Respons Pertumbuhan dan Produksi Tiga Varietas Kedelai (Glycine max L. (Merill)) Dengan Perbedaan Waktu Tanam dan Pemberian Mikoriza

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, 2008. Budidaya Kedelai Tropika. Penebar Swadaya, Jakarta.
Andrianto, T.T., dan N. Indarto. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani
Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang. Absolut, Yogyakarta.
Badan Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. 2012. Deskripsi Varietas
Unggul Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Malang.
Badan Litbang Pertanian. 2012. Pengembangan Kedelai di Kawasan Hutan
Sebagai Sumber Benih.Agroinovasi, Jawa Tengah.Hal. 2.
Badan

Litbang
Pertanian.
2014.
Kedelai.
Dikutip
dari
http://www.sumut.litbang.deptan.go.id.Diakses
pada
Tanggal
2 Januari 2015.


Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. 2011. Dikutip dari http: // jambi
.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=comcontent&view=article&
id=142:rekomendasi-pemupukan-tanaman-padi-dan-palawija-pada-lahankering-di-provinsi-jambi&catid=14:budidaya-pertanian. Diakses Pada
Tanggal 2 Januari 2015.
Cendrasari, E. 2008.Efektivitas Berbagai Kualitas Seresah Dari Tithonia
Diversifolia, Tephrosia Candida, Dan Kaempferia Galanga
TerhadapPenghambatan Potensial Nitrifikasi Dan PopulasiBakteri
Nitrifikasi Di Alfisols, Jumantono. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas
Maret. Surakarta.
Fachruddin L. 2000. Budidaya Kacang Kacangan. Kanisius.Yogyakarta.
Frisoni., L. Puspitasari dan L. Andini. 2011. Efek Daun Paitan (Tithonia
Diversifolia (Hemsley) A.Gray) Dan Kelor (Moringa Oleifera, Lamk) Di
DalamPakan Komplit In-Vitro. Seminar Nasional Teknologi Peternakan
dan Veteriner.Universitas Negeri Jakarta. Jakarta.
Hidayat., N. Husna. 2012. Pengaruh varietas dan jarak tanaman terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max L.). Universitas Syiah
Kuala. Bandah Aceh.

Irwan, A.W. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill). Jurusan

Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Universitas Padjadjaran,
Jatinangor. Hal. 4.
Mimbar.2004. Mekanisme Fisiologi dan Pewarisan Sifat Toleransi Tanaman Kedelai
(Glycine max (L.)Merril) Terhadap Intensitas Cahaya Rendah.Disertasi.
Sekolah Pascasarjana, IPB, Bogor. 103 hal.

Universitas Sumatera Utara

Rubatzky, V. E. dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia Jilid Satu : Prinsip,
Produksi, dan Gizi. ITB, Bandung.Hal. 262.
Sari, D. E. 2013.Respon Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kubis (Brassica
Oleracea L. Var. Capitata L.) Akibat Pemberian Beberapa Dosis Kompos
Tithonia. Fakultas Pertanian Muhammadiyah Sumatera Barat. Padang.
Sitompul, S M., dan B Guritno, 1995.Analisis pertumbuhan Tanaman. Gajah Mada
University Press, Yogyakarta.

Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu
Pendekatan Biometrik. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Soegito, dan Arifin, 2004.Pemurnian dan Perbanyakan Benih Penjenis Kedelai.
Badan Penelitian Tanaman Pangan. Malang. 47 hal.


Solfiyeni. , F. Safitri. Dan Z. Syam. 2011. Uji Mulsa Tithonia Diversifolia A.Gray
Terhadap Pertumbuhan Gulma Dan Produksi Tanaman Tomat
(Lycopersicum Esculentum Mill). Jurusan Biologi FMIPA. Universitas
Andalas. Padang.
Wulansari, E. 2010.Efektifitas Penghambatan Nitrifikasi Melalui Penambahan
Seresah Paitan (Tithonia Diversifolia) Dan Kencur(Kaempferia Galanga) Di
Tanaman Uji Jagung (Zea Mays L.)Di Tanah Alfisol. Fakultas Pertanian
Sebelas Maret. Surakarta.
Van Steenis, C.G.G.J. 2003.Flora diterjemahkan oleh M. Surjowinoto.
PT. Pradnya Paramita, Jakarta. Hal 229 – 230.

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Pembangunan gg. Kabung Kecamatan
Medan Baru Sumatera Utara Medan dengan ketinggian + 25 meter di atas
permukaan laut, mulai bulan September sampai Januari 2015.
Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai varietas
Grobogan, Detam 2, dan Anjasmoro, Mikoriza Vasikular Arbuskular (MVA),
pupuk Urea, pupuk KCL, SP-36, Fungisida mankozeb, dan bahan lain yang
mendukung penelitian ini.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul dan garu untuk
membuka lahan dan membersihkan lahan dari gulma dan sampah, pacak sampel
untuk tanda dari tanaman yang merupakan sampel, gembor untuk menyiram
tanaman, meteran untuk mengukur luas lahan dan tinggi tanaman, timbangan
untuk menimbang produksi tanaman, kalkulator untuk menghitung data, jangka
sorong digital untuk mengukur diameter batang, alat tulis dan alat-alat lain yang
mendukung pelaksanaan penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3
faktor perlakuan yaitu :
Faktor I : Waktu tanam dengan empat taraf, yaitu :
T0 = 1 HST
T1 = 11 HST
T2 = 21 HST

Universitas Sumatera Utara


T3 = 31 HST
Faktor II : Varietas (V) dengan tiga jenis yaitu :
V0 = Grobogan

V2 = Detam 2

V1 = Anjasmoro
Faktor III : Mikoriza yaitu :
M0 = Non mikoriza
M1 = Mikoriza 5 gr/tanaman
Diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 32 kombinasi, yaitu :
T0V0M0

T1V0M0

T2V0M0

T3V0M0


T0V0M1

T1V0M1

T2V0M1

T3V0M1

T0V1M0

T1V1M0

T2V1M0

T3V1M0

T0V1M1

T1V1M1


T2V1M1

T3V1M1

T0V2M0

T1V2M0

T2V2M0

T3V2M0

T0V2M1

T1V2M1

T2V2M1

T3V2M1


Jumlah ulangan (Blok)

: 2 ulangan

Jumlah plot

: 48 plot

Jarak tanam

: 40 cm x 20 cm

Ukuran plot

: 160 cm x 140 cm

Jumlah tanaman/plot

: 28 tanaman


jumlah sampel/plot

: 4 tanaman

Jumlah sampel seluruhnya

: 192 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan
model linear aditif sebagai berikut :
Yijkl = µ + ρi + αj + βk + £l + (αβ)jkl + εijkl
i = 1,2

j = 1,2,3,4

k = 1,2,3,4

l = 1,2

Universitas Sumatera Utara


Dimana:
Yijkl

: Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan waktu tanam taraf kej, perlakuan empat varietas taraf ke- k dan pemberian mikoriza taraf ke-l

µ

: Nilai tengah

ρi

: Efek dari blok ke-i

αj

: Efek perlakuan waktu tanam taraf ke-j

βk


: Efek perlakuan empat varietas pada taraf ke-k

£l

: Efek pemberian mikoriza pada taraf ke-l

(αβ)jkl : Interaksi antara

perlakuan waktu tanam taraf ke-j, perlakuan empat

varietas pada taraf ke-k dan pemberian mikoriza taraf ke-l
εijkl

: Galat dari blok ke-i, perlakuan waktu tanam ke-j, pemberian varietas ke-k
dan pemberian mikoriza ke- l
Terhadap sidik ragam yang nyata, maka dilanjutkan analisis lanjutan

dengan menggunakan Uji Beda Rata – Rata Duncan Berjarak Ganda dengan taraf
5%.
(Sastrosupadi, 2000).

Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan
Areal di bersihkan dari gulma dan sisa tanaman yang ada, tanah di
cangkul dengan kedalaman 30 cm. Kemudian diratakan tanah tersebut lalu
dibuat plot-plot dengan ukuran 160 cm x 140 cm dengan jarak antar plot
50 cm dan jarak antar ulangan 50 cm dengan kedalaman drainase 50 cm.
Penanaman
Penanaman benih dilakukan pada saat 1 minggu setelah penyiapan lahan.
Benih ditanam secara tugal dengan 2 benih per lubang tanam dengan kedalaman
3 cm. Jarak tanam yang digunakan 40 cm x 20 cm dengan jumlah tanaman per
plot 28 tanaman. Waktu tanam dilakukan 1/10 hari sekali dimana setiap varietas
diberi perlakuan mikoriza dan non mikoriza.
Aplikasi Pupuk N P dan K
Pemupukan dilakukan sebanyak dua kali selama tanam. Pemberian
pertama sebanyak 20g urea/plot, 40g TSP/plot dan 20g KCL/plot pada saat
penanaman. Pemupukan kedua diberikan 20g urea/plot saat tanaman berbunga
dengan cara ditugal.
Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharan meliputi penyiraman, penjarangan, penyulaman, penyiangan,
pengendalian hama dan penyakit
Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada saat pagi hari atau sore hari. Penyiraman
dilakukan sesuai dengan kondisi lahan.

Universitas Sumatera Utara

Penjarangan
Penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur satu minggu
dengan

menyisakan

satu

tanaman

yang

baik.

Pemotongan

tanaman

menggunakan gunting dengan memotong pangkal batang tanaman kedelai.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan seawal mungkin, yaitu satu minggu setelah tanam
untuk mengganti tanaman yang sudah mati.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan cara manual yakni mencabut gulma yang
ada di sekitar tanaman dan menggunakan cangkul kecil.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara kimia yaitu dengan
memberikan Furadan pada lubang tanam untuk membasmi hama semut merah
yang terdapat di bagian akar.
Pemanenan
Penanenan dilakukan dengan memotong pada pangkal batang. Adapun
kriteria panennya adalah ditandai dengan kulit polong sudah berwarna kuning
kecoklatan sebanyak 95%. Pemanenan dilakukan pada saat 78 HST.
Pengamatan Parameter
Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setiap minggu sejak tanaman
berumur 2 MST sampai dengan 4 MST. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan meteran dengan membuat tanda 2 cm dari pangkal batang pada
setiap tanaman sampel.

Universitas Sumatera Utara

Diameter Batang (cm)
Pengukuran

diameter

batang

dilakukan

dengan

menggunakan

jangka sorong. Pengukuran diameter batang diberi tanda 2 cm dari pangkal batang
agar mempermudah dalam pengambilan data.
Jumlah Cabang (cabang)
Pengukuran cabang primer dilakukan dengan menghitung cabang yang
keluar dari batang utama yang diambil pada saat panen dari setiap tanaman
sampel.
Jumlah Polong/Tanaman
Jumlah polong / tanaman diambil dari rata-rata biji dalam satu polong per
tanaman kedelai.
Jumlah Polong Berisi/Tanaman
Jumlah polong berisi dihitung dengan banyaknya biji yang terdapat pada
satu polong dari empat tanaman sampel. Biji yang dihitung berupa biji
sempurna. Caranya polong dibuka dan biji didalam nya dihitung pada setiap
empat sampel.
Jumlah Biji/Tanaman
Jumlah biji per tanaman dihitung setelah panen.
Bobot 100 Biji (g)
Pengamatan dilakukan setelah tanaman di panen, bobot 100 biji kering di
timbang dari setiap perlakuan per sampel.

Universitas Sumatera Utara

Bobot Biji/Tanaman
Pengamatan dilakukan setelah pemanenan dengan menimbang bobot biji
per tanaman sample dengan menggunakan timbangan.
Bobot kering akar (g)
Akar yang diukur adalah akar yang sudah dipisahkan dari tajuk dan
dibersihkan dari kotoran yang ada, lalu diovenkan dengan suhu 70º C selama 24
jam lalu ditimbang. Pengamatan ini dilakukan setalah panen.
Bobot kering Tajuk (g)
Bagian tajuk tanaman dipisahkan dari akar dengan cara memotong pada
bagian pangkal batang lalu tajuk tersebut dibersihkan dari kotoran yang ada.
Kemudian diovenkan dengan suhu 70ºC selama 24 jam lalu ditimbang.
Pengamatan ini dilakukan setelah panen.
Produksi Biji/Plot (kg)
Biji yang siap dipanen ditimbang keseluruhan sesuai dengan perlakukan.

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tinggi Tanaman (cm)
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 8 - 13), diketahui bahwa
perlakuan perbedaan waktu tanam berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi
tanaman 3 MST dan 4 MST dan pemberian mikoriza berpengaruh nyata terhadap
parameter tinggi tanaman 3 MST, 4 MST. Sedangkan perlakuan tiga varietas
kedelai berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman. Interaksi ketiganya
berpengaruh tidak nyata terhadapt inggi tanaman yang diamati.
Rataan tinggi tanaman kedelaiumur 2-4 MST pada perlakuan tiga varietas
kedelai (Glycine max L. (Merill))dengan perbedaan waktu tanam dan pemberian
mikorizadapat dilihat pada Tabel 1.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. Tinggi tanaman pada perlakuan tiga varietas kedelai (Glycine max L.
(Merill)) dengan perbedaan waktu tanam dan pemberian mikoriza
mikoriza (g/ tanaman)
Umur

2 MST

M0

Waktu
Tanam

Varietas
V0

V1

V2

V0

V1

T0 (1 HST)

7.64

12.34

7.79

8.36

8.48

7.58

8.70

T1 (11 HST)

9.55

9.31

8.26

11.05

9.55

11.36

9.85

T2 (21 HST)

10.75

10.14

8.54

9.08

9.54

10.08

9.69

T3 (31 HST

9.48

9.38

8.75

10.88

9.63

9.59

9.61

9.60
rataan
3 MST

9.79

9.33

V2

8.99
9.60

T0 (1 HST)

11.38

14.94

11.74

15.73

14.34

11.68

13.30c

T1 (11 HST)

13.96

13.84

15.00

15.73

15.18

18.01

15.29ab

T2 (21 HST)

14.55

16.23

15.49

19.59

16.75

17.19

16.63a

T3 (31 HST

16.74

15.90

14.55

17.84

16.06

16.59

16.28ab

15.69
4 MST

Rataan

M1

15.40

15.03

rataan

14.53b

T0 (1 HST)

16.35

17.08

12.33

17.36

17.24

14.65

15.83d

T1 (11 HST)

25.30

24.15

22.38

26.38

28.64

30.80

26.27c

T2 (21 HST)

41.20

34.19

35.09

36.94

38.93

40.04

37.73a

T3 (31 HST

31.53

28.54

23.40

34.84

28.83

29.80

29.49b

28.74

16.22a

27.20

26.06

rataan
25.96b
28.70a
Keterangan: angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan
berbeda
nyata
pada
DMRT
taraf 5 %.

