Keanekaragaman Serangga (Khususnya Parasitoid) Pada Pertanaman Cabai (Capsicum Annuum L.) Di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor

USULAN TUGAS
AKHIR
KEANEKARAGAMAN
SERANGGA
(KHUSUSNYA
PARASITOID) PADA PERTANAMAN CABAI
(Capsicum annuum L.) DI DESA TAMAN SARI,
KECAMATAN TAMAN SARI, KABUPATEN BOGOR

YUNI SARIANTI

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman
Serangga (Khususnya Parasitoid) pada Pertanaman Cabai (Capsicum annuum L.)

di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor adalah benar
karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Yuni Sarianti
NIM A34110034

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB
harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait

©Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar bagi IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

ABSTRAK
YUNI SARIANTI. Keanekaragaman Serangga (Khususnya Parasitoid) pada
Pertanaman Cabai (Capsicum annuum L.) di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman
Sari, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh NINA MARYANA.
Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran asli
Indonesia yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Salah satu permasalahan yang
sering terjadi ialah keberadaan hama dan penyakit. Pengetahuan mengenai hama
dan musuh alami di lapangan sangat dibutuhkan untuk mengetahui cara
pengendalian yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
keanekaragaman serangga (khususnya parasitoid) pada pertanaman cabai di Desa
Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor. Pengamatan dan
pengambilan sampel dilakukan di dalam pertanaman dan di sekeliling
pertanaman. Pengambilan serangga dilakukan dengan menggunakan jaring
serangga, selanjutnya dilakukan sortasi dengan menggunakan separator. Serangga
hasil koleksi diidentifikasi hingga tingkat famili. Jumlah serangga yang berhasil

dikoleksi sebanyak 1690 individu yang terdiri atas 8 ordo. Sebanyak 279 individu
parasitoid berhasil dikoleksi, terdiri atas 15 famili, 11 famili di dalam pertanaman
dan 15 famili di sekeliling pertanaman. Keanekaragaman serangga tertinggi
ditemukan pada sekeliling pertanaman.

Kata kunci: Hymenoptera, jaring serangga, kelimpahan, koleksi, separator

ABSTRACT
YUNI SARIANTI. Insect diversity (specially parasitoid) in Chili (Capsicum
annuum L.) Cultivation at Taman Sari Village, Taman Sari Subdistric, Bogor
Regency. Supervised by NINA MARYANA.
Chili (Capsicum annuum L.) is an Indonesia’s famous vegetable that has a
high economic value. One of the problems on chili cultivation is the presence of
pests and diseases. Information about the natural enemies is necessary to control
the pests. Therefore, this research aims to get information about the diversity of
insect specially parasitoids that were found in chili cultivation at Taman Sari
village, Bogor. The sampels were observed and colected within and surrounding
the cultivation. The insects were collected with insect net, sortation were done by
using separator. Insect identification were done until family level. The insects
found in this research were 1690 individuals consist of 8 orders. There were 279

individuals of parasitoid collected during the research that consist of 15 families,
11 families within the cultivation and 15 families surrounding the cultivation.
There were differencess of herbivore and parasitoid between the plant within and
surrounding the cultivation. The highest diversity was found at surrounding the
cultivation.
Key words: Hymenoptera, collection, insect net, pests, separator

KEANEKARAGAMAN SERANGGA (KHUSUSNYA
PARASITOID) PADA PERTANAMAN CABAI
(Capsicum annuum L.) DI DESA TAMAN SARI,
KECAMATAN TAMAN SARI, KABUPATEN BOGOR

YUNI SARIANTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman


DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Keanekaragaman
Serangga (Khususnya Parasitoid) pada Pertanaman Cabai (Capsicum annuum L.)
di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor”. Karya ilmiah ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sajana Pertanian pada
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Nina Maryana
MSi. selaku dosen pembimbing tugas akhir yang telah banyak memberikan
berbagai macam bantuan baik berupa pikiran, materi, dan hal lainnya. Terima
kasih penulis haturkan kepada Dr. Ir. Dadan Hindayana selaku dosen pembimbing
akademi yang telah memberikan arahan kepada penulis selama masa pendidikan
di IPB. Kepada seluruh dosen dan pegawai Departemen Proteksi Tanaman,

keluarga tercinta ibu (Suratinem SE), bapak (Marhasan SE) adik (Rizky Firman
Syah) terima kasih untuk kasih sayang, dukungan baik moral maupun materil.
Terima kasih juga penulis sampaikan untuk Ibu Aisyah, Mbak Atiek, Sri Ningsih,
Gita Cempaka, Ikbal Aviansyah, Betari Safitri, Herry M Saputra SP, Ciptadi A
Yusup SP, Yani Maryani SP MSi, dan semua keluarga besar Laboratorium
Biosistematika Serangga. Kepada sahabat terbaik Dhony Pratama, S.Pt dan
Zuhriansyah Tanjung, S.Pt atas bantuan, dukungan, dan nasehatnya penulis juga
ucapkan terima kasih.
Rasa terima kasih penulis sampaikan untuk teman-teman Proteksi Tanaman
IPB angkatan 48 khususnya Safira Maulidina, Irham Rizqi, Annisa Puspadini SP,
untuk kebersamaan, dukungan moril dan semangat yang dibagi besama. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat sekaligus keluarga Tridara
(Vyatra Pratiwi SE, Atika Hermanda, Febiana, Yusrifa Akhita, Dinda Lestari SP)
atas kebersamaan dan semangat yang diberikan. Tidak lupa penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis yang namanya
tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini bermanfaat
Bogor, Juni 2015
Yuni Sarianti

DAFTAR ISI


DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Alat dan Bahan
Jaring Serangga
Separator
Metode Penelitian
Penentuan Plot Pengambilan Sampel
Pengambilan Sampel Serangga
Pengamatan Populasi Kutudaun
Sortasi dan Identifikasi Serangga
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Pertanaman
Serangga Hasil Koleksi
Populasi Kutudaun
Serangga Ordo Hymenoptera Parasitoid
Indeks Keanekaragaman Jenis Parasitoid
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
vii
1
1
2
2
3

