Pengembangan Aplikasi Mobile Cross-Platform Budidaya Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

PENGEMBANGAN APLIKASI MOBILE CROSS-PLATFORM
BUDIDAYA CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

MUHAMMAD DERY ABIDIN

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengembangan
Aplikasi Mobile Cross-Platform Budidaya Cabai Merah (Capsicum annuum L.)
benar karya saya dengan arahan dari Prof Dr Ir Kudang Boro Seminar sebagai
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal dan dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015

MUHAMMAD DERY ABIDIN
NIM F14100070

ABSTRAK
MUHAMMAD DERY ABIDIN. Pengembangan Aplikasi Mobile Cross-Platform
Budidaya Cabai Merah (Capsicum annuum L.). Dibimbing oleh KUDANG
BORO SEMINAR.
Dewasa ini ada banyak petani yang sadar internet untuk mencari dan
memperoleh informasi yang relevan untuk pekerjaan mereka menggunakan
perangkat mobile. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berbasis
mobile telah berkembang sangat cepat, membuat ketersediaan berbagai sistem
operasi pada perangkat mobile seperti smartphone, tablet, dan gadget yang
menyulitkan pengguna ketika website yang diakses hanya dibuat untuk platform
tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan aplikasi mobile budidaya
cabai merah yang dapat berjalan pada berbagai platform (cross-platform)
perangkat mobile. Hasil dari penelitian ini adalah aplikasi mobile yang mampu
beradaptasi di berbagai sistem operasi browser pada platform perangkat mobile

dengan ukuran resolusi layar yang berbeda-beda (responsive), menggunakan
teknik HTML5 (Hyper Text Markup Language 5) dan CSS3 (Cascading Style
Sheets 5). Fitur fungsional yang telah dikembangkan dalam sistem meliputi sistem
pemilihan varietas unggul, budidaya cabai yang meliputi penentuan dosis pupuk,
pengendalian penyakit, pengendalian hama, teknologi budidaya cabai, pascapanen.
Modul diluar budidaya meliputi analisis usaha tani, prakiraan cuaca, kebijakan
pemerintah, dan informasi harga pasar. Berdasarkan uji kompatibilitas di tiga
browser native platform (iOS, Android dan Windows Phone) di tingkat resolusi
ukuran layar yg berbeda, aplikasi secara konsisten dapat berjalan dengan baik.
Kata kunci : cabai merah, cross-platform application, mobile application.

ABSTRACT
MUHAMMAD DERY ABIDIN. Development of Cross-Platform Mobile
Application Hot Pepper Cultivation. Supervised by KUDANG BORO SEMINAR.
Today there are many farmers are aware of the internet to search and obtain
relevant information for their work using a mobile device. The development of
information and mobile-based communication technologies has been accelerating,
making the availability of various operating systems on mobile devices such as
smartphones, tablets, and gadgets that make it difficult for users when the website
that is accessible made only for particular platforms. This research aims to

develop mobile application cultivation of red peppers that can be run on multiplatform (cross-platform) mobile devices. The research of this study is a mobile
application that is able to adapt in variety of browser operating system on mobile
device platforms with a screen resolution size different, using HTML5 and CSS3
techniques. Functional features which have been developed in the system include
choosing the chili pepper variety, chili cultivation which includes determination of
fertilizer dosage, pest and deasese handly, cultivation knowledge, post-harvest.
Module outside of cultivation include farming bussiness analysis, forecasting
weather, government policies, and chili pepper price information. Based on the

compatibility test is in three native platform browsers (iOS, Android and
Windows Phone) at the level of resolution of different screen sizes that can
consistently run well.
Key words: cross-platform application, mobile application, red chilli

PENGEMBANGAN APLIKASI MOBILE CROSS-PLATFORM
BUDIDAYA CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

MUHAMMAD DERY ABIDIN
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi yang berjudul
Pengembangan Aplikasi Mobile Cross-Platform Budidaya Cabai Merah
(Capsicum annuum L.) ini merupakan karya tulis ilmiah dari hasil penelitian yang
dilakukan sejak bulan Maret hingga Oktober 2014. Dengan telah selesainya
penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Orang tua dan keluarga yang senantiasa memberikan dukungan materil dan
non materil selama penulis kuliah di Institut Pertanian Bogor.

2. Prof Dr Ir Kudang Boro Seminar, MSc selaku dosen pembimbing atas
bimbingan, arahan, motivasi kepada penulis dan menjadi pemicu suksesnya
penulisan tesis ini.
3. Pak Solahudin, Pak Liyantono dan Pak Supriyanto, yang sudah banyak
memberikan masukan dan membantu lancarnya penelitian ini dalam diskusi
rutin Lab TBI.
4. Edy, Husen dan Erlin selaku teman satu bimbingan yang senantiasa
bekerjasama dan saling mendukung dan memberi semangat untuk
menyelesaikan penelitian ini.
5. Teman diskusi Lab TBI 47, Alvin, Verari, Tio, Made, Amri atas saran,
kritik dan arahan mengenai desain web.
6. Teman-teman terdekat, Aby Hapsari, Aulia Muthmainnah, Aidil, Marcha,
Danang, Fajardo yang senantiasa menemani, memberi dukungan dan
menjadi tempat berbagi.
7. Semua teman-teman TMB 47 yang selalu memberikan doa dan semangat
untuk penulis.
Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan
kontribusi yang nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidangnya.

Bogor, Maret 2015


Muhammad Dery Abidin

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN

vi
vi
vi
1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah


2

Tujuan Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Cross-Platform

2

Desain Web Responsif

3

METODE


5

Tempat dan Waktu Penelitian

5

Alat dan Bahan

5

Metode Penelitian

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

7

Analisis


7

Desain/Perancangan Aplikasi

8

Pengujian

13

SIMPULAN DAN SARAN

28

Kesimpulan

28

Saran


28

DAFTAR PUSTAKA

29

RIWAYAT HIDUP

48

DAFTAR TABEL
1 Software yang digunakan dalam penelitian
2 Pengelompokan nilai kisaran resolusi.