Tabel 1 menunjukkan bahwa tinggi tanaman 2 MST tanaman kedelai
terbesar pada perlakuan waktu tanam 11 HST (T1) yaitu 9.85 cm dan terendah 1
HST (T0) yaitu 8.70 cm. Tinggi tanaman 3 MST tanaman kedelai terbesar pada
perlakuan 21 HST (T2) yaitu 16.63 cm dan terendah 1 HST (T0) yaitu 13.30 cm.
Tinggi tanaman 4 MST tanaman kedelai terbesar pada perlakuan 21 HST (T2)
yaitu 37.73 cm dan terendah 1 HST (T0) yaitu 15.83 cm.
Tinggi tanaman 2 MST tanaman kedelai terbesar pada perlakuan varietas
Anjasmoro (V1) yaitu 9.79 cm dan terendah detam 2 (V2) yaitu 8.99 cm. Tinggi
tanaman 3 MST tanaman kedelai terbesar pada varietas grobogan (V0) yaitu 15.69

Universitas Sumatera Utara

cm dan terendah detam 2 (V2) yaitu 15.03 cm. Tinggi tanaman 4 MST tanaman
kedelai terbesar pada varietas grobogan (V0) yaitu 28.74 cm dan terendah detam 2
(V2) yaitu 26.06 cm.
Tinggi tanaman 2 MST tanaman kedelai terbesar pada perlakuan mikoriza
5 g (M1) yaitu 9.60 cm dan terendah 0 g (M0) yaitu 9.33 cm. Tinggi tanaman
3 MST tanaman kedelai terbesar pada 5 g (M1) yaitu 16.22 cm dan terendah pada
0 g (M0) yaitu 14.53 cm. Tinggi tanaman 4 MST tanaman kedelai terbesar pada 5
g (M1) yaitu 28.70 cm dan terendah 0 g (M0) yaitu 25.96 cm.
Hubungan tinggi tanaman 3 MST dengan perbedaan waktu tanam pada
Gambar 1.
20,00
15,00
10,00
5,00
0,00
T0

T1

T2

T3

Hubungan tinggi tanaman 3 MST dengan pemberian mikoriza pada
Gambar 2.
16,5
16
15,5
15

y = 1,69x + 12,84
R² = 1

14,5
14
0

0,5

1

1,5

2

2,5

Universitas Sumatera Utara

Hubungan tinggi tanaman 4 MST dengan perbedaan waktu tanam pada
Gambar 3.
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00
T0

T1

T2

T3

Hubungan tinggi tanaman 4 MST dengan pemberian mikoriza pada
Gambar 4.
29
28
27

y = 2,74x + 23,22
R² = 1

26
25
0

0,5

1

1,5

2

2,5

Diameter Batang (mm)
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 14-15), diketahui bahwa pada
perbedaan waktu tanam berpengaruh nyata terhadap parameter diameter batang.
Sedangkan perlakuan tiga varietas dan pemberian mikoriza serta interaksi
ketiganya berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman yang
diamati.
Rataan diameter batang kedelai pada perlakuan tiga varietas kedelai
(Glycine max L. (Merill)) dengan perbedaan waktu tanam dan pemberian
mikoriza dapat dilihat pada Tabel 2.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Diameter batang (mm) tanaman kedelai perlakuan tiga varietas kedelai
(Glycine max L. (Merill)) dengan perbedaan waktu tanam dan pemberian
mikoriza
mikoriza (g/ tanaman)
M0

Waktu Tanam

M1

Rataan

Varietas
V0
T0 (1 HST)

V1
4.17

V2
4.26

V0
5.31

V1

V2

3.93

4.67

3.50

4.31a

T1 (11 HST)

2.73

2.37

2.84

3.38

3.22

3.11

2.94c

T2 (21 HST)

3.16

4.17

3.80

3.55

3.78

3.62

3.68b

T3 (31 HST

3.00

2.73

3.61

3.82

3.10

4.07

3.39b

3.47

3.54

3.73

rataan
3.51
3.65
Keterangan: angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
berbeda nyata pada DMRT taraf 5 %.

Tabel 2 menunjukkan bahwa diameter batang tanaman kedelai terbesar
pada perlakuan waktu tanam 1 HST (T0) yaitu 4.31 mm dan terendah 11 HST (T1)
yaitu 2.94 mm.
Diameter batang tanaman kedelai terbesar pada perlakuan varietas detam 2
(V2) yaitu 3.73 mm dan terendah grobogan (V0) yaitu 3.47.
Diameter batang tanaman kedelai terbesar pada perlakuan mikoriza 5 g (M1)
yaitu 3.65 mm dan terendah 0 g (M0) yaitu 3.51 mm.
Hubungan diameter batang pada perbedaan waktu tanam pada Gambar 5.
6,00
5,00
4,00
3,00
2,00
1,00
0,00
T0

T1

T2

T3

Jumlah Cabang Produktif (cabang)
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 16-17), diketahui bahwa tiga
varietas kedelai (Glycine max L. (Merill)) dengan perbedaan waktu tanam dan

Universitas Sumatera Utara

pemberian mikoriza serta interaksi ketiganya berpengaruh tidak nyata terhadap
parameter jumlah cabang produktif yang diamati.
Jumlah cabang produktif kedelai pada perlakuan tiga varietas kedelai
(Glycine max L. (Merill)) dengan perbedaan waktu tanam dan pemberian
mikoriza serta interaksi keduanya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah cabang produktif tanaman kedelai pada tiga varietas kedelai
(Glycine max L. (Merill)) dengan perbedaan waktu tanam dan
pemberian mikoriza
mikoriza (g/ tanaman)
M0

Waktu Tanam

M1

Rataan

Varietas
V0

V1

V2

V0

V1

V2

T0 (1 HST)

2.00

1.50

1.25

1.75

2.75

2.75

2.00

T1 (11 HST)

1.13

0.63

1.13

0.38

1.88

1.38

1.08

T2 (21 HST)

1.75

1.13

1.63

1.50

2.75

1.38

1.69

T3 (31 HST

1.38

1.25

0.75

1.50

1.88

1.25

1.33

1.42
rataan

1.72

1.29

1.44
1.76

Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah cabang produktif tanaman kedelai
terbesar pada perlakuan waktu tanam 1 HST (T0) yaitu 2 cabang dan terendah 11
HST (T1) yaitu 1.08 cabang.
Jumlah cabang produktif tanaman kedelai terbesar pada perlakuan varietas
anjasmoro (V1) yaitu 1.72 cabang dan terendah grobogan (V0) yaitu 1.42 cabang.
Jumlah cabang produktif tanaman kedelai terbesar pada perlakuan mikoriza
5 g (M1) yaitu 1.76 cabang dan terendah 0 g (M0) yaitu 1.29 cabang.
Jumlah Polong Per Tanaman (polong)
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 18-19), diketahui bahwa
pemberian mikoriza berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah polong per
tanaman. Sedangkan tiga varietas kedelai (Glycine max L. (Merill)) dan

Universitas Sumatera Utara

perbedaan waktu tanam serta interaksi ketiganya berpengaruh tidak nyata terhadap
parameter jumlah polong per tanaman.
Jumlah polong per tanaman kedelai pada tiga varietas kedelai (Glycine
max L. (Merill)) dengan perbedaan waktu tanam dan pemberian mikoriza serta
interaksi ketiganya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah polong per tanaman kedelai pada tiga varietas kedelai (Glycine
max L. (Merill)) dengan perbedaan waktu tanam dan pemberian
mikoriza
mikoriza (g/ tanaman)
M0

Waktu
Tanam

M1

Rataan

Varietas
V0

V1

V2

V0

V1

V2

T0 (1 HST)

10.63

18.88

31.00

26.38

44.63

63.38

32.48

T1 (11 HST)

22.25

13.88

15.50

17.50

34.88

28.50

22.08

T2 (21 HST)

24.25

22.13

39.25

28.13

39.00

36.25

31.50

T3 (31 HST

16.75

20.25

26.25

27.38

24.50

15.75

21.81

21.66

27.27

31.98

rataan
21.75b
32.19a
Keterangan: angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan
berbeda nyata pada DMRT taraf 5 %.

Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah polong per tanaman kedelai terbesar
pada perlakuan waktu tanam 1 HST (T0) yaitu 32.48 polong dan terendah 31 HST
(T1) yaitu 21.81 polong.
Jumlah polong per tanaman kedelai terbesar pada perlakuan varietas Detam
2 (V2) yaitu 31.98 polong dan terendah grobogan (V0) yaitu 21.66 polong.
Jumlah polong per tanaman kedelai terbesar pada perlakuan mikoriza 5 g
(M1) yaitu 32.19 polong dan terendah 0 g (M0) yaitu 21.75 polong.

Universitas Sumatera Utara

Hubungan jumlah polong per tanaman dengan pemberian mikoriza pada
gambar 6.
40
30
20
10

y = 10,44x + 11,31
R² = 1

0
0

0,5

1

1,5

2

2,5

Jumlah Polong Berisi Per Tanaman (polong)
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 20-21), diketahui bahwa
perlakuan pemberian mikoriza berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah
polong berisi per tanaman. Sedangkan tiga varietas kedelai (Glycine max L.
(Merill)) dan perbedaan waktu tanam serta interaksi ketiganya berpengaruh tidak
nyata terhadap parameter jumlah polong berisi per tanaman. Rataan jumlah
polong berisi per tanaman pada perlakuan tiga varietas kedelai (Glycine max L.
(Merill)) dengan perbedaan waktu tanam dan pemberian mikoriza dapat dilihat
pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah polong berisi per tanaman kedelai pada perlakuan tiga varietas
kedelai (Glycine max L. (Merill)) dengan perbedaan waktu tanam dan
pemberian mikoriza
mikoriza (g/ tanaman)
Waktu Tanam

T0 (1 HST)
T1 (11 HST)
T2 (21 HST)
T3 (31 HST
rataan

M0
V0
V1
10.63
18.63
21.75
24.25
23.88
19.75
16.75
20.13
21.41
22.27b

M1
Varietas
V2
V0
V1
V2
30.88
26.38
43.63
63.13
15.38
16.88
34.88
28.38
39.75
28.13
38.88
36.25
25.50
26.88
24.38
15.75
28.06
31.88
31.96a

Rataan

32.21
23.58
31.10
21.56

Keterangan: angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan
berbeda nyata pada DMRT taraf 5 %.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah polong berisi per tanaman kedelai
terbesar pada perlakuan waktu tanam 11 HST (T0) yaitu 31.10 polong dan
terendah 1 HST (T1) yaitu 21.56 polong.
Jumlah polong berisi per tanaman kedelai terbesar pada perlakuan varietas
Detam 2 (V2) yaitu 31.88 polong dan terendah grobogan (V0) yaitu 21.41 polong.
Jumlah polong berisi per tanaman kedelai terbesar pada perlakuan mikoriza
5 g (M1) yaitu 31.96 polong dan terendah 0 g (M0) yaitu 22.27 polong.
Hubungan jumlah polong berisi per tanaman pada pemberian mikoriza pada

Jumlah polong berisi
(polong)

Gambar 7.
35
30
25
20
15
10
5
0

y = 9,69x + 12,58
R² = 1
0

0,5

1

1,5

2

Mikoriza (g)

Jumlah Biji Per Tanaman (biji)

Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 22-23), diketahui bahwa
perlakuan tiga varietas kedelai (Glycine max L. (Merill)) dengan perbedaan waktu
tanam dan pemberian mikoriza serta interaksi tiga varietas dan pemberian
mikoriza berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah biji per tanaman.
Sedangkan interaksi ketiganya berpengaruh tidak nyata terhadap parameter
jumlah biji per tanaman.

Universitas Sumatera Utara

Rataan jumlah biji per tanaman pada perlakuan tiga varietas kedelai
(Glycine max L. (Merill)) dengan perbedaan waktu tanam dan pemberian
mikoriza dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah biji per tanaman kedelai pada perlakuan tiga varietas kedelai
(Glycine max L. (Merill)) dengan perbedaan waktu tanam dan
pemberian mikoriza
mikoriza (g/ tanaman)
M0

Waktu Tanam

M1

Rataan

Varietas
V0

V1

V2

V0

V1

V2

T0 (1 HST)

26.38c

38.38c

62.63b

49.63b

85.75a

77.38a

56.69ab

T1 (11 HST)

40.13b

25.63d

32.88c

35.88bc

68.50a

53.38ab

42.73c

T2 (21 HST)

46.13b

45.13c

78.63a

52.88b

80.63a

73.75a

62.85a

T3 (31 HST

33.13b

35.13b

50.00a

51.63a

47.13a

31.25c

41.38c

41.97c

53.28ab

57.48a

rataan
42.84b
58.98a
Keterangan: angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata pada DMRT taraf 5 %.

Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah biji per tanaman kedelai terbesar pada
perlakuan waktu tanam 21 HST (T2) yaitu 62.85 biji dan terendah 31 HST (T3)
yaitu 41.38 biji.
Jumlah biji per tanaman kedelai terbesar pada perlakuan varietas Detam 2
(V2) yaitu 57.48 biji dan terendah grobogan (V0) yaitu 41.97 biji.
Jumlah biji per tanaman kedelai terbesar pada perlakuan mikoriza 5 g (M1)
yaitu 58.98 biji dan terendah 0 g (M0) yaitu 42.84 biji.
Hubungan jumlah biji dengan perbedaan waktu tanam pada Gambar 8.

Universitas Sumatera Utara

70,00
60,00
50,00
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00
T0

T1

T2

T3

Hubungan jumlah biji terhadap perlakuan tiga varietas kedelai pada
Gambar 9.
80
60
40
20
0
V0

V1

V2

Hubungan jumlah biji terhadap perlakuan pemberian mikoriza pada
Gambar 10.
80
60
40
y = 16,14x + 26,7
R² = 1

20
0
0

0,5

1

1,5

2

2,5

Bobot kering akar (g)
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 24-25), diketahui bahwa
perlakuan tiga varietas kedelai (Glycine max L. (Merill)) dengan perbedaan waktu
tanam dan pemberian mikoriza serta interaksi ketiganya berpengaruh tidak nyata
terhadap parameter bobot kering akar.

Universitas Sumatera Utara

Rataan bobot kering akar pada perlakuan tiga varietas kedelai (Glycine max
L. (Merill)) dengan perbedaan waktu tanam dan pemberian mikoriza dapat dilihat
pada Tabel 7.
Tabel 7. Bobot kering akar tanaman kedelai pada perlakuan tiga varietas kedelai
(Glycine max L. (Merill)) dengan perbedaan waktu tanam dan
pemberian mikoriza
mikoriza (g/ tanaman)
M0

Waktu Tanam

M1

Rataan

Varietas
V0

V1

V2

V0

V1

V2

T0 (1 HST)

1.76

2.04

1.87

1.80

1.77

1.97

1.86

T1 (11 HST)

2.04

1.64

1.73

1.80

1.73

2.08

1.83

T2 (21 HST)

1.96

1.94

1.68

1.75

1.70

1.94

1.83

T3 (31 HST

2.00

1.74

1.74

1.92

1.97

2.01

1.89

1.87
Rataan

1.84

1.81

1.88
1.87

Tabel 7 menunjukkan bahwa bobot kering akar tanaman kedelai terbesar
pada perlakuan waktu tanam 31 HST (T3) yaitu 1.89 g dan terendah 11 HST (T1)
yaitu 1.83 g.
Bobot kering akar tanaman kedelai terbesar pada perlakuan varietas detam 2
(V2) yaitu 1.88 g dan terendah anjasmoro (V1) yaitu 1.81 g.
Bobot kering akar tanaman kedelai terbesar pada perlakuan mikoriza 5 g
(M1) yaitu 1.87 g dan terendah 0 g (M0) yaitu 1.84 g.
Bobot Kering Tajuk (g)
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 26 - 27), diketahui bahwa
pemberian mikoriza berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering tajuk.
Sedangkan perlakuan tiga varietas kedelai (Glycine max L. (Merill)) dengan
perbedaan waktu tanam serta interaksi ketiganya berpengaruh tidak nyata terhadap
parameter bobot kering tajuk.

