Analisis Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan Terhadap Kinerja Wirausaha pada Unit Usaha Kecil Menengah (UKM) Agroindustri di Kabupaten Bogor

(1)

(2)

Prosiding Seminar

Penelitian Unggulan

Departemen Agribisnis

Bogor, 7 dan 14 Desember 2011

EDITOR : Rita Nurmalina Wahyu Budi Priatna

Siti Jahroh Popong Nurhayati


(3)

Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis

Bogor, 7 dan 14 Desember 2011

Tim Penyusun

Pengarah :

 Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS (Ketua Departemen Agribisnis)  Dr. Ir. Dwi Rachmina, MS (Sekretaris Departemen Agribisnis)  Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS (Gugus Kendali Mutu FEM - IPB) Editor :

 Ketua : Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS  Anggota : - Dr. Ir. Wahyu Budi Priatna, M.Si

- Dr. Siti Jahroh

- Ir. Popong Nurhayati, MM - Dr. Amzul Rifin, SP., MA Tim Teknis :

 Nia Rosiana, SP., M.Si Desain dan Tata Letak :

 Hamid Jamaludin M., AMd

Diterbitkan Oleh :

Departemen Agribisnis

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Jl. Kamper Wing 4 Level 5 Kampus IPB Dramaga Bogor 16680 Telp/Fax : 0251-8629654

e-mail : depagribisnis@yahoo.com, dep-agribisnis@ipb.ac.id Website : http://agribisnis.fem.ipb.ac.id


(4)

penelitian. Dalam rangka mendukung kegiatan penelitian bagi para dosen, Departemen Agribisnis telah melakukan kegiatan Penelitian Unggulan Departemen (PUD) yang dimulai sejak tahun 2011. Kegiatan tersebut bertujuan untuk memberikan motivasi bagi dosen Departemen Agribisnis untuk melakukan kegiatan penelitian sehingga dapat meningkatkan kompetensi di bidangnya masing-masing. Kegiatan PUD tersebut dimulai dari penilaian proposal yang akan didanai dan ditutup oleh kegiatan seminar. Selanjutnya untuk memaksimumkan manfaat dari kegiatan penelitian tersebut, hasil penelitian perlu didiseminasi dan digunakan oleh masyarakat luas. Salah satu cara untuk mendiseminasikan hasil-hasil penelitian tersebut adalah dengan menerbtikan prosiding ini.

Prosiding ini berhasil merangkum sebanyak 22 makalah PUD yang telah diseminarkan pada pada tanggal 7-14 Desember 2011. Secara umum makalah-makalah tersebut dapat dibagi menjadi tiga bidang kajian, yaitu kajian Bisnis (9 makalah), Kewirausahaan (6 makalah), dan Kebijakan (7 makalah). Bidang kajian tersebut sesuai dengan Bagian yang ada di Departemen Agribisnis, yaitu Bagian Bisnis dan Kewirausahaan dan Bagian Kebijakan Agribisnis. Dilihat dari metode analisis yang digunakan, makalah yang terangkum dalam prosiding ini sebagian besar menggunakan analisis kuantitatif. Pesatnya perkembangan teknologi komputasi dan ketersediaan software metode kuantitatif mendorong para peneliti untuk memilih metode analisis tersebut. Ke depan metode analisis kajian bidang Agribisnis perlu diimbangi dengan metode analisis kualitatif.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS sebagai ketua tim PUD dan sekaligus sebagai Editor Prosiding ini beserta tim lainnya. Besar harapan kami prosiding ini dapat digunakan dan bermanfaat bukan saja di lingkungan kampus tapi juga bagi masyarakat luas.

Bogor, 1 Februari 2012

Ketua Departemen Agribisnis FEM IPB


(5)

(6)

K A J I A N B I S N I S

Risiko Harga Sayuran di Indonesia ... 1 Anna Fariyanti dan Lusi Fausia

Analisis Structure Conduct dan Performance Industri Gula Indonesia ... 23 Amzul Rifin, Suharno, dan Rahmat Yanuar

Analisa Usahatani Tebu Rakyat di Lampung ... 37 Ratna Winandi Asmarantaka, Lukman Mohammad Baga, Suprehatin, dan Maryono

Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Tebu di Jawa Timur ... 51 Netti Tinaprilla

Efisiensi Produksi Padi Sehat dan Non Organik di Kabupaten Bogor ... 79 Anna Fariyanti, Nunung Kusnadi, Juniar Atmakusuma,dan Narni Farmayanti

Aplikasi Theory OfPlanned Behavior pada Analisis Perilaku Konsumen Beras Organik di Kota Bogor ... 97 Febriantina Dewi, dan Yusalina

Pengaruh Kepercayaan dan Komitmen Terhadap Hubungan Kemitraan Antara PT Saung Mirwan dengan Mitra Tani ... 117 Heny Kuswanti Daryanto, dan Yanti Nuraeni Muflikh

Analisis Kelayakan Usaha Pembibitan dan Penggemukan Sapi Potong

dalam Rangka Swasembada Daging Nasional ... 141 Juniar Atmakusuma, Tintin Sarianti, dan Anita Ristianingrum

Usahatani Tebu dan Daya Saing Industri Gula Indonesia ... 159 Ratna Winandi Asmarantaka

K A J I A N KE W I R A U S A H A A N

Analisis Perilaku Wirausaha Mahasiswa Institut Pertanian Bogor ... 179 Rachmat Pambudy, Burhanuddin, Wahyu Budi Priatna, dan Nia Rosiana

Profil dan Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Agribisnis ... 197 Lukman Mohammad Baga

Innovation Capacity and Entrepreneurial Orientation :

Case Studies of Vegetable Farm Firms in West Java, Indonesia ... 215 Etriya, Victor Scholten, Emiel Wubben, and S.W.F. (Onno) Omta

Analisis Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan Terhadap Kinerja Wirausaha

pada Unit Usaha Kecil Menengah (UKM) Agroindustri di Kabupaten Bogor ... 225 Popong Nurhayati, Tintin Sarianti, Heny Kuswanti Daryanto, dan Yanti Nuraeni Muflikh


(7)

Karakteristik dan Kinerja Wirausaha Wanita pada UKM Agroindustri Perikanan di Kabupaten Sukabumi ... 271 Popong Nurhayati

K A J I A N KE B I J A K AN

Pola Spread Harga Gabah dan Beras di Indonesia :

Suatu Indikasi Efektivitas Perubahan Kelembagaan Bulog ... 287 Harianto dan Dina Lianita Sari

Pengembangan Kualitas Padi Varietas Unggul Hibrida dengan Pendekatan

Quality Function Deployment (QFD) di Jawa Barat ... 307 Rita Nurmalina, Harfiana, dan Agrivinie Rainy Firohmatillah

Pembentukan Modal: Sumber Pertumbuhan Sektor Pertanian di Indonesia ... 331 Dwi Rachmina, dan Eva Yolynda Aviny

Pengaruh Penerapan Bea Keluar Crude Palm Oil (CPO) Terhadap Ekspor

dan Harga Domestik ... 351 Amzul Rifin

Transmisi Harga Gula Tebu ... 369 Rita Nurmalina, Harmini dan Nia Rosiana

Kajian Pembatasan Kredit (Credit Rationing) pada Usahatani Sayuran

di Kecamatan Pangalengan Jawa Barat ... 395 Dwi Rachmina, Netti Tinaprilla, Eva Yolynda Aviny, Feryanto, dan Maryono

Efektivitas Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Petani (Studi Kasus: Gapoktan Mandiri Jaya, Desa Cikarawang, Dramaga, Kabupaten Bogor) ... 415 Feryanto


(8)

ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK

KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KINERJA WIRAUSAHA

PADA UNIT USAHA KECIL MENENGAH (UKM)

AGROINDUSTRI DI KABUPATEN BOGOR

Oleh :

Popong Nurhayati1), Tintin Sarianti2), Heny Kuswanti Daryanto3)

dan Yanti Nuraeni Muflikh4)

1,2,3,4)Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB

1)nurhayati_mm@yahoo.com,

ABSTRACT

Agroindustry small and medium scale enterprise in agroindustry is part of small scale business in Indonesia which proove its role as an economic development force in Bogor regency. But this small and medium agroindustry enterprise still has some weakness in management of entrepreneurship activity. Therefore, this research aims are : 1) to indentify personal characteristics of small and medium scale agroindustry in Bogor regency, 2) to analyze the influence of entrepreneurial characteristic to performance of small scale agroindustry in Bogor regency. This research utilizes some questionairre in data collection on 121 respondents by using purposive sampling method. This research used mix method approach of qualitative and quantitative. The influence of entrepreunerial characteristics of performance is analyzed using Structural Equation Modeling (SEM). This research found that most of the entrepreneurship characteristic of small scale agroindustry in Bogor regency agree that they have good self confidence and innovative characteristic in doing their job but this innovative characteristic is still modify from earlier idea and still not to be an invention yet. Most of the respondents are doing their business full of spirit.

Entrepreneurship Performance of small scale agroindustry is still not optimum yet, this is caused by some factors such as entrepreneurship characteristic and entrepreneurship competences which are still not developed. The influence of entrepreneurship characteristic and entrepreneurship competence toward Entrepreneurship performance shows that psyhcological characteristic indicates positive and significant influence toward entrepreneurship competence. It refers that Entrepreneurship characteristic is important to build because it determines the success and facilitates to improve entrepreneurship competence. However, entrepreneurship characteristic indicates negative and significant influence toward Entrepreneurship performance. It means while entrepreneurship competence is good, is not automatically improve Entrepreneurship Performance, on the contrary the competence is declining.

Keywords: entrepreneurship characteristic, competence, small busines agroindustry

ABSTRAK

UKM agroindustri merupakan bagian dari UKM secara keseluruhan yang telah menunjukkan peranannya sebagai salah satu pelaku kekuatan pendorong pembangunan ekonomi di Kabupaten Bogor. Namun demikian UKM agroindustri juga memiliki kelemahan yang terkait dengan jiwa kewirausahaan dalam pengelolaan usahanya. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk : 1) mengidentifikasi karakteristik individu dan karakteristik usaha UKM agroindustri di Kabupaten Bogor, 2) menganalisis pengaruh karakteristik kewirausahaan terhadap kinerja UKM agroindustri di Kabupaten Bogor. Pengumpulan data dilakukan dengan


(9)

menggunakan instrument berupa kuesioner terhadap 121 responden dengan metode purposive sampling dan jumlah responden diambil secara purposive pada setiap lokasi penelitian.

Analisis data yang dilakukan meliputi analisis deskriptif dan analisis Structural Equation

Model (SEM) dengan menggunakan program software excel 2007 dan program Linear

Structural Relationship (LISREL) 8.30.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik kewirausahaan responden menunjukkan bahwa sebagian besar pelaku usaha agroindustri di Kabupaten Bogor setuju bahwa mereka memiliki tingkat kepercayaan diri yang baik. Sebagian besar responden memiliki karakteristik inovatif atau keinginan untuk selalu melakukan inovasi baru dalam setiap pekerjaan yang ditekuninya. Namun demikian, karakteristik inovatif dari sebagian besar responden tersebut masih dalam tataran modifikasi dari gagasan yang telah ada sebelumnya dan belum ide/ gagasan yang bersifat invensi (atau penemuan baru). Sebagian besar responden (lebih dari 80%) menyatakan bahwa mereka menekuni bisnis dan mencintai bisnis yang dijalani tersebut serta memiliki semangat untuk menjalani bisnis sehingga responden tersebut beranggapan bahwa orang lain juga memiliki penilaian yang sama.

