Analisis Kebiasaan Sarapan dan Kualitas Tidur Mahasiswa Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Sebelas Maret Surakarta

ANALISIS KEBIASAAN SARAPAN DAN KUALITAS TIDUR
MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN
KESEHATAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA

DESSY ARYANTI UTAMI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kebiasaan
Sarapan dan Kualitas Tidur Mahasiswa Jurusan Pendidikan Olahraga dan
Kesehatan Universitas Sebelas Maret Surakarta adalah benar karya saya
denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2015
Dessy Aryanti Utami
NIM.I14100148

ABSTRAK
DESSY ARYANTI UTAMI. Analisis Kebiasaan Sarapan dan Kualitas
Tidur Mahasiswa Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Dibimbing oleh SITI MADANIJAH.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa kebiasaan sarapan dan
kualitas tidur pada mahasiswa. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional
study dengan jumlah contoh 83 orang yang dipilih secara purposif yaitu
mahasiswa tingkat satu dan dua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan.
Kuesioner The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) digunakan untuk
menghitung estimasi kualitas tidur dan Metabolic Equivalent (MET) untuk
mengukur pengeluaran metabolisme tubuh. Berdasarkan hasil analisa deskriptif,
sebagian besar contoh (85.5%) memiliki status gizi yang normal, 39.8% contoh

mengonsumsi sarapan setiap hari sedangkan 6.0% tidak pernah mengonsumsi
sarapan. Kualitas tidur sebagian besar contoh termasuk dalam kategori buruk pada
contoh laki-laki (82.8%) dan perempuan (80.0%) serta tidak terdapat perbedaan
antara kualitas tidur dengan jenis kelamin (p>0.05). Berdasarkan uji korelasi
Spearman dan Pearson, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan
sarapan dan kualitas tidur dengan status gizi serta kualitas tidur dengan kebiasaan
sarapan (p>0.05) serta tidak terdapat perbedaan kualitas tidur antara contoh yang
terbiasa sarapan dengan yang tidak terbiasa sarapan (p>0.05).
Kata kunci: kebiasaan sarapan, kualitas tidur, PSQI, status gizi

ABSTRACT
DESSY ARYANTI UTAMI. Analysis of Breakfast Habits and Sleep Quality
among Students Majoring in Physical Education and Health of Sebelas Maret
University. Supervised by SITI MADANIJAH.
The purpose of this study was to analyze breakfast habits and sleep quality
among university students. A cross-sectional study design was conducted with 83
respondents choosen purposively (freshman and sophomore majoring in physical
education and health of Sebelas Maret University). The Pittsburgh Sleep Quality
Index (PSQI) and Metabolic Equivalent (MET) were used to estimate sleep
quality and metabolic expenditure of subjects. Descriptive analysis showed

nutritional status (85.5%) were categorized as normal, 39.8% of respondent
consumed breakfast daily whilst 6.0% never ate breakfast. Poor sleep quality was
largely showed both in men (82.8%) and women (80.0%), moreover sleep quality
was not significantly different with sex (p>0.05). Based on the results of
Spearman and Pearson correlation analysis, there was no significant correlation
between breakfast habits and sleep quality with nutritional status (p>0.05). It was
also found that sleep quality was not significantly correlated with breakfast habits
(p>0.05) and there was no significant difference of sleep quality in respondent
who consumed breakfast less than 4 times in a week and more (p>0.05).
Keywords: breakfast habits, nutritional status, PSQI, sleep quality

ANALISIS KEBIASAAN SARAPAN DAN KUALITAS TIDUR
MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN
KESEHATAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA

DESSY ARYANTI UTAMI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Analisis Kebiasaan Sarapan dan Kualitas Tidur Mahasiswa
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Sebelas
Maret Surakarta
Nama
: Dessy Aryanti Utami
NIM
: I14100148

Disetujui oleh


Prof Dr Ir Siti Madanijah, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Rimbawan
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini dengan
baik. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Mei-Juni 2014 di Kampus JPOK
FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian dan penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik tentunya tidak
terlepas dari peran dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS selaku dosen pembimbing akademik,
pembimbing skripsi serta ibu yang senantiasa memberikan bimbingan dan