Universitas Sumatera Utara

Rataan bobot kering tajuk pada perlakuan tiga varietas kedelai (Glycine max
L. (Merill)) dengan perbedaan waktu tanam dan pemberian mikoriza dapat dilihat
pada Tabel 8.
Tabel 8. Bobot kering tajuk tanaman kedelai pada perlakuan tiga varietas kedelai
(Glycine max L. (Merill)) dengan perbedaan waktu tanam dan
pemberian mikoriza
mikoriza (g/ tanaman)
M0

Waktu Tanam

M1

Rataan

Varietas
V0

V1

V2

V0

V1

V2

T0 (1 HST)

3.38

3.53

3.28

2.84

4.94

3.96

3.65

T1 (11 HST)

3.50

4.16

4.67

3.63

4.16

4.66

4.13

T2 (21 HST)

4.20

3.54

4.27

3.99

4.01

4.70

4.12

T3 (31 HST

3.46

3.86

4.19

4.01

3.53

4.15

3.86

3.62

3.96

4.23

rataan
3.83b
4.05a
Keterangan: angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan
berbeda nyata pada DMRT taraf 5 %.

Tabel 8 menunjukkan bahwa bobot kering tajuk tanaman kedelai terbesar
pada perlakuan waktu tanam 11 HST (T1) yaitu 4.13 g dan terendah 1 HST (T0)
yaitu 3.65 g.
Bobot kering tajuk tanaman kedelai terbesar pada perlakuan varietas detam
2 (V0) yaitu 4.23 g dan terendah grobogan (V0) yaitu 3.62 g.
Bobot kering akar tanaman kedelai terbesar pada perlakuan mikoriza 5 g
(M1) yaitu 4.05 g dan terendah 0 g (M0) yaitu 3.83 g.
Hubungan bobot kering tajuk terhada pemberian mikoriza pada Gambar 11.
Bobot kering tajuk (g)

4,1

4,05
4

3,95
3,9

y = 0,22x + 3,61
R² = 1

3,85
3,8
0

0,5

1Mikoriza (g)
1,5

2

2,5

Universitas Sumatera Utara

Bobot Biji Per Tanaman (g)
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 28 - 29), diketahui bahwa
perlakuan pemberian mikoriza berpengaruh nyata terhadap bobot biji per
tanaman. Sedangkan perlakuan tiga varietas kedelai (Glycine max L. (Merill))
dan perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot biji per
tanaman.
Rataan bobot biji per tanaman pada perlakuan tiga varietas kedelai
(Glycine max L. (Merill)) dengan perbedaan waktu tanam dan pemberian
mikoriza dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Bobot biji per tanaman tanaman kedelai pada perlakuan tiga varietas
kedelai (Glycine max L. (Merill)) dengan perbedaan waktu tanam dan
pemberian mikoriza
mikoriza (g/ tanaman)
M0

Waktu
Tanam

M1

Rataan

Varietas
V0

V1

V2

V0

T0 (1 HST)

5.00

6.15

6.95

T1 (11 HST)

8.55

4.05

T2 (21 HST)

8.55

6.76

T3 (31 HST

6.50

8.08

8.21

V1

V2

11.42

11.51

15.23

9.38

9.96

7.97

11.06

6.88

8.08

7.61

10.06

13.29

7.65

8.99

5.41

7.64

9.00

4.84

6.91

8.74

8.07

rataan
6.96b
9.71a
Keterangan: angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan
berbeda nyata pada DMRT taraf 5 %.

Tabel 9 menunjukkan bahwa bobot biji per tanaman kedelai terbesar pada
perlakuan waktu tanam 1 HST (T0) yaitu 9.38 g dan terendah 31 HST (T3) yaitu
6.91 g.
Bobot biji per tanaman kedelai terbesar pada perlakuan varietas anjasmoro
(V1) yaitu 8.74 g dan terendah detam 2 (V2) yaitu 8.07 g.
Bobot biji per tanaman kedelai terbesar pada perlakuan mikoriza 5 g (M1)
yaitu 9.71 g dan terendah 0 g (M0) yaitu 6.96 g.

Universitas Sumatera Utara

Bobot 100 biji (g)
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 30 - 31), diketahui bahwa
perlakuan tiga varietas kedelai (Glycine max L. (Merill)) berpengaruh nyata
terhadap parameter bobot 100 biji. Sedangkan perbedaan waktu tanam dan
pemberian mikoriza serta interaksi ketiganya berpengaruh tidak nyata terhadap
bobot 100 biji per tanaman
Rataan bobot 100 biji per tanaman pada perlakuan tiga varietas kedelai
(Glycine max L. (Merill)) dengan perbedaan waktu tanam dan pemberian
mikoriza dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Bobot 100 biji tanaman kedelai pada perlakuan tiga varietas kedelai
(Glycine max L. (Merill)) dengan perbedaan waktu tanam dan
pemberian mikoriza
mikoriza (g/ tanaman)
M0

Waktu Tanam

M1

Rataan

Varietas
V0

V1

V2

V0

V1

V2

T0 (1 HST)

19.08

16.86

12.94

20.31

16.81

13.89

16.65

T1 (11 HST)

21.77

15.95

16.88

21.19

16.54

17.34

18.28

T2 (21 HST)

23.73

12.89

8.54

20.37

13.29

9.39

14.70

T3 (31 HST

10.41

21.07

11.63

16.29

19.83

13.71

15.49

19.14a

16.65ab

13.04c

Rataan
15.98
16.58
Keterangan: angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan
berbeda nyata pada DMRT taraf 5 %.

Tabel 10 menunjukkan bahwa bobot 100 biji per tanaman kedelai terbesar
pada perlakuan waktu tanam 11 HST (T1) yaitu 18.28 g dan terendah 21 HST (T2)
yaitu 14.70 g.
Bobot 100 biji per tanaman kedelai terbesar pada perlakuan varietas
grobogan (V0) yaitu 19.14 g dan terendah detam 2 (V1) yaitu 13.04 g.
Bobot 100 biji per tanaman kedelai terbesar pada perlakuan mikoriza 5 g
(M1) yaitu 16.58 g dan terendah 0 g (M0) yaitu 15.98 g.

Universitas Sumatera Utara

Hubungan bobot 100 biji terhadap tiga varietas kedelai pada Gambar 12.
25
20
15
10
5
0
V0

V1

V2

Produksi Biji Per Plot (g)
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 32 - 33), diketahui bahwa
perlakuan tiga varietas kedelai (Glycine max L. (Merill)) dengan perbedaan waktu
tanam dan pemberian mikoriza serta interaksi tiga varietas dengan perbedaan
waktu tanam berpengaruh nyata terhadap parameter produksi biji per plot (g).
Sedangkan interaksi antara perbedaan waktu tanam dan pemberian mikoriza serta
interaksi antara tiga varietas dengan pemberian mikoriza dan interaksi ketiganya
tidak berpengaruh nyata terhadap parameter produksi biji per plot (g).
Rataan jumlah polong berisi per tanaman pada perlakuan tiga varietas
kedelai (Glycine max L. (Merill)) dengan perbedaan waktu tanam dan pemberian
mikoriza dapat dilihat pada Tabel 11.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 11. Produksi biji per plot tanaman kedelai pada perlakuan tiga varietas
kedelai (Glycine max L. (Merill)) dengan perbedaan waktu tanam dan
pemberian mikoriza
mikoriza (g/ tanaman)
M0

Waktu
Tanam

M1

Rataan

Varietas
V0

V1

T0 (1 HST)

79.48b

T1 (11 HST)
T2 (21 HST)
T3 (31 HST

V2

V0

V1

V2

11.39d

36.84c

99.97a

14.10d

18.52b

12.53c

19.36ab

17.00bc

18.95b

29.06a

19.23c

35.77b

11.09d

23.33c

71.51a

26.57c

45.07b

35.55ab

24.29a

13.43c

14.86bc

17.61b

12.08d

24.09a

17.72d

25.76b

15.01c

46.91c

48.11a

29.94a

rataan
25.07
35.24
Keterangan: angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata pada DMRT taraf 5 %.