5
11

DAFTAR GAMBAR
1
2

3
4
5

Tahapan penelitian
Tampilan desktop
Tampilan perangkat selular (mobile)
Contoh media queries pada menu prakiraan cuaca (potrait)
Contoh media queries pada menu prakiraan cuaca (landscape)

6
8
9
11
12

6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34

Struktur menu aplikasi
Tampilan pada Google Chrome versi desktop
Tampilan pada Mozilla Firefox versi desktop
Tampilan pada Internet Explorer versi desktop
Perbandingan tiga browser dengan ukuran jendela yang berbeda
Perbandingan ukuran layar aplikasi pada aplikasi Dreamweaver
Uji kompatibilitas pada Safari browser 7
Uji kompatibilitas pada Internet Explorer 11
Halaman utama
Form pemilihan varietas unggul
Tampilan hasil pemilihan varietas
Halaman analisis usaha
Tampilan hasil analisis usaha
Halaman prakiraan cuaca
Halaman kebijakan pemerintah
Halaman isi kebijakan pemerintah
Halaman informasi harga pasar
Halaman input penentuan dosis pupuk
Halaman hasil penentuan dosis dasar
Menu pengendalian penyakit
Dialog lanjutan halaman pengendalian penyakit
Halaman kesimpulan diagnosa penyakit
Halaman pengendalian hama
Halaman penjelasan pengendalian hama
Halaman teknologi budidaya
Halaman rekomendasi teknologi budidaya cabai
Halaman pascapanen
Halaman pascapanen primer
Halaman standar mutu cabai

13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27

DAFTAR LAMPIRAN
1 Contoh sintaksis kontrol flexibel media
2 Media queries pada aplikasi
3 Sintaksis CSS yang digunakan pada aplikasi cross-platform
4 Desain basis data

30
30
30
47

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada tengah dekade ini sudah diakui bahwa kemampuan berbasis teknologi
selular memiliki potensi untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi dan kinerja
bisnis yang penting lainnya (Gebauer dan Shaw 2004; Nah et al. 2005). Dewasa
ini mobilitas sistem informasi merupakan topik bisnis yang penting. Pada saat
yang sama kita akan melalui konvergensi desktop dan mobile, web dan
pengembangan aplikasi native (Mikkonen et al. 2009).
Perkembangan teknologi selular (mobile) yang pesat, mengharuskan
pengembang untuk menulis banyak versi kode program aplikasi native untuk
beradaptasi terhadap keterbatasan dan kemampuan perangkat selular yang
berbeda-beda (Gardner 2011).
Dewasa ini telah hadir suatu konsep dan metode komputasi yang diterapkan
dan dapat dioperasikan pada berbagai platform komputer. Metode tersebut disebut
cross-platform software. Cross-platform software mampu berfungsi pada
beberapa sistem operasi dengan hanya menulis kode program sekali saja. Crossplatform software dapat berjalan pada sebagian besar atau semua sistem dengan
sedikit atau tanpa modifikasi yang juga disebut multi-platform (Redda 2012).
Aplikasi web merupakan salah satu jenis cross-platform software yang ada.
Aplikasi web memungkinkan pengembang untuk mengimplementasikan
perangkat lunak yang ditulis dalam satu bahasa pemrograman dalam bentuk 3
komponen yakni HTML5, JavaScript, dan CSS3 yang diberikan dalam web
browser standar. Menggunakan pendekatan itu, pengembang tidak perlu lagi
mendukung berbagai sistem operasi menulis aplikasi mereka dalam kode asli
untuk iOS, Android dan Windows atau lainnya. Selain itu aplikasi web yang
berjalan tanpa perlu diunduh dan instalasi secara terpisah, dan mereka dapat
digunakan secara langsung di seluruh dunia (Wolf dan Huffstadt 2013).
Aplikasi cross-platform memiliki keunggulan dan kelemahan,
keunggulannya antara lain adalah minimnya biaya dan waktu pengembangan,
mudah melakukan pengembangan, menggunakan teknologi yang sudah banyak
dikenal, nuansa yang terlihat seragam pada tampilan, mudah melakukan dan
mempertahankan perubahan ketika mengembangkan satu aplikasi yang berjalan di
semua platform (one instead of many) dan jangkuan yang lebih besar. Adapun
kelemahan dari aplikasi cross-platform adalah perbedaan alat dan bahasa program,
pengembangan tampilan pengguna (user interface) yang berbeda, pengintegrasian
platform dengan pengaturan dan preferensi yang berbeda-beda.
Implementasi teknologi cross-platform yang bisa dirasakan langsung
manfaatnya adalah dengan memfokuskan pengembangan pada bidang pertanian.
Teknologi selular atau biasa disebut mobile sudah sangat akrab sekali dengan
masyarakat sekarang ini. Fleksibilitas dan kecepatan menjadi keunggulan bagi
teknologi mobile dalam mendapatkan informasi dalam dunia agribisnis sekarang
ini. Upaya untuk meningkatkan kualitas kegiatan agribisnis telah banyak
dilakukan, contohnya dengan upaya untuk mempermudah akses terhadap
informasi dan sumber pengetahuan terkait agribisnis.

2
Komoditas cabai (Capsicum annuum L.) adalah salah satu komoditas
agribisnis yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia selain itu, sudah
banyak penelitian terdahulu yang telah dilakukan untuk mendukung aktivitas
agribisnis cabai (Capsicum annuum. L). Penelitian terdahulu yang terkait dengan
cabai merah telah dilakukan oleh Supriyanto (2011), Safaruddin (2012), dan
Darmawan (2011).
Penelitian-penelitian sebelumnya dikhususkan hanya untuk platform
tertentu saja seperti Android, aplikasi web dan website. Hal tersebut menjadi
sebuah hambatan karena kurangnya fleksibilitas untuk pengguna mendapatkan
informasi. Adapun beberapa penelitian terdahulu yang bekaitan dengan aplikasi
cross-platform maupun multi-platform belum menyentuh dunia pertanian,
penelitian terdahulu yang sudah dilakukan diantaranya oleh Putra (2013), Pastore
(2013). Oleh karena itu perlu dikembangkannya aplikasi berbasis mobile yang
fleksibel dapat dipakai di platform manapun (cross-platform) untuk budidaya
cabai (Capsicum annuum L).
Pengembangan aplikasi mobile cross-platform budidaya cabai merah
(Capsicum annuum L.) dilakukan dengan memodifikasi website agar aplikasi web
dapat berfungsi dengan baik pada tiga browser sistem operasi perangkat mobile
dengan ukuran layar yang berbeda dan berbagai jenis desktop browser. Tiga
platform atau sistem operasi perangkat mobile yang dituju adalah Android, iOS
dan Windows. Selain itu juga terdapat penambahan jumlah varietas cabai
(Capsicum annuum L.) dari basis pengetahuan pada penelitian sebelumnya yang
dijadikan acuan menjadi total 87 buah.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, yang menjadi
pokok permasalahan adalah bagaimana mengembangkan aplikasi berbasis mobile
yang dapat berfungsi dengan baik di semua jenis sistem operasi browser (Google
Chrome, Mozilla Firefox, Internet Explorer dan Safari), sehingga memudahkan
pengguna berinteraksi tanpa adanya batasan platform (Android, iOS dan Windows
phone).
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah memodifikasi aplikasi web sistem
konsultasi online agribisnis cabai (Capsicum annuum L.) yang telah dibuat pada
platform web sebelumnya (Supriyanto 2011) menjadi aplikasi mobile crossplatform berbasis web untuk manajemen budidaya cabai merah (Capsicum
annuum L.)