3
3
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7
7
8
10
13
14
14
14
15

17
25

DAFTAR TABEL
1 Jumlah famili dan individu serangga yang dikoleksi selama
penelitian
2 Famili parasitoid Ordo Hymenoptera yang dikoleksi dari dalam
pertanaman dan dari sekeliling pertanaman cabai
3 Jumlah individu (N), jumlah famili (F), indeks keanekaragaman
Shannon (H’), dan sebaran keanekaragaman (E) parasitoid di
dalam pertanaman dan di sekeliling pertanaman cabai

7
10
13

DAFTAR GAMBAR
1
2
3

4
5
6
7
8
9

Jaring serangga
Separator yang digunakan dalam penelitian
Jenis gulma yang terdapat di sekitar lahan pertanaman
Plot pengambilan sampel pada pertanaman cabai
Fluktuasi populasi kutudaun pada tanaman cabai
Gejala tanaman cabai yang terinfeksi patogen
Brachycaudus helichrysi
Serangga parasitoid yang banyak ditemukan selama penelitian
Serangga parasitoid yang hanya ditemukan di sekeliling
pertanaman selama penelitian
10 Jumlah parasitoid yang dikoleksi dari dalam dan dari sekeliling
pertanaman cabai

3
4
4
5
9
9
10
11
11
12

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Pertanaman cabai yang bersebelahan dengan gulma
Populasi kutudaun pada pertanaman cabai plot 1
Populasi kutudaun pada pertanaman cabai plot 2
Populasi kutudaun pada pertanaman cabai plot 3
Populasi kutudaun pada pertanaman cabai plot 4
Populasi kutudaun pada pertanaman cabai plot 5
Pertanaman cabai berumur 12 MSP (minggu setelah panen)
rusak karena serangan patogen
8 Famili Parasitoid yang berhasil dikoleksi selama penelitian
9 Indeks keanekaragaman dan sebaran Shannon pada pertanaman
cabai

18
19
19
20
20
21
22
23
24

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura
yang memiliki potensi sebagai sayuran untuk dikembangkan karena peranannya
baik untuk memenuhi konsumsi nasional. Cabai termasuk dalam Famili
Solanaceae yang memiliki banyak manfaat dan mempunyai nilai ekonomi tinggi.
Buah cabai dapat dikonsumsi segar atau menjadi campuran dalam bumbu masak,
selain itu juga dapat diawetkan misalnya dalam bentuk acar, saus, tepung cabai,
dan buah kering (Setiawati et al. 2007). Rasa pedas yang dihasilkan oleh cabai
menjadikan buah ini digemari oleh masyarakat. Kebutuhan masyarakat terhadap
cabai terus meningkat dari tahun ke tahun. Total produksi tanaman cabai Provinsi
Jawa Barat pada tahun 2014 sebanyak 253 296 ton, hasil tersebut jauh berbeda
dari tahun sebelumnya yakni 250 914 ton, atau meningkat sebanyak 2 382 ton.
Peningkatan produksi tersebut masih dirasa kurang untuk mencukupi kebutuhan
cabai dalam negeri, hal ini dapat dilihat dari besarnya tingkat fluktuasi harga cabai
yang terjadi saat menjelang hari raya atau peringatan hari besar lainnya (BPS
2014).
Upaya peningkatan produksi tanaman cabai sering menemui kendala, salah
satu kendala yang sering dihadapi yakni keberadaan organisme penganggu
tanaman (OPT). OPT yang menyerang dapat berupa hama dan patogen. Beberapa
hama yang menyerang antara lain lalat buah Bactrocera spp., (Diptera:
Tephritidae), Thrips tabaci Lindeman (Thysanoptera: Thripidae), Aphis gossypii
Glover (Hemiptera: Aphididae) (Widodo et al. 2010). Selain hama, beberapa
patogen yang sering menginfeksi tanaman cabai adalah Phytophthora spp. (busuk
buah) dan Colletotrichun capsici (Syd.) E.J. Butler & Bisby (busuk buah
antraknosa) (Semangun 2000).
Tingginya populasi hama dan serangan patogen di lahan menjadi salah satu
alasan dilakukannya pengendalian. Pengendalian yang biasa dilakukan antara lain
pengendalian fisik-mekanik, hayati, dan kimia. Pengendalian hayati dilakukan
dengan memanfaatkan musuh alami yang dapat berupa parasitoid, predator, dan
patogen. Tingginya populasi parasitoid di lapangan berpengaruh terhadap tingkat
parasitisasi dan penurunan jumlah hama, sehingga semakin tinggi kerapatan
populasi parsitoid menjadikan parasitoid sebagai agen hayati lebih efektif
(Hueppelsheuser 2000). Dalam penelitian Ulyshen et al. (2011), pola penyebaran
inang dapat berguna dalam memprediksi habitat parasitoid. Lingkungan dengan
ekosistem seimbang menjadi salah satu faktor tinggi atau rendahnya populasi
parasitoid. Keberadaan musuh alami pada ekosistem pertanian, baik itu predator
maupun parasitoid, memiliki peranan yang sangat penting khususnya dalam
pengaturan populasi serangga hama (Altieri 1999)
Lingkungan sekitar pertanaman juga menentukan kelimpahan parasitoid
yang terdapat di lapangan sehingga dapat menjadi tolok ukur bagi petani sebagai
dasar pengendalian yang dilakukan. Famili Leguminoceae kaya akan nitrogen dan
senyawa karbon, selain itu famili ini juga mampu menghasilkan vitamin dan
substrat yang kompleks, sehingga lebih disukai serangga (Altieri 1999).
Keanekaragaman serangga juga dapat terjadi di luar pertanaman, misalnya pada
batas-batas tanaman atau pagar hidup yang dapat meningkatkan habitat satwa liar

2
dan serangga yang menguntungkan. Keanekaragaman serangga umumnya
meningkat sejalan dengan meningkatnya keanekaragaman habitat pada suatu
kawasan pertanian. Keanekaragaman tumbuhan akan membentuk struktur
komunitas yang lebih kompleks, sehingga habitat suatu daerah mampu
menyediakan berbagai sumberdaya seperti inang alternatif, sumber makanan, dan
tempat berlindung (Yaherwandi 2005).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman serangga
(khususnya parasitoid) pada pertanaman cabai di Desa Taman Sari, Kecamatan
Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai
keanekaragaman serangga (khususnya parasitoid) pada ekosistem pertanaman
cabai dan sekitarnya di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat.

