Analisis Karakteristik Dan Perilaku Wanita Wirausaha

i

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN PERILAKU
WANITA WIRAUSAHA

INDAH PURWANTI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Karakteristik
dan Perilaku Wanita Wirausaha adalah benar karya saya dengan arahan dari

komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Indah Purwanti
NIM H34134073

iv

v

ABSTRAK
INDAH PURWANTI. Analisis Karakteristik dan Perilaku Wanita Wirausaha.
Dibimbing oleh BURHANUDDIN.
Adanya krisis ekonomi merupakan akibat dari pertumbuhan ekonomi dunia

yang menurun sehingga menyebabkan timbulnya masalah pengangguran. Salah
satu solusinya yaitu dengan jalur wirausaha. Kewirausahaan merupakan salah satu
faktor pendorong kemajuan perekonomian Indonesia. Hal tersebut tidak hanya
dilakukan oleh pria saja, wanita juga. Saat ini, peranan wanita wirausaha memang
masih menjadi minoritas, namun perkembangan wirausaha dalam suatu negara
tidak lepas dari partisipasi dan peran wanita. Peran tersebut dimainkan oleh
keberadaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yaitu warung
kelontong. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis karakteristik personal,
karakter wanita, dan perilaku wanita wirausaha serta menganalisis hubungan
antara karakteristik personal, karakter wanita dengan perilaku wanita wirausaha.
Metode pengumpulan sampel yaitu snowball dan quota sampling. Instrumen yang
digunakan adalah kuesioner. Alat analisis yang digunakan adalah deskriptif, ChiSquare dan Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
karakter wanita yang memiliki hubungan signifikan dengan perilaku wanita
wirausaha pada taraf nyata 0.01 dan 0.05. Sedangkan, hanya beberapa
karakteristik personal yang memiliki hubungan nyata dengan perilaku wanita
wirausaha.
Kata kunci: karakter, perilaku, wanita, warung kelontong, wirausaha

ABSTRACT
INDAH PURWANTI. Characteristic and Behaviour Analysis of Women

Entrepreneur. Supervised by BURHANUDDIN.
Crisis of economic was result of declining world economic growth that
make unemployment over there. The entrepreneurship was the right way for this
problem. Entrepreneurship is one of the Indonesian economic driving progress. It
is not only conducted by the men, women too. Nowdays, women entrepreneur
were minority, but entrepreneurship in some country can not be separated from
the participant and role of women. The role was from micro, small, and medium
entreprises (UMKM) such as a grocery store. The goal of this research is to
analyze the personal characteristic, entrepreneur character, behaviour of women
entrepreneur, and also analyze the relationship between personal characteristic,
enrepreneur character with behaviour of women entrepreneur. The sample
generating method is snowball and quota sampling. Instrument used is
questionnaire. The analysis tools used are descriptive, chi-square and rank
spearman. The result of this research shows that there is a relation between of
women character and behaviour of women entrepreneur on the real level of 0.01
and 0.05. However, there is only a few personal characteristic which has a
significant relation with behaviour of women entrepreneur.
Key words: behaviour, character, entrepreneur, grocery store, women

vi


vii

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN PERILAKU
WANITA WIRAUSAHA

INDAH PURWANTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


viii

x

xi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian ini ialah kewirausahaan, dengan judul Analisis Karakteristik dan
Perilaku Wanita Wirausaha.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Burhanuddin MM selaku
dosen pembimbing, Dr Ir Netti Tinaprila MM selaku dosen evaluator pada
kolokium dan dosen penguji utama pada sidang, dan Dr Ir Wahyu Budi Priatna
MM sebagai dosen penguji komisi pendidikan yang telah banyak memberi saran.
Penghargaan terbesar penulis hadiahkan kepada Ayah dan Ibu tercinta, serta
seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya. Ungkapan terimakasih juga
penulis sampaikan kepada seluruh teman-teman Alih Jenis Agribisnis angkatan 4,
Dicky Umbara, Melinda Fatmawati, Eka dari Sekolah Pascasarjana Statistika, dan
teman-teman sebimbingan skripsi Jusni Erina Purba dan Noverina Amanda.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, Agustus 2015

Indah Purwanti

xii

xiii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Wanita Wirausaha

Karakteristik Personal
Karakter Wirausaha
Perilaku Kewirausahaan
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Wirausaha dan Kewirausahaan
Wanita Wirausaha (Women Entrepreneur)
Karakteristik Personal
Karakter Wirausaha
Perilaku Kewirausahaan
Karakteristik Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Indonesia
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Data dan Instrumensi
Jenis dan Sumber Data
Instrumensi
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengolahan Data

Analisis Statistika Deskriptif
Analisis Korelasi Rank Spearman
Analisis Chi-Square
Definisi Operasional
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Warung Kelontong
Wilayah Kecamatan Bogor Barat
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Personal
Usia
Tingkat Pendidikan
Jumlah Anggota Keluarga
Status Pekerjaan Suami
Lama Usaha
Karakter Wirausaha
Perilaku Wanita Wirausaha

xv
xv
xv

1
1
4
5
5
6
6
7
7
8
9
9
9
10
12
12
13
15
16
17

17
18
18
18
18
19
20
20
21
22
22
23
23
25
26
26
26
26
27
28

28
29
30

xiv

Hubungan Karakteristik Personal dengan Perilaku Wanita Wirausaha
Hubungan Karakter Wirausaha dengan Perilaku Wanita Wirausaha
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

34
37
40
40
41
41
45
53

xv

DAFTAR TABEL
1 Jumlah unit UMKM dan usaha besar di Indonesia (ribu unit)
2 Distribusi responden menurut usia pada wanita wirausaha warung
3 Distribusi responden menurut tingkat pendidikan pada wanita wirausaha
4 Distribusi responden menurut jumlah anggota keluarga pada wanita
5 Distribusi responden menurut status pekerjaan suami pada wanita
6 Distribusi responden menurut lama usaha pada wanita wirausaha warung
7 Tingkat kekuatan karakter wirausaha pedagang warung kelontong
8 Hasil perhitungan nilai standar deviasi pada perilaku wanita wirausaha
9 Distribusi responden menurut perilaku wanita wirausaha
10 Hasil uji Rank Spearman antara karakteristik personal terhadap perilaku
11 Hasil uji Chi-Square antara karakteristik personal dengan perilaku wanita
12 Hubungan antara karakter wanita terhadap perilaku wanita wirausaha

3
26
27
28
28
29
29
30
30
34
34
37

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran karakteristik dan perilaku wanita wirausaha
2 Contoh warung kelontong di kecamatan Bogor Barat
3 Wilayah kecamatan Bogor Barat

17
24
25

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil uji validitas dan reliabilitas
45
2 Hasil uji korelasi Rank Spearman antara karakter wirausaha dengan perilaku
wanita wirausaha
49
3 Data diri responden
51

xvi

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan nasional merupakan salah satu cara untuk mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Selain memberikan
dampak positif, adanya pembangunan juga memberi dampak negatif terutama
ditunjukkan oleh berbagai masalah. Selama ini pembangunan hanya
memprioritaskan perkembangan pada sektor ekonomi, sedangkan sektor lain
hanya bersifat menunjang atau melengkapi sektor ekonomi. Adanya krisis
ekonomi merupakan salah satu akibat dari pertumbuhan ekonomi dunia yang
menurun sehingga menyebabkan timbulnya masalah baru yaitu tenaga kerja dan
kesempatan kerja. Hal ini menjadi masalah yang sangat serius bagi bangsa
Indonesia, ketika banyaknya industri-industri besar harus mengurangi jumlah
tenaga kerjanya yang disebabkan oleh krisis ekonomi dunia. Pengurangan jumlah
tenaga kerja tersebut menimbulkan keresahan sosial. Banyaknya jumlah penduduk
di Indonesia menyebabkan terjadinya penawaran tenaga kerja yang berlebihan,
sehingga memicu bertambahnya angka pengangguran karena permintaan tenaga
kerja di pasar tenaga kerja yang semakin terbatas.
Salah satu solusi mengatasi masalah pengangguran adalah dengan berusaha
menciptakan lapangan pekerjaan sendiri melalui jalur wirausaha. Berdasarkan
fakta tersebut, kewirausahaan (entrepreneurship) akan memiliki peranan yang
sangat penting bagi masyarakat Indonesia khususnya dalam mengatasi masalah
pengangguran. Semakin banyak jumlah orang-orang yang berwirausaha tentunya
akan meningkatkan kesempatan kerja bagi para pengangguran. Di Indonesia,
kesempatan kerja dengan berwirausaha dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh
semua jenjang karakteristik angkatan kerja Indonesia, sehingga selain mampu
menciptakan lapangan pekerjaan, juga dapat menyerap angkatan kerja Indonesia
yang semakin meningkat setiap tahunnya.
Keberadaan para wirausahawan juga dapat mengentaskan kemiskinan,
menyejahterakan masyarakat, serta sebagai generator pembangunan ekonomi
negara dan tentunya dapat mengurangi tingkat kriminalitas. Harefa dan Siadari
(2006) menyatakan bahwa sejarah pun membuktikan para wirausahawanlah yang
sering kali menjadi motor perubahan perekonomian, tidak hanya pada saat
perekonomian negara sedang berjaya, melainkan juga ketika perekonomian negara
sedang berada pada saat-saat sulit.
Data BPS (2012) melaporkan bahwa perbandingan antara jumlah penduduk
laki-laki dan perempuan di Indonesia tahun 2011 memiliki persentase sebesar
50.37 dan 49.63 persen1. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah penduduk di
Indonesia lebih didominasi oleh laki-laki. Meskipun demikian, perempuan
memiliki peran yang sama seperti laki-laki dalam pembangunan nasional
Indonesia. Casson et al. dalam Sumantri (2013) menyatakan bahwa
perkembangan kewirausahaan saat ini masih dikuasai oleh kaum pria. Hal tersebut
dikarenakan secara historis kewirausahaan merupakan bidang kekuasaan bagi
1

[BPS]. Badan Pusat Statistika. 2012. Persentase penduduk menurut Provinsi dan jenis kelamin
tahun 2009-2011. [Internet]. [diunduh 2014 November 29]. Tersedia pada : www.bps.go.id

2

kaum pria. Peranan women entrepreneur atau biasa disebut wanita wirausaha
memang masih menjadi minoritas, namun secara keseluruhan dinamika
perkembangan wirausaha dalam suatu negara tidak lepas dari partisipasi dan peran
wanita. Jati (2009) mengemukakan bahwa partisipasi perempuan sebagai
wirausaha meningkat cukup tajam selama satu dekade terakhir dan ternyata makin
signifikan baik di negara maju maupun negara-negara sedang berkembang. Meski
demikian, pertumbuhan jumlah perempuan pemilik usaha (women-owned
business) secara sistematis tetap lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki.
Berdasarkan data BPS (2009), terdapat 3.9 juta perempuan angkatan kerja
yang termasuk ke dalam pengangguran dan 30 juta perempuan yang hanya bekerja
mengurus rumah tangga dan tidak mandiri secara ekonomi. Jika pun mereka
bekerja, 72 persen dari perempuan Indonesia bekerja di sektor pertanian, 28
persen bekerja di sektor non-pertanian dan 19.63 persen bekerja di sektor
informal. Data juga menunjukkan bahwa penghasilan pekerja perempuan 50
persen lebih rendah dibandingkan pekerja laki-laki.
Di Indonesia, keberadaan wirausaha menjadi sangat penting dan memiliki
kontribusi yang besar bagi perekonomian Indonesia. Peran tersebut dimainkan
oleh keberadaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang dapat
menyelamatkan Indonesia dari keterpurukan. Pengusaha UMKM merupakan
fondasi bagi perkembangan ekonomi di Indonesia. Pengusaha mikro, kecil dan
menengah menjadi motor inovasi dan perkembangan nasional karena dapat
membuka lapangan pekerjaan, menyediakan barang dan jasa nasional serta
berkontribusi dalam PDB dan memberantas kemiskinan sehingga keberadaannya
dianggap sangat penting.
Salah satu pelaku ekonomi yang memiliki pengaruh yang cukup besar
terhadap perkembangan UMKM adalah wanita wirausaha. Menurut Tambunan
(2012), UMKM baik di negara-negara berkembang atau miskin, termasuk
Indonesia, banyak wanita melakukan kegiatan ekonomi di luar rumah seperti
menjadi pedagang kecil, pemilik warung, atau membantu suami mengelola usaha
rumahtangga semata-mata untuk menambah pendapatan keluarga. Partisipasi
wanita wirausaha dalam pertumbuhan ekonomi sangatlah penting, tidak hanya
untuk menurunkan tingkat kemiskinan di kalangan perempuan, tetapi juga sebagai
langkah penting menuju peningkatan pendapatan rumah tangga dan mendorong
pembangunan ekonomi negara secara keseluruhan. Saat ini, peran wanita sebagai
pelaku usaha mikro, kecil dan menengah dalam perekonomian Indonesia lambat
laun ternyata makin meningkatkan perekonomian rakyat. Data kepemilikan
UMKM menunjukkan bahwa sebanyak 60 persen usaha mikro dikelola oleh
wanita yang menjadi energi bagi perkembangan ekonomi2.
Saat ini jumlah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia
setiap tahunnya mengalami peningkatan, dimana pertumbuhan rata-rata sebesar
2.40 persen atau rata-rata tumbuh 1 281 245 unit setiap tahunnya, Jumlah tersebut
mampu menyerap tenaga kerja sebesar 107 657 509 orang pada tahun 2012
(Depkop 2013). Dengan demikian, secara keseluruhan pangsa pasar UMKM
mencapai 99 persen dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 97.16 persen,
2

InfobankNews. 2011. Ferdian: 60% UMKM Dikelola Pengusaha Wanita [Internet]. [diunduh
2014 November 29]. Tersedia pada: http://www.infobanknews.com/2011/12/60-umkm-dikelolapengusaha-wanita

3

sementara sisa pangsanya dimiliki oleh Usaha Besar. Data tersebut dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1 Jumlah unit UMKM dan usaha besar di Indonesia (ribu unit)
Skala
Usaha
UMKM
Usaha
mikro
Usaha
kecil
Usaha
menengah
USAHA
BESAR
Unit Usaha

Tahun
2008

2009

51 409.61

52 764.60

50 847.77

2010

Rata-rata
pertumbuhan
(%)

2011

2012

53 823.73

55 206.44

56 534.59

2.40

52 176.80

53 207.50

54 559.97

55 856.18

2.38

522.12

546.68

573.60

602.20

629.42

4.78

39.72

41.13

42.63

44.28

48.99

5.43

4.65

4.68

4.84

4.95

4.97

1.68

51 414.26

52 769.28

53 828.57

55 211.40

56 539.56

2.40

Sumber: Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 2013, diolah

Rata-rata pertumbuhan UMKM menunjukkan pertumbuhan yang cukup
baik, terutama usaha menengah dengan pertumbuhan 5.43 persen per tahun.
Keberadaan wirausaha wanita dalam Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) adalah realitas kehidupan ekonomi sebagian besar masyarakat
Indonesia. Peran wanita sebagai pelaku usaha mikro dalam perekonomian
Indonesia lambat laun ternyata makin meningkatkan perekonomian rakyat. Oleh
karena itu, peluang untuk meningkatkan UMKM melaluli kontribusi dari wanita
wirausaha sangat besar.
Salah satu UMKM yang banyak diminati oleh wanita wirausaha yaitu usaha
warung kelontong. Warung kelontong merupakan salah satu dari beragam jenis
usaha yang banyak dijalankan oleh wanita wirausaha. Biasanya yang
diperjualbelikan di warung kelontong merupakan bahan-bahan sembako, jajanan
makanan dan minuman ringan, keperluan sehari-hari, dan sebagainya. Terdapat 3
kelebihan menjadi ibu rumah tangga sekaligus menjadi pemilik usaha warung
kelontong, yakni:
1.
Dapat memberikan banyak waktu dan perhatian terhadap perkembangan
anak-anak karena keduanya berada dalam satu lokasi yang sama.
2.
Dapat memberikan tambahan bagi pendapatan keuangan keluarga, bahkan
bagi sebagaian orang menjadi sumber pendapatan keluarga yang utama.
3.
Dapat memberikan kesempatan bagi usahanya untuk berkembang menjadi
lebih terorganisir, memberikan banyak waktu agar belajar dari proses
bagaimana mengembangkan usaha yang sedang dirintis. Karena pada
umumnya usaha di rumah ini dapat dimulai dari modal yang kecil, biaya
operasional yang lebih kecil, dan dapat dimulai saat ini juga.
Adanya peluang bagi usaha tersebut dan selalu tersedianya konsumen
membuat usaha warung kelontong makin menjamur diberbagai wilayah
penduduk, tak terkecuali di Kota Bogor. Hampir disetiap wilayah perumahan di
Bogor pasti terdapat lebih dari satu usaha warung kelontong yang rata-rata
dijalankan oleh wanita wirausaha yang juga berperan sebagai ibu rumah tangga.

4

Desakan akan kebutuhan ekonomi yang semakin lama semakin meningkat
menjadi alasan mengapa beberapa wanita wirausaha tersebut berinisiatif untuk
menjalankan usaha warung kelontong.

Rumusan Masalah
Kesadaran wanita Indonesia untuk maju dan berkembang dalam ekonomi
dan keluarga dapat membantu peningkatan dan berkembangnya bibit-bibit jiwa
wanita wirausaha. Kondisi krisis ekonomi secara tidak langsung mendukung
tumbuhnya jiwa kewirausahaan kaum wanita dalam rangka menciptakan
kemandirian ekonomi pribadi dan keluarga. Hal yang terpenting dari fakta
tersebut yaitu kaum wanita dapat mandiri tanpa harus tergantung pada suaminya
dalam batas-batas tertentu. Disamping itu, dengan adanya jiwa kewirausahaan,
maka kaum wanita juga bisa memiliki kemandirian secara finansial dalam
keluarga sehingga wanita wirausaha memiliki kekuatan sendiri untuk melakukan
apapun, serta membuka akses ke semua jaringan.
Dalam Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM Nomor 1 Tahun I - 2006
menjelaskan bahwa wanita berpotensi untuk melakukan berbagai kegiatan
produktif yang menghasilkan dan dapat membantu ekonomi keluarga dan lebih
luas lagi ekonomi nasional. Pada kenyataannya, banyak kaum wanita yang hingga
kini belum menyadari kemampuan mereka untuk berwirausaha. Hal yang menjadi
seringkali menjadi pertimbangan yaitu karena adanya kewajiban dalam rumah
tangga yang harus dilakukan setiap hari. Padahal hal tersebut dapat diselesaikan
dengan baik, sehingga tidak ada yang harus dikorbankan ketika seorang wanita
ingin memulai berwirausaha.
Terjadinya krisis ekonomi merupakan salah satu dampak dari terpuruknya
sektor industri, namun sektor informal justru masih mampu bertahan. Sektor
informal sangat membantu kepentingan masyarakat dalam menyediakan lapangan
pekerjaan dengan penyerapan tenaga kerja secara mandiri atau menjadi safety belt
bagi tenaga kerja yang memasuki pasar kerja, selain untuk menyediakan
kebutuhan masyarakat golongan menengah ke bawah. Pada umumnya, sektor
informal lebih sering dianggap mampu bertahan hidup dibandingkan sektor usaha
lain. Hal ini terjadi karena sektor informal relatif lebih bebas atau tidak tergantung
pada pihak lain, khususnya menyangkut permodalan dan lebih mudah untuk
beradaptasi dengan usahanya.
Salah satu contoh sektor perekonomian di bidang informal adalah warung
tradisional atau biasa disebut warung rumah tangga atau warung kelontong.
Warung kelontong cukup banyak diminati oleh wanita untuk melakukan usaha.
Selain mudah untuk didirikan, bidang informal ini berpotensi untuk menjadi salah
satu bidang usaha yang menghasilkan keuntungan secara langsung serta lokasinya
yang berada dirumah sehingga memudahkan mereka untuk menjalankan usaha
sekaligus menjalankan kewajiban rumah tangga. Usaha tradisional secara umum
merupakan bisnis keluarga yang tidak menutup kemungkinan dapat juga
menyerap tenaga kerja. Seiiring berkembangnya jaman, warung tradisional
semakin lama semakin mengalami kemunduran. Hal ini terjadi karena munculnya
pasar modern yang dinilai cukup potensial oleh para pebisnis ritel.

5

Wanita wirausaha memiliki karakteristik dan perilaku yang berbeda dengan
pelaku wirausaha pria karena wanita wirausaha menjalankan peran ganda sebagai
ibu rumah tangga dan sebagai pengusaha. Pemilihan keputusan untuk menjadi
wanita wirausaha dalam menjalankan usaha warung kelontong tersebut biasanya
didominasi oleh kebutuhan akan peningkatan pendapatan rumah tangga dan untuk
memanfaatkan waktu luang sebagai ibu rumah tangga. Dalam hal ini, wanita
wirausaha merupakan pihak utama yang berperan dalam keberlangsungan
usahanya.
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi wanita wirausaha dalam
meningkatkan kemampuan kewirausahaannya. Namun, dari sekian banyak faktor
tersebut, penelitian ini memfokuskan pada beberapa faktor yang diperkirakan
dapat mempengaruhi perilaku wirausaha, yaitu dari segi sumberdaya manusia
(SDM) dalam hal ini wanita wirausaha sebagai pelaku usahanya. Faktor
karakteristik, baik karakteristik personal maupun karakter wirausaha, diperkirakan
mempengaruhi perilaku wanita wirausaha dalam mengelola usahanya sehingga
dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarganya. Namun, pada
kenyataannya, setiap individu memiliki karakteristik dan perilaku yang berbedabeda dalam menjalankan suatu usaha. Berdasarkan uraian di atas, maka
permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana karakteristik personal dan karakter wirausaha pedagang warung
kelontong di Kota Bogor?
2. Bagaimana perilaku wanita wirausaha pedagang warung kelontong di Kota
Bogor?
3. Bagaimana hubungan antara karakteristik personal dan karakter wirausaha
dengan perilaku wanita wirausaha pedagang warung kelontong di Kota
Bogor?

Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan penelitian
mengenai Karakteristik dan Perilaku Wanita Wirausaha adalah:
1. Mengidentifikasi karakteristik personal dan karakter wirausaha pedagang
warung kelontong di Kota Bogor.
2. Mengidentifikasi perilaku wanita wirausaha pedagang warung kelontong di
Kota Bogor.
3. Menganalisis hubungan antara karakteristik personal dan karakter wirausaha
dengan perilaku kewirausahaan wanita wirausaha pedagang warung
kelontong di Kota Bogor.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dan difokuskan kepada wanita wirausaha pedagang
warung kelontong dan untuk mengetahui hubungan antara karakter wirausaha
terhadap perilaku wanita wirausaha, sehingga memiliki batasan untuk
menganalisis karakter dan perilaku wanita wirausaha pedagang warung kelontong.
Wilayah yang dijadikan lokasi penelitian yaitu warung kelontong kecamatan

6

Bogor Barat. Karakteristik warung kelontong yang difokuskan pada warung yang
menjual barang secara eceran, tidak dalam partai besar (grosir). Wanita wirausaha
yang dibatasi yaitu pedagang wanita yang menjalankan usaha tanpa
memperhatikan status kepemilikannya. Pembatasan dilakukan hanya pada lingkup
perilaku wanita wirausaha tanpa melihat atau membandingkan dengan perilaku
wirausaha pria.

TINJAUAN PUSTAKA
Wanita Wirausaha
Muljaningsih et al (2013) menyatakan bahwa motivasi internal seorang
wanita berwirausaha adalah untuk pemenuhan diri sebagai motivator penting
dalam memulai suatu bisnis. Wanita wirausaha di negara maju termotivasi oleh
adanya kebutuhan untuk berprestasi. Sementara itu, motivasi wanita dalam
berwirausaha di negara berkembang karena adanya faktor kombinasi antara faktor
pendorong dan daya tarik. Didalam perjalanan menjalankan kegiatan usaha,
seorang wanita wirausaha memiliki berbagai tantangan ataupun kendala dalam
berwirausaha. Meskipun, pada dasarnya proses berwirausaha antara pria dan
wanita adalah sama. Namun, pada pada kenyataannya praktek berwirausaha yang
dijalankan oleh seorang wanita cenderung sering mengalami hambatan dari
berbagai dimensi. Pada akhirnya akan mencegah dari adanya penyadaran akan
potensi diri yang dimiliki.
Ardhanari (2007), menjelaskan bahwa wirausaha perempuan adalah
karakteristik personal yang diakibatkan oleh beban kerja akibat peran ganda
seorang perempuan. Selain itu adanya karakteristik struktural, yaitu hambatan
terhadap akses permodalan (syarat dan agunan) dan akses pemasaran di mana
perempuan memiliki akses informasi pemasaran yang rendah.
Tambunan (2012) menyatakan bahwa adanya keterlibatan wanita wirausaha
di pekerjaan-pekerjaan di luar rumah, selain melakukan tugas-tugas rumah tangga
memberikan dampak-dampak positif. Adanya keteribatan tersebut status sosial
dari wanita wirausaha meningkat di mata keluarga dan masyarakat di sekitar
lingkungannya. Hal tersebut terjadi sejak mereka sanggup menghasilkan
pendapatan bagi keluarga mereka, dan di mata komunitas mereka, mereka dilihat
sebagai wanita pengusaha.
Septianingsih (2012) menyatakan bahwa wanita wirausaha sangat
berpotensi untuk mengembangkan usaha karena wanita pengusaha lebih
bertanggungjawab dan dapat dipercaya dalam masalah pengelolaan keuangan
usaha. Wanita juga cenderung lebih peka terhadap kebutuhan pasar sehingga
dapat membuka peluang usaha. Wanita pengusaha cenderung memperlakukan
orang lain secara bebasdan cenderung lebih berpandangan ke masa depan ketika
membuat suatu keputusan. Dan wanita pengusaha cenderung mengutamakan
keamanan keluarga dan kontrol diri mereka.
Achmad (2012) menyatakan bahwa wanita cukup mudah dalam memulai
usaha dari unit kecil yang mudah didirikan tanpa modal yang besar (karena tidak
memerlukan ruangan khusus yang besar seperti pabrik) dan kesiapan organisasi

7

dan manajemen. Wanita juga dapat melakukan bisnis yang tidak memerlukan
pendidikan tinggi dan tenaga fisik yang besar.

Karakteristik Personal
Penelitian kewirausahaan sering menggunakan karakteristik personal untuk
diteliti. Rakhmat dalam Ramanti (2006) mendefinisikan karakteristik personal
sebagai ciri atau sifat yang dimiliki seseorang yang ditampilkan melalui pola
pikir, pola tindak, dan pola sikap. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi
karakteristik manusia, yaitu karakteristik personal dan karakteristik situasional.
Karakteristik personal adalah faktor-faktor yang melekat pada diri individu,
sedangkan karakteristik situasional sebagai faktor-faktor yang yang timbul dari
luar individu dan sangat berpengaruh pada perilaku seseorang.
Pambudy (1999) menyebutkan bahwa karakteristik personal yang perlu
diteliti adalah umur, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, lama beternak, dan
penghasilan. Lionberger dalam Pambudy (1999) menyebutkan bahwa
karakteristik personal atau karakteristik individu yang perlu diperhatikan adalah
meliputi umur, pendidikan, dan karakter psikologis. Karakter psikologis berkaitan
dengan rasionalitas, fleksibilitas mentalorientasi pada usaha tani sebagai bisnis
serta kemudahan dalam menerima inovasi. Penelitian kewirausahaan sering
menggunakan karakteristik personal untuk diteliti.
Karakteristik responden yang dianalisis oleh Azzahra (2009) adalah
karakteristik individu para mahasiswa IPB peserta PKMK dan PPKM yang
meliputi jenis kelamin, fakultas, minor, IPK, uang saku per bulan, pekerjaan ayah
dan ibu, daerah, bidang usaha, keikutsertaan pada PKMK dan PPKM, dan
pengambilan mata kuliah kewirausahaan. Sedangkan, Mavrudah (2013)
menganalisis karakteristik individu yang meliputi pekerjaan suami, pendapatan,
jumlah keluarga, asal daerah, lama usaha, sumber modal awal, pinjaman, waktu
yang digunakan untuk usaha, dan persentase kebutuhan keluarga yang telah
tercukupi. Selain karakteristik individu tersebut, dianalisis pula karakteristik
kelompok responden yang meliputi lama bergabung, motivasi bergabung,
harapan, mekanisme pengambilan keputusan, keinginan anggota, intensitas rapat,
pelayanan kelompok, dan suasana kelompok.
Dirlanudin (2010) menjelaskan bahwa seorang wirausaha memiliki faktor
individu berupa, karakteristik biologis, yaitu: umur, jenis kelamin, pendidikan;
latar belakang wirausaha, yaitu: pengalaman usaha, alasan berusaha, pekerjaan
orang tua dan keluarga, dan motivasi, yaitu sebagai dorongan kuat untuk
melakukan suatu usaha, seperti: ketekunan, kegigihan, dan kemauan keras untuk
berhasil. Sementara itu, pada penelitian yang dilakukan, variabel karakteristik
individu yang diamati berupa usia, pendidikan formal, status pekerjaan suami,
jumlah anggota keluarga, dan lama usaha.

Karakter Wirausaha
Nugroho (2006) menyatakan bahwa karakter wirausaha yang memiliki
rasa tanggungjawab pada mahasiswa di Universitas Trunojoyo berada pada

8

tingkatan sedang dan tidak ada yang miliki rasa tanggungjawab yang rendah pada
jiwa kewirausahaannya. Sedangkan untuk sikap dalam menerima risiko berada
pada tingkatan tinggi yang artinya sebagian besar memiliki kemampuan dalam
mengambil risiko, meskipun secara umum banyak yang menghindar ketika
dihadapi oleh risiko dalam usahanya. Kepercayaan diri merupakan sikap positif
dari individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif
baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan yang dihadapinya. Tingkat
keperccayaan diri yang ditemukan pada responden menghasilkan tingkat
percayaan diri pada tingkatan sedang. Hal tersebut menggambarkan sebagian
besar responden belum memiliki tingkat percaya diri dalam menjalankan
usahanya. Pada orientasi jangka panjang, hasilnya menunjukkan bahwa sebagian
besar mahasiswa memiliki orientasi jangka panjang yang tinggi. Hal tersebut
tercermin dari sikap, berpikir jauh kedepan, mempunyai keinginan-keinginan
yang harus dicapai, memiliki sikap optimis dalam pencapaian keinginan,
danmengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai keinginan.
Kesimpulan yang didapatkan dari oenelitian tersebut yaitu hanya variabel
orientasi jangka panjang saja yang banyak dimiliki oleh responden dalam tahapan
yang sangat tinggi yaitu 7 persen.

Perilaku Kewirausahaan
Pada penelitian Azzahra (2009), Fauzah (2013), dan Mavrudah (2013),
karakteristik responden dianalisis untuk dihubungkan dengan perilaku wirausaha
responden. Perilaku wirausaha tersebut meliputi pengetahuan wirausaha, sikap
wirausaha, dan tindakan/keterampilan wirausaha. Fauzah (2013) menyatakan
bahwa karakteristik yang diperkirakan mempengaruhi perilaku kewirausahaan
pedagang warung tenda pecel lele KKBSJ. Perilaku kewirausahaan pedagang
yang dianalisis terdiri dari pengetahuan (kemampuan berpikir), sikap
(respon/tanggapan secara emosional), dan keterampilan kewirausahaan
(kemampuan bertindak). Perilaku kewirausahaan tersebutlah yang kemudian dapat
meningkatkan motivasi pedagang untuk terus berwirausaha hingga mencapai
sasaran yang diinginkan pedagang.
Hasil penelitian Azzahra (2009) menunjukkan bahwa karakteristik minor
agribisnis berpengaruh nyata terhadap perilaku sikap wirausaha mahasiswa IPB
peserta PKMK dan PPKM. Hal ini dapat terjadi karena pengambilan minor
agribisnis akanmemberikan pandangan dan persepsi positif mengenai profesi
wirausaha sehingga mempengaruhi sikap wirausaha responden. Pekerjaan ayah
dan ibu memiliki pengaruh nyata terhadap tindakan wirausaha. Hal ini disebabkan
karena ayah dan ibu dalam hal ini dijadikan role model untuk hidup dengan lebih
baik dengan menjadi seorang wirausaha. Karakteristik suku daerah berhubungan
nyata dengan sikap dan tindakan wirausaha, karena adanya pandangan dan
persepsi positif terhadap profesi wirausaha oleh beberapa suku daerah di
Indonesia seperti suku Padang, sehingga mempengaruhi sikap wirausaha
responden dan adanya adat atau kebiasaan di suku daerah yang lebih cepat dalam
bertindak dan melakukan sesuatu dibandingkan dengan suku daerah yang lain.
Karakteristik keikutsertaan pada seminar/pelatihan kewirausahaan berhubungan
nyata dengan sikap, tindakan, dan perilaku wirausaha mahasiswa IPB peserta

9

PKMK dan PPKM. Selanjutnya, pengambilan MK Kewirausahaan memiliki
hubungan nyata dengan sikap dan perilaku wirausaha. Hal ini berarti kuliah
kewirausahaan yang diikuti responden membentuk sikap positif tentang wirausaha
hingga berpengaruh juga terhadap perilaku wirausahanya, namun tidak
berpengaruh nyata dari sisi kognitif dan tindakan responden untuk berwirausaha.
Hasil penelitian Ramanti (2006) menunjukkan bahwa jumlah anggota
keluarga memiliki hubungan nyata dengan sikap dan keterampilan dalam
berwirausaha. Hal tersebut disebabkan karena semakin besar keluarga, maka
kebutuhan ekonomi keluarga juga akan semakin besar. Kondisi tersebut akan
mendorong wanita peternak untuk mampu mencukupi kebutuhan keluarga dengan
jalan meningatkan sikap dan keterampilan berwirausaha dalam mencari dan
menerapkan informasi usaha ternak ayam buras agar nantinya dapat meningkatkan
pendapatan keluarga. Selain itu, motivasi beternak juga berhubungan nyata
dengan sikap wirausaha. Hal ini dikarenakan wanita peternka yang memiliki
motivasi tinggi akan terpacu untuk berusaha selalu tanggap terhadap peluangpeluang usaha yang menyangkut kemampuan memuaskan pelanggan, menjaga
mutu, dan tidak ketergantungan kepada pelanggan.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Wirausaha dan Kewirausahaan
Kewirausahaan (entrepreneurship) atau wirausaha adalah proses
mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi
tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam
menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha
baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian. Kata wiraswasta
merupakan gabungan dari kata wira (berarti gagah, berani, perkasa) dan swasta
merupakan paduan dari dua kata swa (berarti sendiri, mandiri) dan sta (berarti
berdiri), jadi wiraswasta berarti orang yang perkasa dan mandiri (Riyanti 2003).
Kata wiraswasta sendiri lebih dikenal dengan kata wirausaha yang merupakan
gabungan dari kata wira (pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi
luhur, gagah berani, dan berwatak agung) dan usaha (perbuatan amal, bekerja,
berbuat sesuatu), jadi wirausaha adalah pejuang atau pahlawan yang berbuat
sesuatu (Basrowi 2011).
Wirausaha yaitu orang yang memiliki kemampuan melihat serta menilai
peluang-peluang bisnis, mengumpulkan sumber-sumber daya yang diperlukan
untuk mengambil sebuah tindakan yang tepat guna untuk meraih kesuksesan.
Wirausaha biasa disebut entrepreneur, seorang yang yang membangun sumber
daya kerja, orang yang membawa perubahan, inovasi yang mampu meningkatkan
suatu nilai yang lebih besar dari sebelumnya.
Seorang wirausaha adalah orang yang menciptakan kerja bagi orang lain
dengan cara mendirikan, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan
miliknya sendiri dan bersedia mengambil risiko pribadi dalam menemukan
peluang berusaha dan secara kreatif menggunakan potensi-potensi dirinya untuk

10

mengenali produk, mengelola dan menentukan cara produksi, menyusun operasi
untuk pengadaan produk, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya
(Riyanti 2003).
Dahulu kewirausahaan dianggap hanya dapat dilakukan melalui pengalaman
langsung di lapangan dan merupakan bakat yang dibawa sejak lahir, sehingga
kewirausahaan tidak dapat dipelajari dan, artinya kewirausahaan tidak hanya
bakat bawaan sejak lahir atau urusan pengalaman lapangan, tetapi juga dapat
dipelajari dan diajarkan. Seseorang yang memilki bakat kewirausahaan dapat
mengembangakan bakatnya melalui pendidikan. Mereka yang menjadi
enterpreneur adalah orang-orang yang mengenal potensi dan belajar
mengembangkan potensi untuk menangkap peluang serta mengorganisir usaha
dalam mewujudkan cita-citanya. Oleh karena itu, untuk menjadi wirausaha yang
sukses, memilki bakat saja tidak cukup, tetapi juga harus memilki pengetahuan
mengenai segala aspek usaha yang akan ditekuni. Dilihat dari perkembangannya,
sejak awal abad ke-20 kewirausahaan sudah diperkenalkan di beberapa negara.
Misalnya di Belanda dikenal dengan “Ondernemer”, di Jerman dikenal dengan
“Unternehmer”. Di beberapa negara, kewirausahaan memilki banyak tanggung
jawab antara lain tanggung jawab dalam mengambil keputusan yang menyangkut
kepemimpinan teknis, kepemimpinan organisasi dan komersial, penyediaan
modal, penerimaan, dan penanganan tenaga kerja, pembelian, penjualan dan
sebagainya.
Kewirausahaan merupakan suatu kualitas dari sikap seseorang bukan hanya
sebatas keahlian. Seorang wirausahawan memerlukan kepribadian yang tahan
banting, selalu mencari peluang, dan memiliki visi. Kewirausahaan mempunyai
karakteristik yang umum serta berasal dari kelas yang sama, bahkan pada zaman
sekarang wirausahawan berasal dari semua kelas sosial. Sehingga kegiatan
wirausaha dapat dilakukan seorang diri atau dengan menciptakan organisasi untuk
mencapai peluang usaha yang dapat memberikan keuntungan. Empat keuntungan
yang diperoleh apabila seseorang memutuskan berwirausaha yaitu (Kasmir 2006):
1. Meningkatnya harga diri (membentuk kelas tersendiri dan wibawa tertentu
seperti disegani dan dihormati)
2. Memperoleh penghasilan sendiri (jauh lebih baik dibandingkan menjadi
pegawai)
3. Ide dan motivasi untuk maju lebih besar (menangkap peluang dan
mewujudkannya)
4. Masa depan lebih cerah dan tidak tergantung kepada orang lain (tidak pernah
pensiun dan dapat diteruskan generasi selanjutnya).
Wanita Wirausaha (Women Entrepreneur)
Menurut Zimmerer (2001), Jika diperhatikan entrepreneur yang ada di
masyarakat saat ini maka di jumpai berbagai macam profil wirausaha, yaitu:
1.
Women Entrepreneur
Banyak wanita yang terjun kedalam bidang bisnis. Alasan mereka menekuni
bidang bisnis ini di dorong oleh faktor-faktor antara lain ingin memeperlihatkan
kemampuan prestasinya, membantu ekonomi rumah tangga, frustasi dengan
pekerjaan sebelumnya, dan lain sebagainya.
2.
Minority Entrepreneur

11

Kaum minoritas terutama di negara Indonesia kurang memiliki kesempatan
kerja di lapangan pemerintahan sebagaimana layaknya warga negara pada umum
nya. Oleh sebab itu, mereka berusaha menekuni kegiatan bisnis dalam kegiatan
sehari hari. Demikian pula para perantau dari daerah tertentu yang menjadi
kelompok minoritas pada suatu daerah, mereka juga bergiat mengembangkan
bisnis. Kegiatan bisnis mereka ini makin lama makin maju, dan mereka
membentuk organisasi minoritas di kota-kota tertentu.
3.
Immigrant Entrepreneur
Kaum pendatang yang memasuki suatu daerah biasanya sulit untuk
memperoleh pekerjaan formal. Oleh sebab itu mereka lebih leluasa terjun dalam
pekerjaan yang bersifat non-formal yang di mulai dari berdagang kecil kecilan
sampai berkembang menjadi perdagangan tingkat menengah.
4.
Part-time Entrepreneur
Memulai bisnis dalam mengisi waktu lowong atau part-time merupakn pintu
gerbang untuk berkembang menjadi usaha besar. Bekerja part time tidak
mengorbankan pekerjaan di bidang lain, misalnya seorang pegawai dalam sebuah
kantor mencoba mengembangkan hobinya untuk berdagang atau mengembangkan
suatu hobi yang menarik. Hobi ini akhirnya mendatangkan keuntungan yang
lumayan. Ada kalanya orang ini beralih profesi dan berhenti menjadi pegawai dan
beralih ke bisnis yang merupakan hobinya.
5.
Home-Based Entrepreneur
Ada pula ibu-ibu rumah tangga yang memulai kegiatan bisnisnya dari
rumah tangga, misalnya ibu-ibu yang pandai membuat kue dan aneka masakan
mengirim kue-kue tersebut ke toko-toko eceran di sekitar tempatnya.
6.
Family owned Entrepreneur
Sebuah keluarga dapat membuka berbagai jenis dan cabang usaha.
Mungkin saja usaha keluarga ini dimulai lebih dulu oleh bapak setelah usaha
bapak maju di buka cabang baru dan dikelola oleh ibu. Kedua perusahaan ini maju
dan membuka beberapa cabang lain mungkin jenis usahanya berbeda atau
lokasinya berbeda. Masing-masing usahanya ini bisa dikembangkan atau
dipimpin oleh anak anak mereka. Dalam keadaan sulitnya lapangan kerja pada
saat ini maka kegiatan semacam ini perlu dikembangkan.
7.
Co-Preneurs
Copreneurs are entrepreneurial couples who work together as co-ownners
of their businesses. (Copreneurs adalah pasangan wirausaha yang bekerja bersama
– sama sebagai pemilik bersama dari usaha mereka). Copreneurs ini berbeda
dengan usaha keluarga yang disebut sebagai usaha Mom and Pop (Pop as “boss”
and Mom as “subordinate” atau ayah sebagai pemimpin dan ibu berada di bawah
kekuasaan ayah). Copreneurs dibuat dengan cara menciptakan pembagian
pekerjaan yang didasarkan atas keahlian masing-masing orang. Orang orang yang
ahli di bidang ini diangkat menjadi penanggungjawab divisi-divisi tertentu dari
bisnis yang sudah ada.
Menurut Alma (2010), adanya wanita wirausaha dimotivasi oleh keinginan
untuk membuka bisnis atas dasar prestasi dan keinginan untuk menunjukkan
pengembangan bakat wanita. Ada beberapa faktor yang menunjang
berkembangnya wanita wirausaha bidang kewirausahaan, yaitu:

12

a.

b.
c.
d.

e.

Naluri kewanitaan yang bekerja lebih cermat, pandai mengantisipasi masa
depan, menjaga keharmonisan, kerja sama dalam rumah tangga dapat
diterapkan dalam kehidupan usaha.
Mendidik anggota keluarga agar berhasil dikemudian hari, dapat
dikembangkan dalam personil manajemen perusahaan.
Faktor adat istiadat, contohnya di bali dan sumatra barat, dimana wanita
memegang peranan dalam mengatur ekonomi rumah tangga.
Lingkungan kebutuhan hidup seperti jahit menjahit, menyulam, membuat
kue, aneka masakan, kosmetika, mendorong lahirnya wanita pengusaha yang
mengembangkan komoditi tersebut.
Majunya dunia pendidikan wanita sangat mendorong perkembangan wanita
karir, menjadi pegawai, atau membuka usaha sendiri dalam berbagai bidang
usaha.

Karakteristik Personal
Sumber daya yang terpenting dalam organisasi adalah sumber daya
manusia, orang-orang yang memberikan tenaga, bakat, kreativitas, dan usaha
mereka kepada organisasi agar suatu organisasi dapat tetap eksistensinya. Setiap
manusia memiliki karakteristik individu/personal yang berbeda antara satu dengan
yang lainnya. Menurut Rakhmat (2001), karakteristik individu adalah ciri yang
dimiliki seseorang yang ditampilkan melalui pola pikir, pola tindak, dan pola
sikap. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi karakteristik manusia yaitu faktor
personal dan faktor situasional. Karakteristik biografikal (personal) dapat dilihat
dari umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah tanggungan dan masa kerja.
Menurut Rachmat (2006), karakteristik seseorang akan mempengaruhi cara
dan kemampuan yang berbeda dalam membentuk persepsi, informasi apa yang
diinginkan, bagaimana menginterpretasi informasi tersebut dan informasi apa
yang masih diingat, tergantung dari karakteristik individu, seperti tingkat
pendidikan, umur, jenis kelamin, kepribadian, dan lain-lain.
Ilyas (2002) menyatakan bahwa karakteristik individu dapat dikategorikan
menjadi dua yaitu demografik dan psikografik. Karakteristik demografi mencakup
jenis kelamin, umur, penghasilan, pekerjaan, pendidikan, ras, agama, kebangsaan,
ukuran keluarga, dan tingkat sosial. Sedangkan gaya hidup dan kepribadian
merupakan karakteristik psikografik. Karakteristik pribadi merupakan ciri khas
yang menunjukkan perbedaan seseorang tentang motivasi, inisiatif, kemampuan
untuk tetap tegar menghadapi tugas-tugas hingga selesai atau memecahkan
masalah. Karakteristik pribadi juga merupakan kemampuan individu dalam
menyelesaikan masalah dengan menyesuaikan perubahan yang terkait erat dengan
lingkungan yang mempengaruhi kerja individu.
Karakter Wirausaha
Karakter adalah situasi pribadi seseorang yang berpengaruh dalam
pengambilan keputusan. Dalam membangun karakter yang kuat, dibutuhkan
motivasi dan komitmen yang tinggi agar tantangan yang dihadapi selama
mengelola usaha tidak menjadikan mentalnya lemah.
Menurut Hisrich (2002) kepribadian atau karakter seorang wirausaha yaitu
memiliki kontrol internal, orientasi terhadap perubahan, berkomitmen terhadap
tugas, pemimpin visioner, dan memiliki kemampuan untuk mengatasi perubahan.

13

Alma (2010) menyatakan bahwa karakter wanita dalam melakukan wirausaha
memiliki kepribadian yang bersifat penuh toleransi dan fleksibel, hemat, realistis
dan kreatif, percaya diri, bertanggungjawab, antusias dan enerjik, serta mampu
berhubungan dengan lingkungan masyarakat dan memiliki medium level of self
confidence, dimana tingkat kepercayaan diri wanita wirausaha masih lebih rendah
dibandingkan dengan pria wirausaha.
Suryana (2001) menyatakan bahwa kebutuhan berprestasi yang dimiliki
oleh wirausaha terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu yang
lebih baik dan lebih efisien dibandingkan sebelumnya. Wirausaha yang memiliki
motif untuk berprestasi umumnya memiliki ciri-ciri yaitu ingin mengatasi sendiri
persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya, selalu memerlukan umpan balik
yang segera untuk melihat keberhasilan dan kegagalan, memiliki tanggungjawab
personal yang tinggi, memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam menghadapi
setiap masalah yang menimpa usahanya.
Justin (2001) menyatakan bahwa karakteristik wirausaha yaitu kebutuhan
akan keberhasilan setiap orang berbeda dalam tingkat kebutuhan
keberhasilannya.Orang yang memiliki tingkat keberhasilan yang rendah akan
merasa puas pada status yang diiliki, sedangkan orang yang memiliki tingkat
kebutuhan keberhasilan yang tinggi akan senang bersaing dengan standart
keunggulan dan memilih untuk bertanggungjawab secara pribadi atas tugas yang
dibebankan kepadanya. Dorongan akan keberhasilan tersebut akan tampak pada
pribadi yang antusias untuk memulai dan mengembangkan usahanya.
Karakteristik percaya diri orang yang memiliki keyakinan pada dirinya sendiri
merasa dapat menjawab tantangan yang ada di depan mereka, banyak wirausaha
yang sukses adalah orang yang memiliki percaya diri , mengakui adanya masalah
tetapi mempercayai kemampuan dirinya sendiri untuk mengatasi masalah.
Perilaku Kewirausahaan
Winardi (2007) menyatakan bahwa perilaku merupakan suatu rangkaian
kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang
tidak dapat diamati pihak luar. Kesatuan dasar perilaku adalah sebuah aktivitas,
sebenarnya semua perilaku merupakan suatu seri aktivitas. Pola perilaku dapat
berbeda tetapi proses terjadinya adalah hal yang mendasar bagi semua individu,
yakni terjadi disebabkan, digerakkan dan ditunjukkan pada sasaran. Perilaku pada
dasarnya berorientasi pada tujuan, dimotivasi oleh suatu keinginan untuk
mencapai tujuan tertentu. Sementara itu, perilaku manusia dipengaruhi oleh
karakteristik pribadi, kebutuhan, harapan, dan pengalamannya.
Perilaku wirausaha mencakup tiga hal yaitu pengetahuan, sikap mental dan
keterampilan serta sikap kewaspadaan yang merupakan perpaduan unsur
pengetahuan dan sikap mental terhadap masa yang akan datang. Ciri yang dimiliki
perilaku kewirausahaan adalah mempunyai kemiripan dengan orang yang
mempunyai motif berprestasi (need of achievement) yaitu: (a) senantiasa berusaha
untuk mempeoleh hasil yang lebih baik dari apa yang telah diperoleh, (b) berani
mengambil resiko pada taraf rata-rata, (c) mempunyai tanggungjawab pribadi, dan
(d) senantiasa menginginkan segera umpan balik hasil pekerjaannya untuk
mengevaluasi dan memperbaiki tindakannya dimasa depan.
Dhanotiya (2012) menyatakan bahwa perilaku wanita wirausaha terdiri dari
5 macam yaitu kemampuan mengambil risiko, disiplin, melayani pelanggan,

14

teratur menabung, dan kemandirian. Ciri-ciri utama perilaku kewirausahaan
seseorang adalah selalu terlibat dalam setiap situasi kerja, tidak mudah menyerah,
tidak memberi kesempatan berpangku tangan. Terdapat ciri psikologik yang selalu
dijumpai dan tampil pada perilaku wirausaha yang berhasil, yaitu: (1) selalu
tanggap terhadap peluang dan kesempatan berusaha yang berkaitan dengan
peluang kinerjanya, (2) selalu berusaha memperbaiki prestasi, menggunakan
umpan balik, menyenangi tantangan dan berupaya agar hasil kerjanya selalu lebih
baik dari sebelumnya, (3) selalu bergaul dengan siapa saja, membina kenalan,
mencari kenalan baru dan berusaha menyesuaikan diri dalam berbagai situasi, (4)
dalam berusaha selalu terlibat dalam situasi kerja, tidak mudah menyerah sebelum
pekerjaan selesai. Tidak pernah memberi dirinya kesempatan berpangku tangan,
mencurahkan perhatian sepenuhnya kepada pekerjaan, dan memiliki tenaga
terlibat terus menerus dalam pekerjaannya, (5) optimisme bahwa usahanya akan
berhasil. Percaya diri dengan bergairah langsung terlibat dalam kegiatan konkrit,
jarang terlihat ragu-ragu.
Menurut Hendro (2011), perilaku dapat diartikan sebagai langkah dan
tindakan seseorang yang dilakukan untuk menghadapi dan menyiasati pekerjaan
sehari-hari. Energik dan penuh semangat dalam bekerja dan mengerjakan tugas.
Perilaku wirausaha dalam setiap tindakannya untuk mendapatkan sesuatu yang
diinginkan dapat dibedakan menjadi lima, yaitu:
1. Perilaku wirausaha secara individu, meliputi:
a. Teguh pendiriannya
b. Selalu yakin dengan apa yang dikerjakan, sehingga cenderung keras
kepala. Namun, sebenarnya memiliki konsep dan alasan yang kuat dalam
melakukan sesuatu
c. Berpikir positif dalam mendengar serta menanggapi suatu kritik dan
saran
d. Tidak gegabah dan penuh dengan rencana dalam setiap tindakan
(visioner)
e. Berperilaku professional dalam arti memiliki tanggung jawab, komitmen
tinggi, disiplin, berusaha tetap konsisten pada pendiriannya, serta jujur
dan terbuka
f. Optimis akan segala perilaku yang dilakukan
g. Selalu berorientasi “pasti ada jalan keluar” sehingga selalu berpikir
kreatif dan inovatif untuk menemukan solusi
2. Perilaku wirausaha secara sosial dan lingkungan, meliputi:
a. Berperilaku baik
b. Pandai bergaul dan cakap dalam berkomunikasi
c. Berpenampilan rapi dan ingin disukai oleh setiap orang
d. Senang memotivasi orang lain untuk tujuan yang baik
3. Perilaku wirausaha dalam pekerjaaan, meliputi:
a. Berorientasi pada tujuan dan tetap berkeinginan kuat pada hasil yang
sempurna.
b. Tidak suka menunda pekerjaan dan selalu berkeinginan untuk cepat
menyelesaikan pekerjaan
c. Gila bekerja (workaholic) dan bekerja dengan baik sehingga tidak
menyukai kelemahan.

15

d.
e.
f.

4.

5.

Haus akan prestasi sempurna
Paling menyukai pekerjaan baru dan menantang
Kreatif dan inovatif, sehingga selalu mempunyai ide-ide yang cemerlang
dan bisa keluar dari tekanan
Perilaku wirausaha dalam menghadapi risiko, meliputi:
a. Mengevaluasi risiko dan dampaknya terlebih dahulu
b. Tidak takut terhadap risiko, karena kuat dalam intuisi
c. Waspada dan antisipatif, sehingga selalu berperilaku proaktif
d. Mencari keputusan yang tepat dan optimal
Perilaku wirausaha dalam kepemimpinan, meliputi:
a. Seorang pemimpin yang berani dalam mengambil keputusan
b. Berperilaku dengan penuh kehati-hatian, karena menjadi contoh bagi
yang lain
c. Membuat karyawan tenang dalam mengerjakan tugas dan pekerjaan.
d. Mempunyai karisma dan berjiwa besar

Karakteristik Usaha Mikro, Kecil, dan Mene