Kinerja kewirausahaan kinerja wirausaha dari sebagian besar responden belum cukup optimal. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh berbagai faktor antara lain sikap/ watak (karakteristik) kewirausahaan dan kompetensi wirausaha yang belum optimal dikembangkan. Pengaruh karakteristik kewirausahaan dan kompetensi wirausaha terhadap kinerja wirausaha menunjukkan bahwa karakteristik (psikologis) kewirausahaan berpengaruh secara nyata dan positif terhadap kompetensi kewirausahaan maupun kinerja wirausaha. Hal tersebut menunjukkan pentingnya membangun karakteristik kewirausahaan karena karakteristik tersebut sangat menentukan keberhasilan usaha dan mempermudah untuk meningkatkan kompetensi kewirausahaan. Namun demikian karakteristik kewirausahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja wirausaha. Hal tersebut mengandung arti bahwa saat kompetensi kewirausahaannya baik tidak secara otomatis meningkatkan kinerja wirausaha namun malah kinerjanya sedang menurun.

Kata kunci: karakteristik kewirausahaan, kinerja, UKM agroindustri

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kabupaten Bogor adalah salah satu wilayah di Jawa Barat yang merupakan daerah agraris dengan jenis tanah yang cukup subur untuk kegiatan pertanian (pangan dan hortikultura), perkebunan, dan kehutanan. Secara geografis Kabupaten Bogor juga terletak berdekatan dengan Ibukota Negara sebagai pusat pemerintahan, jasa dan perdagangan dengan aktifitas pembangunan yang cukup tinggi. Posisi seperti ini menimbulkan peluang berkembangnya industri pariwisata di Kabupaten Bogor seperti di Kawasan Puncak yang berada di bagian Selatan Kabupaten Bogor hingga ke daerah Ciampea yang berada di bagian Barat Kabupaten Bogor. Kondisi geografis Kabupaten Bogor seperti tersebut di atas merupakan kekuatan yang dapat memberi dukungan positif terhadap tumbuh dan berkembangnya berbagai kegiatan usaha di bidang agribisnis, mulai dari hulu hingga ke hilir dan berbagai kegiatan usaha di luar bidang agribisnis dengan skala usaha yang bervariasi dari skala kecil menengah hingga skala usaha besar yang tergabung dalam suatu industri.


(10)

Potensi industri di Kabupaten Bogor didominasi oleh industri skala kecil, dalam

hal ini home industry. Selain itu terdapat juga beberapa industri menengah yang

tersebar berdasarkan pola kluster yang terbentuk di koridor jalan utama di Kabupaten Bogor. Terdapat juga beberapa kawasan industri di wilayah Botabek yang cukup berkembang. Kantor Koperasi dan UKM Kabupaten Bogor mencatat bahwa sampai dengan tahun 2007, jumlah UKM yang dibina oleh Kantor Koperasi dan UKM Kabupaten Bogor mengalami peningkatan sebesar 276 % selama tahun 2003 - 2007, yaitu dari 997 usaha pada tahun 2003 menjadi 3.751 pada tahun 2007. Perkembangan jumlah UKM ini menunjukkan adanya daya tarik UKM bagi masyarakat Kabupaten Bogor baik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan ekonomi rumahtangga maupun sebagai kegiatan usaha yang dikelola secara profesional.

Kantor Koperasi dan UKM Kabupaten Bogor telah melakukan klasifikasi terhadap UKM yang ada di Kabupaten Bogor untuk mengetahui kualitas kelembagaan UKM yang ada di Kabupaten Bogor. Sampai dengan tahun 2007, berdasarkan kriteria permodalan dan omzet, dari 203 UKM yang dievaluasi, 37 UKM terklasifikasi sebagai UKM Unggul, 104 UKM Mandiri, dan 62 UKM Tangguh. Berdasarkan hasil klasifikasi tersebut, telah ditentukan langkah pembinaan yang perlu difasilitasi oleh Kantor Koperasi dan UKM Kabupaten Bogor kepada UKM-UKM tersebut. Bagi UKM Mandiri, yang permodalannya di bawah 100 juta dan omzetnya di bawah 500 juta, fasilitasi dilakukan pada aspek permodalan dan teknik produksinya, sementara bagi UKM Tangguh, yang permodalannya di atas 200 juta dan omzetnya di atas 1 miliar, fasilitasi hanya dilakukan pada aspek pemasaran dan pengembangan kemitraan dengan UKM-UKM lainnya.

Dilihat dari potensi pertanian yang ada di Kabupaten Bogor, serta adanya

berbagai program pemerintah yang mendukung pengembangan UKM seperti Visit

Bogor 2011 maupun adanya program pengembangan wisata kuliner di Bogor, maka UKM agroindustri merupakan UKM yang memiliki potensi untuk dikembangkan di Kabupaten Bogor. UKM agroindustri merupakan suatu kegiatan industri yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut. Agroindustri dapat menjadi usaha manufaktur yang dominan dan menjadi sumber pendapatan yang secara umum memberikan peran ekonomi yang sangat berarti, antara lain karena UKM agroindustri

suatu saat memiliki kemungkinan untuk menjadi pelaku technopreneur atau menjadi

pencipta dari adanya produk pertanian yang memiliki nilai tambah. UKM agroindustri dapat menjadi penggerak dinamika perekonomian di Kabupaten Bogor.

1.2. Perumusan Masalah

Dewasa ini pemerintah Indonesia mempromosikan UKM sebagai agenda utama pembangunan nasional. Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor juga telah melakukan berbagai upaya untuk dapat meningkatkan kemampuan UKM di Kabupaten Bogor


(11)

melalui beberapa jenis fasilitasi seperti permodalan, teknik produksi, pemasaran dan pengembangan kemitraan.

UKM agroindustri adalah bagian dari UKM yang ada di Kabupaten Bogor yang merupakan salah satu pelaku kekuatan pendorong pembangunan ekonomi di Kabupaten Bogor. Peranan UKM agroindustri cukup strategis dalam mendukung perekonomian di Kabupaten Bogor. Namun UKM agroindustri juga memiliki kelemahan yang perlu mendapat perhatian agar dapat meningkatkan kinerjanya dan memiliki kemampuan yang lebih baik, agar dapat mandiri dan memberikan kontribusi yang lebih baik terhadap pembangunan ekonomi di Kabupaten Bogor. Kekuatan UKM agroindustri antara lain memiliki kebebasan untuk bertindak, fleksibel, tidak

memiliki banyak utang ke perbankan karena sering dianggap unbankable dan

menggunakan input lokal. Adapun kelemahan UKM agroindustri diantaranya adalah kurangnya akses informasi, kelemahan persyaratan untuk mengakses permodalan, pemasaran dan bahan baku serta kemitraan dengan industri besar.

Pada dasarnya kekuatan atau keunggulan yang dimiliki oleh UKM agroindustri masih relatif terbatas sehingga masih harus terus ditingkatkan. Sementara itu kelemahan-kelemahan yang juga dimiliki oleh UKM agroindustri juga perlu terus diminimalkan. Hal ini menunjukkan bahwa perlu suatu strategi untuk dapat mengatasi permasalahan yang terjadi pada UKM agroindustri ini. Dalam Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK) disebutkan bahwa kelemahan-kelemahan yang terjadi pada UKM disebabkan oleh masih rendahnya jiwa dan semangat kewirausahaan yang dimiliki oleh UKM tersebut. Rendahnya kewirausahaan UKM ini dapat dilihat dari kurangnya kreativitas dan inovasi serta keberanian dalam pengambilan keputusan.

Dengan mengacu kepada konsep SNPK tersebut, maka untuk UKM agroindustri di Kabupaten Bogor perlu dilakukan pengkajian mengenai karakteristik kewirausahaan dan kinerja yang telah dicapainya, karena kemampuan kewirausahaan UKM agroindustri merupakan kunci untuk memaksimalkan efisiensi dari penggunaan faktor-faktor pengembangan daya saing ekonomi, memungkinkan UKM memiliki

pola pikir (mind-set) yang lebih positif, membangun kesensitifan terhadap pasar dan

penciptaan daya pikir kreatif.

Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan penelitian ini adalah:

1) Bagaimana karakteristik kewirausahaan UKM agroindustri di Kabupaten Bogor.

2) Bagaimana pengaruh karakteristik kewirausahaan terhadap kinerja UKM

agroindustri di Kabupaten Bogor.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1) Mengidentifikasi karakteristik kewirausahaaan UKM agroindustri di Kabupaten


(12)

2) Menganalisis pengaruh karakteristik kewirausahaan terhadap kinerja UKM agroindustri di Kabupaten Bogor.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kewirausahaan

Topik penelitian mengenai kewirausahaan banyak mendapat perhatian di berbagai Negara di dunia. Sejarah perkembangan teori kewirausahaan telah mencatatkan berbagai konsep/ definisi kewirausahaan dari berbagai sudut pandang keilmuan baik dari aspek antropologi, psikologi, sosiologi, ekonomi, manajemen dan teknologi (Tonge, 2001). Pemahaman mengenai konsepsi kewirausahaan sangat bergantung pada aspek mana definisi tersebut dikembangkan dan dalam konteks sosial seperti apa teori tersebut dibangun. Secara terminologi, kata kewirausahaan

(entrepreneurship) berasal dari bahasa Perancis, entreprendre dan dalam bahasa

Jerman adalah unternehmen yang artinya dalam bahasa Inggris adalah sama yaitu to

undertake yang memiliki makna positif yang luas yakni memulai sesuatu dengan tanggung jawab sendiri untuk menyelesaikannya yang merupakan kebalikan dari kata

to give up (menyerah) (Drucker, 1996). Di dalam kamus bahasa Inggris, the Oxford Dictionary, kata entrepreneur (wirausahawan) didefinisikan sebagai seseorang yang mengorganisasikan, mengelola dan memprediksi dan mau menerima risiko dari

kegiatan bisnis yang dijalani (Adegbite, et al. 2006). Dengan demikian orang yang

melakukan kegiatan wirausaha adalah orang yang memiliki dan menjalankan sendiri usahanya tersebut. Pengertian kewirausahaan dari uraian suku kata terdiri dari kata

awalan ke dan akhiran an, wira dan usaha. Awalan ke dan akhiran an menunjukkan

kata benda abstrak tentang sifat, sedangkan wira berarti manusia unggul, pahlawan,

pendekar, teladan, berbudi luhur, berjiwa besar, gagah berani serta memiliki

keagungan watak, usaha berarti pekerjaan amal, bekerja, berbuat sesuatu. Dengan

demikian kewirausahaan berarti sekumpulan sifat-sifat atau watak yang dimiliki oleh individu yang menunjukkan besarnya potensi untuk menjadi wirausahawan (Herawati 1998).

Bygrave (1994) mendefinisikan wirausahawan sebagai individu yang mengamati kesempatan dan menciptakan organisasi untuk mengejar kesempatan. Sedangkan menurut As`ad (2001) wirausahawan adalah individu yang memiliki kemampuan dan sikap mandiri, kreatif, inovatif, ulet, berpandangan jauh ke depan, pengambilan risiko yang sedang dan tanpa mengabaikan orang lain dalam bidangnya

atau masyarakat. Schumpeter dalam Alma (2005) bahwa wirausahawan adalah

individu yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dan menggerakkan perekonomian masyarakat untuk maju ke depan. Wirausahawan adalah individu-individu yang berani mengambil risiko, mengkoordinasi, mengelola penanaman modal atau sarana produksi serta mengenalkan fungsi faktor produksi baru atau yang mampu memberikan respon secara kreatif dan inovatif. Berwirausaha adalah menciptakan sebuah bisnis baru dengan mengambil risiko demi mencapai keuntungan dengan cara mengidentifikasi


(13)

peluang dan menggabungkan sumber daya yang diperlukan (Zimmerer dan Scarborough, 2002).

