metode Limit Equilibrium dan Metode Finite Element Dalam Analisis Stabilitas Bab ini berisi tentang perhitungan besarnya angka keamanan yang di dapat dari perhitungan masing masing perangkat lunak. Lereng BAB V : PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan dan saran-saran penulis dari hasil perhitungan Perbandingan Antara Metode Limit Equibrilium Dan Metode Finite Element Dalam Analisis Stabilitas Lereng

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Nyeri 1. Defenisi Nyeri

Nyeri merupakan kondisi perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibanding suatu penyakit manapun. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial Bare dan Smeltzer, 2001, hal. 212. Menurut Telfer 1997, nyeri merupakan fenomena multifaktorial yang subjektif, personal, dan kompleks yang dipengaruhi oleh faktor psikologis, biologis, sosial budaya, dan ekonomi Fraser, D. M., dan Cooper, M. A., 2009, hal. 461.

2. Teori Nyeri

Terdapat beberapa teori tentang terjadinya ransangan nyeri, diantaranya : Transmisi nyeri, impuls nyeri berjalan sepanjang saraf sensorik ke ganglion akar dorsal dari saraf spinal terkait dan masuk ke dalam kornu posterior medula spinalis. Hal ini disebut neuron pertama. Neuron kedua muncul di kornu posterior, melintang di dalam medula spinalis persimpangan sensorik dan mengantarkan impuls melalui medula oblongata, pons varolli dan otak tengah ke talamus. Dari sini impuls berjalan sepanjang neuron ketiga menuju korteks sensorik. Teori Pengendalian Gerbang gate control theory, mekanisme hambatan neurol atau spinal terjadi dalam substansi gelatinosa yang terdapat di kornu dorsal 6 medula spinalis. Impuls saraf yang diterima oleh nosiseptor, reseptor nyeri pada kulit dan jaringan tubuh dipengaruhi oleh mekanisme tersebut. Posisi hambatan menentukan apakah impuls saraf berjalan bebas atau tidak ke medula dan talamus sehingga dapat mentransmisikan impuls atau pesan sensori ke korteks sensorik. Jika hambatan tersebut tertutup, hanya terdapat sedikit konduksi atau bahkan tidak sama sekali. Jika hambatan terbuka, impuls dan pesan dapat melewatinya dan ditransmisikan secara bebas Fraser, D. M., dan Cooper, M. A., 2009, hal 464.

3. Respon Nyeri

Respon seorang terhadap nyeri bervariasi, ada yang sakit dan ada yang tidak merasakan respon tingkah laku terhadap nyeri yang dialami Prawihardjo ada tiga respon pada nyeri yakni psikologis, psikomotor, dan afektif. Keparahan nyeri dan durasinya mempengaruhi respon pada nyeri . Nyeri ringan yang hanya sebentar bisa menghasilkan sedikit atau tidak ada sama sekali respon tingkah laku. Namun nyeri berat yang meskipun hanya sebentar biasanya menghailkan refleks aksi menghindar penyebab nyeri Perry Potter, 2000. Sehingga nyeri tidak dapat diukur secara objektif dan hanya bertumpu pada ucapan dan prilaku klien karena hanya klien yang bisa mengetahui nyeri yang dialaminya.

4. Persepsi Nyeri

Persepsi nyeri melibatkan proses sensorik ketika rangsangan nyeri itu muncul. Ini melibatkan interpretasi seseorang terhadap nyerinya . Dalam hal ini diperlukan adanya suatu adaptasi seseorang dalam menghadapi nyeri berulang-ulang yang dialaminya, maka nyeri akan terasa ringan dibandingkan dengan nyeri yang tiba-tiba terjadi tanpa ada persiapan atau adaptasi sebelumnya dari si penderita Perry Potter, 2000.

B. Nyeri Haid 1. Defenisi Nyeri Haid

Nyeri haid adalah haid yang terasa nyeri yang dialami 75 wanita pada saat sepanjang usia reproduktifnya yang disebabkan oleh hormon prostaglandin dalam jumlah berlebihan pada saat menstruasi Stoppard. 2006. hlm 247. Nyeri haid nyeri pada daerah panggul akibat menstruasi dan produksi zat prostaglandin. Derajat nyeri dan kadar gangguan tentu tidak sama untuk setiap wanita. Nyeri berkurang setelah menstruasi, namun pada beberapa wanita nyeri bisa terus dialami selama periode menstruasi. Penyebab nyeri berasal dari otot rahim. Seperti semua otot lainnya, otot rahim dapat berkontraksi dan relaksasi. Saat menstruasi kontraksi lebih kuat, kontraksi yang terjadi adalah akibat suatu zat yang namanya prostaglandin. Prostaglandin dibuat oleh lapisan dalam dari rahim. Sebelum menstruasi terjadi zat ini meningkat dan begitu menstruasi terjadi, kadar prostaglandin menurun. Hal ini dapat menjelaskan mengapa sakit cenderung berkurang setelah beberapa hari setelah menstruasi Proverawati. 2009. hlm 84.