arahan sejak awal penulis menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat
hingga proses penyelesaian skripsi.
2. Dr. Hadi Riyadi, MS selaku dosen penguji atas ilmu dan saran yang diberikan
dalam diskusi selama penulisan skripsi.
3. Drs. H. Mulyono, MM selaku Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan
Kesehatan FKIP UNS.
4. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga (Penkepor) JPOK
FKIP UNS angkatan 2012 dan 2013 yang telah bersedia menjadi responden.
5. Mama (Dra. Utik Kosasih), Papa (Drs. Tri Aprilijanto Utomo, MKes. PhD.),
Eyang, adik-adik (Ajeng Apsari Utami dan Meidy Triputra Utama), serta
seluruh keluarga atas doa, dukungan dan kasih sayang tanpa henti.
6. Hendi Santoso, S.IK. atas semangat, perhatian dan dukungan yang diberikan
sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik dan tepat waktu.
7. Ketua Departemen Gizi Masyarakat serta seluruh dosen dan staff di lingkungan
Departemen Gizi Masyarakat.
8. Sahabat-sahabat tercinta (Laksmi Datu Bahaduri, Novia Akmaliyah, Dinda
Ayuvalira) serta rekan-rekan GM 47 (Annisa Sophia, M. Yulianto, Citra, Erik,
Oci, Gandis dan Zulfadli) atas segala dukungan dan bantuan yang diberikan.
9. Jansen Ongko, MSc. RD., Mury Kuswari, MSi., tim Lagizi Indonesia, Indra
Sugairto, S.Si, tim Katalis Corp, keluarga IAAS LC IPB serta seluruh pihak

yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang telah ikut membantu
dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bogor, Februari 2015

Dessy Aryanti Utami

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1


Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

3

Hipotesis

3

Manfaat Penelitian

3

KERANGKA PEMIKIRAN

3


METODE

6

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

6

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

7

Pengolahan dan Analisis Data

8


Definisi Operasional
HASIL DAN PEMBAHASAN

10
10

Gambaran Umum Tempat Penelitian

10

Karakteristik Contoh

11

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga

13

Kebiasaan Sarapan


15

Kualitas Tidur

18

Hubungan Antar Variabel

19

SIMPULAN DAN SARAN

21

Simpulan

21

Saran

21

DAFTAR PUSTAKA

21

LAMPIRAN

24

RIWAYAT HIDUP

26

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Sebaran nilai minimal MET contoh dalam satu minggu berdasarkan
jadwal praktek perkuliahan pada kedua angkatan
Kategori masing-masing variabel penelitian
Tabulasi silang sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin, usia dan
status gizi
Tabulasi silang sebaran contoh berdasarkan uang saku, pengeluaran
untuk makan dan tempat tinggal
Sebaran contoh berdasarkan pendidikan dan pekerjaan orangtua
Sebaran contoh berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga
Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan sarapan
Sebaran contoh berdasarkan frekuensi, waktu, tempat, jenis makanan
dan alasan tidak sarapan
Sebaran contoh berdasarkan kategori kualitas tidur
Nilai rata-rata dan standar deviasi masing-masing komponen PSQI
Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan sarapan, kualitas tidur dan
status gizi
Sebaran contoh berdasarkan kualitas tidur dan kebiasaan sarapan

7
9
12
13
14
15
16
17
18
18
19
20

DAFTAR LAMPIRAN
1
2

Kuesioner The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) dalam Bahasa
Indonesia
Dokumentasi pengambilan data penelitian

24
25

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembagian waktu makan utama dalam sehari meliputi sarapan, makan siang
dan makan malam. Normalnya kebutuhan gizi seseorang tidak mungkin terpenuhi
hanya dari satu atau dua kali makan dalam sehari, khususnya pada mahasiswa
yang mempunyai aktivitas fisik yang padat. Aktivitas fisik merupakan gerakan
yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya yang memerlukan
pengeluaran energi dan memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh (Hoeger dan
Hoeger 2005). Otot memerlukan energi untuk melakukan gerak, sehingga sarapan
merupakan suatu kegiatan penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada pagi
hari, karena tubuh tidak mendapatkan asupan energi selama sekitar 8 jam pada
saat tidur di malam hari (Khomsan 2002). Selain itu, sarapan dapat menyediakan
karbohidrat yang siap digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah dan
memberikan kontribusi untuk meningkatkan konsentrasi belajar (Faridi 2002).
Idealnya, sarapan dapat berkontribusi sekitar 20 persen sampai 25 persen dari
kebutuhan total energi harian (Almatsier 2009).
Niemeier et al. (2006) menyatakan bahwa kebiasaan melewatkan sarapan
dan frekuensi konsumsi makanan cepat saji meningkat pada usia peralihan menuju
dewasa. Kedua hal tersebut merupakan faktor yang berkontribusi terhadap
kenaikan berat badan sehingga orang yang melakukan sarapan cenderung
memiliki status gizi yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang melewatkan
sarapan. Sarapan juga dapat menurunkan densitas energi (energy density) dari
asupan energi harian karena jenis makanan yang dikonsumsi pada waktu makan
berikutnya dapat lebih dikontrol sehingga mengurangi risiko kenaikan berat badan
(Ashima et al. 2008). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Song et al. (2005) juga
menunjukkan bahwa kebiasaan sarapan dan pilihan makanan yang dikonsumsi
saat sarapan dapat menjadi faktor penting untuk mencegah terjadinya overweight
dan obese.
Tidur merupakan salah satu aktivitas alami yang dilakukan oleh makhluk
hidup untuk menjaga keseimbangan fungsi tubuh. Pada manusia, tidur berkaitan
dengan kerja otak dan merupakan keadaan ketika otak tidak mengolah informasi
dari neuron sensorik dan tidak memberi perintah ke neuron motorik (Pace-Schott
dan Hobson 2002). Setiap individu manusia membutuhkan waktu yang berbeda
untuk tidur. Tanpa waktu tidur yang cukup kemampuan untuk berkonsentrasi,
membuat keputusan dan berpartisipasi dalam aktivitas harian akan menurun dan
meningkatkan iritabilitas (Lee-Chiong 2005) serta kurang tidur berkontribusi
terhadap munculnya masalah kesehatan seperti stress dan obesitas (Noland et al.
2009).
Selain lama waktu tidur atau kuantitas tidur, terdapat faktor lain yang
berpengaruh terhadap tidur manusia yaitu kualitas tidur. Kualitas tidur seseorang
tidak hanya diukur dari lama waktu (durasi) tidur, namun juga dinilai kedalaman
tidur seseorang dari beberapa indikator yang nantinya akan mempengaruhi kondisi
fisiknya pada saat bangun. Tidak banyak metode atau instrumen yang dapat
digunakan untuk mengukur kualitas tidur. The Pittsburgh Sleep Quality Index atau
indeks kualitas tidur metode PSQI merupakan salah satu metode penilaian

