Pengaruh Jamur Tiram Putih Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Dan Pencegahan Aterosklerosis Pada Tikus Wistar Jantan Yang Diberi Pakan Tinggi Kolesterol
PENGARUH JAMUR TIRAM PUTIH TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL DAN PENCEGAHAN ATEROSKLEROSIS PADA TIKUS
WISTAR JANTAN YANG DIBERI PAKAN TINGGI KOLESTEROL
TESIS
OLEH ERNAWATI
117008007
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU BIOMEDIK FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
PENGARUH JAMUR TIRAM PUTIH TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL DAN PENCEGAHAN ATEROSKLER0SIS PADA TIKUS
WISTAR JANTAN YANG DIBERI PAKAN TINGGI KOLESTEROL
Diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh Gelar Magister Biomedik dalam Program Studi Magister Ilmu Biomedik pada Fakultas
Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
OLEH ERNAWATI
117008007
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU BIOMEDIK FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(3)
Judul : PENGARUH JAMUR TIRAM PUTIH TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL DAN
PENCEGAHAN ATEROSKLER0SIS PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIBERI PAKAN TINGGI KOLESTEROL
Nama Mahasiswa : Ernawati Nomor Induk : 117008007 Program Studi : Ilmu Biomedik
Menyetujui, Komisi Pembimbing
Prof. Hakim Bangun, Ph.D, Apt. dr. Delyuzar, M (Ked), Sp.PA
Ketua Anggota
(K)
Ketua Program Studi Biomedik, Dekan,
dr. Yahwardiah Siregar, Ph.D
NIP. 19550807 198503 2 001 NIP. 19540220 198011 1 001 Prof.dr.GontarA.Siregar,Sp.PD(KGEH)
(4)
Telah diuji pada
Tanggal : 22 Desember 2014
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Hakim Bangun, Ph.D, Apt. Anggota :1. dr. Delyuzar, M (Ked.), Sp.PA (K)
:2. dr. Jamaluddin, Sp. PA :3. dr. Yunita Sari Pane, M.Sc
(5)
ABSTRAK
PENGARUH JAMUR TIRAM PUTIH TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL DAN PENCEGAHAN ATEROSKLEROSIS PADA TIKUS
JANTAN GALUR WISTAR YANG DIBERI PAKAN TINGGI KOLESTEROL.
Latar belakang: Aterosklerosis adalah penyakit degeneratif yang timbulnya dapat dipercepat dengan mengkonsumsi makanan tinggi kolesterol. Salah satu cara untuk mencegah terbentuknya aterosklerosis adalah dengan menurunkan kadar kolesterol darah.
Tujuan: Menentukan pengaruh Ekstrak Etanol Jamur Tiram (EEJT) dan residunya terhadap pencegahan penaikan kadar kolesterol dan terjadinya aterosklerosis pada tikus (efek preventif) dan pengaruh EEJT dan residunya terhadap penurunan kadar kolesterol dan aterosklerosis (efek kuratif) pada tikus jantan yang hiperkolesterol.
Metode: Pembuatan ekstrak dengan metode maserasi menggunakan etanol 96%. Hewan coba dibagi atas dua kelompok yaitu; preventif dan kuratif. Kelompok preventif menggunakan 24 ekor tikus yang dibagi menjadi empat kelompok, tiap-tiap kelompok terdiri dari 6 ekor. Kelompok 1 (diberi pakan biasa), kelompok 2 (diberi pakan tinggi kolesterol), kelompok 3 (diberi pakan tinggi kolesterol dan EEJT dosis 250 mg/kg bb sehari sekali), kelompok 4 (diberi pakan tinggi kolesterol dan residu dosis 250 mg/kg bb sehari sekali). EEJT dan residu diberi secara oral. Kelompok kuratif menggunakan 24 ekor tikus yang hiperkolesterol, kemudian dibagi empat kelompok, tiap-tiap kelompok terdiri dari 6 ekor. Kelompok 1 (diberi statin dosis 20 mg/kg bb sekali sehari), kelompok 2 (tanpa diberi pengobatan), kelompok 3 (diberi EEJT dosis 250 mg/kg bb sehari sekali), kelompok 4 (diberi residu dosis 250 mg/kg bb sehari sekali). Statin, EEJT dan residu diberi secara oral. Parameter yang diukur adalah kadar kolesterol, LDL, berat badan, jumlah sel busa dan ketebalan lapisan intima. Kadar kolesterol, LDl dan berat badan diukur setiap minggu, sel busa dan ketebalan lapisan intima diperiksa secara histopatologi pada akhir percobaan. Sebagai pembanding untuk kelompok kuratif digunakan statin dosis 20 mg/kg bb. Analisis data menggunakan
one way ANOVA.
Hasil: Penelitian pada kelompok preventif menunjukkan bahwa EEJT dan residunya dapat mencegah penaikan kadar kolesterol, LDL, berat badan, pembentukan sel busa, dan penebalan lapisan intima. Efek EEJT dan residunya tidak berbeda signifikan (p > 0,05). Pada kelompok kuratif menunjukkan bahwa EEJT dan residunya dapat menurunkan kadar kolesterol dan LDL, tetapi tidak dapat mengurangi jumlah sel busa dan penebalan lapisan intima yang sudah terbentuk. Efek EEJT dan residunya tidak berbeda signifikan dibanding statin.
Kesimpulan: Hasil menunjukkan bahwa EEJT dan residunya berguna untuk mencegah aterosklerosis dan juga untuk menurunkan kadar kolesterol dan LDL.
Key words: Jamur tiram; kolesterol; LDL; sel busa; lapisan intima; preventif; kuratif.
(6)
ABSTRACT
EFFECT OF WHITE OYSTER MUSHROOMS ON LOWERING CHOLESTEROL LEVELS AND PREVENTION ATHEROSCLEROSIS IN
WISTAR MALE RAT FED HIGH CHOLESTEROL.
Background: Atherosclerosis is a degenerative disease that can be accelerated by consuming foods high in cholesterol. One way to prevent the formation of
atherosclerosis is by lowering blood cholesterol levels.
Purpose: To determine the effect of ethanol extract of Oyster Mushroom (EEJT) and its residue on the prevention of raising cholesterol levels and atherosclerosis in rats (preventive effect) and the influence EEJT and its residue to decrease cholesterol levels and atherosclerosis (curative effect) in male
hypercholesterolemia rats. .
Method: Preparation of the extract by maceration method using 96% ethanol. Experimental animals were divided into two groups,i.e., preventive and curative groups. Preventive group used 24 rats were divided into four groups, each group consisted of 6 animals. Group 1 (fed normal), group 2 (fed with high cholesterol), group 3 (fed with high cholesterol and EEJT dose 250 mg / kg bw once a day), group 4 (fed with high cholesterol and residue dose of 250 mg / kg bw once a day). EEJT and the residue was given orally. Curative group used 24 were hypercholesterolemia rats, and then divided into four groups, each group consisted of 6 animals. Group 1 (given statin dose of 20 mg / kg bw once a day), group 2 (without any treatment), group 3 (given EEJT dose 250 mg / kg bw once a day), group 4 (given residue dose of 250 mg / kg bw once a day ). Statin, EEJT and the residue was given orally. Parameters measured were cholesterol, LDL levels, body weight, number of foam cells and the thicknes of the intima layers. Cholesterol, LDL levels and body weight were measured every week, foam cells and intimal layers thicknes histopathologically examined at the end of the experiment. As a comparison to curative groups used statin dose of 20 mg / kg bw. Analysis of data using one-way ANOVA.
Results: The study on the preventive group showed that EEJT and the residue can prevent raising of cholesterol, LDL, body weight, foam cell formation, and thickening of the intima layers. EEJT and the residue effect was not different significantly (p > 0.05). In the curative group showed that EEJT and the residue could lower cholesterol and LDL levels, but could not reduce the number of foam cells and thickening of the intimal layers that has been formed. EEJT and residue effect was not different significantly compared to statin (p > 0,05) . .
Conclusion: The results indicate that EEJT and the residue are useful to prevent atherosclerosis and also to lower the blood cholesterol and LDL levels.
Key words: Oyster mushrooms; cholesterol; LDL; cell foam; intima layer; preventive; curative
(7)
KATA PENGANTAR
Dengan ucapan Alhamdulillah, puji dan syukur yang utama dan pertama dipanjatkan kehadirat Allah Subhannahu Wat’ala, karena hanya dengan ridha-Nya jualah peneliti dapat menyelesaikan tugas yang berat ini, yakni penelitian tesis.
Tesis mengenai pengaruh jamur tiram putih terhadap penurunan kadar kolesterol dan pencegahan aterosklerosis pada tikus wistar jantan yang diberi pakan tinggi kolesterol merupakan salah satu dari beberapa herba yang sudah puluhan tahun digunakan manusia sebagai pengobatan.
Tesis yang terdiri dari lima bab ini dimaksudkan untuk memberikan kontribusi dalam menambah obat herba pada penderita hiperkolesterol dan pencegahan timbulnya aterosklerosis. Apa yang melatar belakangi, yang menjadi tujuan penelitian, faktor permasalahan dan apa manfaat penelitian ini disajikan pada bagian pendahuluan (Bab I), teori-teori yang digunakan sebagai landasan pada penelitian ini terdapat pada tinjauan pustaka (Bab II). Proses penelitian disajikan pada metodologi penelitian (Bab III), sedangkan hasil dan diskusi terdapat pada bagian keempat (Bab IV) terakhir penelitia ini ditutup dengan kesimpulan dan saran pada bagian kelima (Bab V).
Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi penderita hiperkolesterol dan sebagai pengobatan preventif bagi kita semua.
Medan, Desember, 2014
(8)
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatam ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Hakim Bangun, PhD, Apt, sebagai komisi pembimbing I dan Bapak dr. Delyuzar M.Ked, Sp PA (K) sebagai komisi pembimbing II. Ditengah-tengah kesibukan mereka yang amat padat, mereka senantiasa meluangkan waktu dalam pembimbingan tesis ini. Dengan ketelitian, kesabaran yang ditunjukkan selama proses bimbingan sehingga tesis ini selesai.
2. Prof. Dr. Syahril Pasaribu, DTMH, Msc (CTM), Sp.A(K), Rektor Universitas
Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan bagi peneliti untuk mengikuti jenjang pendidikan S2 di Universitas Sumatera Utara.
3. Prof.Gontar A. Siregar, Sp.PD-KGEH, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4. dr.Yahwardiah Siregar,PhD, Ketua Program Studi Magister Ilmu Biomedik
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
5. dr.Jamaluddin Sp, PA. sebagai komisi pembanding I dan Ibu dr. Yunita Sari
Pane MSc. sebagai komisi pembanding II yang telah banyak memberi masukan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
6. Ibu Sondang SKM, Bapak dr. Immanuel Pinem, mantan kepala puskesmas Namu Terasi Kabupaten Langkat dan Bapak dr. Esra F Sembiring sebagai kepala puskesmas Namu Terasi saat ini, yang telah memberi ijin kepada peneliti untuk melanjutkan jenjang pendidikan S2.
(9)
7, Kepada rekan-rekan seangkatan: Vera, Ningrum, Anwar, Dita, Siti, Pak Mustari, Leo, Sukaesih, Lili, Yeni, Tina, Roy, Taya, Imam, Donny, selama masa perkuliahan berjuang bersama untuk menyelesaikan tugas dari pengajar. 8. Kepada kedua orang tua tersayang, Drs. H.Ngamehi Sembiring dan Ibu
Hj.Sismiasih yang selalu berdo’a memohonkan kemudahan segala urusan yang dihadapi oleh seluruh putra-putrinya. Hal yang sama disampaikan kepada Bapak dan Ibu mertua M. Yusuf Harun dan Ibu Hj. Mahmani
9. Kepada suami tercinta Prof. DR. Yusnadi, Ms, yang dengan ikhlas mengijinkan peneliti untuk melanjutkan studi S2, beliau juga teman dikala suka dan duka, juga selalu memberi semangat kepada peneliti pada saat peneliti merasa jenuh dalam menyelesaikan tesis. Demikian juga kepada anak-anakku tersayang, Nurul Nisa Primadiaty dan Naufal Hady, maafkan ibu karena kalian sudah banyak mengorbankan hak-hak sebagai seorang anak. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada abang peneliti DR. Ir. Jaka sembiring, M.Eng./ Sarah Asmita, SS, adik peneliti Dra. Ollyvia Sembiring/ Drs. Bahrizal pasaribu, M.Pd, Ir. Akhmad Daniel sembiring M.T / Wihandini, Julian Henry sembiring S.E/ Dwi Rini, DR. Idha.A, Sembiring/ DR. Delvian M.P dan pihak-pihak lain yang telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan tesis ini. Peneliti hanya dapat mendo’akan semoga Allah SWT memberikan imbalan atas segala budi baik dan amal yang telah diberikan.