Tabel 11 menunjukkan bahwa produksi per plot tanaman kedelai terbesar
pada perlakuan waktu tanam 1 HST (T0) yaitu 48.11 g dan terendah 31 HST (T3)
yaitu 17.72 g.
Produksi per plot tanaman kedelai terbesar pada perlakuan varietas detam 2
(V2) yaitu 25.76 g dan terendah anjasmoro (V1) yaitu 15.01 g.
Produksi per plot tanaman kedelai terbesar pada perlakuan mikoriza 5 g
(M1) yaitu 35.24 g dan terendah 0 g (M0) yaitu 25.07 g.

Universitas Sumatera Utara

Pembahasan
Pengaruh perlakuan tiga varietas kedelai (Glycine max L. (Merill))terhadap
pertumbuhan dan produksi kedelai
Berdasarkan data dan sidik ragam perlakuan tiga varietas kedelai
berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah biji, bobot 100 bji dan produksi per
plot.
Pada parameter jumlah biji per tanaman kedelai berpengaruh nyata
terhadap perlakuan tiga varietas kedelai dimana data terbesar pada perlakuan
varietas detam 2 (V2) yaitu 57.48 biji dan terendah grobogan (V0) yaitu 41.97
biji.Hal ini disebabkan perbedaan jumlah biji merupakan akibat adanya variasi
dalam jumlah polong pada awal pembuahan dan tingkat keguguran bunga
sehingga hasil panen terutama ditentukan oleh jumlah polong yang dapat
dipertahankan oleh tanaman. Hal ini sesuai dengan Mimbar (2004) yang
menyatakan bahwa jumlah biji ditentukan saat pembuahan, yaitu ketika sel serbuk
sari membuahi sel telur di dalam ovary, sementara untuk bobot dan ukuran biji
tergantung pada varietas kedelai yang ditanam.
Pada parameter bobot 100 biji tanaman kedelai berpengaruh nyata terhadap
perlakuan tiga varietas kedelai dimana data terbesar pada perlakuan varietas
grobogan (V0) yaitu 19.14 g dan terendah detam 2 (V2) yaitu 13.04 g. Hal ini
karena perbedaan bobot 100 biji diduga karena sifat genetik tanaman. Sifat
genetik tanaman salah satunya adalah ukuran biji, semakin besar biji maka
semakin besar bobot 100 biji serta kemampuan tanaman mengabsorbsi hara dari
lingkungan.Hal ini sesuai dengan Soegito dan Arifin (2004) yang menyatakan
kenaikan bobot 100 biji disebabkan faktor genetik dari varietas kedelai. Setiap
varietas memiliki keunggulan genetis yang berbeda-beda sehingga setiap varietas

Universitas Sumatera Utara

memiliki produksi yang berbeda-beda pula, tergantung kepada sifat varietas
tanaman itu sendiri.
Pada parameter produksi per plot tanaman kedelai berpengaruh nyata
terhadap perlakuan tiga varietas kedelai dimana data terbesar pada perlakuan
varietas detam 2 (V2) yaitu 29.94 g dan terendah anjasmoro (V1) yaitu 15.01 g.
Hal ini karena perbedaan hasil yang ditunjukkan pada varietas kedelai secara
tunggal, disebabkan karena adanya perbedaan sifat genetik dari ketiga varietas
yang dicobakan. Perbedaan sifat genetik ini menyebabkan terjadinya perbedaan
tanggap ketiga varietas tersebut terhadap berbagai kondisi lingkungan, sehingga
hasil yang ditunjukkan berbeda. Hal ini sesuai dengan Hidayat dan Husna(2012)
yang menyatakan bahwa perbedaan daya tumbuh antar varietas ditentukan oleh
faktor genetiknya dalam menyesuaikan diri.Tanaman akan mengalami perubahan
fisiologis dan morfologis ke arah yang sesuai dengan lingkungan barunya.
Varietas tanaman yang berbeda menunjukkan pertumbuhan dan hasil yang
berbeda walaupun ditanam pada kondisi lingkungan yang sama.

Universitas Sumatera Utara

Pengaruh perlakuan perbedaan waktu tanam terhadap pertumbuhan dan
produksi kedelai
Berdasarkan hasil penelitian dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan
perbedaan waktu tanam berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman 3
MST, 4 MST, diameter, jumlah biji, dan produksi per plot.
Pada parameter tinggi tanaman 3 MST, 4 MST dan diameter berpengaruh
nyata terhadap perlakuan perbedaan waktu tanam dimana tinggi tanaman 3 MST
tanaman kedelai terbesar pada perlakuan 21 HST (T2) yaitu 16.63 cm dan
terendah 1 HST (T0) yaitu 13.30 cm. Tinggi tanaman 4 MST tanaman kedelai
terbesar pada perlakuan 21 HST (T2) yaitu 37.73 cm dan terendah 1 HST (T0)
yaitu 15.83 cm. Diameter batang tanaman kedelai terbesar pada perlakuan waktu
tanam 1 HST (T0) yaitu 4.31 mm dan terendah 11 HST (T1) yaitu 2.94 mm Setiap
varietas memiliki pewarisan sifat genetik dan daya adaptasi yang baik terhadap
lingkungan. Dengan banyaknya hari hujan, radiasi dan temperatur menjadi
rendah, yang akan meningkatkan pertumbuhan vegetatif. Hal ini sesuai dengan
Sitompul dan Guritno (1995) yang menyatakan bahwa tanaman yanag mengalami
kekurangan cahaya biasanya lebih tinggi dari tanaman yang mendapatkan cahaya
yang cukup.
Pada parameter jumlah biji dan produksi per plot berpengaruh nyata
terhadap perlakuan perbedaan waktu tanam dimana jumlah biji per tanaman
kedelai terbesar pada perlakuan waktu tanam 21 HST (T2) yaitu 62.85 biji dan
terendah 31 HST (T3) yaitu 41.38 biji. Sedangkan produksi per plot tanaman
kedelai terbesar pada perlakuan waktu tanam 1 HST (T0) yaitu 48.11 g dan
terendah 31 HST (T3) yaitu 17.72 g. Hal ini terjadi karena pada pembentukan
polong dan pengisian biji diperlukan nitrogen, dimana saat fotosintesis akan

Universitas Sumatera Utara

membutuhkan karbohidrat untuk pembentukan polong. Semakin banyak curah
hujan yang dihasilkan maka N semakin banyak dan jumlah polong maupun biji
menjadi lebih banyak. Hal ini sesuai dengan AAK (2002) yang menyakan bahwa
banyaknya curah hujan juga sangat mempengaruhi aktivitas jamur dalam
menyediakan nitrogen.