2
terhadap kualitas tidur individu yang paling banyak digunakan di seluruh dunia
menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Alat ini telah
dikembangkan dan diterjemahkan dalam 63 bahasa di dunia untuk
mengkategorikan kualitas tidur yang baik dan kurang baik berdasarkan skor PSQI
(Buysee et al. 1988).
Menurut studi yang dilakukan Bixler pada tahun 2009 yang ditulis dalam
Journal of Sleep Medicine, perilaku dan gaya hidup seperti kurangnya aktivitas
fisik, merokok, konsumsi alkohol dan penggunaan internet yang berlebihan
merupakan faktor yang berkaitan dengan kualitas tidur yang buruk. Berdasarkan
studi tersebut, salah satu faktor yang berhubungan positif dengan kualitas tidur
adalah kepadatan aktivitas fisik yang dilakukan individu tersebut. Di sisi lain,
tingkat aktivitas fisik yang dilakukan pada satu hari ditunjang oleh konsumsi
pangan individu tersebut, termasuk konsumsi sarapan yang dapat memberikan
kontribusi hingga 25 persen dari kebutuhan energi dalam sehari (Khomsan 2002).
Selain itu, penelitian terbaru dari Cheng et al. (2012) menunjukkan bahwa orang
yang memiliki kualitas tidur yang buruk biasanya bangun lebih siang sehingga
cenderung akan melewatkan sarapan dan kurang berenergi untuk melakukan
aktivitas fisik.
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga (Penkepor)
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (JPOK) Universitas Sebelas Maret
(UNS) Surakarta tidak mempunyai kompetensi pada bidang pangan dan gizi.
Namun bidang kompetensi mahasiswa pada program studi tersebut adalah
pendidikan kepelatihan olahraga sehingga memiliki aktivitas fisik yang padat dari
latihan dan kegiatan praktikum yang dilakukan serta kegiatan non-akademik
lainnya yang terkait dengan aktivitas fisik.
Konsumsi pangan terutama kebiasaan sarapan akan membantu seseorang
untuk dapat melakukan aktivitas fisik sehari-hari dengan lebih baik sehingga
mendapatkan kualitas tidur yang baik pada malam hari. Oleh karena itu, dilakukan
penelitian untuk mempelajari kebiasaan sarapan dan kualitas tidur serta
menganalisis kemungkinan adanya hubungan kebiasaan sarapan dengan kualitas
tidur pada mahasiswa program studi pendidikan kepelatihan olahraga yang
memiliki tingkat aktivitas fisik yang dianggap homogen dari latihan dan kegiatan
praktikum yang dilakukan.

Perumusan Masalah
Rumusan pokok-pokok permasalahan yang menjadi fokus penelitian
berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kebiasaan sarapan dan kualitas tidur contoh.
2. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan sarapan dengan
status gizi.
3. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas tidur dengan status
gizi.
4. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan sarapan dengan
kualitas tidur.
5. Apakah terdapat perbedaan kualitas tidur antara contoh yang terbiasa sarapan
dengan contoh yang tidak terbiasa sarapan.