3

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di Kampung Warung Loa, Desa Taman Sari,
Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sortasi dan identifikasi
dilakukan di Laboratorium Biosistematika Serangga, Departemen Proteksi
Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan
pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015.
Alat dan Bahan
Jaring Serangga (Insect net)
Jaring serangga yang digunakan merupakan jaring serangga yang sama
dengan jaring serangga lainnya hanya terdapat beberapa modifikasi (Gambar 1).
Modifikasi yang dilakukan terdapat pada bagian kain jaring. Kain jaring serangga
menggunakan kain organdi tipis dengan ukuran lubang (mesh) 0.5 mm x 0.5 mm.
Hal ini dimaksudkan untuk menangkap parasitoid yang ukuran tubuhnya jauh
lebih kecil dibandingkan serangga hama lainnya. Panjang tongkat 70 cm dengan
diameter jaring 40 cm.

Gambar 1 Jaring serangga
Separator
Separator yang digunakan merupakan alat yang dirancang untuk
memisahkan spesimen hidup dengan bahan lain seperti daun, ranting, atau benda
lainnya. Separator biasanya mengandalkan cahaya, panas, atau kekeringan yang
mendorong serangga untuk keluar dan meninggalkan bahan lainnya (Gambar 2).
Separator berbentuk kotak persegi panjang terdiri dari kerangka kawat dan
kain hitam. Kerangka kawat berukuran panjang 26.5 cm, tinggi dan lebar sisi
bagian depan 17.5 cm dan 18 cm, serta tinggi dan lebar sisi belakang 16 cm dan
16.5 cm. Kerangka kawat tersebut kemudian diberi kain hitam sebagai penutup.
Pada bagian sisi depan, kain hitam agak panjang untuk memasukkan serangga
hasil sweeping ke dalam separator. Bagian sisi belakang kain hitam terdapat
lubang tempat meletakkan botol plastik berisi alkohol 70%. Separator diberi tali
sepanjang 65 cm untuk mempermudah saat dibawa.

4

Tempat
memasukkan
serangga

Botol plastik
berisi alkohol
70%

Gambar 2 Separator yang digunakan dalam penelitian
Metode Penelitian
Penentuan Plot Pengambilan Sampel
Penelitian dilakukan pada lahan pertanaman cabai seluas 5000 m2 dengan
panjang 100 m dan lebar 50 m, jumlah tanaman sekitar 8700 tanaman cabai. Jarak
tanaman cabai yang digunakan ialah 70 cm x 70 cm. Tanaman cabai ditanam pada
bedengan dengan menggunakan mulsa plastik berwarna hitam. Pengambilan
sampel dilakukan saat tanaman cabai berumur 16 minggu setelah tanam (MST)
atau saat berproduksi.
Pertanaman cabai yang diamati berdampingan dengan petak pertanaman
singkong dan jagung. Di sekeliling pertanaman cabai ditumbuhi berbagai jenis
gulma yang meliputi gulma berdaun lebar dan jenis rumput-rumputan (Lampiran
1). Beberapa jenis gulma yang dominan adalah Ageratum conyzoides,
Chromolaena odorata, Lantana camara, Melastoma sp., dan Panicum maxima
(Gambar 3).

a

c

b

d

e

Gambar 3 Jenis gulma yang terdapat di sekitar lahan pertanaman, (a) Ageratum
conyzoides, (b) Chromolaena odorata, (c) Lantana camara, (d)
Melastoma sp., (e) Panicum maxima

5
Pengambilan sampel serangga dilakukan di dalam pertanaman dan di
sekeliling pertanaman. Sampel dari dalam pertanaman diambil dengan cara
menentukan lima plot pengambilan sampel. Satu plot berada di tengah lahan, dan
empat plot di empat pojok lahan (Gambar 4). Setiap plot pengambilan sampel di
dalam pertanaman berukuran 3 m x 2 m. Sampel dari sekeliling pertanaman
diambil dengan mengambil serangga dari plot sekeliling lahan pertanaman. Pada
setiap pengamatan di sekeliling pertanaman, pengambilan sampel dilakukan
dengan interval jarak 5 m, sehingga pada akhir pengamatan akan diperoleh data
menyeluruh populasi serangga di sekeliling pertanaman.

Plot di dalam
pertanaman

Plot di sekeliling
pertanaman

Gambar 4 Plot pengambilan sampel pada pertanaman cabai
Pengambilan Sampel Serangga
Pengambilan sampel serangga dilakukan dengan menggunakan jaring
serangga (insect net) dan separator. Pada setiap plot pengambilan sampel
dilakukan 25 ayunan ganda. Setiap 5 ayunan ganda, serangga hasil tangkapan
pada jaring dimasukkan ke dalam separator. Serangga di dalam separator akan
masuk ke dalam botol yang telah berisi alkohol 70% yang terletak di ujung
separator. Ayunan jaring dilakukan pada bagian atas, tengah dan bawah kanopi
tanaman. Hal ini dimasudkan agar serangga yang terjaring merupakan serangga
yang aktif terbang maupun serangga yang berada di tanaman. Serangga yang
dikoleksi kemudian dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi. Pengambilan
sampel serangga dilakukan sebanyak 12 kali dengan interval waktu 1 minggu.
Pengamatan Populasi Kutudaun
Selama penelitian, hama yang dominan ditemukan adalah kutudaun.
Pengamatan populasi kutudaun dilakukan dengan menentukan 15 tanaman sampel
pada setiap plot pengambilan sampel (Gambar 4). Populasi kutudaun dihitung dari
75 tanaman sampel meliputi nimfa dan imago. Pengamatan dilakukan sebanyak 7
kali dengan interval waktu 1 minggu. Dari setiap plot pengambilan sampel
diambil sampel kutudaun untuk dibuat slide preparat dan diidentifikasi.

6
Sortasi dan Identifikasi Serangga
Sortasi dan identifikasi serangga dilakukan dengan menggunakan
mikroskop stereo dan compound. Identifikasi serangga dilakukan hingga tingkat
famili, dengan mengacu pada kunci yang disusun oleh Borror et al (1996),
Finnamore dan Brothers (1993), Gibson (1993), Masner (1993a, b, c), Ritchie
(1993), Wahl dan Sharkey (1993), McAlpine et al. (1981), Tachi dan Mohamed
(2002), dan Website www.bugguide.net yang dikelola oleh Department of
Entomology Iowa State University (2015). Identifikasi kutudaun dilakukan
dengan menggunakan kunci dari Blackman dan Eastop (2000).
Analisis Data
Khusus untuk serangga famili parasitoid, dilakukan perhitungan indeks
keanekaragaman Shannon-Wiener dan sebarannya (Evenness) (Krebs 1985).
Indeks keanekaragaman dihitung dengan rumus sebagai berikut,
�′ = − ∑ �� ����
=1

H’ merupakan indeks keanekaragaman jenis, dan pi merupakan proporsi dari
famili populasi ke-i terhadap total jumlah contoh (n/N). Sebaran keanekaragaman
Shannon dihitung dengan rumus sebagai berikut,
�′
�=
���
E merupakan sebaran keanekaragaman jenis, dan S merupakan jumlah famili yang
diperoleh.

