Faktor – Faktor Berpengaruh pada Ekstraksi Minyak dari Biji Alpukat (Persea Americana Mill) Menggunakan Pelarut N-Heptana

LAMPIRAN 1
DATA PENELITIAN
L1.1 DATA BERAT, VOLUME, DAN YIELD MINYAK BIJI ALPUKAT
Run

Massa
(gram)

Volume
(ml)

Waktu
(menit)

1
1
3
4
5
6
7

8
9
10
11
11
13
14
15
16
17

30
13,1
10
10
30
40
40
30
30

30
10
40
46,8
40
30
30
10

115,9
300
150
350
300
150
350
300
300
300
150

350
300
150
300
384,1
350

110
110
90
90
110
90
150
69,5
170,5
110
150
90
110

150
110
110
150

Berat Volume
Minyak Minyak
(ml)
(gram)
4,90
7,00
1,03
3,00
3,00
6,00
1,31
1,00
6,80
15,00
1,61

3,90
3,50
5,60
1,40
3,60
5,40
8,10
6,80
15,00
6,80
11,00
1,74
1,60
3,70
5,40
6,18
9,50
6,80
15,00
1,10

1,40
3,74
5,80

L1.2 DATA ANALISIS DENSITAS MINYAK BIJI ALPUKAT
Run
1
1
3
4
5
6
7
8
9
10
11
11
13
14

15
16
17

Massa
(gram)
30
13,1
10
10
30
40
40
30
30
30
10
40
46,8
40

30
30
10

Volume
(ml)
115,9
300
150
350
300
150
350
300
300
300
150
350
300
150

300
384,1
350
45

Waktu
(menit)
110
110
90
90
110
90
150
69,5
170,5
110
150
90
110

150
110
110
150

Densitas
(gram/ml)
0,67
0,68
0,68
0,68
0,71
0,79
0,58
0,74
0,68
0,71
0,75
0,75
0,74

0,74
0,71
0,58
0,68

Yield
(%)
16,33
15,40
15,00
6,55
11,67
6,55
8,75
8,00
18,00
11,67
34,00
4,35
7,90
15,70
11,67
7,00
18,70

L1.3 DATA ANALISIS VISKOSITAS MINYAK BIJI ALPUKAT
Run
1
1
3
4
5
6
7
8
9
10
11
11
13
14
15
16
17

Massa
(gram)
30
13,1
10
10
30
40
40
30
30
30
10
40
46,8
40
30
30
10

Volume
(ml)
115,9
300
150
350
300
150
350
300
300
300
150
350
300
150
300
384,1
350

Waktu
(menit)
110
110
90
90
110
90
150
69,5
170,5
110
150
90
110
150
110
110
150

Viskositas
(cP)
0,53
0,49
0,50
0,51
0,43
0,66
0,43
0,54
0,48
0,43
0,49
0,51
0,90
0,48
0,43
0,41
0,90

L1.4 DATA ANALISIS FFA MINYAK BIJI ALPUKAT
Run
1
1
3
4
5
6
7
8
9
10
11
11
13
14
15
16
17

Massa
(gram)
30
13,1
10
10
30
40
40
30
30
30
10
40
46,8
40
30
30
10

Volume
(ml)
115,9
300
150
350
300
150
350
300
300
300
150
350
300
150
300
384,1
350

Waktu
(menit)
110
110
90
90
110
90
150
69,5
170,5
110
150
90
110
150
110
110
150

46

V NaOH
0,25 N
0,10
0,30
0,10
0,10
0,40
0,40
0,40
1,00
0,10
0,40
0,10
0,10
0,40
0,30
0,40
1,00
0,10

Viskositas
(cP)
1,38
1,07
0,69
0,69
1,76
1,76
1,76
6,91
0,69
1,76
1,38
1,38
1,76
1,07
1,76
6,91
1,38

LAMPIRAN 2
CONTOH PERHITUNGAN
L2.1 PERHITUNGAN 2IELD MIN2AK BIJI ALPUKAT
Yield (%) 

massa minyak biji alpukat
 100%
massa biji alpukat

Contoh perhitungan untuk Run I:
Massa minyak biji alpukat = 4,90 gram
Massa biji alpukat
Yield (%) 

= 30 gram

4,90 gram
 100%  16,33%
30 gram

Untuk data berikutnya mengikuti contoh perhitungan di atas.
L2.2 PERHITUNGAN DENSITAS MIN2AK BIJI ALPUKAT
Berat piknometer

= 15,9 gram

Berat piknometer + air

= 25,6 gram

Berat air

= 9,7 gram

Berat piknometer + minyak = 22,80 gram
Berat minyak

= 6,90 gram

Densitas air (20 oC)

= 0,99823 gram/ml

Densitas minyak 

berat minyak
 densitas air
berat air

Densitas minyak 

6,90 gram
 0,99823 gram/ml  0,71 gram/ml
9,70 gram

Untuk data berikutnya mengikuti contoh perhitungan di atas.

47

L2.T PERHITUNGAN VISKOSITAS MIN2AK BIJI ALPUKAT


 k  sg  t

Dimana:
μ

= viskositas (cP)

k

= konstanta viskosimeter

sg

= spesifik graviti

t

= waktu alir minyak dari batas bawah hingga batas atas (detik)

ρminyak 20 oC

= 0,71 gram/ml

ρair 20 oC

= 0,99823 gram/ml

sg 

 minyak 20  C
 air 20  C

sg 

0,71 gram/ml
 0,71
0,99823 gram/ml

k

= 0,0043

t

= 140,14 detik



 0,0043  0,71  140,14  0,43

Untuk data berikutnya mengikuti contoh perhitungan di atas.
L2.4 PERHITUNGAN FFA MIN2AK BIJI ALPUKAT
Kadar FFA 

T  V  BM
berat sampel  10

Dimana:
T = normalitas larutan NaOH (N) = 0,25 N
V = volum larutan NaOH terpakai (ml)
M = berat molekul FFA minyak biji alpukat = 276,224 gram/mol
volum larutan NaOH terpakai = 0,4 ml
Kadar FFA 

0,25  0,4  276,224
 2,76
1  10

Untuk data berikutnya mengikuti contoh perhitungan di atas.

48

LAMPIRAN 3
DATA ANALISIS STATISTIK
L3.1 DATA RANCANGAN PERCOBAAN
Pengkodean variabel-variabel independen dihitung dengan menggunakan
persamaan-persamaan:
Level 

  data (0)
range

Dimana η menyatakan nilai sesungguhnya dari variabel waktu, massa, dan
volume. Level terdiri dari ±1,682; ±1; dan 0. Data(0) merupakan centre point dari
data yang digunakan. Range merupakan jarak dari data pada level yang satu
terhadap data pada level di atas atau dibawahnya.
Berikut perhitungannya:
Untuk level = 0

 waktu  120 menit
30 menit
 waktu  120 menit

0 

 massa  30 gram
10 gram
 massa  30 gram

0 

Untuk level = 11

1 

 waktu

 waktu  120 menit
30 menit
 150 menit

1 

 massa

Untuk level = -1

 waktu  120 menit
30 menit
 waktu  90 menit
1 

1 

 massa

Untuk level = 11,682

 waktu  120 menit
30 menit
 170,5 menit

 1,682 

 waktu

Untuk level = -1,682

 waktu  120 menit
30 menit
 69,5 menit

 1,682 

 waktu

 massa  30 gram
10 gram
 40 gram

 volume  300 ml
50 ml
 volume  350 ml

 massa  30 gram
10 gram
 20 gram

 volume  300 ml
50 ml
 volume  250 ml

 massa  30 gram
10 gram
 46,8 gram

 1,682 

 massa

 massa  30 gram
10 gram
 13,2 gram

 1,682 

 massa

 volume  300 ml
50 ml
 volume  300 ml

0 

49

1 

1 

 volume  300 ml
50 ml
 384,1 ml

 1,682 

 volume

 volume  300 ml
50 ml
 215,9 ml

 1,682 

 volume

Gambar L3.1 merupakan data hasil rancangan percobaan menggunakan
software Statistica.