3
Tujuan Penelitian
Tujuan umum
Secara umum, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari kebiasaan
sarapan dan kualitas tidur mahasiswa jurusan pendidikan olahraga dan kesehatan.
Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi karakteristik contoh dan sosial ekonomi keluarga contoh.
2. Menganalisis hubungan antara kebiasaan sarapan dengan kualitas tidur contoh;
kebiasaan sarapan dengan status gizi; kualitas tidur dengan status gizi.
3. Membandingkan kualitas tidur contoh yang terbiasa sarapan dengan yang tidak
terbiasa sarapan.

Hipotesis
1. Terdapat hubungan positif antara kebiasaan sarapan dengan status gizi contoh.
2. Terdapat hubungan positif antara kualitas tidur dengan status gizi contoh.
3. Terdapat hubungan positif antara kebiasaan sarapan dengan kualitas tidur
contoh.
4. Contoh yang terbiasa sarapan memiliki kualitas tidur yang lebih baik daripada
contoh yang tidak terbiasa sarapan.

Manfaat Penelitian
Kegunaan penelitian ini antara lain diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai kebiasaan sarapan dan kualitas tidur mahasiswa dengan aktivitas fisik
yang padat. Hal ini dapat digunakan sebagai dasar dalam memberikan pendidikan
gizi terkait pentingnya membiasakan diri untuk sarapan setiap pagi dan
memperhatikan kualitas tidur sebagai bagian dari pola hidup sehat. Penelitian ini
diharapkan dapat menambah wawasan mengenai pentingnya sarapan dan kualitas
tidur yang baik kepada mahasiswa serta pihak yang terkait untuk meningkatkan
performa fisik dan mental yang bermanfaat dalam peningkatan status gizi dan
prestasi.

KERANGKA PEMIKIRAN
Aktivitas fisik yang padat pada satu hari sangat ditunjang oleh konsumsi
pangan individu, termasuk konsumsi sarapan di pagi hari. Konsumsi sarapan
dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan tubuh untuk meningkatkan
kadar gula darah, mengingat tubuh tidak mendapatkan asupan zat gizi selama
sekitar 8 jam sejak malam hari sehingga konsumsi sarapan dapat memberikan
kontribusi energi untuk melakukan aktivitas fisik sehari-hari disamping konsumsi
makan siang dan malam. Sarapan berperan penting dalam meningkatkan

4
konsentrasi belajar. Selain itu konsumsi sarapan juga dapat menunjang kegiatan
mahasiswa yang banyak menggunakan kerja otot dan memiliki aktivitas fisik yang
cukup tinggi seperti pada mahasiswa jurusan pendidikan olahraga.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kebiasaan sarapan yaitu karakteristik
individu, karakteristik keluarga, akses informasi tentang pangan dan pengaruh
teman sebaya. Selain karakteristik individu, pengaruh karakteristik keluarga
terhadap kebiasaan sarapan (terutama pekerjaan orangtua dan pendapatan
keluarga) juga diteliti pada penelitian ini karena rata-rata mahasiswa belum
memiliki penghasilan sendiri sehingga jumlah uang saku yang diterima dapat
mempengaruhi kebiasaan makan.
Salah satu faktor yang berhubungan positif dengan kualitas tidur adalah
kepadatan aktivitas fisik yang dilakukan individu. Di sisi lain, konsumsi pangan
individu tersebut, termasuk konsumsi sarapan, dapat menunjang aktivitas fisik
yang dilakukan pada satu hari. Individu dengan kualitas tidur yang lebih baik
cenderung memiliki indeks massa tubuh (IMT) yang normal dibandingkan dengan
individu yang kualitas tidurnya buruk (Cheng et al. 2012). Selain itu, status gizi
individu juga dipengaruhi oleh konsumsi pangan termasuk sarapan, status infeksi
dan aktivitas fisik.
Status infeksi yang mempengaruhi status gizi, akses informasi tentang
pangan, pengaruh teman sebaya terhadap kebiasaan sarapan serta pengaruh
kualitas tidur terhadap status kesehatan mahasiswa tidak diteliti pada penelitian
ini. Secara sistematik, kerangka pemikiran kebiasaan sarapan dan kualitas tidur
mahasiswa Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan UNS disajikan pada
Gambar 1.