Suryana (2003) mendefinisikan kewirausahaan sebagai kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumberdaya untuk mencari peluang menuju sukses. Dengan demikian, inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui berpikir kreatif dan inovatif. Selanjutnya Suryana (2003) menyatakan bahwa kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengelolaan sumberdaya dengan cara-cara baru dan berbeda melalui: (1) pengembangan teknologi baru; (2) penemuan pengetahuan ilmiah baru; (3) perbaikan produk dan jasa yang ada; dan (4) penemuan cara-cara baru untuk menghasilkan barang lebih banyak dengan sumberdaya lebih efisien. Dengan demikian bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk memikirkan ide-ide baru dan berbeda, sedangkan inovasi merupakan perwujudan dari kreativitas yakni kemampuan melakukan hal-hal yang baru dan berbeda.

Hisrich dan Peters (2000) menyatakan bahwa berwirausaha berarti melakukan proses menciptakan sesuatu yang berbeda dengan mengabdikan seluruh waktu dan tenaganya disertai menanggung risiko keuangan, kejiwaan, sosial dan menerima balas jasa dalam bentuk uang dan kepuasan pribadinya. Drucker (1996) mengartikan kewirausahaan sebagai semangat, kemampuan, sikap, perilaku individu dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Keuntungan diperoleh dengan mengembangkan kreativitas yang dimiliki dan menemukan hal-hal yang baru. Wirausahawan bukanlah penanam modal, bergelut dengan ketidakpastian dan risiko, seorang wirausahawan selalu mencari perubahan, menanggapinya dan memanfaatkan sebagai peluang.

Menurut Meredith et al. (1996), kewirausahaan berarti memadukan perwatakan

pribadi, keuangan dan sumber daya. Kewirausahaan adalah semangat, sikap dan kemampuan individu dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja baru, teknologi baru dan produk baru atau memberi nilai tambah barang dan jasa. Kewirausahaan merupakan sebuah pekerjaan atau karier yang bersifat fleksibel dan imajinatif, mampu merencanakan, mengambil risiko, mengambil keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan. Menurut Siagian (1996), kewirausahaan adalah semangat, perilaku dan kemampuan untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan atau masyarakat, dengan selalu berusaha mencari dan melayani langganan lebih banyak dan lebih baik, serta menciptakan dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat, menerapkan cara kerja yang lebih efisien, melalui keberanian mengambil risiko, kreativitas, inovasi dan kemampuan manajemen. As’ad (2003) mendefinisikan


(14)

kewirausahaan sebagai kemampuan dan sikap mandiri, kreatif, inovatif, ulet, berpandangan jauh ke depan, pengambilan risiko yang sedang dan tanpa mengabaikan kepentingan orang lain dalam bidangnya atau masyarakat.

Berbagai definisi mengenai wirausahawan dan kewirausahaan tersebut menyiratkan bahwa wirausawan merupakan individu yang memiliki sifat ataupun karakter kewirausahaan dan memiliki kemampuan berwirausaha serta mewujudkannya dalam bentuk nyata berwirausaha. Dengan demikian seseorang dikatakan sebagai wirausahawan jika memiliki sifat/karakter, sikap dan kemampuan wirausaha serta mampu mewujudkannya yang ditunjukkan dengan kinerjanya.

2.2. Karakteristik Kewirausahaan

Berbagai definisi wirausahawan dan kewirausahaan sesungguhnya menyiratkan karakteristik individu dari seseorang wirausahawan yang didefinisikan tersebut. Namun demikian karakteristik kewirausahaan secara umum menggambarkan keunikan personal atau psikologi seseorang yang terdiri dari dimensi nilai sikap dan kebutuhan. Gambaran tersebut berdasarkan asumsi bahwa individu akan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang dianut dan perilaku tersebut didorong oleh keinginan

untuk memuaskan kebutuhan (Yousof, et al. 2007). Oleh karena itu perilaku

kewirausahaan dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam mengamati individu wirausahawan yang memiliki karakteristik kewirausahaan yang kuat ataupun lemah.

Karakteristik personal yang bersifat psikologis yang digunakan dalam penelitian ini merupakan karakteristik yang paling banyak dianalisis dalam berbagai penelitian dan dideskripsikan/didokumentasikan di dalam banyak literatur.

Karakteristik tersebut adalah percaya diri (self-confidence), berani mengambil risiko

(propensity to take risk), innovatif (innovativeness), ketekunan/kerja keras (hard working), bersemangat (enthusiasm) dan toleransi terhadap ketidakpastian (tolerance of ambiguity).

2.3. Percaya Diri

Berbagai penelitian menempatkan percaya diri sebagai salah satu karakteristik kewirausahaan yang penting dimiliki oleh wirausahawan antara lain dikemukakan

oleh Ho dan Koh (1992); Koh (1996); Meredith et al. (1996); As’ad (2003); (Lambing

dan Kuehl 2003) Percaya diri mengandung dimensi sikap optimis, keyakinan dan

ketidaktergantungan (Meredith et al. 1996). Seorang wirausahawan merupakan

pemilik sekaligus individu yang menjalankan usaha sehingga bertanggungjawab terhadap keberhasilan usahanya sendiri. Artinya bahwa seorang wirausahawan harus memiliki kepercayaan yang kuat bahwa tujuan dalam berwirausaha tersebut dapat

dicapai (Koh, 1996; Meredith, et al., 1996; Lambing dan Kuehl, 2003). Bahkan

kepercayaan diri merupakan karakteristik yang memiliki keterkaitan dengan karakteristik yang lainnya sehingga merupakan komponen pembentuk karakteristik yang sangat penting (Ho dan Koh, 1992).


(15)

2.4. Berani Mengambil Risiko

Keberanian mengambil risiko dapat diartikan sebagai perkiraan dari seberapa besar kemungkinan atau probabilitas kesuksesan yang diinginkan, namun bersedia menerima kemungkinan adanya kegagalan, dan kegagalan diperkirakan cenderung lebih besar dari kegagalan yang mungkin diterima dari alternatif/ situasi yang berbeda (Brockhaus, 1980). Risiko yang diambil merupakan risiko yang diperhitungkan dan realistik sesuai dengan pengetahuan, latar belakang dan pengalaman yang akan meningkatkan kemungkinan keberhasilannya (Zimmerer dan Scarborough, 2004). Oleh karena itu dapat diyakini bahwa seseorang wirausaha cenderung mengambil risiko pada situasi dimana mereka memiliki kontrol dan kemampuan untuk mewujudkan profit (keuntungan), bukan pada situasi yang tidak pasti ataupun situasi

yang pasti (McClelland dan Winters, 1969 dalam Yousof et al., 2007).

2.5. Inovatif

Keorisinilan (innovativeness) merupakan kemampuan untuk menciptakan

hal-hal baru yang tidak terkait dengan pola-pola yang sudah ada kreatif dan cakap dalam berbagai bidang dan memiliki pernyataan dan pengalaman yang cukup banyak (As’ad, 2003). Keinovasian (keorisinilan) merupakan pandangan dan perilaku dalam

menjalankan bisnis dengan menggunakan cara-cara baru dan unik (Robinson, et al.

1991 dalam Yousof et al. 2007).

2.6. Ketekunan/Kerja Keras

Kemauan untuk bekerja keras dan ketekunan merupakan salah satu ciri kewirausahaan yang penting bagi seorang wirausahawan, hal tersebut juga dikemukakan oleh Siagian dan Afsahani (1996) dan sifat ini sangat mendukung daya inovasi dan kreativitas seseorang untuk berpikir dan senantiasa berusaha menemukan hal-hal baru.

2.7. Toleransi terhadap Ketidakpastian

Toleransi ketidakpastian didefinisikan sebagai sikap seseorang yang memandang bahwa situasi ketidakpastian merupakan salah satu sumber hambatan

dalam menjalankan aktivitas bisnis (Budner, 1962 dalam Yousof, 2007). Oleh karena

itu seseorang yang memiliki sikap toleransi yang tinggi terhadap ketidakpastian memperlakukan situasi ketidakpastian sebagai tantangan dan berusaha beradaptasi dengan situasi yang sulit diprediksi dan tidak stabil agar dapat bekerja dengan baik (Koh, 1996).

2.8. Kompetensi Kewirausahaan

Pengertian kompetensi yang terdapat di dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah kewenangan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu. Kompetensi berasal

dari bahasa Inggris yakni competency atau competence dan menurut Powell (1997)

dapat diartikan sebagai (1) kecakapan atau kemampuan, dan (2) wewenang. Kata sifat


(16)

tangkas. Undang-Undang Ketenagakerjaan tahun 2003 (UU No. 13/2003), pasal 1 (10) mendefinisikan kompetensi sebagai berikut: ‘kompetensi adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan’.

Definisi lain dikemukakan oleh Mangkunegara (2005) bahwa kompetensi merupakan faktor mendasar yang dimiliki seseorang yang mempunyai kemampuan lebih yang membuatnya berbeda dengan seseorang yang memiliki kemampuan rata-rata atau biasa saja. Kompetensi adalah karakteristik dasar dari seseorang yang memungkinkan mereka mengeluarkan kinerja superior dalam pekerjaannya (Boulter

et al., 1996). Kompetensi juga diartikan sebagai kemampuan kompetitif seseorang yang merupakan keunikan bersaing yang memberikan kontribusi nilai dan biaya konsumen (Suryana, 2003).

Dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan keseluruhan pengetahuan, kemampuan dan sikap kerja seseorang yang merupakan faktor yang menentukan kinerja seseorang dalam melakukan aktivitas kerja. Dalam konteks berwirausaha kompetensi seseorang merupakan kemampuan bersaing seseorang yang menjadi faktor pembeda antara wirausaha yang berkinerja rendah dan kinerja tinggi. Dengan demikian kompetensi kewirausahaan yang dimiliki seseorang dapat digunakan untuk memprediksi kinerjanya. Terdapat lima dimensi kompetensi dasar wirausahawan menurut Suryana (2003) yaitu (1) kemampuan manajerial (mengelola sistem informasi bisnis, mengelola produksi, pemasaran, SDM dan Keuangan); (2) kemampuan konseptual (berorientasi tugas dan hasil, kemampuan memimpin dan berorientasi masa depan); (3) kemampuan sosial (kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkonsultasi dengan para ahli); (4) kemampuan mengambil keputusan (merumuskan masalah dan mengambil keputusan) dan (5) kemampuan mengelola waktu.

2.9. Kinerja Kewirausahaan

Kinerja atau performansi dalam konteks organisasi, merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing untuk mencapai tujuan organisasi (Suyudi, 1999). Simamora (2001) mengistilahkan kinerja sebagai pencapaian persyaratan-persyaratan pekerjaan tertentu yang secara langsung dapat tercermin dari output yang dihasilkan baik secara fisik maupun kualitas.

2.10. Hubungan antara Karakteristik, Kompetensi dan Kinerja Kewirausahaan

Selama ini lebih banyak studi pustaka yang hanya menganalisis hubungan antara karekteristik kewirausahaan dengan kinerja maupun hubungan antara kompetensi kewirausahaan dengan kinerja. Namun jarang terdapat penelitian yang menganalisis keterkaitan antara karakteristik kewirausahaan dengan kompetensi wirausaha maupun kinerjanya. Oleh karena itu penelitian ini mencoba


(17)

menggambarkan hubungan diantara karakteristik, kompetensi dan kinerja wirausaha berdasarkan berbagai literatur yang relevan.

Karakteristik personal (psikologis) wirausahawan berpengaruh kuat terhadap kinerja organisasi (Robinson and Saxton, 1994). Tidak seperti personal karakteristik,

kompetensi seseorang (human capital) yang merupakan gabungan pengetahuan dan

kapasitas seseorang biasanya lebih banyak dianalisis sebagai pendekatan yang pasif artinya diukur berdasarkan reaksi seseorang terhadap situasi tertentu. Berbagai studi menemukan bahwa kompetensi seseorang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan bisnis. Namun demikian dalam hal kewirausahaan beberapa studi menunjukkan bahwa kompetensi dapat berpengaruh positif maupun negatif terhadap

kesuksesan seseorang wirausahawan dalam menjalankan bisnisnya (Rose et al., 2006).