Universitas Sumatera Utara

Pengaruh perlakuan pemberian mikoriza terhadap pertumbuhan dan
produksi kedelai
Berdasarkan hasil penelitian dan sidik ragam diketahui bahwa pemberian
mikoriza berpengaruh nyata terhadap parameter tertinggi tanaman 3 MST, 4 MST,
jumlah polong, jumlah polong berisi, jumlah biji, bobot biji dan bobot kering
tajuk.
Pada parameter tinggi tanaman 3 MST dan 4 MST berpengaruh nyata
terhadap perlakuan pemberian mikoriza dimana tinggi tanaman 3 MST tanaman
kedelai terbesar pada 5 g (M1) yaitu 16.22 cm dan terendah pada 0 g (M0) yaitu
14.53 cm. Tinggi tanaman 4 MST tanaman kedelai terbesar pada 5 g (M1) yaitu
28.70 cm dan terendah 0 g (M0) yaitu 25.96 cm. Hal ini karena mikoriza
membantu membantu meningkatkan pertumbuhan tanaman dalam menyerap
unsur hara dan air.
Pada parameter jumlah polong berisi tanaman kedelai berpengaruh nyata
terhadap pemberian mikoriza dimana data terbesar pada perlakuan mikoriza 5 g
(M1) yaitu 31.96 polong dan terendah 0 g (M0) yaitu 22.27 polong. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan menggunakan mikoriza meningkatkan pertumbuhan
dan produksi tanaman kedelai, meningkatkan fotosintesis dan transpirasi
menyebabkan proses metabolisme berlangsung lebih baik akan mendukung
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal ini sesuai dengan Hapsoh (2003)
yang menyatakan bahwa mikoriza membantu penyerapan air melalui peningkatan
sistem perakaran dan jumlah maksimum ukuran polong biji ditentukan secara
genetik namun jumlah polong biji dipengaruhi oleh lingkungan selama pengisian
biji.

Universitas Sumatera Utara

Pada parameter bobot biji tanaman kedelai berpengaruh nyata terhadap
perlakuan pemberian mikoriza dimana data terbesar pada perlakuan mikoriza 5 g
(M1) yaitu 9.71 g dan terendah 0 g (M0) yaitu 6.96 g. Hal ini menunjukkan bahwa
mikoriza dapat meningkatkan bobot biji. Hal ini sesuai dengan Rao (2000) yang
menyatakan adanya simbiosis dengan mikoriza maka daun tajuk tanaman semakin
bertambah, dikarenakan mikoriza dapat menyerap hara sehingga dapat menyerap
banyak nutrien didalam tanah dan nutrien ini akan digunakan oleh daun untuk
proses fotosintesis dan pengisian biji.
Pada parameter bobot kering tajuk berpengaruh nyata terhadap perlakuan
pemberian mikoriza dimana data terbesar pada perlakuan mikoriza 5 g (M1) yaitu
16,18 g dan terendah 0 g (M0) yaitu 15,33 g. Hal ini menunjukkan bahwa asosiasi
simbiotik antara jamur dengan akar tanaman dapat menambah bobot kering tajuk.
Hal ini sesuai dengan Gonggo (1998) yang menyatakan bahwa mikoriza
memberikan bobot daun lebih berat dibandingkan tanpa diberikan mikoriza.
Mikoriza lebih mampu menyerap hara dalam jumlah besar sehingga, bobot
tanaman meningkat.

Universitas Sumatera Utara

Interaksi antara perlakuan perbedaan waktu tanam dengan tiga varietas
kedelai terhadap paramater produksi per plot.
Berdasarkan hasil penelitian dan sidik ragam diketahui bahwa perbedaan
waktu tanam dengan tiga varietas kedelai berpengaruh nyata terhadap paramater
produksi per plot.
Pada parameter produksi per plot rataan tertinggi pada varietas grobogan
(T0V0M1) yaitu 99.97 g dan terendah pada varietas anjasmoro (T2V1M0) yaitu
11.09 g. Hal ini karena perbedaan waktu tanam dipengaruhi faktor lingkungan
seperti suhu, curah hujan dan temperature, sehingga setiap varietas memiliki
produksi biji yang berbeda- beda. Berdasarkan deskripsi dapat dilihat bahwa
varietas grobogan agak tahan terhadap kekeringan,sehingga dapat meningkatkan
produksi biji sedangkan anjasmoro agak tahan terhadap penyakit karat dan virus
yang sangat rentan terhadap polong dan biji sehingga menghasilkan polong dan
biji lebih sedikit (Lampiran 3-5).

Universitas Sumatera Utara

Interaksi antara tiga varietas kedelai dan pemberian mikoriza terhadap
paramater jumlah biji.

Berdasarkan hasil penelitian dan sidik ragam diketahui bahwa tiga varietas
kedelai dan pemberian mikoriza berpengaruh nyata terhadap paramater jumlah
biji.
Pada parameter jumlah biji rataan tertinggi pada varietas anjasmoro
(T0V1M1) yaitu 85.75 biji dan terendah pada varietas anjasmoro (T1V1M0) yaitu
25.63 biji. Hal ini dapat dilihat pada varietas anjasmoro yang diberi perlakuan
mikoriza lebih menghasilkan biji yang lebih banyak dibandingkan anjasmoro
yang tidak diberi mikoriza. Tanaman kedelai yang menggunakan mikoriza akan
meningkatkan aktivitasnya dalam membentuk nitrogen. Asimilat yang dihasilkan
dalam proses fotosintesis akan dipergunakan untuk penisian polong dan biji. Hal
ini sesuai dengan Rao (1995) yang menyatakan bintil akar efektif mampu
memfiksasi nitrogen dari udara dan mengkonversi N menjadi asam amino untuk
disumbangkan ke tanaman kedelai untuk membentuk polong dan pengisian biji.

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.

Perlakuan tiga varietas kedelai berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah
biji, bobot 100 bji dan produksi per plot.

2.

Perlakuan perbedaan waktu tanam berpengaruh nyata terhadap parameter
tinggi tanaman 3 MST, 4 MST, diamter batang, jumlah biji, dan produksi per
plot.

3.

Pemberian mikoriza berpengaruh nyata terhadap parameter tertinggi tanaman,
3 MST, 4 MST, jumlah polong, jumlah polong berisi, jumlah biji, bobot biji
dan bobot kering tajuk.

4.

Interaksi perlakuan perbedaan waktu tanam dengan tiga varietas kedelai
berpengaruh nyata terhadap paramater produksi per plot.