5
Secara sistematik, kerangka pemikiran tersebut dapat disederhanakan dalam
alur sebagai berikut:





Karakteristik individu:
Usia
Jenis kelamin
Jumlah uang saku per bulan
Jumlah pengeluaran untuk
makanan per bulan






Karakteristik keluarga:
Pendidikan orang tua
Pekerjaan orang tua
Pendapatan orang tua
Besar keluarga

Info pangan
Kebiasaan sarapan:
 Frekuensi sarapan
 Waktu dan tempat
 Jenis makanan

Pengaruh teman

Status infeksi

Status gizi:
Indeks Massa Tubuh









Kualitas tidur:
Kualitas tidur subjektif
Latensi tidur
Lama waktu (durasi) tidur
Efisiensi kebiasaan tidur
Gangguan saat tidur
Penggunaan obat tidur
Disfungsi konsentrasi pada siang hari

Aktivitas fisik:
 Jenis olahraga
 Frekuensi olahraga
 Durasi olahraga

Status kesehatan

Keterangan
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
: Hubungan yang dianalisis
: Hubungan yang tidak dianalisis
Gambar 1 Skema kerangka pemikiran kebiasaan sarapan dan kualitas tidur
mahasiswa Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan UNS.

6

METODE
Desain, Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian mengenai kebiasaan sarapan dan kualitas tidur ini dilakukan
dengan menggunakan desain cross-sectional study dengan lokasi dan subjek
penelitian yang ditentukan secara purposif. Penelitian ini dilaksanakan di Jurusan
Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Sebelas Maret Surakarta karena
mahasiswa pada jurusan tersebut rata-rata memiliki aktivitas fisik yang lebih
tinggi dibandingkan dengan mahasiswa dari jurusan lainnya, dilihat dari kegiatan
perkuliahan dan praktikum akademik serta kegiatan non-akademik. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Mei-Desember 2014.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP UNS memiliki dua
program studi yaitu Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Penjaskesrek)
dan Pendidikan Kepelatihan Olahraga (Penkepor). Populasi contoh penelitian ini
dipilih secara purposif, yaitu mahasiswa dan mahasiswi angkatan 2012 (tingkat 2)
dan 2013 (tingkat 1) dari Program Studi Penkepor sejumlah 158 orang dengan
pertimbangan jumlah waktu praktek olahraga yang lebih banyak daripada program
studi Penjaskesrek sehingga tingkat aktivitas fisik mahasiswa di program studi
Penkepor cenderung lebih tinggi dan lebih homogen.
Pemilihan contoh dilakukan dengan kriteria: 1) mahasiswa atau mahasiswi
Prodi Penkepor angkatan 2012 atau 2013 dalam kelompok usia 18 sampai 25
tahun; 2) dalam keadaan sehat (tidak sedang sakit atau memiliki penyakit); 3)
tidak sedang mengikuti penelitian lain dan bersedia untuk dijadikan contoh; 4)
mengisi kuesioner dengan lengkap. Jumlah contoh yang bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini adalah 90 orang namun hanya 83 orang yang
memenuhi kriteria inklusi. Beberapa responden tidak memenuhi kriteria inklusi
karena sedang dalam keadaan sakit dan tidak mengisi kuesioner dengan lengkap.
Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang terkait dengan variabel
utama pada penelitian ini (kebiasaan sarapan dan kualitas tidur). Aktivitas fisik
yang dilakukan dalam sehari ditunjang oleh konsumsi sarapan (Khomsan 2002),
sedangkan tingkat aktivitas fisik pada siang hari merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap kualitas tidur di malam hari (Bixler 2009). Untuk
mengurangi terjadinya bias, contoh dipilih dari kelompok mahasiswa dengan
intensitas aktivitas fisik relatif homogen dan diukur menggunakan nilai Metabolic
Equivalent of Task (MET value) yang dirilis dalam Compendium of Physical
Activities 2011 (Ainsworth et al. 2011). Nilai MET digunakan secara global untuk
mengestimasi pengeluaran energi (energy cost) dan mengukur intensitas berbagai
aktivitas fisik yang dibagi dalam dua puluh satu kategori pada Compendium of
Physical Activities 2011.
MET merupakan rasio antara metabolic rate atau jumlah energi yang
digunakan untuk melakukan aktivitas fisik tertentu dengan metabolic rate yang
telah ditetapkan. Satu satuan MET diperoleh dari angka Resting Metabolic Rate