(10)
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap : Ernawati
Tanggal lahir : 19 Oktober 1967
Tempat lahir : Langkat
NIM : 117008007
Alamat : Jl. Juang 45 No: 59 Medan Estate, Percut Sei Tuan
Pendidikan :
1. SD Negeri No: 050584 Binjai, tamat tahun 1980 2. SLTP Negeri I Binjai, tamat tahun 1983
3. SMU Negeri I Binjai, tamat tahun 1986
4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, tamat tahun 1994
Riwayat Pekerjaan :
1.Dokter Jaga Poliklinik Taman Setia Budi, tahun 1994-1997.
2.Dokter Jaga Klinik Daarut-Tauhid Bandung, tahun 1998-2000.
3.Dokter PTT DEPKES di Puskesmas Kuala Kabupaten Langkat,
1995-1998.
4.Dokter PNS di Puskesmas Namu Terasi Kabupaten Langkat, Januari
2007 – sekarang.
(11)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
DAFTAR SINGKATAN ... xviii
BAB PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah ... 1
1.2. Rumusan masalah ... 4
1.3. Hipotesa ... 5
1.4. Tujuan penelitian ... 6
1,5. Manfaat penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian sebelumnya ... 8
2.2. Kerangka teoretis ... 9
2.2.1. jamur tiram ... 9
2.2.1.1. Kandungan gizi jamur tiram ... 10
2.2.1.2. Manfaat jamur tiram ... 11
2.2.2. Kolesterol ... 12
2.2.2.1. Biosintesa kolesterol ... 12
2.2.2.2. Metabolisme kolesterol ... 13
2.2.2.3. Hiperkolesterol ... 14
2.2.3. Low Density Lipoprotein (LDL) ... 16
2.2.4. Berat badan ... 19
2.2.5. Sel busa (Foam cells) ... 19
2.2.6. Aterosklerosis ... 22
2.2.7. Radikal bebas (Free radicals) ... 25
2.2.7.1 Definisi ... 25
2.2.7.2 Sumber radikal bebas ... 25
2.2.7.3. Mekanisme patofisiologi ... 27
2.2.7.4. Jenis-jenis radikal bebas ... 28
2.2.8. Anti oksidan ... 29
2.2.8.1. Definisi ... 29
2.2.8.2. Klasifikasi anti oksidan ... 29
2.2.8.3. Mekanisme kerja anti oksidan ... 30
2.2.9. Statin ... 31
2.2.9.1 Mekanisme kerja ... 31
2.2.10. Kerangka teoretis (kerangka konsep) ... 32
(12)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain penelitian ... 34
3.2. Tempat dan waktu ... 34
3.3 . Sampel ... 34
3.4. Kriteria inklusi ... 35
3.5. Kriteria eksklusi ... 35
3.6. Jumlah sampel ... 35
3.7. Bahan dan alat ... 36
3.7.1. bahan ... 36
3.7,2. Alat ... 36
3.8. Cara kerja ... 37
3.8.1.Pengolahan jamur tiram ... 37
3.8.2. Perhitungan dosis ... 37
3.8.3.Pengelompokan tikus ... 39
3.8.4.Pembuatan sediaan histopatologi ... 40
3.8.5. Pewarnaan haematoxyllin dan eosin ... 41
3.9. Kerangka operasional ... 44
3.10. Identifikasi variabel ... 46
3.10.1. Jamur tiram ... 46
3.10.2. Pakan tinggi kolesterol ... 46
3.10.3. Obat golongan statin ... 46
3.10.4. Kadar kolesterol total dan LDL ... 47
3.10.5. Sel busa ... 47
3.10.6. Diameter lapisan intima ... 47
3.11. Defenisi operasional ... 47
3.11.1.Jamur tiram putih ... 47
3.11.2. Pakan tinggi kolesterol ... 48
3.11.3. Obat golongan statin ... 49
3.11.4. Kadar kolesterol total dan LDL ... 49
3.11.5. Berat badan tikus ... 51
3.11.5. Sel busa ( foam cells ) ... 51
3.11.6. Penebalan dinding aorta ... 52
3.12. Analisis data ... 52
BAB IV HASIL DAN DISKUSI 4.1.1. Hasil group preventif ... 54
4.1.1.1 Kadar kolesterol ... 54
4.1.1.2 Kadar LDL ... 58
4.1.1.3 Berat badan ... 62
4.1.1.4 Jumlah sel busa ... 66
4.1.1.5 Ketebalan lapisan intima ... 69
4.1.2 Hasil group kuratif ... 72
4.1.2.1 Kadar kolesterol ... 72
4.1.2.2 Kadar LDL ... 76
4.1.2.3 Berat badan ... 80
4.1.2.4 Jumlah sel busa ... 83
4.1.2.5 Diameter lapisan intima ... 87
(13)
4.2.1 Diskusi group preventif
4.2.1.1 Kadar kolesterol ... 90
4.2.1.2 Kadar LDL ... 92
4.2.1.3 Berat badan ... 94
4.2.1.4 Jumlah sel busa ... 97
4.2.1.5 Ketebalan lapisan intima ... 99
4.2.2 Diskusi group kuratif 4.2.2.1 Kadar kolesterol ... 101
4.2.2.2 Kadar LDL ... 103
4.2.2.3 Berat badan ... 106
4.2.2.4 Jumlah sel busa ... 106
4.2.2.5 Diameter lapisan intima ... 108
4.2.3.Korelasi dan regresi ... 107
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Group preventif ... 120
5.1.2 Group kuratif ... 121
5.2 Saran ... 122
(14)
DAFTAR TABEL
No Tabel Hal.
2.1 Kadar kolesterol dan trigliserid pada orang dewasa menurut
perhimpunan jantung Amerika(Stapleton, et al., 2010) ... 15
3.1 Langkah-langkah untuk menentukan analisis data yang digunakan
(Sopiyudin, 2013). ... 52 4.1 Kadar kolesterol tikus grup preventif (n = 6) ... 54
4.2 Rerata luas AUC kolesterol tikus group preventif (n = 6) ... 56
4.3 Hasil analisis Post-Hoc luas AUC kolesterol group preventif
Keterangan: tanda (*) menunjukkan perbedaan signifikan ... 57
4.4 Kadar LDL tikus group preventif (n = 6) ... 58
4.5 Rerata luas AUC LDL tikus group preventif (n – 6) ... 60
4.6 Hasil uji analisis Post-Hoc Bonferroni luas AUC LDL tikus
group preventif. Keterangan: tanda (*) berbeda signifikan ... 61
4.7 Berat badan tikus group preventif (n = 6) ... 62
4.8 Luas AUC berat badan tikus group preventif ... 64
4.9 Hasil uji analisis Post-Hoc luas AUC berat badan tikus group preventif. Keterangan: tanda (*) menunjukkan perbedaan yang
signifikan ... 65 4.10 Jumlah sel busa tikus group preventif ... 67 4.11 Hasil uji analisis Post-Hoc jumlah sel busa tikus grup preventif.
Keterangan: tanda (*) menunjukkan perbedaan yang signifikan.... 68
4.12 Diameter lapisan intima aorta grup preventif P0, P1, P2 diberi EEJT dan P3 diberi residu EEJT ...
70
4.13 Hasil analisis Post-Hoc ketebalan lapisan intima tikus group preventif. Keterangan: tanda (*) menunjukkan perbedaan
signifikan ... 71 4.14 Kadar kolesterol tikus group kuratif (n = 6) ... 72 4.15 Luas AUC kolesterol tikus group kuratif ... 74
(15)
4.16 Hasil analisis Post-Hoc luas AUC kolesterol tikus group kuratif
Keterangan: tanda (*) menunjukkan perbedaan yang signifikan .... 75
4.17 Kadar LDL tikus group kuratif (n = 6) ... 76
4.18 Luas AUC kadar LDL tikus group kuratif (n = 6) ... 77
4.19 Hasil analisis Post-Hoc luas AUC LDL tikus group kuratif
Keterangan: tanda (*) berbeda signifikan ... 79 4.20 Berat badan tikus group kuratif (n = 6) ... 80
4.21 Luas AUC berat badan tikus group kuratif ... 82
4.22 Hasil analisis Post-Hoc luas AUC berat badan group kuratif K1 (kontrol positif), K2 (kontrol negatif), K3 diberi EEJT dan K4
residu EEJT. ... 83 4.23 Jumlah sel busa group kuratif K1 (kontrol positif), K2 (kontrol
negatif), K3 diberi EEJT dan K4 diberi residu EEJT ... 85
4.24 Hasil analisis Post-Hoc jumlah sel busa tikus group kuratif,
Keterangan: Tanda (*) menunjukkan perbedaan yang signifikan.... 86
4.25 Ketebalan lapisan intima aorta tikus group kuratif ... 87
4.26 Hasil analisis Post-Hoc ketebalan lapisan intima aorta tikus group
kuratif. Keterangan: tanda (*) menunjukkan perbedaan signifikan 89
4.27 Nilai R Square kadar kolesterol dan LDL pada P1 group preventif 113
4.28 Koefisien korelasi kadar kolesterol dan LDL pada P1 group
preventif ... 114
4.29 Nilai R Square kadar kolesterol dan LDL pada P2 group preventif 114
4.30 Koefisien korelasi kadar kolesterol dan LDL pada P2 group
preventif ... 114
4.31 Nilai R Square kadar kolesterol dan LDL pada P3 group preventif 115
4.32 Koefisien korelasi kadar kolesterol dan LDL pada P3 group preventif ...
115
4.33 Nilai R Square kadar kolesterol dan LDL pada K1 group kuratif 116
4.34 Koefisien korelasi kadar kolesterol dan LDL pada K1 group
(16)
4.35 Nilai R Square kadar kolesterol dan LDL pada K3 group kuratif 118 4.36 Koefisien korelasi kadar kolesterol dan LDL pada K3 group
kuratif ... 118 4.37 Nilai R Square kadar kolesterol dan LDL pada K3 group kuratif
yang diberi residu EEJT ... 118 4.38 Koeffisien korelasi antara kadar kolesterol dan LDL pada group
kuratif yang diberi residu EEJT ... 119
(17)
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Hal.
2.1 Kesimpulan metabolisme lipoprotein (Prentice Hall, 2002) ... 17
2.2 Skematik : terjadinya migrasi monosit dan perubahannya
menjadi sel busa (Yuan, et al., 2012) ... 21
2.3 Hubungan antara stres oksidatif dan atherosclerosis. Sumber
utama bahan oksidatif dan Reactiv Oxygen Species pada aterosklerosis pembuluh darah adalah makrofag dan Smooth Muscle Cell. Keberadaan ROS akan menginduksi disfungsi endotel. Stres oksidatif yang utama menimbulkan oksidatif modifikasi dari LDL ( oxd- LDL ) dan kelanjutan lesi
aterosklerosis.(vogiatzi, 2009) ... 22 2.4 Sumber radikal bebas (Fang, 2002) ... 27
2.5 Stres oksidatif menginduksi beberapa jenis penyakit pada
manusia (huy, He, 2008) ... 28
4.1 Hubungan kadar kolesterol terhadap waktu pada grup preventif
P0, P1, P2 diberi EEJT dan P3 diberi residu EEJT... 55
4.2 Hubungan kadar LDL terhadap waktu untuk group preventif P0,
P1, P2 diberi EEJT dan P3 diberi residu EEJT. ... 59
4.3 Hubungan antara berat badan terhadap waktu grup preventif P0,
P1, P2 diberi EEJT dan P3 diberi residu EEJT ... 63
4.4 Lapisan intima aorta tikus group preventif P0dijumpai sel busa
(foam cell) ... 66
4.5 Lapisan intima aorta tikus group preventif P2(EEJT), terlihat sel
busa(foam cell) ... 66
4.6 Lapisan intima aorta tikus group preventif P1, terlihat sel busa
(foam cell ) pada lapisan intima ... 66
4.7 Lapisan intima aorta tikus group preventif P3 (rEEJT), terlihat
sel busa (foam cell) ... 66
4.8 Rerata jumlah sel busa tikus grup preventif Keterangan: huruf
(18)
4.9 Lapisan intima group preventif P0, ketebalan lapisan intima
18,38 µm ... 69 4.10 Lapisan intima group preventif P2, ketebalan lapisan intima
34,36µm ... 69 4.11 Lapisan intima group preventif P1, ketebalan lapisan intima
45,11µm ... 69 4.12 Lapisan intima group preventif P3, ketebalan lapisan intima
34,36µm ... 69 4.13 Rerata ketebalan lapisan intima aorta tikus group preventif.