5. Interaksi antara perlakuan tiga varietas kedelai dan pemberian mikoriza
berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah biji.
6. Interaksi antara perlakuan pemberian mikoriza dan perbedaan waktu tanam
berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter yang diamati.
7. Interaksi antara perlakuan tiga varietas kedelai dengan perbedaan waktu tanam
dan pemberian mikoriza berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter
yang diamati.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang perlakuan tiga varietas
kedelai dengan perbedaan waktu tanam serta pemberian mikoriza yang lebih
ditingkatkan.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Van Steenis (2003), tanaman kedelai diklasifikasikan ke dalam
Kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas
Dicotyledonae, ordo Polypetales, famili Papilionaceae (Leguminosae), genus
Glycine, spesies Glycine max ((L.) Merill).
Kedelai berakar tunggang. Pada tanah gembur akar kedelai dapat sampai
kedalaman 150 cm. Pada akarnya terdapat bintil – bintil akar, berupa koloni dari
bakteri Rhizobium japonikum. Pada tanah yang telah mengandung bakteri
Rhizobium, bintil akar mulai terbentuk sekitar 15 – 20 hari setelah tanam. Pada
tanah yang belum pernah ditanami kedelai bakteri Rhizobium tidak terdapat
dalam tanah, sehingga bintil akar tidak terbentuk (Soemarno, 2007).
Kedelai berbatang semak, dengan tinggi batang antara 30 – 100 cm.
Setiap batang dapat membentuk 3 - 6 cabang. Bila jarak antara tanaman dalam
barisan rapat, cabang menjadi berkurang atau tidak bercabang sama sekali. Tipe
pertumbuhan dapat dibedakan menjadi 3 macam, yakni determinit, indeterminit,
dan semi determinit (Adisarwono, 2006).
Tanaman kedelai mempunyai dua bentuk daun yang dominan, yaitu
stadia kotiledon yang tumbuh saat tanaman masih berbentuk kecambah
dengan dua helai daun tunggal dan daun bertangkai tiga (trifoliate leaves)
yang tumbuh selepas masa pertumbuhan. Umumnya, bentuk daun kedelai ada
dua, yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut
dipengaruhi oleh faktor genetik. Bentuk daun diperkirakan mempunyai
korelasi yang sangat erat dengan potensi produksi biji (Irwan, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Bunga kedelai termasuk bunga sempurna, artinya dalam setiap bunga
terdapat alat jantan dan alat betina. Penyerbukan terjadi pada saat mahkota bunga
masih menutup, sehingga kemungkinan terjadinya kawin silang secara alam amat
kecil. Bunga terletak pada ruas – ruas batang, berwarna ungu atau putih. Tidak
semua bunga dapat menjadi polong walaupun telah terjadi penyerbukan secara
sempurna. Menurut penelitian sekitar 60% bunga rontok sebelum membentuk
polong. Usia kedelai sampai berbunga bervariasi, tergantung varietasnya. Varietas
umumnya dapat dipanen pada umur 80 – 90 hari. Pembungaan sangat dipengaruhi
oleh lama penyinaran dan suhu. Kedelai termasuk tanaman berumur pendek, yang
berarti tanaman tidak akan berbunga, bila lama penyinaran melebihi batas kritis,
yakni sekitar 15 jam (Soemarno, 2007).
Polongnya yang berkembang dalam kelompok biasanya mengandung 2-3
biji yang berbentuk bundar atau pipih dan sangat kaya akan protein dan minyak.
Warna biji berbeda-beda menurut kultivar. Kultivar indeterminate biasa
digunakan untuk produksi sayuran dan ditanam dengan jarak tanam rapat
(Adisarwono, 2006).
Biji kedelai berkeping dua yang terbungkus oleh kulit biji. Embrio terletak
di antara keping biji. Warna kulit biji bermacam – macam, ada yang kuning,
hitam, hijau atau coklat. Pusar biji atau hilum, adalah jaringan bekas biji kedelai
yang menempel pada dinding buah. Bentuk biji kedelai pada umumnya bulat
lonjong, ada yang bundar atau bulat agak pipih. Besar biji bervariasi, tergantung
varietas. Di Indonesia besar biji sering diukur dari bobot per 100 biji kering dan
bervariasi dari 6 gram sampai 30 gram. Kedelai digolongkan berbiji kecil bila

Universitas Sumatera Utara

bobot 100 bijinya antara 6 – 10 gram , berbiji sedang bila bobot 100 biji 13 gram
dan lebih dari 13 gram termasuk berbiji besar (Adisarwono, 2006).
Syarat Tumbuh
Iklim
Indonesia mempunyai iklim tropis yang cocok untuk pertumbuhan kedelai
karena kedelai menghendaki hawa yang cukup panas. Pada umumnya
pertumbuhan kedelai sangat ditentukan oleh ketinggian tempat dan biasanya akan
tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih dari 500 m di atas permukaan air laut
(Adisarwono, 2006).
Apabila tanah cukup lembab dan suhunya ada di atas 210C biji
berkecambah lebih cepat. Biasanya pada suhu ini tanaman akan muncul di atas
permukaan tanah sekitar 5 hari setelah waktu tanam. Suhu yang rendah dan
kelembaban tanah yang sangat tinggi menghambat perkecambahan dan
menyebabkan busuknya biji (Soemarno, 2007).
Penanaman yang dilaksanakan pada musim hujan berlebihan, akan
mengalami gangguan yang merugikan pertumbuhan terutama disebabkan karena
serangan

penyakit

dan

hambatan

dalam

pengolahan

lepas

panen

(Adisarwono, 2006).
Tanah
Untuk dapat tumbuh baik kedelai menghendaki tanah yang subur, gembur
dan kaya akan humus atau bahan organik. Bahan organik yang cukup dalam tanah
akan memperbaiki daya olah dan juga merupakan sumber makanan bagi jasad
renik yang akhirnya akan membebaskan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman
(Soemarno, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Tanah berpasir dapat ditanami kedelai asal air dan hara tanaman untuk
pertumbuhannya cukup. Tanah yang mengandung liat tinggi sebaiknya diadakan
perbaikan drainasi dan aerasi sehingga tanaman ini tidak kekurangan oksigen dan
tidak tergenang air waktu hujan besar. Untuk memperbaiki aerasi, bahan organik
sangat penting (Soemarno, 2007).
Kedelai dapat tumbuh di tanah yang agak masam akan tetapi pada pH
yang terlalu rendah bisa menimbulkan keracunan Al dan Fe. Nilai pH tanah yang
cocok berkisar antara 5,8-7,0. Pada pH di bawah 5,0 pertumbuhan bakteri bintil
dan proses nitrifikasi akan berjalan kurang baik (Adisarwono, 2006).
Varietas Kedelai
Detam 2 merupakan varietas kedelai yang sesuai dengan lahan kering dan
berbiji sedang. Umur berbunga kedelai ini yaitu 34 hari dan umur masak yaitu 82
hari. Potensi hasil cukup tinggi (2,96 ton/ ha). Peka terhadap ulat grayak, agak
tahan terhadap ulat penghisap polong, dan agak tahan terhadap kekeringan
(Balitkabi, 2012).
Grobogan merupakan varietas kedelai berbiji sedang. Umur berbunga 3032 hari dan umur masak yaitu 76 hari. Potensi hasil tinggi ( 3,4 ton/ha). Peka
terhadap ulat grayak, agak tahan pada penghisap polong, dan agak tahan pada
kekeringan (Balitkabi, 2012).
Anjasmoro merupakan varietas berumur genjah dan berbiji kecil. Umur
berbunga + 38 hari dan umur masak + 88 hari. Potensi hasil sedang (1,6 ton/ha).
Tahan terhadap rebah dan tahan terhadap virus dan hama (Balitkabi, 2012).

Universitas Sumatera Utara

Mikoriza
Mikoriza adalah asosiasi antara tumbuhan dan jamur yang hidup dalam
tanah. Mikoriza yang terbentuk pada tumbuhan dapat dibedakan berdasar struktur
tumbuh dan cara infeksinya pada sistem perakaran inang (host) yang
dikelompokkan ke dalam tiga golongan besar yaitu ektomikoriza (ECM),
endomikoriza (VMA atau FMA) dan ektendomikoriza. Jika dibandingkan dengan
tumbuhan yang tidak memiliki mikoriza, akar tumbuhan yang memiliki mikoriza
ternyata lebih efisien karena penyerapan air dan hara dibantu jamur. Benangbenang hifa jamur

memiliki akses dan jangkauan lebih luas

dalam

mengeksploitasi nutrisi pada suatu area (Santoso et al, 2007).
Sebagian besar jamur membentuk hubungan secara simbiotik yaitu suatu
hubungan yang saling menguntungkan antara jamur dan tanaman yang mana
jamur akan masuk ke dalam akar tanaman sehingga membentuk suatu simbiosis
yang disebut dengan mikoriza. Sesudah spora mikoriza tumbuh maka hifa akan
menyerbu rambut akar dan tumbuh di dalam serta di luar akar rambut. Pada
bagian ini terdapat hifa yang membelit atau struktur hifa yang bercabang
terbentuk diantara sel-sel akar yang disebut arbuskul. Hifa jamur pada bagian luar
akan membantu tanaman dalam segi perluasan penetrasi akar, absorbsi air dan
unsur hara. Pada bagian tertentu terdapat pembengkakan pada hifa yang
mengandung minyak yang disebut vesikel. Bentuk struktur ini yang menjadi dasar
bahwa endomikoriza sebagai Mikoriza Vesikular Arbuskular (Rahmadani, 2007).
Ada beberapa tipe m