7
(RMR) dalam keadaan duduk tenang yaitu sebesar 1 kkal/kg berat badan/jam atau
3.5 ml O2/kg berat badan/menit sehingga suatu aktivitas fisik dengan 2 MET
(misalnya berjalan santai) memerlukan dua kali pengeluaran energi yang lebih
besar dibandingkan dengan pengeluaran energi saat duduk tenang.
Nilai MET kemudian dikalikan dengan durasi melakukan aktivitas (dalam
satuan menit atau jam). MET contoh pada penelitian ini dihitung berdasarkan data
aktivitas olahraga yang diperoleh dari jadwal praktek perkuliahan contoh dalam
satu minggu, sehingga diperoleh nilai minimal intensitas aktivitas fisik yang
relatif sama antara mahasiswa tingkat 1 dan mahasiswa tingkat 2. Tabel 1
menunjukkan rincian nilai minimal MET contoh dalam satu minggu berdasarkan
jadwal praktek perkuliahan pada kedua angkatan. Mahasiswa tingkat 1 memiliki
nilai MET yang sedikit lebih besar (23.2 MET-jam per minggu) daripada
mahasiswa tingkat 2 (21.5 MET-jam per minggu) karena jenis kegiatan olahraga
yang dilakukan lebih banyak.
Tabel 1 Sebaran nilai minimal MET contoh dalam satu minggu berdasarkan
jadwal praktek perkuliahan pada kedua angkatan
Jenis aktivitas
Mahasiswa tingkat 1
Futsal
Voli
Lompat atletik
Senam alat (Calisthenics)
Renang
MET-menit/minggu
MET-jam/minggu
Mahasiswa tingkat 2
Sepakbola
Bulutangkis
Sport massage
Basket
MET-menit/minggu
MET-jam/minggu

Durasi (menit)

MET

Jumlah MET

50
50
50
50
50

7
3
6
3.8
8

350
150
300
190
400
1390
23.2

50
50
50
50

7
5.5
4
9.3

350
275
200
465
1290
21.5

Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data
primer mencakup karakteristik contoh, karakteristik keluarga, kebiasaan sarapan,
serta kualitas tidur. Data sekunder diperoleh dari database mahasiswa berupa
jumlah mahasiswa angkatan 2012 dan 2013, jadwal kuliah dan praktikum
mahasiswa angkatan 2012 dan 2013 serta gambaran umum lokasi penelitian.
Karakteristik contoh meliputi data usia, jenis kelamin, jumlah uang saku per
bulan dan jumlah pengeluaran untuk makan per bulan sedangkan karakteristik
keluarga meliputi data besar keluarga, penghasilan keluarga per bulan, serta
pendidikan dan pekerjaan orang tua. Data ini diperoleh dengan cara responden
mengisi kuesioner secara mandiri yang dipandu oleh peneliti. Data mengenai

8
kebiasaan sarapan meliputi frekuensi sarapan dalam satu minggu, waktu dan
tempat sarapan serta jenis makanan yang biasanya dikonsumsi saat sarapan.
Seluruh data tersebut diperoleh dari kuesioner yang diisi oleh responden dan
dipandu oleh peneliti.
Penilaian kualitas tidur dilakukan dengan metode self-report menggunakan
kuesioner khusus The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) dengan cara
responden mengisi sendiri kuesioner tersebut yang dipandu oleh peneliti,
sedangkan data berat badan dan tinggi badan diperoleh dari pengukuran langsung
menggunakan timbangan injak (digital bathscale) dan microtoise. Kuesioner
PSQI yang digunakan dalam penelitian ini sudah diterjemahkan dalam Bahasa
Indonesia dan dapat dilihat pada Lampiran 1.
Pengolahan dan Analisis Data
Tahapan pengolahan data dimulai dari verifikasi, coding, entri, cleaning,
grouping dan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan perangkat
program komputer Microsoft Office Excel 2010 for Windows, Microsoft Office
Access Database 2010 for Windows dan Statistical Program for Social Science
(SPSS) version 16.0 for Windows. Data karakteristik contoh meliputi usia, jenis
kelamin, tempat tinggal, jumlah uang saku per bulan dan jumlah pengeluaran per
bulan untuk makan. Data status gizi ditentukan berdasarkan data indeks massa
tubuh (IMT) yang diperoleh dari data berat badan (dalam satuan kg) dibagi
dengan kuadrat data tinggi badan (dalam satuan meter). Data IMT dikelompokkan
menjadi 4 kategori status gizi berdasarkan WHO (2006) yaitu underweight (7 orang) (BKKBN 1998). Data pendapatan keluarga merupakan ratarata total penghasilan per bulan yang didapatkan semua anggota keluarga (ayah,
ibu, anak atau anggota keluarga lainnya) yang tinggal dalam satu rumah dan
jumlah uang tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan non
pangan seluruh anggota keluarga. Data pendapatan keluarga kemudian dibagi
dengan jumlah keluarga untuk menentukan tingkat kemiskinan keluarga yang
dikategorikan berdasarkan garis kemiskinan (GK) Nasional tahun 2014 yaitu
sebesar Rp 302 735/kap/bulan untuk wilayah pedesaan dan perkotaan (BPS 2014).
Keluarga yang memiliki pendapatan per kapita per bulan kurang dari GK
termasuk dalam kategori keluarga miskin, sebaliknya keluarga dengan pendapatan
per kapita per bulan lebih dari atau sama dengan GK termasuk dalam kategori
keluarga tidak miskin.
Data kebiasaan sarapan meliputi frekuensi sarapan, waktu dan tempat
sarapan, serta jenis makanan yang biasa dimakan saat sarapan. Data frekuensi
sarapan kemudian dibagi menjadi dua kelompok kebiasaan sarapan. Contoh

9
dengan frekuensi sarapan 4-7 kali dalam seminggu termasuk dalam kelompok
yang terbiasa sarapan dan contoh dengan frekuensi sarapan 2 000 000

11
24
3
0

30.6
54.6
100.0
0.0

21
17
0
0

58.3
38.6
0.0
0.0

4
3
0
0

11.1
6.8
0.0
0.0

Pengeluaran untuk makan (Rp/bulan)
< 300 000
300 000-500 000
501 000-1 000 000
> 1 000 000

11
23
4
0

33.3
52.3
66.7
0.0

19
17
2
0

57.6
38.6
33.3
0.0

3
4
0
0

9.1
9.1
0.0
0.0

Tabel 4 merupakan tabulasi silang sebaran contoh berdasarkan uang saku
dan pengeluaran untuk makan menurut tempat tinggal. Berdasarkan hasil analisis
tabulasi silang, sebagian besar contoh yang mendapat uang saku kurang dari Rp
500 000 (58.8%) dan membelanjakan uang saku kurang dari Rp 300 000 per bulan
untuk membeli makanan (57.6%) tinggal dengan orang tua. Hal ini mungkin
disebabkan karena contoh yang tinggal bersama orangtua tidak memerlukan
banyak uang saku untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari terutama pengeluaran
untuk makan karena makanan sudah disediakan di rumah. Selain itu, mereka juga
lebih memilih untuk makan di rumah daripada membeli makanan di luar untuk
menghemat pengeluaran dari uang saku.
Sebaliknya, contoh yang mendapatkan uang saku diatas Rp 500 000 dan
mengeluarkan lebih dari Rp 300 000 per bulan dari uang saku untuk membeli
makanan kebanyakan adalah mahasiswa yang tinggal mandiri di kos karena harus
menggunakan uang saku tersebut untuk membeli makanan di setiap waktu makan
sehingga mendapatkan lebih banyak uang saku.

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga
Pendidikan dan pekerjaan orangtua
Pola makan anak termasuk kebiasaan sarapan dimulai sejak usia dini dan
kebiasaan seperti itu cenderung terus dibawa hingga dewasa. Dalam hal ini orang
tua memiliki pengaruh penting terhadap kebiasaan makan anak sehingga orangtua
yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dapat memberikan pola asuh
yang baik terhadap kebiasaan makan anak terkait kesadaran orangtua mengenai
pentingnya mengonsumsi sarapan (Liu et al. 2013). Penelitian yang dilakukan
oleh Rahmawati (2006) menyatakan bahwa tingkat pendidikan orang tua
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola asuh anak termasuk
pemberian makan, pola konsumsi pangan, dan status gizi.
Pendidikan orangtua merupakan tahap pendidikan formal tertinggi yang
dapat dicapai oleh ayah dan ibu. Pendidikan serta pekerjaan orangtua dibedakan

14
antara ayah dan ibu. Tabel 5 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ayah pada
contoh dalam penelitian ini cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat
pendidikan ibu. Persentase ayah yang tingkat pendidikannya sekolah menengah
hingga sarjana atau pascasarjana mencapai 83.1%, sedangkan sebanyak 75.0% ibu
hanya berpendidikan hingga tingkat SMA. Jenis pekerjaan yang paling banyak
dilakukan oleh ayah adalah PNS/ABRI/POLRI (36.4%) dan wiraswasta (29.9%),
sedangkan ibu yang tidak bekerja (ibu rumah tangga) dan yang bekerja sebagai
wiraswasta memiliki jumlah persentase yang sama yaitu sebesar 28.8%.
Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan dan pekerjaan orangtua
Karakteristik

Ayah*

Ibu*

n

%

n

%

Pendidikan
Tidak sekolah
SD/sederajat
SMP/sederajat
SMA/sederajat
Diploma/Akademi
Sarjana/Pascasarjana
Total

1
12
8
29
7
20
77

1.3
15.6
10.4
37.7
9.1
26.0
100.0

2
17
7
34
3
17
80

2.5
21.3
8.8
42.5
3.8
21.3
100.0

Pekerjaan
Tidak bekerja
PNS/ABRI/POLRI
Pegawai swasta
Petani
Wiraswasta
Buruh
Lainnya
Total