Keterangan : Huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang
signifikan ... 70 4.14 Hubungan kadar kolesterol terhadap waktu pada tikus group
kuratif kelompok 1 (kontrol positif), 2 (kontrol negatif), 3 diberi
EEJT dan 4 diberi residu EEJT... 73 4.15 Hubungan kadar kolesterol dan LDL terhadap waktu pada group
kuratif K1 (kontrol positif), K2 (kontrol negatif), K3 diberi
EEJT dan K4 diberi residu EEJT ... 77 4.16 Hubungan berat badan tikus terhadap waktu setelah dihentikan
pakan tinggi kolesterol dan dimulai pengobatan untuk K1 (KP/statin), K2 (KN), K3 diberi EEJT dan K4 diberi residu
EEJT ... 81
4.17 Lapisan intima aorta tikus K1 (KP/statin), dijumpai sel busa
(foam cell) pada lapisan intimanya. ... 83
4.18 Lapisan intima aorta K2 (KN), , terlihat sel busa (foam cell )
pada lapisan intima ... 83
4.19 Lapisan intima aorta tikus K3 (EEJT), terlihat ada sel busa(foam
cell) pada lapisan intimanya ... 83 4.20 Lapisan intima tikus K 4 (r EEJT) tampak sel busa
(foamcell= FC) pada lapisan Intimanya ... 83 4.21 Jumlah rerata sel busa kelompok I (kontrol positif/statin), II
(kontrol negatif), III (EEJT), dan kelompok IV (r EEJT). Keterangan: huruf yang berbeda menunjukkan perbandingan
yang signifikan ... 85 4.22 Lapisan intima K1 (KP/statin) ketebalan lapisan intima 36,11
(19)
4.23 Lapisan intima K 2 (KN) ketebalan lapisan intima14,06 µm ... 87 4.24 Lapisan intima K3 (EEJT) yang diberi pakan tinggi
kolesterol, ketebalan lapisan intima 71,84 µm ... 87 4.25 Lapisan intimaK4 (rEEJT) yang diberi statin, ketebalan lapisan
inti 40,13 µm ... 87 4.26 Ketebalan lapisan intima aorta group kuratif K1(kontrol positif),
K2 (kontrol negatif), K3 diberi EEJT dan K4 diberi residu EEJT.Keterangan: huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan
yang signifikan ... 88
4.27 Regresi antara kadar kolesterol dan LDL pada group preventif P1 113
4.28 Korelasi antara kadar kolesterol dan LDL pada kontrol positif
kelompok kuratif... 116 4.29 Korelasi antara kadar kolesterol dan LDL pada group kuratif
yang diberi EEJT ... 117
(20)
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Hal.
1. Rekomendasi persetujuan etik penelitian kesehatan ... 128
2. Hasil identifikasi jamur ... 129
3. Hasil skrining fitokimia simplisia ... 130
4. Rincian hasil pemeriksaan karakterisasi ... 134
5. Hasil skrining fitokimia ekstrak ... 137
6. Hasil skrining fitokimia residu ... 140
7. Foto penelitian ... 144
8. Hasil kelompok preventif ... 145
9. Hasil deskripsi luas AUC kolesterol kelompok preventif ... 146
10. Kadar LDL ... 147
11. Hasil tes uji normalitas luas AUC LDL kelompok preventif ... 148 12. Berat badan rata-rata tikus kelompok preventif ... 149
13. Hasil uji normalitas luas AUC berat badan kelompok preventif ... 150
14. Jumlah sel busa kelompok preventif ... 151
15. Hasil uji homogenitas varian jumlah sel busa kelompok preventif 152 16. Hasil uji normalitas diameter lapisan intima kelompok preventif 153 17. Kadar kolesterol kelompok kuratif ... 154
18. Hasil deskripsi luas AUC kolesterol kelompok preventif ... 155
19. Hasil uji ANOVA luas AUC kolesterol kelompok kuratif ... 156
20. Hasil test normalitas luas AUC LDL kelompok kuratif ... 157
21. Berat badan kelompok kuratif ... 158
(21)
23. Hasil uji ANOVA luas AUC berat badan kelompok kuratif ... 160 24. Hasil uji ANOVA jumlah sel busa kelompok kuratif ... 161 25. Hasil test normalitas diameter lapisan intima kelompok kuratif ... 162
26. Hasil test homogenitas varian jumlah sel busa group kuratif 163
27. Hasil deskripsi ketebalan lapisan intima group kuratif 164
(22)
DAFTAR SINGKATAN
1. AUC : Area Under The Curve 2. ANOVA : Analysis Of Variance 3. BB : Berat badan
4. CMC : Carboxyl Methyl Cellulose 5. EEJT : Ekstrak Etanol Jamur Tiram
6. HMG Ko-A : 3 Hidroxy 3 Methyl Glutaril Co Enzym A 7. Ho : Hipotesis Nol
8. Ha : Hipotesis Alternatif 9. HE : Haematoxyllin Eosin 10. LDL : Low Dencity Lipoprotein 11.MCI : Myocard Infarction
(23)
ABSTRAK
PENGARUH JAMUR TIRAM PUTIH TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL DAN PENCEGAHAN ATEROSKLEROSIS PADA TIKUS
JANTAN GALUR WISTAR YANG DIBERI PAKAN TINGGI KOLESTEROL.
Latar belakang: Aterosklerosis adalah penyakit degeneratif yang timbulnya dapat dipercepat dengan mengkonsumsi makanan tinggi kolesterol. Salah satu cara untuk mencegah terbentuknya aterosklerosis adalah dengan menurunkan kadar kolesterol darah.
Tujuan: Menentukan pengaruh Ekstrak Etanol Jamur Tiram (EEJT) dan residunya terhadap pencegahan penaikan kadar kolesterol dan terjadinya aterosklerosis pada tikus (efek preventif) dan pengaruh EEJT dan residunya terhadap penurunan kadar kolesterol dan aterosklerosis (efek kuratif) pada tikus jantan yang hiperkolesterol.
Metode: Pembuatan ekstrak dengan metode maserasi menggunakan etanol 96%. Hewan coba dibagi atas dua kelompok yaitu; preventif dan kuratif. Kelompok preventif menggunakan 24 ekor tikus yang dibagi menjadi empat kelompok, tiap-tiap kelompok terdiri dari 6 ekor. Kelompok 1 (diberi pakan biasa), kelompok 2 (diberi pakan tinggi kolesterol), kelompok 3 (diberi pakan tinggi kolesterol dan EEJT dosis 250 mg/kg bb sehari sekali), kelompok 4 (diberi pakan tinggi kolesterol dan residu dosis 250 mg/kg bb sehari sekali). EEJT dan residu diberi secara oral. Kelompok kuratif menggunakan 24 ekor tikus yang hiperkolesterol, kemudian dibagi empat kelompok, tiap-tiap kelompok terdiri dari 6 ekor. Kelompok 1 (diberi statin dosis 20 mg/kg bb sekali sehari), kelompok 2 (tanpa diberi pengobatan), kelompok 3 (diberi EEJT dosis 250 mg/kg bb sehari sekali), kelompok 4 (diberi residu dosis 250 mg/kg bb sehari sekali). Statin, EEJT dan residu diberi secara oral. Parameter yang diukur adalah kadar kolesterol, LDL, berat badan, jumlah sel busa dan ketebalan lapisan intima. Kadar kolesterol, LDl dan berat badan diukur setiap minggu, sel busa dan ketebalan lapisan intima diperiksa secara histopatologi pada akhir percobaan. Sebagai pembanding untuk kelompok kuratif digunakan statin dosis 20 mg/kg bb. Analisis data menggunakan
one way ANOVA.
Hasil: Penelitian pada kelompok preventif menunjukkan bahwa EEJT dan residunya dapat mencegah penaikan kadar kolesterol, LDL, berat badan, pembentukan sel busa, dan penebalan lapisan intima. Efek EEJT dan residunya tidak berbeda signifikan (p > 0,05). Pada kelompok kuratif menunjukkan bahwa EEJT dan residunya dapat menurunkan kadar kolesterol dan LDL, tetapi tidak dapat mengurangi jumlah sel busa dan penebalan lapisan intima yang sudah terbentuk. Efek EEJT dan residunya tidak berbeda signifikan dibanding statin.
Kesimpulan: Hasil menunjukkan bahwa EEJT dan residunya berguna untuk mencegah aterosklerosis dan juga untuk menurunkan kadar kolesterol dan LDL.
Key words: Jamur tiram; kolesterol; LDL; sel busa; lapisan intima; preventif; kuratif.
(24)
ABSTRACT
EFFECT OF WHITE OYSTER MUSHROOMS ON LOWERING CHOLESTEROL LEVELS AND PREVENTION ATHEROSCLEROSIS IN
WISTAR MALE RAT FED HIGH CHOLESTEROL.
Background: Atherosclerosis is a degenerative disease that can be accelerated by consuming foods high in cholesterol. One way to prevent the formation of
atherosclerosis is by lowering blood cholesterol levels.
Purpose: To determine the effect of ethanol extract of Oyster Mushroom (EEJT) and its residue on the prevention of raising cholesterol levels and atherosclerosis in rats (preventive effect) and the influence EEJT and its residue to decrease cholesterol levels and atherosclerosis (curative effect) in male
hypercholesterolemia rats. .
Method: Preparation of the extract by maceration method using 96% ethanol. Experimental animals were divided into two groups,i.e., preventive and curative groups. Preventive group used 24 rats were divided into four groups, each group consisted of 6 animals. Group 1 (fed normal), group 2 (fed with high cholesterol), group 3 (fed with high cholesterol and EEJT dose 250 mg / kg bw once a day), group 4 (fed with high cholesterol and residue dose of 250 mg / kg bw once a day). EEJT and the residue was given orally. Curative group used 24 were hypercholesterolemia rats, and then divided into four groups, each group consisted of 6 animals. Group 1 (given statin dose of 20 mg / kg bw once a day), group 2 (without any treatment), group 3 (given EEJT dose 250 mg / kg bw once a day), group 4 (given residue dose of 250 mg / kg bw once a day ). Statin, EEJT and the residue was given orally. Parameters measured were cholesterol, LDL levels, body weight, number of foam cells and the thicknes of the intima layers. Cholesterol, LDL levels and body weight were measured every week, foam cells and intimal layers thicknes histopathologically examined at the end of the experiment. As a comparison to curative groups used statin dose of 20 mg / kg bw. Analysis of data using one-way ANOVA.
Results: The study on the preventive group showed that EEJT and the residue can prevent raising of cholesterol, LDL, body weight, foam cell formation, and thickening of the intima layers. EEJT and the residue effect was not different significantly (p > 0.05). In the curative group showed that EEJT and the residue could lower cholesterol and LDL levels, but could not reduce the number of foam cells and thickening of the intimal layers that has been formed. EEJT and residue effect was not different significantly compared to statin (p > 0,05) . .
Conclusion: The results indicate that EEJT and the residue are useful to prevent atherosclerosis and also to lower the blood cholesterol and LDL levels.