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Pertanaman
Lokasi pertanaman cabai yang diamati merupakan dataran tinggi dengan
topografi lahan yang bergelombang (Lampiran 1). Wilayah berada di ketinggian
600 m dpl, dengan suhu rata-rata 25 °C hingga 32 °C.
Data BMKG 2015 menunjukkan curah hujan yang terjadi pada bulan
Januari 2015 sebesar 354 mm dengan kelembapan 87%. Curah hujan yang terjadi
mengalami kenaikan setiap bulannya, pada bulan Februari curah hujan sebesar
411 mm dengan kelembapan 88%, dan bulan Maret sebesar 494 mm dan
kelembapan 85%. Curah hujan yang tinggi memengaruhi pertumbuhan tanaman
cabai yang dibudi dayakan. Kondisi lahan dengan kelembapan yang tinggi dapat
menjadi salah satu faktor yang dapat mengoptimalkan pertumbuhan patogen yang
ada di lahan pertanaman.
Serangga Hasil Koleksi
Jumlah serangga yang dikoleksi selama penelitian berjumlah 1690 individu
yang terdiri dari 1096 di sekeliling pertanaman dan 594 di dalam pertanaman
(Tabel 1). Jumlah individu serangga yang banyak tertangkap berasal dari Ordo
Diptera (48.1%), Hemiptera (23.8%), dan Ordo Hymenoptera (17.0%).
Tabel 1 Jumlah famili dan individu serangga yang dikoleksi selama penelitian
Ordo
Coleoptera
Diptera
Hemiptera
Hymenoptera
Lepidoptera
Orthoptera
Odonata
Thysanoptera
Total

Dalam pertanaman
Jumlah
Jumlah
famili
individu
4
31
17
214
8
180
14
100
1
1
1
17
0
0
1
51
46
594

Sekeliling pertanaman
Jumlah
Jumlah
famili
individu
2
35
15
599
6
222
17
186
1
1
1
51
1
2
0
0
43
1096

Total
%
individu individu
66
813
402
286
2
68
2
51
1690

3.9
48.1
23.8
17.0
0.1
4.0
0.1
3.0
100

Jumlah famili yang diperoleh pada pengambilan di dalam pertanaman lebih
banyak bila dibandingkan dengan pengambilan di sekeliling pertanaman. Hal ini
disebabkan adanya beberapa famili serangga hama yang hanya terdapat di dalam
pertanaman cabai, sebagai salah satu contohnya ialah trips. Serangga yang hanya
terdapat di sekeliling pertanaman adalah capung (Odonata). Ordo Odonata yang
didapat di sekitar pertanaman merupakan serangga predator yang sedang terbang
bebas dan tertangkap oleh jaring, serangga ini biasanya terbang rendah untuk
menangkap mangsa.
Jumlah individu serangga Ordo Orthoptera yang didapatkan di sekeliling
pertanaman jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan di dalam pertanaman.
Hal ini terjadi akibat vegetasi gulma yang berada di sekeliling pertanaman yang

8
berbatasan langsung dengan pertanaman jagung. Serangga Ordo Orthoptera
dikenal sebagai jenis serangga herbivor yang terdapat di lahan. Kondisi lahan
yang berbatasan dengan lahan pertanaman menjadikan vegetasi gulma menjadi
salah satu inang alternatifnya, sedangkan individu Ordo Orthoptera yang berada
pada tengah pertanaman tidak menimbulkan kerusakan berarti.
Famili serangga Ordo Hemiptera lebih banyak ditemukan di dalam
pertanaman (8 famili) bila dibandingkan dengan di sekeliling pertanaman (6
famili). Hal ini disebabkan serangga hama lebih cenderung menjadikan tanaman
cabai sebagai inangnya. Meskipun jumlah famili di dalam pertanaman lebih
banyak namun jumlah individu di sekeliling pertanaman lebih banyak
dibandingkan dengan di dalam pertanaman. Hal ini disebabkan populasi tanaman
gulma yang berada di sekeliling pertanaman dibiarkan tumbuh.
Gulma jenis Ageratum conyzoides memiliki ciri bunga berwarna ungu.
Warna mencolok tersebut menjadi daya tarik bagi serangga penyerbuk yang ada
di sekeliling pertanaman. Gulma jenis Melastoma sp. memiliki ciri-ciri yakni daun
lebar dan batang yang berbulu. Rambut-rambut yang terdapat pada batang
tumbuhan ini seringkali digunakan oleh serangga sebagai tempat untuk
berlindung. Gulma jenis Panicum maxima memiliki bentuk seperti alang-alang,
gulma ini memiliki batang yang tinggi dan ramping. Gulma jenis ini tidak
memberikan peran berarti bagi serangga fitofag maupun parasitoid yang terdapat
di lahan sekitar pertanaman. Lantana camara atau biasa dikenal dengan nama
tembelakan merupakan salah satu jenis gulma yang memiliki bunga berwarna
cerah. Bunga tersebut seringkali memikat serangga untuk hinggap dan mengambil
nektar. Menurut Altieri dan Nicholls (2004), perilaku serangga menemukan
tumbuhan seringkali berdasarkan mekanisme penciuman senyawa yang menguap
dari tumbuhan. Senyawa volatil yang dikeluarkan oleh tumbuhan liar (gulma)
merupakan stimulus efektif bagi banyak serangga.
Salah satu serangga yang hanya terdapat di dalam pertanaman dengan
jumlah relatif banyak ialah Ordo Thysanoptera. Trips merupakan salah satu hama
utama pada pertanaman cabai. Serangan serangga ini terjadi pada bagian bunga
tanaman dengan gejala warna keperakan, selain itu daun tanaman dapat menjadi
keriting hingga akhirnya gugur (Widodo et al. 2010). Ordo Thysanoptera hanya
ditemukan di dalam pertanaman dan sama sekali tidak ditemukan di sekeliling
pertanaman (Tabel 1). Kemungkinan serangga trips ini hanya menyerang
pertanaman cabai dan tidak hidup di gulma.
Populasi Kutudaun
Tingginya populasi kutudaun yang diamati di lahan menjadi salah satu
faktor turunnya jumlah produksi tanaman cabai. Populasi kutudaun yang tinggi
pada saat awal pengamatan mengalami penurunan (Gambar 5, Lampiran 2, 3, 4, 5,
6) yang disebabkan adanya kenaikan curah hujan. Penurunan populasi terjadi pada
pengamatan ke-2 dan -3. Pada pengamatan ke-4 terjadi kenaikan populasi namun
terus menurun hingga akhir pengamatan.
Turunnya populasi kutudaun ini mungkin disebabkan banyak kutudaun yang
terkena air hujan, selain itu curah hujan yang tinggi juga menyebabkan munculnya
patogen pada tanaman, sehingga banyak tanaman terinfeksi.