2. Pembagian Jenis Nyeri Haid

Nyeri haid dikategorikan oleh dokter menjadi dua jenis Stoppard. 2006. hlm. 247. a. Disminorrea primer Cenderung mulai dua atau tiga tahun setelah menstruasi dimulai, dan ovulasi telah berlangsung penyebab kelainan ini biasanya tidak ditemukan dan gangguan sering kali hilang pada usia sekitar 25 tahun dan jarang dijumpai setelah kelahiran anak. Namun, ini dapat berlanjut setelah kelahiran anak dan pada pertengahan usia 30-an. faktor penyebab antara lain faktor psikis, faktor endokrin dan faktor prostaglandin. Teori ini menyatakan bahwa nyeri menstruasi timbul karena peningkatan produksi prostaglandin oleh dinding rahim saat menstruasi. Ciri-ciri disminore primer adalah terjadi beberapa waktu atau 6 – 12 bulan sejak menstruasi pertama menarche,rasa nyeri timbul sebelum menstruasi atau di awal menstruasi,berlangsung beberapa jam nyeri hilang timbul,menusuk – menusuk pada umunya di perut bagian bawah, kadang menyebar ke sekitar pinggang, paha, disertai mual, muntah, sakit kepala, diare, sering buang air kecil, berkeringat. b. Disminorea sekunder Lebih sering dijumpai pada usia dewasa dan menimbulkan kram perut 1 atau 2 minggu sebelum mulai haid.ini biasanya merupakan gejala suatu kelainan dasar seoerti endometriosis atau perlekatan. Ciri-ciri disminorea sekunder antar lain,perdarahan berat atau abnormal, nyeri perut dan panggul, sering menimbulkan nyeri senggama, nyeri kram berat, timbul sebelum haid dan berlanjut selama menstruasi lalu mereda secara bertahap setelah menstruasi, nyeri saluran kemih atau usus besar termasuk diare, gangguan kesuburan.

3. Patofisiologi Nyeri Haid Primer

Nyeri haid primer adalah nyeri yang terjadi selama masa menstruasi dan selalu berhubungan dengan siklus ovulasi disebabkan oleh kontraksi dari miometrium yang diinduksi oleh prostaglandin tanpa adanya kelainan patologis pelvis. Pada remaja dengan nyeri haid primer akan dijumpai peningkatan prostaglandin oleh endometrium dengan pelepasan terbanyak selama menstruasi pada 48 jam pertama dan berhubungan dengan beratnya gejala yang terjadi Speroff dan Fritz, 2005. Setelah terjadi proses ovulasi sebagai respon peningkatan produksi progesteron Guyton dan Hall, 2007, asam lemak akan meningkat dalam fosfolipid membran sel. Kemudian asam arakidonat dan asam lemak omega-7 lainnya dilepaskan dan memulai suatu aliran mekanisme prostaglandin dan leikotrien dalam uterus. Kemudin berakibat pada termediasinya respon inflamasi, tegang saat menstruasi menstual crmps Hillard, 2006. Hasil metabolisme asam arakodinat adalah prostaglandin PG F2- α, yang merupakan sutu cylooksigenase COX yang mengakibatkan hipertonus dan vasokonstriksi pada miometrium sehingga terjadi iskemia dan nyeri haid. Selain PGF2- α juga terdapa PGE-2 yang ikut serta menyebabkan nyeri haid primer. Peningktan level PGF2- α dan PGE-2 jelas akan meningkatkan nyeri pada nyeri haid primer. Selanjutnya peran lekotrien adalah meningkatkan sensitivitas serabut syaraf uterus Hillard, 2006. Prostaglandin F2 ∝ PGF2∝ adalah perantara yang paling berperan dalam terjadinya nyeri haid primer. Prostaglandin ini merupakan stimulan kontraksi miometrium yang kuat serta efek vasokonstiksi pembuluh darah. Peningkatan PGF2 ∝ dalam endometrium diikuti dengan penurunan progesteron pada fase luteal membuat membran lisosomal menjadi tidak stabil sehingga melepaskan enzim lisosomal. Pelepasan enzim ini menyebabkan phospholipase A2 yang berperan pada konvesi fosfolipid menjadi asam arakidonat dan selanjutnya menjadi PGF2 ∝ dan prostaglandin E2 PGE2 melalui siklus endoperoxidase dengan perantara prostaglandin G2 PGG2 dan prostaglandin H2 PGH2. Peningkatan kadar prostaglandin ini mengakibatkan peningkatan tonus miometrium dan kontraksi uterus yang berlebihan sehingga menyebabkan nyeri pada saat menstruasi Braverman dan Sondhelmer, 1997 dalam Mc Lachlan et all, 2002.