Key words: Oyster mushrooms; cholesterol; LDL; cell foam; intima layer; preventive; curative
(25)
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pola makan sangat menentukan kondisi kesehatan seseorang. Menu makanan yang lebih banyak mengandung serat baik dari sayuran maupun buah-buahan, akan mengurangi resiko menderita penyakit-penyakit degeneratif, penyakit cardio vascular, diabetes, kanker. Sebaliknya makanan yang sedikit atau tidak mengandung serat maka penyakit–penyakit seperti yang disebut diatas mengalami peningkatan dan akan menurunkan kualitas hidup individu yang menderita penyakit tersebut. Saat ini pola makanan sudah berubah, orang lebih
senang mengkonsumsi makanan cepat saji (fast food), yang pasti sudah tidak ada
keseimbangan zat gizi pada makanan tersebut. Makanan cepat saji lebih banyak mengandung lemak, kolesterol dan hanya sedikit atau tidak ada sama sekali mengandung serat. Ketidak seimbangan gizi ini akan banyak menimbulkan masalah pada individu yang suka atau terpaksa mengkonsumsi makanan tersebut.
Demikian juga dengan makanan yang dimasak dengan cara menggoreng. Menggoreng adalah salah satu cara dalam menyiapkan makanan, sementara itu menggunakan minyak yang berulang kali dipakai akan meningkatkan jumlah lemak yang teroksidasi dan mengurangi jumlah anti oksidan yang terkandung didalam minyak, dan akan menghasilkan radikal bebas (Xian, 2012), makanan yang digoreng akan mengabsorbsi minyak jelantah begitu juga radikal bebasnya, dan ini akan menjadi bagian dari makanan kita. Pemanasan kembali minyak jelantah akan semakin meningkatkan jumlah radikal bebas yang berbahaya bagi jaringan (Jaarin, et al., 2006) dan akan menginduksi oksidatif stres yang berperan
(26)
penting dalam perkembangan aterosklerosis (Vogiatzi, et al., 2009). Selain makanan, sumber radikal bebas dapat berasal dari beberapa keadaan seperti syndroma metabolik pada penderita diabetes melitus, perokok berat, infeksi,
peningkatan kadar lipid pada orang yang gemuk (Dẑumhur, et al., 2009).
Dengan kebiasaan mengkonsumsi jenis–jenis makanan seperti yang sudah diterangkan diatas akan menimbulkan peningkatan kadar kolesterol di dalam
darah yang disebut dengan hiperkolesterolemia, bagi penderita hiperkolesterol
mereka melakukan upaya apa saja untuk menurunkan kadar kolesterol tersebut.
Menurut (Matos, 2005 : Trapani, et al., 2012) keadaan hiperkolesterol merupakan
problem bagi berbagai negara, karena merupakan salah satu faktor resiko untuk berkembang menjadi penyakit kardiovaskular seperti aterosklerosis dan
komplikasinya, MCI (Myocard Infarction) dan hipertensi. Hiperkolesterolemia
merupakan suatu bentuk kesalahan dari metabolisme lipoprotein yang ditandai dengan peninggian kadar LDL serum dan kolesterol darah (Otunola, 2010).
Komplikasi yang paling sering terjadi pada penderita hiperkolesterol adalah
terbentuknya aterosklerosis pada pembuluh darah (Mc.Namara,2000).
Aterosklerosis yang terjadi pada arteri koroner dapat menyebabkan penyumbatan arteri secara perlahan, menyebabkan angina yang stabil, dan dapat diprediksi bila merasa sakit ketika beraktifitas. Apabila plak aterosklerosis ini lepas dapat
menimbulkan Acut Coronary Syndrome, Angina yang tidak stabil, InfarcMyocard
atau kematian yang mendadak (Boyle, 2005). Kematian mendadak disebabkan karena aliran darah ke otak dan jantung terhenti (Yuan, et al., 2012).
Pembentukan aterosklerosis hanya bisa dicegah dengan mengendalikan penyebab terjadinya aterosklerosis. Beberapa cara yang digunakan untuk
(27)
mengendalikan aterosklerosis ini adalah dengan cara menurunkan kadar kolesterol darah, bila kadar kolesterol terkendali maka kemungkinan keprogresifan aterosklerosis bisa diminimalkan, kolesterol yang tinggi juga akan memicu peristiwa oksidasi kolesterol terutama fraksi LDL oleh radikal bebas menjadi oxd-LDL, oxd-LDL ini akan mengundang makrofag, kemudian makrofag akan memfagosit oxd-LDL dan akan berubah menjadi sel busa. Untuk mengurangi aktifitas radikal bebas dibutuhkan antioksidan, pada penelitian ini antioksidan dan
anti hiperkolesterol diperoleh dari jamur tiram putih (Pleurotus oestreatus).
Didunia ini ditemukan berpuluh macam jenis jamur, beberapa jenis dikonsumsi sebagai obat. Pada penelitian ini jamur yang digunakan adalah jamur tiram, jamur tiram ini juga memiliki beberapa jenis tetapi yang digunakan pada
penelitian ini adalah jamur tiram putih (Pleurotus Ostreatus). Jamur Pleurotus
Ostreatus ini tersebar di seluruh dunia terutama di Asia dan Eropa, pembudidayaan jamur ini secara tehnik sederhana dan murah (Patil, et al., 2010),
Jamur Pleurotus Ostreatus mengandung fenolic, karotenoid, vitamin C dan E dan
Flavonoids. Sebagai anti oksidan fenolic acid dapat menghambat proses stres
oksidatif (Jayakumar, et al.,2011). Selaian itu Pleurotus Ostreatus juga
mengandung Pluran (β–1.3-D–glucan) merupakan bagian yang penting dan
berada di serat jamur ini (Bobek, 2001). Sebagai anti hiperkolesterol ternyata jamur tiram putih mengandung zat yang menyerupai lovastatin yang berfungsi
menurunkan kadar kolesterol dengan cara menginhibisi kerja HMG Ko A (
3-hydroxy 3-Methylglutaril Co enzym A) reductase, merupakan enzym yang penting pada biosintesa kolesterol (Lakshmanan & Radha, 2012).
(28)
Serat yang terkandung dalam makanan diklasifikasikan menjadi dua bagian, bagian pertama adalah yang tidak larut dalam air, misalnya: beberapa hemiselulosa, lignin dan selulose. Bagian yang kedua adalah yang larut dalam air, contoh bagian ini adalah: sebagian hemiselulose dan pektin. (Samarghandian, et al., 2011) Diet serat terutama bagian yang tidak larut dalam air akan merangsang aktifitas pada usus, meningkatkan gerakan peristaltik usus, menyebabkan makanan tidak terlalu lama di usus, meningkatkan volume dan berat kotoran. Jamur tiram putih juga mengandung serat sebanyak 7,4-24,6%, serat ini sangat baik untuk fungsi pencernaan (Ardiansyah, 2006). Pada penelitian ini residu dari ekstraksi etanol jamur tiram tetap digunakan untuk melihat apakah residu ini juga dapat menurunkan kadar kolesterol.
Dengan melihat latar belakang maka peneliti tertarik untuk meneliti efek dari jamur tiram putih terhadap penurunan kadar kolesterol, dan bagaimana jamur tiram putih dapat mencegah terbentuknya aterosklerosis, sehingga komplikasi aterosklerosis dapat dihindari. Karena itulah perlu diteliti apakah mengkonsumsi jamur tiram putih dapat mencegah manusia dari pembentukan aterosklerosis dengan cara menurunkan kadar kolesterol dan mengurangi aktifitas radikal bebas.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut, group preventif seberapa besar pengaruh jamur tiram putih mencegah kenaikan kadar kolesterol sehingga dapat mencegah pembentukan aterosklerosis pada tikus jantan galur wistar yang diberi pakan tinggi kolesterol. Group kuratif,
(29)
seberapa besar pengaruh jamur tiram putih menurunkan kadar kolesterol sehingga dapat mencegah pembentukan aterosklerosis pada tikus jantan galur wistar yang diberi pakan tinggi kolesterol.
1.3. HIPOTESIS
Dari rumusan masalah maka diperoleh hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Kelompok preventif
• Hipotesis nol ( Ho ): tidak ada pengaruh jamur tiram putih untuk
pencegahan penaikan kadar kolesterol dan pencegahan aterosklerosis pada tikus jantan galur wistar yang diberi pakan tinggi kolesterol
• Hipotesis alternatif ( Ha ): ada pengaruh jamur tiram putih untuk
pencegahan penaikan kadar kolesterol dan pencegahan aterosklerosis pada tikus jantan galur wistar yang diberi pakan tinggi kolesterol
2. Kelompok kuratif
• Hipotesis nol ( Ho ): tidak ada pengaruh jamur tiram putih menurunkan
kadar kolesterol dan pencegahan aterosklerosis pada tikus jantan galur wistar yang diberi pakan tinggi kolesterol
• Hipotesis alternatif ( Ha ): ada pengaruh jamur tiram putih menurunkan
kadar kolesterol dan pencegahan aterosklerosis pada tikus jantan galur wistar yang diberi pakan tinggi kolesterol
(30)
1.4. TUJUAN PENELITIAN
1.4.1.Kelompok preventif 1.4,1.1. Tujuan umum
Untuk membuktikan bahwa jamur tiram putih dapat digunakan sebagai pencegahan pembentukan aterosklerosis.
1.4.1.2. Tujuan khusus
1. Untuk membuktikan jamur tiram putih dapat mencegah penaikan kadar
kolesterol, LDL plasma, berat badan.
2. Untuk membuktikan dengan menurunnya kadar kolesterol dan LDL,
pembentukan sel busa dan pembentukan aterosklerosis pada aorta dapat dicegah.
1.4.2. Kelompok kuratif 1.4.2.1. Tujuan umum
Untuk membuktikan bahwa jamur tiram putih dapat digunakan sebagai pencegahan pembentukan aterosklerosis.
1.4.1.2. Tujuan khusus
3. Untuk membuktikan jamur tiram putih dapat menurunkan kadar kolesterol,
LDL plasma, berat badan.
4. Untuk membuktikan dengan menurunnya kadar kolesterol dan LDL,
pembentukan sel busa dan pembentukan aterosklerosis pada aorta dapat dikurangi.
(31)
1.5. MANFAAT PENELITIAN
1.5.1. Manfaat teoretis
Sebagai sumbangan dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penurunan kadar kolesterol dalam upaya pencegahan terbentuknya aterosklerosis.
1.5.2 Manfaat bagi penderita hiperkolesterol.
Penelitian ini diharapkan bermanfaat pada penderita hiperkolesterol yang mengkonsumsi obat–obat herba sebagai pengobatan anti hiperkolesterol, dan juga sebagai pengobatan alternatif bagi penderita hiperkolesterol yang selama ini menggunakan obat–obat kimia yang diresepkan oleh dokter dan penelitian ini diharapkan juga dapat menambah jenis–jenis obat herba yang aman dikonsumsi penderita hiperkolesterol karena sudah melalui penelitian.
(32)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. PENELITIAN SEBELUMNYA
Hasil penelitian (Alam, et al., 2011) diketahui bahwa efek jamur tiram terhadap berat badan tikus yang sudah diberi diet hiperkolesterol, terjadi penurunan berat badan secara signifikan, selain itu dia juga meneliti efek jamur tiram terhadap plasma lipid, pada penelitian ini terjadi penurunan profil lemak secara bermakna, hal ini dijelaskan karena jamur tiram mengandung lovastatin. Efek lain yang diteliti adalah yang berhubungan dengan jumlah elektrolit, analisa total lipid dan kolesterol pada kotoran. Untuk analisa lipid Nuhu alam menggunakan Agarose Gel Electrophorese, dan analisa histologinya digunakan sel–sel hepar dengan menggunakan pewarnaan Red – O – oil.
Hasil penelitian dari (Bobek & Galvaby, 1998) terbukti bahwa jamur tiram dapat mencegah pembentukan aterosklerosis pada kelinci yang sudah diberi diet tinggi lemak dan kolesterol selama 12 minggu dan pada akhir minggu ke 12
kelinci tersebut dibunuh dan diambil aorta, arteri coronaria dextra dan otot
jantung, pada penelitian ini dilaporkan bahwa jamur tiram terbukti dapat mencegah pembentukan aterosklerosis dan juga menurunkan kadar profil lemak.
