Aktivitas Aminotransferase dan Peroksidasi Lipid pada Tikus Hiperkolesterolemia yang Diberi Ekstrak Jamur Tiram Putih

AKTIVITAS AMINOTRANSFERASE DAN PEROKSIDASI
LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA YANG
DIBERI EKSTRAK JAMUR TIRAM PUTIH

ELVIRA YUNITA

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas
Aminotransferase dan Peroksidasi Lipid pada Tikus Hiperkolesterolemia yang
Diberi Ekstrak Jamur Tiram Putih adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Elvira Yunita
NIM G84090006

ABSTRAK
ELVIRA YUNITA. Aktivitas Aminotransferase dan Peroksidasi Lipid pada Tikus
Hiperkolesterolemia yang Diberi Ekstrak Jamur Tiram Putih. Dibimbing oleh
HASIM dan SULISTIYANI.
Ekstrak Jamur tiram putih mengandung lovastatin sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai antikolesterol. Meskipun demikian, ekstrak jamur tiram
tersebut diduga bersifat hepatotoksik pada dosis tertentu. Tujuan penelitian ini
adalah menganalisis aktivitas enzim AST dan ALT serta konsentrasi lipid
peroksida hati pada tikus hiperkolesterolemia yang diberikan ekstrak jamur tiram
putih. Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus Sprague
Dawley jantan sebanyak 35 ekor yang dibagi menjadi lima kelompok yaitu
kelompok: normal (N), hiperkolesterolemia (HK), lovastatin (L), ekstrak jamur
tiram putih dosis 30 mg/kg BB (E1), ekstrak jamur tiram putih dosis 60 mg/kg BB
(E2). Pemberian ekstrak jamur tiram putih dosis 30 mg/kg BB dapat menurunkan

32.92% aktivitas AST, 34.73% aktivitas ALT, dan 54.05% konsentrasi lipid
peroksida hati dibandingkan kelompok HK. Ekstrak jamur tiram putih dosis 60
mg/kg BB dapat menurunkan 38.78% aktivitas AST, 24.62% aktivitas ALT, dan
17.50% konsentrasi lipid peroksida hati dibandingkan kelompok HK. Data ini
menunjukkan bahwa pemberian ekstrak jamur tiram putih tidak mengganggu
fungsi hati tikus serta dapat berperan sebagai antioksidan.
Kata kunci: ALT, AST, enzim, jamur tiram putih, lipid peroksida

ABSTRACT
ELVIRA YUNITA. Aminotransferase Activity and Lipid Peroxidation in
Hypercholesterolemic Rats that Given White Oyster Mushroom Extract.
Supervised by HASIM and SULISTIYANI.
White oyster mushroom extract contain lovastatin which can be used as
anticholesterol agent. But, this extract is thought to be hepatotoxic in certain
doses. The aim of this research was to analyze AST and ALT activities and to
measure concentration of lipid peroxide in liver of hypercholestrolemic mice
induced with white oyster mushroom extract. Animals used in this research were
35 males Sprague Dawley mice that have been divided into five groups, that are
normal (N) group, hypercholesterolemia (HK), lovastatin (L), white oyster
mushroom extract dose 30 mg/kg BB (E1) and white oyster mushroom extract

dose 60 mg/kg BB (E2). Administration of white oyster mushroom extract dose
30 mg/kg BB decreased 32.92% AST activity, 34.73% ALT activity and also
lowered 54.05% lipid peroxide concentration than HK group. Induction with
white oyster mushroom extract dose 60 mg/kg BB decreased 38.78% AST
activity, 24.62% ALT activity and also lowered 17.50% lipid peroxide
concentration than HK group. This data showed that the oyster mushroom extract
was not affect the function of rat liver and could act as antioxidant.
Keywords: ALT, AST, enzyme, lipid peroxide, white oyster mushroom

AKTIVITAS AMINOTRANSFERASE DAN PEROKSIDASI
LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA YANG
DIBERI EKSTRAK JAMUR TIRAM PUTIH

ELVIRA YUNITA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biokimia


DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Aktivitas Aminotransferase dan Peroksidasi Lipid pada Tikus
Hiperkolesterolemia yang Diberi Ekstrak Jamur Tiram Putih
Nama
: Elvira Yunita
NIM
: G84090006

