Analisis Kinerja Perusahaan Publik yang melakukan Akuisisi di Indonesia

(1)

Lampiran 1

Daftar Sampel Perusahaan

NO Perusahaan Tanggal Akuisisi

1 Astra Internasional (ASII) 27 September 2010

2 Unilever Indonesia (UNVR) 06 Januari 2011

3 Citra Tobindo Tbk (CTBN) 04 Mei 2011


(2)

Lampiran 2

Perubahan Kinerja Keuangan Perusahaan Nama Perusahaan Rasio

Keuangan

Kinerja Keuangan 1 tahun sebelum

akuisisi

1 tahun sesudah akuisisi

2 tahun sesudah akuisisi PT Astra

Internasional Tbk (ASII)

ROI (%) 0,11 0,14 0,12

ROE (%) 0,25 0,28 0,25

DER (%) 1,00 1,02 1,03

TATO (%) 1,11 1,06 1,03

CR (%) 1,37 1,36 1,40

PT Unilever Indonesia Tbk

(UNVR)

ROI (%) 0,39 0,40 0,40

ROE (%) 0,84 1,22 1,26

DER (%) 1,15 2,02 2,14

TATO (%) 2,26 2,28 2,30

CR (%) 0,85 0,67 0,70

PT Citra Tubindo Tbk (CTBN)

ROI (%) 0,07 0,13 0,14

ROE (%) 0,16 0,24 0,25

DER (%) 1,43 0,88 0,82

TATO (%) 0,78 0,75 0,89

CR (%) 1,38 1,79 1,79

PT Charoen Pokphand Indonesia

Tbk (CPIN)

ROI (%) 0,34 0,22 0,16

ROE (%) 0,50 0,33 0,25

DER (%) 0,46 0,51 0,58

TATO (%) 2,31 1,73 1,63


(3)

Lampiran 3

Hasil Statistik Deskriptif Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ROI_1TahunSebelum 4 .07 .39 .2275 .16091

ROI_1TahunSesudah 4 .13 .40 .2225 .12500

ROE_1TahunSebelum 4 .16 .84 .4375 .30445

ROE_1TahunSesudah 4 .24 1.22 .5175 .46978

DER_1TahunSebelum 4 .46 1.43 1.0100 .40768 DER_1TahunSesudah 4 .51 2.02 1.1075 .64526 TATO_1TahunSebelum 4 .78 2.31 1.6150 .78556 TATO_1TahunSesudah 4 .75 2.28 1.4550 .68540

CR_1TahunSebelum 4 .85 2.93 1.6325 .89972

CR_1TahunSesudah 4 .67 3.31 1.7825 1.11796 Valid N (listwise) 4

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ROI_1TahunSebelum 4 .07 .39 .2275 .16091

ROI_2TahunSesudah 4 .12 .40 .2050 .13102

ROE_1TahunSebelum 4 .16 .84 .4375 .30445

ROE_2TahunSesudah 4 .25 1.26 .5025 .50500

DER_1TahunSebelum 4 .46 1.43 1.0100 .40768 DER_2TahunSesudah 4 .58 2.14 1.1425 .68995 TATO_1TahunSebelum 4 .78 2.31 1.6150 .78556 TATO_2TahunSesudah 4 .89 2.30 1.4625 .64402

CR_1TahunSebelum 4 .85 2.93 1.6325 .89972

CR_2TahunSesudah 4 .70 3.79 1.9200 1.32572 Valid N (listwise) 4


(4)

Lampiran 4

Hasil Paired Sample t-test 1 tahun sebelum Akuisisi dan 1 tahun sesudah Akuisisi

Return on Investment Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 ROI_1TahunSebelum -

ROI_1TahunSesudah .00500 .07937 .03969 -.12130 .13130 .126 3 .908

Return on Equity Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 ROE_1TahunSebelum -

ROE_1TahunSesudah -.05250 .27023 .13512 -.48250 .37750 -.389 3 .724

Debt to Equity Ratio Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 DER_1TahunSebelum -


(5)

Total Asset Turn Over Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 TATO_1TahunSebelum -

TATO_1TahunSesudah .46500 .89049 .44524 -.95196 1.88196 1.044 3 .373

Current Ratio Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 CR_1TahunSebelum -

CR_1TahunSesudah .24500 .68325 .34163 -.84221 1.33221 .717 3 .525

Hasil Paired Sampel t-test 1 tahun sebelum Akuisisi dan 2 tahun sesudah Akuisisi

Return on Investment Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 ROI_1TahunSebelum -


(6)

Return on Equity Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 ROE_1TahunSebelum -

ROE_2TahunSesudah -.04250 .31245 .15622 -.53968 .45468 -.272 3 .803

Debt to Equity Ratio Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Pair 1 DER_1TahunSebelum -

DER_2TahunSesudah -.05000 .68000 .34000 -1.13203 1.03203 -.147 3 .892

Total Asset Turn Over Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 TATO_1TahunSebelum -


(7)

Current Ratio Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 CR_1TahunSebelum -


(8)

Daftar Pustaka

Buku

Brigham, Eugene dan Joel Houston. 2001. Fundamental of Financial Management (Manajemen Keuangan).Jilid 1. Erlangga, Jakarta. Brigham, Eugene dan Joel Houston. 2004. Fundamental of Financial

Management(Dasar-dasar Manajemen Keuangan). Jilid 2. Edisi 10. Salemba Empat. Jakarta.

Dharmasetya dan Sulaimin, 2002. Merger dan Akuisisi Tinjauan dari Sudut Akuntansi dan Perpajakan. Gramedia, Jakarta.

Erlina, 2008. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manejemen, Edisi Kedua, USU Press, Medan.

Hanafi, Mamduh M, 2004. Manajemen Keuangan. Edisi 2004/2005. BPFE YOGYAKARTA. Yogyakarta.

Hitt, A Michael, 2002. Merger dan Akuisisi: Panduan Meraih Laba Bagi Para Pemegang Saham, Edisi 1, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Moin, Abdul, 2003. Merger, Akuisisi dan Disvestasi. Jilid 1, Ekonisia, Yogyakarta.

Pardede, Pontas M, 2011. Manajemen Strategik dan Kebijakan Perusahaan, Mitra Wacana Media, Jakarta

Sawir, Agnes, 2001. Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum.

Sinuraya, Murthada.1999. Teori Manajemen Keuangan (Edisi Revisi). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sjahrial, Dermawan, 2009. Manajemen Keuangan. Mitra Wacana Media, Jakarta Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta, Bandung.

Syafri Harahap, Sofyan. 2008. Analisa Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.


(9)

Jurnal

Hamida dan Noviani, Manasye, 2013. Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi (Pada Perusahaan Pengakuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2006). Vol 4 Nomor 1.

Helga, Leo dan Salamun, 2006. Pengaruh Pengumuman Merger dan Akuisisi Terhadap Return Saham Pengakuisisi di Bursa Efek Jakarta Pada Tahun 2000-2002. Vol 1, Mei 2006.

Hendra Gunawan, Kadek dan Sukartha, I Made, 2013. Kinerja Pasar dan Kinerja Keuangan Sesudah Merger dan Akuisisi di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 5.2.

Meta Annisa, 2009. Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan

Perusahaan dan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2009.

Novaliza, Putri dan Djajanti, 2013. Analisis Pengaruh Merger dan Akuisisi Terhadap Kinerja Perusahaan Publik di Indonesia (periode 2004-2011). Jurnal Akuntansi dan Bisnis Volume 1 Nomor 1.

Nugroho, Muhammad 2010. Analisisi Perbandingan Kinerja Keuangan

Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi (Pada Perusahaan Pengakuisisi, Periode 2002-2003). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Payamta dan Setiawan, Doddy, 2004. Analisis Pengaruh Merger dan Akuisisi Terhadap Kinerja Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 7.

Situmeang, Johanes, 2014. Analisis PT. Smartfren Telecom Tbk dan PT. XL Axiata Tbk yang melakukan Merger dan Akuisisi.


(10)

Usadha, I Putu A dan Yasa, Gerianta W. 2009. Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi di Bursa Efek Indonesia.

Wangi, Annisa M. Cempaka. 2010. Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2009. Skripsi yang dipublikasikan. Universitas Diponegoro, Semarang.

Widjanarko, Hendro. 2006. Merger, Akuisisi dan Kinerja Perusahaan Studi Atas Perusahaan Manufaktur Tahun 1998-2002. Utilitas, Volume 14 Nomor 1 (Januari), hal 34-49.

Web


(11)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomema yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena dalam penelitian ini dapat dilihat dari laporan keuangan yang telah ada dan dapat dinilai apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

1. Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet dengan mengakses situs

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2015 sampai dengan selesai.

3.3 Batasan Operasional

Peneliti dalam hal ini membatasi penelitian sebagai berikut:

1. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang melakukan akuisisi periode tahun 2010-2011.


(12)

2. Periode data penelitian yaitu satu tahun sebelum, satu tahun sesudah dan dua tahun sesudah akuisisi.

3. Kinerja keuangan yang dianalisis yaitu melalui rasio keuangan yang terdiri dari Return on Investment (ROI), Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Total Asset Turn Over (TATO), Current Ratio (CR).

4. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari situs

3.4 Defenisi Operasional Variabel 1. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk menggambarkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya (Syafri, 2008). Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Return on Investment (ROI)

Return on Investment (ROI) adalah merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan (Sawir, 2001).


(13)

ROI =Laba bersih setelah pajak Total Aktiva

b. Return on Equity (ROE)

Return on Equity (ROE) adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan (Sawir, 2001)

���= ���������ℎ������ℎ����� ������������

2. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila sekiranya perusahaan dilikuidasi (Sawir, 2001). Rasio solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai dari hutang (Sawir, 2001)

DER =Total Hutang Total Ekuitas


(14)

3. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa efektif manajemen perusahaan dalam mengelola dan memanfaatkan semua sumber daya yang ada padanya (Syafri, 2008). Rasio aktiviats yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total Assets Turn Over (TATO). Total Assets Turn Over merupakan rasio yang mengukur tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu (Sawir, 2001).

���� = ��������� �����������

4. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemapuan perusahaan-perusahaan membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia (Syafri, 2008).

Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Current Ratio (CR). Current Ratio (CR) menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar.

�� = ������������ �����������


(15)

Untuk lebih jelasnya masing-masing variabel penelitian secara operasional dapat didefenisikan sebagai berikut:

Tabel 3.1

Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

Variabel Defenisi Parameter

Return on Investment (ROI)

Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan

ROI =

Laba bersih setelah pajak Total Aktiva

Return on Equity (ROE)

Rasio yang

memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan

ROE =

Laba bersih setelah pajak Total Ekuitas

Debt to Equity Ratio (DER)

Rasio yang menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang megukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai dari hutang DER = Total Hutang Total Ekuitas


(16)

3.5 Populasi dan Sampel

Menurut Erlina (2008:75) Populasi adalah sekelompok orang, kejadian, suatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dan yang merupakan populasi sasaran adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang melakukan akuisisi.

Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi (Erlina, 2008:75).

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut:

Total Asset Turn Over (TATO)

Rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa efektif

manajemen perusahaan dalam mengelola dan memanfaatkan semua sumber daya yang ada padanya

���� = Penjualan Total Aktiva

Current Ratio (CR) Rasio yang

menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar

CR = Aktiva Lancar Utang Lancar Lanjutan Tabel 3.1


(17)

1. Perusahaan publik yang termasuk industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan melakukan akuisisi pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2011.

2. Perusahaan manufaktur memiliki tanggal akuisisi yang jelas.

3. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan auditan secara lengkap selama satu tahun sebelum, satu tahun sesudah dan dua tahun sesudah akuisisi dengan periode berakhir per 31 Desember.

Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan diatas dari 130 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) diperoleh 5 perusahaan manufaktur yang melakukan akuisisi pada tahun 2010 - 2011 dan memiliki tanggal akuisisi yang jelas dan diperoleh 4 perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan auditan.

Perusahaan sampel yang memenuhi kriteria dapat disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3.2

Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang melakukan Akuisisi tahun 2010-2011

NO Perusahaan Tanggal Akuisisi

1 Astra Internasional (ASII) 27 September 2010

2 Unilever Indonesia (UNVR) 06 Januari 2011

3 Citra Tobindo Tbk (CTBN) 04 Mei 2011

4 Charoen Pokphand Jaya Tbk (CPIN) 08 Juni 2011 Sumber :


(18)

3.6 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter). Data yang diperlukan dalam penelitian ini berasal dari publikasi Bursa Efek Indonesia.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Dalam penelitian ini, data diperoleh dengan cara meneliti dokumen-dokumen serta mengumpulkan data pendukung berupa literatur, jurnal, penelitian terdahulu, dan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang dapat dipergunakan sebagai landasan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Berkaitan dengan data-data yang digunakan dalam penelitian ini, data-data yang dibutuhkan yaitu data sekunder berupa laporan keuangan yang dipublikasikan Bursa Efek Indonesia (BEI).

3.8 Teknik Analisis Data 3.8.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, dan varian dengan prosedur sebagai berikut:

1. Menentukan tingkat rata-rata (mean), standar deviasi dan varian indikator kinerja keuangan perusahaan dari rasio keuangan sebelum


(19)

dan sesudah merger dan akuisisi ditinjau dari kinerja perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

2. Menentukan perbedaan mean (naik/turun) indikator keuangan perusahaan antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.

3.8.2 Uji Beda t-test

Penelitian ini menggunakan metode uji t-test sampel berpasangan (sample t-test) dengan menggunakan bantuan software SPSS. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji beda t-test sampel yaitu Paired Sample t-test. Uji beda t-test ini digunakan untuk analisis dengan melibatkan dua pengukuran pada subjek yang sama terhadap suatu pengaruh tertentu. Kriteria pengambilan keputusan untuk pengujian hipotesis adalah

1. Jika probabilitas atau Sig. > 0,05, maka hipotesis ditolak. 2. Jika probabilitas atau Sig. < 0,05, maka hipotesis diterima.


(20)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan 1. PT Astra Internasional Tbk

PT Astra Internasional Tbk merupakan perusahaan perdagangan yang didirikan berdasarkan hukum dan peraturan undang-undang Republik Indonesia, berkedudukan di Jakarta dan beralamatkan di Jalan Gaya Motor Raya No 8 Sunter II Jakarta 14330. Astra berdiri sejak tanggal 20 Februari 1957 dan memperoleh status badan hukum berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI sejak tanggal 1 Juli 1957 Nomor: J.A.5/53/5. Anggaran Dasar terakhir Astra ialah sebagaimana diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI tanggal 17 Maret 2009 No 22 yang pemberitahuan perubahannya telah disimpan di dalam database Sisminbakum Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI berdasarkan Keputusan No AHU-56114.AH.01.02.Tahun 2008 tanggal 28 Agustus 2008.

Sejak tahun 1990, Astra menjadi perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Saat ini Astra bergerak dalam enam bidang usaha, yaitu otomotif, jasa keuangan, alat berat pertambangan dan energi, agribisnis, teknologi informasi, infrastruktur dan mata rantai logistik.


(21)

2. PT Unilever Indonesia Tbk

PT. Unilever Indonesia Tbk adalah perusahaan yang bergerak di bidang personal and beauty care yang telah memasarkan produknya di Indonesia sejak 5 Desember 1993 dan mulai menjadi perusahaan terbuka pada tahun 1983. Unilever di Indonesia memiliki 2 divisi yaitu Home and Personal care (76%) dan Foods and Ice cream (24%). Unilever memiliki 14 kategori termasuk oral care, skin care, skin cleansing, hair care, deodorant, fabric cleaning, fabric conditioner, HHC, SCP, savoury, TBB, snack, NPV, dan ice cream. Unilever membentuk anak perusahaan di Indonesia dengan nama PT. Unilever Indonesia Tbk (“perseroan”) yang didirikan pada tanggal 5 Desember 1933 dengan nama Lever’s Zeepfabrieken N.V dengan akta No 23 Mr. A.H. Van Ophuijsen, notaris di Batavia disetujui oleh Gouverneur van Nederlandsch-Indie denga surat No 14 tanggal 16 Desember 1933 didaftarkan di Raad van Jstitie di Batavia dengan No 302 pada tanggal 22 Desember 1993 dan diumumkan dalam Javasche Courant tanggal 9 Januari 1934, Tambahan No 3.

Nama perseroan diubah menjadi PT. Unilever Indonesia dengan akta No. 171 tanggal 22 Juli 1980 dari notaris Ny. Kartini Muljadi, S.H. Selanjutnya perubahan nama Perseroan menjadi “PT. Unilever Indonesia Tbk” dilakukan dengan akta notaris Tn. Mudofir Hadi, S.H. No. 92 tanggal 30 Juni 1997. Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dalam surat keputusan No C2-1.049HT.01.04 TH. 98 tanggal 23 Februari 1998 dan diumumkan dalam Berita Negara No.39 tanggal 15 Mei 1998, Tambahan No. 2620.


(22)

Kegiatan usaha perseroan meliputi bidang produksi, pemasaran dan distribusi barang-barang konsumsi meliputi sabun, detergen, margarine, makanan berinti susu, es krim, produk-produk kosmetik, minuman dengan bahan pokok teh, dan minuman dengan sari buah.

3. PT Citra Tobindo Tbk

PT Citra Tobindo didirikan berdasarkan akta pendirian No. 01/CTSP/08, telah mendapatkan pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU-22038.AH.01.01 Tahun 2008, tertanggal 30 April 2008.

PT Citra Tobindo berkedudukan di Pekanbaru, provinsi Riau dan melakukan kegaiatan usaha dibidang pertambangan batu bara yang meliputi konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian bahan galian batu bara.

4. PT Charoen Pokphand Tbk

PT Charoen Pokphand Tbk merupakan perusahaan yang didirikan di Indonesia berdasarkan Akta Notaris Drs. Gde Ngurah Rai, S.H.. No. 33 tanggal 22 Desember 1972. Akta pendirian tersebut telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 20, Tambahan No. 147 tanggal 11 Maret 1975.

Ruang lingkup kegiatan usaha antara lain meliputi peternakan unggas, perdagangan semua hasil produksinya dan penyertaan saham pada perusahaan lain.


(23)

Bisnis utama PT Charoen Pokphand adalah pembibitan ayam pedaging atau disebut juga industri pembibitan Day Old Chick (DO) atau anak ayam umur sehari.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Kondisi Kinerja Keuangan

Berikut ini merupakan analisis kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi:

Tabel 4.1

ASII (PT Astra Internasional Tbk)

Indikator 1 Tahun sebelum Akuisisi

1 Tahun sesudah Akuisisi

2 Tahun sesudah Akuisisi

ROI 0,11 0,14 0,12

ROE 0,25 0,28 0,25

DER 1,00 1,02 1,03

TATO 1,11 1,06 1,03

CR 1,37 1,36 1,40

Sumber:

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa pada saat sebelum akuisisi nilai Return on Investment (ROI) perusahaan sebesar 0,11 sedangkan 1 tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan menjadi sebesar 0,14 dan untuk 2 tahun sesudah akuisisi mengalami penurunan menjadi sebesar 0,11.


(24)

Return on Equity (ROE) sebelum akuisisi sebesar 0,25 sedangkan 1 tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan menjadi sebesar 0,28 dan untuk 2 tahun sesudah akuisisi mengalami penurunan menjadi sebesar 0,25.

Debt to Equity (DER) sebelum akuisisi sebesar 1,00 sedangkan 1 tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan menjadi sebesar 1,02 dan untuk 2 tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan menjadi sebesar 1,03.

Total asset turn over (TATO) sebelum akuisisi sebesar 1,11 sedangkan 1 tahun sesudah akuisisi mengalami penurunan menjadi sebesar 1,06 dan untuk 2 tahun sesudah akuisisi mengalami penurunan menjadi sebesar 1,03.

Current Ratio (CR) sebelum akuisisi sebesar 1,37 sedangkan 1 tahun sesudah akuisisi mengalami penurunan menjadi sebesar 1,36 dan untuk 2 tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan menjadi sebesar 1,40.

Tabel 4.2

UNVR (PT Unilever Indonesia Tbk) Indikator 1 Tahun sebelum

Akuisisi

1 Tahun sesudah Akuisisi

2 Tahun sesudah Akuisisi

ROI 0,39 0,40 0,40

ROE 0,84 1,22 1,26

DER 1,15 2,02 2,14

TATO 2,26 2,28 2,30

CR 0,85 0,67 0,70


(25)

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pada saat sebelum akuisisi nilai Return on Investment (ROI) perusahaan sebesar 0,39 sedangkan 1 tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan menjadi sebesar 0,40 dan untuk 2 tahun sesudah akuisisi tidak mengalami perubahan tetap menjadi sebesar 0,40.

Return on Equity (ROE) sebelum akuisisi sebesar 0,84 sedangkan 1 tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan menjadi sebesar 1,22 dan untuk 2 tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan menjadi sebesar 1,26.

Debt to Equity (DER) sebelum akuisisi sebesar 1,15 sedangkan 1 tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan menjadi sebesar 2,02 dan untuk 2 tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan menjadi sebesar 2,14.