Sementara itu (Gaafar, et al., 2010), meneliti efek dari 10% bubuk jamur
tiram dan 300 mg ekstrak jamur tiram terhadap lipid profile, lipid peroxidase dan
fungsi liver pada tikus yang ditambah dengan pemberian L-carnitin. Hasilnya pada pemberian 10% bubuk jamur tiram, 300 mg ekstrak jamur tiram, 300 mg L-canitin dan 600 mg L- carnitin terjadi penurunan kadar total lemak, trigliserida, total kolesterol, LDL, VLDL, enzym AST, enzym ALT, enzym AP dan
(33)
Malondylaldehyde. Pada sediaan histopatologi hepar pemberian 300 mg ekstrak jamur dan 600 mg L-carnitin ternyata lebih dapat melindungi hepar dibanding dengan pemberian 10 % bubuk jamur tiram dan 300 mg L-carnitin.
Dari penelitian (Jayakumar, et al., 2011), dipercayai bahwa ekstrak etanol
jamur tiram memiliki aktifitas antioksidan terutama dengan adanya scavengger
terhadap hydroxyl radicals dan superoxide radicals yang akan menginhibisi lipid
peroksidase, mengurangi kekuatan ion ferri. Penelitian ini juga membuktikan
bahwa antioksidan secara in–vivo dapat mengurangi proses peroksidasi lipid di
usus, sehingga jamur tiram ini baik dikonsumsi sebagai terapi penyakit yang diinduksi oleh stres oksidatif.
2.2. KERANGKA TEORETIS 2.2.1. Jamur tiram
Jamur tersebar luas di seluruh permukaan bumi dan sebagian dari jamur
tersebut dapat dipergunakan sebagai obat dalam ethno-medicine. Beberapa jamur
yang dapat dimakan dilaporkan memiliki khasiat sebagai anti oksidan, anti mikrobial, dan anti kanker (Akata, 2012).
Jamur tiram putih (Pleurotus Oestreatus) adalah jamur pangan dari
kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciri–
ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Jamur tiram putih sering dikenal dengan sebutan king oeyster mushroom.
(34)
2.2.1.1. Kandungan gizi jamur tiram
Kandungan gizi jamur tiram terdiri dari protein, mineral (Ca, P, Fe dan Na) dan beberapa jenis vitamin seperti vitamin C, vitamin B kompleks (thiamin, riboflavin, asam folat dan niacin), (Patil, et al., 2010 ). Selain itu jamur tiram juga mengandung asam amino, yaitu : alanin, arginin, asam aspartat, asam glutamat, glycine, histidine, isoleucine, leucine, lysine, methionine, norvaline, phenylalanin, proline, serine, threonine, tryptophan, tyrosine, valine, (Chirinang, 2009).
Antioksidan β–glucans juga terkandung didalam jamur tiram (Synytsya, et al.,
2009), dimana anti oksidan ini berfungsi menangkap radikal bebas di dalam
tubuh. β–Glucans adalah nama kimia dari polymer β–Glucose, mereka memiliki
banyak nama polimer, perbedaannya berada pada posisi ikatan glycosiclic nya,
misal: cellulose, (1-4) – β – D- Glucan. (Novak, 2008).
Menurut (Alarcon, et al., 2003; Lakshmanan & Radha, 2012) jamur tiram mengandung suatu zat yang berfungsi menurunkan kadar kolesterol didalam darah yaitu lovastatin. Lovastatin adalah salah satu obat potensial yang digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol darah dengan cara inhibisi kompetitif terhadap
mekanisme kerja dari enzym 3– hydroxy–3–methylglutaril Co enzym A (HMG Co
A) reductase. Selain pada jamur tiram lovastatin juga ada pada jamur yang lain
seperti : Monascus purpureus, Marine zactinomycetes, A. parasiticus,
Accremonium chrysogenum, Monascus ruber, Trichoderma viridae, (Lakshmanan & Radha, 2012).
Semua statin yang berasal dari alam memiliki struktur molekul yang sama
(35)
dibedakan satu dengan yang lainnya pada bagian rantai dan cincin yang mengikat
grup methyl disekelilingnya (Arancibia, 2003).
2.2.1.2. Manfaat jamur tiram
Selain sebagai sumber makanan jamur tiram juga memiliki beberapa manfaat antara lain :
1. Sebagai zat penurun kadar kolesterol, sesuai dengan hasil penelitian (Freire, et
al., 2013), ditemukan bahwa Pleurotus Ostreatus mengandung komponen yang
menyerupai lovastatin, bahwa terjadi penurunan kadar kolesterol secara bermakna pada binatang coba yang diberi diet tinggi kolesterol.
2. Sebagai zat untuk menurunkan kadar gula darah,hal ini sudah diteliti oleh
(Agrawal, et al., 2010). Pada penelitian ini didapat bahwa jamur tiram putih bisa dikonsumsi sebagai pencegahan terjadinya diabetes melitus karena jamur ini mengandung polisakarida, sedikit atau hampir tidak ada gula dan karbohidrat, dan jamur ini juga memiliki indeks glikemi yang rendah.
3. Sebagai zat anti kanker. Pada hewan coba (tikus jantan galur wistar), efek dari
pleuran (β – 1,3 – D- Glucan) yang diisolasi dari jamur Pleurotus Ostreatus
disebutkan bahwa pada tikus yang diberi diit yang mengandung selulosa dari
jamur Pleurotus Ostreatus di bandingkan dengan tikus yang diberi diit bebas
selulosa. Dijumpai bahwa diet yang mengandung selulosa dan pleuran akan
mengurangi aktifitas dari GSH-PX (Glutation peroksidase) dan meningkatkan
aktifitas katalase di eritrosit. Prekanker ACF (Abberant Crypt Foci)
(36)
2.2.2. Kolesterol
2.2.2.1. Biosintesa kolesterol
Sebagian kolesterol tubuh berasal dari proses sintesis dan sisanya berasal dari makanan. Hati dan usus menghasilkan 10% kolesterol dari seluruh sintesis
total pada tubuh manusia (Harper, 2006 : Widayanti, et al., 2004) .
Biosintesa kolestesterol dibagi menjadi lima tahap:
Tahap 1 : Biosintesis Mevalonat
Dua molekul asetil- KoA bersatu untuk membentuk asetoasetil-KoA yang
dikatalisis oleh tiolase sitosol. Asetoasetil-KoA mengalami kondensasi dengan
molekul asetoasetil-KoA lainnya yang dikatalisis oleh
3-hydroksi-3-metilglutaril-KoA sintase (HMG-KoA sintase) untuk membentuk HMG-KoA yang direduksi
menjadi mevalonat oleh NADPH dan dikatalisis oleh HMG-KoA reduktase,
merupakan tempat kerja golongan obat penurun kadar kolesterol yang paling
efektif yaitu dengan cara menginhibisi HMG-KoA reduktase (golongan statin).
Tahap 2 : Pembentukan Unit Isoprenoid
Mevalonat mengalami fosforilasi secara sekuensial oleh ATP dengan tiga kinase, dan setelah dekarboksilasi terbentuk unit isoprenoid aktif yaitu isopentenil difosfat.
Tahap 3 : Pembentukan Skualen
Isopentenil difosfat mengalami isomerisasi melalui pergeseran ikatan rangkap
untuk membentuk dimetilalil difosfat, yang kemudian bergabung dengan molekul
lain isopentenil difosfat untuk membentuk zat antara sepuluh karbon geranil
difosfat. Kondensasi lebih lanjut dengan isopentenil difosfat membentuk farnesil difosfat. Dua molekul farnesil difosfat bergabung diujung membentuk skualen.
(37)
Tahap 4 : Pembentukan Lanosterol
Skualen dapat melipat membentuk suatu struktur. Sebelum terjadi penutupan
cincin, skualen diubah menjadi skualen 2,3-epoksida oleh oksidase di retikulum
endoplasma. Gugus metil di C14 dipindahkan ke C12 dan yang ada di C8 ke C14
dikatalisis oleh enzym oksidoskualenlanosterol siklase.
Tahap 5 : Pembentukan Kolesterol
Berlangsung di membran retikulum endoplasma. Gugus metil di C14 dan C4
dikeluarka untuk membentuk 14- desmetil lanosterol dan kemudian zimosterol.
Ikatan rangkap di C8 dan C9 kemudian dipindahkan ke C5-C6 dalam dua langkah
yang membentuk desmosterol. Akhirnya ikatan rangkap rantai samping direduksi
dan menghasilkan kolesterol.
2.2.2.2. Metabolisme kolesterol
2.2.2.2.1. Absorbsi dan sintesa. Kolesterol yang berasal dari makanan sebagian diabsorbsi di jejunum sesudah diesterifikasi dengan asam lemak rantai panjang dan dikemas menjadi kilomikron (Dietschy, 2003) Kilomikron memasuki aliran darah melalui duktus torasik menuju hepar. Didalam hepar kolesterol akan dilepas dari kilomokran dan kembali ke plasma sebagai komponen dari lipoprotein plasma.
2.2.2.2.2. Pengeluaran dari tubuh. Cara utama pengeluaran kolesterol dari badan adalah melalui duktus billiaris. Perubahan kolesterol menjadi hormon steroid, ekskresi ke duktus billiaris dan keluar melalui urin adalah salah satu pengeluaran kolesterol
(38)
2.2.2.2.3. Sirkulasi enterohepatik. Sebagian kolesterol di keluarkan menjadi empedu , direabsorbsi sesudah bercampur dengan kolesterol yang diperoleh dari usus yang berasal dari makanan. Kolesterol yang tidak diabsorbsi akan dikeluarkan melalui kotoran. Setelah sebagian dirubah menjadi koprostanol dan sterids lainnya oleh bakteri didalam usus besar. Garam empedu sebagian juga direabsorbsi di illeum, bagian yang tidak direabsorbsi di teruskan ke usus besar dan akan dihidrolitik oleh bakteri setelah itu asam empedu akan dikeluarkan melalui feses (Dietschy, 2003).
2.2.2.3. Hiperkolesterol
Yang dimaksud dengan hiperkolesterolemia adalah peninggian kadar
kolesterol di dalam darah. Menurut AHA (American Heart Association) kolesterol
darah yang normal berada pada kadar 200 mg / dl. Hepar sebagai kunci dalam mengkontrol konsentrasi kolesterol dalam plasma (Dietschy, 2003). Organ ini
sangat responsible terhadap peningkatan kadar kolesterol baik yang berasal dari
usus maupun yang disintesa di ekstra hepatik, seperti: di jaringan dan pengeluaran sterol menjadi empedu.
Kadar kolesterol yang terlalu tinggi di dalam sel, suatu saat akan menimbulkan keadaan patologi terutama pada dinding sel arteri. Akumulasi kolesterol akan memicu penyakit jantung aterosklerosis (Trapani, et al., 2012). Akibat yang akan timbul bila terjadi hiperkolesterol antara lain:
1. Hiperkolesterol dihubungkan dengan disfungsi vaskuler.
Dalam keadaan sistim yang normal, sel endotel berfungsi memelihara tonus
vaskuler melalui endothelium derived relaxing factor. Termasuk NO,
(39)
aliran darah sistemik, coagulasi, inflamasi, agregasi platelet, dan transduksi sinyal (Stapleton, et al., 2010).
