berat, mengkoagulasi minyaklemak, serta mengurangi kekeruhan, penstabil minyak, rasa dan lemak dalam produk industri pangan. Rismana,E.,2004
2.3. Kemampuan Kitosan Untuk Menyerap Logam
Kemampuan kitosan untuk mengikat logam dengan cara pengkelat adalah dihubungkan dengan kadar nitrogen yang tinggi pada rantai polimernya.
Kitosan mempunyai satu kumpulan amino linier bagi setiat unit glukosa. Kumpulan amino ini mempunyai sepasang elektron yang dapat berkoordinat atau
membentuk ikatan-ikatan aktif dengan kation-kation logam. Unsur nitrogen pada setiap monomer kitosan dikatakan sebagai gugus yang aktif berkoordinat dengan kation logam.
Hutahahean, S. Ida.,2001
Interaksi kitosan dengan ion logam terjadi karena proses pengkompleksan dimana penukaran ion, penyerapan dan pengkhelatan terjadi selama proses berlangsung. Ketiga –
tiga proses tersebut tergantung dari ion logam masing – masing seperti penukaran ion logam masing-masing seperti penukaran ion pada logam Ca. kitosan menunjukkan
affinitas yang tinggi pada logam transisi golongan 3, begitu pula pada logam yang bukan golongan alkali dengan konsentrasi rendah. Muzzarelli, R.A.A.,1973
2.4. Mekanisme Serapan Kitosan
Pada umumnya mekanisme serapan kitosan terhadap logam dapat dirumuskan pada tiga cara, yaitu :
Secara pengkelatan, dimana terbentuknya ikatan aktif antara nitrogen kitosan dengan kation logam, dalam hal ini nitrogen dari kitosan bertindak sebagai basa lewis yang
menyumbangkan sepasang electron untuk berkoordinat dengan logam.
Universitas Sumatera Utara
Secara pertukaran ion yaitu berlaku pertukaran antara proton dari kitosan dengan kation logam.
Secara memperangkap, dimana ion logam terperangkap dalam lingkaran rantai polimer kitosan.
2.5. Kekeruhan
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam air.
Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organic dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut misalnya Lumpur dan pasir halus, maupun bahan anorganik dan organic yang
berupa plankton mikroorganisme lain. APHA, 1976; Davis dan Cornwell, 1991
Kekeruhan dinyatakan dalam satuan unit turbiditas, yang setara dengan 1 mgliter SiO
2
. Peralatan yang pertama kali digunakan untuk mengukur turbiditas atau kekeruhan adalah Jackson Candler Turbidimeter, yang dikalibrasi dengan menggunakan silica.
Kemudian, Jackson Candler Turbidimeter dijadikan sebagai alat baku atau standar bagi pengukuran kekeruhan Satu unit Turbiditas Jackson Candler Turbidimeter dinyatakan
dengan satuan 1JTU. Pengukuran kekeruhan dengan menggunakan Jackson Candler Turbidimeter bersifat visual yaitu membandingkan air sampel dengan air standar.
Selain menggunakan Jackson Candler Turbidimeter, kekeruhan sering diukur dengan metode Nephelometric. Pada metode ini, sumber cahaya dilewatkan pada sampel
dan intensitas cahaya yang dipantulkan oleh bahan-bahan penyebab kekeruhan diukur dengan menggunakan suspensi polimer formazin sebagai larutan standar. Satuan
kekeruhan yang di ukur dengan metode Nephelometric adalah NTU Nephelometric Turbidity Unit. Effendi,H.2003
2.6. Logam Fe