Gambar L3.1 Data Rancangan Percobaan
L3.2 HASIL PENGOLAHAN DATA DENGAN MINITAB
Response Surface Regression: yield versus waktu; massa; volume
The analysis was done using coded units.
Estimated Regression Coefficients for yield
Term
Constant
waktu
massa
volume
waktu*waktu
massa*massa
volume*volume
waktu*massa
waktu*volume
massa*volume

Coef
22,598
4,505
-3,772
-3,558
-2,947
-3,424
-3,419
-2,200
-1,450
1,825

SE Coef
1,0641
0,7060
0,7060
0,7060
0,6873
0,6873
0,6873
0,9225
0,9225
0,9225

T
21,236
6,380
-5,343
-5,040
-4,288
-4,982
-4,975
-2,385
-1,572
1,978

S = 2,60911
R-Sq = 94,24%

PRESS = 517,221
R-Sq(pred) = 56,21%

P
0,000
0,000
0,000
0,001
0,002
0,001
0,001
0,038
0,147
0,076

R-Sq(adj) = 89,05%

50

Analysis of Variance for yield
Source
Regression
Linear
waktu
massa
volume
Square
waktu*waktu
massa*massa
volume*volume
Interaction
waktu*massa
waktu*volume
massa*volume
Residual Error
Lack-of-Fit
Pure Error
Total

DF
9
3
1
1
1
3
1
1
1
3
1
1
1
10
5
5
19

Seq SS
1113,05
644,31
277,11
194,31
172,89
386,56
79,59
138,51
168,46
82,19
38,72
16,82
26,65
68,07
68,07
0,00
1181,13

Adj SS
1113,05
644,31
277,11
194,31
172,89
386,56
125,16
168,99
168,46
82,19
38,72
16,82
26,65
68,07
68,07
0,00

Adj MS
123,673
214,769
277,110
194,308
172,887
128,855
125,163
168,988
168,465
27,395
38,720
16,820
26,645
6,807
13,615
0,000

F
18,17
31,55
40,71
28,54
25,40
18,93
18,39
24,82
24,75
4,02
5,69
2,47
3,91

P
0,000
0,000
0,000
0,000
0,001
0,000
0,002
0,001
0,001
0,041
0,038
0,147
0,076

*

*

Gambar L3.2 Hasil Pengolahan Data dengan Minitab

51

LAMPIRAN 4
PERHITUNGAN MANUAL ANALISIS STATISTIK
Dari analisis regresi diperoleh persamaan sebagai berikut:
Yield (%) = 22,598 + 4,505t – 3,772W - 3,558V - 2,947t2 - 3,424W2 – 3,419V2 –
2,2tW – 1,45 tV + 1,825WV
Dimana t, W, dan V merupakan waktu ekstraksi, massa biji alpukat, dan
volume pelarut.
Hasil ANOVA yang diperoleh yaitu sebagai berikut.
Tabel L4.1 Analysis of Varianse (ANOVA)
df
Sumber (Degrees
of
Variasi
Freedom)
Regresi
k=9

Residual
Error

n-k-1 =
10

Total

n-1 = 19

SS
(Sum of Squares)

 (Y

 Yrata  rata ) 2
= 1108,097

prediksi

SStotal - SSregresi =
68,085

 (Y

 Yrata  rata ) 2
1176,182

MS
(Mean
Square)

Fhitung

Ftabel

SS regresi

MS regresi

3,02

df
=
123,122
SS residual
df
= 6,808

MS residual
= 18,08

penelitian

dimana:
n = jumlah data penelitian
k = banyaknya variabel dalam regresi
Ypenelitian = Y yang data hasil penelitian
Yprediksi

= Y diperoleh dari persamaan regresi

Yrata-rata

= Y rata-rata dari data hasil penelitian

Perhitungan manual ANOVA ditunjukkan pada tabel L4.2 berikut.

52

Tabel L4.2 Perhitungan Manual ANOVA
W
V
0
-1,682
-1,682 0
-1
-1
-1
1
0
0
1
-1
1
1
0
0
0
0
-1
-1
1
1
1,682 0
1
-1
0
1,682
-1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Yrata-rata =
SSregresi =
SStotal =
SSresidual =
MSregresi =
MSresidual =
Fhitung =

t
0
0
-1
-1
0
-1
1
-1,682
1,682
1
-1
0
1
0
1
0
0
0
0
0

(Yprediksi - Yrata-rata)2 (Ypenelitian - Yrata-rata)2
Ypenelitian Yprediksi
18,910
16,333
6,638
8,988
19,171
15,400
14,226
10,626
13,758
15,000
1,543
4,639
5,892
6,550
0,433
100,396
22,598
22,667
0,005
44,705
7,064
6,550
0,264
78,284
8,208
8,750
0,294
59,349
6,683
8,000
1,734
85,168
21,838
18,000
14,730
35,120
30,068
34,000
15,461
200,398
6,498
4,350
4,614
88,620
6,651
7,903
1,568
85,768
14,574
15,700
1,268
1,790
6,941
7,000
0,004
80,481
16,402
18,700
5,281
0,240
22,598
22,667
0,005
44,705
22,598
22,667
0,005
44,705
22,598
22,667
0,005
44,705
22,598
22,667
0,005
44,705
22,598
22,667
0,005
44,705
15,912
1108,097
1176,182
68,085
123,122
6,808
18,08

53

LAMPIRAN 5
DOKUMENTASI PENELITIAN
L5.1 FOTO BAHAN BAKU BIJI ALPUKAT

5

(a)

(b)5

Gambar5L5.15(a)5Biji5Almukat5sebelum5dikeringkan5(b)5Biji5Almukat5setelah5
dikeringkan5
L5.2 FOTO PENGAYAKAN BIJI ALPUKAT

5
Gambar5L5.25Pengayakan5Biji5Almukat5
5

545

L5.3 FOTO EKTRAKSI MINYAK BIJI ALPUKAT

5
Gambar5L5.35Ekstraksi5Minyak5Biji5Almukat5
5
L5.4 FOTO MINYAK BIJI ALPUKAT

5
Gambar5L5.45Minyak5Biji5Almukat5

555

L5.5 FOTO ANALISIS DENSITAS MINYAK BIJI ALPUKAT

5
Gambar5L5.55Analisis5Densitas5Minyak5Biji5Almukat5
5
L5.6 FOTO ANALISIS VISKOSITAS MINYAK BIJI ALPUKAT

5
Gambar5L5.65Analisis5Viskositas5Minyak5Biji5Almukat5
5

565

L5.7 FOTO ANALISIS FFA MINYAK BIJI ALPUKAT

5
Gambar5L5.p5Analisis5FFA5Minyak5Biji5Almukat5

5p5

LAMPIRAN 6
HAIIL ANALIIII KOMPOIIII AIAM LEMAK
L6.1 HAIIL ANALIIII KOMPOIIII AIAM LEMAK MINYAK BIJI
ALPUKAT

Gambar L6.1 Hasil Analisis Kromatogram GC-MS Minyak Biji Alpukat

58

DAFTAR PUSTAKA
[1] Badan Pusat Statistik, “Survey Pertanian
Indonesia,” Biro Pusat Statistik, Jakarta, 2013.