Disetujui oleh

Dr Hasim, DEA
Pembimbing I

drh Sulistiyani, MSc PhD

Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir I Made Artika, MAppSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Syukur senantiasa tercurah atas karunia Allah SWT sehingga karya ilmiah
ini berhasil diselesaikan dengan baik. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan
Februari hingga Agustus 2013. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium
Departemen Biokimia Institut Pertanian Bogor.
Kegiatan penelitian yang telah dilakukan, lebih berfokus pada analisis
aktivitas enzim AST (Aspartat aminotransferase) dan ALT (Alanin
aminotransferase) serta pengukuran konsentrasi lipid peroksida hati tikus
hiperkolesterolemia. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
ilmu pengetahuan dan teknologi agar potensi jamur tiram sebagai antikolesterol
dapat termanfaatkan dengan lebih optimal.

Pelaksanaan kegiatan, pelaporan serta keseluruhan kegiatan penelitian ini
tentu saja tidak terlepas dari kontribusi berbagai pihak terkait. Ucapan terima
kasih tercurah kepada Dr. Hasim, DEA dan drh. Sulistyani, M.Sc, Ph.D selaku
dosen pembimbing serta tim Permen Tiramisu (Waliyuddin, Naila, Amel dan
Yusuf) yang sangat besar kontribusinya atas pelaksanaan penelitian ini. Ucapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayah dan ibu serta seluruh keluarga,
teman-teman dari Asrama TPB IPB dan teman-teman Biokimia IPB angkatan 46
yang telah memberikan dorongan tiada henti dalam proses penyelesaian karya
ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014
Elvira Yunita

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN


vi

PENDAHULUAN

1

BAHAN DAN METODE

2

Bahan dan Alat

2

Metode Penelitian

3

HASIL


5

Pengukuran Aktivitas Enzim Aminotransferase

5

Konsentrasi Lipid Peroksida

7

PEMBAHASAN

7

Aktivitas Aminotransferase Pasca Induksi Ekstrak Jamur Tiram Putih

7

Aktivitas Lipid Peroksida Hati Pasca Induksi Ekstrak Jamur Tiram Putih


9

SIMPULAN DAN SARAN

11

DAFTAR PUSTAKA

11

LAMPIRAN

15

RIWAYAT HIDUP

21

DAFTAR GAMBAR
1 Aktivitas enzim AST

2 Aktivitas enzim ALT
3 Konsentrasi lipid peroksida hati tikus

6
6
7

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

Tahapan penelitian
Aktivitas enzim AST hewan coba
Aktivitas enzim ALT hewan coba
Kurva standar lipid peroksida
Konsentrasi lipid peroksida