Tabel 2.1. Kadar kolesterol dan trigliserid pada orang dewasa menurut
perhimpunan jantung Amerika(Stapleton, et al., 2010)
Total LDL HDL Trigliserida
Normal - < 100 mg/dL > 60mg/dL -
Diatas normal
< 200 mg/dL
100 – 129 mg/dL
50 – 60 mg/dL (P)
40 – 50 mg/dL (L)
< 150 mg/dL
Ambang batas
200 – 239 mg/dL
130 - 159 mg/dL
- 150 – 159
mg/dL
Tinggi - 160 – 189
mg/dL
- 200 – 499
mg/dL Sangat
tinggi
> 240 mg/dL
> 190 mg/dL < 50 mg/dL (P)
< 40 mg/dL (L)
> 500 mg/dL
Pada kondisi hiperkolesterol maka terjadi penurunan fungsi endothel sebagai
pemelihara yang merupakan hasil penurunan bioavailability dari NO. NO
disintesa dan dilepas oleh karena respon endotel terhadap bahan kimia, fisikal, dan karena stimulasi humoral seperti: trombin, hormon, autocoid lokal. NO sangat berperan pada pembentukan aterosklerosis, hal ini dapat terjadi karena efek inhibitor NO terhadap agregasi platelet, adesi leukosit, proliferasi
Vasculer Smooth Muscle (VSM) (Huy, et al., 2008). 2. Hubungan hiperkolesterol dan proses inflamasi
Penurunan bioavailability dari NO juga akan menyebabkan sel endothel
(40)
sepanjang lumen pembuluh darah dan akan melekat pada dinding sel. Peninggian jumlah leukosit yang datang dan perlekatannya pada dinding sel
akan menyebabkan remodelling dinding sel tersebut, dan macrophage derived
monocyt akan mulai menangkap dan menimbun LDL dan oxd-LDL yang akan berubah menjadi sel busa.
3. Hiperkolesterol dan stres oksidatif
Stres oksidatif terjadi karena adanya ketidak seimbangan antara enzym pro dan enzym yang antioksidan, menyebabkan produksi radikal bebas yang
berlebihan, seperti: superoxide, hydroxyl radical dan lipid radical, yang akan
merusak komponen seluler. Hiperkolesterol juga meningkatkan aktifitas
produksi tiga bagian besar enzym oksidan: NADPH oxidase (NOX) , Xanthin
oxidase dan Myeloperoxidase. Bila NOX teraktifitasi akan mentransfer
elektron ke molekul O2 membentuk H2O2
Dalam kondisi patologi pada keadaan hiperkolesterol sistem antioksidan tidak sanggup menghalangi pemakaian dan produksi ROS. Keadaan hiperkolesterol ini juga menyebabkan reaksi antara radikal oksigen atau oksidasi enzymatik dan lipoprotein terutama fosfolipid merupakan faktor utama dalam menghasilkan radikal lipid (oxd- LDL) yang akan memicu proses inflamasi dan oksidatif stres. (Stapleton, et al.. 2010)
.
2.2.3. Low Density Lipoprotein (LDL)
Lipoprotein berfungsi mentranspor lemak hidrofobik di dalam darah.
Lipoprotein utama yang beredar di dalam darah adalah kilomikron, VLDL (Very
(41)
Density Lipoprotein). LDL merupakan hasil degradasi dari VLDL dalam jaringan adiposa, LDL ini akan beredar di dalam peredaran darah sebagai lipoprotein utama yang membawa kolesterol (Ngili, 2009).
Gambar 2.1 Kesimpulan metabolisme lipoprotein (Prentice Hall, 2002)
LDL yang membawa kolesterol dari jaringan akan terikat secara spesifik pada reseptor LDL (LDLR), kompleks LDL - reseptor ini akan didegradasi menjadi asam amino dan kolesteril ester dihidrolisis menjadi kolesterol bebas dan asam lemak. Reseptor LDL baru disintesa kembali pada membran retikulum endoplasma dan kembali ke membran plasma. Kolesterol dalam jumlah kecil dimasukkan ke dalam membran retikulum endoplasma atau disimpan setelah diesterifikasi menjadi kolesteril ester di dalam sitosol. Penyimpanan ini terjadi jika pasokan kolesterol melebihi pemakaiannya dalam membran, mayoritas kolesterol bebas berada dalam membran plasma. Protein reseptor LDL merupakan
(42)
glikoprotein membran integral terdiri atas 839 residu yang terlipat menjadi lima domain, domain 1 mengikat ligan yang memperantai interaksi dengan apolipoprotein B atau E, domain 2 memiliki derajat homolog dengan faktor pertumbuhan epidermal (EGF), domain 3 mengandung rantai karbihidrat yang fungsinya belum diketahui, domain 4 menempelkan reseptor ke dalam membran, domain 5 menargetkan reseptor LDL kedalam lubang berlapis pada membran plasma (coated pits).
Peningkatan LDL disirkulasi adalah gambaran yang utama pada penderita hiperkolesterol dan ini merupakan faktor resiko terbesar untuk berkembangnya penyakit jantung koroner (Chancharme, et al., 2002).
2.2.4. Berat badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang paling penting dan sangat sensitif untuk menggambarkan perubahan dalam waktu singkat karena adanya perubahan konsumsi makanan, penurunan nafsu makan, ataupun terserangnya penyakit infeksi (Arliek, et al.,--). Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik serta keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti perkembangan umum. Ada dua kondisi yang berhubungan dengan berat badan, pertama berat badan rendah (under weight ) dan kedua kelebihan berat badan (over weight) biasa disebut juga dengan obesitas. Obesitas merupakan kelainan metabolisme yang paling sering
diderita manusia. Penyebab pasti obesitas tidak diketahui tapi ada beberapa
keadaan yang akan memicu kenaikan berat badan. Pada dasarnya hal utama yang menyebabkan obesitas adalah adalah ketidak seimbangan kalori yang dikonsumsi
(43)
dengan yang digunakan. Ada dua masalah yang dianggap sebagai penyebabnya, pertama asupan kaya lemak, gula, dan garam tetapi kurang vitamin, mineral dan mikronutrien yang lain, kedua aktifitas fisik yang kurang karena perubahan gaya hidup (Pangkahila, 2011). Ada juga obesitas yang disebabkan karena penyakit, misalnya gangguan hormon. Salah satu pemicu obesitas adalah kondisi hiperkolesterol. Kolesterol yang berlebihan akan disimpan di dalam sel-sel adiposa, sehingga menyebabkan ukuran sel adiposa membesar (Krause & Hartman, 1984). Untuk mengatasi kegemukan harus dicari dan diobati faktor penyebabnya, selain itu perlu dilakukan:1. Kurangi asupan energi dari makanan berlemak dan gula. 2. Perbanyak asupan sayur dan buah. 3. Lakukan olah raga teratur, dan 4. Bila perlu gunakan obat untuk menekan nafsu makan atau mengeluarkan lemak. (Pangkahila, 2011).
2.2.5. Sel busa (foam cells) Sel busa (foam cells) adalah gambaran awal dari pembentukan plak aterosklerosis , sel busa ini dapat merubah bentuk makrofag pada dinding arteri dan merupakan kunci proses perkembangan penyakit ini (Greenspan, 1997). Kejadian masuknya Monosit ke lapisan intima dinding arteri, akan menyebabkan diferensiasi monosit menjadi makrofag dan akan memulai proses berkumpulnya lipid melalui penangkapan lipoprotein yang dimodifikasi yang hasilnya adalah
pembentukan sel busa (Schrijvers, et al.. 2007). Keberadaan sel busa merupakan
akhir dari proses karena terakumulasinya makrofag diantara kolesterol dan kolesteril ester. LDL yang teroksidasi (oxd-LDL) merupakan partikel lipoprotein yang bersifat aterogenik.
(44)
Efek inisiasi pada aterosklerosis mungkin disebabkan oleh karena berkumpulnya LDL didalam matriks sub endotel. Akumulasi LDL ini akan semakin besar ketika kadar LDL disirkulasi darah juga menigkat. LDL akan makin banyak terperangkap didalam matriks sub-endotel. Penarikan monosit ke dalam dinding arteri adalah salah satu kejadian awal pada aterosklerosis. Didalam lapisan intima monosit berkembang menjadi makrofag yang penting sebagai
mediator inflamasi dan merupakan respon innate immune pada aterosklerosis
(Linton & Fazio, 2003). Makrofag juga berperan terhadap respon inflamasi lokal
dengan cara memproduksi cytokines, free oxygen radicals, protease dan faktor
komplemen (Linton & Fazio, 2003).
Menurut (Yuan, et al., 2012), pembentukan sel busa aterosklerosis melalui beberapa tahap: 1. Aktifasi endotelium sesudah terjadi penumpukan lipoprotein
termodifikasi pada lapisan intima. 2. Penarikan monosit oleh chemoattractans dan
monosit berpindah ke dalam lapisan intima. 3. Monosit berdiferensiasi menjadi makrofag dan akan menangkap lipoprotein yang termodifikasi. 4. Penumpukan lipid yang berlebihan di dalam marofag membentuk sel busa lipid–laden. 5. Sel busa mati dan mengeluarkan isinya, hal ini akan menarik lebih banyak lagi makrofag.
(45)
Gambar 2.2. Skematik : terjadinya migrasi monosit dan perubahannya menjadi sel busa (Yuan, et al., 2012)
Penangkapan oxd-LDL diperantarai oleh SR (Scavenger Receptor)
misalnya: SR kelas A (SR – A1. SR – AII, SR – AIII). Kelas B (CLA-I/SR-BI, SR-BII, CD 36) dan kelas D reseptor CD68 (Shashkin, et al., 2005). Semua SR ini sangat penting dalam perubahan makrofag menjadi sel busa. Bila di lakukan
blocking pada kedua SR-A dan B begitu juga dengan CD 36 maka akan terjadi penurunan ambilan Oxd-LDL secara signifikan, hal ini menunjukkan bahwa ambilan oxd-LDL memang diperantarai oleh SR.
Scavenger Receptor adalah molekul pengenal yang diekspresikan oleh makrofag dan bermanfaat membantu makrofag untuk mengikat berbagai bakteri gram positif dan gram negatif, fagositosis dan dalam kematian sel terprogram (apoptosis) (Baratawidjaja, 2010 ).
(46)
SMC
(Smooth Muscle Cells) Enzym oksidatif
Gambar 2.3 Hubungan antara stres oksidatif dan atherosclerosis. Sumber utama bahan oksidatif dan Reactiv Oxygen Species pada aterosklerosis pembuluh darah adalah makrofag dan Smooth Muscle Cell. Keberadaan ROS akan menginduksi disfungsi endotel. Stres oksidatif yang utama menimbulkan oksidatif modifikasi dari LDL ( oxd- LDL ) dan kelanjutan lesi aterosklerosis.(vogiatzi, 2009)
2.2.6. Aterosklerosis
Penyebab pasti aterosklerosis sampai saat ini belum diketahui, namun ada beberapa faktor yang menjadi penyebab, misalnya: sindroma metabolik pada
penderita diabetes melitus, penyakit infeksi (Chlamydia Pneumoniae, virus
herpes, Helicobacter pylori), pembentukan radikal bebas oleh asap rokok, peninggian kadar lipid pada orang yang gemuk (Džumhur, et al.. 2009).
Stres oksidatif
Kerusakan endotel
Lesi
atherolerotic
Fatty streak
Sel busa
(47)
Pembentukan aterosklerosis merupakan hasil dari keadaan dislipidemi dan inflamasi sistemik, bersamaan dengan kekuatan dan interaksi metabolisme antara diet dan penyakit (jiao-Wu , 2011), perkembangan aterosklerosis merupakan suatu proses multi faktorial yang kompleks dalam hal ini termasuk juga lingkungan dan interaksi genetik (Kalsait, 2011). Aterosklerosis selalu dihubungkan dengan penyakit jantung, keadaan ini dapat terjadi karena sebagian
besar dari kasus CVD (Cardio Vascular Desease) berhubungan dengan
aterosklerosis dan paling sering menyebabkan kematian (Shashkin, 2005) umumnya ditandai dengan adanya disfungsi endotel, inflamasi kronik, dislipidemia, dan akumulasi lipid didalam dinding arteri (Chait, 2009; Dillard, 2010). Semua bentuk penyakit kardiovaskuler yang disebabkan oleh aterosklerosis 2 – 8 kali lipat lebih besar pada individu penderita diabetes dibanding dengan individu tanpa diabetes (Wu & Huan, 2007).
Selain SR pembentukan dan progresifitas dari aterosklerosis juga di
perantarai oleh TLR (Toll Like Receptor) ,TLR merupakan respon innate
immuniti, yang diatur olah karena diproduksinya chemokines atau cytokines, hal ini penting untuk membedakan tipe dari inflamasi yang terjadi, apakah inflamasi
karena bakteri, virus, parasit, akut ataupun kronik (Džumhur, et al.. 2009). Pada
aterosklerosis TLR yang berperan adalah TLR 4 dan TLR 2. Hal ini sudah
dicobakan pada mencit hiperkolesterol LDL
-/-Toll Like Receptor diduga merupakan reseptor penting. Ada sembilan jenis TLR. TLR ini terutama mengenal sejumlah besar patogen yang berhubungan
dengan PAMP (Pathogen Associated Molecular Patterns) yang ditemukan
dengan defisiensi total TLR2 maka pada mencit tersebut hanya memiliki lesi yang minimal (Curtiss & Tobias, 2009).