Produksi

Buah-buahan

di

[2] Prasetyowati, Retno Pratiwi, Fera Tris O, “Pengambilan Minyak Biji
Alpukat (Persea Americana Mill) dengan Metode Ekstraksi,” Jurnal Teknik
Kimia, No. 2, Vol. 17, April 2010.
[3] Bambang Pramudono, Septian Ardi Widioko, Wawan Rustyawan,
“Ekstraksi Kontinyu dengan Simulasi Batch Tiga Tahap Aliran Lawan Arah:
Pengambilan Minyak Biji Alpukat Menggunakan Pelarut n-Hexane dan Iso Propil
Alkohol,” Jurnal Reaktor, Vol. 12 No. 1, Juni 2008, hal. 37 - 41.
[4] Nancy Siti Djenar, Bintang IM, Ayu W, Eka PI, “Pembuatan Biodiesel dari
Minyak Biji Alpukat (Persea gratissima) Menggunakan Katalis CaO,” Prosiding
Seminar Nasional Teknoin 2012, November 2012, hal. 57 – 64.
[5] Liberty P. Malangngi, Meiske S. Sangi, Jessy J. E. Paendong, “Penentuan
Kandungan Tanin dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Biji Buah Alpukat
(Persea americana Mill)” Jurnal MIPA UNSRAT Online, 1 (1) 2012: hal. 5 – 10.
[6] Mira Marlinda, Meiske S. Sangi, Audy D. Wuntu, “Analisis Senyawa
Metabolit Sekunder dan Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Biji Buah Alpukat
(Persea americana Mill)” Jurnal MIPA UNSRAT Online, 1 (1) 2012: hal. 24 – 28.
[7] Andy Chandra, Hie Maria Inggrid, Verawati, “Pengaruh pH dan Jenis
Pelarut pada Perolehan dan Karakterisasi Pati dari Biji Alpukat,” Lembaga
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Katolik Parahyangan,
2013.
[8] Linda Masniary Lubis, “Ekstraksi Pati dari Biji Alpukat,” Karya Ilmiah,
Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,
Medan, 2008.
[9] Adama, K. K dan Edoga, M. O, “Avocado Apple (Persea americana)
Pericarp Waste: A Source of Oil for Industrial Application Obtained and
Characterized Using Extraction With Different Solvents,” Archived of Applied
Science Research Vol.3, No. 4, 2011, hal. 398 – 410.
[10] Orhevba, B.A dan Jinadu, A.O, “ Determination of Physico-Chemical
Properties and Nutritional Contents of Avocado Pear (Persea Americana M.),”
SAVAP International Journal Volume 1, Issue 3, 2011.
[11] EPA. 2013. Hexane. United States Environmental Protection Agency.
[12] McCann, Michael. 1994. Health Hazards of Solvents. University of Illinois
at Chicago.

41

[13] Ayers, A.L., and J.J. Dooley,”Extraction Solvents for Cottonseed : A
Laboratory-Scale Study”, Journal AOCS, Vol. 25, 1948, hal. 372.
[14] E.J. Conkerton, P.J. Wan, O.A. Richard, “Hexane and Heptane as Extraction
Solvents for Cottonseed: A Laboratory-Scale Study,” JAOCS, Vol. 72, No. 8,
1995.
[15] Menegristek, “Alpukat / Avokad (Persea americana Mill/Persea gratissima
Gaerth),” Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi, Jakarta, 2000.
[16] Dyah Prajnaparamita Dewi,”Toksisitas Granula Ekstrak Biji Alpukat
(Persea americana Mill) terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Aedes aegyepti L.
Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi. Jurusan Pendidikan MIPA. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Jember. 2014.
[17] João Jaime Giffoni Leite, Érika Helena Salles Brito, Rossana Aguiar
Cordeiro, Raimunda Sâmia Nogueira Brilhante, José Júlio Costa Sidrim, Luciana
Medeiros Bertini, Selene Maia de Morais, and Marcos Fábio Gadelha Rocha,”
Chemical
composition,
toxicity
and
larvicidal
and
antifungal
activities of Persea americana (avocado) seed extracts”, Revista da Sociedade
Brasileira de Medicina Tropical, Vol. 42, No.2, hal.110-113, 2009.
[18] Rachimoellah, H.M., Resti, Dyah Ayu., Zibbeni, Ali., Susila, I Wayan,
“Production of Biodiesel through Transesterification of Avocado (Persea
Gratissima) Seed Oil Using Base Catalyst,” Jurnal Teknik Mesin Vol. 11, No. 2,
2009, hal. 85-90.
[19] Bora, Pushkar S., Narain, Narendra, Rocha, Rosalynd V.M, and Paulo,
Marcal Queiroz, “Characterization of the Oils from The Pulp and The Seed of
Avocado,” Grasas y Aceites Vol. 52, Fasc. 3-4, 2001, hal. 171-174.
[20] Brunt, Vincent Van, “Extraction,” CRC Press, California.
[21] J.F. Richardson, J.H Harker, J.R. Backhurst, “Coulson and Richardson’s
Chemical Engineering Volume 2 Fifth Edition Particle Technology and
Separation Processes,” Butterworth-Heinemann, Oxford.
[22] Dyah Septyaningsih, “Isolasi dan Identifikasi Komponen Utama Ekstrak
Biji Buah Merah (Pandanus conoideus Lamk.).” Skripsi, Program Sarjana
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret,
Surakarta, 2010.
[23] Sukma, Indra Wibawa Dwi. 2012. Ekstraksi Cair-Cair. Universitas
Lampung.
[24] Chew, K.K., Khoo, M.Z., Ng, S.Y., Thoo, Y.Y., Wan Aida, W.M., Ho,
C.W.,”Effect of Ethanol Concentration, Extraction Time, and Entraction
42

Temperature on the Recovery of Phenolic Compounds and Antioxidant Capacity
of Orthosiphon stamineus Extracts”, International Food Research Journal 18(4),
2011, hal. 1427-1435.
[25] R. E. Kirk and R. F. Othmer, Encyclopedia of Chemical Technology 4th Ed,
(Canada : John Willey and Sons Ltd, 1998), Ch. 10 : hal. 88.
[26] Gloria R. Dobush, C. Davidson Ankney, and David G. Krementz,”The
Effect of Apparatus, Extraction time, and Solvent Type on Lipid Extractions of
Snow Geese”, NRC Research Press, Department of Zoology, University of
Western Ontario, London, 1985, hal. 1918.
[27] Banat. F, Pal. P, Jwaied. N, Al-Rabadi. A,”Extraction of Olive Oil from
Olive Cake Using Soxhlet Apparatus”, American Journal of Oil and Chemical
Technologies, Volume 1, Issue 4, 2013, hal. 1-8.
[28] Sciencelab, “Material Safety Data Sheet n-heptane,” Sciencelab.com, Inc,
2013. Hal. 1-5.
[29] Brian McConnell and Ihab H. Farag,” Kinetics Study of the Solvent
Extraction of Lipids from Chlorella vulgaris”, International Journal of
Engineering and Technical Research (IJETR), Vol. 1, No. 10, 2013, hal. 28-33.
[30] Alejandra Garcia Piantanida and Andrew R. Barron,” Principles Of Gas
Chromatography”, Open Stax-CNX Module, 2014, hal. 1-10.
[31] Nuryanti dan Salimi, Djati H.,”Metode Permukaan Respond an Aplikasinya
pada Optimasi Eksperimen Kimia”, Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains
dan Teknologi Nuklir, 2008, hal. 373 - 391.
[32] Lazic, Zivorad, “Design of Experiments in Chemical Engineering,” WILEYVCH Verlag GmbH & Co, 2004, Weinheim.
[33] Adepoju T.F, Olawale O., Okunola A.A, Olatunji E.M,”Extraction of Oil
from Soursop Oilseeds & Its Characterization”, International Journal of
Suistainable Energy and Environmental Research, 3(2), 2014, hal. 80 - 89.
[34] Sri Handajani, Godras Jati Manuhara, dan R. Baskara Katri
Anandito,”Pengaruh Suhu Ekstraksi terhadap Karakteristik Fisik, Kimia dan
Sensoris Minyak Wijen (Sesamum Indicum L.)”, Agritech, Vol. 30, No.2, Mei
2010, hal. 116 – 122.
[35] Ana F. Vinha, Joana Moreira, Sérgio V. P. Barreira, “Physicochemical
Parameters, Phytochemical Composition and Antioxidant Activity of the
Algarvian Avocado (Persea americana Mill.),” Journal of Agricultural Science
Vol. 5, No. 12, 2013, hal. 100 – 109.