2
28
7
6
23
7
4
77

2.6
36.4
9.1
7.8
29.9
9.1
5.2
100.0

23
19
6
5
23
3
1
80

28.8
23.8
7.5
6.3
28.8
3.8
1.3
100.0

*Keterangan: 6 ayah meninggal, 3 ibu meninggal

Pendapatan keluarga
Pendapatan keluarga merupakan gabungan dari pendapatan ayah,
pendapatan ibu dan pendapatan anggota keluarga lain (misalnya anak yang sudah
memiliki penghasilan) yang tinggal dalam satu rumah dan uang yang diperoleh
digunakan sebagian atau seluruhnya untuk keperluan pangan dan non-pangan
keluarga. Jumlah pendapatan keluarga terendah dari seluruh contoh adalah Rp 450
000, sedangkan pendapatan tertinggi sebesar Rp 10 700 000. Rataan pendapatan
keluarga berada dalam rentang Rp 2 500 000 - Rp 5 000 000 per bulan (39.8%)
yaitu sebesar Rp 3 986 386 ± Rp 2 389 508/keluarga/bulan.
Besar keluarga dan tingkat kemiskinan
Besar keluarga merupakan jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu
rumah dan terdaftar dalam satu kepala keluarga yang sama. Besar keluarga
dikelompokkan menjadi tiga yaitu keluarga kecil (jumlah anggota keluarga ≤4
orang), sedang (5-7 orang) dan besar (>7 orang) (BKKBN 1998). Rata-rata besar
keluarga contoh adalah 4.31 ± 0.99 orang per keluarga. Berdasarkan Tabel 6,

15
seluruh contoh termasuk dalam kategori keluarga kecil (59.0%) dan keluarga
sedang (41.0%), namun tidak ada contoh yang termasuk dalam kategori keluarga
besar yang memiliki jumlah anggota keluarga lebih dari tujuh orang.
Pendapatan keluarga dibagi dengan besar keluarga menghasilkan
pendapatan per kapita per bulan. Pendapatan per kapita per bulan yang diperoleh
dibandingkan dengan Garis Kemiskinan Nasional (BPS 2014) yaitu sebesar Rp
302 735/kap/bulan untuk wilayah pedesaan dan perkotaan (BPS 2014). GK yang
digunakan adalah dalam skala nasional karena orang tua dan keluarga contoh
dalam penelitian ini tidak hanya berdomisili di daerah Jawa Tengah namun juga
berasal dari berbagai provinsi di Indonesia. Keluarga yang memiliki pendapatan
per kapita per bulan di bawah GK termasuk dalam keluarga miskin, sebaliknya
keluarga yang memiliki pendapatan per kapita per bulan di atas GK termasuk
dalam keluarga tidak miskin. Rataan dari pendapatan kapita adalah Rp 938 082 ±
551 428/kap/bulan. Sebanyak 12.1% keluarga contoh termasuk dalam keluarga
miskin sedangkan 88.0% keluarga contoh termasuk dalam keluarga tidak miskin.
Sebagian besar keluarga miskin (60.0%) dan keluarga tidak miskin (58.9%)
termasuk dalam keluarga kecil. Tabel 6 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan
karakteristik sosial ekonomi keluarga.
Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga
Karakteristik
Besar keluarga
Kecil (≤4 orang)
Sedang (5-7 orang)
Besar (>7 orang)
Rata-rata besar keluarga ± SD

n

%

49
34
0

59.0
41.0
0.0
4.3 ± 1.0

Pendapatan keluarga (Rp/bulan)
5 000 000
Rata-rata pendapatan keluarga ± SD (Rp/bulan)

5
6.0
20
24.1
33
39.8
25
30.1
3 986 386 ± 2 389 508

Tingkat kemiskinan
Miskin (5)
Rata-rata skor PSQI ± SD

n
15
68

%
18.1
81.9
7.6 ± 2.6

Skor minimal dan maksimal PSQI yang diperoleh oleh contoh dalam
penelitian ini adalah 3 dan 15. Berdasarkan data pada Tabel 9, sebagian besar
(81.9%) contoh memiliki kualitas tidur yang buruk berdasarkan skor PSQI
sedangkan hanya 18.1% contoh yang termasuk dalam kategori kualitas tidur yang
baik. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian tentang kualitas tidur yang juga
menggunakan kuesioner PSQI oleh Cheng et al. (2012) yang menyatakan bahwa
lebih dari 50.0% responden pada mahasiswa tingkat pertama di Taiwan termasuk
dalam kategori kualitas tidur yang buruk.
Sebagian besar contoh laki-laki (82.8%) dan perempuan (80.0%) dalam
penelitian ini memiliki kualitas yang buruk. Hal ini diperkuat dengan hasil analisa
statistik (uji beda Mann-Whitney) bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata
(p>0.05) antara skor PSQI dengan jenis kelamin. Rata-rata skor PSQI contoh
adalah 7.6 ± 2.6 dengan rataan kualitas tidur baik adalah 4.4 ± 0.7 dan kualitas
tidur yang buruk 8