Kompetensi kewirausahaan sangat erat kaitannya dengan kemampuan

manajerial (Boyatzis, 1982 dalam Bautista et al., 2007). Kompetensi dapat

menggambarkan dengan baik atau menjadi jembatan antara karakteristik individu

wirausahawan dengan dengan kinerja wirausaha (Bautista et al., 2007). Suryana

(2003) mengemukakan bahwa kompetensi kewirausahaan langsung berpengaruh pada hasil karena wirausahawan sendiri merupakan orang yang selalu berorientasi pada hasil. Pernyataan tersebut menyiratkan bahwa karakteristik wirausahawan yang berorientasi hasil akan berpengaruh terhadap kompetensi dan juga kinerjanya. Usaha kecil sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan kepribadian pemilik usaha karena pada dasarnya pemilik usaha berperan dalam mengatur seluruh kegiatan usaha agar tercapai tujuan usaha secara efektif. Oleh karena itu prestasi total ditentukan oleh sikap dan tindakan seorang wirausaha (Meredith, 1996).

III.METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, khsusnya pada 3 wilayah utama Kabupaten Bogor yaitu wilayah Barat, wilayah Selatan, dan wilayah Utara Kabupaten

Bogor. Penentuan lokasi dilakukan secara purposive yakni berdasarkan pertimbangan

keterwakilan wilayah di Kabupaten ini. Waktu pelaksanaan penelitian berlangsung selama 5 bulan, mulai bulan Mei 2011 sampai dengan bulan Oktober 2011.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan observasi dan survey serta wawancara terhadap responden target di lokasi penelitian. Responden target adalah pelaku UKM agroindustri (UKM yang bergerak di bidang pengolahan produk-produk pertanian) yang diambil secara purposive dari 3 wilayah utama di Kabupaten Bogor (wilayah Barat, wilayah Selatan dan wilayah Utara Kabupeten Bogor).

Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber, diantaranya dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya, baik dari dalam maupun luar negeri, dan data-data


(18)

dari instansi terkait seperti Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Pertanian, Badan Pusat Statistik, serta literatur-literatur yang relevan dengan penelitian.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Pengambilan responden dalam penelitian ini menggunakan teknik judgement

sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan terlebih dahulu merumuskan kriteria-kriteria yang digunakan sebagai acuan penarikan sampel. Kriteria pelaku UKM agroindustri yang dijadikan responden adalah sebagai berikut:

1. Pelaku UKM agroindustri adalah pengelola sekaligus pemilik dari kegiatan UKM

agroindustri.

2. Kegiatan UKM agroindustri minimal telah berjalan selama 2 tahun, sehingga

dapat diperoleh perkembangan kegiatan UKM agroindustri tersebut.

3. Pelaku UKM agroindustri dinilai cukup dewasa untuk diwawancarai dan mengisi

kuisioner (17 tahun ke atas).

Dalam penelitian ini diambil sejumlah 121 responden terpilih yang diperoleh dari tiga wilayah utama di Kabupaten Bogor (wilayah Bogor Barat, Bogor Selatan, dan Bogor Utara) dalam jumlah yang sama (34 responden per wilayah). Penentuan jumlah responden ini berdasarkan referensi Firdaus dan Farid (2008), bahwa ukuran

sampel yang disarankan untuk analisis dengan menggunakan Structural Equation

Model (SEM) adalah antara 100 – 200.

3.4. Metode Analisis Data

Untuk memperoleh hasil yang menjadi jawaban dari permasalahan penelitian, maka dilakukan pengolahan data dari data yang telah terkumpul. Pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif menggunakan metode deskriptif melalui pembuatan tabulasi frekuensi sederhana berdasarkan jawaban responden. Data serta informasi mengenai karakteristik responden dikelompokkan berdasarkan jawaban responden, ditabulasikan, dan dipersentasekan. Pengolahan data

dilakukan dengan menggunakan alat bantu software komputer Microsoft Excel 2007

untuk tabulasi data, dan SPSS versi 15 untuk uji validitas dan uji reliabilitas kuisioner yang digunakan. Analisis kuantitatif dilakukan menggunakan program LISREL 8.30 untuk analisis SEM. Metode-metode yang digunakan pada penelitian ini dijelaskan berikut ini:

3.5. Metode Deskriptif

Metode deskriptif, yang dilakukan untuk mencari fakta dengan intepretasi terhadap sifat-sifat dari beberapa fenomena kelompok, dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan karakteristik kewirausahaan yang dimiliki para pelaku UKM agroindustri, dan kinerja pelaku UKM agroindustri terhadap akses pasar, kemitraan, modal dan bahan baku serta kinerja terhadap tingkat produktivitas, dan nilai tambah. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuisioner kepada responden ditabulasikan dalam kerangka tabel, kemudian data tersebut dianalisis untuk melihat hasil yang diperoleh.


(19)

Karakteristik kewirausahaan yang dianalisis bersumber dari beberapa referensi

yang relevan (Meredith, et al. 1996, dan Suryana 2003). Variabel manifest of exogen

dikelompokkan berdasarkan tiga variable laten exogen yaitu 1) variabel Karakteristik

Kewirausahaan 2) variabel Kompetensi Kewirausahaan, dan 3) variabel Kinerja Wirausaha. Karakteristik yang dikelompokkan sebagai variabel Kewirausahaan meliputi Percaya diri, Berani mengambil risiko, Inovasi, Ketekunan/Kerja keras, Semangat/Antusiasme dan Toleransi terhadap ketidakpastian. Karakteristik yang dikelompokkan sebagai variabel Kompetensi Kewirausahaan meliputi Kemampuan Manajerial, Kemampuan konseptual, Kemampuan Sosial, Kemampuan Mengambil Keputusan dan Kemampuan Mengelola Waktu. Sedangkan Karakteristik kewirausahaan yang dikelompokkan dalam variabel Demografi meliputi Umur, Jenis kelamin, Suku Bangsa, Pendidikan Formal, Pendidikan Non Formal, Pengalaman berusaha, dan Jumlah tanggungan keluarga.

Kinerja wirausaha dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Untuk variable kualitatif kinerja wirausaha terdiri dari Persepsi Keuntungan Usaha, Kemudahan memperoleh modal, Kemampuan memperoleh pengetahuan dan keterampilan, Kemampuan akses pasar, Pengakuan atas keberhasilan usaha/kinerja. Adapun variabel kuantitatif kinerja wirausaha yaitu Pendapatan (Keuntungan Usaha).

3.6. Skala Likert

Skala Likert merupakan variasi skala rating akhir yang dikembangkan oleh

Rensis Likert untuk mengukur sikap masyarakat1. Skala yang banyak digunakan

untuk pengukuran perilaku ini menggunakan ukuran ordinal sehingga dapat membuat ranking walau tidak diketahui besarnya selisih antara satu tanggapan responden dengan tanggapan responden lainnya. Pada penelitian ini skala Likert digunakan untuk menyusun skala pengukuran yang sederhana dan mudah dibuat guna mengukur karakteristik kewirausahaan. Skala rating akhir tersebut terdiri dari pernyataan yang menyatakan mengenai penilaian terhadap karakteristik kewirausahaa yang dirasakan oleh pelaku UKM agroindustri berdasarkan indikator penilaian setiap karakter. Skala Likert yang digunakan pada penelitian ini berjumlah lima skala. Pilihan lima skala tersebut atara lain, sangat tidak setuju diberi skor atau nilai satu, tidak setuju bernilai dua, cukup setuju diberi nilai tiga, setuju bernilai empat, dan sangat setuju diberi nilai lima.

3.7. Uji Reliabilitas dan Validitas

Sebelum kuesioner disebarkan kepada responden, atribut-atribut pada kuesioner tersebut diuji terlebih dahulu dengan uji validitas dan uji reliabilitas. Melalui pengujian tersebut diharapkan data yang terkumpul benar-benar dapat menggambarkan fenomena yang diukur dan agar hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Pengujian validitas bertujuan untuk

1 http://www.statistikaindonesia.org/index.php?option=com_content&view=article&id=60:skalalikert&catid=37: artikel-terbaru&Itemid=186 [20 April 2011]


(20)

mengetahui apakah masing-masing variabel atau atribut-atribut yang ditanyakan dapat dipakai sebagai alat ukur. Sedangkan reliabilitas merupakan suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama secara berulang dua kali atau lebih (Umar, 2010). Menurut Rangkuti (2003), umumnya uji validitas dan reliabilitas ini dilakukan terhadap 30 responden (di luar 100 responden yang dibutuhkan dalam penelitian). Namun pada penelitian ini uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada 40 responden yang juga merupakan responden pada penelitian ini.

Berbagai atribut yang digunakan ditentukan sesuai literatur menurut Zeithaml et

al. (1990) dan disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Terdapat sebanyak 25 atribut

pertanyaan yang mewakili tiga dimensi yakni 6 atribut untuk dimensi karakteristik, 14 atribut untuk dimensi kompetensi dan 25 atribut untuk dimensi kinerja kewirausahaan Masing-masing atribut direpresentasikan dalam beberapa butir pertanyaan, sehingga jumlah pertanyaan sebanyak 85 butir (Selengkapnya disajikan pada Lampiran 1).

Pada penelitian ini digunakan teknik pengukuran reliabilitas dengan teknik

Cronbach Alpha, yakni metode perhitungan reliabilitas yang dikembangkan oleh

Cronbach. Koefisien Cronbach’s Alpha merupakan koefisien reliabilitas yang paling

umum digunakan untuk mengevaluasi internal consistency. Koefisien reliabilitas yang

dianggap baik adalah yang memiliki nilai lebih besar dari 0,7. Sedangkan

Atribut-atribut yang memiliki validitas terlihat dari nilai rhitung yang lebih besar dari rtabel

product moment yakni sebesar 0,305. Pada tabel ditunjukkan oleh nilai pada kolom

corrected item total correlation. Dari 85 butir pertanyaan terdapat 13 atribut yang tidak valid dan satu atribut laten untuk akses terhadap modal dihilangkan karena seluruh indikator pertanyaan yang merepresentasikan akses modal tidak valid sehingga hanya terdapat 24 variabel. Dari semua atribut yang valid tersebut keseluruhan butir pertanyaan dinyatakan sangat reliabel yang ditunjukkan oleh nilai cronbach’s alpha yang lebih besar dari 0,9.

3.8. Analisis Structural Equation Modelling (SEM)

Model analisis Structural Equation Modelling (SEM) merupakan model yang

menggambarkan hubungan antara peubah atau variabel laten yang tidak dapat diukur secara langsung dengan berbagai peubah atau variabel manifenya. Analisis SEM

disebut sebagai confirmatory factor analysis karena analisis SEM lebih banyak

bersifat confirmatory. Maksudnya model SEM yang digunakan telah disusun

sebelumnya dan lebih bersifat teoritis serta apakah sesuai dengan data yang diperoleh

daripada exploratory (mencari model yang sesuai dengan data) meskipun analisis

SEM terkadang melibatkan teknik-teknik eksplorasi di dalamnya.SEM sering disebut

juga sebagai LISREL (Analysis Linear Structural Relationship) karena LISREL

merupakan salah satu perangkat lunak yang paling sering dipakai dalam mengestimasi model SEM (Firdaus dan Farid, 2008).


(21)

3.9. Spesifikasi Model

Sebelum melakukan analisis SEM, terlebih dahulu dilakukan pembobotan nilai

untuk menentukan nilai variabel laten (latent variable scores) dari masing-masing

variabel yang berjumlah 24. Hal tersebut dilakukan karena jumlah responden yang tidak memadai jika dibandingkan dengan butir pertanyaan (variabel indikator/ manifes) yang berjumlah 70 butir, sehingga tidak memenuhi syarat untuk dilakukan analisis SEM secara langsung.