Analisis ANOVA

15
16
17
18
19
20

PENDAHULUAN
Penyakit jantung dan pembuluh darah, khususnya penyakit jantung
koroner, hipertensi, dan stroke merupakan penyebab kematian tertinggi di wilayah
Asia, termasuk Indonesia (Kementerian Kesehatan RI 2012). Penyakit jantung
koroner dapat berawal dari kondisi hiperkolesterolemia (tingginya konsentrasi
kolesterol dalam darah) yang pengobatannya biasa dilakukan dengan pemberian
obat-obatan dari golongan statin. Obat golongan statin memiliki beberapa efek
samping, yaitu mual, konstipasi, dan kram abdomen (Kabo 2008). Sakit kepala,
nyeri otot, gangguan pada mata (katarak), gangguan hati, gagal ginjal, disfungsi
saraf, serta disfungsi ereksi juga pernah dilaporkan pada beberapa kasus (Cheung
et al. 1993). Fakta ini dihadapkan pada potensi bahan-bahan alam yang belum
termanfaatkan optimal di Indonesia. Sebanyak lebih dari 15000 komoditas di
Indonesia dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat dan beberapa diantaranya
belum termanfaatkan optimal (Prapti 2010). Salah satu komoditas yang belum
termanfaatkan optimal tersebut adalah jamur tiram putih.
Jamur tiram putih merupakan komoditas yang cukup berkembang pesat
budidayanya di masyarakat Indonesia. Meskipun demikian, kebanyakan
masyarakat Indonesia mengonsumsi jamur tiram putih hanya sebagai bahan
pangan dan produk olahan saja. Jamur tiram putih memiliki potensi sebagai bahan
baku yang dapat menurunkan konsentrasi kolesterol darah. Pemanfaatan jamur ini
sebagai antikolesterol dapat menaikkan nilai mutu jamur tiram putih yang baru
termanfaatkan sebagai bahan pangan di Indonesia. Hossain et al. (2003)
menyatakan bahwa pada masyarakat Cina dan India, jamur tiram putih sudah
sejak lama dimanfaatkan sebagai obat yang dapat mengobati kanker dan inflamasi.
Alam et al. (2009) menyatakan bahwa pada tikus hiperkolesterolemia,
pemberian 5 % simplisia jamur tiram putih selama tiga minggu dapat menurunkan
konsentrasi kolesterol dalam serum sebesar 30.18%. Waliyuddin (2013)
melaporkan bahwa pemberian ekstrak jamur tiram putih dengan dosis 30 mg/kg
BB dan 60 mg/kg BB dapat menurunkan konsentrasi kolesterol darah tikus
sebesar 53.89% dan 66.43%. Meskipun demikian, potensi antikolesterol yang
dimiliki oleh jamur tiram putih ini masih diiringi dengan faktor resiko tertentu.
Nieminen (2009) menyatakan bahwa konsumsi Pleurotus ostreatus
sebesar 9 gram tepung per kg BB pada tikus dapat meningkatkan aktivitas enzim
alanin aminotransferase pada plasma secara signifikan. Al Deen et al. (1987)
menyatakan bahwa pemberian ekstrak ini pada dosis besar juga dapat
mengakibatkan pendarahan pada usus halus, hati dan ginjal sehingga senyawa
pada ekstrak jamur tiram putih ini memiliki kemungkinan hepatotoksik pada dosis
tertentu. Oleh karena itu, penting dilakukan pemeriksaan aktivitas enzim aspartat
aminotransferase (AST) dan alanin aminotransferase (ALT) pada tikus
hiperkolesterolemia yang diberikan ekstrak jamur tiram putih.
Keadaan ketika konsentrasi kolesterol melebihi normal di dalam tubuh,
juga memicu terjadinya peroksidasi lipid sehingga banyak terbentuk radikal bebas.
Kolesterol di dalam hati (pada proses biosintesis asam empedu), akan bereaksi
dengan 7α-hidroksil yang dikatalisis oleh 7α-hidroksilase dengan bantuan oksigen,
NADPH, dan sitokrom P-450 oksidase. Sitokrom P-450 oksidase merupakan
enzim yang berperan dalam memperantarai metabolisme retikulum endoplasmik

2
yang menghasilkan radikal superoksida (O2-). Semakin banyak kolesterol yang
tersedia, maka akan dibutuhkan banyak sitokrom P-450 oksidase dan banyak
dihasilkan radikal bebas (Murray et al. 2009). Konsentrasi lipid peroksida yang
tinggi dapat menjadi indikasi awal rusaknya sel-sel hati (Yagi 1994). Penentuan
konsentrasi lipid peroksida hati tikus hiperkolesterolemia yang diberi ekstrak
jamur tiram putih belum pernah dilaporkan, begitu juga halnya dengan pengujian
aktivitas enzim AST dan ALT.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis aktivitas enzim AST, ALT serta
konsentrasi lipid peroksida hati pada tikus hiperkolesterolemia yang telah
diinduksi dengan ekstrak jamur tiram putih. Hasil penelitian ini dapat memberikan
informasi mengenai keamanan penggunaan ekstrak jamur tiram putih sebagai
komponen antikolesterol. Hipotesis penelitian ini adalah sediaan dari ekstrak
jamur tiram putih yang diberikan pada tikus tidak meningkatkan aktivitas AST
dan ALT melebihi batas normal. Selain itu, senyawa ini juga diduga dapat
menurunkan konsentrasi lipid peroksida hati hewan coba yang diteliti.

BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Hewan uji yang digunakan adalah 35 ekor tikus putih jantan galur Sprague
Dawley berusia 8-10 minggu serta memiliki bobot rata-rata 136.68 gram. Hewan
uji ini diperoleh dari Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
Pakan standar yang diberikan pada tikus adalah pakan PURE 512 yang diperoleh
dari pasar Laladon, Dramaga Bogor. Telur ayam curah yang digunakan untuk
pembuatan pakan kolesterol dibeli di daerah Cimanggu Bogor. Lemak kambing
yang digunakan diperoleh dari Pasar Empang Bogor. Ekstrak jamur tiram putih
pada penelitian ini merupakan bagian dari penelitian Waliyuddin (2013) yang
diekstraksi dengan metode sokhletasi menggunakan pelarut etanol 96%. Pengujian
aktivitas enzim AST dan ALT menggunakan kit komersial ALT dan AST SIGMA.
Bahan untuk pengujian peroksidasi lipid antara lain NaCl 0.9%, Thiobarbituric
Acid (TBA) 1%, asam asetat 50%, n-butanol:piridin (15:1 v/v), NaOH 1 M, SDS
8.1%, asam asetat 20% dan akuades. Selain itu, bahan lain yang juga digunakan
adalah propil tiourasil (PTU), dietil eter, dan lovastatin.
Peralatan yang diperlukan pada tahapan awal penelitian ini (proses
pembuatan pakan kolesterol) diantaranya adalah penangas air, mesin pembuat
pelet (pelet yang dihasilkan memiliki diameter 3 mm), serta bak pengaduk. Selain
itu, pada tahapan analisis aktivitas enzim aminotransferase dibutuhkan juga
spektrofotometer UV-VIS (Thermo Electron Corporation Beckman), oven (Eyela
NDO-700), mikrosentrifus (Hettich Universal), tabung Eppendorf 2 mL serta
pipet mikro ukuran 10-1000 µL, pipet kapiler 1µL dan kuvet kaca 1 mL serta
peralatan gelas. Pengkuran konsentrasi lipid peroksida hati pada penelitian ini
memerlukan peralatan lainnya seperti neraca analitik, kuvet 5 mL, tabung
sentrufus 15 mL, coolbox, aluminium foil, vortex, penangas air, sarung tangan dan
masker.