Total asset turn over (TATO) sebelum akuisisi sebesar 2,26 sedangkan 1 tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan menjadi sebesar 2,28 dan untuk 2 tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan menjadi sebesar 2,30.

Current Ratio (CR) sebelum akuisisi sebesar 0,85 sedangkan 1 tahun sesudah akuisisi mengalami penurunan menjadi sebesar 0,67 dan untuk 2 tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan menjadi sebesar 0,70.


(26)

Tabel 4.3

CTBN (PT Citra Tubindo Tbk) Indikator 1 Tahun sebelum

Akuisisi

1 Tahun sesudah Akuisisi

2 Tahun sesudah Akuisisi

ROI 0,07 0,13 0,14

ROE 0,16 0,24 0,25

DER 1,43 0,88 0,82

TATO 0,78 0.75 0,89

CR 1,38 1,79 1,79

Sumber:

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada saat sebelum akuisisi nilai Return on Investment (ROI) perusahaan sebesar 0,07 sedangkan 1 tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan menjadi sebesar 0,13 dan untuk 2 tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan menjadi sebesar 0,14.

Return on Equity (ROE) sebelum akuisisi sebesar 0,16 sedangkan 1 tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan menjadi sebesar 0,24 dan untuk 2 tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan menjadi sebesar 0,25.

Debt to Equity (DER) sebelum akuisisi sebesar 1,43 sedangkan 1 tahun sesudah akuisisi mengalami penurunan menjadi sebesar 0,88 dan untuk 2 tahun sesudah akuisisi mengalami penurunan menjadi sebesar 0,82.

Total asset turn over (TATO) sebelum akuisisi sebesar 0,78 sedangkan 1 tahun sesudah akuisisi mengalami penurunan menjadi sebesar 0,75 dan untuk 2 tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan menjadi sebesar 0,89.


(27)

Current Ratio (CR) sebelum akuisisi sebesar 1,38 sedangkan 1 tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan menjadi sebesar 1,79 dan untuk 2 tahun sesudah akuisisi tidak mengalami perubahan tetap menjadi sebesar 1,79.

Tabel 4.4

CPIN (PT Charoen Pokphand Jaya Tbk) Indikator 1 Tahun sebelum

Akuisisi

1 Tahun sesudah Akuisisi

2 Tahun sesudah Akuisisi

ROI 0,34 0,22 0,16

ROE 0,50 0,33 0,25

DER 0,46 0,51 0,58

TATO 2,31 1,73 1,63

CR 2,93 3,31 3,79

Sumber:

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pada saat sebelum akuisisi nilai Return on Investment (ROI) perusahaan sebesar 0,34 sedangkan 1 tahun sesudah akuisisi mengalami penurunan menjadi sebesar 0,22 dan untuk 2 tahun sesudah akuisisi mengalami penurunan menjadi sebesar 0,16.

Return on Equity (ROE) sebelum akuisisi sebesar 0,50 sedangkan 1 tahun sesudah akuisisi mengalami penurunan menjadi sebesar 0,33 dan untuk 2 tahun sesudah akuisisi mengalami penurunan menjadi sebesar 0,25.


(28)

Debt to Equity (DER) sebelum akuisisi sebesar 0,46 sedangkan 1 tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan menjadi sebesar 0,51 dan untuk 2 tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan menjadi sebesar 0,58.

Total asset turn over (TATO) sebelum akuisisi sebesar 2,31 sedangkan 1 tahun sesudah akuisisi mengalami penurunan menjadi sebesar 2,31 dan untuk 2 tahun sesudah akuisisi mengalami penurunan menjadi sebesar 1,63.

Current Ratio (CR) sebelum akuisisi sebesar 2,93 sedangkan 1 tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan menjadi sebesar 3,31 dan untuk 2 tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan menjadi sebesar 3,79.

4.2.2 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif memberikan informasi mengenai nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi (standard deviation) data yang digunakan dalam penelitian ini.


(29)

1. Hasil Statistik Deskriptif 1 tahun sebelum akuisisi dan 1 tahun sesudah akuisisi

Tabel 4.5 Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ROI_1TahunSebelum 4 .07 .39 .2275 .16091

ROI_1TahunSesudah 4 .13 .40 .2225 .12500

ROE_1TahunSebelum 4 .16 .84 .4375 .30445

ROE_1TahunSesudah 4 .24 1.22 .5175 .46978

DER_1TahunSebelum 4 .46 1.43 1.0100 .40768 DER_1TahunSesudah 4 .51 2.02 1.1075 .64526 TATO_1TahunSebelum 4 .78 2.31 1.6150 .78556 TATO_1TahunSesudah 4 .75 2.28 1.4550 .68540

CR_1TahunSebelum 4 .85 2.93 1.6325 .89972

CR_1TahunSesudah 4 .67 3.31 1.7825 1.11796 Valid N (listwise) 4

Sumber: Output SPSS (data diolah, 2015)

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa Return on Invesment sebelum akuisisi memiliki nilai rata-rata 0,2275 dengan deviasi standar 0,16091 dan nilai minimum 0,07 serta nilai maksimum 0,39 sedangkan Return on Invesment 1 tahun sesudah akuisisi mengalami penurunan nilai rata-rata menjadi 0,2225 dengan deviasi standar 0,12500 dan nilai minimum 0,13 serta nilai maksimum 0,40.

Return on Equity (ROE) sebelum akuisisi memiliki nilai rata-rata sebesar 0,4375 dengan deviasi standar 0,30445 dan nilai minimum 0,16 serta nilai maksimum 0,84 sedangkan Retrun on Equity (ROE) 1 tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan nilai rata-rata menjadi 0,5175 dengan deviasi standar 0,46978 dan nilai minimum 0,24 serta nilai maksimum 1,22.


(30)

Debt to Equity Ratio (DER) sebelum akuisisi memiliki nilai rata-rata sebesar 1,0100 dengan deviasi standar 0,40768 dan nilai minimum 0,46 serta nilai maksimum 1,43 sedangkan Debt to Equity Ratio (DER) 1 tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan nilai rata-rata menjadi 1,1075 dengan deviasi standar 0,64526 dan nilai minimum 0,51 serta nilai maksimum 2,02.

Total Asset Turn Over (TATO) sebelum akuisisi memiliki nilai rata-rata sebesar 1,6150 dengan deviasi standar 0,78556 dan nilai minimum 0,78 serta nilai maksimum 2,31 sedangkan Total Asset Turn Over (TATO) 1 tahun sesudah akuisisi mengalami penurunan nilai rata-rata menjadi 1,4550 dengan deviasi standar 0,68540 dan nilai minimum 0,75 serta nilai maksimum 0,228.

Current Ratio (CR) sebelum akuisisi memiliki nilai rata-rata sebesar 1,6325 dengan deviasi standar 0,89972 dan nilai minimum 0,85 serta nilai maksimum 2,93 sedangkan Current Ratio (CR) 1 tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan nilai rata-rata menjadi sebesar 1,7825 dengan deviasi standar 1,11796 dan nilai minimum 0,67 serta nilai maksimum 3,31.


(31)

2. Hasil Statistik Deskriptif 1 tahun sebelum akuisisi dan 2 tahun sesudah Akuisisi

Tabel 4.6 Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ROI_1TahunSebelum 4 .07 .39 .2275 .16091

ROI_2TahunSesudah 4 .12 .40 .2050 .13102

ROE_1TahunSebelum 4 .16 .84 .4375 .30445

ROE_2TahunSesudah 4 .25 1.26 .5025 .50500

DER_1TahunSebelum 4 .46 1.43 1.0100 .40768 DER_2TahunSesudah 4 .58 2.14 1.1425 .68995 TATO_1TahunSebelum 4 .78 2.31 1.6150 .78556 TATO_2TahunSesudah 4 .89 2.30 1.4625 .64402

CR_1TahunSebelum 4 .85 2.93 1.6325 .89972

CR_2TahunSesudah 4 .70 3.79 1.9200 1.32572 Valid N (listwise) 4

Sumber: Output SPSS (data diolah, 2015)

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa Return on Invesment sebelum akuisisi memiliki nilai rata-rata 0,2275 dengan deviasi standar 0,16091 dan nilai minimum 0,07 serta nilai maksimum 0,39 sedangkan Return on Invesment 2 tahun sesudah akuisisi mengalami penurunan nilai rata-rata menjadi 0,2050 dengan deviasi standar 0,13102 dan nilai minimum 0,12 serta nilai maksimum 0,40.

Return on Equity (ROE) sebelum akuisisi memiliki nilai rata-rata sebesar 0,4375 dengan deviasi standar 0,30445 dan nilai minimum 0,16 serta nilai


(32)

maksimum 0,84 sedangkan Retrun on Equity (ROE) 2 tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan nilai rata-rata menjadi 0,5025 dengan deviasi standar 0,50500 dan nilai minimum 0,25 serta nilai maksimum 1,26.

Debt to Equity Ratio (DER) sebelum akuisisi memiliki nilai rata-rata sebesar 1,0100 dengan deviasi standar 0,40768 dan nilai minimum 0,46 serta nilai maksimum 1,43 sedangkan Debt to Equity Ratio (DER) 2 tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan nilai rata-rata menjadi 1,1425 dengan deviasi standar 0,68995 dan nilai minimum 0,58 serta nilai maksimum 2,14.

Total Asset Turn Over (TATO) sebelum akuisisi memiliki nilai rata-rata sebesar 1,6150 dengan deviasi standar 0,78556 dan nilai minimum 0,78 serta nilai maksimum 2,31 sedangkan Total Asset Turn Over (TATO) 2 tahun sesudah akuisisi mengalami penurunan nilai rata-rata menjadi 1,4625 dengan deviasi standar 0,64402 dan nilai minimum 0,89 serta nilai maksimum 22,30.

Current Ratio (CR) sebelum akuisisi memiliki nilai rata-rata sebesar 1,6325 dengan deviasi standar 0,89972 dan nilai minimum 0,85 serta nilai maksimum 2,93 sedangkan Current Ratio (CR) 2 tahun sesudah akuisisi mengalami peningkatan nilai rata-rata menjadi sebesar 1,9200 dengan deviasi standar 1,32572 dan nilai minimum 0,70 serta nilai maksimum 3,79.


(33)

4.2.3 Uji Beda t-test

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji beda t-test sampel yaitu Paired Sample t-test. Uji beda t-test ini digunakan untuk analisis dengan melibatkan dua pengukuran pada subjek yang sama terhadap suatu pengaruh tertentu. Kriteria pengambilan keputusan untuk pengujian hipotesis adalah jika probabilitas atau Sig. > 0,05 maka hipotesis ditolak dan jika probabilitas atau Sig. < 0,05 maka hipotesis diterima.