TINJAUAN PUSTAKA
Cross-Platform
Beberapa tahun lalu Mikkonen et al. (2009) mengakui bahwa aplikasi web
adalah masa depan dari pengembangan mobile application. Teknik cross-platform
seperti HTML5, JavaScript, CSS dan AJAX adalah pengembangan yang lebih

3
disukai. Adanya perbedaan yang jelas dari kerangka kerja dalam dua kategori.
Kerangka cross-platform browser-centric atau yang disebut kerangka antar muka
pengguna menggunakan teknik HTML5 menyebarkan aplikasi mobile terutama
pada web browser. UI (User Interface) framwork seperti jQuery mobile atau
sencha Touch 2 adalah HTML5 berbasis sistem antar muka pengguna termasuk
berbagai set buit-in komponen untuk mengembangkan aplikasi internet, dengan
perpustakaan komponen, widget, layout dan stylesheet untuk kemampuan GUI
(Graphical User Interface) tinggi sudah termasuk aplikasi web yang dapat
berkembang pesat (Yan dan Chen 2011; Smutny 2012). Kerangka cross-platform
native centric menggunakan teknik HTML5 atau dalam beberapa kasus hak milik
SDK (Software Developmnet Kit) untuk mengembangkan aplikasi mobile yang
dapat berjalan pada platform asli. Setelah aplikasi dibangun dengan kerangka itu
dapat digunakan pada beberapa sistem operasi mobile tanpa keluaran tambahan
untuk pengembangan. Kerangka kerja ini seperti PhoneGap atau Appcelerator
dapat digunakan dalam kebanyakan kasus sebagai varian hybrid cross-platform
framework, dalam hal ini pengembang menggabungkan wadah asli dengan akses
langsung ke fungsi API (Application Programming Interface) yang diperlukan
untuk mendukung tampilan depan web based untuk membangun antarmuka
pengguna berbasis web. Hybrid centric cross-platform framework ini
menyediakan kode asli yang dikandungnya sebagai contoh dengan pustaka
JavaScript sederhana yang bertindak sebagai jembatan antara muka aplikasi web
dan fungsi native API seperti menggunakan kamera, accelerometer atau unit GPS
(Global Positioning System) (Wolf dan Huffstadt 2013).
Penelitian ini difokuskan pada pengembangan cross-platform browsercentric. Cross-platform browser-centric yang dimaksud adalah sebuah website
yang secara fungsional dapat berjalan dengan baik di semua perangkat (browser)
dan ukuran layar desktop/mobile.
Desain Web Responsif
Desain web responsif adalah pendekatan desain web yang ditujukan untuk
menyusun tata letak visual situs untuk memberikan pengalaman mudah dilihat,
pengalaman dalam membaca yang optimal, dan navigasi yang mudah (mengubah
ukuran, scrolling, dan panning dari berbagai perangkat. Menurut Gardner (2011)
desain web responsif, memiliki tiga komponen penting yaitu :
1. Fluid layout
2. Flexible media
3. Media quaries
Tiga kompnen diatas menjadikan web yang memiliki kemampuan untuk
beradaptasi terhadap ukuran, resolusi, kepadatan pixel, dan orientasi desainer.
Fluid Layout
Fluid layout merupakan layout yang bertugas untuk memastikan website
dapat mempunyai skala lebar yang penuh pada browser. Luas areal konten dalam
fluid layout ditentukan dalam persentase jendela browser. Berbeda dengan layout
tetap yang biasa digunakan pada website-website standar, lebar layout adalah
statis dan diberikan dalam pixel, sehingga tidak menyesuaikan diri pada ukuran
layar pengguna, yang terlihat menyisakan ruang kosong saat ditampilkan pada

4
tampilan resolusi tinggi. Fluid layout yang dinamis dan sensitif beradaptasi
dengan ruang kosong yang terdapat pada halaman web, serta meningkatkan
aksesibilitas terhadap konten.
Flexibel Media
Seperti halnya fluid layout, flexible media bertugas memastikan objek media
yang terdapat pada halaman web yang mempunyai fluid layout agar ikut terskala.
Konten yang terdapat dalam sebuah situs dengan layout yang dapat berubah
menyesuaikan lebar jendela browser secara bersamaan ikut mengalami perubahan
ukuran. Hal ini menjadi masalah ketika objek media (gambar atau video) memiliki
ukuran set default atau tetap. Membuat objek media menjadi fleksibel dengan
menempatkannya ke dalam fluid layout mencegah lebar area media pada halaman
website memiliki ukuran lebih kecil dari lebar objek media. Properti max-width
dalam CSS dapat menempatkan objek media ke dalam fluid layout dengan
mengubah ukuran tetap menjadi persentase sehingga memastikan browser
menyekalakan objek pada ukuran halaman jika ukuran halaman web turun
dibawah ukuran asli objek media. Sehingga objek media tidak tampil hanya
sebagian karena terganggu oleh luas halaman yang mengecil.
Media Queries
Fluid layout masih memiliki permasalahan kegunaan tertentu. Permasalahan
pembacaan muncul ketika terjadinya perubahan ukuran layar (Gardner 2011).
Permasalahan pembacaan yang muncul berbeda tergantung kepada besarnya
ukuran layar, sebagai contoh pada tampilan smartphone, dimana konten secara
otomatis menyesuaikan ukuran layar perangkat tersebut sehingga semua format
seperti ukuran huruf, kata perbaris akan mengecil sesuai dengan ukuran layar, hal
ini bisa membuat kemampuan baca berkurang. Media queries dapat memastikan
permasalahan tersebut tidak terjadi, karena media queries memastikan format
konten yang terdapat dalam layout menyesuaikan diri sesuai dengan
lingkungannya. CSS3 media queries hadir sebagai teknologi memungkinkan
browser menampilkan gaya yang berbeda dengan sudut pandang konten yang
berbeda. CSS3 mempunyai kemampuan untuk menentukan jenis media stylesheet,
termasuk layar, cetak, handheld, serta kemampuan untuk menargetkan fitur media
seperti orientasi layar dan lebar perangkat, ini sangat membantu ketika kita
menginginkan layout yang berbeda untuk tipe media dan perangkat yang berbeda.
Subtitusi konten dapat meningkatkan kenyamanan pengguna smartphone, dan
untuk menghindari penggunaan scrolling dan menggunakan navigasi dropdown
dengan cara memodifikasi float properties yang dideklarasikan pada media query.
Hal tersebut berbeda dengan media queries yang terdapat pada single platform,
pada web standar media queries tidak dapat menyesuaikan format – format konten
yang terkandung didalamnya sesuai dengan resolusi layar browser, sehingga
format menjadi tidak beraturan apabila web di tampilkan pada tampilan resolusi
tinggi.