4. Pengkajian nyeri

Pengkajian nyeri yang faktual dan akurat dibutuhkan untuk menetapkan data dasar, untuk menetapkan diagnosa kebidanan yang tepat, untuk menyeleksi terapi yang cocok, dan untuk mengevaluasi respon klien terhadap terapi. Saat mengkaji nyeri, bidan harus sensitif terhadap intensitas ketidaknyamanan klien Potter Perry, 2005. Pengkajian karakteristik nyeri sangat membantu dalam membentuk pola nyeri dan tipe terapi yang digunakan untuk mengatasi nyeri. Adapun karakteristik nyeri meliputi : skala nyeri, lokasi, keparahan, dan pola nyeri, tindakan untuk menghilangkan nyeri dan gejala penyerta. Untuk mengukur intensitas keparahan nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan skala pengukuran nyeri yaitu numerical rating scale. Gambar 1. Skala Sederhana Intensitas Nyeri Numerical Rating Scale A | | | | | | | | | | | 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tidak nyeri Sangat nyeri Dengan kriteria nyeri adalah : a. Skala 1-3 merupakan nyeri ringan dimana secara objektif, klien masih dapat berkomunikasi dengan baik. Nyeri yang hanya sedikit dirasakan. b. Skala 4-6 merupakan nyeri sedang dimana secara objektif, klien mendesis, menyeringai dengan menunjukkan lokasi nyeri. Klien dapat mendeskripsikan rasa nyeri, dan dapat mengikuti perintah. Nyeri masih dapat dikurangi dengan alih posisi. c. Skala 7-9 merupakan nyeri berat dimana klien sudah tidak dapat mengikuti perintah, namun masih dapat menunjukkan lokasi nyeri dan masih respon terhadap tindakan. Nyeri sudah tidak dapat dikurangi dengan alih posisi. d. Skala 10 merupkan nyeri sangat berat. Klien sudah tidak dapt berkomunikasi Klien akan menetapkan suatu titik pada skala yang berhubungan dengan persepsinya tentang intensitas keparahan nyeri Potter Perry, 2005.

5. Penatalaksanaan Nyeri Haid

Beberapa pengobatan nonfarmakologis yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri haid antara lain dengan mnegkonsumsi vitamin E dan penggunaan aromaterapi. Vitamin E merupakan antioksidan alami yang dapat membantu seluruh sel dan jaringan tubuh memperbaiki serta mangatasi peradangan atau inflamasi, salah satunya adalah nyeri. Asupan vitamin E membantu menstabilkan aliran menstruasi dengan memperbaiki lapisan rahim Vedder, 2007. Selain mengkonsumsi vitamin E penggunaan aromaterapi dikenal sebagai salah satu cara terapi kesehatan yang aman dan nyaman dengan menggunakan minyak esensil atau saripati hasil ekstraksi bagian-bagian tumbuhan untuk memperlancar haid. Aromaterapi bekerja dengan mempengaruhi kerja otak, saraf- saraf penciuman yang secara langsung berhubungan dengan hipotalamus, bagian otak yang mengendalikan sistem kelenjar yang mengatur hormon-hormon yang mempengaruhi aktivitas tubuh, dan mempengaruhi kerja sistem limbik yang berhubungan dengan sirkulasi darah Price, 2001. Menurut Andersch dan Milson membagi tingkatan nyeri haid dalam 4 derajat, yaitu: Tingkat 0 nyeri sangat ringan atau tidak ada dan aktivitas sehari-hari tidak terpengaruh, tingkat I nyeri ringan, tidak memerlukan analgetika dan aktivitas sehari-hari tidak terganggu, tingkat II nyeri sedang, memerlukan analgetika dan aktivitas sehari-hari terganggu tapi jarang mangkir dari sekolah atau pekerjaan, tingkat III nyeri berat, yang tidak bermakna berkurang dengan analgetika dan tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari timbul keluhan vegetatif misalnya nyeri kepala, kelelahan, mual dan muntah.