9

Jumlah kutudaun
(individu per tanaman)

35
30
25
20
15
10
5
0
1

2

3

4
5
Pengamatan ke-

6

7

Gambar 5 Fluktuasi populasi kutudaun pada tanaman cabai
Pengamatan kutudaun hanya dilakukan sebanyak 7 kali pengamatan. Hal ini
disebabkan banyak tanaman cabai mati akibat terserang patogen (Lampiran 7).
Penurunan jumlah populasi kutudaun yang disebabkan tingginya serangan
patogen di lahan mengakibatkan banyak tanaman mati. Penunuran produksi yang
terjadi semakin besar pada minggu-minggu akhir panen. Buah cabai yang tersisa
di lahan akhirnya tidak sampai matang dan menjadi busuk karena batang tanaman
sudah tidak memiliki daun lagi atau layu (Gambar 6).

a

b

Gambar 6 Gejala tanaman cabai yang terinfeksi patogen, (a) keseluruhan batang
tanaman yang terinfeksi, (b) batang tanaman yang membusuk
Sampel yang diambil selama penelitian menunjukkan hasil identifikasi
kutudaun yang diperoleh dari pertanaman adalah Brachycaudus helichrysi
Kaltenbach (Gambar 7). Kutudaun ini merupakan salah satu jenis kutudaun yang
bersifat polifag, sehingga memungkinkan untuk hidup dan berkembang biak
dengan baik (Blackman & Eastop 2000). Dalam penelitian Sinaga (2014), B.
helichrysi merupakan salah satu jenis kutudaun yang terdapat pada tanaman
jambu biji. Tingginya populasi kutudaun di lahan cabai kemungkinan disebabkan
lahan pertanaman tersebut merupakan bekas pertanaman jambu biji, selain itu di
sekitar lahan masih terdapat beberapa pohon jambu biji.

10

a

b

c

Gambar 7 Brachycaudus helichrysi, (a) bentuk tubuh kutudaun, (b) siphunculi,
(c) cauda
Serangga Ordo Hymenoptera Parasitoid
Serangga parasitoid dari Ordo Hymenoptera yang dikoleksi selama
penelitian sebanyak 279 individu, terdiri atas 15 famili, 11 famili di dalam
pertanaman dan 15 famili di sekeliling pertanaman (Tabel 2, Lampiran 8).
Parasitoid yang dikoleksi dari sekeliling pertanaman lebih banyak bila
dibandingkan dengan di dalam pertanaman. Hal ini disebabkan adanya perbedaan
keanekaragaman vegetasi tanaman yang ada. Vegetasi yang berada di sekeliling
pertanaman lebih bervariasi dibandingkan dengan di dalam pertanaman. Selain itu
kondisi lingkungan di sekeliling pertanaman relatif lebih rimbun dan terdapat
banyak gulma yang dapat dijadikan tempat berlindung parasitoid. Di dalam
pertanaman sering dilakukan penyiangan gulma. Kondisi lahan di dalam
pertanaman yang relatif bersih menjadi salah satu faktor penyebab lebih
rendahnya populasi serangga parasitoid.
Tabel 2

Famili parasitoid Ordo Hymenoptera yang dikoleksi dari dalam
pertanaman dan dari sekeliling pertanaman cabai

Famili
Aphelinidae
Bethylidae
Braconidae
Ceraphronidae
Diapriidae
Eucoilidae
Eulophidae
Eurytomidae
Encyrtidae
Ichneumonidae
Mymaridae
Platygastridae
Pteromalidae
Scelionidae
Trichogrammatidae
Total

Jumlah individu
Dalam pertanaman
Sekeliling pertanaman
0
1
1
1
19
35
4
7
0
11
4
9
11
11
6
3
0
2
14
13
1
12
9
10
0
1
21
69
2
2
92
187

Total
1
2
54
11
11
13
22
9
2
27
13
19
1
90
4
279

11
Famili serangga parasitoid yang dominan ditemukan adalah Scelionidae,
Braconidae, dan Ichneumonidae (Tabel 2, Gambar 8). Famili Scelionidae
merupakan endoparasitoid pada serangga dan laba-laba. Selain itu Famili
Scelionidae biasanya lebih banyak ditemukan di tempat terbuka dan habitat yang
banyak terkena sinar matahari (Masner 1993b). Scelionidae merupakan salah satu
famili parasitoid yang banyak terdapat di lahan. Jumlah individu Scelionidae yang
didapatkan di sekeliling pertanaman jauh lebih banyak, hal ini mungkin
disebabkan adanya populasi laba-laba yang terdapat di sekeliling pertanaman.
Famili Braconidae dan Ichneumonidae juga relatif banyak ditemukan di lahan.
Dalam penelitian Heru et al. (2012), serangga Famili Braconidae merupakan salah
satu serangga parasitoid dengan inang kutudaun. Selain itu famili Braconidae dan
Ichneumonidae masuk ke dalam superfamili Ichneumonoidea yang merupakan
jenis serangga yang paling banyak dalam ordo Hymenoptera sehingga
populasinya banyak terdapat di lahan (Wahl & Sharkey, 1993).