3
Metode Penelitian
Pembuatan Pakan Kolesterol (modifikasi Kristiani 2003)
Pakan kolesterol dibuat dengan menggunakan mesin pembuat pelet milik
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pakan kolesterol yang dibuat
merupakan campuran dari beberapa komponen, yaitu 3% kolesterol, minyak sayur
6%, lemak kambing 5%, dan pakan standar hingga mencukupi 100%. Komponen
tersebut dicampur rata kemudian dibentuk menjadi pelet dengan menggunakan
mesin pembuat pelet.
Pengelompokan dan Pemeliharaan Hewan Coba
Hewan coba yang digunakan yaitu tikus putih galur Sprague Dawley
dewasa (dengan bobot rata-rata 136.68 gram). Tikus yang diperlukan sejumlah 35
ekor dibagi ke dalam 5 kelompok (n=7), yaitu kelompok normal (N),
hiperkolesterolemia (HK), lovastatin (L), ekstrak jamur tiram putih dosis 30
mg/kg BB (E1), dan ekstrak jamur tiram putih dosis 60 mg/kg BB (E2). Masingmasing hewan coba dipelihara dalam kandang individual. Selama 3 minggu masa
adaptasi, kelima kelompok tikus tersebut diberikan pakan standar sebanyak 20
g/hari dan air minum dalam kondisi ad libitum. Masa induksi hiperkolesterolemia,
semua kelompok tikus (kecuali kelompok N) diberikan pakan kolesterol sebanyak
20 g/hari serta dicekok dengan PTU 0.5 mg/kg BB sedangkan kelompok N
diberikan pakan standar dan dicekok dengan akuades. Masa induksi
hiperkolesterolemia dilakukan selama 4 minggu. Setelah itu, dimulai masa
perlakuan selama 2 minggu. Tikus kelompok HK tetap dicekok dengan PTU dan
pakan kolesterol, ketiga kelompok lainnya juga diberikan perlakuan yang sama
kecuali pada kelompok N yang tetap mengonsumsi pakan standar. Selain
diberikan pakan kolesterol dan dicekok dengan PTU, kelompok L dicekok 0.2857
mg/kg BB lovastatin, kelompok E1 dicekok 30 mg/kg BB ekstrak jamur tiram
putih dan 60 mg/kg BB ekstrak jamur tiram putih pada E2. Selama pemeliharaan,
penimbangan bobot dilakukan setiap satu minggu sekali dan pengambilan darah
serta organ hati dilakukan pada akhir perlakuan.
Dosis ekstrak yang digunakan ditentukan berdasarkan nilai LD50 dan dosis
ekstrak yang memiliki efek menurunkan konsentrasi kolesterol. Al Deen et al.
(1987) menyatakan bahwa nilai LD50 ekstrak jamur tiram putih sebesar 319 mg/kg
BB. Alam (2009) menyatakan bahwa pemberian jamur tiram putih sebanyak 5%
dari pakan yang dikonsumsi mampu menurunkan konsentrasi kolesterol darah
sebesar 30.18%. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan dosis 30 mg/kg BB
dan 60 mg/kg BB yang merupakan nilai dosis 1/5 dan 1/10 dari LD50 serta
memiliki efek dapat menurunkan konsentrasi kolesterol.
Pengambilan Sampel Darah dan Organ Hati (Malole 1989)
Tikus yang akan diambil darahnya dipuasakan terlebih dahulu selama 16
jam. Sebelum proses pengambilan darah, tikus dibius dengan menggunakan dietil
eter yang telah diteteskan ke kapas putih. Kapas tersebut kemudian dimasukkan
ke dalam toples bersamaan dengan hewan coba yang akan diambil darahnya.
Setelah itu, tikus dipegang dan dijepit pada bagian tengkuk dengan jari tangan,
kemudian mikrohematokrit digoreskan pada medical canthus mata di bawah bola
mata ke arah foramen opticus. Mikrohematokrit diputar sampai melukai plexus,

4
darah yang keluar melalui mikrohematokrit ditampung pada Eppendorf lalu
disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit sehingga diperoleh
serumnya.
Sebelum proses nekropsi, tikus kembali dibuat kehilangan kesadaran
dengan menggunakan dietil eter. Setelah kehilangan kesadaran, tikus dibedah
dengan menyayat tubuh bagian depan tikus yang telah terlentang. Jarum suntik
steril digunakan untuk mengambil darah langsung dari organ jantung sehingga
diperoleh volume darah yang lebih banyak pada masing-masing hewan coba.
Darah yang diperoleh kemudian disimpan ke dalam vial dan diletakkan di dalam
cool box yang telah berisi es batu. Hati tikus tersebut diambil dan dimasukkan
dalam gelas kimia berisi natrium klorida 0.9% untuk menghilangkan darah yang
menempel pada jaringan hati. Organ hati akan digunakan dalam analisis lipid
peroksida hati.
Pengukuran Aktivitas Enzim AST ALT (IFCC 1986)
Prinsip pengukuran aktivitas ALT dan AST adalah mengukur laju
berkurangnya jumlah NADH menjadi NAD+ pada reaksi yang terjadi antara
enzim dan substrat yang dapat diukur pada panjang gelombang 340 nm.
pengukuran AST dan ALT yang dilakukan menggunakan metode International
Federation of Clinical Chemistry (IFCC) tahun 1986. Sampel berupa darah tikus
yang disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 15 menit untuk mendapatkan
serumnya. Serum darah segera diperiksa aktivitas AST dan ALT sesaat setelah
serum diperoleh. Sebanyak 100 μL serum darah tikus dicampur dengan 1000 μL
reagen, kemudian dilakukan pengukuran nilai absorbansinya dengan
menggunakan spektrofotometer UV-VIS (Thermo Electron Corporation
Beckman) pada panjang gelombang 340 nm.
Pengukuran Lipid Peroksida Hati (Yagi 1994)
Organ hati yang telah dibekukan kemudian dicairkan pada suhu ruang
hingga agak mencair. Sebanyak 10% b/v jaringan hati tersebut dilumatkan dengan
homogenizer. Campuran yang diperoleh disentrifugasi selama 5 menit dengan
kecepatan 3000 rpm dan diambil bagian supernatannya dengan pipet Pasteur
sehingga terbentuk homogenat hati.
Kurva standar dibuat menggunakan larutan stok pereaksi TMP 6M yang
diencerkan dengan akuades menjadi 60 μM kemudian dibuat konsentrasinya
menjadi 0.6, 0.9, 1.5, 3.0, 4.5, dan 6.0 μM. Larutan pada masing-masing
konsentrasi tersebut dipipet sebanyak 4 mL ke dalam tabung reaksi. Setelah itu, ke
dalam tiap tabung reaksi tersebut ditambah 1 mL TBA 1% dalam pelarut asam
asetat 50%. Kemudian dipanaskan di penangas air hingga mendidih pada suhu
95oC selama 60 menit, lalu didinginkan pada suhu kamar. Setiap tabung ditambah
1 mL akuades dan 5 mL n-butanol: piridin (15:1 v/v), diaduk dengan vorteks, lalu
disentrifugasi pada 3000 rpm selama 15 menit. Lapisan atas yang terbentuk pada
larutan diambil, kemudian serapannya diukur pada panjang gelombang 532 nm
dengan spektrofotometer.
Homogenat hati sebanyak 0.1 mL ditambah dengan 0.2 mL SDS 8.1% dan
1.5 mL asam asetat 20% ke dalam tiap tabung dan diatur pHnya dengan NaOH
1M dari 2.5 menjadi 3.5. Pengontrolan pH dilakukan menggunakan pH meter.
Setiap tabung reaksi kemudian ditambah dengan 0.7 mL akuades dan 1.5 mL