(48)
pada komponen patogen virus, bakteri, jamur maupun protozoa (Baratawidjaja, 2010). TLR terutama ditemukan pada makrofag, SD (Sel Dendritik), neutrofilik, eosinofil, sel epitel, keratinosit. Makrofag dapat diaktifasi oleh TLR untuk mengeluarkan zat–zat yang berperan dalam respon immun.
Klasifikasi lesi aterosklerotik yang berkelanjutan secara karakteristik morfologi dibagi menjadi tiga tipe, gambaran tipe I dan tipe II hanya ada sedikit tumpukan lemak di lapisan intima dinding arteri. Pada yang tipe III dijumpai lesi yang sama dengan tipe II yangsudah berlanjut. Lesi tipe II biasa disebut dengan
fatty streak. Tipe I dan tipe II umumnya dijumpai pada masa kanak–kanak (Wagner & Wissler, 1994).
Tahap awal pembentukan aterosklerosis dimulai dengan proses penggundulan endotel pembuluh darah dan sebagai konsekuensinya adalah kehilangan fungsi normal dari endotel yaitu: mengontrol tonus pembuluh darah, antikoagulan yang merupakan ciri khas pada lapisan intima, dan juga berfungsi sebagai pertahanan terhadap mediator inflamasi. Tahap selanjutnya adalah pembentukan plak aterosklerosis oleh karena akumulasi lipid dalam SMC (Smooth Muscle Cells) dan makrofag, yang ditutupi oleh tudung fibrinogen. Tahap akhir adalah terlepasnya plak aterosklerosis dengan akibat stenosis atau obstruksi (Džumhur, et al., 2009). Disfungsi endotel inilah sebagai dasar tahap inisiasi keprogresifan dari suatu lesi aterosklerosis (Vanhoutte, 1997; Yekeler, et al.. 2007).
Bersamaan dengan hilangnya fungsi normal lapisan endotel akan meningkatkan sifat adesif dari endotel, hal ini terjadi karena diekspresikannya
(49)
(Džumhur, et al., 2009), dalam waktu yang sama penetrasi oxd-LDL pada subendotel sangat penting dalam proses progresifitas dari aterosklerosis, karena oxd-LDL memilik fungsi kemotaktik yang kuat terhadap monosit, Oxd-LDL akan
menstimulasi lapisan endotel untuk mengeluarkan kemokin (MPC-1) dan
cytokines (M-CSF) yang terutama menyebabkan akumulasi monosit dan berubah menjadi makrofag. Oxd-LDL juga menyababkan NO terinhibisi sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah.
2.2.7. Radikal bebas (free radicals) 2.2.7.1. Definisi
Radikal bebas (free radicals) dapat didefinisikan sebagai atom atau molekul
yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbitnya (Pala & Gürkan, 2008), manusia diperkirakan menghasilkan radikal bebas lebih kurang sekitar 10.000 – 20.000 tiap sel tubuh setiap hari.Sebagian radikal bebas berguna bagi tubuh antara lain untuk melawan proses inflamasi, membunuh bakteri, mengontrol tonus otot polos. Sebaliknya peninggian radikal bebas atau kekuatan aktifitas radikal bebas yang tidak terkontrol dan karena kombinasi dengan faktor yang lain akan menimbulkan beberapa penyakit seperti: penyakit neurodegeneratif, penyakit jantung, kanker, proses penuaan, diabetes dan lain – lain.
2.2.7.2. Sumber radikal bebas
Ketika sel menggunakan Oksigen untuk memperolah energi, radikal bebas akan terbentuk sebagai konsekuensi di produksinya ATP oleh mitokondria. Semua
(50)
produk itu disebut ROS (Reactive Oxygen Species) yang terbentuk karena adanya proses redoks (Huy, et al., 2008).
Sumber utama radikal bebas adalah peroksidasi (auto oksidasi) lipid yang
terpajan oleh oksigen (Harper, 2006), radikal bebas menyebabkan proses
pembusukan pada makanan dan juga menyebabkan kerusakan pada jaringan in–
vivo, hal ini dapat menyebabkan timbulnya proses keganasan (kanker),
peradangan, aterosklerosis (Daba, 2005) dan proses penuaan (Pala & Gürkan,
2008). Gambar 3 dibawah ini menunjukkan beberapa sumber dari radikal bebas
(Fang, et al., 2002). Sumber radikal bebas yang lain :
1. NO dibentuk dari L-Arginin oleh salah satu dari enzym NOsynthase.
2. O2
-a. NADPH dioksidasi oleh NADPH oxsidase.
dihasilkan dari beberapa pathway, misalnya:
b. Oksidasi dari Xanthin atau hypoxanthin oleh xanthine oxidase.
c. Auto oksidasi dari monoamin.
d. Pengurangan satu elektron dari O2
e. Pengurangan satu elektron dari O
oleh Citokrom P-450.
2
Pada kondisi seperti diatas O
oleh eNOS atau nNOS ketika Arginin atau tetrabiopterin berkurang.
2 berasal dari pemakaian oksigen oleh tubuh
sebanyak 1-3%.
(51)
Gambar 2.4. sumber radikal bebas (Fang, 2002)
2.2.7.3. Mekanisme Pathophysiologi
Dengan adanya oksidatif radikal bebas dipercaya dapat menginduksi disfungsi endotel dan merupakan tahap inisiasi pembentukan aterogenesis. Oksidatif stres terutama mengoksidasi LDL (oxd–LDL). Hiperkolesterol dapat
menstimulasi produksi radikal anion superaktif (O2-) dari otot polos pembuluh
darah, keadaan ini yang menyebabkan peningkatan kadar oxd–LDL (vogiatzi, et al., 2009). Terjadinya stres oksidatif karena adanya ketidak seimbangan antara pembentukan radikal bebas dan pembentukan antioksidan, misalnya terjadi peninggian radikal bebas atau penurunan proteksi anti oksidan terhadap sel akan menyebabkan terjadinya kondisi oksidasi pada lingkungan sel (Kunwar & Priyadarsini, 2011).
(52)
2.2.7.4. Jenis-jenis radikal bebas
Beberapa jenis radikal bebas yang sudah diketahui antara lain:
1. ROS (Reactive Oxygen Spesies), termasuk diantaranya: superoxide (O2 * -),
Hydroxyl radical (*OH), Hydrogen peroxide (H2O2), Peroxyl radicals
(ROO*), Organic hydroperoxide (ROOH), Singlet oxigen (O2), Ozone (O3
2. RNS (Reactive Nitrogen Spesies), termasuk diantaranya: Nitric oxides (NO*),
Peroksinitrit (ONOO), Peroxynitrous acid (ONOOH), Nitrogen dioxide ( NO
).
2) (Devasagayam, et. al. 2004).
Gambar 2.5. Stres oksidatif menginduksi beberapa jenis penyakit pada
manusia.(huy, He, 2008)
STRES OKSIDATIF PARU-PARU - asma - Bronkitis kronik GINJAL - Glomerulus nephritis
- Gagal ginjal kronik BAYI - Preeclampsi - Berat badan rendah
MATA - Katarak - Penyakit retina
JANTUNG -ArteriosKlerosis - HIpertensi. Iskemia Cardiomyopathy - Gagal jantung MULTI ORGAN - Kanker - Penuaan, inflamasi - Infeksi - Diabetes OTAK - Alzaimer’s - Parkinson’s - Memori menurun - Depresi, stroke SENDI
- Artritis - Reumatik
(53)
2.2.8. Antioksidan 2.2.8.1. Definisi
Antioksidan adalah zat yang dapat menetralkan radikal bebas atau efek dari kerja radikal bebas. Secara alamiah tiap–tiap sel diberi mekanisme proteksi yang adekuat terhadap resiko apa saja yang berbahaya dari radikal bebas
(Devasagayam, et al., 2004).
2.2.8.2. Klasifikasi antioksidan
Antioksidan terbagi dalam dua kelompok. (Huy, et al., 2008) yaitu : 1. Antioksidan enzymatik
Sebagian besar golongan antioksidan enzymatik bekerja secara langsung
menetralkan ROS dan RNS seperti : enzym superoxide dismutation (SOD),
Catalase (CAT), Glutathion Peroxidase (GPx), Glutation reductase (GRx). Sebagai garis pertahanan yang pertama terhadap serangan radikal bebas adalah
enzym SOD. Anion radical (O2-) dikatalisi oleh SOD menjadi Hydrogen
Peroxide (H2O2). Kemudian (H2O2
2. Antioksidan non enzimatik, terbagi dua yaitu:
) dirubah menjadi air oleh kerja enzym
Catalase atau Glutathion peroxidase.
a. Metabolic antioxidants, disebut juga antioksidan endogen karena dapat dihasilkan sendiri oleh tubuh sebagai hasil dari metabolisme di dalam tubuh,
misalnya: Lipoid acid, Glutation, L–arginine, Coenzym Q10, Melatonin, Asam
urat, Billirubin, Metal–Chelating protein, transferin.
b. Nutrien antioksidants, termasuk antioksidan eksogen, hal ini disebabkan karena antioksidan ini tidak bisa diproduksi oleh tubuh dan harus didapat dari
(54)
makanan atau suplemen, contohnya: vitamin E, vitamin C, karotenoid, Trace element (Selenium, Manganese, Zinc), Flavonoids, Omega 3, Omega 6, dan asam lemak.
2.2.8.3. Mekanisme kerja antioksidan
Tubuh manusia memiliki beberapa mekanisme untuk melawan efek dari oksidatif stres dengan cara memproduksi antioksidan. Antiokasidan dapat
diperoleh baik secara in-situ maupun secara eksternal melalui pemberian
suplemen makanan. Antioksidan yang diperoleh baik secara endogen maupun
secara eksogen akan berperan sebagai free radicals scavenger (Huy, et al., 2008)
dengan demikian akan melindungi dan memperbaiki kerusakan yang disebabkan
oleh ROS dan RNS. Superoxide Dismutase, glutathion peroxidase, glutathion
reductase, thioredoxin, thiol dan disulfidemeluruskan sistem buffer di tiap sel. α– tokoferol (vitamin E), nutrien penting yang berfungsi sebagai antioksidan perusak rantai yang melindungi reaksi propagasi dari radikal bebas pada seluruh membran sel di tubuh manusia. Vitamin C juga bagian dari mekanisme pertahanan normal (Devasagayam, et al.,2004).
2.2.9. Statin
Senyawa ini analog dengan struktur HMG-Ko A Reduktase
(3-Hydroksi-3-metilglutaril- koenzym A). Obat ini sangat efektif menurunkan LDL, efek lain adalah menurunkan stres oksidatif dan inflamasi vaskuler dengan peningkatan stabilitas lesi aterosklerotik (Katzung, 2011).
(55)
2.2.9.1. Mekanisme kerja
HMG-KoA reduktase memerantarai tahap khusus pertama dalam biosintesa sterol (Lakshmanan & Radha, 2012).Bentuk aktif penghambat reduktase
merupakan analog struktural perantara HMG-KoA. Analog ini bekerja
menginhibisi parsial enzim sehingga dapat mengganggu sintesa isoprenoid. Penghambat reduktase ini juga memicu peningkatan jumlah receptor LDL berafinitas tinggi sehingga dapat meningkatkan katabolisme LDL, hal ini dapat menurunkan LDL (Katzung, 2011).