43

[36] Sutiah, K. Sofian Firdausi, Wahyu Setia Budi,” Studi Kualitas Minyak
Goreng dengan Parameter Viskositas dan Indeks Bias”, Berkala Fisika, Vol. 11,
No.2, April 2008, hal. 53-58.
[37] Jansen Silalahi dan Siti Nurbaya,”Komposisi, Distribusi, dan Sifat
Aterogenik Asam Lemak dalam Minyak Kelapa dan Kelapa Sawit”, J Indon Med
Assoc, Vol. 61, No. 11, November 2011, hal. 453 – 457.
[38] Dewi Mariani Manurung,“ Komposisi Kimia, Asam Lemak dan Kolesterol
Udang Ronggeng (Harpiosquilla raphidea) Akibat Perebusan,” Skripsi,
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor, 2009.
[39] Kusno Budhikarjono,“ Perbaikan Kualitas Minyak Sawit Sebagai Bahan
Baku Sabun Melalui Proses Pemucatan Dengan Oksidasi”, Jurnal Teknik Kimia,
Vol.1, No.2, April 2007.
[40] Mercia de Sousa Galvão, Narendra Narain, Nisha Nigam,” Influence of
Different Cultivars on Oil Quality and Chemical Characteristics of Avocado
Fruit”, Food Sci. Technol (Campinas,) Vol.34, No.3, 2014.
[41] Ratu Ayu Dewi Sartika,”Pengaruh Asam Lemak Jenuh, tidak Jenuh dan
Asam Lemak Trans terhadap Kesehatan”, Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional, Vol. 2, No. 4, 2008, hal. 154 - 160.

44

BAB III
METODOLOMI PENELITIAN
3.1

LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Proses

Industri Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera
Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan selama lebih kurang 6 bulan.
3.2

BAHAN DAN PERALATAN

3.2.1 Bahan Penelitian
Pada penelitian ini bahan yang digunakan antara lain:
1. Biji Alpukat yang merupahan bahan baku dalam percobaan ini.
2. n-heptana sebagai pelarut dalam ekstraksi minyak biji alpukat.
3.2.2 Peralatan Penelitian
Pada penelitian ini peralatan yang digunakan antara lain:
1. Sokhlet
2. Labu leher satu
3. Termometer
4. Hot Plate
5. Refluks kondensor
6. Pendingin Leibig
7. Erlenmeyer
8. Beaker glass
9. Timbangan
10. Pipet tetes
11. Aluminium foil
12. Gelas ukur
13. Statif dan klem
14. Corong gelas
15. Batang pengaduk

18

3.3

RANCANMAN PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan variabel bebas yaitu waktu ekstraksi (t1, t2, dan

t3), massa biji alpukat (W1, W2, dan W3), dan volume pelarut n-heptana (V1, V2, dan
V3). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode permukaan respon
(Response Surface Methodology).
Metode permukaan respon (Response Surface Methodology) merupakan
sekumpulan teknik matematika dan statistika yang berguna untuk menganalisis
permasalahan dimana beberapa variabel independen mempengaruhi variabel respon
dan tujuan akhirnya adalah untuk mengoptimalkan respon. Ide dasar metode ini
adalah memanfaatkan desain eksperimen berbantuan statistika untuk mencari nilai
optimal dari suatu respon.
Level – level eksperimen pada masing – masing variabel independen
dikodekan sedemikian hingga level rendah berhubungan dengan -1 dan level tinggi
berhubungan dengan 1 untuk mempermudah perhitungan. Desain Central Composite
Design (CCD) pada eksperimen yang menggunakan tiga variabel independen nilai
rotatabilitasnya = (23)1/4 = 1,6818 ≈ 1,682. Oleh karena itu, nilai ± 1,682 termasuk
nilai yang digunakan untuk pengkodean [31].
Adapun level kode dan kombinasi perlakuan penelitian dapat dilihat pada tabel
di bawah ini :
Tabel 3.1 Level Kode Rancangan Penelitian
Variabel
Waktu
ekstraksi
Massa biji
alpukat
Volume pelarut
n-heptana

Level dan Range
-1
0
+1

+1,682

69,5

90

120

150

170,5

W

13,2

20

30

40

46,8

V

215,9

250

300

350

384,1

Satuan

Kode

menit

t

gram
ml

-1,682

19

Tabel 3.2 Rancangan Percobaan Penelitian
Run
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Waktu
Ekstraksi
(menit)
120
120
120
90
90
120
90
120
150
69,5
170,5
150
90
120
150
120
150
120
120
120

Massa Biji
Alpukat
(gram)
30
30
13,2
20
20
30
40
30
40
30
30
20
40
46,8
40
30
20
30
30
30

20

Volume Pelarut
n-heptana (ml)
215,9
300
300
250
350
300
250
300
350
300
300
250
350
300
250
384,1
350
300
300
300

3.4

PROSEDUR PENELITIAN

3.4.1

Prosedur Utama

3.4.1.1 Prosedur Persiapan Biji Alpukat
1. Biji alpukat yang telah dikumpulkan dikupas kulit arinya.
2. Dicuci dan dibersihkan dengan air.
3. Dipotong-potong untuk dikeringkan.
4. Dihaluskan dengan menggunakan blender.
5. Dikeringkan dengan menggunakan oven dengan suhu ± 100 oC.
6. Diayak dengan ayakan 50 mesh.
3.4.1.2 Prosedur Ekstraksi Minyak Biji Alpukat
Prosedur ekstraksi minyak biji alpukat diadopsi dari Prasetyowati [2] yaitu
sebagai berikut :
1.

Peralatan ekstraksi berupa labu leher tiga, refluks kondensor, penangas
air, termometer, hot plate, magnetic stirrer, statif dan klem dirangkai.

2.

Biji buah alpukat yang telah dihancurkan, dihaluskan, dikeringkan
dan diayak diumpankan ke dalam ekstraktor kemudian diikuti dengan
penambahan pelarut n-heptana dengan rasio sesuai rancangan penelitian.

3.

Dipanaskan hingga suhu titik didihnya dan dihitung waktu ekstraksi
sesuai rancangan penelitian.

4.

Diperoleh ekstrak berupa campuran minyak biji alpukat dan pelarut nheptana.

3.4.1.3 Prosedur Evaporasi Pelarut Hasil Ekstraksi
Ekstrak yang diperoleh pada proses ekstraksi dievaporasikan dengan cara
distilasi pada suhu 100 oC pada Laboratorium Proses Industri Kimia,
Departemen Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara, Medan.

21

3.4.2 Prosedur Analisis
3.4.2.1 Analisis FFA (Free Fatty Acid) Minyak Biji Alpukat
Untuk Analisis kadar FFA minyak biji alpukat sesuai dengan AOCS Official
Method Ca 5a-40 dengan prosedur sebagai berikut
1.

Minyak biji alpukat sebanyak 7,05 ± 0,05 gram dimasukkan ke dalam
erlenmeyer.

2.

Ditambahkan etanol 95% sebanyak 75 ml.

3.

Campuran dikocok kuat dan dilakukan titrasi dengan NaOH 0,25 N
dengan indikator fenolftalein 3-5 tetes. Titik akhir tercapai jika warna
larutan berwarna merah rosa dan warna ini bertahan selama 10 detik.
Kadar FFA=

T x V x BM
berat sampel x 10

Dimana: T = normalitas larutan NaOH
V = volum larutan NaOH terpakai
M = berat molekul FFA
3.4.2.2 Analisis Komposisi Asam Lemak Minyak Biji Alpukat dengan GC-MS
Minyak biji alpukat yang telah diekstraksi akan dianalisis menggunakan
instrumen GC-MS yang ada pada Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit
(PPKS) untuk mengetahui komponen asam lemak dalam minyak biji alpukat
tersebut.
3.4.2.3 Analisis Viskositas Minyak Biji Alpukat dengan Metode Tes ASTM D 445
Viskositas adalah ukuran hambatan cairan untuk mengalir secara gravitasi,
untuk aliran gravitasi dibawah tekanan hidrostatis, tekanan cairan sebanding dengan
kerapatan cairan. Satuan viskositas dalam cgs adalah cm2 per detik (Stokes). Satuan
SI untuk viskositas m2 per detik (104 St). Lebih sering digunakan centistokes (cSt)
(1cSt =10-2 St = 1 mm2/s). Untuk analisa viskositas menggunakan metode tes ASTM
D-445. Untuk pengukuran viskositas ini menggunakan peralatan utama yaitu
viskosimeter Ostwald tube tipe kapiler, viscosimeter holder dan bath pemanas pada
37,8oC. Termometer yang digunakan dengan ketelitian 0,02oC dan menggunakan
stop watch dengan ketelitian 0,2 detik.

22

3.4.2.4 Analisis Densitas Minyak Biji Alpukat dengan Metode Tes OECD 109
Untuk analisa densitas menggunakan metode tes OECD 109. Untuk
pengukuran densitas ini menggunakan peralatan utama yaitu piknometer. Perbedaan
berat kosong dan penuh dihitung pada suhu 20oC.

23

3.5

FLOWCHART PENELITIAN

3.5.1

Prosedur Persiapan Biji Alpukat

Gambar 3.1 Flowchart Prosedur Persiapan Biji Alpukat

24

3.5.2

Prosedur Ekstraksi Minyak Biji Alpukat

Gambar 3.2 Flowchart Prosedur Ekstraksi Minyak Biji Alpukat

25

3.5.3

Analisis Kadar Free Fatty Acid (FFA) Minyak Biji Alpukat dengan
Metode Tes AOCS Official Method Ca 5a-40

Mulai
Minyak biji alpukat sebanyak 7,05 ± 0,05
gram dimasukkan ke dalam erlenmeyer.

Ditambahkan etanol 95% sebanyak 75 ml
Campuran dikocok kuat kemudian
ditambahkan indikator fenolftalein 3-5 tetes
Campuran dititrasi dengan NaOH 0,25 N
Tidak
Apakah larutan berwarna
merah rosay
Ya
Kadar FFA dihitung
Selesai
Gambar 3.3 Flowchart Analisis Kadar Free Fatty Acid (FFA) Minyak Biji Alpukat

26

3.5.4

Analisis Viskositas Minyak Biji Alpukat dengan Metode Tes ASTM D
445
Mulai

Viskosimeter dikalibrasi dengan air untuk menentukan konstanta viskosimeter
Minyak biji alpukat dimasukkan sebanyak 5 ml kedalam viskosimeter
Sampel dihisap dengan karet penghisap hingga
melewati batas atas viskosimeter
Sampel dibiarkan mengalir ke bawah sampai
batas bawah viskosimeter
Waktu alir sampel dicatat dari batas atas hingga batas bawah
Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali
Viskositas sampel dihitung
Selesai
Gambar 3.4 Flowchart Analisis Viskositas Minyak Biji Alpukat

27

3.5.5

Analisis Densitas Minyak Biji Alpukat dengan Metode Tes OECD 109
Mulai
Piknometer dikalibrasi dengan air untuk mengetahui volume piknometer
Piknometer diisi dengan hasil minyak biji alpukat
Massanya ditimbang
Densitas sampel percobaan dihitung
Selesai
Gambar 3.5 Flowchart Analisis Viskositas Minyak Biji Alpukat

28

BABBIVB
HASILBDANBPEMBAHASANB
B
4.1

PENGARUHB VARIABELB PENELITIANB TERHADAPB YIELDB
MINYAKBBIJIBALPUKATB
Pada penelitian ini terdapat 3 variabel bebas yaitu waktu ekstraksi (t), massa

biji alpukat (W), dan volume pelarut n-heptana (V). Dengan menggunakan
analisis regresi dan analisis varians (ANOVA) dapat dilihat diantara ketiga
variabel tersebut, variabel yang paling berpengaruh terhadap yield minyak biji
alpukat. Minyak biji alpukat yang telah dipisahkan dari pelarut n-heptana,
ditimbang beratnya dan diukur volumenya. Dari berat minyak biji alpukat yang
diperoleh, dihitung yield minyak biji alpukat, dengan cara sebagai berikut:
Yield (%) 

massa minyak biji alpukat
 100%
massa biji alpukat

Berikut merupakan yield minyak biji alpukat yang diperoleh dari beberapa
perlakuan pada rancangan penelitian:
Tabel 4.1 Yield Minyak Biji Alpukat Hasil Ekstraksi (T = 98,4 oC)
Run
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

W
(gram)
30
13,2
30
20
20
30
40
40
30
30
30
30
20
40
46,8
40
30
30

V
(ml)
215,9
300
300
250
350
300
250
350
300
300
300
300
250
350
300
250
300
384,1
29

t
(menit)
120
120
120
90
90
120
90
150
69,5
120
170,5
120
150
90
120
150
120
120

Y
(%)
16,33
15,40
22,67
15,00
6,55
22,67
6,55
8,75
8,00
22,67
18,00
22,67
34,00
4,35
7,90
15,70
22,67
7,00

19
20

20
30

350
300

150
120

18,70
22,67

Hasil yang diperoleh dari 17 perlakuan tersebut dianalisis secara statistik
menggunakan software Minitab 16, untuk mencocokkan persamaan polinomial
kuadratik. Untuk memperlihatkan hubungan variabel respons yaitu yield minyak
biji alpukat (Y) terhadap variabel independen (t, W, V), model regresi digunakan
untuk mencocokkan koefisien model polinomial dari respons. Kualitas kecocokan
model dievaluasi menggunakan tes signifikansi dan analisis varians (ANOVA).
Analisis Varians menggunakan uji berdasarkan varian rasio untuk menentukan
apakah terdapat perbedaan yang signifikan diantara beberapa kelompok observasi,
dimana masing masing kelompok mengikuti distribusi normal [30]. Persamaan
polinomialnya adalah sebagai berikut [33]:

Y  b o   b i X i   b ii X i2   b ij X i X j  
k

k

k

i 1

i 1

i j

dimana:
Y

= variabel respons (yield minyak biji alpukat)

bo

= intersep

bi

= model koefisien orde pertama

bij

= pengaruh interaksi

bii

= koefisien kuadrat dari Xi

ε

= random error

i

= (1,2,…..k)
Kemudian model regresi akan dievaluasi menggunakan F-test dan

koefisien determinasi (R2) yang diuji dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%.
Hasil analisis statistik disajikan pada tabel 4.2 dan 4.3 di bawah ini. Tabel 4.2
merupakan hasil perkiraan parameter model eksperimen, sedangkan Tabel 4.3
merupakan hasil analisis varians (ANOVA) dari variabel-variabel independen
secara linear, kuadrat, dan interaksi antar masing-masing faktor. Kemudian akan
dievaluasi signifikansi dari masing-masing faktor tersebut.

30

Tabel 4.2 Perkiraan Parameter Model Persamaan Statistik
TermB
Constant
t
W
V
t*t
W*W
V*V
t*W
t*V
W*V

SumberB
VariasiB
Regresi
Residual Error
TotalB

CoefB
SEBCoefB
TB
22,598
1,0641
21,236
4,505
0,7060
6,380
-3,772
0,7060
-5,343
-3,558
0,7060
-5,040
-2,947
0,6873
-4,288
-3,424
0,6873
-4,982
-3,419
0,6873
-4,975
-2,200
0,9225
-2,385
-1,450
0,9225
-1,572
1,825
0,9225
1,978
S = 2,60911 R-Sq = 94,24% R-Sq(adj) = 89,05%
Tabel 4.3 Analysis of Varianse terhadap Yield
dfB
SSB
MSB
FhitungB
9
10
19

1113,05
68,07
1181,13

123,673
6,807

18,17

PB
0,000
0,000
0,000
0,001
0,002
0,001
0,001
0,038
0,147
0,076

FtabelB
3,02

Tabel 4.2 menunjukkan hasil dari uji signifikansi untuk setiap analisis
regresi dari data penelitian. Hasil menunjukkan bahwa p-values dari setiap
variabel penelitian signifikan secara statistik (p0,05
yaitu 0,147 dan 0,076.
Ketiga faktor linear (t, W, V), tiga faktor kuadrat (t2, W2, V2), dan satu
faktor interaksi (tW) menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap model
dengan level kepercayaan sebesar 95%. Untuk mengurangi error, semua koefisien
dimasukkan ke dalam model, dan berdasarkan nilai F-test yang besar dan p-values
yang rendah, semua faktor linear, semua faktor kuadrat, dan faktor interaksi (tW)
memberikan pengaruh yang besar pada yield minyak biji alpukat yang dihasilkan.
Koefisien determinasi (R2) dievaluasi untuk menguji kecocokan dari
model. Pada tabel 4.2 ditunjukkan nilai R2 sebesar 94,24%, ini menunjukkan
validitas untuk variabel terikat. Artinya ketiga variabel tersebut, waktu ekstraksi,
massa biji alpukat, dan volume pelarut n-heptana berpengaruh secara signifikan
pada persentase yield minyak biji alpukat yang dihasilkan. Dari nilai koefisien

31

determinasi tersebut juga dapat diartikan bahwa model ini dapat menjelaskan
94,24% dari variabilitas.
Pada tabel 4.3 ditunjukkan hasil analisis varians (ANOVA) variabel
penelitian terhadap model respon permukaan orde-kedua yaitu persentase yield.
Dari tabel tersebut, diperoleh Fhitung (18,17) dan Ftabel (F0,95; 9; 10 = 3,02). Jika Fhitung
> Ftabel maka disimpulkan nilai regresi signifikan [32]. Pada hasil analisis di atas
diperoleh nilai Fhitung > Ftabel, sehingga regresi dapat dinyatakan signifikan. Oleh
karena itu, ketiga variabel penelitian tersebut pengaruhnya cukup signifikan pada
persentase yield minyak biji alpukat yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil analisis metode respon permukaan dengan level terkode,
diperoleh hubungan % yield dengan ketiga variabel yaitu sebagai berikut:
Yield (%) = 22,598 + 4,505t – 3,772W - 3,558V - 2,947t2 - 3,424W2 – 3,419V2 –
2,2tW – 1,45 tV + 1,825WV
Dimana t, W, dan V merupakan waktu ekstraksi, massa biji alpukat, dan
volume pelarut.
Dari model yang diperoleh berdasarkan analisis statistik di atas, persentase
yield minyak biji alpukat yang tinggi diperoleh pada waktu ekstraksi yang lama,
sedangkan massa biji alpukat dan volume pelarut tidak begitu berpengaruh. Dari
hasil ANOVA dapat dilihat bahwa interaksi antara variabel waktu terhadap
volume dan massa terhadap volume tidak terlalu signifikan. Interaksi faktor yang
signifikan adalah antara variabel waktu dan massa.
Analisis regresi menunjukkan bahwa waktu ekstraksi memberikan
pengaruh terbesar yaitu 4,505 kali terhadap yield minyak biji alpukat yang
dihasilkan. Diikuti dengan interaksi antara massa biji alpukat dengan volume
pelarut yang memberikan pengaruh sebesar 1,825 kali terhadap yield minyak biji
alpukat yang dihasilkan. Nilai koefisien waktu ekstraksi yang menunjukkan nilai
positif akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap % yield minyak biji
alpukat yang dihasilkan dibandingkan dengan massa biji alpukat pada volume
pelarut n-heptana dengan koefisien bernilai negatif. Semakin lama waktu ekstraksi
maka yield dari minyak biji alpukat akan semakin meningkat. Hal ini sejalan
dengan yang dilaporkan oleh Prasetyowati, yaitu semakin lama waktu ekstraksi,
maka % yield hasil ekstraksi biji alpukat semakin banyak. Dimana distribusi
32

pelarut kedalam bahan akan semakin efektif. Semakin banyak massa biji yang
digunakan

untuk

ekstraksi

maka

%

yield

yang

dihasilkan

akan semakin besar pula dan sebaliknya [2]. Adama dan Edoga, 2011 menyatakan
bahwa laju ekstraksi baik dilakukan dengan meningkatkan waktu dan menurunkan
ukuran partikel pada suhu ekstraksi [9].
Berdasarkan analisis statistik pada tabel 4.2, dinyatakan bahwa interaksi
antara waktu ekstraksi dan massa biji alpukat memberikan hasil yang signifikan
yaitu dengan p = 0,038 (p < 0,05). Artinya, interaksi kedua variabel tersebut
sangat berpengaruh dalam ekstraksi minyak biji alpukat.
Semakin lama waktu ekstraksi akan meningkatkan distribusi pelarut ke
dalam biji alpukat sehingga akan semakin banyak minyak yang terlarut ke dalam
pelarut. Sedangkan jika semakin besar massa biji alpukat yang diektraksi, akan
semakin banyak minyak yang dihasilkan. Meskipun tidak terlalu berpengaruh
terhadap %yield yang dihasilkan, namun massa biji alpukat sangat berpengaruh
pada berat dan volume minyak biji alpukat yang dihasilkan. Dengan
meningkatnya kedua variabel ini, akan semakin banyak minyak yang dihasilkan.
4.2

ANALISISBMINYAKBBIJIBALPUKATB

4.2.1 SifatBFisikaBdanBKimiaBMinyakBBijiBAlpukatB
Setelah dilakukan pemisahan minyak biji alpukat dari pelarut n-heptana,
dilakukan pengukuran volume dan berat minyak yang dihasilkan. Kemudian
dievaluasi kualitas dari minyak yang dihasilkan. Analisis yang dilakukan
diantaranya, analisis densitas, viskositas, dan komposisi asam lemak. Hasil
analisis minyak biji alpukat tersebut ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 4.4 Sifat Fisika dan Kimia Minyak Biji Alpukat
SifatBFisikaBdanBKimiaBB

HasilB

Warna pada 30 oC

Oranye

o

Densitas pada 20 C (g/ml)

0,71

Viskositas pada 40 oC (cP)

0,43

% FFA

2,76

33

Minyak biji alpukat yang diperoleh pada penelitian ini memiliki warna
oranye dan sedikit encer. Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang
masih tersisa setelah proses pemucatan, karena asam-asam lemak dan gliserida
tidak berwarna. Warna jingga atau kuning dapat disebabkan oleh adanya pigmen
karoten yang larut dalam minyak [34]. Biji alpukat mengandung karotenoid
sebesar 0,966±0,164 mg/100 gr buah segar [35]. Oleh karena itu, warna yang
dihasilkan berwarna oranye karena disebabkan oleh kandungan karoten yang
cukup tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian Prasetyowati [2] yang menggunakan pelarut nheksana pada ekstraksi minyak biji alpukat, diperoleh densitas sebesar 0,69510,7676 gr/ml; viskositas

sebesar 0,826-4,55 cSt dan % FFA sebesar 7,027-

9,283%. Densitas dari minyak biji alpukat dengan n-heptana masih berada dalam
rentang densitas yang telah dilaporkan. Sedangkan viskositas yang dihasilkan
(konversi cP ke cSt) sebesar 0,606 cSt berada dibawah rentang viskositas yang
telah dilaporkan. Ketika panas diberikan pada cairan, molekul-molekul kemudian
dapat bergerak bebas dengan mudah yang mengakibatkan viskositas cairan
berkurang [36]. Suhu ekstraksi dengan pelarut n-heptana lebih tinggi dibanding
dengan n-heksana sehingga viskositas minyak yang dihasilkan lebih rendah.
Kemudian untuk % FFA yang dihasilkan, lebih rendah dibanding dengan
menggunakan n-heksana. Perbedaan kuantitatif ini dapat disebabkan karena
perbedaan geografi tempat asal tumbuhan dan faktor lain seperti kematangan dan
proses pemanenan [15]. Belakangan telah banyak dilakukan penelitian mengenai
penggunaan minyak biji alpukat sebagai bahan baku biodiesel. Jika akan
digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel dengan % FFA besar dari 2%,
minyak biji alpukat memerlukan proses esterifikasi terlebih dahulu untuk
mengubah FFA menjadi metil ester sehingga minyak dapat diproses dengan
transesterifikasi. Kadar FFA minyak biji alpukat cukup rendah, mengindikasikan
minyak tersebut tahan terhadap hidrolisis [33]. FFA merupakan salah satu produk
hasil hidrolisis dan oksidasi minyak dengan berat molekul rendah, bersifat mudah
menguap dan bersama-sama dengan yang lain menghasilkan bau tengik dan rasa
yang tidak enak [34]

34

4.2.2 KomposisiBAsamBLemakBMinyakBBijiBAlpukatB
Asam lemak dapat dikelompokkan berdasarkan panjang rantai, ada
tidaknya ikatan rangkap dan isomer trans-cis [37]. Untuk menganalisis komposisi
asam lemak dapat digunakan instrumen Gas Chromatography (GC). Gambar 1
merupakan hasil GC minyak biji alpukat dengan perlakuan waktu ekstraksi
selama 120 menit, massa bubuk biji alpukat sebanyak 30 gram, volume pelarut nheptana sebanyak 300 ml, dan suhu ekstraksi pada titik didih pelarut n-heptana.
Hasil analisis komposisi asam lemak minyak biji alpukat tersebut adalah sebagai
berikut:

Gambar 4.1 Hasil Analisis GC Komposisi Asam Lemak Minyak Biji
Alpukat
35

Dari kromatogram pada gambar di atas, komposisi asam lemak minyak biji
alpukat tersebut disajikan pada tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5 Komposisi Asam Lemak Minyak Biji Alpukat

B

AsamBLemak
Asam Miristat (14:0)
Asam Palmitat (16:0)
Asam Palmitoleat (16:1)
Asam Stearat (18:0)
Asam Oleat (18:1)
Asam Linoleat (18:2)
Asam Linolenat (18:3)
Asam Arachidat (20:0)
Asam Gadoleat (20:1)
TotalB
Asam Lemak Jenuh (SFA)
Asam Lemak Tak Jenuh Tunggal (MUFA)
Asam Lemak Tak Jenuh Jamak (PUFA)
Rasio Asam Linoleat/Asam Linolenat
Rasio PUFA/SFA

KomposisiB(%)
1,4120
20,3439
2,7729
1,2328
15,8823
47,3531
4,9721
1,8139
4,2160
100,0000
24,8026
22,8712
52,3252
9,52
2,11

Berdasarkan data komposisi asam lemak dari minyak biji alpukat, maka
dapat ditentukan bahwa berat molekul FFA minyak biji alpukat adalah 276,224
gr/mol. Dari kromatogram di atas, dapat dilihat bahwa komponen asam lemak
yang dominan adalah asam lemak tidak jenuh jamak yaitu asam linoleat sebesar
47,3531% (b/b), asam lemak jenuh berupa asam palmitat sebesar 20,3439% (b/b),
dan asam lemak tidak jenuh tunggal yaitu asam oleat sebesar 15,8823% (b/b).
Berdasarkan hasil yang dilaporkan Bora [20] minyak biji alpukat dengan
pelarut n-heksana juga mengandung asam lemak dominan yang sama tetapi
dengan proporsi yang berbeda yaitu asam linoleat (18:2) sebesar 38,892 ±
0,585%, asam palmitat (16:0) sebesar 20,847 ± 0,843% dan asam oleat (18:1)
sebesar 17,410 ± 0,058%. Kandungan asam linoleat, asam palmitat dan asam oleat
dalam minyak dengan pelarut n-heptana lebih besar dibanding dengan yang
diekstraksi menggunakan n-heksana. Asam oleat merupakan prekursor untuk
produksi sebagian besar PUFA (asam linoleat dan linolenat), yang pada suhu
tinggi asam oleat akan teroksidasi dan berubah menjadi asam linoleat [38]. Reaksi
oksidasi pada minyak terjadi pada suhu lebih dari 90oC (> 90oC) [39]. Inilah yang

36

menyebabkan kandungan asam linoleat yang menggunakan n-heptana lebih besar
dibanding dengan yang menggunakan n-heksana.
Total dari asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA) yang diperoleh sebesar
22,8712% dan asam lemak tak jenuh jamak (PUFA) 52,3252% lebih besar
dibandingkan dengan yang dilaporkan oleh Bora [19] yaitu MUFA sebesar
20,712% dan PUFA sebesar 46,726%. Tetapi total asam lemak jenuh yang
diperoleh lebih kecil dibanding dengan yang dilaporkan oleh Bora [19] sebesar
32,495%. Perbedaan komposisi asam lemak ini dapat disebabkan oleh perbedaan
lokasi tumbuhan berasal dan faktor lain seperti kematangan dan proses
pemanenan [20].
Rasio asam linoleat dengan asam linolenat (C18:2/C18:3) diperoleh sebesar
9,52 yang lebih tinggi dibandingkan dengan perolehan Bora [19] dan Galvao [40]
berturut-turut yaitu 5,92 dan 2,95. Nilai rasio C18:2/C18:3 yang lebih tinggi pada
minyak biji alpukat berkhasiat menurunkan kolesterol darah (trigliserida dan
HDL) yang telah diuji pada tikus [40]. Kemudian tingginya rasio PUFA/SFA
telah

dilaporkan

dapat

mengurangi

penyakit

kardiovaskular

dan

direkomendasikan nilai minimumnya adalah 0,4 [40]. Rasio PUFA/SFA yang
diperoleh sebesar 2,11. Hasil di atas juga memperlihatkan bahwa asam lemak
pada minyak biji alpukat didominasi oleh asam linoleat yang merupakan asam
lemak tak jenuh jamak (PUFA). Sartika, 2008 menyatakan bahwa PUFA berperan
penting dalam transport dan metabolisme lemak, fungsi imun, mempertahankan
fungsi dan integritas membran sel [41].
Oleh karena itu, minyak biji alpukat yang dihasilkan cukup berkhasiat untuk
kesehatan. Meskipun masih diperlukan pengujian lebih lanjut mengenai toksisitas
dan kandungan di dalam minyak tersebut.
4.3B

ANALISISBEKONOMIB
Buah alpukat merupakan buah yang cukup banyak diminati oleh rakyat

Indonesia, baik langsung dikonsumsi, dibuat menjadi jus, dan tambahan produk
makanan lainnya. Selain itu buah alpukat juga banyak digunakan sebagai bahan
tambahan pada industri kosmetik, shampoo, dan sebagainya. Buah alpukat
digunakan setelah dipisahkan dari kulit dan bijinya, kemudian diambil daging
37

buahnya saja. Hingga saat ini, biji alpukat yang telah dibuang dibiarkan begitu
saja hingga membusuk. Biji alpukat yang telah membusuk akan menimbulkan bau
tidak sedap dan bayak dihinggapi lalat, sehingga dapat berpengaruh terhadap
kesehatan lingkungan sekitar.
Produksi alpukat di Indonesia cukup tinggi, hal ini dapat dibuktikan
dengan data produksi buah alpukat di Indonesia pada tahun 2013 dari Badan Pusat
Statistik (BPS) yaitu mencapai 276.318 ton per tahun. Produksi alpukat
mengalami peningkatan pada tahun 2014 hingga mencapai 307.326 ton [1],
seiring dengan meningkatnya produksi alpukat, maka limbah biji alpukat yang
dihasilkan juga meningkat.
Biji alpukat terdiri dari 65% daging buah (mesokarp), 20% biji (endocarp),
dan 15% kulit buah (perikarp) [9]. Menurut Prasetyowati, biji alpukat
mengandung 15 – 20 % minyak. Biji alpukat mengandung minyak yang hampir
sama dengan kedelai sehingga biji alpukat dapat dijadikan sebagai sumber minyak
nabati [3].
Jika diperkirakan produksi buah alpukat per tahun adalah 250 ribu ton. Biji
alpukat 20% dari produksi buah alpukat yaitu 50 ribu ton. Setelah dilakukan
penelitian mengenai ekstraksi minyak biji alpukat dengan pelarut heptana,
diperoleh rata-rata kandungan minyak dalam biji alpukat sebesar 14,72%. Dari
data tersebut, jika dikalikan dengan limbah biji alpukat Indonesia dapat dihasilkan
7.360 ton minyak biji alpukat. Densitas minyak biji alpukat yang diperoleh dari
penelitian yaitu 0,7 kg/L. Dalam satuan volume, minyak biji alpukat yang dapat
dihasilkan dari 50 ribu ton limbah biji alpukat yaitu lebih dari 10 juta Liter
minyak biji alpukat. Dapat dilihat dari hasil tersebut, potensi minyak biji alpukat
cukup besar untuk dijadikan minyak nabati.
Untuk itu, perlu dilakukan analisis ekonomi mengenai ekstraksi pembuatan
minyak dari biji alpukat yang akan dikaji secara sederhana dalam tulisan ini.
Berdasarkan data hasil penelitian, diperoleh yield sebesar 15% pada waktu
ekstraksi selama 90 menit, massa biji alpukat sebesar 20 gram dan volume pelarut
250 ml. Dimisalkan basis perhitungan yaitu 100 gram bahan baku biji alpukat.
Sebelum melakukan kajian tersebut, perlu diketahui harga bahan baku yang

38

digunakan dalam produksi dan harga jual minyak biji alpukat. Jumlah bahan baku
yang digunakan pada proses ekstraksi dapat dihitung sebagai berikut :
Volume pelarut n-heptana yang diperlukan untuk mengekstraksi 100 gram
biji alpukat =

100 gr
 250 ml = 1250 ml = 1,25 L
20 gr

Harga pembelian n-heptana =

Rp2.100.000
 1,25 L = RP 1.050.000,2,5 L

Jumlah minyak yang dihasilkan dari 20 gram biji alpukat :
% minyak (20 gr) = 15%  20gr = 3 gr
% minyak (100 gr) =

100 gr
 3gr = 15 gr
20 gr

Massa minyak yang diperoleh = 15 gr
Harga minyak biji alpukat $138,98 per kg (Aliexpress) = Rp 2.043.700
Harga penjualan minyak biji alpukat =

Rp2.043.700
 15 gr = Rp 30.655,1000 gr

Pada saat pemisahan pelarut dari minyak setelah proses ekstraksi diperoleh
sekitar 80% pelarut n-heptana yang diuapkan dapat digunakan kembali untuk
proses ekstraksi yang selanjutnya.
Volume n-heptana yang diperoleh = 80% x 1,25 L = 1 L
Harga penjualan n-heptana =

Rp2.100.000
 1 L = Rp 840.000,2,5 L

Jadi untuk proses ekstraksi selanjutnya dapat menghemat pembelian pelarut
sebesar Rp 840.000,-

39

BABBVB
KESIMPULANBDANBSARANB
B
5.1

KESIMPULANB
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang telah dilakukan

adalah:
1. Analisis pengaruh variabel penelitian yang diolah dengan metode respon
permukaan menggunakan software Minitab memberikan nilai R2 sebesar
94,24% menunjukkan validitas untuk variabel terikat.
2. Interaksi antara ketiga variabel yang paling menunjukkan pengaruh
signifikan adalah hubungan interaksi antara waktu ekstraksi dan massa biji
alpukat.
3. Dari analisis sifat fisika dan kimia yaitu warna, densitas, viskositas, dan
FFA diperoleh hasil berturut-turut yaitu oranye, 0,71 g/ml; 0,43 cP; dan
2,76%.B
4. Analisis komposisi asam lemak minyak biji alpukat diperoleh komponen
asam lemak yang dominan adalah asam lemak tidak jenuh jamak yaitu asam
linoleat sebesar 47,3531% (b/b), asam lemak jenuh berupa asam palmitat
sebesar 20,3439% (b/b), dan asam lemak tidak jenuh tunggal yaitu asam
oleat sebesar 15,8823% (b/b).B
B
5.2

SARANB
Adapun saran yang dapat diberikan setelah melakukan penelitian ini adalah:

1. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya waktu ekstraksi diperlama dan
dilakukan analisis lebih lanjut kandungan antioksidan pada minyak biji
alpukat.B
2. Sebaiknya dilakukan analisis toksisitas minyak biji alpukat yang dihasilkan
agar diketahui keamanan pelarut n-heptana sebagai alternatif pelarut yang
aman bagi kesehatan dan lingkungan.B
B

40

BABBIIB
TINJAUANBPUSTATAB
2.1

ALPUTATB(Persea Americana Mill)B

2.1.1 TandunganBdanBManfaatBBuahBAlpukatB
Tanaman alpukat berasal dari Amerika tengah yang beriklim tropis dan
telah menyebar hampir ke seluruh negara sub-tropis dan tropis termasuk
indonesia. Di samping daging buahnya, biji alpukat juga memiliki potensi karena
proteinnya tinggi bahkan alpukat memiliki kandungan minyak yang cukup tinggi
sehingga biji alpukat dapat dijadikan sebagai sumber minyak nabati [2]. Buah
alpukat merupakan salah satu jenis buah yang digemari banyak orang karena
selain rasanya yang enak, buah alpukat juga kaya antioksidan dan zat gizi.
Sebagian

besar

masyarakat

memanfaatkan alpukat

pada

buahnya

saja

sedangkan bagian lain seperti biji kurang dimanfaatkan [5]. Umumnya alpukat
memiliki daging buah tebal berwarna hijau kekuningan dengan biji di
tengahnya berwarna kecoklatan [6].
Alpukat sangat banyak manfaatnya, mulai dari buah, daun, batang, biji
buah, hingga kulit buah ada manfaatnya. Saat ini, alpukat banyak dimanfaatkan di
bidang kesehatan dan kecantikan. Dalam dunia pengobatan misalnya, alpukat
telah banyak digunakan sebagai obat tradisional untuk mengobati berbagai
macam penyakit. Daging buahnya dapat mengurangi rasa sakit, mengobati
sariawan mencegah pengerasan arteri, melancarkan peredaran darah dan saluran
kencing, menurunkan kadar LDL, antibiotik, mencegah mual-mual pada awal
kehamilan, membantu perkembangan otak dan tulang belakang janin, merangsang
pembentukan jaringan kolagen, menjaga kesehatan kulit, menghitamkan rambut,
dan sebagai pendingin muka (masker). Daun buah alpukat biasanya digunakan
untuk mengobati nyeri saraf, nyeri lambung, menurunkan darah tinggi,
mengobati

batu

ginjal, sakit kepala, sakit perut, sakit tenggorokan, dan

pendarahan. Selain buah dan daunnya, biji buah alpukat juga bisa digunakan
untuk mengurangi kadar gula dalam darah, mengobati sakit gigi dan kencing
manis [6,15].

5

Klasifikasi lengkap tanaman alpukat adalah sebagai berikut:
Divisi

: Spermatophyta

Anak divisi : Angiospermae
Kelas

: Dicotyledoneae

Bangsa

: Ranales

Keluarga

: Lauraceae

Marga

: Persea

Varietas

: Persea americana Mill

[15]
Selain kandungan minyak yang tinggi, alpukat juga memiliki kandungan
gizi yang tinggi dengan komposisi yang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Kandungan Gizi di Dalam 100 gram Buah Alpukat [15]
ZatBGiziB
Kalori
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
Fosfor
Besi
Vitamin A
Vitamin B1
Vitamin C
Air

JumlahB
85,0 kal
0,9
gram
6,5
gram
7,7
mg
10,0 mg
20,0 mg
0,9
S.I
180,0 mg
0,05 mg
13,0 mg
84,3 gram

B

B

B

Disamping kandungan gizi, biji alpukat juga dilaporkan beberapa

kandungan toksisitasnya, diantaranya menurut Marlinda, 2012 nilai LC50 dari
ekstrak etanol 96% biji buah alpukat (Persea americana Mill) didapatkan antara
34,302 – 42,270 mg/L. Nilai LC50 < 1000 mg/L menunjukkan ekstrak etanol biji
buah alpukat (Persea americana Mill) memiliki potensi toksisitas akut [6]. Hal ini
juga didukung oleh beberapa penelitian yang menguji toksisitas biji alpukat dan
sama-sama menyatakan bahwa biji alpukat bersifat toksik [16], [17].

6

2.1.2 TandunganBMinyakBpadaBBijiBAlpukatB
Menurut Rachimoellah pada penelitiannya mengenai produksi biodiesel dari
minyak biji alpukat, terdapat kandungan minyak sebesar 15% [18]. Hasil
penelitian Prasetyowati, dkk., 2010 juga menyatakan biji alpukat mengandung
minyak 15-20% [2]. Menggunakan pelarut n-heksana dengan variasi massa biji
alpukat (30 dan 50 gram), volume pelarut (200, 300, 400 ml), dan waktu ekstraksi
(60, 90, 120 menit) dihasilkan yield minyak biji alpukat berkisar antara 16,62 –
25,15% [2]. Penelitian Pramudono, dkk, 2008 menggunakan variasi pelarut nheksana dan iso propil alkohol dengan rasio massa terhadap pelarut 20/250 gr