C. Terapi Pijat 1. Defenisi

Pemijatan adalah perawatan untuk jaringan lunak di tubuh-kulit, lemak- otot dan jaringan ikat yang mengikat organ serta struktur yang berada di dalamnya. Pemijatan melibatkan serangkaian gerakan, utamanya dengan menggunakan kedua tangan. Setiap gerakan dilakukan dengan cara tertentu untuk mendapatkan efek tertentu. Pemijatan dengan cepat di pagi hari dan menyegarkan Atkinson, 2011. Pemijatan juga dapat meredakan nyeri pijatan perut bagian bawah.punggung bawah,dan tungkai bisa meredakan nyeri haid Stoppard, 2006. Pemijatan merupakan salah satu jenis penyembuhan tertua. Sejarahnya berasal dari China dan India pada ribuan tahun yang lalu. Saat ini, pemijatan dinikmati oleh orang-orang dari segala usia dan berbagai gaya hidup. Beragam teknik dari budaya yang berbeda dipadukan menjadi berbagai rangkaian pijatan yang memberikan penanganan efektif untuk gangguan kesehatan. Pemijatan menawarkan berbagai manfaat yang luas bagi tubuh dan pikiran. Fakta ini telah diakui oleh banyak perusahaan yang mengikuti tradisi belahan dunia timur dengan memperkenalkan seni pemijatan di tempat kerja untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas.

2. Manfaat

Manfaat pemijatan dapat dirasakan langsung pada titik yang bermasalah terutama dibagian otot dan persendian dan membantu meredakan rasa nyeri di daerah tertentu, sehingga meredakan gejala ketegangan pada mata, nyeri pada kaki, nyeri pada punggung dan sakit kepala, pemijatan yang teratur bisa membantu meningkatkan kekuatan dan kelenturan otot serta persendian, memperbaiki mobilaitas dan membantu mencegah rasa nyeri, sakit, kaku yang sering dialami dalam kehidupan sehari-hari, pemijatan dengan gerakan cepat bisa meningkatkan tingkat energi fisik dan mental, dan kewaspadaan mental, pemijatan dengan gerakan yang bersifat menenangkan bisa memberikan relaksasi bagi pikiran, tubuh, dan selanjutnya akan meredakan ketegangan dan rasa cemas, mengurangi bertambahnya dampak akibat stres juga mendorong tubuh untuk berfungsi dengan lebih efektif, pemijatan yang bersifat merilekskan akan memberikan kualitas tidur yang lebih baik dan sebagai gantinya meningkatkan tempramen serta kesehatan pada umumnya.