5

METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret 2014 sampai dengan bulan
Oktober 2014. Penelitian dilakukan di laboratorium Teknik Bioinformatika,
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Alat
Laptop personal dengan spesifikasi sebagai berikut:
i) Prosesor Intel Core™ i3 CPU M370 @ 2.53GHz (gigahertz)
ii) RAM (Random Access Memory) 4 GB (Gigabyte)
iii) Kartu grafis 1 GB
iv) Hardisk internal 300 GB
v) Operating System Windows 7 Pro 32 bit.
Software yang mendukung dalam pembuatan web dan database dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Software yang digunakan dalam penelitian
No
1
2
3
4
5
6

Perangkat Lunak
Appserv (XAMPP Control Panel v3.2.1)
PHP, HTML,CSS, dan Javascript
MySQL (phpMyAdmin versi 4.0.9)
Adobe Photoshop CS 6
Adobe Dreamweaver CS 6
Smartphone (Android, iOS, Windows)

Kegunaan
Web server
Programming website
Pembuatan basis data
Pengolahan gambar
Pembuatan desain web
Implementasi

2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
i) Knowledge base yang telah dibuat sebelumnya oleh Supriyanto
(2011)
ii) Data sekunder 87 varietas cabai merah (Capsicum annuum L.)
menurut Direktorat Jenderal Hortikultura, Direktorat Perbenihan
Hortikultura, Kementerian Pertanian RI (2014) diambil dari database
web Direktorat Jenderal Hortikultura, Direktorat Perbenihan
Hortikultura,
Kementerian
Pertanian
Republik
Indonesia
(http://ditbenih.hortikultura.deptan.go.id).
iii) Data sekunder informasi harga pasar cabai merah (Capsicum annuum
L.) menurut Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Pertanian, Kementerian Pertanian RI (2015) diambil dari web
Pelayanan Informasi Pasar milik Kementerian Pertanian Republik
Indonesia (http://pip.kementan.org).
iv) Template responsive website
v) Literatur dari buku dan hasil penelitian seperti jurnal, skripsi dan
tesis.

6
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan secara garis besar mengacu pada SDLC
(System Development Life Cycle). Tahapan penelitian disajikan pada Gambar 1
berikut:
Mulai
Identifikasi Masalah

Analisis
Tampilan dan Desain Aplikasi

Kodifikasi dan Uji Coba

Tidak

Apakah fungsional dan nonfungsional sudah terpenuhi?
Ya
Implementasi

Tidak

Apakah
berjalan

aplikasi
dengan

dapat
baik?

Ya
Selesai

Gambar 1 Tahapan Penelitian
Tahap identifikasi masalah meliputi tahap identifikasi masalah dan tujuan
yang telah diterangkan pada tujuan dan perumusan masalah. Sumber pengetahuan
yang diperoleh yakni pengetahuan pakar dan publikasi terkait berupa deskripsi
kultivar, buku, jurnal dan literatur untuk dijadikan sumber akuisisi pengetahuan.
Tahap analisis difokuskan pada analisis kebutuhan pengguna (user
requirements) yang mencakup kebutuhan fungsional dan non-fungsional dari
aplikasi yang dibuat. Kebutuhan fungsional adalah kebutuhan fungsi setiap menu
di setiap halaman dapat terhubung (terkoneksi) satu dengan yang lainnya.

7
Sedangkan kebutuhan non-fungsional adalah kebutuhan sistem yang mampu
beradaptasi di berbagai ukuran layar tampilan perangkat mobile dan pada setiap
browser platform yang ditargetkan.
Tahapan desain dilakukan menggunakan perangkat-perangkat profesional
yang dipilih berdasarkan kebutuhan fungsional dan kebutuhan non-fungsional
yang telah ditentukan.
Tahapan kodifikasi dilakukan dengan memodifikasi aplikasi web yang telah
tersedia menjadi bentuk sebuah prototipe aplikasi mobile cross-platform sesuai
dengan desain sistem, sehingga prototipe dapat dilakukan pengujian sebelum
diimplementasikan pada server.
Tahapan implementasi prototipe aplikasi pada server. Uji kompatibilitas
dilakukan pada sistem dengan mengunggah sistem pada server menguji coba pada
web browser dan perangkat mobile (Android, iOS, Windows phone) dengan
ukuran layar perangkat yang berbeda-beda.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis
Tujuan desain aplikasi ini adalah memodifikasi web untuk budidaya cabai
merah yang telah dikaji pada penelitian sebelumnya menjadi sebuah aplikasi
berbasis mobile cross-platform. Kebutuhan fungsional sistem tidak mengalami
banyak perubahan, sedangkan kebutuhan non-fungsional sistem dimodifikasi agar
memiliki tiga komponen penting pada desain web responsif.
Kebutuhan Fungsional
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Supriyanto (2011)
tentang sistem konsultasi online agribisnis cabai (Capsicum annuum L.),
kebutuhan fungsional sistem mencakup :
1. Teknologi budidaya cabai,
2. Pemilihan varietas unggul,
3. Penentuan dosis pupuk dasar,
4. Pengendalian hama,
5. Pengendalian penyakit,
6. Pascapanen,
7. Analisis usaha,
8. Prakiraan cuaca,
9. Kebijakan pemerintah,
10. Informasi harga pasar.
Sesuai kebutuhan fungsional dari sistem budidaya cabai merah diatas maka
kebutuhan fungsional yang telah dibuat sebelumnya ditransfer ke dalam bentuk
cross-platform website, dengan sedikit modifikasi pada database dengan
memperbarui data varietas cabai merah (Capsicum annuum L.), modul prakiraan
cuaca yang lebih ter-update selama seminggu, serta interface website lebih
bersahabat.

8
Kebutuhan Non-fungsional
Lembaga survei The Pew Research Center pada bulan Mei 2013 melakukan
survei terhadap preferensi penggunaan perangkat untuk mengakses internet yang
menyatakan bahwa sebanyak 63% pemakai internet, menggunakan ponsel mereka
untuk mengakses internet dan sepertiga (34%) dari mereka yang menggunakan
ponsel untuk mengakses internet lebih memilih ponsel dibandingkan dengan
perangkat yang lain seperti, desktop, laptop¸ atau komputer tablet. Banyaknya
jumlah pemakai internet yang mengakses via ponsel dibandingkan dengan
perangkat lainnya menyebabkan masalah ketika website yang diakses dibuat
hanya ditujukan untuk platform tertentu saja, maka pengembang atau perancang
seringkali harus membuat beberapa versi website untuk mengatasi masalah
tersebut (Gardner 2011). Berdasarkan data kebutuhan tersebut maka kebutuhan
non-fungsional sistem yang dibutuhkan pengguna adalah kemampuan adaptasi
aplikasi diberbagai platform perangkat mobile.
Desain/Perancangan Aplikasi
Tampilan dan desain aplikasi diambil dari template yang banyak tersedia di
internet dengan melakukan modifikasi di dalamnya. Modifikasi dilakukan sesuai
dengan kebutuhan fungsional sistem yang telah dibangun.
Desain Web Responsif
Desain/perancangan aplikasi dilakukan melalui pendekatan desain web
responsif. Desain web responsif memiliki 3 komonen penting yaitu :
1. Fluid Layout
Fluid layout ini mengatur layout website agar dapat menyesuaikan dengan
kondisi browser. Fluid Layout bertugas untuk menyekalakan halaman
website agar halaman website tetap mengisi penuh layar perangkat/browser
pada berbagai ukuran.