Nilai variabel laten (latent variable scores) diperoleh dari perhitungan dengan

menggunakan metode PCA (principles component analysis) dengan menggunakan

software MINITAB. Adapun langkah-langkah untuk mendapatkan latent variable

scores adalah sebagai berikut: (1) memasukkan nilai-nilai indikator yang mewakili variabel laten tertentu pada MINITAB; (2) melakukan analisis komponen utama (PCA) sehingga diperoleh nilai komponen utama untuk variabel laten; (3) setelah semua variabel laten memeproleh nilai komponen utama maka nilai tersebut selanjutnya digunakan untuk melakukan analisis SEM dengan program LISREL 8.30. Oleh karena itu diagram lintas model SEM digambarkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram Lintas Model SEM Pengaruh Karakteristik dan Kompetensi Kewirausahaan terhadap Kinerja Wirausaha

Percaya Diri

Keuangan Tugas &Hasil

Informasi Produksi Pemasaran

Risk Taking Inovatif

SDM

Tekun Antusias Toleransi thd

Ketidakpastian Kepemimpinan

Visioner komunikasi

kerjasama konsultasi Rumusan masalah

keputusan

Praise

Profit Akses Akses Pasar

Pengetahuan

waktu

Kinerja Karakteristik


(22)

Model SEM yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel laten eksogen 24 variabel manifest yang memiliki nilai variabel laten berdasarkan hasil perhitungan PCA dan variabel laten endogen. Model SEM yang dibentuk adalah

model hybrid atau full SEM model dimana model hybrid merupakan model gabungan

antara model struktural dan model pengukuran. Model struktural merupakan model yang menggambarkan hubungan-hubungan yang ada di antara variabel-variabel laten baik variabel laten endogen dan variabel laten eksogen. Sedangkan model pengukuran menunjukkan hubungan antara variabel indikator dengan variabel laten atau seberapa kuat variabel indikator mampu mengukur setiap variabel laten baik eksogen maupun endogen, dan pada penelitian ini model pengukuran yang diterapkan adalah model pengukuran kon-generik dimana setiap variabel teramati hanya berhubungan dengan satu variabel laten, sehingga pemahaman terhadap hubungan antar variabel pada model lebih mudah. Pembentukan variabel pada model SEM berdasarkan studi pustaka yang tersaji pada Tinjauan Pustaka.

Berdasarkan diagram lintas model SEM tersebut, dapat dihipotesiskan bahwa: (1) dimensi karakteristik (psikologis) kewirausahaan berpengaruh terhadap dimensi kompetensi kewirausahaan; (2) dimensi karakteristik dan kompetensi kewirausahaan berpengaruh terhadap dimensi kinerja kewirausahaan.

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan mengenai karakteristik, kompetensi dan kinerja wirausaha para pelaku wirausaha yang bergerak di bidang agroindustri makanan dan minuman. Di samping itu, dibahas juga hubungan antara variabel-variabel pembentuk karakteristik kewirausahaan dengan kompetensi wirausaha serta pengaruh katarkeristik kewirausahaan dan kompetensi wirausaha terhadap kinerja wirausaha.

4.1. Karakteristik Responden

Responden penelitian berjumlah 121 orang. Dari jumlah responden tersebut, terdapat beberapa karakteristik yang menonjol, yaitu jenis kelamin didominasi oleh laki-laki (71,07 persen), usia lebih dari 40 tahun sebesar 57,02 persen, tingkat pendidikan terbanyak adalah SMP (32,23 persen), pekerjaan utama berewirausaha (89,25), namun ada pula ibu rumahtangga yang juga memiliki fungsi ganda sebagai pelaku usaha disam[ing ada juga PNS dan pegawai swasta, lama menjalankan usaha 6-10 tahun memiliki persentase terbesar yaitu 23,00 persen, bentuk usaha perseorangan sebesar 95,87 persen, jumlah tenaga kerja antara 1-5 orang sebesar 75,21 persen, memiliki jumlah tenaga kerja sebanyak 1-5 orang sebesar 75,21 persen, pemiliki usaha berstatus telah menikah sebaesar 92,56 persen, omzat rata-rata 64 juta rupiah per tahun, dan modal awal rata-rata 43 juta rupiah, pelaku usaha dengan sumber modal berasal dari modal sendiri sebanyak 85,95 persen dan dari modal pinjaman 11,57 persen. Data karakteristik responden secara lengkap disajikan pada Tabel 1.


(23)

Tabel 1. Karakteristik Responden Penelitian

Karakteristik Jumlah (Orang) Persentase (%)

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 86 35 71,07 28,93 Usia

21 – 30 tahun <40 tahun >40 tahun 17 35 59 14,05 28,93 57,02 Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMU DIPLOMA SARJANA 1 27 31 39 6 17 14,05 4,96 32,23 25,62 22,31 0,47 Pekerjaan Utama Ibu rumahtangga Wirausaha Pensiunan PNS Pegawai swasta 11 107 1 1 1 9,09 89,25 0,83 0,83 0,83 Lama Menjalankan Usaha

1 – 5 tahun 6 – 10 tahun 11 – 15 tahun 16 – 20 tahun >20 tahun 60 28 13 5 15 50 23,00 11,00 4,00 12,00 Bentuk Usaha Perseorangan CV Kelompok/Koperasi 116 4 1 95,87 3,31 0,82 Jumlah Tenaga Kerja

1 – 5 orang 6 – 10 orang 10 – 15 orang >15 orang 91 18 4 8 75,21 14,87 3,31 6,61 Status perkawinan Menikah Belum menikah 112 11 92,56 7,44

Omzet Rata-rata 64 juta

Modal Awal Rata-rata 43 juta

Sumber modal Sendiri

Sendiri dan pinjaman Sendiri dan Hibah Hibah 104 14 2 1 85,95 11,57 8,27 1,65


(24)

4.2. Karakteristik Kewirausahaan

Karakteristik kewirausahaan yang dikaji merupakan karakteristik psikologis kewirausahaan (yang mencerminkan watak dan sikap wirausaha) yang paling banyak dikaji pada berbagai penelitian. Karakteristik psikologis tersebut meliputi percaya diri (self-confidence), Keberanian mengambil risiko (propensity to take risks), inovatif (innovativeness), ketekunan/ kerja keras (hard working), Semangat (enthusiasm),

toleransi terhadap ketidakpastian (tolerance for ambiguity). Keenam karakteristik

kewirausahaan tersebut idealnya dimiliki oleh setiap pelaku wirausaha sehingga membentuk karakteristik personal/psikologis seorang wirausaha yang positif. Hal

tersebut karena sesunggunya personality/karakter personal seseorang yang dimiliki

dapat mencerminkan keunikan nilai, sikap dan kebutuhan serta keinginan individu tersebut. Artinya, jika seseorang memiliki karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha maka seseorang tersebut berpotensi untuk menjadi wirausahawan yang baik. Gambar 2 menyajikan data mengenai sebaran penilaian pelaku usaha agroindustri Kabupaten Bogor terhadap karakteristik kewirausahaan.

Berdasarkan Gambar 2 diketahui bahwa sebagian besar pelaku usaha agroindustri di Kabupaten Bogor setuju bahwa mereka memiliki tingkat kepercayaan diri yang baik. Hal tersebut diindikasikan oleh kecenderungan sebagian besar responden untuk menilai segala sesuatu secara objektif (sebesar 80% responden), keberanian tampil dan berbicara di depan umum (sebanyak 61%) dan percaya bahwa segala sesuatu pasti ada jalan keluarnya (92%). Sebagian besar responden juga berpendapat bahwa mereka cukup berani mengambil risiko. Hal tersebut tercermin dari penilaian sebagian besar responden mengenai beberapa aspek keberanian mengambil risiko, yaitu persepsi responden bahwa orang yang berani mengambil risiko cenderung lebih berhasil (81%), sikap selalu memperhitungkan risiko dari semua tindakan (93%), kesenangan mencoba-coba hal baru dalam suatu pekerjaan (79%) dan kesiapan dalam menanggung risiko atas segala keputusan yang diambil (92%). Namun keberanian mengambil risiko dari setiap tindakan yang diambil tidak serta-merta mencerminkan kesukaan responden tersebut terhadap kegiatan fisik/olahraga yang menantang atau memerlukan keberanian. Hal tersebut ditunjukkan oleh sebagian besar responden yang tidak menyukai jenis olahraga yang menuntut keberanian tersebut yakni sebesar 68 persen.


(25)

Gambar 2. Sebaran Penilaian Responden terhadap Karakteristik Kewirausahaan

Sebagian besar responden memiliki karakteristik inovatif atau keinginan untuk selalu melakukan inovasi baru dalam setiap pekerjaan yang ditekuninya. Hal tersebut tercermin dari penilaian sebagian besar responden (64%) bahwa mereka selalu memandang masalah dari sudut pandang yang berbeda dengan orang-orang pada umumnya. Karakteristik inovatif juga ditunjukkan oleh penilaian sebagian besar responden (88%) bahwa perbedaan adalah sumber untuk menambah nilai yang lebih baik. Sebagian besar responden (81%) juga selalu berusaha menuangkan imajinasinya dalam pekerjaan serta terdapat keinginan responden (69%) untuk senantiasa menghasilkan produk yang berbeda dengan yang ada di pasaran saat ini. Namun bagi sebagian besar responden (74%) bahwa gagasan-gagasan yang baru/ berbeda tersebut bersumber dari gagasan-gagasan orang lain yang sudah ada. Hal tersebut sejalan dengan temuan bahwa sebagian besar responden (74%) yang selalu ingin menjadi pelopor terhadap produk yang dihasilkan baik dalam produksi maupun pemasaran. Namun demikian, karakteristik inovatif dari sebagian besar responden tersebut masih dalam tataran modifikasi dari gagasan yang telah ada sebelumnya dan belum ide/ gagasan yang bersifat invensi (atau penemuan baru). Hal tersebut juga didukung oleh temuan bahwa tidak mudah bagi sebagian (46%) responden untuk menemukan gagasan-gagasan baru mengenai usaha yang dijalankan.

Ketekunan dan kerja keras merupakan salah satu karakteristik kewirausahaan yang sangat penting. Tanpa ketekunan dan kerja keras ide inovatif secemerlang apapun tidak bisa diwujudkan dengan baik. Namun demikian temuan menunjukkan bahwa sebagian besar responden (51%) masih percaya terhadap faktor keberuntungan dalam berusaha meskipun sebagian besar responden (92%) berpendapat bahwa

70% 48%

56% 28%

60%

75%58%68%

53%

72%72% 57%

60% 60% 48% 45% 64% 58%69%66% 71% 70% 55% 10% 13% 42% 4%

21% 18% 21% 24%11% 16% 9% 19%9% 14% 6%

4%

28% 33%26%30%16%26%

6% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

X13 X15 X16 X21 X22 X23 X24 X25 X31 X32 X33 X34 X35 X36 X37 X41 X44 X45 X51 X52 X54 X62 X63

Percaya Diri Risk Taking Inovatif Ketekunan Antusiasme T K


(26)

mereka tidak akan menyerah oleh keadaan apapun dan sebagian besar responden (91%) juga bahwa mereka tidak akan menyerah oleh keadaan. Sikap ketekunan sejalan dengan sikap antusias atau semangat yang ditunjukkan seseorang, karena tanpa semangat yang tinggi sangat susah bagi seseorang untuk tekun dalam berusaha. Temuan juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden (lebih dari 80%) menyatakan bahwa mereka menekuni bisnis dan mencintai bisnis yang dijalani tersebut serta memiliki semangat untuk menjalani bisnis sehingga responden tersebut beranggapan bahwa orang lain juga memiliki penilaian yang sama. Antusiasme yang tinggi dapat mengarah kepada ambisi yang berlebihan sehingga dapat berdampak negatif misalnya menghalalkan segala cara untuk memperoleh yang diinginkan dan

jika tidak tercapai dapat berdampak pada tingkat stress yang buruk. Oleh karena itu

wirausahawan yang ideal adalah yang memiliki semangat yang positif dan tetap optimis namun juga diimbangi oleh sikap rasional terhadap ketidakpastian situasi. Temuan menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendapat bahwa (96%) berpendapat bahwa mereka harus siap terhadap kemungkinan kejadian di masa mendatang. Toleransi terhadap ketidakpastian juga ditunjukkan oleh sebagian besar responden (61%) yang terkadang menunda tujuan jika ditemukan hambatan-hambatan.