1. Hasil Paired Sampel t-test 1 tahun sebelum akuisisi dan 1 tahun sesudah akuisisi

Tabel 4.7

Hasil Paired Sample t-test pada Return on Investment Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 ROI_1TahunSebelum -

ROI_1TahunSesudah .00500 .07937 .03969 -.12130 .13130 .126 3 .908

Berdasarkan Uji Signifikansi pada Tabel 4.7 Return on Investment (ROI) menunjukkan sig. (2-tailed) 0,908 > tingkat kepercayaan yaitu 0,05. Dari pengujian tersebut disimpulkan bahwa secara signifikansi tidak ada perbedaan rata-rata Return on Investment satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah akuisisi.


(34)

Tabel 4.8

Hasil Paired Sample t-test pada Return on Equity Paired Samples Test

Paired Differences

T df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 ROE_1TahunSebelum -

ROE_1TahunSesudah -.05250 .27023 .13512 -.48250 .37750 -.389 3 .724

Berdasarkan Uji Signifikansi pada Tabel 4.8 Return on Equity (ROE) menunjukkan sig. (2-tailed) 0,724 > tingkat kepercayaan yaitu 0,05. Dari pengujian tersebut disimpulkan bahwa secara signifikansi tidak ada perbedaan rata-rata Return on Equity (ROE) satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah akuisisi.

Tabel 4.9

Hasil Paired Sample t-test pada Debt to Equity Ratio Paired Samples Test

Paired Differences

T df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 DER_1TahunSebelum -

DER_1TahunSesudah -.05250 .59601 .29800 -1.00088 .89588 -.176 3 .871

Berdasarkan Uji Signifikansi pada Tabel 4.9 Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan sig. (2-tailed) 0,871 > tingkat kepercayaan yaitu 0,05.


(35)

Dari pengujian tersebut disimpulkan bahwa secara signifikansi tidak ada perbedaan rata-rata Debt to Equity Ratio (DER) satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah akuisisi.

Tabel 4.10

Hasil Paired Sample t-test pada Total Asset Turn Over Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 TATO_1TahunSebelum -

TATO_1TahunSesudah .46500 .89049 .44524 -.95196 1.88196 1.044 3 .373

Berdasarkan Uji Signifikansi pada Tabel 4.10 Total Asset Turn Over (TATO) menunjukkan sig. (2-tailed) 0,373 > tingkat kepercayaan yaitu 0,05.

Dari pengujian tersebut disimpulkan bahwa secara signifikansi tidak ada perbedaan rata-rata Total Asset Turn Over (TATO) satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah akuisisi.

Tabel 4.11

Hasil Paired Sample t-test pada Current Ratio Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 CR_1TahunSebelum -


(36)

Berdasarkan Uji Signifikansi pada Tabel 4.11 Current Ratio (CR) menunjukkan sig. (2-tailed) 0,525 > tingkat kepercayaan yaitu 0,05. Dari pengujian tersebut disimpulkan bahwa secara signifikansi tidak ada perbedaan rata-rata Current Ratio (CR) satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah akuisisi.

2. Hasil Paired Sampel t-test 1 tahun sebelum akuisisi dan 2 tahun sesudah akuisisi

Tabel 4.12

Hasil Paired Sample t-test pada Return on Investment Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 ROI_1TahunSebelum -

ROI_2TahunSesudah -.76500 1.47027 .73514 -3.10453 1.57453 -1.041 3 .375

Berdasarkan Uji Signifikansi pada Tabel 4.12 Return on Investment (ROI) menunjukkan sig. (2-tailed) 0,375 > tingkat kepercayaan yaitu 0,05. Dari pengujian tersebut disimpulkan bahwa secara signifikansi tidak ada perbedaan rata-rata Return on Investment satu tahun sebelum dengan dua tahun sesudah akuisisi.


(37)

Tabel 4.13

Hasil Paired Sample t-test pada Return on Equity Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 ROE_1TahunSebelum -

ROE_2TahunSesudah -.04250 .31245 .15622 -.53968 .45468 -.272 3 .803

Berdasarkan Uji Signifikansi pada Tabel 4.13 Return on Equity (ROE) menunjukkan sig. (2-tailed) 0,803 > tingkat kepercayaan yaitu 0,05. Dari pengujian tersebut disimpulkan bahwa secara signifikansi tidak ada perbedaan rata-rata Return on Equity satu tahun sebelum dengan dua tahun sesudah akuisisi.

Tabel 4.14

Hasil Paired Sample t-test pada Debt to Equity Ratio Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Pair 1 DER_1TahunSebelum -

DER_2TahunSesudah -.05000 .68000 .34000 -1.13203 1.03203 -.147 3 .892

Berdasarkan Uji Signifikansi pada Tabel 4.14 Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan sig. (2-tailed) 0,892 > tingkat kepercayaan yaitu 0,05.


(38)

Dari pengujian tersebut disimpulkan bahwa secara signifikansi tidak ada perbedaan rata-rata Debt to Equity Ratio (DER) satu tahun sebelum dengan dua tahun sesudah akuisisi.

Tabel 4.15

Hasil Paired Sample t-test pada Total Asset Turn Over Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 TATO_1TahunSebelum -

TATO_2TahunSesudah .41500 .88017 .44009 -.98555 1.81555 .943 3 .415

Berdasarkan Uji Signifikansi pada Tabel 4.15 Total Asset Turn Over (TATO) menunjukkan sig. (2-tailed) 0,415 > tingkat kepercayaan yaitu 0,05. Dari pengujian tersebut disimpulkan bahwa secara signifikansi tidak ada perbedaan rata-rata Total Asset Turn Over (TATO) satu tahun sebelum dengan dua tahun sesudah akuisisi.

Tabel 4.16

Hasil Paired Sample t-test pada Current Ratio Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 CR_1TahunSebelum -


(39)

Berdasarkan Uji Signifikansi pada Tabel 4.16 Current Ratio (CR) menunjukkan sig. (2-tailed) 0,542 > tingkat kepercayaan yaitu 0,05. Dari pengujian tersebut disimpulkan bahwa secara signifikansi tidak ada perbedaan rata-rata Current Ratio (CR) satu tahun sebelum dengan dua tahun sesudah akuisisi.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Faktor-faktor yang menyebabkan perusahaan melakukan Akusisi

1. Faktor-faktor yang menyebabkan PT Astra Internasional Tbk melakukan Akuisisi

PT Astra Internasional Tbk mengambilalih saham PT General Electric Service sebanyak 38.758 (Tiga Puluh Delapan Ribu Tujuh Ratus Lima Puluh Delapan) lembar saham dengan nilai total sebesar Rp. 1.957.084.878.427,- (Satu Triliun Sembilan Ratus Lima Puluh Tujuh Miliar Delapan Puluh Empat Juta Delapan Ratus Tujuh Puluh Delapan Ribu Empat Ratus Dua Puluh Tujuh Rupiah) atau 100% dari saham yang dimiliki oleh GE Capital Corporation, GE Capital Hongkong, dan GE Capital International Holdings. GE Service merupakan holding company yang memiliki 47% saham di PT Astra Sedaya Finance dan tidak memiliki bidang usaha lain, 53% saham PT Astra Sedaya Finance dimiliki oleh Astra.


(40)

Pengambilalihan yang dilakukan oleh Astra tidak mempengaruhi kondisi persaingan karena tidak ada kegiatan usaha yang sama antara PT Astra Internasional Tbk dan PT General Electric Service.

Pengambilalihan yang terjadi hanya berakibat pada meningkatnya pemilikan saham Astra pada PT Astra Sedaya Finance menjadi 100% baik secara langsung maupun tidak langsung.

Peningkatan pemilikan saham tersebut tidak mempengaruhi pengendalian terhadap PT Astra Sedaya Finance karena sebelum pengambilalihan terjadi pun Astra merupakan pengendali dari PT Astra Sedaya Finance.

Hal tersebut didukung oleh motif akuisisi yaitu motif ekonomi menurut Nugroho (2010) yang berkaitan dengan tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Akuisisi dimaksudkan untuk meningkatkan kepemilikan saham dan juga meningkatkan kemakmuran pemegang saham tersebut.

2. Faktor-faktor yang menyebabkan PT Unilever Indonesia Tbk melakukan Akuisisi

Unilever mengambilalih 1.340.217 (Satu Juta Tiga Ratus Empat Puluh Ribu Dua Ratus Tujuh Belas) saham dengan kepemilikan sebesar 89,34% terhadap Sara Lee. Unilever dan Sara Lee memiliki kegiatan usaha yang sama (horizontal overlap) berupa produksi produk perawatan kecantikan dan personal, perawatan mandi, deodoran, parfum, perawatan rambut, perawatan kulit dan men’s grooming.


(41)

Alasan utama terjadinya pengambilalihan Sara Lee oleh Unilever dikarenakan Sara Lee bermaksud untuk memfokuskan kegiatan usahanya di bidang makanan dan minuman.

Pengambilalihan Sara Lee oleh Unilever bukan berdasarkan alasan kepailitan dan Sara Lee tidak sedang dalam posisi pailit sebagai perusahaan. Alasan lainnya adalah untuk menghindari terhentinya Badan Usaha tersebut untuk beroperasi di pasar / industri.

Hal tersebut didukung oleh salah satu teori tentang alasan melakukan akuisisi menurut Sinuraya (1999) yaitu untuk bisa beroperasi dengan lebih ekonomis dan memperoleh manajemen yang lebih baik.

Akuisisi dimaksudkan untuk memfokuskan kegiatan usaha sehingga usaha tersebut dapat terus beroperasi lebih baik di pasar / industri.

3. Faktor-faktor yang menyebabkan PT Citra Tubindo Tbk melakukan Akuisisi

Pengambilalihan saham PT Citra Tubindo Tbk oleh PT Indonesia Coal Resources berlaku efektif secara yuridis pada tanggal 4 April 2011, yang ditunjukkan dengan diterimanya Pemeberitahuan Perubahan Data Perseroan PT itra Tubindo Tbk oleh Kementerian Hukum dan HAM dengan surat nomor AHU-AH.01.10-10130. Dengan pengambilalihan saham PT Citra Tubindo Tbk tersebut, PT Indonesia Coal Resources menjadi pemegang saham di PT Citra Tubindo.


(42)

PT Citra Tubindo merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha pertambangan batubara yang memiliki IUP (Ijin Usaha Pertambangan) Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi di wilayah Sarolangun – Jambi.

Namun dikarenakan tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan pengangkutan dan penjualan sehingga saham yang ditempatkan di PT Citra Tubindo dijual kepada PT Indonesia Coal Resources.

Hal tersebut didukung oleh motif akuisisi yaitu motif sinergi menurut Nugroho (2010) yang dimana sinergi dihasilkan melalui akuisisi secara simultan dari kekuatan perusahaan yang melakukan akuisisi sehingga gabungan aktivitas tersebut menghasilkan efek yang lebih besar dibandingkan dengan penjumlahan aktifitas-aktifitas perusahaan jika bekerja sendiri.

Akuisisi dimaksudkan untuk menjadikan perusahaan lebih produktif dan dapat memasarkan produknya hingga mencapai kapasitas penuh.

4. Faktor-faktor yang menyebabkan PT Charoen Pokphand Tbk melakukan Akuisisi

Berdasarkan Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Data Perseroan PT Cipendawa Agriindustri NO. AHU-AH.01.10-13907 tanggal 10 Mei 2011 menunjukkan bahwa Pengambilalihan saham telah berlaku efektif secara yuridis sejak tanggal 10 Mei 2011. PT Charoen Pokphand Tbk membeli 105.866 atau 99,99% saham PT Cipendawa Agro Lestari yang ditempatkan di PT Cipendawa Agriindustri dengan harga Rp. 10.586.600.000,00 (Sepuluh Miliar Lima Ratus Delapan Puluh Enam Juta Enam Ratus Ribu Rupiah). Alasan PT Charoen


(43)

Pokphand melakukan akuisisi adalah untuk menyelamatkan PT Cipendawa Agriindustri, merevitalisasi kembali PT Cipendawa Agriindustri karena tidak lagi beroperasi secara maksimal dan manajemennya tidak berjalan secara efisien.

PT Cipendawa tidak lagi fokus pada bisnis peternakan dan (sejak tahun 2008) tidak lagi melakukan kegiatan operasional karena lebih berfokus pada industri batubara, dan menjadikan PT Cipendawa Agriindustri anak perusahaan PT Charoen Pokphand yang memproduksi DOC (Day Old Chick)

Hal tersebut didukung oleh teori tentang alasan melakukan akuisisi menurut Pardede (2011) yaitu untuk memperbesar ukuran perusahaan dengan menjadikan PT Cipendawa Agriindustri anak perusahaan PT Charoen Pokphand.

Akuisisi dimaksudkan untuk mempertahankan posisi PT Cipendawa dengan menjadikannya anak perusahaan dari PT Charoen Pokphand dan merevitalisasi kembali sehingga dapat beroperasi secara maksimal.

.3.2 Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan perusahaan melakukan Akuisisi

1. Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan PT Astra Internasional Tbk melakukan Akuisisi

Faktor yang menentukan keberhasilan PT Astra Internasional Tbk melakukan akuisisi yaitu dikarenakan akuisisi yang dilakukan oleh Astra tidak mempengaruhi kondisi persaingan karena tidak ada kegiatan usaha yang sama antara PT Astra Internasional Tbk dan PT General Electric Service. Pengambilalihan yang terjadi hanya berakibat pada meningkatnya pemilikan


(44)

saham Astra pada PT Astra Sedaya Finance menjadi 100% baik secara langsung maupun tidak langsung.

Hal tersebut didukung oleh teori tentang alasan melakukan akuisisi menurut Pardede (2011) yaitu untuk memperbesar ukuran perusahaan yang dimana salah satu ukurannya adalah jumlah harta yang dimiliki semakin besar.

Akuisisi akan menjadikan kondisi keuangan perusahaan lebih mapan dalam hal ini adanya peningkatan aset atau sejenisnya.

2. Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan PT Unilever Indonesia Tbk melakukan Akuisisi

Faktor yang menentukan keberhasilan PT Unilever Indonesia Tbk melakukan akuisisi yaitu karena akuisisi dilakukan dengan perusahaan target yang dalam keadaan baik sesuai dengan Pendapat Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor A0310 tentang pengambilalihan (Akuisisi) PT Sara Lee Body Care Indonesia oleh Unilever Indonesia yang dimana alasan pengambilalihan Sara Lee oleh Unilever bukan berdasarkan alasan kepailitan dan Sara Lee tidak sedang dalam posisi pailit sebagai perusahaan.

Hal tersebut didukung oleh teori Hitt (2002) yaitu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan akuisisi yaitu salah satunya adalah perusahaan target dalam keadaan baik.


(45)

3. Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan PT Citra Tubindo Tbk melakukan Akuisisi

Faktor yang menentukan keberhasilan PT Citra Tubindo Tbk melakukan akuisisi yaitu sinergi yang dihasilkan oleh PT Citra Tubindo yang dimana dengan adanya pengambilalihan memperlancar proses distribusi bahan galian batubara kepada konsumen.

Hal tersebut didukung oleh teori Nugroho (2010) yaitu sinergi yang timbul dari aktivitas akuisisi yang dimana sinergi tersebut bersumber dari penghematan operasi yang dihasilkan dari skala ekonomis dalam manajemen, pemasaran, produksi atau distribusi.

4. Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan PT Charoen Pokphand Jaya Tbk melakukan Akuisisi

Faktor yang menentukan keberhasilan PT Charoen Pokphand Jaya Tbk melakukan akuisisi yaitu dimana pengambilalihan yang terjadi mengakibatkan PT Charoen Pokphand Jaya Tbk semakin besar dikarenakan PT Charoen Pokphand Jaya Tbk menjadikan PT Cipendawa Agriindustri anak perusahaannya.

Hal tersebut didukung oleh teori tentang alasan melakukan akuisisi menurut Pardede (2011) yaitu untuk memperbesar ukuran perusahaan yang dimana salah satu ukurannya adalah jumlah harta yang dimiliki semakin besar.

Akuisisi akan menjadikan kondisi keuangan perusahaan lebih mapan dalam hal ini adanya peningkatan aset atau sejenisnya.


(46)

4.3.3 Perbedaan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur sebelum dan sesudah Akuisisi

Dengan menggunakan uji Paired Sample t-test dengan tingkat signifikansi 5% menunjukkan bahwa seluruh rasio keuangan satu tahun sebelum akuisisi yang digunakan dalam penelitian ini tidak mengalami perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan satu tahun dan dua tahun sesudah dilakukannnya akuisisi.

Hasil yang diperoleh dari setiap rasio adalah sebagai berikut:

1. Return on Investment 1 tahun sebelum akuisisi dan 1 tahun sesudah akuisisi dengan hasil sig. (2-tailed) 0,908 > 0,05 menunjukkan bahwa secara signifikansi tidak ada perbedaan rata-rata Return on Investment 1 tahun sebelum akuisisi dan 1 tahun sesudah akuisisi. Dan rasio Return on Investment 1 tahun sebelum akuisisi dan 2 tahun sesudah akuisisi dengan hasil sig. (2-tailed) 0,375 > 0,05 menunjukkan bahwa secara signifikansi tidak ada perbedaan rata-rata Return on Investment 1 tahun sebelum akuisisi dan 2 tahun sesudah akuisisi.

2. Return on Equity 1 tahun sebelum akuisisi dan 1 tahun sesudah akuisisi dengan hasil sig. (2-tailed) 0,724 > 0,05 menunjukkan bahwa secara signifikansi tidak ada perbedaan rata-rata Return on Equity 1 tahun sebelum akuisisi dan 1 tahun sesudah akuisisi. Dan rasio Return on Equity 1 tahun sebelum akuisisi dan 2 tahun sesudah akuisisi dengan hasil sig. (2-tailed) 0,803 > 0,05 menunjukkan bahwa secara signifikansi tidak ada perbedaan rata-rata Return on Equity 1 tahun sebelum akuisisi dan 2 tahun sesudah akuisisi.


(47)

3. Debt to Equity Ratio 1 tahun sebelum akuisisi dan 1 tahun sesudah akuisisi dengan hasil sig. (2-tailed) 0,871 > 0,05 menunjukkan bahwa secara signifikansi tidak ada perbedaan rata-rata Debt to Equity Ratio 1 tahun sebelum akuisisi dan 1 tahun sesudah akuisisi. Dan rasio Debt to Equity Ratio 1 tahun sebelum akuisisi dan 2 tahun sesudah akuisisi dengan hasil sig. (2-tailed) 0,892 > 0,05 menunjukkan bahwa secara signifikansi tidak ada perbedaan rata-rata Debt to Equity Ratio 1 tahun sebelum akuisisi dan 2 tahun sesudah akuisisi.

4. Total Asset Turn Over 1 tahun sebelum akuisisi dan 1 tahun sesudah akuisisi dengan hasil sig. (2-tailed) 0,373 > 0,05 menunjukkan bahwa secara signifikansi tidak ada perbedaan rata-rata Total Asset Turn Over 1 tahun sebelum akuisisi dan 1 tahun sesudah akuisisi. Dan rasio Total Asset Turn Over 1 tahun sebelum akuisisi dan 2 tahun sesudah akuisisi dengan hasil sig. (2-tailed) 0,415 > 0,05 menunjukkan bahwa secara signifikansi tidak ada perbedaan rata-rata Total Asset Turn Over 1 tahun sebelum akuisisi dan 2 tahun sesudah akuisisi.

5. Current Ratio 1 tahun sebelum akuisisi dan 1 tahun sesudah akuisisi dengan hasil sig. (2-tailed) 0,525 > 0,05 menunjukkan bahwa secara signifikansi tidak ada perbedaan rata-rata Current Ratio 1 tahun sebelum akuisisi dan 1 tahun sesudah akuisisi.


(48)

Dan rasio Current Ratio 1 tahun sebelum akuisisi dan 2 tahun sesudah akuisisi dengan hasil sig. (2-tailed) 0,542 > 0,05 menunjukkan bahwa secara signifikansi tidak ada perbedaan rata-rata Current Ratio 1 tahun sebelum akuisisi dan 2 tahun sesudah akuisisi.

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio-rasio Return on Investment, Return on Equity, Debt to Equity Ratio, Total Asset Turn Over, dan Current Ratio sebelum dan sesudah akuisisi.

Hasil penelitian ini konsisten dengan beberapa penelitian lainnya, seperti penelitian yang dilakukan oleh HendroWidjanarko (2006), Putri dan Atik Djajanti (2013) dan Johanes Situmeang (2014) yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah akuisisi.