3. Persiapan dan Cara Melakukan

Persiapan yang dilakukan yaitu luangkan waktu untuk menyelesaikan rangkaian pemijatan yang dilakukan sendiri. Pemijatan ini dilakukan sebaiknya pada pagi hari. Apabila memakai beberapa perhiasan seperti jam, cincin, atau gelang sebaiknya di lepas. Gunakan minyak esenssial seperti minyak kelapa hijau. Sediakan matras dan bantal untuk sandaran tubuh. Periksa postur tubuh sehingga dapat melakukan pemijatan sendiri tanpa mengalami ketegangan atau peregangan berlebihan. Ada 10 langkah pemijatan yang dilakukan untuk mengatasi nyeri haid yaitu dan tiga langkah tekhnik pendinginannya. Pertama mulailah pemijatan dengan duduk di lantai ,tempatkan kedua tangan di pangkuan, bernapaslah dalam-dalam dan perlahan, ketika saat mengambil napas, bayangkan sedang menyerap cahaya berwarna merah muda yang naik dari arah jari jemari kaki dan bergerak melalui seluruh tubuh yang membuat merasa lembut dan feminin. Ketika menghembuskan napas, cobalah menyingkirkan ketegangan dan pikiran negatif apapun. Kedua tempatkanlah satu tangan di bagian solar plexus, daerah berbentuk segitiga yang terbentuk oleh beberapa rusuk bagian bawah. Letakkan telapak tangan lainnya sedikit dibawah pusar.duduklah dengan tenang selama 2 atau 3 menit,bernapaslah dengan irama yang normal. Ketiga dengan tangan kiri masih berada di solar plexus, gunakan telapak tangan kanan untuk membuat 10 kali gerakan melingkar di sekitar pusar dengan lembut. Keempat tempatkan kedua telapak tangan di bagian perut, dengan posisi kebawah. Gerakan kedua tangan ke atas, dengan gerakan memutar ke arah luar hingga saling menjauh. Pertemukan kembali kedua tangan di bagian bawah lingkaran, lanjutkan hingga membentuk dua lingkaran lagi. Ulangilah sesering mungkin. Dengan demikian mengikuti gerakan yang sama. Kelima dengan menggunakan kedua tangan seperti pada langkah 4, kali ini buatlah gerakan memutar yang lembut dengan ruas ujung jemari. Keenam usaplah seluruh daerah tekanan seperti mengelus. Gerakkan kedua tangan dengan perlahan dan tangan kearah atas, gerakkan bergantian atau bersamaan tergantung mana yang terasa paling baik. Ketujuh letakkan kedua tangan kedua sisi pinggang dengan posisi ibu jari mengarah ke perut dan jemari lainnya berada di bagian pinggang. Dengan permukaan jemari tangan, buatlah gerakan mengusap yang ringan dan memutar di seluruh bagian pinggang. Lanjutkan selama itu terasa menyenangkan. Lakukan peregangan hanya sejauh bisa menjangkaunya dengan nyaman. Kedelapan dengan kedua tangan pada kedua sisi tulang belakang dan ujung jemari mengarah ke bawah, gelincirkan kedua tangan dengan kuat ke arah bawah dari pinggang hingga bokong. Jika sudah merasa nyaman, gunakan bagian belakang tangan ulangilah sebanyak 3 kali. Kesembilan gunakan ruas ujung jari untuk bekerja lebih mendalam ke area ketegangan mana pun di pinggang. Temukan titik masalah dan redakan dengan gerakan meremas yang lembut. Kesepuluh lemaskan punggung anda dengan gerakkan mengusap menggunakan kedua tangan bergantian. Gunakan telapak tangan bagian belakang tangan, jika ini terasa lebih nyaman untuk memberikan usapan ke atas, dari bokong ke pinggang. Satu tangan bergerak mengikuti yang lainnya untuk mengusap seluruh area. Kesebelas pertemukan kedua telapak kaki anda hingga saling menempel dan tahanlah dengan kedua tangan. Ambillah napas mendalam dan hembuskan. Kemudian condongkan tubuh ke depan sejauh yang bisa dilakukan dengan nyaman.Tahanlah peregangan ini hingga hitungan ke-5, bernapaslah dengan normal. Keduabelas perlahan duduklah dan ambillah napas mendalam beberapa kali. Silangkan kedua pergelangan kaki anda. Angkat kedua tangan anda di atas kepala dan dengan perlahan buatlah lingkaran sebanyak tiga kali untuk meredakan ketegangan di bahu. Dan yang terakhir berbaringlah dengan kedua tangan berada di atas perut. Berbaringlah tanpa bergerak selama beberapa menit untuk merampungkan rangkaian latihan.

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESA, DAN DEFENISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi efektivitas pemberian terapi pijat terhadap nyeri haid. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pemberian terapi pijat dan variabel dependen adalah intensitas nyeri haid. Penelitian ini terdiri dari dua kelompok, kelompok kontrol dan kelompok intervensi yang diidentifikasi berdasarkan intensitas nyeri haid sesudah diberikan terapi pijat. Hasil yang diharapkan adalah terdapat penurunan intensitas nyeri haid setelah diberikan terapi pijat. Secara skematis, kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut : Variabel Independen Variabel Dependen Skema 3.1. Kerangka Konsep

B. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah ada pengaruh pemberian terapi pijat terhadap intensitas nyeri haid. Remaja puteri yang mengalami nyeri haid Kelompok intervensi yang diberikan terapi pijat Kelompok kontrol Tanpa terapi pijat Intensitas nyeri haid

C. Defenisi Operasional

Tabel 3.1 Defenisi Operasional No Variabel Defenisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1. Variabel dependen Nyeri haid Nyeri haid adalah nyeri yang berupa kram pada perut bagian bawah yang dialami wanita segera setelah permulaan haid dan biasanya menetap sepanjang hari pertama dan dapat berlangsung selama 48 jam . Format observasi dengan menggunakan skala nyeri post intervensi Skala nyeri responden Rasio 2. Variabel independen Terapi pijat Terapi pijat yang dilakukan 1 x 1 hari selama 30 menit saat menjelang haid Format observasi 0=tidak dilakukan 1=dilakuk an Nominal