b

a

c

Gambar 8 Serangga parasitoid yang banyak ditemukan selama penelitian,
(a) Scelionidae, (b) Braconidae, (c) Ichneumonidae
Semua famili parasitoid yang ditemukan di dalam pertanaman ditemukan
juga di sekeliling pertanaman. Ada 4 famili yang hanya terdapat di sekeliling
pertanaman selama penelitian, yaitu Aphelinidae, Diapriidae, Encyrtidae, dan
Pteromalidae (Gambar 9).

a

b

c

d

Gambar 9 Serangga parasitoid yang hanya ditemukan di sekeliling pertanaman
selama penelitian, (a) Aphelinidae, (b) Encyrtidae, (c) Diapriidae,
(d) Pteromalidae
Famili Aphelinidae dan Encyrtidae dapat berperan sebagai endoparasitoid,
ektoparasitoid, atau hiperparasitoid untuk serangga jenis kutu-kutuan. Serangga
ini juga dapat menyerang telur Lepidoptera dan Orthoptera. Banyak di antara
serangga betina merupakan endoparasitoid dan serangga jantan ektoparasitoid
(Gibson 1993). Famili Diapriidae merupakan endoparasitoid larva dan pupa
Diptera. Serangga imago famili ini biasa ditemukan di tempat yang basah dan
lembap seperti hutan, rawa-rawa, di dekat perairan, atau di tanah. Famili
Diapriidae merupakan parasitoid Cicadellidae dan hiperparasitoid larva Drynidae

12
(Masner 1993c). Famili Pteromalidae merupakan hiperparaitoid telur, larva, pupa,
dan imago serangga lainnya, selain itu famili serangga ini tidak memiliki ciri
khusus tertentu. Serangga ini memiliki ciri tarsi beruas 5 (Gibson 1993).
Parasitoid-parasitoid lain yang dikoleksi selama penelitian tercantum pada
Lampiran 8.
Populasi parasitoid pada setiap minggu pengamatan mengalami fluktuasi
(Gambar 10). Pada pengambilan sampel ke-3 hingga ke-9 di dalam pertanaman
dilakukan penyiangan gulma oleh pemilik lahan. Penyiangan gulma hanya
dilakukan di dalam pertanaman sedangkan di sekeliling pertanaman gulma
dibiarkan tumbuh. Perubahan lingkungan tersebut menekan jumlah populasi
parasitoid yang ada.

Jumlah individu
(ekor)

Dalam pertanaman
Sekeliling pertanaman

30
25
20
15
10

a

5
0
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Jumlah famili

Dalam pertanaman
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

Sekeliling pertanaman

b
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Pengamatan keGambar 10

Jumlah parasitoid yang dikoleksi dari dalam dan dari sekeliling
pertanaman cabai, (a) jumlah individu, (b) jumlah famili

Baik jumlah individu maupun jumlah famili parasitoid di sekeliling
pertanaman lebih banyak daripada di dalam pertanaman. Jumlah individu
parasitoid di sekeliling pertanaman pada pengambilan ke-5 dan ke-8 relatif tinggi,
hal ini mungkin disebabkan vegetasi gulma di sekeliling pertanaman yang tidak
mendapat perlakuan. Pada pengambilan sampel ke-10 terjadi penurunan jumlah
parasitoid di sekeliling pertanaman. Hal ini dapat sebabkan tidak adanya
perlakukan penyiangan gulma di dalam pertanaman, sehingga individu serangga
parasitoid kembali ke dalam pertanaman.

13
Jumlah famili parasitoid di dalam pertanaman lebih berfluktuasi bila
dibandingkan dengan di sekeliling pertanaman. Hal ini disebabkan adanya
perlakuan penyiangan gulma di dalam pertanaman yang dilakukan oleh pemilik
lahan. Pada minggu ke-10 jumlah famili parasitoid di dalam pertanaman
meningkat dan lebih tinggi daripada di sekeliling pertanaman. Gulma-gulma di
dalam pertanaman tumbuh kembali dan kemungkinan dijadikan tempat berlindung
parasitoid.
Indeks Keanekaragaman Jenis Parasitoid
Nilai indeks keanekaragaman jenis parasitoid yang didapatkan di dalam
pertanaman cabai sebesar 2.06 dan di sekeliling pertanaman sebesar 2.05 (Tabel 3,
Lampiran 9). Hal ini menunjukkan bahwa keanekaragaman yang terdapat pada
kedua lokasi tidak jauh berbeda. Nilai indeks keanekaragaman serangga parasitoid
di lahan pengamatan termasuk ke dalam kategori sedang.
Indeks keanekaragaman tidak hanya dihitung berdasarkan jumlah individu
saja, tetapi kekayaan jenis (species richness) juga menentukan. Nilai indeks
keanekaragaman Shannon (H’) dipengaruhi oleh kemerataan jenis dalam suatu
komunitas, sehingga nilai kemerataan akan cenderung rendah apabila komunitas
didominasi oleh satu individu. Menurut Soegianto (1994), suatu komunitas
dikatakan mempunyai nilai indeks keanekaragaman tinggi jika komunitas itu
disusun oleh banyak individu dengan kelimpahan individu yang sama atau hampir
sama. Sebaliknya, jika komunitas disusun oleh banyak individu, dan jika hanya
sedikit saja individu yang dominan, maka keanekaragaman jenisnya rendah.
Tabel 3 Jumlah individu (N), jumlah famili (F), indeks keanekaragaman Shannon
(H’), dan sebaran keanekaragaman (E) parasitoid di dalam pertanaman
dan di sekeliling pertanaman cabai
Peubah
N
F
H’
E

Lokasi
Dalam pertanaman
Sekeliling pertanaman
92
187
11
15
2.06
2.05
0.83
0.76

14

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Jumlah serangga yang dikoleksi dari sekeliling pertanaman lebih banyak
daripada dari dalam pertanaman. Serangga parasitoid yang dikoleksi lebih
beragam di sekeliling pertanaman dibandingkan dengan di dalam pertanaman.
Parasitoid yang dominan ditemukan di lahan pengamatan adalah Famili
Scelionidae, Braconidae, dan Ichneumonidae. Nilai indeks keanekaragaman
Shannon di dalam pertanaman dan di sekeliling pertanaman termasuk ke dalam
kategori sedang.
Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai patogen yang ada di lahan
pertanaman, serta peranan parasitoid yang ada. Selain itu, perlu adanya penelitian
mengenai serangga predator lainnya yang ada di lahan pertanaman.

15

DAFTAR PUSTAKA

Altieri MA. 1999. The ecological role of biodiversity in agroecosystems. J. Agri
Ecosyst Environ. 74(1): 19-31.
Altieri MA, Nicholls. 2004. Biodiversity and Pest Management in
Agroecosystems. Food Product Press. 236 p.
Blackman RL, Eastop VF. 2000. Aphids on the World’s Crops: An Identification
and Information Guide. 2nd edition. Chichester (GB): Wiley.
Borror JD, Triplehorn CH, Johnson NF. 1996. An Introduction to the Study of
Insects 7th ed. Ohio (US): Saunders College Publishing.
[BPS] Badan Pusat Statistika (ID). 2014. Produksi tanaman hortikultura menurut
provinsi (ton) [Internet]. [diunduh 2014 Desember 12]. Tersedia pada:
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_suby
ek=55¬ab=10.
Department of Entomology. 2015. Identification, images & information for
insects, spider & their kin for the United States & Canada. Iowa State
University [Internet]. [diakses 2015 Mei 1]. Tersedia pada:
http://bugguide.net/node /View/15740.
Finnamore AT, Brothers DJ. 1993. Superfamily Chrysidoidea. Di dalam Goulet
H, Huber JT, editor. Hymenoptera of the World: An Identification Guide to
Families. Ottawa (CA): Canada Communication Group-Publishing. hlm:
133-153.
Gibson GAP. 1993. Superfamily Mymaromatoidea dan Chalcidoidea. Di dalam
Goulet H, Huber JT, editor. Hymenoptera of the World: An Identification
Guide to Families. Ottawa (CA): Canada Communication GroupPublishing. hlm: 570-655.
Heru, Ramadhan TH, Syahputra E. 2012. Keanekaragaman parasitoid pada
kutudaun Toxoptera citridus di pertanaman jeruk. J Mahasiswa Pertanian.
Universitas Tanjungpura.
Hueppelsheuser TK. 2000. The use of Trichogramma, an egg parasitoid, as a
biological control agent for management of oblique banded leafroller in
raspberry [tesis]. Ottawa (CA): Simon Fraser University.
Krebs CJ. 1985. Ecology, the Experimental Analysisis of Distribution and
Abundance 3rd ed. New York (US): Harper & Row Publisher.
Masner L. 1993a. Superfamily Ceraphronoidea. Di dalam Goulet H, Huber JT,
editor. Hymenoptera of the World: An Identification Guide to Families.
Ottawa (CA): Canada Communication Group-Publishing. hlm: 566-569.
Masner L. 1993b. Superfamili Platygastroidea. Di dalam Goulet H, Huber JT,
editor. Hymenoptera of the World: An Identification Guide to Families.
Ottawa (CA): Canada Communiation Group Publishing. hlm: 558-565.
Masner L. 1993c. Superfamily Proctotrupoidea. Di dalam Goulet H, Huber JT,
editor. Hymenoptera of the World: An Identification Guide to Families.
Ottawa (CA): Canada Communication Group-Publishing. hlm: 537-557.
McAlpine JF. 1981. Keys to families. Di dalam McAlpine JF, Peterson BV,
Shewell GE, Teskey HJ, Vockeroth JR, Wood DM, editor. Manual of
Nearctic Diptera Volume 1. Ottawa (CA): Agriculture Canada.

16
Ritchie AJ. 1993. Superfamily Cynipoidea. Di dalam Goulet H, Huber JT, editor.
Hymenoptera of the World: An Identification Guide to Families. Ottawa
(CA): Canada Communication Group-Publishing. hlm: 521-534.
Semangun H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia.
Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
Setiawati W, Murtiningsih R, Sopha GA, Handayani T. 2007. Petunjuk Teknis
Budidaya Tanaman Sayuran. Bandung (ID): Balai Penelitian Tanaman
Sayuran.
Sinaga JCH. 2014. Identifikasi kutudaun (Hemiptera: Aphididae) pada tanaman
buah di Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Soegianto A. 1994. Ekologi Kuantitatif. Surabaya (ID). Usaha Nasional.
Tachi T, Mohamed M. 2002. Identification Key to Families in Diptera (Insecta).
Malaysia (MY). Universiti Malaysia Sabah.
Ulyshen MD, Pucci TM, Hanula JL. 2011. The importance of forest type, tree
species and wood posture to saproxylic wasp (Hymenoptera) communities
in the Sourtheastern United States. J Insect Conserv.15(2):539-546. doi:
10.1007/s10841-010-9348-5.
Wahl DB, Sharkey MJ. 1993. Superfamily Ichneumonidea. Di dalam Goulet H,
Huber JT, editor. Hymenoptera of the World: An Identification Guide to
Families. Ottawa (CA): Canada Communication Group-Publishing. hlm:
358-442.
Widodo, Wiyono S, Triwidodo H. 2010. Hama & Penyakit Penting. Bogor (ID).
Departemen Proteksi Tanaman (IPB).
Yaherwandi. 2005. Keanekaragaman Hymenoptera Parasitoid pada Beberapa Tipe
Lanskap Pertanian di Daerah Aliran Sungan (DAS) Cianjur Kabupaten
Cianjur Jawa Barat [Disertasi]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.

17

LAMPIRAN

18
Lampiran 1 Pertanaman cabai y ang bersebelahan dengan gulma

19

Lampiran 2 Populasi kutudaun pada pertanaman cabai plot 1 (ekor per tanaman)
Tanggal
pengamatan

Tanaman ke-

Rata-rata

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

28-Jan-2015

235

125

118

64

69

35

10

44

230

100

100

79

125

177

200

114.07

4-Feb-2015

15

17

2

13

41

130

30

45

22

15

135

50

129

210

79

62.20

11-Feb-2015

15

59

56

3

9

98

54

0

3

0

58

51

159

6

2

38.20

18-Feb-2015

43

96

287

75

84

88

82

0

83

0

56

62

86

68

73

78.87

25-Feb-2015

64

126

76

41

105

67

34

4

150

7

100

5

9

200

15

66.87

4-Mar-2015

0

0

0

0

104

0

85

0

0

0

0

0

0

82

2

78.87

11-Mar-2015

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0.00

Lampiran 3 Populasi kutudaun pada pertanaman cabai plot 2 (ekor per tanaman)
Tanggal
pengamatan