Gambar 2 Tampilan desktop

9

Gambar 3 Tampilan perangkat selular (mobile)
Gambar 2 dan Gambar 3 merupakan perbandingan tampilan pada ukuran
layar yang berbeda. Gambar 2 dan Gambar 3 menunjukan bahwa website tampil
dalam layar penuh berapapun ukuran layar browser. Fluid layout memiliki fluid
grid yang memungkinkan tampilan web beradaptasi sesuai dengan lingkungan.
Setiap elemen dalam perancangan fluid layout, ditentukan berdasarkan
perbandingan relatif antara tinggi dan lebar halaman yang proporsional terhadap
jendela browser, bukan berdasarkan dimensi berbasis pixel (fix grid) seperti
halaman web pada umumnya.
Sebagai contoh dalam merancang halaman web dengan ukuran 960 pixel
dengan konten area berukuran 685 pixel dan menu area 215 pixel dengan margin
20 pixel, maka persentase proporsionalnya secara sederhana dapat disajikan pada
persamaan 1 :
������ ����
∗ 100 %
(1)
Fluid grid =
� ����
Sehingga :
685 ����
Konten area =
∗ 100 % = 71.4 %
960 ����
Menu area =

215 ����
960 ����

20 ����

Margin = 960

����

∗ 100 % = 22.4 %

∗ 100 % = 2.08 %

10
Keterangan : target area merupakan ukuran area yang diinginkan dan context
adalah ukuran penuh halaman web.
Sehingga didapatkan hasil 71.4 % untuk ukuran konten area, 22.4 % untuk
menu area dan margin sebesar 2.08 %.
2. Flexible Media
Media yang terdapat di dalam website yang responsif harus ditempatkan
dalam fluid layout agar media (gambar ataupun video) ikut terskala secara
proporsional terhadap jendela browser. Gambar kepala (header) website
merupakan contoh dari konten media yang paling vital. Ukuran gambar harus
di tetapkan dalam flexible media untuk mencegah gambar terpotong atau
tertutup oleh jendela browser yang mengecil. Ukuran gambar dapat ditetapkan
dalam:
i) max-width : 100% atau max-height : 100%
Sintaksis ini diaplikasikan jika ukuran jendela browser sama atau lebih
besar dari set nilai yang digunakan.
ii) min-width : 100% atau min-height : 100%
Sintaksis ini diaplikasikan jika ukuran jendela browser sama atau lebih
kecil dari set nilai yang digunakan.
iii) width : 100%
Sintaksis ini diaplikasikan agar gambar memiliki ukuran lebar yang
sama dengan jendela browser.
Pada penelitian ini digunakan kontrol media (gambar) menggunakan
sintaksis pada nomor tiga terutama pada bagian header. Contoh kontrol
sintaksis pada penelitian ini terdapat pada Lampiran 1.
3. Media Queries
Media queries merupakan alat bantu dalam mendesain web responsif.
Media quaries memungkinkan browser menampilkan gaya yang berbeda
dengan sudut pandang berbeda sesuai dengan syarat spesifik yang telah
ditentukan sebelumnya. Deklarasi media queries ditentukan berdasarkan target
minimal atau maksimal besarnya ukuran layar perangkat, tidak seperti fluid
layout dengan flexible media didalamnya yang menggunakan ukuran relatif.
Berikut adalah kondisi umum pada media queries :
i) min-device-width atau min-device-height
ii) max-device-width atau max-device-height
min-device-width atau min-device-height digunakan jika ukuran layar
perangkat sama dengan atau lebih besar dari nilai yang ditentukan, sedangkan
max-device-width atau max-device-height digunakan jika ukuran layar
perangkat sama dengan atau lebih kecil dari nilai yang ditentukan.
Smartphone pada umumnya mempunyai media queries dengan resolusi
perangkat mencapai 480 × 854, seperti pada iphone dan Android. Perangkat
yang digunakan untuk mengakses web memiliki nilai kisaran resolusi sendiri.
Hal ini tidak layak untuk menggabungkan semua resolusi yang mungkin ke
dalam desain, tetapi pengelompokan nilai kisaran resolusi seperti pada Tabel 2
ke dalam kategori bisa memutuskan untuk memfokuskan desain.

11

Tabel 2 Pengelompokan nilai kisaran resolusi.
Jenis Perangkat

Lebar resolusi atau orientasi

Smartphone
Tablet

Kurang dari 570px
Mendukung orientasi

Small-screen laptop and desktop

570px – 1280px

Widescreen monitor

Lebih besar dari 1280px

Sumber : Gardner BS. 2011

Menambahkan media queries pada nilai resolusi yang ditentukan pada Tabel
2, perancang dapat secara efektif menentukan layout dan konten untuk context
perangkat. Sebagai contoh, Motorola DROID2 dengan resolusi layar 480 × 854
pixel, dan nilai yang ditentukan pada deklarasi min-device-width dan max-devicewidth sebesar 320 × 569 pixel maka ukuran halaman website akan berubah
menjadi 320 × 854 pixel atau 480 × 320 pixel. Pada layar iPhone 4 yang
menampilkan resolusi tinggi (640 × 960) pixel media queries pada CSS akan
menyesuaikan di 320 × 480 pixel dengan rasio pixel 2. Salah satu contoh media
queries dari sistem disajikan pada Gambar 4 dan Gambar 5.
Sintaksis media queries pada penelitian ini dibuat pada file CSS yang dapat
dilihat pada Lampiran 2.

Gambar 4 Contoh media queries pada menu prakiraan cuaca (potrait)

12

Gambar 5 Contoh media queries pada menu prakiraan cuaca (landscape)
Desain Basis Data
Desain object relational database menerangkan mengenai hubungan data
data yang digunakan dalam pengembangan sistem ini. Tabel-tabel yang digunakan
pada sistem ini menyimpan informasi-informasi mengenai pemilihan varietas,
teknologi budidaya cabai merah, hama dan penyakit. Desain hubungan relasi antar
tabel-tabel tersebut ditunjukkan seperti pada Lampiran 4.
Desain Antarmuka (User Interface)
Desain antarmuka aplikasi memiliki tiga menu utama yaitu menu cabai,
menu konsultasi dan menu about. Halaman konsultasi memiliki 6 submenu
diantaranya pemilihan varietas unggul, budidaya, analisis usaha, prakiraan cuaca,
kebijakan pemerintah dan informasi harga pasar. Submenu budidaya terdiri 5 subsubmenu di dalamnya, diantaranya penentuan dosis pupuk, pengendalian penyakit,
pengendalian hama, teknologi budidaya cabai, dan pascapanen. Struktur menu
aplikasi bisa dilihat seperti pada Gambar 6.