5
TBA 1% dalam pelarut asam asetat 50%, dan dipanaskan ke dalam penangas air
pada suhu 95oC selama 60 menit, lalu didinginkan pada suhu ruang. Tiap tabung
reaksi ditambah 1 mL akuades dan 5 mL n-butanol: piridin (15:1 v/v), diaduk
dengan vorteks, disentrifus pada 4000 rpm selama 10 menit, diambil lapisan
atasnya, dan diukur serapannya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang
532 nm.
Prosedur Analisis Data
Analisis statistik terhadap data aktivitas enzim serta konsentrasi lipid
peroksida hati dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL),
serta uji analysis of variant (ANOVA) dan uji lanjutan Duncan pada tingkat
kepercayaan 95% dan taraf nyata 0.05. Keseluruhan data tersebut akan dianalisis
dengan menggunakan perangkat lunak Statistical Package for Social Science
(SPSS). Model RAL adalah sebagai berikut:
Yij = μ + τi + εij.
Keterangan:
i
= 1, 2, …, t
j
= 1, 2, …, r
μ
= pengaruh rataan umum
τi
= pengaruh perlakuan ke-i, i = 1, 2, 3, 4, 5
pengaruh galat perlakuan ke-i dan
εij
= ulangan ke-j, j = 1, 2, 3, 4, 5, 6,7
Yij
= pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

HASIL
Pengukuran Aktivitas Enzim Aminotransferase
Aktivitas enzim AST kelompok N pada penelitian ini sebesar 136.77 U/L
(Gambar 1). Aktivitas AST normal tikus jantan Sprague Dawley yaitu 77 U/L–
157 U/L (Suckow et al. 2006). Kelompok HK memiliki aktivitas enzim AST
sebesar 145.31 U/L atau 5.88% lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok
N, namun tidak berbeda nyata (p>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa pada
penelitian ini, kondisi hiperkolesterolemia tidak meningkatkan aktivitas enzim
AST. Kelompok lovastatin yang memiliki aktivitas AST sebesar 143.66 U/L atau
1.13% lebih rendah dibandingkan kelompok HK (p>0.05). Hal ini menunjukkan
bahwa pada penelitian ini, pemberian lovastatin tidak berpengaruh nyata terhadap
aktivitas AST pada tikus hiperkolesterolemia.
Aktivitas enzim AST pada kelompok E1 diperoleh sebesar 91.66 U/L, data
ini lebih rendah 32.9% dibanding kelompok HK maupun kelompok normal
(p