4.3. Kompetensi Kewirausahaan

Keberhasilan wirausaha tidak hanya ditentukan oleh karakteristik personal/ psikologis wirausahawan namun juga kompetensi dasar yang dimiliki oleh wirausahawan tersebut. Terdapat perbedaan antara karakteristik personal wirausaha dimana kompetensi wirausaha lebih tidak hanya merefleksikan sikap namun kemampuan atau pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki wirausaha dengan menekankan kepada kemampuan kerja sesuai denganstandar yang diharapkan. Sehingga kompetensi seseorang dapat membuat seseorang yang memiliki kompetensi (kemampuan) lebih berbeda dengan orang yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Terdapat lima dimensi kompetensi dasar wirausaha yakni (1) kemampuan manajerial (mengelola sistem informasi bisnis, mengelola produksi, pemasaran, SDM dan Keuangan); (2) kemampuan konseptual (berorientasi tugas dan hasil, kemampuan memimpin dan berorientasi masa depan); (3) Kemampuan Sosial (kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkonsultasi dengan para ahli); (4) Kemampuan mengambil keputusan (merumuskan masalah dan mengambil keputusan) dan (5) Kemampuan mengelola waktu.


(27)

Gambar 3. Sebaran Responden Berdasarkan Penilaian Terhadap Kemampuan Manajerial

Gambar 3 menunjukkan sebaran penilaian responden mengenai kompetensi wirausaha berdasarkan aspek kemampuan manajerial. Secara keseluruhan, sebagian besar responden (lebih dari 70%) memiliki kemampuan manajerial yang baik. Namun demikian terdapat beberapa aspek manajerial yang tidak dikuasai dengan baik oleh sebagian besar responden. Sebagai contoh, kemampuan pengelolaan produksi masih dilakukan dengan teknologi yang sederhana, hal tersebut karena hanya 38 persen responden yang menggunakan teknologi terbaru dalam proses produksinya. Pada aspek pengelolaan keuangan, hanya sebagian responden atau sekitar 48 responden saja yang mengakui mampu membuat laporan keuangan sesuai dengan standar laporan keuangan meskipun masih sederhana sederhana sehingga masih terdapat kesulitan untuk mengatur pengalokasian keuangan yang efisien.

Jika dilihat dari aspek kemampuan konseptual, terdapat kelemahan dalam

terutama dalam hal kemampuan memimpin (leadership). Hal tersebut ditunjukkan

oleh hanya sebagian kecil responden atau sekitar 26 persen yang selalu ingin memiliki kekuasaan terhadap orang lain. Namun hal tersebut dapat diduga karena sebagian besar responden memaknai ‘berkuasa terhadap orang lain’ secara negatif bukan berkonotasi memimpin namun lebih kapada ‘menguasai’. Demikian halnya dengan keberanian untuk tampil beda dan menonjol dibandingkan orang lain hanya dimiliki oleh hanya sekitar 37 persen responden. Meskipun demikian kegiatan usaha yang dijalankan oleh sebagian besar wirausawaan senantiasa berorientasi terhadap hasil yakni kegiatan dilakukan untuk memperoleh keuntungan. Oleh karena itu demi

62% 79%

70%

33%

79%

71%

64%

78%

38%

55%

13% 7% 15% 5% 11% 21% 6% 9% 10% 7%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Y11 Y21 Y22 Y23 Y31 Y32 Y33 Y41 Y51 Y52

Informasi Produksi Marketing SDM Keuangan


(28)

terwujudnya tujuan atau hasil yang diharapkan sebagian besar responden telah menetapkan visi, misi dan tujuan usahanya.

Gambar 4. Sebaran Penilaian Responden Terhadap Kemampuan Konseptual

Ditinjau dari aspek kemampuan sosial mengambil keputusan dan mengelola waktu, terdapat beberapa aspek yang dinilai responden masih sulit untuk diwujudkan yakni kemampuan sosial dalam hal berkonsultasi dan kemampuan mengelola waktu. Sebagian besar responden (52%) masih merasa segan untuk berkonsultasi bisnis dengan para ahli. Hal tersebut dapat diduga berkaitan dengan ketidaktahuan sebagian responden mengenai pihak-pihak mana saja yang dapat membantu memecahkan masalah bisnis yang dihadapi jika tidak dapat dipecahkan sendiri. Sebagian responden mengakui bahwa tidak mudah mengelola waktu hal tersebut didukung oleh fakta bahwa hanya sekitar 30 persen responden saja yang menyusun dan menggunakan jadwal kerja untuk menunjang kelancaran dan ketepatan waktu dari aktivitas bisnis yang dijalani.

76% 65% 70% 56%

22%

69% 33%

67% 62% 45% 53%

48% 55% 51%

5% 7% 9% 11% 4% 10% 4% 9% 6% 13% 8% 9% 6% 11%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Y61 Y62 Y63 Y64 Y71 Y72 Y73 Y74 Y75 Y76 Y81 Y82 Y83 Y84

Berorientasi Hasil Leardership Visioner


(29)

Gambar 5. Sebaran Penilaian Responden Menganai Kemampuan Sosial, Pengambilan Keputusan dan Pengelolaan Waktu

4.4. Kinerja Kewirausahaan

Kinerja kewirausahaan merefleksikan capaian wirausaha dalam menjalankan bisnisnya yang dapat membedakan antara wirausaha yang berhasil dan belum berhasil. Kinerja wirausaha tidak hanya diukur dari nilai profit yang diperoleh, namun didukung dengan ukuran-ukuran keberhasilan yang lain antara lain pengetahuan, akses pasar dan pengakuan (penghargaan) dari pihak lain.

Jika dilihat dari kemampuan memperoleh omzet (pendapatan penjualan), sebagian besar responden (75%) mengakui bahwa usahanya telah mengalami pertumbuhan penjualan setiap tahunnya. Namun demikian hanya sekitar 35 persen responden yang telah berhasil memperluas usaha melalui pembukaan cabang usaha di lokasi yang berbeda maupun yang telah melakukan diversifikasi usaha. Ditinjau dari kemudahan dalam memperoleh akses pengetahuan dan keterampilan, hanya sebagian responden (48%) yang memperoleh kemudahan dalam mengikuti berbagai seminar dan pelatihan. Demikian halnya dengan akses pasar, hanya sebagian kecil responden (43%) yang memiliki kemudahan dalam mengikuti bazaar dan pameran wirausaha serta bentuk akses pasar yang lainnya. Pengakuan atas keberhasilan usaha dalam bentuk penghargaan juga hanya diperoleh oleh sebagian kecil responden (33%). Dengan demikian berdasarkan beberapa aspek kinerja wirausaha, kinerja wirausaha dari sebagian besar responden belum cukup optimal. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh berbagai faktor antarai lain sikap/watak (karakteristik) kewirausahaan dan kompetensi wirausaha yang belum optimal dikembangkan. Oleh karena itu pada sub

67% 65% 50%

75% 77% 69%

72% 81% 78%

38% 45%

80% 79% 80% 72% 76% 56%

26%

9% 9% 9% 9% 9% 6%

20% 13% 12% 10% 9% 7% 8% 8%

3% 4%

13% 4%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Y71 Y72 Y73 Y74 Y81 Y82 Y83 Y84 Y85 Y91 Y92 Y101 Y102 Y111 Y112 Y113 Y121 Y122

Komunikasi Kerjasama Konsultasi Rumusan

Masalah

Keputusan Waktu


(30)

bab selanjutnya akan diuraikan mengenai pengaruh karakteristik kewirausahaan dan kompetensi wirausaha terhadap kinerja wirausaha.

Gambar 6. Sebaran penilaian Responden terhadap Beberapa Aspek Kinerja Wirausaha

4.5. Pengaruh Karakteristik dan Kompetensi Kewirausahaan terhadap Kinerja Wirausaha

4.5.1.Identifikasi Model

Identifikasi model bertujuan untuk mengetahui kategori suatu model agar dapat dilakukan pendugaan-pendugaan/ uji lebih lanjut. Kategori yang dikehendaki adalah

overidentified. Suatu model dapat diduga apabila besarnya derajat bebas model lebih

dari atau sama dengan nol. Dalam penelitian ini, nilai hasil uji degree of freedom

model sebesar 221. Derajat bebas yang bernilai positif menunjukkan model tergolong

ke dalam kategori overidentified. Hal tersebut berarti model yang dibangun

merupakan model dengan jumlah parameter yang diestimasi lebih kecil dari jumlah data yang diketahui atau terdapat berbagai kemungkinan dugaan bagi parameter-parameternya.

4.5.2.Estimasi Model

Tahap estimasi dilakukan untuk memperoleh nilai atau koefisien yang terdapat

dalam model. Metode estimasi yang digunakan yaitu Unweighted Least Squares.

Hasil SEM yang telah diestimasi dalam hasil estimasi berupa standardized solution

yang dapat dilihat pada diagram lintas hasil pengolahan menggunakan program

LISREL 8.30 berikut. Hasil estimasi standardized solution digunakan untuk

mengetahui tingkat keeratan hubungan antar variabel yang terdapat dalam model.

Melalui model pengukuran dapat diketahui nilai muatan faktor (factor loading) yang

merefleksikan seberapa kuat variabel indikator mengukur setiap variabel laten

65%

30%

40% 38% 29%

10% 5% 8% 5% 4%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Y131 Y134 Y151 Y161 Y171

Profit knowledge Market Access Praise


(31)

endogen dan eksogen. Sedangkan melalui model struktural dapat diketahui besaran koefisien gamma dan beta yang menunjukkan keeratan hubungan antar variabel laten.

STANDARDIZED KOEFISIEN

Gambar 7. Diagram Lintas Model SEM Karakteristik, Kompetensi dan Kinerja Kewirausahaan berdasarkan Standardized Solution

4.5.3. Uji Kesesuaian Model

Model yang telah diestimasi harus diuji kecocokan atau tingkat kebaikannya

dalam menggambarkan model structural maupun model pengukuran. Dalam model

SEM, uji kesesuaian model tidak bisa ditentukan oleh hanya satu kriteria kesesuaian. Terdapat beberapa ukuran kecocokan yang dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa model secara keseluruhan sudah baik yang disajikan dalam Tabel 2.

Dari semua kriteria kesesuaian model yang digunakan iperoleh hasil bahwa

model berada pada kategori good fit atau telah sesuai untuk menggambarkan data

empiric sehingga tiakperlu dilakukan respeksifikasi model. Nilai hasil uji RMSEA (Root Means Square Error of Approximation) model yang digunakan untuk mengukur penyimpangan nilai parameter pada suatu model dengan matriks kovarian populasinya sebesar yaitu 0,000. Nilai RMSEA ini sesuai dengan nilai yang disarankan untuk

model fit yaitu ≤ 0,08. Nilai RMSEA mengindikasikan adanya model fit. Nilai GFI

(Goodness of Fit Index) merupakan suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar model mampu menerangkan keragaman data dan harus berkisar antara 0 sampai 1.