13

Gambar 6 Struktur menu aplikasi
Pengujian
Uji Kompatibilitas
Pada tahap ini dilakukan uji kompatibilitas aplikasi di berbagai web browser,
web browser yang dipilih adalah Internet Eksplorer, Mozila Firefox, dan Google
Chrome, serta implementasi sistem fungsional. Perbedaan hasil uji kompatibilitas
dapat dilihat pada Gambar 7, Gambar 8 dan Gambar 9.

14

Gambar 7 Tampilan pada Google Chrome versi desktop

Gambar 8 Tampilan pada Mozilla Firefox versi desktop

15

Gambar 9 Tampilan pada Internet Explorer versi desktop
Pada Internet explorer tampilan terlihat sedikit berbeda, ini dikarenakan
CSS media queries pada Internet Explorer yang berbeda dengan Mozilla Firefox
dan Google Chrome. Selain diuji pada tampilan desktop, aplikasi juga diuji pada
tingkat ukuran layar yang berbeda-beda seperti pada Gambar 10 dan 11.

Gambar 10 Perbandingan tiga browser dengan ukuran jendela yang berbeda

16

Gambar 11 Perbandingan ukuran layar aplikasi pada aplikasi Dreamweaver
Selain pada desktop web browser, aplikasi juga di uji pada browser bawaan
sistem operasi perangkat selular (smartphone), yaitu Android, iOS dan Windows
phone. Browser bawaan untuk perangkat selular (smartphone) biasanya
menggunakan zoom default yang berbeda-beda. Uji kompatibilitas pada browser
bawaan masing-masing platform telepon selular dilakukan pada Windows Phone
dan Apple, yaitu pada Internet Explorer 11 di Windows Phone 8.1 dan Safari 7
pada iphone 4s (Gambar 12 dan Gambar 13).

Gambar 12 Uji kompatibilitas pada safari browser 7

17

Gambar 13 Uji kompatibilitas pada Internet Explorer 11
Implementasi sistem
Setelah dilakukan uji kompatibilitas sistem, sistem diimplementasikan
kedalam server agar modul-modul fungsional dapat diakses oleh pengguna.
Modul-modul fungsional sistem terdapat di dalam submenu konsultasi pada
halaman utama (Gambar 14). Menu-menu fungsional disesuaikan dengan
kebutuhan fungsional sistem.

Gambar 14 Halaman utama
Menu konsultasi terdiri dari menu-menu pemilihan varietas unggul,
budidaya, analisis usaha, prakiraan cuaca, kebijakan pemerintah, informasi harga
pasar. Pemilihan varietas unggul (Gambar 15) ditentukan berdasarkan parameter
ketinggian lokasi dengan keluaran jenis varietas apa saja yang cocok untuk
dibudidayakan.

18

Gambar 15 Form pemilihan varietas unggul

Gambar 16 Tampilan hasil pemilihan varietas
Gambar 16 menunjukkan hasil rekomendasi benih cabai berdasarkan
kondisi lokasi. Rekomendasi yang diberikan berupa nama benih, produktivitas
cabai, dan jenis cabai, pada halaman analisis usaha tani (Gambar 17) terdiri dari
form yang harus diisi oleh pengguna untuk menjalankan perhitungan usaha tani.
Parameter usaha tani ditentukan dengan produktivitas jenih benih cabai dengan
asumsi populasi tanaman yang digunakan 17.000 pohon/ha, analisis usaha tani
dihitung untuk satu musim tanam (Supriyanto 2011).

19

Gambar 17 Halaman analisis usaha

Gambar 18 Tampilan hasil analisis usaha
Gambar 18 menunjukkan hasil konsultasi analisis usaha tani. Berdasarkan
hasil analisis, didapatkan total pendapatan sebesar 72 juta rupiah dengan
keuntungan Rp29 067 600. B/C rasio dari hasil perhitungan adalah 1.68
sedangkan BEP harga sebesar Rp7 152/kg dan BEP produksi Rp3 576 kg.
Halaman prakiraan cuaca (Gambar 19) pada menu konsultasi ini
menggunakan sebuah widget forecast.io dimana widget ini terkoneksi ke internet
untuk melihat prakiraan cuaca secara realtime selama seminggu pada suatu daerah.

20

Gambar 19 Halaman prakiraan cuaca
Selain menu prakiraan cuaca pada menu konsultasi juga terdapat menu
kebijakan pemerintah dan informasi harga pasar. Menu kebijakan pemerintah
(Gambar 20) berisi tentang rencana kerja dan strategi pembangunan hortikultura
Kementrian Pertanian Indonesia yang mengacu pada pasal-pasal dalam UndangUndang No 13 tahun 2010 tentang hortikultura. Terdapat 6 pasal yang menjadi
acuan dalam pembangunan hortikultura tahun 2015, yaitu pasal 40, 42, 43, 44, 45
dan 47.

Gambar 20 Halaman kebijakan pemerintah

21

Gambar 21 Halaman isi kebijakan pemerintah
Pengguna dapat memilih pasal-pasal tersebut untuk dibaca. Setelah
pengguna memilih informasi yang diinginkan, maka pengguna masuk ke halaman
selanjutnya (Gambar 21) yang menjelasakan isi dari pasal-pasal dalam UndangUndang No 13 tahun 2010 tentang hortikulutura, sedangkan untuk halaman
informasi harga pasar pada aplikasi ini masih tersedia secara statis, informasi yang
ditampilkan tidak bisa dilihat secara real time. Informasi halaman ini merujuk dari
website Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian,
Kementerian Pertanian Republik Indonesia (2015) yang tersedia pada halaman
Pelayanan Informasi Pasar (http://pip.kementan.org/). Halaman informasi harga
pasar dapat dilihat pada Gambar 22.

Gambar 22 Halaman informasi harga pasar

22
Menu budidaya memiliki 5 submenu di dalamnya, yaitu penentuan dosis
pupuk, pengendalian penyakit, pengendalian hama, teknologi budidaya cabai, dan
pascapanen. Menu penentuan dosis pupuk pada aplikasi ini merupakan penentuan
dosis pupuk organik. Basis pengetahuan yang dipakai pada sistem mengacu pada
basis pengetahuan yang telah dibuat sebelumnya oleh Maulana (2014).
Perhitungan dilakukan dengan memasukkan beberapa parameter sesuai kebutuhan
dan kondisi yang diinginkan. Parameter tersebut adalah jenis pemupukan, luas
lahan, jenis tanah, pH tanah, hasil PUTK (perangkat uji tanah kering), jenis pupuk
organik, jenis pupuk majemuk, pupuk tunggal N, P dan K. Halaman penetuan
dosis pupuk dasar ini terdiri dari 2 halaman, halaman utama (Gambar 23)
merupakan halaman input dan halaman hasil (Gambar 24) merupakan halaman
hasil perhitungan.