(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dari rumusan masalah maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor yang menyebabkan perusahaan manufaktur melakukan akuisisi adalah untuk menyelamatkan perusahaan yang mengalami kesulitan baik dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan, menghindari kebangkrutan atau terhentinya perusahaan tersebut beroperasi di pasar / industri, menjadikan perusahaan lebih produktif, dan dapat memasarkan produknya hingga mencapai kapasitas penuh. Maka aktivitas akuisisi dilakukan untuk menyelamatkan perusahaan. 2. Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan perusahaan manufaktur

melakukan akuisisi adalah terselesainya masalah yang dihadapi perusahaan-perusahaan tersebut seperti meningkatnya kepemilikan saham perusahaan, menghasilkan sinergi yang dimana sinergi tersebut bersumber dari penghematan operasi yang dihasilkan dari skala ekonomis dalam manajemen, pemasaran, produksi atau distribusi. Ukuran perusahaan yang semakin besar yang dimana salah satu ukurannya adalah jumlah harta yang dimiliki semakin besar.


(50)

3. Dengan menggunakan uji Paired Sample t-test dengan tingkat signifikansi 5% menunjukkan bahwa seluruh rasio yang digunakan dalam penelitian ini tidak mengalami perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan sebelum dengan sesudah akuisisi pada perusahaan manufaktur dan menolak hipotesis yang diajukan sebelumnya. Hal ini diduga karena akuisisi tidak menimbulkan sinergi bagi perusahaan yang kemungkinan disebabkan lemahnya strategi yang dilakukan, pemilihan perusahaan target yang kurang tepat, perusahaan yang kurang pengalaman dalam melakukan akuisisi dan adanya faktor non ekonomis yaitu untuk menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti memberikan saran baik bagi peneliti selanjutnya, manajemen perusahaan dan investor.

1. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya hendaknya melakukan pengamatan pada periode yang lebih panjang baik sebelum dan sesudah akuisisi, sehingga hasil penelitian mendekati kenyataan yang sesungguhnya. Penelitian ini memiliki banyak kekurangan, peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat melanjutkan dan menyempurnakan penelitian ini dengan sampel yang berbeda, dan dapat juga menambah variabel penelitian ataupun analisis datanya.


(51)

2. Bagi manajemen perusahaan

Sebelum melakukan akuisisi sebaiknya mempertimbangkan secara matang dalam mengambil keputusan akuisisi dengan memilih secara tepat perusahaan yang akan dijadikan target akuisisi. Faktor lain yang perlu dipertimbangkan yaitu kondisi perusahaan, baik dari faktor manajemen maupun finansial perusahaan dan kondisi ekonomi nasional.

3. Bagi investor

Investor sebaiknya lebih berhati-hati dalam menyikapi kegiatan akuisisi yang dilakukan perusahaan.


(52)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Pengambilalihan Usaha

Dunia usaha yang semakin berkembang dan persaingan yang juga menjadi semakin ramai dan ketat sehingga seringkali timbul persaingan yang tidak sehat dan saling merugikan. Untuk mengatasi adanya tindakan yang saling merugikan antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain, perlu adanya suatu bentuk kerjasama yang saling menguntungkan. Salah satu bentuk kerjasama yang dapat ditempuh adalah dengan melalui pengambilalihan usaha antara dua atau lebih perusahaan dengan perusahaan lain baik yang sejenis. Pengambilalihan usaha merupakan salah satu strategi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengembangkan perusahaan. Pengambilalihan usaha dapat berupa pembelian saham suatu perusahaan oleh perusahaan lain. Jenis pengambilalihan usaha yaitu akuisisi, dalam pengambilalihan usaha salah satu perusahaan bermaksud membeli perusahaan lain dan kerap kali berada di luar kemampuan pimpinan perusahaan atau kelompok-kelompok pemegang saham.


(53)

2.1.2 Akuisisi

Akuisisi adalah suatu pengambilalihan usaha dimana salah satu perusahaannya yaitu pengakuisisi memperoleh kendala atas aset dan operasi perusahaan yang diakuisisi (Dharmasetya dan Sulaimin, 2002:15).

Biasanya perusahaan pengakuisisi memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan terakuisisi. Melalui akuisisi perusahaan dapat menjadikan perusahaan targetnya sebagai anak perusahaannya, jadi dengan kata lain perusahaan baik pengakuisisi ataupun perusahaan target tetap berdiri semua.

Banyak alasan perusahaan melakukan akusisi. Menurut Brigham dan Houston (2001:377) dasar pemikiran untuk akuisisi adalah untuk mendapatkan sinergi, pertimbangan pajak, pembelian aktiva, diversifikasi, dan insentif pribadi manajer. Akuisisi merupakan strategi eksternal yang digunakan perusahaan dalam meningkatkan nilai (value) perusahaan. Keberhasilan strategi akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan sangat bergantung atas kinerja yang dilakukan oleh pihak manajemen dalam melaksankan strategi tersebut serta optimalisasi sumber.

Sebelum Akuisisi Sesudah Akuisisi

Pengendalian

Sumber: Moin (2003)

Gambar 2.1 Skema Akuisisi

PT. A PT. A


(54)

Menurut Dharmasetya dan Sulaimin (2002:11) ada beberapa jenis akusisi, yaitu: 1. Akuisisi Horisontal

Akuisisi horisontal adalah akusisi perusahaan sejenis, yaitu perusahaan pembeli membeli perusahaan lain yang usahanya sejenis. Biasanya akuisisi seperti ini dilakukan karena ingin memperbesar pangsa pasar perusahaan.

2. Akuisisi Vertikal

Akuisisi vertikal adalah akusisi yang dimana perusahaan membeli perusahaan lain yang bukan sejenis, tetapi perusahaan yang dibeli akan membantu perusahaan untuk proses produksinya.

3. Akuisisi Konglomerasi

Akuisisi konglomerasi adalah akuisisi yang dimana perusahaan membeli perusahaan lain yang tidak ada hubungannya satu sama lain. Dalam hal ini perusahaan pembeli sudah kelebihan dana dan ingin membuat konglomerasi perusahaan.

Klasifiaksi berdasarkan objek yang diakuisisi yaitu: 1. Akuisisi Saham

Istilah akuisisi digunakan untuk menggambarkan suatu transaksi jual beli perusahaan dan transaksi tersebut mengakibatkan beralihnya kepemilikan perusahaan dari penjual kepada pembeli.


(55)

Karena perusahaan didirikan atas saham-saham, maka akuisisi terjadi ketika pemilik saham menjual saham-saham mereka kepada pembeli/pengakuisisi. Akuisisi saham merupakan salah satu bentuk akuisisi yang paling umum ditemui dalam hampir setiap kegiatan akuisisi. Akuisi tersebut dapat dilakukan dengan cara membeli seluruh atau sebagian saham-saham yang telah dikeluarkan oleh perseroan maupun dengan atau tanpa melakukan penyetoran atas sebagian maupun seluruh saham yang belum dan akan dikeluarkan perseroan yang mengakibatkan penguasaan mayoritas atas saham perseroan oleh perusahaan yang melakukan akuisisi tersebut, yang akan membawa ke arah penguasaan manajemen dan jalannya perseroan.

2. Akuisisi Aset

Apabila sebuah perusahaan bermaksud memiliki perusahaan lain maka dapat membeli sebagian atau seluruh aktiva atau aset perusahaan lain tersebut. Jika pembelian tersebut hanya sebagian dari aktiva perusahaan maka hal ini dinamakan akuisisi parsial. Akuisisi aset secara sederhana dapat dikatakan merupakan:

a. Jual beli (aset) antara pihak yang melakukan akuisisi aset (sebagai pihak pembeli) dengan pihak yang diakuisisi asetnya (sebagai pihak penjual), jika akuisisi dilakukan dengan pembayaran uang tunai.


(56)

Dalam hal ini segala formalitas yang harus dipenuhi untuk suatu jual beli harus diberlakukan, termasuk jual beli atas hak atas tanah yang harus dilakukan dihadapan pejabat pembuatan akta tanah.

b. Perjanjian tukar menukar antara aset yang diakuisisi dengan suatu kebendaan lain milik dan pihak yang melakukan akuisisi, jika akuisisi tidak dilakukan dengan cara tunai. Dan jika kebendaan yang dipertukarkan dengan aset merupakan saham, maka akuisisi tersebut dikenal dengan nama assets for share exchange, dengan akibat hukum bahwa perseroan yang diakuisisi tersebut menjadi pemegang saham dan perseroan yang diakuisisi.

2.1.3 Motif Akuisisi

Pada prinsipnya terdapat dua motif yang mendorong sebuah perusahaaan melakukan akuisisi yaitu motif ekonomi dan motif non ekonomi (Nugroho, 2010). Motif ekonomi berkaitan dengan tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Disisi lain, motif non ekonomi adalah motif yang bukan didasarkan pada tujuan perusahaan tersebut, tetapi didasarkan pada keinginan subjektif atau ambisi pribadi pemilik atau manajemen perusahaan.


(57)

1. Motif Ekonomi

Jika ditinjau dari perspektif manajemen keuangan, esensi dari tujuan perusahaan adalah seberapa besar perusahaan mampu menciptakan nilai bagi perusahaan dan bagi pemegang saham. Akuisisi memiliki motif ekonomi yang tujuan jangka panjangnya adalah mencapai peningkatan nilai tersebut. Oleh karena itu seluruh aktivitas dan keputusan yang diambil oleh perusahaan harus diarahkan mencapai tujuan ini.

Disamping itu dalam motif ekonomi akuisisi yang lain meliputi: a. Mengurangi waktu, biaya dan resiko kegagalan memasuki

pasar baru.

b. Mengakses reputasi teknologi, produk, dan merk dagang. c. Memperoleh sumber daya manusia yang profesional. d. Membangun kekuatan pasar.

e. Memperluas pangsa pasar. f. Mengurangi persaingan. g. Mempercepat pertumbuhan.

h. Menstabilkan cash flow dan keuntungan. 2. Motif Sinergi

Salah satu motivasi atau alasan utama perusahaan melakukan akuisisi adalah menciptakan sinergi. Sinergi merupakan nilai keseluruhan perusahaan setelah akuisisi yang lebih besar daripada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum akusisi.


(58)

Sinergi dihasilkan melalui kombinasi aktivitas secara simultan dari kekuatan perusahaan-perusahaan yang bergabung sedemikian rupa sehingga gabungan aktivitas tersebut menghasilkan efek yang lebih besar dibandingkan dengan penjumlahan aktifitas-aktifitas perusahaan jika mereka bekerja sendiri.

Pengaruh sinergi bisa timbul dari empat sumber (Nugroho, 2010) yaitu:

a. Penghematan operasi, yang dihasilkan dari skala ekonomis dalam manajemen, pemasaran, produksi atau distribusi. b. Penghematan keuangan, yang meliputi biaya transaksi yang

lebih rendah dan evaluasi yang lebih baik oleh para analisis sekuritas.

c. Perbedaan efesiensi, yang berarti manajemen salah satu perusahaan lebih efisien dan aktiva perusahaan yang lemah akan lebih produktif setelah akuisisi.

d. Peningkatan penguasaan pasar akibat berkurangnya persaingan.