Tanaman ke-

Rata-rata

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

28-Jan-2015

25

5

3

9

7

16

14

10

20

15

3

7

17

21

21

12.87

4-Feb-2015

15

6

0

2

0

9

15

25

18

4

7

2

3

16

10

8.80

11-Feb-2015

7

2

2

0

0

1

1

0

1

3

14

0

6

15

6

3.87

18-Feb-2015

12

2

3

43

5

11

7

8

0

25

18

15

62

3

8

14.80

25-Feb-2015

34

43

63

44

98

32

94

12

0

40

64

22

30

13

20

40.60

4-Mar-2015

0

0

0

0

3

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

12.87

11-Mar-2015

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0.00

19

20

20
Lampiran 4 Populasi kutudaun pada pertanaman cabai plot 3 (ekor per tanaman)
Tanggal
pengamatan

Tanaman ke1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

Rata-rata

28-Jan-2015

0

0

7

9

21

11

7

10

0

8

3

28

9

20

3

9.07

4-Feb-2015

0

0

2

5

1

3

0

4

5

0

0

1

1

5

0

1.80

11-Feb-2015

160

28

53

24

9

76

7

0

2

1

0

0

0

1

0

24.07

18-Feb-2015

150

0

25

8

120

32

42

9

7

74

10

11

78

4

2

38.13

25-Feb-2015

11

30

15

21

36

17

16

6

0

3

5

5

6

0

2

11.53

4-Mar-2015

0

6

0

10

31

14

0

0

0

0

0

0

0

0

0

9.07

11-Mar-2015

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0.00

Lampiran 5 Populasi kutudaun pada pertanaman cabai plot 4 (ekor per tanaman)
Tanggal
pengamatan

Tanaman ke1

2

3

28-Jan-2015

3

2

5

4-Feb-2015

0

0

11-Feb-2015

0

18-Feb-2015

4

Rata-rata

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

1

3

1

3

7

0

3

2

5

0

0

0

2.33

2

8

0

2

0

0

0

1

0

1

0

0

0

0.93

0

0

0

0

2

1

0

7

0

1

0

0

2

1

0.93

1

3

2

13

7

3

0

8

4

13

8

18

17

1

4

6.80

25-Feb-2015

2

5

14

26

12

50

6

5

7

10

3

19

21

4

5

12.60

4-Mar-2015

0

9

0

149

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

2.33

11-Mar-2015

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0.00

21

Lampiran 6 Populasi kutudaun pada pertanaman cabai plot 5 (ekor per tanaman)
Tanggal
pengamatan

Tanaman keRata-rata
1

2

3

4

5

6

28-Jan-2015

12

8

0

5

12

2

4-Feb-2015

3

6

1

4

0

11-Feb-2015

0

5

3

0

18-Feb-2015

2

0

0

25-Feb-2015

0

0

4-Mar-2015

0

11-Mar-2015

0

7

8

9

10

11

12

13

14

15

5

13

5

6

5

3

5

15

9

7.00

3

80

1

3

0

1

0

4

0

0

7.07

0

3

113

1

10

0

0

0

5

0

0

9.33

0

0

0

160

0

4

0

0

0

2

9

3

12.00

3

1

0

3

15

4

2

10

3

16

0

50

0

7.13

4

0

2

19

11

0

0

0

3

1

0

0

201

0

7.00

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0.00

21

22

Lampiran 7 Pertanaman cabai berumur 12 MSP (minggu setelah panen) rusak
karena serangan patogen

23
Lampiran 8

Famili Parasitoid yang berhasil dikoleksi selama penelitian,
(a) Bethylidae, (b) Chalcididae, (c) Ceraphronidae, (d)
Eulophidae, (e) Eurytomidae, (f) Eucoilidae, (g) Platygastridae,
(h) Mymaridae

a

b

c
c

d

e

f

g

h

24
Lampiran 9 Indeks keanekaragaman dan sebaran Shannon pada pertanaman cabai
Jumlah individu
Famili
Total
Dalam
Sekeliling
pertanaman
pertanaman
Aphelinidae
0.00
-0.03
-0.02
Bethylidae
-0.05
-0.03
-0.04
Braconidae
-0.33
-0.31
-0.31
Ceraphronidae
-0.14
-0.12
-0.13
Diapriidae
0.00
-0.17
-0.13
Encyrtidae
0.00
-0.05
-0.04
Eucoilidae
-0.14
-0.15
-0.14
Eulophidae
-0.25
-0.17
-0.20
Eurytomidae
-0.18
-0.07
-0.11
Ichneumonidae
-0.29
-0.18
-0.23
Mymaridae
-0.05
-0.18
-0.14
Platygastridae
-0.23
-0.16
-0.19
Pteromalidae
0.00
-0.03
-0.02
Scelionidae
-0.34
-0.37
-0.36
Trichogrammatidae
-0.08
-0.05
-0.06
Total
-2.06
-2.05
-2.12
Indeks
2.06
2.05
2.12
Keanekaragaman
Sebaran
0.83
0.76
0.76
Keanekaragaman

25

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 7 Juni 1993, sebagai putri pertama dari dua
bersaudara dari pasangan Suratinem, SE dan Marhasan, SE. Penulis memiliki
seorang adik laki-laki yang bernama Rizky Firman Syah.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri 3
Bandar Lampung pada tahun 2011. Pada tahun yang sama penulis diterima di
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
melalui jalur masuk SNMPTN Undangan.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif menjadi anggota berbagai lembaga
kemahasiswaan seperti Unit Kegiatan Mahasiswa Bola Basket pada tahun 20112012, Anggota Dewan Pengurus Asrama pada tahun 2011-2012. Tahun 20132014, penulis aktif sebagai pengurus HIMASITA, Departemen Proteksi Tanaman,
IPB divisi Keprofresian. Selain kegiatan kemahasiswaan penulis juga aktif dalam
Public Speaking selama perkuliahan dengan menjadi Master of Ceremony dalam
berbagai kegiatan tingkat departemen.
Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Hama Gudang dan
Permukiman pada semeter Ganjil tahun ajaran 2013/2014, Program Keahlian
Perkebunan Kelapa Sawit (D3 PT. Sinar Mas) pada semester Ganjil tahun ajaran
2014/2015, dan Entomologi Umum pada semester Genap pada tahun ajaran
2014/2015, dan Hama dan Penyakit Benih (D3 Teknik Benih) pada semester
ganjil 2015/2016.