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, menggunakan desain penelitian quasi-eksperimen yang bersifat two group postest yaitu rancangan yang berupaya mengungkapkan hubungan sebab akibat dimana rancangan ini menggunakan kelompok intervensi dan kontrol untuk mengidentifikasi pengaruh pemberian terapi pijat terhadap nyeri haid. Desain ini digambarkan : Kelompok Perlakuan Post-test X I 01 Y 01 Skema 4.1. Desain Penelitian Keterangan: X : Kelompok intervensi Y : Kelompok kontrol I : Perlakuan 0 : Tidak diberikan perlakuan 01: pengukuran intensitas nyeri haid 20

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi SMA Negeri 11 Medan kelas XI Tahun 2012 yang mengalami nyeri haid primer yaitu 43 siswi.

2. Sampel

Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling. Dengan teknik ini seluruh populasi dijadikan sampel. Sampel dibagi menjadi dua kelompok yang dipilih berdasarkan kelas dan dibagi menjadi dua kelompok, kemudian satu kelompok diberi intervensi, dan satu kelompok sebagai kelompok kontrol. Kriteria sampel dalam penelitian adalah sebagai berikut : a. Mengalami nyeri haid b. Tidak mendapat tindakan lain atau mengkonsumsi obat-obatan. c. Bersedia menjadi responden. d. Usia 14-17 tahun.

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 11 Medan alasan peneliti memilih lokasi ini karena SMA Negeri 11 Medan merupakan lembaga pendidikan yang memiliki letak strategis dan dianggap sesuai dengan karakteristik responden. D. Waktu Penelitian Proses pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni tahun 2012.

E. Etika Penelitian

Penelitian dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari institusi pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan Univeritas Sumatera Utara dan izin dari Kepala Dinas Pendidikan Kantor wilayah Medan tembusan untuk Kepala SMA Negeri 11 Medan. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan prinsip etik penelitian, yaitu: memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian, menjelaskan manfaat penelitian dan prosedur penelitian. Terkait dengan subjek penelitian, prinsip etika penelitian adalah mengatur perlindungan terhadap partisipan dan pertanggungjawaban peneliti terhadap subjek penelitian dalam bentuk informed consent yaitu kesediaan yang disadari oleh subjek penelitian calon responden secara sosial. Calon responden yang bersedia dipersilahkan untuk menandatangani informed consent dan disebut responden. Tetapi calon responden yang tidak bersedia berhak untuk menolak dan mengundurkan diri. Dalam upaya mencapai informed consent tersebut, etika penelitian juga mengatur tentang adanya anonimitas dan kerahasiaan. Peneliti menjanjikan bahwa identitas subjek penelitian akan dirahasiakan dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen, tetapi dengan menggunakan inisial. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

F. Alat Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner yang disusun berdasarkan kerangka konsep dan tinjauan pustaka. Instrumen penelitian ini terdiri dari data demografi responden dan skala nyeri. Data kuesioner demografi responden terdiri dari 4 pertanyaan yaitu usia, suku, agama dan siklus haid. Selanjutnya untuk menilai intensitas nyeri haid adalah kuesioner skala nyeri sesudah diberikan terapi pijat. Hasil dari pengukuran skala nyeri haid responden di tulis di lembar observasi.

G. Uji Validitas dan Realibilitas

Alat ukur harus diuji validitas dan realibilitasnya. Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah alat ukur yang sudah valid dan reliabel, sehingga tidak perlu lagi diuji validitas dan realibilitasnya. Alat ukur skala nyeri yang digunakan adalah Numerical Rating Scale NRS yaitu alat pendeskripsi dengan skala 0-10 Potter Perry, 2005.

H. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara dan telah mendapat izin dari Kepala Dinas Pendidikan Kantor Wilayah tembusan Kepala Sekolah SMA Negeri 11 Medan. Setelah mendapat izin, peneliti melaksanakan pengumpulan data pada siswi yang mengalami nyeri haid sesuai dengan kriteria penelitian. Pada saat pengumpulan data, peneliti menjumpai calon responden di sekolah setelah terlebih dahulu menanyakan keluhan yang dialami, dengan dibantu oleh pihak sekolah, dalam hal ini peneliti dibantu oleh ibu Zubaidah Ritonga, S.Pd dalam menjelaskan kepada responden mengenai penelitian yang dilakukan. Setelah peneliti menjumpai calon responden maka peneliti menjelaskan tujuan, manfaat penelitian, prosedur penelitian dan apa yang dirasakan setelah diberikan terapi pijat serta cara pengisian kuesioner. Kemudian peneliti meminta kesediaan calon responden yang memenuhi kriteria penelitian diminta untuk menandatangani lembar persetujuan informed consent dan mengisi kuesioner data demografi. Setelah itu, peneliti kemudian meminta nomor telepon seluler responden untuk meminta kerjasama responden saat responden mengalami haid, responden menghubungi peneliti, kemudian peneliti menjumpai responden. Dalam hal ini, peneliti memisahkan antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Pada kelompok kontrol, peneliti hanya mengukur intensitas nyeri responden. Sedangkan pada kelompok intervensi peneliti dan dibantu oleh guru- guru SMA Negeri 11 Medan memberikan terapi pijat. Terapi pijat diberikan 1 kali selama 30 menit, nyeri yang di alami responden di ukur dengan Skala Numerik Numerical Rating Scale.