Gambar 23 Halaman input penentuan dosis pupuk

Gambar 24 Halaman hasil penentuan dosis dasar

23
Menu konsultasi penyakit dan hama diimplementasikan dengan memberikan
pilihan kepada pengguna, mengenai hama apa yang menyerang dan gejala-gejala
penyakit apa yang muncul mulai dari penanaman hingga panen. Pada
pengendalian penyakit, gejala-gejala ditanyakan secara berurut mengikuti alur
hingga mencapai kesimpulan akhir, sedangkan untuk pengendalian hama,
diberikan pilihan kondisi ciri-ciri fisik serangan hama yang menyerang tanaman
cabai. Urutan menu pengendalian penyakit dapat dilihat pada Gambar 25 dan
Gambar 26 sementara untuk hasil kesimpulan diagnosa dapat dilihat pada Gambar
27.

Gambar 25 Menu pengendalian penyakit

Gambar 26 Dialog lanjutan halaman pengendalian penyakit

24

Gambar 27 Halaman kesimpulan diagnosa penyakit
Halaman urutan pengendalian hama dapat dilihat pada Gambar 28 dan
Gambar 29. Gambar 29 menampilkan halaman penjelasan tentang hama yang
dipilih dan cara pengendaliannya.

Gambar 28 Halaman pengendalian hama

25

Gambar 29 Halaman penjelasan pengendalian hama
Dua submenu terakhir pada menu budidaya adalah menu teknologi budidaya
cabai dan pascapanen. Menu teknologi budidaya cabai berisi SOP (standard
operational procedure) di lapangan pada penanaman cabai, didalamnya berisi
pertanyaan permasalahan yang terjadi di lapangan. Gambar 30 dan 31 merupakan
tampilan user interface dari menu teknologi budidaya cabai.

Gambar 30 Halaman teknologi budidaya

26

Gambar 31 Halaman rekomendasi teknologi budidaya cabai
Menu pascapanen terdiri dari dua bagian, yaitu pascapanen primer dan
sekunder, pada halaman ini berisi informasi penanganan pascapanen dan daftar
kelas mutu cabai berdasarkan SNI (Standar Nasional Indonesia). Halaman
pascapanen dapat dilihat pada Gambar 32, 33 dan 34.

Gambar 32 Halaman pascapanen

27

Gambar 33 Halaman pascapanen primer

Gambar 34 Halaman standar mutu cabai
Kelebihan dan Kekurangan Sistem
Tampilan yang responsif dan fleksibel yang dimiliki oleh aplikasi web
budidaya cabai merah (Capsicum annuum L.) menjadi keunggulan dari aplikasi
ini. Tampilan yang responsif dan fleksibel memudahkan pengguna dalam
berinteraksi dengan informasi yang disediakan, selain menambah pengalaman
pengguna dalam berinteraksi, informasi yang disampaikan juga lebih efektif dan
efisien.
Masih terdapat beberapa kekurangan dari aplikasi web budidaya cabai
merah (Capsicum annuum L.) ini, seperti ketidaksesuaian template di beberapa
modul membuat kemampuan menampilkan informasi pada perangkat yang
memiliki ukuran layar dibawah 5 inchi (berkisar 480 × 854 pixel) menjadi kurang

28
efisien, belum mengikuti kaidah perancangan web interface seperti ditujukan
untuk pengguna, utilitas dan kemudahan dipelajari, sesuai dengan spesifikasi
kebutuhan, mengetahui dan mematuhi batasan media website dan internet, website
harus mematuhi prinsip GUI, navigasi sebagai sarana untuk mendapatkan
informasi, dan tampilan yang baik. Aplikasi ini tidak mengikuti prinsip GUI yang
telah dikenal dekat oleh pengguna, karena tujuan dari desain antarmuka aplikasi
ini adalah mobile first, dimana proses desain dimulai dengan perangkat mobile
dan set default tampilan perangkat mobile.

SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan evaluasi terhadap sistem konsultasi agribisnis cabai yang sudah
dikembangkan pada platform web sebelumnya, penelitian ini telah berhasil
mengembangkan aplikasi mobile cross-platform untuk budidaya cabai merah
(Capsicum annuum L.). Kebutuhan fungsional dan non-fungsional sistem yang
ditransfer kedalam aplikasi cross-platform berbasis web juga telah dapat berfungsi
dengan baik di setiap platform web browser yang telah ditargetkan (Android, iOS
dan Windows phone). Kemampuan menampilkan informasi pada aplikasi terlihat
baik pada resolusi desktop, dan cukup baik pada ukuran layar perangkat diatas 5
inchi, tetapi kemampuan menampilkan berkurang pada ukuran-ukuran layar
perangkat di bawah 5 inchi (resolusi layar 480 × 854 pixel). Desain web pada
aplikasi ini juga belum menampilkan kaidah-kaidah perancangan web interface,
seperti ditujukan untuk pengguna, utilitas dan kemudahan dipelajari, sesuai
dengan spesifikasi kebutuhan, mengetahui dan mematuhi batasan media website
dan internet, website harus mematuhi prinsip GUI, navigasi sebagai sarana untuk
mendapatkan informasi, dan tampilan yang baik. Aplikasi mobile cross-platform
yang telah dibangun juga mampu beradaptasi dengan baik pada ukuran layar
browser yang berbeda-beda (cross-platform), sehingga aplikasi ini menjadi suatu
integrasi platform dari sistem yang telah dikembangkan sebelumnya (berbasis
Android dan web).
Saran
Penelitian yang telah dilakukan difokuskan kepada pengembangan crossplatform browser-centric dengan teknik dasar desain web responsif, dengan
teknik yang sama aplikasi ini dapat dikembangkan menjadi aplikasi hybrid atau
disebut cross-platform native centric dengan menggunakan framework tambahan
agar aplikasi menjadi sebuah aplikasi native yang dapat mengakses fitur asli dari
ponsel. Sistem yang dibangun belum mengakomodasi pengetahuan-pengetahuan
budidaya cabai secara keseluruhan, oleh karena itu perlu melengkapi pengetahuan
budidaya cabai sesuai dengan perkembangan iptek pada budidaya cabai. Desain
web aplikasi ini dapat dikembangkan lagi untuk mengikuti kaidah perancangan
website interface, seperti dengan menambahkan fitur help, mendesain ulang
website template agar tema lebih mencerminkan kesan yang ingin disampaikan,
seperti pemilihan warna yang sesuai dengan representasi dari tanaman cabai.