(32)

nilai GFI ≥ 0,90 menunjukkan adanya model fit. Nilai CFI (Comparative Fit Index) model sebesar 0,90. Nilai CFI tersebut telah memenuhi persyaratan dengan kategori

good fit. Dari hasil uji juga diperoleh bahwa nilai P-value model ini sebesar 0,935 atau lebih besar dari nilai minimum yang disarankan yaitu > 0,05 sehingga model dapat menjelaskan data secara komprehensif. P adalah probabilitas untuk memperoleh penyimpangan (deviasi) besar dari data empiris yang diperoleh dengan teori yang

telah dibangun berdasarkan teori SEM. Oleh karena itu, nilai P yang diharapkan

adalah lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa data empiris telah identik dengan teori atau model.

Tabel 2. Hasil Kriteria Kesesuaian Model SEM

Goodness-of-Fit Cutt-off-Value Hasil keterangan

Chi-square Kecil 189,93 Good Fit

Significance Probability (P-value) ൒ 0,05 0,93590 Good Fit

RMR (Root Mean Square Residual) ൑ 0,05 atau ൑ 0,1 0,067 Good Fit

RMSEA (Root Mean square Error of

Approximation)

൑ 0,08 0,0000 Good Fit

GFI (Goodness of Fit) ൒ 0,90 0,96 Good Fit

AGFI (Adjusted Goodness of Fit

Index)

൒ 0,90 0,95 Good Fit

CFI (Comparative Fit Index) ൒ 0,90 1,00 Good Fit

4.5.4.Hubungan antar Variabel Structural Equation Model

Koefisien hasil estimasi model (Gambar 7) menunjukkan hubungan antar variabel yang diinterpretasikan untuk menggambarkan keeratan hubungan suatu variabel dengan variabel lainnya. Seangkan signifikansi pengaruh masing-masing variabel terhadap variabel lainnya. Berdasarkan nilai uji-T pada diagram lintasan yang telah direspesifikasi, hubungan antar variabel tersebut lebih mudah untuk

diinterpretasikan. Jika nilai Thitung > Ttabel dengan (α) 0,05 (Ttabel= 1,96), berarti suatu

variabel berpengaruh nyata atau signifikan terhadap variabel lainnya.

4.5.5.Dimensi Karakteristik Kewirausahaan

Karakteristik (psikologis) kewirausahaan dibentuk (dimanifestasikan) oleh enam atribut utama yakni kepercayan diri, keberanian mengambil risiko, keinovasian, ketekunan, antusiasme, dan toreransi terhadap ketidakpastian. Temuan menunjukkan dari keenam atribut tersebut hanya toreransi terhadap ketidakpastian yang tidak berpengaruh terhadap membentukan karakteristik kewirausahaan pada wirausahawan agroindustri di Kabupaten Bogor. Sementara, atribut keberanian mengambil risiko serta keinovasian justru berkontribusi negatif dan signifikan terhadap pembentukan karakteristik kewirausahaan. Padahal secara teori seseorang wirausahawan yang berkarakter wirausaha mampu berinovasi dan mampu mengambil risiko. Temuan tersebut mengindikasikan bahwa wirausahawan agroindustri dengan keseluruhan


(33)

karakteristik kewirausahaan yang baik justru masih lemah dalam hal keberanian mengambil risiko dan kemampuan berinovasi. Hal tersebut terbukti dari jawaban responden yang masih takut dengan tantangan misalnya kegiatan fisik yang membutuhkan keberanian. Wirausaha agroindustri juga masih kesulitan dalam menemukan ide-ide atau gagasan baru, karena usaha mereka cenderung diilhami atau mengikutiusaha yang sudah ada saat ini. Namun demikian, kepercayaan diri, ketekunan dan antusiasme merupakan atribut pembentuk karakteristik kewirausahaan yang secara nyata berpengaruh positif. Namun demikian kepercayaan diri merupakan modal paling besar bagi pelaku usaha agroindustri untuk melakukan kegiatan wirausaha dan paling signifikan dalam mencerminkan karakteristik seorang wirausahawan.

Gambar 8. Hubungan antar Variabel-variabel Karakteristik, Kompetensi Kinerja Kewirausahaan

4.5.6. Dimensi Kompetensi Kewirausahaan

Kompetensi kewirausahaan mencerminkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan yang relatif dapat dipelajari dan ditingkatkan serta relatif dapat lebih mudah diamati atau dinilai dengan ukuran-ukuran tertentu jika dibandingkan dengan karakteristik yang bersifat psikologis. Terdapat lima aspek kompetensi kewirausahaan yang diobservasi (kemampuan manajerial, konseptual, sosial, kemampuan mengambil keputusan dan mengelola waktu). Namun untuk lebih mempertajam pengukuran, kelima aspek tersebut dijabarkan dalam berbagai atribut (14 atribut) kompetensi. Dari semua atribut kemampuan manajerial hanya kemampuan berproduksi yang


(34)

berkontribusi negatif dan signifikan terhadap dimensi kompetensi wirausaha. Hal tersebut dikarenakan meskipun responden relatif menguasai proses produksi yang sekarang dijalankan namun responden tidak menguasai dan menerapkan teknologi yang lebih baru dalam menjalankan usahanya. Kemampuan konseptual dari juga tidak dapat menggambarkan dengan semestinya kompetensi wirausaha karena masih lemahnya beberapa indikator kemampuan memimpin dan merumuskan visi oleh wirausahawan. Hal lain adalah kemampuan berkomunikasi yang masih lemah dan cenderung negatif dalam membentuk kompetensi wirausaha.

Tabel 3. Koefisien Pengaruh dan Signifikansi Variabel Karakteristik, Kompetensi dan Kinerja Wirausaha

Pengaruh Loading Factor T-Hitung Keterangan

Percaya Diri

Karakter

0,75 14,48 Signifikan

Risiko -0,63 -12,19 Signifikan

Inovasi -0,66 -12,14 Signifikan

Ketekunan 0,26 5,46 Signifikan

Antusiasme 0,37 7,61 Signifikan

Toreransi 0,00 0,09 Tidak Signifikan

Karakter

Kompeten

0,78 21,86 Signifikan

Informasi 0,48 20,88 Signifikan

Produksi -0,52 -4,53 Signifikan

Pemasaran 0,51 4,56 Signifikan

SDM 0,31 3,36 Signifikan

Keuangan 0,48 4,26 Signifikan

Hasil 0,62 4,90 Signifikan

Kepemimpinan -0,57 -4,67 Signifikan

Visioner -0,58 -4,81 Signifikan

Komunikasi -0,46 -4,23 Signifikan

Kerjasama 0,52 4,41 Signifikan

Konsultasi 0,54 4,45 Signifikan

Masalah 0,59 4,53 Signifikan

Keputusan -0,60 -4,53 Signifikan

Waktu 0,54 4,61 Signifikan

Karakter

Kinerja

0,25 2,01 Signifikan

Kompeten -0,90 -3,27 Signifikan

Omzet 0,69 11,51 Signifikan

Knowledge -0,81 -7,19 Signifikan

Akses -0,79 -6,54 Signifikan

Praise -0,59 -5,96 Signifikan

4.5.7.Pengaruh Karakteristik dan Kompetensi Kewirausahaan terhadap Kinerja Wirausaha

Kinerja wirausaha digambarkan dengan ukuran yang tangible maupun yang

intangible. Pertumbuhan omzet (pendapatan penjualan) menjadi ukuran yang lebih mudah untuk digambarkan dan dikemukakan secara akurat oleh responden dibandingkan dengan menggambarkan pertumbuhan profit (keuntungan bersih) karena harus diperhitungkan dengan data dan pembukuan yang akurat. Selain pertumbuhan pendapatan penjualan, kemudahan memperoleh akses terhadap sumber-sumber pengetahuan dan keterampilan juga merupakan keberhasilan wirausaha yang


(35)

sifatnya tangible. Kemudahan memperoleh akses pasar juga merupakan ukuran keberhasilan yang menunjang kegiatan wiausaha. Ukuran yang menunjukkan pengakuan umum atas keberhasilan usahanya juga dapat diketahui dari perolehan penghargaan atau pengakuan secara formal maupun informal dari suatu organisasi/ badan tertentu. Namun demikian ketiga faktor intangible tersebut sesungguhnya merupakan penunjang dari kinerja utama yakni pertumbuhan omzet usaha. Dari keempat atribut kinerja tersebut, hanya atribut omzet usaha yang dapat dijadikan ukuran keberhasilan/ kinerja wirausaha agroindustri di Kabupaten Bogor.

Berdasarkan temuan diperoleh bahwa karakteristik (psikologis) kewirausahaan berpengaruh secara nyata dan positif terhadap kompetensi kewirausahaan maupun kinerja wirausaha. Hal tersebut menunjukkan pentingnya membangun karakteristik kewirausahaan karena karakteristik tersebut sangat menentukan keberhasilan usaha dan mempermudah untuk meningkatkan kompetensi kewirausahaan. Namun demikian karakteristik kewirausahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja wirausaha. Hal tersebut mengandung arti bahwa saat kompetensi kewirausahaannya baik tidak secara otomatis meningkatkan kinerja wirausaha namun malah kinerjanya sedang menurun. Sebaliknya, pada saat kinerja usahanya menaik, sesungguhnya kompetensi yang dimiliki masih sangat rendah. Hal tersebut sesuai dengan temuan beberapa studi bahwa kompetensi dapat berpengaruh positif maupun negatif terhadap

kesuksesan seseorang wirausahawan dalam menjalankan bisnisnya (Rose et al., 2006).

Hal tersebut karena kinerja tidak hanya ditentukan oleh kompetensi kewirausahaan namun karakteristik psikologis kewirausahaan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

1. Karakteristik kewirausahaan responden menunjukkan bahwa sebagian besar

pelaku usaha agroindustri di Kabupaten Bogor setuju bahwa mereka memiliki tingkat kepercayaan diri yang baik. Sebagian besar responden memiliki karakteristik inovatif atau keinginan untuk selalu melakukan inovasi baru dalam setiap pekerjaan yang ditekuninya. Namun demikian, karakteristik inovatif dari sebagian besar responden tersebut masih dalam tataran modifikasi dari gagasan yang telah ada sebelumnya dan belum ide/ gagasan yang bersifat invensi (atau penemuan baru). Sebagian besar responden (lebih dari 80%) menyatakan bahwa mereka menekuni bisnis dan mencintai bisnis yang dijalani tersebut serta memiliki semangat untuk menjalani bisnis sehingga responden tersebut beranggapan bahwa orang lain juga memiliki penilaian yang sama.

2. Kinerja kewirausahaan kinerja wirausaha dari sebagian besar responden belum

cukup optimal. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh berbagai faktor antarai lain sikap/ watak (karakteristik) kewirausahaan dan kompetensi wirausaha yang belum optimal dikembangkan. Pengaruh karakteristik kewirausahaan dan kompetensi wirausaha terhadap kinerja wirausaha menunjukkan bahwa karakteristik


(36)

(psikologis) kewirausahaan berpengaruh secara nyata dan positif terhadap kompetensi kewirausahaan maupun kinerja wirausaha. Hal tersebut menunjukkan pentingnya membangun karakteristik kewirausahaan karena karakteristik tersebut sangat menentukan keberhasilan usaha dan mempermudah untuk meningkatkan kompetensi kewirausahaan. Namun demikian karakteristik kewirausahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja wirausaha. Hal tersebut mengandung arti bahwa saat kompetensi kewirausahaannya baik tidak secara otomatis meningkatkan kinerja wirausaha namun malah kinerjanya sedang menurun.

5.2. Saran

1. Pembentukan karakteristik kewirausahaan bukan hal yang mudah meskipun

sangat nyata ditunjukkan bahwa karakteristik kewirausahaan berperan dalam memudahkan seseorang untuk mengasah kompetensinya dan meningkatkan kinerja usahanya. Oleh karena itu perlu dibudayakan karakteristik-karakteristik kewirausahaan tersebut dalam semua aspek kehidupan. Kepada pelaku usaha agroindustri yang masih lemah dalam keberanian mengambil risiko dan keinovasian, perlu diberikan motivasi melalui berbagai program-program pelatihan, seminar dan bahkan perlombaan wirausaha.