I. Analisis Data

Analisa data dilakukan setelah seluruh data terkumpul melalui beberapa tahap yaitu, editing untuk memeriksa data responden, kemudian diberi nomor responden untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, kemudian merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka coding untuk memudahkan melakukan analisa data, selanjutnya memasukkan data entry ke computer dan dilakukan pengolahan data dengan tehnik komputerisasi. 1. Univariat Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan karekteristik masing-masing variabel yang diteliti. Data yang bersifat ketegorik meliputi usia, suku, agama, dan siklus haid dicari frekuensi dan persentase. Data yang bersifat numerik meliputi skala nyeri, dicari mean, dan standar deviasinya kemudian disajikan dalam bentuk tabel. 2. Bivariat Analisis ini digunakan untuk menguji pengaruh pemberian terapi pijat terhadap nyeri haid. Dalam menganalisis data secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan uji statistic uji t-independent digunakan untuk membandingkan nyeri haid pada kelompok intervensi dan kontrol. Taraf signifikan α = 0.05, pedoman dalam menerima hipotesis : jika data probabilitas p 0.05 maka H ditolak, apabila p 0,05 maka H gagal ditolak. Dan data disajikan dalam bentuk tabel.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang berjudul “Efektivitas Terapi Pijat dalam Penanganan Nyeri Haid Pada Remaja Puteri di SMA Negeri 11 Medan Tahun 2012”, diperoleh dari kuesioner yang diberikan kepada 21 orang responden dengan intervensi pemberian terapi pijat dan 22 orang responden tanpa diberikan terapi pijat sebagai kelompok kontrol pada remaja puteri SMA Negeri 1l Medan Tahun 2012 yang mengalami nyeri haid yang menjadi subjek penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 27 Maret sampai 5 Mei 2012, menguraikan karakteristik demografi responden, analisis intensitas nyeri haid pada kedua kelompok serta analisis perbedaan intensitas nyeri haid pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Untuk mempermudah pemahaman hasil penelitian tentang penatalaksanaan nyeri haid dengan terapi pijat di SMA Negeri 11 Medan, dapat dijelaskan sebagai berikut

1. Analisis Univariat

Analisis univariat ini bertujuan mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti yakni data demografi ibu inpartu meliputi umur, paritas, pendidikan dan mencari mean, dan standar deviasi skala nyeri persalinan. 1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Remaja Puteri Pada Kelompok Intervensi dan Kontrol Hasil penelitian diperoleh data bahwa dari 21 orang kelompok intervensi sebagian besar responden berada pada usia 16 tahun sebanyak 10 orang 47,6, 26 suku responden sebagian besar adalah Batak sebanyak 13 orang 61,9, seluruh responden beragama Islam sebanyak 21 orang 100 dan siklus haid yang dialami responden sebagian besar berada pada siklus 28 hari yaitu sebanyak 15 orang 71,4. Sedangkan pada dari 22 orang pada kelompok kontrol sebagian besar responden berada pada usia 15 dan 16 tahun sebanyak 9 orang 40,9, suku responden sebagian besar adalah Batak sebanyak 13 orang 59,1, seluruh responden beragama Islam sebanyak 22 orang 100 dan siklus haid yang dialami responden sebagian besar berada pada siklus 30 hari yaitu sebanyak 13 orang 59,1. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut ini. Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan karakteristik Remaja Puteri SMA Negeri 11 Medan pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol n=43 Karakteristik Remaja Puteri Kelompok intervensi Kelompok kontrol F F Usia • 14 tahun • 15 tahun • 16 tahun • 17 tahun 1 7 10 3 4.8 33.3 47.6 14.3 1 9 9 3 4.5 40.9 40.9 13.6 Suku • Jawa • Batak 8 13 38.1 61.9 9 13 40.9 59.1 Agama • Islam 21 100 22 100 Siklus haid • 28 hari • 30 hari 15 6 71.4 28.6 9 13 40.9 59.1 1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas Nyeri Haid pada Remaja Putri Sebelum dan Sesudah dilakukan Intervensi Pada Kelompok Intervensi Hasil penelitian pada kelompok intervensi diperoleh intensitas nyeri sebelum dilakukan terapi pijat rata-rata 5,76 dengan standar deviasi 1,300, min-max 5-9 dan 95 CI nya adalah 1,53-2,94. Sesudah dilakukan terapi pijat rata-rata 3,52 dengan standar deviasi 0,928, min-max 2-6 dan 95 CI nya adalah 1,53-2,94. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini. Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas Nyeri Haid Pada Remaja Putri Sebelum dan Sesudah Dilakukan Intervensi Pada Kelompok Intervensi Di SMA Negeri 11 Medan Tahun 2012 Variabel Mean SD Min-Max 95 CI Intensitas Nyeri Sebelum dilakukan Intervensi 5,76 1,300 5 - 9 1,53 – 2,94 Intensitas Nyeri Sesudah dilakukan Intervensi 3,52 0,928 2 – 6 1,53 – 2,94 1.3 Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas Nyeri Haid pada Remaja Putri Sebelum dan Sesudah dilakukan Intervensi Pada Kelompok Kontrol Hasil penelitian pada kelompok kontrol diperoleh intensitas nyeri sebelum dilakukan terapi pijat rata-rata 6,13 dengan standar deviasi 1,64, min-max 3-9 dan 95 CI nya adalah 0,43-2,38. Sesudah dilakukan terapi pijat rata-rata 4,72 dengan standar deviasi 1,54 min-max 2-7 dan 95 CI nya adalah 0,43-2,38. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut ini. Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas Nyeri Haid Pada Remaja Putri Sebelum dan Sesudah Dilakukan Intervensi Pada Kelompok Kontrol Di SMA Negeri 11 Medan Tahun 2012 Variabel Mean SD Min-Max 95 CI Intensitas Nyeri Sebelum dilakukan Intervensi 6,13 1,64 3 - 9 0,43 – 2,38 Intensitas Nyeri Sesudah dilakukan Intervensi 4,72 1,54 2 - 7 0,43 – 2,38

2. Analisis Bivariat

Dalam menganalisis data secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan uji statistik uji t-independent test yaitu mengukur skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan terapi pijat pada kelompok intervensi dan kontrol.

2.1 Perbedaan Intensitas Nyeri Sebelum dan Sesudah di Lakukan Intervensi Pada Kelompok Intervensi

Hasil penelitian diperoleh rata-rata skala nyeri sebelum dilakukan metode terapi pijat pada kelompok intervensi adalah 5,76 dengan standar deviasi 1,300. Rata-rata skala nyeri sesudah dilakukan metode terapi pijat 3,52 dengan standar deviasi 0,928. Beda mean 2,24 diperoleh Pvalue 0,000. Maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan signifikan skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan metode terapi pijat pada kelompok intervensi. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut ini. Tabel 5.4 Perbedaan Intensitas Nyeri Haid Sebelum dan Sesudah di Lakukan Intervensi Pada Kelompok Intervensi di SMA Negeri 11 Medan 2.2 Perbedaan Intensitas Nyeri Haid Sebelum dan Sesudah di Lakukan Intervensi Pada Kelompok Kontrol Hasil penelitian diperoleh rata-rata skala nyeri sebelum dilakukan metode terapi pijat pada kelompok kontrol 6,13 dengan standar deviasi 1,64. Rata-rata skala nyeri sesudah dilakukan metode terapi pijat pada kelompok kontrol 6,13 dengan standar deviasi 1,54. Beda mean 1,40 diperoleh p value 0,005. Maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan signifikan skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan metode terapi pijat pada kelompok kontrol. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut ini. Variabel Mean SD Beda Mean Pvalue N Intensitas Nyeri Sebelum dilakukan Intervensi 5,76 1,300 2,24 0,000 21 Intensitas Nyeri Sesudah dilakukan Intervensi 3,52 0,928 21 Tabel 5.5 Perbedaan Intensitas Nyeri Haid Sebelum dan Sesudah di Lakukan Intervensi Pada Kelompok Kontrol di SMA Negeri 11 Medan

2.3 Perbandingan Intensitas Nyeri Sesudah di Lakukan Terapi pijat Pada