Bentuk-bentuk sinergi disajikan berikut ini: a. Sinergi Operasi

Sinergi operasi (operating synergy) terjadi ketika perusahaan hasil kombinasi mencapai efisiensi biaya. Efisiensi ini dicapai dengan cara pemanfaatan secara optimal sumber daya


(59)

perusahaan. Dengan adanya akuisisi maka diharapkan perusahaan dapat memasarkan produknya hingga mencapai kapasitas penuh. Hal itu terjadi karena pemanfaatan kapasitas produksi yang semula masih menganggur atau dibawah kapasitas optimalnya akan dapat dioptimalkan untuk mendukung permintaan pasar.

b. Sinergi Financial

Sinergi finansial (financial synergy) dihasilkan ketika perusahaan hasil akuisisi memiliki struktur modal yang kuat dan mampu mengakses sumber-sumber dana dari luar secara lebih mudah dan murah sedemikian rupa sehingga biaya modal perusahaan semakin menurun. Struktur permodalan yang kuat akan menjamin berlangsungnya aktivitas operasi perusahaan tanpa mengahadapi kesulitan likuiditas. Akses yang semakin mudah terhadap sumber-sumber dana dimungkinkan ketika perusahaan memiliki ukuran yang semakin besar. Perusahaan yang memiliki struktur permodalan yang kuat dan besar akan diberi kepercayaan oleh pasar. Kondisi seperti ini akan memberikan dampak positif bagi perusahaan karena makin meningkatnya kepercayaan pihak lain seperti lembaga keuangan sebagai sumber pendanaan perusahaan.


(60)

Perusahaan yang memiliki kepercayaan dari publik seperti itu memiliki risiko kebangkrutan yang lebih kecil daripada yang tidak memiliki kepercayaan publik.

c. Sinergi Manajerial

Sinergi manajerial (managerial synergy) dihasilkan ketika terjadi transfer kapabilitas manajerial dan skill dari perusahaan yang satu ke perusahaan lain. Manajemen yang seperti ini mampu bersinergi dalam mengambil keputusan strategik. Perusahaan yang belum memiliki manajerial yang bagus perlu pembelajaran internal melalui akuisisi dengan perusahaan lain apabila ingin memiliki keunggulan manajerial.

d. Sinergi Teknologi

Sinergi teknologi bisa dicapai dengan memadukan keunggulan teknik sehingga saling memetik manfaat. Sinergi teknologi dapat terjadi misalnya pada departemen riset dan pengembangan, departemen desain dan engineering, proses manufacturing dan teknologi informasi.

e. Sinergi Pemasaran

Perusahaan yang melakukan akuisisi akan memperoleh manfaat dari semakin luas dan terbukanya produk, bertambahnya lini produk yang dipasarkan, dan semakin banyak konsumen yang bisa dijangkau.


(61)

3. Motif Diversifikasi

Diversifikasi adalah strategi pemberagaman bisnis yang bisa dilakukan melalui akuisisi. Diversifikasi dimaksud untuk mendukung aktivitas bisnis dan operasi perusahaan untuk mengamankan posisi bersaing. Akan tetapi jika melakukan diversifikasi yang semakin jauh dari bisnis semula, maka perusahaan tidak lagi berada pada koridor yang mendukung kompetensi inti. 4. Motif Non Ekonomi

Aktivitas akuisisi terkadang dilakukan bukan untuk kepentingan ekonomi saja tetapi juga untuk kepentingan yang bersifat non ekonomi seperti prestise dan ambisi. Motif non ekonomi bisa berasal dari manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan.

Bentuk-bentuk motif non ekonomi yaitu sebagai berikut: a. Motif Hubris Hipotesis

Motif Hubris Hipotesis ini menyatakan bahwa akuisisi semata-mata didorong oleh motif ketamakan dan kepentingan pribadi para eksekutif perusahaan. Alasannya adalah menginginkan ukuran perusahaan yang lebih besar. Dengan semakin besarnya perusahaan maka semakin besar kompensasi yang akan diterima. Kompensasi yang akan diterima bukan hanya berupa materi namun juga berupa pengakuan dan aktualisasi diri.


(62)

Dalam hubris hipotesis menerangkan alasan mengapa manajer bersedia membayar premium yang sangat tinggi terhadap perusahaan target. Hal ini disebabkan oleh kepercayaan diri yang berlebihan terhadap prospek perusahaan yang diakuisisi.

b. Ambisi Pemilik

Adanya ambisi dari pemilik perusahaan untuk menguasai berbagai sektor bisnis. Menjadikan aktivitas akuisisi sebagai strategi perusahaan untuk menguasai perusahaan-perusahaan yang ada untuk membangun kerajaan bisnis. Hal ini biasanya terjadi dimana pemilik perusahaan memiliki kendali dalam pengambilan keputusan perusahaan.

2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Akuisisi

Alasan perusahaan melakukan akuisisi adalah ada manfaat lebih yang diperoleh dari akuisisi dan adanya keinginan perusahaan untuk mendapatkan nilai tambah bagi perusahaan atas keputusan tersebut.

Moin (2003) menjelaskan kelebihan akuisisi sebagai berikut:

1. Mendapatkan cash flow dengan cepat karena produk dan pasar telah jelas. Ketika perusahaan melakukan keputusan akuisisi, maka bidder akan memperoleh pasar dari yang telah dikuasai oleh perusahaan target.


(63)

2. Memperoleh kemudahan dana/pembiayaan karena kreditor lebih percaya dengan perusahaan yang telah berdiri dan mapan. Pengambilalihan usaha (akuisisi) akan menjadikan kondisi keuangan perusahaan lebih mapan dalam hal ini adanya peningkatan aset atau sejenisnya.

3. Memperoleh karyawan yang telah berpengalaman. Keputusan akuisisi yang dilakukan akan menghasilkan karyawan-karyawan yang berpengalaman, dimana karyawan tersebut dapat berasal dari perusahaan bidder, target, maupun perekrutan karyawan baru yang berpengalaman.

4. Mendapatkan pelanggan yang telah ada tanpa harus merintis dari awal. Keputusan akuisisi akan menyebabkan perusahaan bidder memperoleh pasar yang sebelumnya dikuasai oleh perusahaan target, sehingga secara tidak langsung juga akan menguasai pelanggan yang telah ada.

5. Memperoleh sistem operasional dan administratif yang mapan. Sistem operasional dan administratif dapat dimiliki dengan pelaksanaan akuisisi yang efektif.

6. Mengurangi resiko kegagalan bisnis karena tidak harus mencari pelanggan baru. Perusahaan bidder tidak akan bersusah payah dalam mencari pelanggan, karena pelanggan telah terbentuk dari perusahaan target sebelum dilaksanakan akusisi.


(64)

7. Menghemat waktu untuk memasuki bisnis yang baru. Perusahaan akan lebih mudah dalam menguasai pasar, karena pelaksanaan akuisisi hanya memerlukan waktu yang relatif singkat.

8. Memperoleh infrastruktur untuk mencapai pertumbuhan yang lebih cepat. Infrastruktur dalam hal ini dapat berupa gedung, gudang, tanah, dan lain-lain dari perusahaan target.

Selain kelebihan tersebut, akuisisi juga memiliki kelemahan yaitu sebagai berikut (Moin, 2003):

1. Proses integrasi yang tidak mudah. Walaupun pelaksanaan akuisisi memerlukan waktu yang relatif singkat, namun integrasi dalam pelaksanaan hal tersebut cukup sulit, karena diperlukan koordinasi dari pihak-pihak yang berkaitan dengan hal tersebut.

2. Kesulitan menentukan nilai perusahaan target secara akurat. Penentuan nilai perusahaan target akan menjadi salah satu penyebab gagalnya akuisisi itu sendiri. Salah satu penyebabnya adalah adanya kecenderungan perusahaan target tidak menampilkan/terbuka terhadap semua informasi (finansial maupun non financial) yang dimiliki.

3. Biaya konsultan yang mahal.

4. Meningkatkan kompleksitas birokrasi. Birokrasi akan menghambat jalannya pelaksanaan keputusan merger dan akuisisi itu sendiri,


(65)

serta adanya perizinan yang sulit juga akan semakin menghambat pelaksanaan akusisi.

5. Biaya koordinasi yang mahal.

6. Seringkali menurunkan moral organisasi.

7. Tidak menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham. Hal ini berkaitan dengan adanya agency problem, dimana manager melakukan keputusan akuisisi yang tidak optimal, dalam artian keputusan tersebut dilakukan hanya untuk mencapai tujuan individu.

2. 2.1.5 Alasan-alasan Melakukan Akuisisi

Pada dasarnya pengambilalihan perusahaan dilakukan dengan satu alasan yaitu untuk mendapatkan sinergi. Pengambilaliahan perusahaan akan menghasilkan sinergi hanya apabila perusahaan-perusahaan yang diambilalih masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan pada bidang yang tidak sama (Pardede, 2011:603).

Alasan perusahaan melakukan pengambilalihan yaitu sebagai berikut: 1. Memperbesar ukuran perusahaan

Salah satu ukurannya adalah jumlah harta yang dimiliki atau jumlah sumber daya yang didayagunakan. Sebuah perusahaan bertambah besar apabila jumlah harta yang dimilikinya atau jumlah sumber daya yang didayagunakan semakin besar.


(66)

2. Meningkatkan kedudukan persaingan

Salah satu cara meningkatkan kedudukan perusahaan dalam persaingan adalah mengurangi jumlah pesaingnya di pasar. Pesaing dapat dibuat menjadi bukan pesaing dengan cara mengambilalihnya. Dengan pengambialihan, siasat yang sebelumnya diberlakukan oleh perusahaan saingan akan menjadi siasat bersama atau akan menjadi siasat tambahan bagi perusahaan yang mengambilalih. Kemudian siasat yang sebelumnya digunakan oleh perusahaan saingan untuk memerangi perusahaan, dengan sendirinya dapat dihapuskan.

3. Memperluas pangsa pasar

Pangsa pasar yang dikuasai oleh suatu perusahaan dapat diperluas dengan cara merebut pangsa pasar pesaing. Hal ini benar terutama apabila pasar yang dilayani saat ini sudah tidak mungkin lagi diperluas sehingga peningkatan pangsa pasar satu perusahaan akan berarti pengurangan pangsa pasar perusahaan lain. Dengan cara mengambilalih perusahaan pesaing maka pangsa pasar pesaing akan menjadi tambahan kepada pangsa pasar perusahaan.