(56)
2.2.10. KERANGKA TEORETIS
Keterangan : bukan variabel yang diteliti
Diit tinggi kolesterol
Hiperkolesterol
Fatty streak
ateroma
aterosklerosis
stroke
Foam cell ( sel busa )
MCI
hipertensi
(57)
2.2.11. KERANGKA KONSEP
Keterangan : bukan variabel yang diteliti Diit tinggi kolesterol Tikus wistar Anti oksidan Radikal bebas MCI Stroke Hipertensi Fatty streak Aterom - EEJT
- r EEJT
Jamur tiram putih hiperkolesterol Periksa kolesterol ,LDL dan BB Histopatologi aorta dengan pewarnaan HE Aterosklerosis 1.menghitung jumlah sel busa 2.menghitung diameter intima Foam cell
(58)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. DESAIN PENELITIAN
Desain yang dipakai pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental (True experiment design).
3.2. TEMPAT DAN WAKTU
Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Terpadu FK USU, Laboratorium Patologi Anatomi FK USU, Laboratorim Farmakologi Farmasi Fakultas Farmasi USU, Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU, Laboratorium Farmasi Fisik Fakultas Farmasi USU, Laboratorium Fitofarmaka Fakultas Farmasi USU. Waktu penelitian dilakukan September 2013 sampai juli 2014.
3.3. SAMPEL
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah jamur tiram yang diperoleh dari pembudi dayaan jamur tiram di daerah Tanjung Anom, dengan umur panen 50 hari dan dipanen secara bersamaan. Hewan coba yang digunakan adalah tikus jantan dari galur wistar yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi Farmasi Fakultas Farmasi USU, tikus berumur 6 – 8 minggu, berat badan 150 – 200 gram, dan diadaptasikan dengan siklus terang dan gelap selama 2
minggu, diberi makanan standar dan minum ad – libitum. Kandang tikus
berukuran 40x60 cm untuk setiap kelompok perlakuan, kandang dibersihkan tiap hari dan sekam diganti setiap tiga hari sekali, ketebalan sekam sekitar 3 cm.
(59)
3.4. KRITERIA INKLUSI
Kriteria inklusi jamur tiram pada penelitian ini adalah : jamur tiram dengan umur panen 50 hari, berasal dari tempat yang sama, dan dipanen dalam waktu yang sama.
3.5. KRITERIA EKSKLUSI
Sementara itu kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah : jamur tiram yang busuk, bentuk tidak sama, warna tidak putih bersih, dan bentuk tudung jamur tidak sempurna.
3.6. JUMLAH SAMPEL
Jumlah jamur tiram yang digunakan sebanyak 30 kg, dibersihkan, dijemur sampai kering ditandai dengan dua kali penimbangan berat jamur tiram yang sudah kering tidak berubah. Sampel akan di ujikan ke hewan coba tikus jantan galur wistar.
Jumlah tikus yang diperlukan mengikuti rumus Federer, yaitu :
( t – 1 ) x ( n – 1 ) ≥ 15 dimana t : jumlah kelompok ( 4 ) n : jumlah sampel
( 4 – 1 ) ( n – 1 ) ≥ 15 3 ( n – 1 ) ≥ 15 (1) 3 n – 3 ≥15 (2) 3 n ≥ 15 + 3 (3) 3 n = 18 (4)
maka n = 6, jumlah tikus untuk 4 kelompok adalah 4x6 = 24. Pada penelitian ini tikus dibagi dua group yaitu preventif dan kuratif, jumlah tikus untuk masing-masing group 24. Total tikus yang dibutuhkan 2x24 = 48 ekor
(60)
3.7. BAHAN DAN ALAT 3,7.1. bahan :
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Tikus jantan galur wistar
2. Pakan tikus biasa (pelet 794P) dan pakan tinggi kolesterol (CP511) 3. Jamur tiram putih
4. Ethanol 96 %
5. larutan haematoxylin-eosin
6. Kit pemeriksaan kolesterol dan LDL
7. Kuning telur bebek, minyak jelantah, lemak kambing.
3.7.2. alat
Alat yang diperlukan pada penelitian ini adalah : 1. Mikro tube
2. Sarung tangan tebal, sarung tangan karet, masker. 3. Alat bedah minor
4. Kaca slide dan cover glass 5. Kandang tikus
6. Oven untuk mengeringkan jamur tiram
7. Evaporator untuk mendestilat ethanol dan mengentalkan hasil ekstraksi
8. Mikroskop cahaya (digital) dengan pembesaran 400 x untuk melihat sel busa, Mikroskop Mikrometer primostar untuk menghitung diameter lapisan intima dengan pembesaran 400 x.
(1)
3. Berat badan
Tabel 4.32 Berat badan group kuratif
Minggu Berat badan group kuratif (gr.minggu-)
K1 K2 K3 (EEJT) K4 (r EEJT)
Pre 186,2 ± 12,9 178,9 ± 8,4 174,2 ± 2 186,5 ± 10,9 1 197,8 ± 3,5 189,8 ± 3,5 186 ± 2 196,1 ± 10,3 2 200,9 ± 3 197,9 ± 4,8 195,3 ± 4,2 199,6 ± 3,2 3 221,1 ± 6,3 213,3 ± 2,5 217,2 ± 6,6 220,5 ± 5,2 4 231,8 ± 4,3 221,2 ± 2,8 231 ± 14,5 229,8 ± 12,8 5 239,3 ± 3,7 226,9 ± 1,7 235,4 ± 8,2 236,9 ± 13,4 6 253,7 ± 5,3 240,8 ± 7,1 246,5 ± 15,9 250,5 ± 9,9 7 268,5 ± 0,4 253,7 ± 5,4 259,8 ± 13,7 265 ± 10,2 8 268,1 ± 2,5 263,7 ± 5,4 259,8 ± 13,7 265,4 ± 9,9 9 268,3 ± 4,3 262 ± 12,6 260,9 ±6,7 263,3 ± 9,5 10 269,8 ± 6,7 257,8 ± 2,5 259,9 ± 1 263,6 ± 16,5 11 271,4 ± 6,3 253,3 ± 2,2 259 ± 1,6 262 ± 17,3 12 273,4 ± 6,3 252 ± 2,6 258,9 ± 7,5 261,4 ± 22,3 13 276,2 ± 6,2 251,7 ± 7 257,8 ± 10,4 261,5 ± 22,2 14 277,9 ± 5,6 249,2 ± 7 258,4 ± 9,8 260,3 ± 21,3 15 282,9 ± 5,5 254,1 ± 4,8 259,5 ± 4,9 258,5 ± 26,9 16 284,7 ± 6,6 261,7 ± 5,7 262,1 ± 2,8 259,1 ± 23,9 17 287,3 ± 6,9 268,8 ± 4,7 260,7 ± 1,5 257,4 ± 20,2 18 303,5 ± 4,5 261,9 ±3,8 273,6 ± 0,6 269,5 ± 22,8 19 303,2 ± 7,8 263,4 ± 12,3 246,6 ± 2,3 255,7 ± 15,1 20 303,4 ± 9,1 261,6 ± 28,3 228 ± 9,5 247,9 ± 6,6 21 265 ± 5,6 251,4 ± 10,7 247,7 ± 16,8 228,4 ± 0,6 22 261,4 ± 1,7 241,5 ± 5,9 253,6 ± 7 234,9 ± 2,4 23 259,1 ± 4,5 232,5 ± 0,6 259,6 ± 3,9 235,3 ± 4,5 24 253 ± 9,1 223,2 ± 11,6 264,1 ± 13,9 235,1 ± 4,5 25 251,1 ±13,4 217 ± 15 268,9 ± 21,6 235,5 ± 6,4 26 254,4 ± 8,8 230,8 ± 30,2 277,2 ± 30,3 264,6 ± 6,2 27 258,1 ± 13,2 229,6 ± 28,1 267,4 ± 12,2 264,3 ± 0,1 28 257,2 ± 12,9 240,5 ± 49,1 270,7 ± 5,2 264,2 ± 3,5 29 255 ± 11,7 238,7 ± 49 269,5 ± 6,1 263,6 ± 3,2 30 250,4 ± 14,8 244 ± 45,7 279,1 ± 14,9 267,7 ± 13,9
(2)
Tabel 4.33 Hasil deskripsi luas AUC berat badan group kuratif
Descriptives
Luas AUC berat badan group kuratif
N Mean Std.
Deviation
Std. Error 95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound Upper Bound
K1 6 2883,5333 289,12236 118,03371 2580,1180 3186,9486
K2 6 2617,0667 218,06998 89,02670 2388,2163 2845,9171
K 3 (EEJT) 6 2806,4667 201,84034 82,40097 2594,6482 3018,2851
K (r EEJT) 6 2740,0833 119,22967 48,67531 2614,9595 2865,2072
Total 24 2761,7875 224,56801 45,83975 2666,9607 2856,6143
Tabel 4.34 Hasil uji normalitas luas AUC berat badan group kuratif
Tests of Normality
Perlakuan 2 Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Luas AUC berat
badan group kuratif
K 1 ,825 6 ,097
K 2 ,931 6 ,587
K 3 (EEJT) ,936 6 ,629
K 4 (r EEJT) ,973 6 ,909
Tabel 4.34 Hasil test homogenitas varian luas AUC berat badan group kuratif
Test of Homogeneity of Variances
Luas AUC berat badan group kuratif
Levene Statistic df1 df2 Sig.
(3)
Tabel 4.35 Hasil uji ANOVA luas AUC berat badan group kuratif
ANOVA
Luas AUC berat badan group kuratif Sum of
Squares
df Mean Square F Sig. Between
Groups 229400,798 3 76466,933 1,644 ,211
Within
Groups 930507,448 20 46525,372
Total 1159908,246 23
4. Jumlah sel busa
Tabel 4.36 Hasil test uji normalitas jumlah sel busa group kuratif
Tests of Normality
Perlakuan 2 Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Jumlah sel busa
group kuratif
K 1 ,853 6 ,167
K 2 ,853 6 ,167
K 3 (EEJT) ,960 6 ,820
K 4 (r EEJT) ,908 6 ,421
Tabel 4.37 Hasil deskripsi jumlah sel busa group kurati
Descriptives
Jumlah sel busa group kuratif
N Mean Std.Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound Upper Bound
K 1 6 4,0000 ,89443 ,36515 3,0614 4,9386
K 2 6 8,0000 ,89443 ,36515 7,0614 8,9386
K 3 (EEJT) 6 4,5000 1,04881 ,42817 3,3993 5,6007
K 4 (r EEJT) 6 4,8333 1,16905 ,47726 3,6065 6,0602
(4)
Tabel 4.37 Hasil test homogenitas varian jumlah sel busa group kuratif
Test of Homogeneity of Variances
Jumlah sel busa group kuratif
Levene Statistic df1 df2 Sig.
,258 3 20 ,854
Tabel 4.38 Hasil uji ANOVA jumlah sel busa group kuratif
ANOVA
Jumlah sel busa group kuratif
Sum of Squares Df Mean Square
F Sig. Between
Groups 59,000 3 19,667 19,344 ,000
Within
Groups 20,333 20 1,017
Total 79,333 23
5. Ketebalan lapisan intima group kuratif
Tabel 4.39 Hasil test normalitas ketebalan lapisan intima group kuratif
Tests of Normality
Perlakuan 2 Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Ketebalan
lapisan intima group kuratif
K 1 ,917 6 ,486
K 2 ,877 6 ,254
K 3 (EEJT) ,899 6 ,367
(5)
Tabel 4.40 Hasil deskripsi ketebalan lapisan intima group kuratif
Descriptives
Ketebalan lapisan intima group kuratif
N Mean Std.
Deviation
Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
Upper Bound K 1 6 30,4883 1,70834 ,69743 28,6955 32,2811 K 2 6 33,5017 1,24313 ,50751 32,1971 34,8063 K 3 (EEJT) 6 24,4333 1,43341 ,58519 22,9291 25,9376 K 4 (r EEJT) 6 27,2317 1,36564 ,55752 25,7285 28,5948 Total 24 28,8963 3,74133 ,76370 27,3164 30,4761
Tabel 4.41 Hasil test homogenitas varian ketebalan lapisan intima group kuratif
Test of Homogeneity of Variances
Ketebalan lapisan intima kelompok kuratif
Levene Statistic df1 df2 Sig.
,336 3 20 ,800
Tabel 4.42 Hasil uji ANOVA ketebalan lapisan intima group kuratif
ANOVA
Ketebalan lapisan intima group kuratif Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig. Between Groups 278,625 3 92,875 44,488 ,000 Within Groups 41,753 20 2,088
(6)