2. Indikator-indikator pertanyaan yang kurang atau terlalu spesifik dapat

menyulitkan responden untuk menjawab dengan konsisten, sehingga dapat mengakibatkan ketidaksesuaian hasil dengan pendugaan awal. Oleh karena itu pengembangan kuesioner yang lebih terstandar sangat diperlukan.

3. Harus ada studi lanjutan yang tidak hanya menganalisis hubungan antara

karakteristik dan kompetensi kewirausahaan serta pengaruhnya terhadap kinerja kewirausahaan. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap kinerja wirausaha bukan hanya faktor internal namun juga faktor ekternal seperti kebijakan yang berpihak pada pengembangan UMKM yang berorientasi wirausaha, faktor lingkungan makro (sosial, politik, ekonomi dan lain-lain). Sehingga perlu ada model-model lain yang dapat mengakomodasi banyak faktor yang berpengaruh terhadap kinerja.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Adegbite, S.A., M.O. Ilori, I.A. Irefin, I.O. Abereijo, dan H.O.S. Aderemi. 2006. Evaluation of The Impact of Entrepreneurial Characteristics on The

Performance of Small Scale Manufacturing Industries in Nigeria. Journal of

Asia Entrepreneurship and Sustainability, vol. 3, issue. 1

Afonja, A.A. 1999. ”Entrepreneurship Education and Enterprise Culture: Lessons

from other Countries”, Paper presented an National Conference on

Entrepreneurship Education in Nigeria Tertiary Institutions, Abuja, Nigeria, March 30-April 1,1999.

Alma, B. 2005. Kewirausahaan, edisi revisi. Alfabeta. Bandung.

As’ad. 2003. Seri Ilmu dan Sumber Daya Manusia: Psikologi Industri dan

Organisasi. Liberty. Yogyakarta.

Bautista R.S., M.J.P. Barlis, dan A.G. Nazario. 2007. The Personal Entrepreneurial Competencies of BS Entrepreneurship Students of the Cordillera Administrative Region and Practicing Entrepreneurs in the Cities of Baguio,

Dagupan, and San Fernando, La Union: A Comparison. 10th National

Convention on Statistics (NCS), EDSA. Shangri-La Hotel, October 2007.

Bygrave, D.W. 1994. The Portable MBA in Entrepreneurship.John Wiley & Son, Inc.

New Jersey.

Drucker, P.F. 1996. Inovasi dan Kewiraswastaan. Praktek dan dasar-dasar. Alih

Bahasa: Naib, R. Jakarta: Erlangga.

Hisrich, R. dan M. Peters. 2000. Entrepreneurship. 4th edition. Singapore:

McGraw-Hill Companies, Inc

Ho, T.S. dan H.C. Koh. 1992. Differences in psychological characteristics between entrepreneurially inclined and non-entrepreneurially inclined accounting

graduates in Singapore, Entrepreneurship, Innovation and Change: An

International Journal, Vol. 1, pp. 43-54.

Koh, H.C. 1996. Testing hypotheses of entrepreneurial characteristics: A study of

Hong Kong MBA students, Journal of Managerial Psychology, Vol. 11 No. 3,

pp. 12- 25.

Lambing, P.A. dan C.R. Kuehl. 2000. Entrepreneurship. 2nd edition.Prentice Hall

Inc. New Jersey.

Meredith, G.G., R.E. Nelson dan P.A. Neck. 1996. Seri Manajemen no.

97:Kewirausahaan, Teori dan Praktek. PT Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta. Robinson, P. B. dan E.A. Sexton. 1994. The effect of education and experience on


(38)

Rose, R.C., N. Kumar, dan L.L. Yen. 2006. The Dynamics of Entrepreneurs’ Success

Factors in Influencing Venture Growth. Journal of Asia Enterpreneurship and

Sustainability, Vol. 2 Issue 2

Schumpeter, J.A. 1912. The Theory of Economic Development (1936 edn). Harvard University Press. Cambridge.

Suryana. 2003. Kewirausahaan. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Tonge, J. 2001. A Review of Small Business Literature, (Part 2): Birth, Growth and Death of The Small Business, Working Paper Series, Manchester MetropolitanUniversity Business School.

Yousof, M., M.S. Shandu, dan K.K. Jain. 2007. Relationship Between Psychological Characteristics and Enterpreneurial Inclination: A Case Study of Students at

University Tun Abdul Razak (UNITAR) Malaysia. Journal of Asia


(39)

(40)

(1)

sifatnya tangible. Kemudahan memperoleh akses pasar juga merupakan ukuran keberhasilan yang menunjang kegiatan wiausaha. Ukuran yang menunjukkan pengakuan umum atas keberhasilan usahanya juga dapat diketahui dari perolehan penghargaan atau pengakuan secara formal maupun informal dari suatu organisasi/ badan tertentu. Namun demikian ketiga faktor intangible tersebut sesungguhnya merupakan penunjang dari kinerja utama yakni pertumbuhan omzet usaha. Dari keempat atribut kinerja tersebut, hanya atribut omzet usaha yang dapat dijadikan ukuran keberhasilan/ kinerja wirausaha agroindustri di Kabupaten Bogor.

Berdasarkan temuan diperoleh bahwa karakteristik (psikologis) kewirausahaan berpengaruh secara nyata dan positif terhadap kompetensi kewirausahaan maupun kinerja wirausaha. Hal tersebut menunjukkan pentingnya membangun karakteristik kewirausahaan karena karakteristik tersebut sangat menentukan keberhasilan usaha dan mempermudah untuk meningkatkan kompetensi kewirausahaan. Namun demikian karakteristik kewirausahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja wirausaha. Hal tersebut mengandung arti bahwa saat kompetensi kewirausahaannya baik tidak secara otomatis meningkatkan kinerja wirausaha namun malah kinerjanya sedang menurun. Sebaliknya, pada saat kinerja usahanya menaik, sesungguhnya kompetensi yang dimiliki masih sangat rendah. Hal tersebut sesuai dengan temuan beberapa studi bahwa kompetensi dapat berpengaruh positif maupun negatif terhadap kesuksesan seseorang wirausahawan dalam menjalankan bisnisnya (Rose et al., 2006). Hal tersebut karena kinerja tidak hanya ditentukan oleh kompetensi kewirausahaan namun karakteristik psikologis kewirausahaan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

1. Karakteristik kewirausahaan responden menunjukkan bahwa sebagian besar

pelaku usaha agroindustri di Kabupaten Bogor setuju bahwa mereka memiliki tingkat kepercayaan diri yang baik. Sebagian besar responden memiliki karakteristik inovatif atau keinginan untuk selalu melakukan inovasi baru dalam setiap pekerjaan yang ditekuninya. Namun demikian, karakteristik inovatif dari


(2)

(psikologis) kewirausahaan berpengaruh secara nyata dan positif terhadap kompetensi kewirausahaan maupun kinerja wirausaha. Hal tersebut menunjukkan pentingnya membangun karakteristik kewirausahaan karena karakteristik tersebut sangat menentukan keberhasilan usaha dan mempermudah untuk meningkatkan kompetensi kewirausahaan. Namun demikian karakteristik kewirausahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja wirausaha. Hal tersebut mengandung arti bahwa saat kompetensi kewirausahaannya baik tidak secara otomatis meningkatkan kinerja wirausaha namun malah kinerjanya sedang menurun.

5.2. Saran

1. Pembentukan karakteristik kewirausahaan bukan hal yang mudah meskipun

sangat nyata ditunjukkan bahwa karakteristik kewirausahaan berperan dalam memudahkan seseorang untuk mengasah kompetensinya dan meningkatkan kinerja usahanya. Oleh karena itu perlu dibudayakan karakteristik-karakteristik kewirausahaan tersebut dalam semua aspek kehidupan. Kepada pelaku usaha agroindustri yang masih lemah dalam keberanian mengambil risiko dan keinovasian, perlu diberikan motivasi melalui berbagai program-program pelatihan, seminar dan bahkan perlombaan wirausaha.

2. Indikator-indikator pertanyaan yang kurang atau terlalu spesifik dapat

menyulitkan responden untuk menjawab dengan konsisten, sehingga dapat mengakibatkan ketidaksesuaian hasil dengan pendugaan awal. Oleh karena itu pengembangan kuesioner yang lebih terstandar sangat diperlukan.

3. Harus ada studi lanjutan yang tidak hanya menganalisis hubungan antara

karakteristik dan kompetensi kewirausahaan serta pengaruhnya terhadap kinerja kewirausahaan. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap kinerja wirausaha bukan hanya faktor internal namun juga faktor ekternal seperti kebijakan yang berpihak pada pengembangan UMKM yang berorientasi wirausaha, faktor lingkungan makro (sosial, politik, ekonomi dan lain-lain). Sehingga perlu ada model-model lain yang dapat mengakomodasi banyak faktor yang berpengaruh terhadap kinerja.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Adegbite, S.A., M.O. Ilori, I.A. Irefin, I.O. Abereijo, dan H.O.S. Aderemi. 2006. Evaluation of The Impact of Entrepreneurial Characteristics on The

Performance of Small Scale Manufacturing Industries in Nigeria. Journal of

Asia Entrepreneurship and Sustainability, vol. 3, issue. 1

Afonja, A.A. 1999. ”Entrepreneurship Education and Enterprise Culture: Lessons

from other Countries”, Paper presented an National Conference on

Entrepreneurship Education in Nigeria Tertiary Institutions, Abuja, Nigeria, March 30-April 1,1999.

Alma, B. 2005. Kewirausahaan, edisi revisi. Alfabeta. Bandung.

As’ad. 2003. Seri Ilmu dan Sumber Daya Manusia: Psikologi Industri dan

Organisasi. Liberty. Yogyakarta.

Bautista R.S., M.J.P. Barlis, dan A.G. Nazario. 2007. The Personal Entrepreneurial Competencies of BS Entrepreneurship Students of the Cordillera Administrative Region and Practicing Entrepreneurs in the Cities of Baguio,

Dagupan, and San Fernando, La Union: A Comparison. 10th National

Convention on Statistics (NCS), EDSA. Shangri-La Hotel, October 2007. Bygrave, D.W. 1994. The Portable MBA in Entrepreneurship.John Wiley & Son, Inc.

New Jersey.

Drucker, P.F. 1996. Inovasi dan Kewiraswastaan. Praktek dan dasar-dasar. Alih

Bahasa: Naib, R. Jakarta: Erlangga.

Hisrich, R. dan M. Peters. 2000. Entrepreneurship. 4th edition. Singapore: McGraw-Hill Companies, Inc

Ho, T.S. dan H.C. Koh. 1992. Differences in psychological characteristics between entrepreneurially inclined and non-entrepreneurially inclined accounting

graduates in Singapore, Entrepreneurship, Innovation and Change: An

International Journal, Vol. 1, pp. 43-54.

Koh, H.C. 1996. Testing hypotheses of entrepreneurial characteristics: A study of


(4)

Rose, R.C., N. Kumar, dan L.L. Yen. 2006. The Dynamics of Entrepreneurs’ Success Factors in Influencing Venture Growth. Journal of Asia Enterpreneurship and Sustainability, Vol. 2 Issue 2

Schumpeter, J.A. 1912. The Theory of Economic Development (1936 edn). Harvard University Press. Cambridge.

Suryana. 2003. Kewirausahaan. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Tonge, J. 2001. A Review of Small Business Literature, (Part 2): Birth, Growth and Death of The Small Business, Working Paper Series, Manchester MetropolitanUniversity Business School.

Yousof, M., M.S. Shandu, dan K.K. Jain. 2007. Relationship Between Psychological Characteristics and Enterpreneurial Inclination: A Case Study of Students at

University Tun Abdul Razak (UNITAR) Malaysia. Journal of Asia


(5)

(6)