4. Memperoleh manfaat sinergik

Manfaat sinergik adalah manfaat tambahan yang diperoleh melalui pengambialihan perusahaan lain. Manfaat sinergik yang paling nyata dari pengambialihan perusahaan lain ialah penghematan yang timbul sebagai akibat adanya kesempatan untuk mendayagunakan penuh


(67)

pegawai yang selama ini menggunakan hanya sebagian jam kerjanya, serta penurunan biaya tetap setiap satuan barang karena akan terdapat lebih banyak barang yang akan menanggung biaya tetap keseluruhan.

2.1.6 Tujuan melakukan Akuisisi

Tujuan umum perusahaan melakukan akusisi dengan perusahaan lain untuk meningkatkan pasar dan nilai tambah melalui upaya penciptaan efisiensi yang lebih baik, meningkatkan sinergi operasional, sinergi keuangan. Selain itu masih terdapat bermacam-macam tujuan yang dapat dicapai dalam pengambilalihan usaha yaitu:

1. Menghindari kebangkrutan

2. Meningkatkan efisiensi manajemen 3. Penghematan biaya

4. Kekuatan monopoli

2.1.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Akuisisi

Keberhasilan atau kegagalan suatu akuisisi sangat bergantung pada ketepatan analisis dan penelitian yang meyeluruh terhadap faktor-faktor penyelaras antara perusahaan yang akan diambilalih.

Faktor-faktor yang dianggap memberi kontribusi terhadap keberhasilan akuisisi yaitu (Hitt:2002):


(68)

2. Perusahaan target dalam keadaan baik. 3. Memiliki pengalaman akuisisi sebelumnya. 4. Perusahaan target relatif kecil.

5. Melakukan akuisisi yang bersahabat.

Menurut M. Hanafi (2004) ada beberapa faktor-faktor penyebab kegagalan akuisisi yaitu:

1. Membayar terlalu mahal. Membayar terlalu mahal akan meningkatkan biaya sehingga menjadi melebihi manfaat akuisisi. 2. Manajemen akuisisi yang kurang baik. Manajemen

post-akuisisi yang kurang baik akan menyebabkan proses peralihan menjadi tidak lancar dan akan meninggalkan potensi kegagalan. 3. Terlalu optimis dengan pasar.

4. Tidak memperhatikan potensi problem 5. Overbidding.

2.1.8 Langkah-langkah Akuisisi

Dalam proses melakukan akuisisi terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan oleh perusahaan sebelum maupun setelah akuisisi terjadi.

Dimana proses akuisisi harus melalui tahapan sebagai berikut, yaitu: 1. Ijin dari pemegang saham antara kedua perusahaan.

2. Proses negoisasi yang panjang dan mengikutsertakan akuntan, penasehat hukum, dan investment banker.


(69)

3. Melakukan pembelian saham yang ada ditangan publik, baik investor minoritas maupun individu.

4. Kewajiban atau hutang dari perusahaan target secara otomatis menjadi kewajiban perusahaan yang mengambil alih.

5. Peleburan sistem manajemen ke dalam manajemen baru perusahaan yang mengambil alih.

6. Proses perijinan mungkin akan lebih kompleks bila kedua perusahaan tersebut merupakan perusahaan publik.

7. Dana yang dibutuhkan akan semakin besar jumlahnya karena pembelian saham akan bersifat pelelangan dengan tendering.

2.1.9 Strategi dan Taktik Akuisisi

Jika suatu perusahaan ingin akuisisi dengan perusahan lain, maka akan melakukan langkah-langkah ofensif. Sebaliknya jika perusahaan yang diincar (target) tidak mau dibeli maka perusahaan tersebut akan mempertahankan dari serangan tersebut maka ini merupakan langkah-langkah defensif (M. Hanafi, 2004)

1. Strategi dan taktik ofensif

Beberapa strategi dikembangkan untuk membantu ofensif akuisisi, seperti LBO (leveraged buy out, yaitu membeli perusahaan lain dengan menggunakan utang yang tinggi), junk bond (obligasi yang tidak dirating karena resikonya tinggi). Dalam leveraged buy out (LBO), perusahaan meminjam utang sangat besar.


(70)

Dana pinjaman tersebut digunakan untuk membeli perusahaan target. Setelah terjadi akuisisi, perusahaan gabungan akan mempunyai utang yang tinggi dengan kewajiban bunga yang tinggi. Utang yang tinggi tersebut mempunyai efek perilaku dan ekonomis. Efek ekonomis yang diperoleh adalah penghematan pajak yang tinggi.

2. Strategi dan Taktik defensif

Strategi untuk mempertahankan perusahaan dari ancaman akuisisi banyak dan bervariasi. Strategi tersebut bisa dikelompokkan sebagai strategi pencegahan dan perlawanan. Secara umum strategi pencegahan bertujuan menjadikan perusahaan target menjadi tidak menarik untuk diambilalih oleh perusahaan lain.

Ketidakmenarikan tersebut bisa dilakukan dengan beberapa cara: a. Menjadi perusahaan yang baik. Perusahaan yang baik akan

mendorong harga saham menjadi lebih tinggi sehingga menjadi terlalu mahal bagi perusahaan lain yang akan membeli perusahaan tersebut.

Jika harga saham tinggi, pemegang saham juga akan semakin puas, sehingga dorongan untuk mengganti manajemen akan semakin kecil.

b. Mengamati perdagangan saham. Perusahaan bisa secara kontinu mengamati perdagangan saham. Jika ada tanda-tanda akumulasi saham, harus diperhatikan apakah ada pihak yang


(1)

6. Ibu Dr. Khaira Amalia Fachruddin, SE., MBA., Ak., selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing serta memberikan saran dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Ibu Dra. Nisrul Irawaty, MBA selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah memberikan saran dan petunjuk atas penulisan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmu terbaik kepada penulis dan Pegawai di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan kegiatan akademik.

9. Seluruh mahasiswa Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara stambuk 2012 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan semangat kepada penulis. Teman seperjuangan Sinta br Tarigan, Novita br Meliala, Irma Sihombing, Syarifah Lubis dan Titis Mufliha yang selalu bersama-sama ketika bimbingan skripsi.

10. Kakak terbaik sekaligus sahabat yang aku kenal sejak D3 Febrina Simanjuntak dan Natalia Siahaan yang selalu memberikan semangat dan nasehat kepada penulis.

11. Sahabat-sahabat terbaik ( Gegana ) Rumondang Gultom, Ayanti Butar-Butar, Theresia Ketaren, Margareth Zai yang selalu berbagi suka dan duka dalam menyelesaikan skripsi demi gelar Sarjana Ekonomi.

1. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya.

Medan, Desember 2015 Penulis,

Monika Yuliana Sihaloho NIM: 120521087


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... . iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 UraianTeoritis... 8

2.1.1 Pengambilalihan Usaha ... 8

2.1.2 Akuisisi... 8

2.1.3 Motif Akuisisi ... 12

2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Akuisisi ... ` 18

2.1.5 Alasan-alasan melakukan Akuisisi... 21

2.1.6 Tujuan Melakukan Akuisisi ... 23

2.1.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Akuisisi ... 23

2.1.8 Langkah-langkah Akuisisi ... 24

2.1.9 Strategi dan Taktik Akuisisi ... 25

2.2 Kinerja Perusahaan ... 27

2.2.1 Pengertian Kinerja ... 27

2.2.2 Analisis Kinerja Keuangan ... 27

2.3 Penelitian Terdahulu ... 31

2.4 Kerangka Konseptual ... 34

2.5 Hipotesis ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Jenis Penelitian ... 38

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

3.3 Batasan Operasional ... 38

3.4 Defenisi OperasionalVariabel ... 39

3.5 Populasi dan Sampel ... 44

3.6 JenisdanSumber Data ... 46

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 46


(3)

3.8.1 StatistikDeskriptif ... 46

3.8.2 UjiBeda t-test... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 48

4.2 Hasil Penelitian ... 51

4.2.1 Kondisi Kinerja Keuangan ... 51

4.2.2 Analisis Deskriptif... 56

4.2.3 Uji Beda t – test ... 61

4.3 Pembahasan ... 67

4.3.1 Faktor-faktor yang menyebabkan perusahaan melakukan Akuisisi ... 67

4.3.2 Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan perusahaan melakukan Akuisisi ... 71

4.3.3 Perbedaan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur sebelum dan sesudah Akuisisi ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 77

5.1 Kesimpulan... 77

5.2 Saran` ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80


(4)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman Tabel 1.1 Perubahan Kinerja Perusahaan Publik Sebelum dan

Sesudah Akuisisi ... 3

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 33

Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 42

Tabel 3.2 Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ... 45

Tabel 4.1 Kondisi Kinerja Keuangan ASII ... 51

Tabel 4.2 Kondisi Kinerja Keuangan UNVR ... 52

Tabel 4.3 Kondisi Kinerja Keuangan CTBN ... 54

Tabel 4.4 Kondisi Kinerja Keuangan CPIN ... 55

Tabel 4.5 Hasil Statistik Deskriptif 1 tahun sebelum akuisisi dan 1 tahun sesudah akuisisi ... 57

Tabel 4.6 Hasil Statistik Deskriptif 1 tahun sebelum akuisisi dan 2 tahun sesudah akuisisi ... 59

Tabel 4.7 Hasil Paired Sampel T-Test 1 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah akuisisi pada ROI ... 61

Tabel 4.8 Hasil Paired Sampel T-Test 1 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah akuisisi pada ROE ... 62

Tabel 4.9 Hasil Paired Sampel T-Test 1 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah akuisisi pada DER ... 62

Tabel 4.10 Hasil Paired Sampel T-Test 1 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah akuisisi pada TATO ... 63

Tabel 4.11 Hasil Paired Sampel T-Test 1 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah akuisisi pada CR ... 63

Tabel 4.12 Hasil Paired Sampel T-Test 1 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah akuisisi pada ROI ... 64

Tabel 4.13 Hasil Paired Sampel T-Test 1 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah akuisisi pada ROE ... 65

Tabel 4.14 Hasil Paired Sampel T-Test 1 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah akuisisi pada DER ... 65

Tabel 4.15 Hasil Paired Sampel T-Test 1 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah akuisisi pada TATO ... 66

Tabel 4.16 Hasil Paired Sampel T-Test 1 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah akuisisi pada CR ... 66


(5)

DAFTAR GAMBAR

No.Gambar Judul Halaman Gambar 2.1 Skema Akuisisi ... 9 Gambar 2.2 Kerangka Konseptual ... 36


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

No.Lampiran Judul Halaman

1 Daftar Sampel Perusahaan ... 82

2 Perubahan Kinerja Keuangan Perusahaan ... 83

3 Hasil Statistik Deskriptif ... 84