29

DAFTAR PUSTAKA
Darmawan E. 2011. Sistem konsultasi online agribisnis cabai (Capsicum annuum
L.) berbasis mobile [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Direktorat Jenderal Perbenihan Hortikultura Kementerian Pertanian Republik
Indonesia. 2014. Deskripsi Kultivar Varietas Cabai [Internet]. [diunduh 2014
Sept 18]. Tersedia pada: http://ditbenih.hortikultura.deptan.go.id.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian
Pertanian Republik Indonesia. 2015. Informasi Harga dan Statistik Komoditi
[Internet]. [diunduh 2015 Jan 18]. Tersedia pada: http://pip.kementan.org.
Gardner BS. 2011. Inside The Digital Ecosystem. Miller GH, editor.Virginia
(US): Noblis.
Gebauer J, Shaw MJ. 2004. Success factors and impacts of mobile business
applications: result from a mobile e-procurement study. International Journal
of Electronic Commerce. 8(3):19-41.
Maulana A. 2014. Pengembangan pengetahuan sistem manajemen pemupukan
organic pada cabai merah (Capsicum annuum L.) berbasis android [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Mikkonen T, Taivalsaari A, Terho M. 2009. Creating a mobile web application
platform: The lively kernel experiences. Association for Computing Machinery.
3(1):177-184.doi:10.1145/1529282.1329321.
Nah F, Siau K, and Sheng H. 2005. The value of mobile applications: A utility
company study. Association for Computing Machinery. 48(2):85-90.
Pastore S. 2013. Mobile platform and applications cross-platforms development
tools. J Engineer Res App. 3(6):521-531.
Putra BC. 2013. Implementasi framework multi-platform pada game edukasi
[skripsi]. Yogyakarta (ID): Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan
Komputer Yogyakarta.
Safaruddin HAI. 2012. Pengembangan sistem pakar agribisnis cabai (Capsicum
Annuum L.) berbasis android [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Smutny P. 2012. Mobile development tools and cross-platform solutions. Di
dalam: Petras I, Nemcovej B, editor. 2012 13th International carpathian
control conference (ICCC); 2012 May 28-31; High Tatras, Slovakia. Ostrava
(CZ): IEEE. hlm 653-656.
Supriyanto. 2011. Konsultasi online agribisnis cabai (Capsicum annuum L.)
[tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Wolf F, Huffstadt K. 2013. Mobile enterprise application development – a crossplatform framework. FHWS Science Journal. 1(1):33-40.
Yan B, Chen G. 2011. Appjoy: Personalized mobile application discovery. Di
dalam: Ashok Agrawala, editor. Proceedings of The 9th International
Conference on Mobile Systems, Applications, and Services; 2011 Jun 28-Jul
01; Bathesda, United States America. New York (USA) : MobySis’11. hlm
113-126.
Redda YA. 2012. Cross-platform mobile applications development [tesis].
Trondheim (NOR): Norwegian University of Science and Technology.

30
Lampiran 1 Contoh sintaksis kontrol flexibel media








Lampiran 2 Media queries pada aplikasi
@media only screen and (-webkit-min-device-pixel-ratio: 1.5),
only screen and (min--moz-device-pixel-ratio: 1.5),
only screen and (min-resolution: 240dpi) {
@media only screen and (max-width: 1024px) {
/* Desktop, Tablet & Mobile. */
}
@media only screen and (min-width: 768px) and (max-width: 1024px) {
/* Desktop & Tablet */
}
@media only screen and (max-width: 767px) {
/* Tablet (Portrait) */
}
@media only screen and (min-wdth: 480px) and (max-width: 767px) {
/* Tablet (Portrait) & Mobile (Landscape) */
}
@media only screen and (max-width: 479px) {
/* Mobile */
}

Lampiran 3 Sintaksis CSS yang digunakan pada aplikasi cross-platform
/*
*
jQuery
Mobile
Framework
1981b3f5ec22675ae47df8f0bdf9622e7780e90e
* http://jquerymobile.com
*
* Copyright 2012 jQuery Foundation and other contributors
* Dual licensed under the MIT or GPL Version 2 licenses.
* http://jquery.org/license
*

1.1.1

31
*/
/* Swatches */
/*
==========================================================
===================
Call to Action
==========================================================
================ */
.calltoaction {
text-align:center;
}
/*
==========================================================
===================
Social Icon
==========================================================
================ */
.social {
border-top:1px dotted #999;
border-bottom:1px dotted #999;
text-align:center;
font-weight:bold;
padding:10px 0;
margin:25px 0 15px 0;
color:#111;
font-size:12px
}
/*
==========================================================
===================
Shadow
==========================================================
================ */
.shadow {
width:100%;
position:relative;
top:-1px;
z-index:5
}
.shadowBox {
margin-bottom:1px !important
}
/*
==========================================================
===================
Footer

32
==========================================================
================ */
.address {
text-align:center;
font-size:12px;
padding-left:2px;
padding-right: 2px
}
.copyright {
text-align:center;
font-size:12px;
padding-left:2px;
padding-right: 2px
}
/* C
----------------------------------------------------------------------------------------------------------*/
.ui-bar-c {
border: 1px solid #2ba6e8 /*{c-bar-border}*/;
background: #2ba6e8 /*{c-bar-background-color}*/;
color: #ffffff /*{c-bar-color}*/;
font-weight: bold;
text-shadow: 0 /*{c-bar-shadow-x}*/ 1px /*{c-bar-shadow-y}*/ 1px /*{cbar-shadow-radius}*/ #444444 /*{c-bar-shadow-color}*/;
background-image: -webkit-gradient(linear, left top, left bottom,
from( #2fb6FF /*{c-bar-background-start}*/), to( #2695d0 /*{c-bar-backgroundend}*/)); /* Saf4+, Chrome */
background-image:
-webkit-linear-gradient(
#2fb6FF
/*{c-barbackground-start}*/, #2695d0 /*{c-bar-background-end}*/); /* Chrome 10+,
Saf5.1+ */
background-image: -moz-linear-gradient( #2fb6FF /*{c-bar-backgroundstart}*/, #2695d0 /*{c-bar-background-end}*/); /* FF3.6 */
background-image:
-ms-linear-gradient( #2fb6FF /*{c-bar-backgroundstart}*/, #2695d0 /*{c-bar-background-end}*/); /* IE10 */
background-image:
-o-linear-gradient( #2fb6FF /*{c-bar-backgroundstart}*/, #2695d0 /*{c-bar-background-end}*/); /* Opera 11.10+ */
background-image:
linear-gradient( #2fb6FF /*{c-bar-backgroundstart}*/, #2695d0 /*{c-bar-background-end}*/);
}
.ui-bar-c .ui-link-inherit {
color: #ffffff /*{c-bar-color}*/;
}
.ui-bar-c a.ui-link {
color: #7cc4e7 /*{c-bar-link-color}*/;
font-weight: bold;
}
.ui-bar-c a.ui-link:visited {

33
color: