JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(1)

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Pusat Kegiatan Pameran dan Konvensi di Purwokerto

dengan Pendekatan Arsitektur

High-Tech

Tugas Akhir

Diajukan sebagai syarat untuk mencapai Gelar Sarjana Teknik

Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh :

FIRDAUS ARIF RAHMAN

I 0208049

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012


(2)

ii KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

JL.Ir.Sutami 36A Surakarta 57126; Telp. (0271)643666; Fax (0271)643666; E-mail arsitek@uns.ac.id Surakarta

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Pusat Kegiatan Pameran dan Konvensi di Purwokerto

denganPendekatanArsitektur High-Tech

PENYUSUN : Firdaus Arif Rahman NIM : I 0208049

JURUSAN : ARSITEKTUR

TAHUN : 2013

Surakarta, Januari 2013 Menyetujui, Pembimbing I

Tugas Akhir

Ir. Agung Kumoro W, MT NIP. 19630802 199103 1 001

Pembimbing II Tugas Akhir

Ir. Agus Sanyoto NIP.19550728 198503 1 001

Mengesahkan, KetuaJurusanArsitektur

FakultasTeknik UNS

Dr. Ir. MohamadMuqoffa, MT. NIP.19620610 199103 1 001

Ketua Program StudiArsitektur FakultasTeknik UNS

KaharSunoko, ST, MT. NIP. 19690320 199503 1 002

Pembantu Dekan 1 FakultasTeknik UNS

Kusno Adi Sambowo, ST, MSc, Ph.D NIP.19691026 199503 1 001


(3)

iii

Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alha mdulilla hirobbil’ala miin Puji syukur Penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah dan rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik sebagai salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Teknik di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.

Dalam penulisan ini, penyusun menghaturkan banyak terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT selaku ketua Jurusan Arsitektur Fakultas

Teknik Universitas Sebelas Maret.

2. Kahar Sunoko, ST, MT selaku ketua Prodi Arsitektur Fakultas Teknik Arsitektur Sebelas Maret.

3. Ir. Agung Kumoro W, MT selaku Dosen Pembimbing I Tugas Akhir. 4. Ir. Agus Sanyoto selaku Dosen Pembimbing II Tugas Akhir.

5. Ir. M Asrori, MT selaku Dosen Pembimbing Akademis.

6. YosafatWinarto, ST. MT, selaku Ketua Panitia Tugas Akhir Jurusan Arsitektur FT-UNS.

7. Tri Joko daryanto, ST, MT dan Ummul Mustaqiemah, ST, MT selaku penguji Penelitian Tugas Akhir sekaligus Tugas Akhir Arsitektur.

8. Ir. Hari Yuliarso, MT, Ir. Edi Pramono Singgih, MT, Purwanto S.N, ST. MT, Ir. Sri Hardiyatno, MT, Ir. Maya Andrina N, M. Eng, Avi Marlina, ST, MT, Fauzan Ali Ikhsan, ST, MT, Ir. Rachmadi Nugroho, MT, Amin Sumadyo, ST, MT, Ir. Suparno, MT dan dosen-dosen lainnya di Jurusan


(4)

iv Arsitektur FT-UNS atas segala ilmu, pengetahuan dan pengalaman yang telah dibagikan selama ini.

9. Teman-teman angkatan 2008 Prodi Arsitektur Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Penyusun berharap semoga laporan ini dapat memberikan kemanfaatan bagi kita semua . Aamiin....

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Surakarta, Januari 2013


(5)

v

Thanks to

1. Allah SWT,

2. Rasulullah Muhammad SAW,

3. Kepada keluarga, Bapak dan Ibu tercinta yang selalu mendoakan serta memberi dukungan yang tiada henti. Mb Nunung, kakak sekaligus teman sharing. Terima kasih sudah menjadi kakak yang baik, maaf kalo adik selalu merepotkan.

4. “10 Bro”, teman belajar kelompok dari semester 1, Jevi, Fie, Nana, Wendra, Sarah, Lia, Dika, Caca, Iqbal.

5. Teman-teman yang ikut lemburan TA bareng, Hidayat, Iwank, Aros, Jefri, Akbar, Wimba, Aziz, Eka, Amir.

6. Warga studio periode 128, Agi, Enk, Rara, Nuri, Cizma, Sendi, Besty, Umi, Rizka, mas Phijon, mas Halala, mas Rahman Aji.

7. Anak-anak arsi 2008, Bayu, Ichan, Vivi, Anton, Firman, Virus, Gandhes, Dhea, Melly, Hafidz, Cuya, Danu, Cepi, Adis, Rina, Luli, Dewi, Debby, Virus, Leo, dll yang selalu jadi teman berarsitektur. 8. Teman-teman yang sudah lulus duluan, Dimi, Indah, Poe, Farah,

Dandare, Nila, Boni, Cici, Temi, Emi, Echa, Tyo, Selvi, Tiwi, Yusnita, Tumpi, mb Winda, Apen, Azimah, Sari.

9. Keluarga besar Arsitektur angkatan 2006, 2007, 2009, 2010, 2011, 2012.

10.Teman satu kost, dari pertama kali masuk hingga saat ini yang entah sudah generasi ke sekian. mas Jarwo, mas Ayat, mas Luluk, mas Anggar, mas Cipop, mas Mbun, mas Ervan, mas Bimo, Gendud, mas Seno, mas Gustam, mas Ujek, mas Bayu, mas Yudha, Freta.

11....


(6)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... I-1 1.1 Pngertian Judul ... I-1 1.2 Latar Belakang... I-2 1.3 Permasalahan dan Persoalan ... I-6 1.3.1 Permasalahan ... I-6 1.3.1 Persoalan ... I-6 1.4 Tujuan dan Sasaran ... I-7 1.4.1 Tujuan ... I-7 1.4.2 Sasaran ... I-7 1.5 Batasan dan Lingkup Pembahasan ... I-8 1.5.1 Batasan ... I-8 1.5.2 Lingkup Pembahasan ... I-8 1.6 Metode Pembahasan ... I-9 1.6.1 Pengumpulan Data ... I-9 1.6.2 Pengolahan Data ... I-10 1.7 Tahap Pembahasan ... I-10 1.7.1 Pengungkapan Masalah ... I-10 1.7.2 Pemecahan Masalah ... I-11 1.8 Perumusan Konsep ... I-11

BAB II TINJAUAN PAMERAN, KONVENSI DAN ARSITEKTUR HIGH-TECH 2.1 Pameran dan Konvensi ... II-1

2.1.1 Tinjauan Pameran dan Konvensi ... II-1 2.1.2 Bentuk Kegiatan Pameran dan Konvensi ... II-2 2.1.2.1 Pameran ... II-2 2.1.2.1.1 Tujuan Pameran ... II-4 2.1.2.1.2 Pameran sebagai Sarana Promosi ... II-7 2.1.2.1.3 Pameran sebagai Sarana Rekreasi ... II-8


(7)

2.1.2.2 Konvensi ... II-10 2.1.2.2.1 Bentuk-bentuk Konvensi... II-10 2.1.2.2.2 Fungsi dan Peranan Wisata MICE ... II-10

2.1.2.2.3 Macam Kegiatan, Pelaku Kegiatan, Sarana dan

Prasarana ... II-12 2.1.3. Bisnis MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition) ... II-16 2.1.4. Manfaat Bisnis Wisata MICE Bagi Penyelenggara ... II-17 2.1.5. Tinjauan Bangunan Exhibition and Convention Center ... II-20 2.2 Arsitektur High-Tech... II-22

BAB III TINJAUAN KOTA PURWOKERTO DAN POTENSI KEGIATAN PAMERAN SERTA KONVENSI DI PURWOKERTO

3.1. Kondisi Fisik dan non Fisik Kota Purwokerto ... III-1 3.1.1 Kondisi Fisik ... III-1

3.1.1.1 Kedudukan Geografis ... III-1 3.1.1.2 Kondisi Topografi ... III-2 3.1.2 Kondisi non Fisik ... III-3 3.1.2.1 Kondisi Kependudukan ... III-3 3.2. Potensi Kegiatan Pameran dan Konvensi di Purwokerto ... III-4

3.2.1. Kegiatan Pameran dan Konvensi di Purwokerto ... III-9 3.2.2. Fasilitas Pameran dan Konvensi di Purwokerto ... III-10

BAB IV BANGUNAN PAMERAN DAN KONVENSI YANG DIRENCANAKAN

4.1. Struktur Organisasi Pengelolaan...IV-1 4.1.1 Tujuan ... IV-1 4.1.2 Sasaran ... IV-1 4.1.3 Misi ... IV-1 4.2 Struktur Organisasi Pengelolaan ... IV-2 4.2.1 Organisasi Pengelolaan ... IV-2 4.2.2 Sisitem Pengelolaan ... IV-3


(8)

4.3 Karakter Wadah ... IV-3 BAB V ANALISA KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN EXHIBITION

AND CONVENTION CENTER DI PURWOKERTO

5.1 Analisa Peruangan ... V-1 5.1.1 Analisa Dasar Peruangan dan Macam Kegiatan ... V-1 5.1.1.1 Analisa Dasar Peruangan ... V-1 5.1.1.2 Analisa Macam Kegiatan ... V-2 5.1.2 Analisa Kegiatan dan Peruangan ... V-4 5.1.2.1 Analisa Pendekatan Pola Kegiatan ... V-4 5.1.2.2 Analisa Pendekatan Kebutuhan Besaran Ruang ... V-6 5.1.2.3 Analisa Pendekatan Diagram dan Hubungan Ruang ... V-18 5.2 Analisa Lokasi dan Site... V-20 5.2.1 Analisa Penentuan Lokasi dan Site ... V-21 5.2.2 Analisa Pencapaian Site ... V-25 5.2.3 Analisa View dan Orientasi Bangunan ... V-27 5.2.4 Analisa Kebisingan Site untuk Orientasi Bangunan ... V-29 5.2.5 Analisa Sirkulasi Site ... V-31 5.2.6 Analisa Zoning Site ... V-33 5.3 Analisa Bangunan ... V-36 5.3.1 Analisa Tampilan Bangunan ... V-36 5.3.1.1 Analisa Bentuk Dasar Massa Bangunan ... V-36 5.3.1.2 Analisa Ekspresi Bangunan dengan Pendekatan

Arsitektur High-Tech ... V-38 5.3.1.3 Analisa Tampilan Bangunan dengan Pendekatan

Arsitektur High-Tech ... V-42 5.3.2 Analisa Struktur Bangunan ... V-42 5.3.2.1 Analisa Sub Struktur ... V-43 5.3.2.2 Analisa Super Struktur ... V-44 5.3.2.3 Analisa Upper Struktur ... V-44 5.3.3 Analisa Utilitas Bangunan ... V-45


(9)

5.3.3.1 Analisa Sistem Transportasi Vertikal ... V-45 5.3.3.2 Analisa Sistem Penyediaan Listrik ... V-46 5.3.3.3 Analisa Sistem Pengamanan Bahaya Kebakaran ... V-47 5.3.3.4 Analisa Sistem Penghawaan Buatan ... V-49 5.3.3.5 Analisa Sistem Komunikasi ... V-50 5.3.3.6 Analisa Sistem Penangkal Petir ... V-51 5.3.3.7 Analisa Sistem Air Bersih ... V-51 5.3.3.8 Analisa Sistem Air Kotor dan Air Hujan... V-52 5.3.3.9 Analisa Sistem Pengelolaan Sampah ... V-53

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

6.1 Konsep Peruangan Kegiatan Pameran dan Konvensi ... VI-1 6.1.1 Pengelompokan Zona Ruang Kegiatan ... VI-1 6.1.2 Jenis dan Besaran Ruang ... VI-1 6.1.3 Konsep Organisasi Ruang ... VI-7 6.2 Konsep Site Kegiatan Pameran dan Konvensi ... VI-8 6.2.1 Konsep Pengolahan Site Eksisting ... VI-8 6.2.2 Konsep Penataan Massa pada Site ... VI-8 6.2.3 Konsep Sirkulasi ... VI-9 6.3 Konsep Ekspresi, Tampilan dan Struktur Bangunan ... VI-11

6.3.1 Konsep Bentuk Komunikatif ... VI-11 6.3.2 Konsep Penampilan Bangunan ... VI-11 6.3.3 Konsep Ekspresi Bangunan ... VI-12 6.3.4 Konsep Struktur Konstruksi Bangunan ... VI-14 6.3.5 Sistem Utilitaas Bangunan ... VI-15 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar.2.1 Kegiatan Pameran... II-7 Gambar.2.2 Kegiatan Pengunjung Pameran ... II-9 Gambar.2.3 Kegiatan International Congress ... II-12 Gambar.2.4 Kegiatan Exhibition ... II-15 Gambar.2.5 Gedung Jogja Expo Center ... II-20 Gambar.2.6 Gedung Shanghai Exhibition Center ... II-21 Gambar.2.7 Sainsbury Center ... II-24 Gambar.2.8 TEN Arquitectos ... II-25 Gambar.2.9 Hongkong dan Shanghai Bank ... II-25 Gambar.2.10 Pipa Escalator Pompidou... II-26 Gambar.2.11 Inside out Pompidou ... II-27 Gambar.2.12 Material Kaca Pompidou ... II-28 Gambar.2.13 Struktur Baja Pompidou ... II-28 Gambar.2.14 Lloyds Buildings... II-29 Gambar.2.15 Inside out Lloyds ... II-29 Gambar.2.16 Crane di Puncak Lloyds ... II-30 Gambar.2.17 Penggunaan Struktur Baja Ekspos ... II-31 Gambar.2.18 Airy Structure ... II-31 Gambar.2.19 Ekspos Pipa Utilitas ... II-32 Gambar.2.20 Cerobong Ventilasi Udara Sekaligus Cerobong Asap ... II-32 Gambar 2.21 Material Kaca... II-33 Gambar 2.22 Perpaduan warna cerah memberi kesan dinamis pada bangunan ... II-33 Gambar 2.23 Penggunaan Struktur Baja dan Kabel ... II-34 Gambar 2.24 Airy Structure ... II-34 Gambar 3.1 Peta Kabupaten Banyumas ... III-1 Gambar 3.2 Gedung Graha Widyatama... III-10 Gambar 3.3 GOR Satria Purwokerto ... III-11 Gambar 5.1 Model Ruang Konvertabilitas ... V-2


(11)

Gambar 5.2 Diagram Hubungan Ruang Kegiatan Makro ... V-18 Gambar 5.3 Diagram Hubungan Ruang Kegiatan Konvensi ... V-19 Gambar 5.4 Diagram Hubungan Ruang Perjamuan ... V-19 Gambar 5.5 Diagram Hubungan Ruang Kegiatan Pameran ... V-20 Gambar 5.6 Diagram Hubungan Ruang Mikro ... V-20 Gambar 5.7 Lokasi Alternatif Site ... V-22 Gambar 5.8 Lokasi Alternatif Site 1... V-23 Gambar 5.9 Lokasi Alternatif Site 2... V-23 Gambar 5.10 Lokasi Site Terpilih ... V-24 Gambar 5.11 Analisis Pencapaian Site ... V-26 Gambar 5.12 Hasil Analisis Pencapaian Site ... V-27 Gambar 5.13 Analisis View dan Orientasi Bangunan ... V-28 Gambar 5.14 Hasil Analisis View dan Orientasi Bangunan ... V-29 Gambar 5.15 Analisis Kebisingan Site ... V-30 Gambar 5.16 Hasil Analisis Kebisingan Site ... V-31 Gambar 5.17 Sistem Parkir Paralel ... V-32 Gambar 5.18 Sistem Parkir Menyudut 45º ... V-32 Gambar 5.19 Sistem Parkir Menyudut 90 º ... V-33 Gambar 5.20 Sainsbury Center ... V-39 Gambar 5.21 TEN Arquitectos ... V-39 Gambar 5.22 Hongkong ang Shanghai Bank ... V-40 Gambar 5.23 Struktur Atap Trust Frame ... V-45 Gambar 6.1 Aplikasi Transparant Mass pada Bangunan... VI-13 Gambar 6.2 Aplikasi Shiny Metal Pada Bangunan ... VI-13 Gambar 6.3 Penggunaan Struktur Baja dan Kabel sebagai Struktur Utama ... VI-14


(12)

DAFTAR SKEMA

Skema 4.1 Struktur Organisasi Pengelolaan ... IV-2 Skema 4.2 Sistem Pengelolaan... IV-3 Skema 5.1 Pola Kegiatan Peserta Konvensi ... V-4 Skema 5.2 Pola Kegiatan Penyelenggara Konvensi/Eksebisi ... V-5 Skema 5.3 Pola Kegiatan Pengunjung Pameran ... V-5 Skema 5.4 Pola Kegiatan Peserta Pameran ... V-6 Skema 5.5 Pola Kegiatan Pengelola ... V-6 Skema 5.6 Sistem Pentediaan Air Bersih ... V-47 Skema 5.7 Sistem Penghawaan Buatan ... V-50 Skema 5.8 Sistem Air Bersih ... V-52 Skema 5.9 Sistem Air Kotor ... V-53 Skema 5.10 Pengolahan Sampah ... V-54 Skema 6.1 Konsep Organisasi Ruang Pusat Kegiatan Pameran dan Konvensi ... VI-7 Skema 6.2 Sistem Penyediaan Listrik ... VI-16 Skema 6.3 Sistem Pengaman Kebakaran ... VI-17 Skema 6.4 Sistem Penghawaan Buatan ... VI-17 Skema 6.5 Sistem Komunikasi... VI-18 Skema 6.6 Sistem Penangkal Petir ... VI-18 Skema 6.7 Sistem Air Bersih ... VI-18 Skema 6.8 Sistem Air Kotor ... VI-19 Skema 6.9 Sistem Air Hujan ... VI-19 Skema 6.10 Sistem Pengolahan Sampah ... VI-19


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Kebutuhan dan Besaran Ruang.. ... V-8 Tabel 5.2 Penilaian Alternatif Site ... V-24 Tabel 5.3 Analisa Zoning Site ... V-34 Tabel 5.4 Bentuk-bentuk Primer ... V-37 Tabel 6.1 Kelompok Ruang Zona Konvensi ... VI-1 Tabel 6.2 Kelompok Ruang Zona Pameran ... VI-3 Tabel 6.3 Kelompok Ruang Zona Pengelolaan ... VI-4 Tabel 6.4 Kelompok Ruang Penunjang ... VI-5 Tabel 6.5 Kebutuhan Luas Ruang dan Tapak Minimal ... VI-6


(14)

I-1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 PENGERTIAN JUDUL

Ditinjau dari pengertian umum, maka arti dari Pusat Kegiatan Pameran dan Konvensi di Purwokerto dengan Pendekatan Arsitektur High-Tech (Purwokerto Exhibition and Convention Center) adalah sebagai berikut:

a. Purwokerto, merupakan ibukota Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Dengan jumlah penduduk 249.705 jiwa pada tahun 2005. Berbagai julukan di sandang kota di jalur selatan Jawa Tengah ini dari Kota Wisata, Kota Kripik, Kota Pendidikan sampai kota Pensiunan karena begitu banyaknya pejabat-pejabat negara yang pensiun dan akhirnya menetap di kota ini. (sumber: http://banyumaskab.go.id).

b. Exhibition (Pameran), merupakan suatu bentuk usaha jasa pertemuan yang mempertemukan antara produsen dan pembeli. Namun, pengertian pameran lebih jauh adalah suatu kegiatan promosi yang dilakukan oleh suatu produsen, kelompok, organisasi, perkumpulan tertentu dalam bentuk menampilkan display produk kepada calon relasi atau pembeli. Adapun macam pameran itu adalah : show, exhibition, expo, pekan raya, fa ir, bazaar, pasar murah.

(sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Pameran).

c. Convention (Konvensi)

a) Pertemuan formal anggota, perwakilan, atau delegasi, sebagai partai politik, masyarakat persaudaraan, profesi, atau industri.


(15)

I-2 b) Tubuh orang yang menghadiri pertemuan semacam: disebut konvensi untuk memesan.(sumber:http://www.thefreedictionary.com/Conventions)

d. Center (Pusat)

Center: middle point of pa rt, place for pa rticula r a ctivity (pusat dari bagian tempat untuk aktivitas-aktivitas tertentu) (sumber: Oxford learner’s Dictionary)

e. Arsitektur High-Tech

Dalam arsitektur, high-tech diartikan sebagai suatu aliran arsitektur yang bermuara pada ide gerakan arsitektur modern yang membesar-besarkan kesan struktur dan teknologi suatu bangunan. Karakteristik yang menjadi referensi arsitektur high-tech adalah bangunan yang terbuat dari material sintesis seperti logam, kaca, dan plastik. (sumber: buku High Tech Architecture, Colin Davis)

Jadi pengertian Pusat Kegiatan Pameran dan Konvensi di Purwokerto dengan Pendekatan Arsitektur High-Tech adalah pusat aktivitas-aktivitas kegiatan konvensi dan promosi yang dilakukan oleh suatu produsen, kelompok, organisasi, perkumpulan tertentu dalam bentuk menampilkan display produk kepada calon relasi yang berpusat di Kota Purwokerto dengan menerapkan desain Arsitektur High-Tech pada perancangannya.

1.2LATAR BELAKANG

Saat ini, Indonesia sudah berkembang menjadi salah satu negara tujuan bisnis dan wisata. Hal itu dibuktikan dengan perolehan data dari Sta tistica l Report


(16)

I-3 on Visitor a rriva ls to Indonesia 2004–2006, yang menyebutkan bahwa kunjungan wisatawan mancanegara untuk pertemuan, insentif, konvensi dan pameran atau meeting, incentive, convention, exhibition (MICE) mencapai 41,23% sementara untuk wisatawan liburan 56,49% dan lainnya 2,28%. Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa angka kunjungan wisata MICE di Indonesia cukup besar, mencapai 41%. Indonesia tak hanya kaya akan potensi wisata tapi juga potensi untuk dijadikan lahan bisnis komersial di bidang MICE. Hal ini akan menjadi peluang besar bagi pebisnis dan pemerintah Indonesia untuk menggarapnya menjadi sumber pendapatan yang cukup menjanjikan.

Adanya globalisasi dan otonomi daerah memberi peluang dan tantangan bagi pengembangan wilayah. Setiap daerah diharuskan mengembangkan segala kemampuan dan daya tarik yang dimilikinya, baik yang bernilai compora tive a dva nta ge (keunggulan berbanding) maupun competitive a dva nta ge (keunggulan bersaing). Adanya tantangan perdagangan bebas seperti AFTA dan juga usaha untuk meningkatkan penerimaan asli daerah agar dapat bertahan di era otonomi daerah, maka diperlukan strategi untuk menghadapinya. Berbagai macam strategi dilakukan dalam persaingan global, seperti meningkatkan kegiatan kepariwisataan, perdagangan, dan investasi, serta MICE (Meeting, Incentives, Conferences, Exhibitions) sebagai sektor usaha.

Dpilihnya kota Purwokerto sebagai lokasi perencanaan dan perancangan Purwokerto Exhibition a nd Convention Center dikarenakan Purwokerto adalah ibukota kabupaten Banyumas. Selain menjadi pusat pemerintahan Purwokerto juga menjadi pusat koordinasi daerah Jawa Tengah bagian Barat Bakorlin III.


(17)

I-4 Purwokerto belum mempunyai wadah kegiatan yang menunjang kegiatan di bidang MICE ini.

Beberapa kegiatan pameran yang diadakan di wilayah Kabupaten Banyumas antara lain Banyumas Fair dan Pameran Pembangunan. Banyumas Fair merupakan rangkaian acara dalam menyambut hari jadi Kabupaten Banyumas. Waktu penyelenggaraannya pada bulan Maret-April karena hari jadi Kabupaten Banyumas jatuh pada tanggal 6 April. Sedangkan Pameran Pembangunan merupakan pameran yang diadakan untuk instansi-instansi yang ada di Kabupaten Banyumas, waktu penyelenggaraannya sekitar pada bulan November. Selain dua kegiatan besar tersebut, ada juga kegiatan pameran lain yang rutin diadakan setiap bulannya, antara lain pameran buku, komputer, maupun clothing distro.

Dengan adanya agenda kegiatan pameran yang diadakan di Kabupaten Banyumas, dibutuhkan fasilitas yang memadai. Seperti ruangan yang besar, nyaman dan perlengkapan audio visual yang memadai. Hal ini bisa disikapi dengan dibangunnya suatu Exhibition a nd Convention Center yang besar dan lengkap, seperti halnya Ja ka rta Convention Centre yang pada tahun 2007 lalu mampu memfasilitasi 441 event dalam satu tahun, dapat dibayangkan berapa besar dampak yang akan kita dapatkan sebagai pelaku bisnis apabila terdapat event dengan jumlah yang sama dengan event tersebut.

Wacana adanya Exhibition a nd Convention Center yang ideal perlu didukung dengan adanya area yang besar, toilet yang memadai, AC, pencahayaan yang cukup, pasokan listrik dan cadangannya, telepon, kendaraan, fasilitas pemadam kebakaran, cargo dan lift serta eskalator bila diperlukan, pintu darurat,


(18)

I-5 ruang sekretariat, panggung, ruang VIP, kafetaria, toko obat, klinik, dapur dan sebagainya

Berikut beberapa daftar hotel yang menyediakan fasilitas meeting/convention room yang ada Kabupaten Banyumas:

a. Astro Hotel b. Horisson Hotel c. Queen Garden Hotel d. Rosenda Hotel

e. Atrium Resort and Hotel f. Moro Seneng Hotel g. Palapa Hotel h. Adi Kencana Hotel

i. Perhutani Alam Wisata Hotel j. Resort Prima Hotel

k. Aston Hotel

Fasilitas-fasilitas kegiatan MICE di Purwokerto memang sudah ada. Namun, fasilitas-fasilitas yang ada tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan kegiatan sebagaimana mestinya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain luasan bangunan yang belum memadai serta ketersediaaan lahan parkir yang kurang.

High-Tech merupakan salah satu indikator perkembangan yang terjadi di dunia, baik dalam bidang teknologi maupun arsitektur. Purwokerto merupakan salah satu kota yang sedang berkembanng di Provinsi Jawa Tengah. Oleh karena itu, Arsitektur High-Tech dipilih sebagai pendekatan perencanaan dan


(19)

I-6 perancangan pusat kegiatan pameran dan konvensi di Kota Purwokerto sebagai perlambang bahwa Kota Purwokerto merupakan kota yang sedang berkembang.. Selain itu, Arsitektur High-Tech juga diharapkan mampu memberikan penampilan yang atraktif pada bangunan. Sehinggaa dapat menarik perhatian pengunjung.

1.3 PERMASALAHAN DAN PERSOALAN 1.3.1. Permasalahan

Permasalahan yang muncul dari perencanaan dan perancangan Purwokerto Exhibition a nd Convention Center ini adalah bagaimana merencanakan dan merancang bangunan Exhibition a nd Convention Center yang mampu memberikan fungsinya sebagai bangunan publik yang dapat mewadahi berbagai kegiatan dengan menggunakan pendekatan Arsitektur High-Tech.

1.3.2. Persoalan

Beberapa persoalan terkait dengan perancangan sebuah bangunan Exhibition a nd Convention Center antara lain:

a. Bagaimana perencanaan dan perancangan Exhibition a nd Convention Center dengan pendekatan Arsitektur High-Tech.

b. Bagaimana perencanaan pengolahan site, gubahan massa, dan tampilan fasad bangunan yang sesuai dengan Arsitektur High-Tech.

c. Bagaimana perencanaan program ruang yang efektif dan efisien serta fasilitas ruang yang mendukung pelayanan bagi user sehingga tercipta suasana yang nyaman bagi user di dalamnya.


(20)

I-7 d. Bagaimana perencanaan sistem struktur dan konstruksi bangunan yang

kuat, efektif dan mendukung tampilan Arsitektur High-Tech.

e. Bagaimana perencanaan konsep dasar fasilitas bangunan yang sesuai dengan kebutuhan penggunaan ruang.

1.4 TUJUAN DAN SASARAN 1.4.1 Tujuan

Menyusun konsep perencanaan dan perancangan bangunan exhibition a nd convention center sehingga diharapkan mampu memberikan fungsinya sebagai bangunan publik yang dapat mewadahi berbagai kegiatan dengan menggunakan pendekatan Arsitektur High-Tech

1.4.2 Sasaran

Sasaran yang akan dicapai dalam penyusunan konsep perencanaan dan perancangan ini dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Sasaran non Fisik

1) Mendapatkan konsep perencanaan dan perancangan Exhibition a nd Convention Center dengan pendekatan Arsitektur High-Tech. 2) Menentukan konsep dasar pengolahan site, gubahan massa, dan

tampilan fasad bangunan yang sesuai dengan Arsitektur High-Tech.

3) Menentukan konsep dasar efektif dan efisien dalaam hal peruangan dan fasilitas ruang yang mendukung pelayanan bagi


(21)

I-8 user sehingga tercipta suasana yang nyaman bagi user di dalamnya.

4) Menentukan konsep dasar pemilihan sistem struktur dan konstruksi bangunan yang kuat, efektif dan mendukung tampilan Arsitektur High-Tech.

5) Menentukan konsep dasar fasilitas bangunan yang sesuai dengan kebutuhan penggunaan ruang.

b. Sasaran Fisik

1) Menciptakan suatu wadah yang mudah dalam hal pencapaian baik bangunan maupun ruang yang ada di dalamnya.

2) Menentukam tata ruang yang nyaman dalam menunjang kegiatan yang berlangsung di dalamnya.

1.5BATASAN DAN LINGKUP PEMBAHASAN

1.5.1 Batasan

Batasan Exhibition and Convention Center sebagai sebuah fasilitas umum yang mewadahi segala aktivitas MICE. Pemilihan site berdasarkan masterplan Banyumas dan kriteria-kriteria yang mendukung keberadaan bangunan Exhibition a nd Convention Center di Purwokerto

1.5.2 Lingkup Pembahasan

Secara substantial, lingkup pembahasan meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan bangunan Exhibition a nd Convention Center yang merupakan bangunan massa tunggal, (terkonsentrasi) dengan titik berat pada hal-hal yang


(22)

I-9 berkaitan dengan disiplin ilmu arsitektur, sedangkan hal-hal di luar ilmu arsitektur yang mempengaruhi, melatarbelakangi dan mendasari faktor-faktor perencanan akan dibatasi, dipertimbangkan atau diasumsikan tanpa dibahas secara mendalam. Secara spatial, bangunan Exhibition and Convention Center ini terletak di dekat pusat kota Purwokerto.

1.6METODE PEMBAHASAN

Metode pembahasan yang digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan meliputi metode pengumpulan data, metode pengolahan data yang terdiri dari tahap analisa dan sintesa, serta metode pembahasan dan perumusan konsep.

1.6.1 Pengumpulan Data

a. Data Primer , Observasi dan survey meliputi : 1) Survey eksisting site

2) Survey mengenai perkembangan exhibition and convention center 3) Observasi bangunan exhibition a nd convention center di

Purwokerto unuk mendapatkan data yang tidak terdapat di literatur buku serta untuk mengetahui fasilitas yang ada untuk menunjang aktivitas didalamnya.

b. Data Sekunder , Studi Literatur meliputi :

1) Studi exhibition a nd convention center di Indonesia dan Purwokerto, studi ruang-ruang pada exhibition a nd convention center dan pengembangannya.


(23)

I-10 2) Studi kepustakaan mengenai peraturan dan tata ruang kota serta rencana kawasan Purwokerto, studi hukum dan peraturan pembangunan.

3) Studi mengenai Arsitektur High-Tech, mengenai apa itu Arsitektur High-Tech maupun ciri-ciri Arsitektur High-Tech.

1.6.2 Pengolahan Data a. Tahap Analisa

Tahap analisa ini, data-data yang didapatkan akan dipilih yang benar-benar sesuai dengan konsep. Adapun metode yang digunakan adalah :

1) Induksi

Merupakan penarikan kesimpulan dari fakta-fakta yang ada 2) Komparasi

Menilai, membandingkan dengan melakukan penganalisaan dengan bahan yang diperoleh dari observasi, pengumpulan data dan studi literatur.

b. Tahap Sintesa

Merupakan tahap perumusan konsep, dengan menggunakan metode deduksi, yaitu membuat perumusan hasil induksi

c. Studi Pendekatan Konsep

Setelah memperoleh penyelesaian masalah maka diadakan studi pendekatan konsep untuk menentukan konsep perancangan sebagai dasar menuju tahap desain fisik.


(24)

I-11 1.7 TAHAPAN PEMBAHASAN

1.7.1 Pengungkapan Masalah

Pengungkapan masalah dilakukan berdasarkan hasil survey lapangan dan studi literatur yang dilakukan. Metode yang digunakan adalah metode observasi, dimana permasalahan dan persoalan diuraikan secara teratur.

1.7.2 Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah dilakukan dengan metode analisis dan sintesa, masalah dan persoalan dianalisis seperti pemrograman arsitektur kemudian disintesa dan hasilnya berupa kesimpulan ditarik secara deduktif.

1.8 PERUMUSAN KONSEP

Penyusunan analisa dalam proses pembahasan ke dalam konsep perencanaan dan perancangan bangunan exhibition a nd convention center meliputi :

Konsep peruangan kegiatan pameran dan konvensi Konsep site kegiatan pameran dan konvensi Konsep ekspresi, tampilan dan struktur bangunan


(25)

II-1 BAB II

TINJAUAN PAMERAN, KONVENSI DAN ARSITEKTUR HIGH-TECH

2.1 PAMERAN DAN KONVENSI 2.1.1 Tinjauan Pameran dan Konvensi

Pameran merupakan suatu kegiatan promosi yang dilakukan oleh suatu produsen, kelompok, organisasi, perkumpulan tertentu dalam bentuk menampilkan display produk kepada calon relasi atau pembeli. Sedangkan Konvensi adalah pertemuan formal anggota, perwakilan, atau delegasi, sebagai partai politik, masyarakat persaudaraan, profesi, atau industri.

Sebagai salah satu strategi pemasaran kepada konsumen, pameran(expo) mempunyai beberapa keunggulan dan nilai strategis dalam menaikan jumlah angka penjualan suatu produk. Pertama; media pameran merupakan ajang pengenalan produk kepada masyarakat dan konsumen secara langsung dan nyata, dalam artian masyarakat dan konsumen secara langsung dapat merasakan dan menilai suatu produk, dalam posisi ini konsumen dapat memilih dan membandingkan beberapa produk yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan dan kualifikasi yang diinginkannya.

Kedua; merupakan wadah/ajang komunikasi secara langsung antara konsumen dan produsen, dalam hal ini produsen atau perusahaan dagang dapat melihat secara langsung antusiasme masyarakat/konsumen terhadap produk yang


(26)

II-2 dihasilkan. Lebih lanjut dari kondisi ini adalah produsen dapat melakukan penelitian pasar secara langsung terhadap kebutuhan konsumen. Ketiga; merupakan wadah transaksi bisnis secara langsung antara produsen dengan konsumen tanpa melewati pihak ketiga. Keempat; merupakan wadah promosi dan informasi bagi pemerintah daerah terhadap potensi dan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai sehingga dapat dijadikan tolak ukur perkembangan selanjutnya. Dari beberapa jenis kegiatan MICE mempunyai tuntutan wadah yang bersifat resmi seperti Interna tional Congress, Association Convention da n Compa ny Event, dimana pada kegiatan ini pesertanya merupakan anggota dari organisasi profesi yang bergerak pada bidang atau profesi tertentu. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu wadah yang mampu mencerminkan sifat kegiatan-kegiatan konvensi yang bersifat resmi/formal.

2.1.2 Bentuk Kegiatan Pameran dan Konvensi 2.1.2.1 Pameran

Ditinjau dari sistem perencanaannya, pameran dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:

a. Kelompok pameran tetap

1) Pameran Perdagangan (Tra de Fa ir)

Karena pameran sudah sejak lama menjadi bagian dari organisasi perdagangan, maka sedikit banyak merupakan kesempatan penawaran hasil-hasil produk baru dengan contoh-contohnya


(27)

II-3 sehingga dapat disebut juga sebagai ‘test market’. Di sini terjadi hubungan langsung antara produsen dengan konsumen.

2) Bursa

Yaitu suatu tempat dimana terjadi kegiatan jual beli yang hanya memproduksi sekali dan penjualannyapun sekali saja pada bursa buku, bursa seni, dll.

3) Exposisi Nasional atau Internasional

Adalah tempat dimana berkumpulnya bermacam-macam stand yang mewakili daerah atau negaranya masing-masung baik untuk perdagangan, perindustrian atau kebudayaan.

4) Window Displa y

Secara tidak langsung merupakan pameran untuk menstimulir/meningkatkan penjualan suatu toko atau restaurant. Karena benda yang dipamerkan sebagai contoh yang ada dipajang pada window displa y tersebut dapat dibeli oleh orang yang berminat. 5) Informa tion Center

Adalah tempat dimana seseorang mendapatkan penjelasan serta keterangn baik masalah perdagangan atau prindustrian. Sedang materi yang dipamerkan merupakan wakil dari keseluruhannya. b. Kelompok Pameran Keliling

1) Pameran Pertanian


(28)

II-4 Pameran ini direcanakan untuk meeyakinkan serta mempengaruhi pengunjung agar meu menerima kenyataan/keadaan yang biasanya bertentangan dengan kebiasaan.

c. Kelompok Pameran dengan kasus khusus 1) Showroom

Tempat/ruang untuk pameran yang bangunannya sendiri tidak mengalami perubahan karena pertimbangan ekonomis, hanya sistem display yang diubah.

2) Galeri

Merupakan tempat yang dapat menyelenggarakan suatu pameran baik sosial maupun kebudayaan. Pameran yang diselenggarakan pada suatu galeri dapat bersifat tetap, semi tetap atau berubah-ubah karena yang dipamerkan mengalami perkembangan.

3) Pameran di udara terbuka

Pameran di udara terbuka/di luar gedung biasanya disebut outdoor exhibition. Benda yang dipamerkan relatif tahan terhadap kondisi iklim/cuaca di luar, contohnya pameran konstruksi, pameran mesin-mesin pertanian. Pada beberapa objek yang rentan terhadap pengaruh lingkungan, maka digunakan bahan-bahan pengawet khusus untuk itu.

2.1.2.1.1 Tujuan Pameran

Ditinjau dari sistem perencanaan dan pengelompokannya maka pameran mempunyai 3 macam tujuan, yaitu:


(29)

II-5 a. Informatif

Merupakan pameran yang menyampaikan pesan/mengabarkan suatu hasil penemuan yang mengandung laporan semata-mata, karena dengan adanya pameran tersebut dapat memberikan perbandingan dan akhirnya timbul persaingan.

b. Edukatif

Secara tidak langsung mendidik pengunjung untuk memberi tambahan ilmu pengetahuan.

c. Sugestif

Usaha untuk mempengaruhi pengunjung sehingga tertarik pada objek yang dipamerkan. Salah satu ciri yang menonjol adalah spesifikasi produk disajikan sampai pada hal yang mendetail, objek/produk dikemas dalam wadah yang menarik dan informatif.

Untuk menyelenggarakan suatu pameran/expo haruslah menyediakan fasilitas dan jasa yang mendukung usaha promosi tersebut. Sudah barang tentu lingkup kegiatan dari expo berkisar pada jasa penyelenggaraan pameran guna menunjang promosi dalam rangka memperkuat daya saing produk yang ditawarkan.

Lingkup kegiatan atau usaha dari Badan Penyelenggara Expo Centeer adalah bidang jasa dan penyediaan fasilitas pameran yang representatif, sehingga pameran/expo yang diadakan dapat memperbaiki citra produk barang dan jasa yang dipamerkan.

Adapun program pelaksanaan expo disajikan dalam beberapa bentuk kegiatan:


(30)

II-6 a. Kegiatan Utama

Sesuai dengan fungsi suatu expo center, kegiatan pameran merupakan kegiatan utama, baik itu bersifat pameran murni ataipun dengan promosi penjualan dengan titik berat pada produk yang ditampilkan adalah produk-produk yang mempunyai peluang besar dalam menembus pasar. Kegiatan pameran dan promosi penjualan biasanya ditampilkan pada gedung Exhibition Ha ll, landasan terbuka, maupun stand-stand yang disediakan.

b. Kegiatan Pengunjung

Untuk menambah dan memberikan bobot bagi penyelenggaraan suatu pameran, maka disediakan wadah aktifitas kegiatan yang dapat dimanfaatkan oleh peserta maupun pengunjung dalam menungkatkan nilai promosi perdagangan. Kegiatan penunjang terutama sekali untuk melengkapi kegiatan pameran tetap. Kegiatan ini meliputi:

1) Kegiatan Konsultasi 2) Kegiatan Perbankan 3) Kegiatan Transaksi

4) Kegiatan Pembinaan dan Pengembangan, dll. c. Kegiatan Pelengkap

Kegiatan ini merupakan upaya dari penyelenggara dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat pengunjung, antara lain dalam bidang hiburan, olahraga dan beberapa kegiatan lainnya yang bersifat lomba atau festival.


(31)

II-7

Gambar 2.1 Kegiatan pameran

Sumber: forumpengusahaindonesia.com 2.1.2.1.2 Pameran sebagai Sarana Promosi

Dalam situasi persaingan perdagangan dunia yang semakin ketat dan bebas, diperlukan terobosan-terobosan kreatif dan inovatif dalam mempromosikan produk kepada konsumen sebagai upaya untuk merebut pasar. Upaya ini akan berjalan lebih baik jika ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai. Salah satu strategi pemasaran yang banyak dipakai saat ini adalah pemasaran yang menerapkan bentuk persuassive communication yang dapat diartikan sebagai upaya penyampaian informasi sedemikian rupa sehingga dapat mempengaruhi dan megubah cara berfikir konsumen untuk membelanjakan uangnya dengan senang hati. Terdapat 5 elemen penting yang berperan dalam suatu persua ssive communica tion, antara lain:

a. Komunikator

Merupakan pihak yang berkepentingan untuk memperkenalkan suatu produk yang dimilikinya.


(32)

II-8 Merupakan pihak yang dijadikan sasaran bagi pengenalan produk. c. Messege

Merupakan sejumlah informasi yang hendak disampaikan oleh pihak komunikator.

d. Produk atau jasa

Sebagai objek yang diperkenalkan. e. Media

Sarana untuk berkomunikasi

Suatu persuassive communication dapat terselenggara dengan baik jika pihak komunikator dapat mengembangkan informasi yang hendak disampaikan sedemikian rupa sehingga mampu mempengaruhi sikap dan perilaku pembeli agar berniat membeli produk yang ditawarkan. Untuk itu wadah promosi yang disediakan dikemas dalam suasana informa l, rekreatif dan comforta ble.

2.1.2.1.3 Pameran sebagai Sarana Rekreasi

Disamping sebagai wadah promosi, informasi dan niaga, kegiatan pameran mulai berkembang dan dikemas menjadi bisnis hiburan yang diminati masyarakat. Kondisi ini dimungkinkan karena adanya hubungan yang menguntungkan, dimana tujuan pameran adalah promosi kepada masyarakat luas. Dengan banyaknya pengunjung yang datang merupakan salah satu indikasi tujuan pameran berhasil.


(33)

II-9

Gambar 2.2 Kegiatan pengunjung pameran Sumber: flpjatim.wordpress.com

1. Bentuk dan Sifat Rekreasi

Rekreasi pada umumnya bersifat aktif dan pasif. a. Rekreasi aktif meliputi

1) Olaharaga rekreatif, yaitu melakukan olahraga sambil berekreasi, misalnya: bowling, renang, dll.

2) Hobby dinamis, yaitu dengan menggunakan gerakan tubuh seperti kegiatan menari, menyanyi, dll.

3) Permainan, jenis permainan yang sifatnya mendidik atau memerlukan ketangkasan seperti bilyard, video game, dll b. Rekreasi pasif meliputi

1) Tontonan aktif, yaitu rekreasi yang dilakukan secara pasif, misalnya hiburan musik, theater, dll.

2) Rela xation, kegiatan rekreasi yang membutuhkan tenaga minim seperti; makan, minum, jalan-jalan, dll.

3) Entertainment, melihat pertunjukan pasif seperti; melihat display materi pameran, dll.


(34)

II-10 2.1.2.2 Konvensi

2.1.2.2.1 Bentuk-bentuk konvensi

Dari segi karakteristik, bentuk-bentuk konvensi pada pelaksanaan/penyelenggaraan wisata MICE mempunyai perbedaan dalam susunan ruang, sifat pembicaraan dan peserta. Bentuk konvensi yang ada menurut perbedaan-perbedaan di atas dapat digolongkan menjadi beberapa bentuk, yaitu:

1. Interna tional Congress 2. Associa tion Convention 3. Incentive Tra vel Programme 4. Compa ny (Corpora te Event) 5. Exhibition (Tra de Fa ir)

2.1.2.2.2 Fungsi dan Peranan Wisata MICE

Faktor utama yang menyebabkan permintaan secara terus menerus dan berkelanjutan untuk mengadakan pertemuan adalah karena konvensi merupakan sarana komunikasi dalam hubungan antar personil, serta merupakan kesempatan bagi individu untuk memberikan penjelasan-penjelasan tentang permasalahannya, sehingga mereka dapat saling memecahkan masalah serta bertukar pikiran dan ilmu pengetahuan

Berikut beberapa fungsi kegiatan MICE ditinjau dari pihak peserta, pengunjung serta pengelola:


(35)

II-11 1) Sebagai wadah untuk memperkenalkan, memberikan informasi dan mempromosikan produk yang dihasilkan kepada konsumen dan masyarakat luas lewat mwdia promosi pameran

2) Sebagai wadah komunikasi dua arah secara langsung dengan konsumen untuk mengetahui selera pasar, maupun dengan sesama peserta/pengusaha untuk bertukar pikiran untuk pengeembangan usaha.

3) Sebagai wadah pengembangan usaha dalam kaitannya dengan pemasaran.

b. Ditinjau dari pihak pengunjung

1) Sebagai wadah untuk mendapatkan informasi mengenai barang atau komoditi produk-produk yang dihasilkan di pasaran serta informasi tentang pembangunan.

2) Sebagai wadah bagi masyarakat(konsumen) untuk mendapatkan barang-barang dengan kualitas terbaik dan harga relatif lebih murah dari kondisi normal.

3) Sebagai wadah kontak langsung dengan produsen, dari sini dapat diteruskan dengan bentuk-bentuk kerja sama yang lebih menguntungkan dalam bentuk kontrak dagang.

4) Sebagai wadah dan sarana rekreasi melalui hiburan dan fasilitas-fasilitas rekreasi yang disediakan.

c. Ditinjau dari pihak pengelola

1) Sebagai wadah untuk mempromosikan dan mengembangkan hasil industri dan produk-produk potensial daerah.


(36)

II-12

Gambar 2.3 Kegiatan International Congress Sumber: iucr.org

2) Membantu mengusahakan pemasaran dalam rangka meningkatkan daya saing produk masional terhadap pasar lokal maupun pasar internasional(eksport).

3) Meningkatkan dan mengembangkan potensi pariwisata daerah. 4) Mengadakan kerja sama dengan badan swasta, lembaga

pemerintahan maupun perorangan yang bergerak dalam bidang pembangunan, industri dan produksi dalam rangka pengembangan dan promosi pembangunan daerah.

5) Untuk mengakomodir kegiatan pameran dan konvensi di Purwokerto yang berlangsung secara rutin.

2.1.2.2.3 Macam Kegiatan, Pelaku Kegiatan, Sarana dan Prasarana

Berdasarkan karakteristik dalam memasarkan industri MICE ada lima segment pasar seperti yang telah diuraikan sebelumnya, yaitu:

1. Interna tional Congress


(37)

II-13 Merupakan pertemuan atau konvensi yang pesertanya sebagian besar atau seluruhnya anggota organisasi yaang bernaung di bawah PBB seperti: FAO, WHO, UNESCO, IMF, UNDP, ICAO, dan sebagainya. Sebuah kongres didefinisikan sebagai pertemuan untuk mendiskusikan beberapa masalah. Hal ini umumnya merupakan pembicaraaan formal bertukar informasi dan pandangan, topiknya berkisar pada perkembangan masalah-masalah sebelumnya. Kongres diadakan dengan waktu yang periodik. Aula kongres dibuat sebanyak pesrta/delegasi yang hadir, umumnya berbentuk auditorium dengan atau tanpa meja tepi sebelah dinding.

Ruang pertemuan biasanya berbentuk setengah lingkaran (parlementer), persegi atau persgi panjang. Kadang-kadang disediakan kursi ganda dan meja untuk peserta advisornya.

2. Associa tion Convention

Pertemuan semacam ini biasanya diselenggarakan oleh asosiasi profesi, dengan tingkatan nasional, regional atau internasional, contohnya: a. Pertemuan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) di Jakarta

b. Pertemuan Ikatan Ahli Penyakit Dalam se-Asia Pasifik c. Pertemuan ahli ekonomi se-Asia Tenggara

Termasuk di dalamnya adalah off Shore Meeting yakni semacam pertemuan asosiasi di negara A dengan pertemuan di begara B. Yang menjadi topik pembahasan umumnya mengenai mencoba memecahkan masalah yang yang berkenaan dengan fakta dan informasi dalam operasional organisasi. Peserta dibatasi pada anggota


(38)

II-14 profesinya, bersifat kurang formal tetapi didukung dengan jumlah peserta yang banyak agar dapat menyatakan suatu objek dan tujuan. Jumlah delegasi yang mengikuti kenferensi antara 30 sampai dengan 150 orang, tergantung tema pertemuan. Pengaturan furniture ruang (layout) berbentuk lingkaran atau cincin, model senat (setengah lingkaran atau persegi dengan ujung lancip).

3. Incentive Tra vel Programme

Pertemuan semacam ini diselenggarakan oleh suatu perusahaan besar. Pesertanya biasanya karyawan yang dianggap telah memajukan perusahaan baik dalam penjualan maupun meningkatkan produktivitas perusahaan.

Perusahaan sengaja memberikan insentive/dorongan kepada para karyawannya agar lebih terpacu produktivitasnya dan akhirnya dapat memberikan keuntungan bagi perusahaannya. Pertemuan ini memiliki tipe workshop agar para pesertanya dapat menambah wawasan, pengetahuan dan keahlian baru.

4. Compa ny (Corpora te Event)

Pertemuan yang umumnya berupa rapat direksi, sales seminar, divisiona l conferences. Termasuk di dalamnya adalah rapat kerja departemen-departemen pemerintah. Pada umumnya pertemuan semacam ini timbul karena seiringnya permasalahan yang timbul, kemudian di bawah bimbingan seorang atau lebih yang ahli di bidangnya, membahas tentang:


(39)

II-15

Gambar 2.4 Kegiatan exhibition Sumber:

modernmarketingjapan.blogspot.com

b. Dari hasil rekonstruksi ditekankan dengan diskusi. 5. Exhibition (Tra de Fa ir)

Suatu pameran dapat diselenggarakan secara international, nasional, maupun regional. Umumnya kegiatan konvensi selalu dikaitkan dengan kegiatan wisata antara lain:

a. Akomodasi b. Transportasi c. Hiburan

d. Pre a nd Post Conference Tour

Dengan demikian wisata konvensi merupakan perpaduan antara bisnis/pekerjaan dengan rekreasi/hiburan. Melalui kegiatan semacam inilahh para peserta konvensi dapat bersantai setelah mengadakan pertemuan.


(40)

II-16 2.1.3. Bisnis MICE (Meeting, Incentives, Convention, Exhibition)

Istilah MICE di Indonesia dikenal juga dengan nama wisata konvensi, kegiatan wisata konvensi ini merupakan bagian dari kegiatan pariwisata, karena banyak sekali menggunakana fasilitas pariwisata dalam pelaksanaannya, sehingga kegiatan ini merupakan kegiatan yang berkarakteristik padat karya, memberikan kontribusi baik dari sisi penyediaan tenaga kerja maupun dalam memberikan devisa negara.

Beberapa pengertian untuk kegiatan MICE dihubungkan dengan kegiatan pariwisata. Definisi juga diberikan untuk wisata kovensi, seperti yang diberikan oleh Pendit (1999): Usa ha ja sa konvensi, perja la na n insentive, dan pamera n merupaka n usa ha denga n kegia ta n memberi ja sa pela ya na n ba gi sua tu pertemuan sekelompok ora ng (nega ra wa n, usaha wa n, cendikia wa n, da n seba gainya ) untuk membaha s ma sa lah-ma sala h ya ng berka itan dengan kepentinga n bersa ma . Pa da umummnya kegia ta n kovensi berka ita n dengan usa ha pariwisa ta la innya , seperti tra nsporta si, akomoda si hibura n (enterta iment), perjala na n pra- dan pa sca - konfrensi (pre- a nd post- conference tours).

Kepanjangan MICE sebagai meeting, incentive, conference and exhibition yang telah dikenal secara luas di dunia dan menjadi istilah umum dalam industri pariwisata. Industri MICE merupakan industri yang masih muda, di kenal di Eropa dan Amerika Utara sekitar 50 tahun yang lalu dan bahkan lebih mudah di beberapa kawasan dunia lainnya, tetapi dengan cepat indiustri ini menjadi matang terutama di negara-negara sedang berkembang, karena jelas terlihat perkembangannya mampu memberikan dampak ekonomi yang tinggi.


(41)

II-17 Kegiatan bisnis MICE telah membuka lapangan kerja baru, tidak hanya menciptakan tenaga kerja musiman saja, tetapi juga telah menciptakan pekerjaan yang tetap bagi banyak masyarakat yang memiliki kemampuan tidak berbeda dengan bisnis pariwisata yang banyak diciptakan di negara-negara sedang berkembang. Kegiatan konfrensi dan bisnis MICE merupakan bisnis yang memiliki dampak negatif lebih kecil pada lingkungan daripada yang di lakukan ma ss tourism, karena bisnis ini fokus pada jumlah peserta yang tidak terlalu banyak, sehingga kegunaan transportasi akan lebih berkurang sehingga akan mengurangi kemacetan serta polusi yang ditimbulkan (Rogers, 2003).

Kegiatan Industri MICE sebagai industri baru masa kini menunjukan bahwa MICE sebagi salah satu sektor dalam bisnis pariwisata, karena kegiatan MICE merupakan kegiatan bisnis wisata yang tujuan utama dari para delegasi atau peserta kegiatan MICE adalah melakukan perjalanan dan menghadiri suatu kegiatan atau event yang berhubungan dengan bisnisnya sambil menikmati kegiatan wisata secara bersama-sama.

2.1.4. Manfaat Bisnis Wisata Mice Bagi Penyelenggara

Dampak positif bagi negara penyelenggara konvensi atau disebut dengan “ Receiving Destina tions”, umumnya sangat memberikan prospek yang baik. Pada umumnya angka rata-rata lamanya menetap para delegasi akan lebih tinggi dari wisatawan biasa, bersamaan dengan itu jumlah pengeluarannya lebih besar. Hal ini dapat meningkatkan penerimaan devisa negara yang bersangkutan.


(42)

II-18 Walaupun rata-rata jumlah wisatawan konvensi lebih rendah dibandingkan dengan wisatawan biasa tetapi wisata konvensi memiliki High Yield dari segi pemasarannya dan kualitas yang tinggi pula. Ini disebabkan karena para peserta terdiri dari anggota masyarakat yang berpenghasilan di atas rata-rata yang dengan sendirinya memiliki daya beli yang tinggi.

Dengan adanya wisata konvvensi, negara penyelenggara dapat terjamin akan suplay devisa yang stabil, karena:

1. Pertemuan-pertemuan yang sifatnya bisnis, maka para peserta konvensi biasanya membebankan seluruh biaya perjalanan kepada perusahaan yang diwakilinya, sehingga dapat membelanjakan uang sakunya guna memperoleh souvenir ataupun barang-barang yang diinginkan lainnya. 2. Para peserta sebagai unsur pasar, tidak akan goyah trhadap tekanan

ekonomi dunia. Seperti apa yang akan dialami banyak wisatawan mancanegara dewasa ini. Hal ini disebabkan karena peserta terdiri dari golongan masyarakat yang berpenghasilan tinggi.

3. Dimungkinkan terjadi interaksi antara peserta tamu dengan paserta tuan rumah, dalam aktivitas sosial, busaya dan ekonomi, yang mencakup bidang seperti:

a. Perdagangan b. Perindustrian c. Pertanian d. Peternakan


(43)

II-19 Interaksi semacam itu dalam jangka waktu tertentu akan menguntungkan pertumbuhan sosial-ekonomi dan perkembangan di bidang lainnya bagi negara penyelenggara konvensi.

4. Pengalaman mengatakan bahwa tidak kurang dari 30% dari peserta konvensi selalu mengajak istri bahkan anak-anaknya. Sudah bukan rahasia lagi bahwa ibu-ibu pada umumnya bila melihat suatu barang yang berkenan di hati mereka, maka akan menjadi pembeli yang potensial. 5. Adanya hubungan timbal balik antara pertumbuhan industri MICE di

suatu negara dengan citra positif dari negara yang bersangkutan di luar negeri. Maksudnya adalah peserta yang datang dari luar negeri umumnya orang-orang yang terpandang dan berkedudukan tinggi di masyarakat. Mereka selalu menceritakan tentang perjalanan dan pengalaman di negara-negara yang telah dikunjunginya.

Apabila yang dialaminya positif, maka akan menjadi semacam promosi gratis dan dapat mengangkat citra negara yang telah mengadakan konvensi tersebut.

Untuk segment pasar exhibition/tra de fa ir pertumbuhannya pesat sekali, baik dari segi jumlah event maupun jumlah peserta pameran(exhibitor).

Pada umumnya pameran diselenggarakan sehubungan dengan adanya konvensi asosiasi (Associa tion Convention) dan Interna tional Congress. Namun, event semacan ini memiliki daya tarik tersendiri bagi pengusaha internasional maupun multi-nasional.


(44)

II-20

Gambar 2.5 Gedung Jogja Expo Center

Sumber:

www.jogjaexpocenter.com 1. Sebagian dari pameran-pameran itu diselenggarakan pada saat low

sea sonnya wisata di sektor lain, sehingga menciptakan iklim yang sangat baik bagi industri pariwisata dalam negeri. Di satu pihak, tingkat hunian kamar hotel negara yang bersangkutan akan dapat ditingkatkan sedangkan di lain pihak para peserta pameran mendapatkan keringanan dalam biaya akomodasinya.

2. Suatu negara yang secara berkelanjutan dalam menyelenggarakan pameran, dalam jangka waktu panjang akan menjadi pusat kegiatan usaha atau “a center of business a ctivity”, hal ini akan memberikan dampak yang positif bagi negara yang bersangkutan.

3. Di dalam pameran, para pengusaha akan berlomba-lomba memamerkan hasil kreasinya yang terbaru kepada masyarakat luas karena masyarakat yang ingin mengetahui perkembangan produk terbaru suatu barang tidak perlu mengeluarkan uang terlalu banyak. Dalam mengikuti suatu pameran memang membutuhkan biaya yang sangat mahal tetapi apabila pameran tersebut diselenggarakan secara baik dan optimal,maka biaya pengeluaran tersebut akan menjadi efisien.

2.1.5. Tinjauan Bangunan Exhibition and Convention Center


(45)

II-21

Gambar 2.6 Gedung Shanghai Exhibition Center Sumber: 2010shanghai.eu

Jogja Expo Center (JEC), adalah sebuah bangunan terpadu dengan luas satu hektar yang dibangun oleh pemerintah Yogyakarta, dilengkapi dengan prasarana modern untuk memfasilitasi kegiatan MICE hanya dalam satu wadah. Luas total JEC meliputi 14 Ha meliputi beberapa bangunan untuk mendukung kegiatan MICE seperti Hotel, Mall, Restoran Internasional dan gudang untuk mendukung misi JEC sebagai pusat perdagangan internasional dan bisnis layanan berikutnya. Kompleks JEC dekat dengan bandara (15 menit) dan dapat dicapai dengan mudah dari seluruh wilayah kota. Sejak pembukaan resmi oleh Presiden Indonesia, Megawati Soekarnoputri, tempat tersebut telah digunakan untuk acara-acara nasional dan internasional. Berdasarkan data statistik, peristiwa-peristiwa produktif memperoleh pengunjung harian 5000 sampai dengan 10000 orang. Para pengunjung tidak hanya dari Jogja tetapi juga dari provinsi lain di Indonesia dan bahkan dari negara asing. Jogja Expo Center disiapkan dengan area parkir yang luas termasuk landasan helikopter dan 40 kaki kontainer-ruang untuk total dua puluh truk.


(46)

II-22 Shanghai Exhibition Center (SEC) menawarkan sebuah konferensi dan pameran dalam skala besar, untuk kegiatan politik, ekonomi, ilmu pengetahuan & teknologi dan budaya. Tempat ini didirikan dengan persetujuan Pemerintah Kota Shanghai. Shanghai Exhibition Center (SEC) total luas lantai 80.000 m2, yang 22.000 m2 digunakan untuk tujuan pameran. Bangunan ini dilengkapi dengan beberapa fasilitas modern, jaringan dan sistem penghawaan. Di sana terdapat ruang konferensi, restoran, kedai kopi dan fasilitas parkir yang luas. SEC dibagi menjadi dua bangunan, bangunan utara dan selatan. Di bagian utara terdapat, Centra l Ha ll, Aula Timur 1, Aula Barat 1 dan Aula Barat 2. Bagian Selatan membentuk area pameran. SEC adalah tempat yang sempurna untuk acara konferensi dan pameran dalam skala besar di Shanghai.

2.2 ARSITEKTUR HIGH-TECH

Arsitektur high-tech adalah sebuah gaya arsitektur yang muncul pada 1970-an, juga dikenal sebagai Modernisme Akhir atau Ekspresionisme Struktural. menggabungkan elemen-elemen dari high-tech industri dan teknologi ke dalam desain bangunan.

Dalam bukunya “ Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dan Abad XX” Yulianto Sumalyo menyebut arsitektur high tech sebagai arsitektur techno-a rthistic rancangan dengan teknologi pabrikasi lebih besar dan lebih maju dengan konstruksi utama metal atau logam. Arsitektur tidak lagi mengambil bentuk scluptural abstrak seperti pada arsitektur monumental dari beton. Bahan-bahan


(47)

II-23 fabrikasi ditonjolkan baik pada ruang dalam maupun luar, sehingga bahan, struktur, system dan sub system struktur, konstruksi dan dekorasi secara integral menampilkan bentuk arsitektur yang berkarakter khusus. Yang dapat dilihat karena exposed dan menjadi bagian dari dekorasi, tidak saja elemen-elemen konstruksi tetapi juga semua elemen bangunan seperti tangga, koridor, mekanikal, dll

Menurut Colin Davies, dalam bukunya High Tech Architecture, pengertian high-tech dalam arsitektur berbeda dengan pengertian high tech dalam industri. Bila dalam industri pengertian high-tech diartikan sebagai teknologi canggih seperti elektronik, komputer, robot, silikon chips, mobil sport dan sejenisnya. Sedangkan dalam arsitektur, high-tech diartikan sebagai suatu aliran arsitektur yang bermuara pada ide gerakan arsitektur modern yang membesar-besarkan kesan struktur dan teknologi suatu bangunan. Karakteristik yang menjadi referensi arsitektur high-tech adalah bangunan yang terbuat dari material sintesis seperti logam, kaca, dan plastik.

Menurut Charles Jenks dalam buku High Tech Maniera, elemen servis dan struktur pada suatu bangunan High-Tech hampir selalu diperlihatkan di eksteriornya sebagai ornamen dan sculpture. Bangunan High-Tech juga diperlihatkan dengan menggunakan kaca buram maupun transparan, ducting yang saling tumpang tindih, penggunaan warna pada tangga, eskalator dan lift dengan warna-warna cerah yang bertujuan membedakan fungsi masing-masing elemen struktur dan servis. Arsitektur High-Tech merupakan suatu kejujuran yang menyatakan dengan jelas fungsi-fungsi elemen bangunannya, misalnya yang mana tangga, lift, ducting dan lainnya


(48)

II-24

Gambar 2.7 Sainsbury Center, fasade bangunan menggunakan

material kaca

Sumber: www.greatbuildings.com-Maret 2007

Charles Jenks menyebutkan ada 6 hal penting yang menjadi ciri dari arsitektur hi-tech, yaitu:

a.) Inside-out (penampakan bagian luar-dalam)

Pada bangunan hi-tech, struktur, area servis dan utilitas dari suatu bangunan hampir selalu ditonjolkan pada eksteriornya baik dalam bentuk ornament ataupun sculpture.

b.) Terdapat simbolisasi hi-tech

Memberi suatu bentuk semacam sclupture yang menggambarkan konsep hi-tech.

c.) Tra nspa ra nt ma ss

Karakter dari bangunan hi-tech dapat dilihat pada penggunaan yang lebih luas material kaca (transparan dan tembus cahaya).


(49)

II-25

Gambar 2.8 TEN Arquitectos

Sumber: www.arcspace.com. April 2007

Gambar 2.9 Hongkong and Shanghai Bank

Sumber: www.greatbuildings.com.

Warna cerah yang digunakan dalam bangunan hi-tech memiliki makna asosiatif, di samping dari segi fungsionalnya untuk membedakan jenis struktur dan utilitas bangunan. Warna kuning, merah, biru yang cerah merupakan warna dari mesin-mesin industri, mobil, kapal, traktor, dan benda-benda teknologi masa sekarang. Warna-warna ini kemudian diasosiasikan sebagai suatu elemen yang membatasi masa sekarang dan masa depan terhadap masa lalu.

e.) Steel structure a nd ca ble structure

Bangunan hi-tech banyak menggunakan material-material baja dan permainan struktur kabel.


(50)

II-26 f.) Inova tion planning

Penggunaan hi-tech merupakan harapan di masa yang akan datang, meliputi penggunaan material, warna dan penemuan-penemuan / inovasi baru lainnya.

Jadi dapat disimpulkan high-tech a rchitecture memiliki karakter-karakter sebagai berikut : Berestetika mesin, Dominasi material logam ataupun material penemuan baru, Penekanan pada ekspresi bangunan, bukan fungsi bangunan, dan penggunaan teknologi hampir diseluruh bagian bangunan.

High-tech a rchitecture tidak akan lepas dari kesan futuristik, yang berkarakter : Konsep bangunan bervisi ke depan, estetika mesin yang mencerminkan era industrialisasi, penggunanan bahan prefabrikasi dan bahan-bahan baru lainnya, dan bentuk yang tidak konvensional lagi.

2.3. Referensi Bangunan-bangunan High-Tech

Berikut adalah beberapa contoh bangunan High-Tech karya arsitektur dunia yang dapat dijadikan referensi :

a. Pompidou centre

Gambar 2.10 Pipa escaltor Pompidou Sumber : www.greatbuildings.com


(51)

II-27

Gambar 2.11 Inside out Pompidou Sumber : www.emporis.com

Pompidou Centre yang berada di jantung kota Paris, Perancis ini didesain oleh Rogers dan Piano dengan menggabungkan seni desain teknik dan industri. Bangunan ini mempunyai empat fungsi utama yaitu sebagai museum seni modern , perpustakaan referensi, pusat desain industri dan pusat penelitian musik, akustik dan audio visual.

Pompidou Centre dapat dikatakan sebagai bangunan yang bergaya Arsitektur Modern High-Tech karena bangunan tersebut dapat memenuhi 4 dari 6 kriteria bangunan High-Tech menurut versi Charles Jenks, yaitu :

1). Inside Out

Rogers dan Piano mengekspose alat-alat pelayanan dari Pompidou Centre seperti lift, eskalator dan pipa -pipa saluran utilitas yang juga berfungsi sebagai ornamen.


(52)

II-28

Gambar 2.13 Struktur baja Pompidou Sumber : www.emporis.com

Gambar 2.12

material kaca pompidou Sumber : www.emporis.com

2). Menggunakan material kaca

Hampir seluruh dinding bagian luar bangunan merupakan kaca, sehingga bangunan ini sangat maksimal menerima daylight dan dapat mengekspos interiornya.

3). Menggunakan warna-warna cerah atau monokrom

Bangunan transparan ini dihiasi warna-warna cerah dari pipa-pipa yang berwarna putih dan kuning, dan tangga yang berwarna merah yang memberi kesan ceria pada bangunan.

4). Menggunakan struktur baja atau kabel baja pada struktur utama dan struktur atap.


(53)

II-29 b. Lloyds Building

Lloyds Building dinobatkan sebagai bangunan High-Tech yang paling ideal oleh Charless Jencks karena bangunan ini memenuhi ke-6 kriteria High-Tech, yaitu :

1). Inside Out

Rogers mengekspos area servis pada eksterior bangunan,lift, escala tor dan pipa saluran utilitas bangunannya dimanfaatkan sebagai ornamen bangunan.

Gambar 2.14 Lloyds Buildings Sumber : www.greatbuildings.com

Gambar 2.15 Inside out Lloyds Sumber : www.jaknews.com


(54)

II-30 2). Terdapat Simbolisasi High-Tech

Sebuah tra velling cra ne berwarna biru diletakkan pada puncak Lloyds buildings , sekilas memang tampak seperti layaknya sclupture yang hanya mempercantik suatu bangunan dan tidak berfungsi sama sekali , tetapi sebenarnya crane ini berfungsi sebagai lift pembersih jendela.

3). Menggunakan material kaca

Pada Llodys Building, Rogers menggunakan kaca bening Saint-Gobain yang dapat memkasimalkan daylight ke dalam bangunan dan dapat mengekspos alat-alat pelayanan

4). Menggunakan struktur baja atau kabel baja sebagai struktur utama bangunan dan atap

Lloyds building menggunakan struktur baja sebagai struktur utama bangunan yang sengaja diekspos dengan warna abu-abu.

Gambar 2.16 Crane di puncak Lloyds Sumber : www.greatbuildings.com


(55)

II-31 5). Menggunakan warna-warna cerah atau monokrom

6). Memasukkan satu hal yang inovatif pada konsep perancangan.

Rogers menyatukan sistem lapisan kaca dengan kerai yang diinovasikan untuk mengontrol radiasi matahari secara komputerisasi.

c. 88 Wood Street

Desain Rogers untuk 88 Wood Street mirip dengan Llyods Building tetapi bagunan ini lebih berkesan ringan ( a iry structure ).

Gambar 2.18

Airy structure pada bangunan

88 Wood Street Sumber

www.greatbuildings.com

Gambar 2.17 Penggunaan struktur baja ekspos Sumber : www.greatbuildings.com


(56)

II-32 Bangunan juga bisa dikatakan ideal karena telah memenuhi seluruh kriteria sebagai bangunan High-Tech menurut Charless Jencks, yaitu :

1). Inside Out

Rogers mengekspos lift, pipa-pipa utilitas dan eskalator sehingga alat-alat pelayanan ini juga berfungsi sebgai ornamen bangunan.

2). Terdapat Simbolisasi High-Tech

Pada bagian bawah bangunan terdapat cerobong berwarna merah dan biru yang berfungsi sebagai sclupture, dan saluran ventilasi. Cerobong biru digunakan sebagai ventilasi udara segar dan cerobong merah berfungsi sebagai exhauser.

Gambar 2.19

ekspos pipa utilitas Sumber : www.greatbuildings.com

Gambar 2.20

Cerobong ventilasi udara sekaligus sebagai sculpture Sumber


(57)

II-33 3). Menggunakan material kaca

Sama seperti Lloyds Building, 88 Wood Street juga menggunkan kaca Saint Gobain sebagai salah satu elemen utama bangunan yang juga berfungsi sebagai da ylighting pada bangunan.

4). Menggunakan warna-warna cerah atau warna Monokrom

Tampak pada bagian bawah bangunan adanya perpaduan warna merah , biru dan kuning pada cerobong ventilasi udara dan kolom-koolm struktur bangunan memberi kesan dinamis.

Gambar 2.21 material kaca sebagai salah satu elelmen utama pada bangunan

Sumber : www.greatbuildings.com

Gambar 2.22

Perpaduan warna cerah memberi kesan dinamis pada bangunan Sumber : www.greatbuildings.com


(58)

II-34 5). Menggunakan struktur baja dan kabel baja sebagai struktur utama

pada bangunan.

6). Memasukkan satu hal yang inovatif pada konsep perancangan, yaitu menyatukan sistem lapisan kaca dengan kerai di dalamnya diatur secara komputerisasi untuk mengontrol radiasi sinar matahari yang masuk.

Gambar 2.23

Penggunan struktur baja dan kabel sebagai struktur utama pada bangunan

Sumber : www.greatbuildings.com

Gambar 2.24

Airy structure pada 88 Woodstreet dan kaca inter layer sebagai inovasi baru


(59)

III-1

BAB III

TINJAUAN KOTA PURWOKERTO

3.1 KONDISI FISIK DAN NON FISIK KOTA PURWOKERTO 3.1.1 Kondisi Fisik

3.1.1.1Kedudukan Geografis

Kabupaten Banyumas merupakan salah satu bagian wilayah propinsi Jawa Tengah yang terletak diantara:

- 108 0 ‘ 17 ” - 109 0 27’15” Bujur Timur da n - 7 0 15 ‘05” – 7 0 37 ‘10” Lintang Selatan

Kabupaten Banyumas terdiri dari 27 kecamatan dan berbatasan dengan Wilayah beberapa Kabupaten yaitu:

Gambar 3.1 peta Kabupaten Banyumas Sumber: portalbanyumas.wordpress.com


(60)

III-2 Utara : Tegal dan Pemalang

Timur : Purbalingga, Banjarnegara, dan Kebumen Selatan : Cilacap

Barat : Cilacap dan Brebes

Jarak Kabupaten Banyumas dengan kota-kota disekitarnya sebagai berikut :

Ke Tegal = 114 Km Ke Pemalang = 144 Km Ke Brebes = 127 Km Ke Purbalingga = 20 Km Ke Banjarnegara = 65 Km Ke Kebumen = 85 Km Ke Cilacap = 53 Km Ke Semarang = 211 Km

3.1.1.2Kondisi Topogrfi

Wilayah Kabupaten Banyumas lebih dari 45% merupakan daerah dataran yang tersebar di bagian tengah dan selatan serta membujur dari barat ke timur.

Ketinggian wilayah di Kabupaten Banyumas sebagian besar berada pada kisaran 25-100 M dpl yaitu seluas 42.310,3Ha dan 100-500 M dpl yaitu seluas 40.385,3Ha. Berdasarkan kemiringan wilayah, Kabupaten Banyumas mempunyai kemiringan yang terbagi dalam 4 kategori yaitu:

1) 00-20 meliputi areal seluas 43.876,9Ha atau 33,05% yaitu wilayah bagian tengah dan selatan.


(61)

III-3 2) 20-150 meliputi areal seluas 21.294,3Ha atau 16,04% yaitu sekitar

Gunung Slamet.

3) 150-400 meliputi areal seluas 35.141,3Ha atau seluas 26,47% yaitu daerah lereng Gunung Slamet.

4) Lebih dari 450 meliputi areal seluas 32.446,3Ha atau seluas 24,44% yaitu daerah Gunung Slamet.

3.1.2 KONDISI NON FISIK 3.1.2.1 Kondisi Kependudukan

Penduduk Kabupaten Banyumas pada akhir 2003 tercatat sebesar 1.524.901 jiwa atau naik sebesar 15.534 jiwa. Dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduknya pertahun (2002-2003) sebesar 1,03%, yang berarti mengalami percepatan pertumbuhan sebesar 0,28% dari kurun waktu sebelumnya (2001-2002). Laju pertumbuhan terlihat cukup bervariasi, tertinggi ada pada Kecamatan Rawalo sebesar 8,78% dan yang terendah pada Kecamatan Banyumas yakni sebesar 0,18%.

Rasio jenis kelaminnya pada akhir 2003 sebesar 99,66; yang berarti pada setiap 100 penduduk perempuan terdapat sekitar 99 penduduk laki-laki. Jumlah rumah tangga pada akhir tahun 2003 sebesar 397.755 atau naik sebesar 8.810 rumah tangga (2,27%) daari tahun sebelumnya. Rata-rata jiwa perumah tangga sekitar 4 jiwa. Dengan yang terendah pada Kecamatan Lumbir sekitar 3 jiwa dan tertinggi pada Kecamatan Purwokerto Utara sekitar 5 jiwa.

Luas wilayah Kabupaten Banyumas pada akhir pada akhir tahun 2003 sebesar 1.327,59 km2, sehingga kepadatan penduduknya sebesar 1.149 jiwa/km2.


(62)

III-4 Dengan kepadatan tertinggi ada di Kecamatan Purwokerto Timur sebesar 7.575 jiwa/km2 dan yang terendah di Kecamatan Lumbir sebesar 442 jiwa/km2.

3.2 POTENSI KEGIATAN PAMERAN DAN KONVENSI DI

PURWOKERTO

Investasi di Kabupaten Banyumas mempunyai prospek yang menguntungkan karena faktor lokasi yang cukup strategis, lahan yang relatif masih murah, layanan birokrasi yang cepat dan familiar, serta infrastruktur yang telah tersedia cukup lengkap. Selain itu, wilayah Banyumas dengan ibukota Purwokerto, merupakan daerah berlatar sejarah lama dan kota tua yang sedang bangkit memasuki dunia baru, era global.

a. Sektor Pertambangan

Bidang usaha yang ditawarkan adalah industri klinker (bahan semen portland). Sumber daya alam yang tersedia meliputi batu kapur yang telah teruji kualitasnya dan memiliki deposit yang cukup besar yaitu mencapai 483.201.637,85 ton belum termasuk yang tereka. Untuk memberikan kemudahan kepada investor, akan didukung rekomendasi fasilitas investasi serta insentif investasi daerah antara lain : pemberian ijin usaha dalam satu paket (ijin pertambangan, ijin industri), keringanan biaya ijin H.O., ijin lokasi dan IMB.

Guna mendukung kelancaran investasi, sudah tersedia infrastruktur yang memadai berupa jalan kabupaten yang telah beraspal. Selain itu, terdapat juga beberapa unit usaha sejenis/terkait yaitu industri pembakaran kapur tohor sebanyak 33 unit. Dengan demikian sangat


(63)

III-5 terbuka peluang partnership (Joint Venture) berupa kemitraan dengan pengusaha industri kapur tohor. Selain batu kapur, wilayah Kabupaten Banyumas juga menyimpan potensi bahan galian lainnya.

b. Sektor Industri

Industri Bidang usaha yang paling berpeluang untuk investasi adalah pembangunan kawasan industri. Bidang usaha ini diberi prioritas untuk mendapatkan intensif khusus karena Pemerintah Kabupaten Banyumas menyadari, pengembangan kawasan industri dapat menjadi icon industrialisasi, mengingat karakteristik dunia usaha industri seperti cluster industri, dan konglomerasi (group) pelaku bisnis. Disamping itu, kawasan industri akan memberi daya saing komparatif berupa penciptaan iklim industrialisasi baik regional maupun internasional. Suatu otoritas akan diberikan kepada investor yang akan membangun Kawasan Industri (Industria l Esta te) atas area lahan tertentu sehingga tersedia lahan siap bangun. Arah karakteristik industri yang berlokasi dalam kawasan ini adalah : industri hilir (bukan industri dasar), tidak terkena wajib AMDAL, dan berskala besaran investasi (tidak termasuk tanah dan bangunan) < 2 milyar rupiah.

c. Sektor Perdagangan

Peluang investasi yang ditawarkan adalah pendirian pasar modern/pusat perbelanjaan terkonsentrasi dengan banyak pilihan lokasi.


(64)

III-6 Di Kota Purwokerto, ibukota Kabupaten Banyumas sudah terdapat 1 buah pasar besar, 11 buah superma rket/depa rtment store.

d. Sektor Pertanian

Komoditas yang telah dikembangkan meliputi padi sawah, padi gogo, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, cabai, kacang tanah, dan kacang panjang. Dalam dua tahun terakhir (2001 - 2002) produksi komoditi pertanian di Kabupaten Banyumas menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan.

e. Sektor Perkebunan

Bidang usaha yang terbuka untuk investasi adalah pembangunan industri plywood/veener dan industri minyak nilam dengan pola inti plasma. Guna menarik minat investor, Pemerintah Kabupaten Banyumas akan memfasilitasi adanya kemitraan inti-plasma, serta memberikan insentif berupa deregulasi perijinan. Selain itu tersedia juga faktor pendukung yang dapat memperlancar kegiatan investasi. Untuk pembangunan industri plywood/veener, tersedia faktor pendukung berupa produksi kayu albasia sebesar 350.000 m3/tahun dan 60 unit industri kecil sawmill. Sedangkan untuk pembangunan industri minyak nilam dengan pola inti plasma, tersedia faktor pendukung berupa kebun nilam seluas 1.500 Ha yang merupakan milik petani dan milik pemerintah yang siap dimanfaatkan, serta indutri penyulingan atsiri tradisional sebanyak 22 unit. Bidang usaha yang terbuka untuk


(65)

III-7 investasi adalah pembangunan industri plywood/veener dan industri minyak nilam dengan pola inti plasma. Guna menarik minat investor, Pemerintah Kabupaten Banyumas akan memfasilitasi adanya kemitraan inti-plasma, serta memberikan insentif berupa deregulasi perijinan. Selain itu tersedia juga faktor pendukung yang dapat memperlancar kegiatan investasi. Untuk pembangunan industri plywood/veener, tersedia faktor pendukung berupa produksi kayu albasia sebesar 350.000 m3/tahun dan 60 unit industri kecil sawmill. Sedangkan untuk pembangunan industri minyak nilam dengan pola inti plasma, tersedia faktor pendukung berupa kebun nilam seluas 1.500 Ha yang merupakan milik petani dan milik pemerintah yang siap dimanfaatkan, serta indutri penyulingan atsiri tradisional sebanyak 22 unit.

f. Sektor Pariwisata

Peluang investasi yang ditawarkan adalah pengembangan kawasan wisata Curug (Jeram) Cipendok. Kabupaten Banyumas menawarkan tanah milik pemerintah seluas 105 Ha dengan hak pengelolaan berjangka waktu atau pola kerjasama lain yang dapat dinegosiasikan. Investor melaksanakan investasi berdasar konsep dasar (ma ster pla n) yang disepakati berupa pembagian kawasan yang diserahkan otoritanya menjadi area-area misalnya meliputi: area pedesaan tradisional, area tanaman hias, area kebun sayur dan buah, area hutan wisata, area pesanggrahan (villa dan hotel), area taman rekreasi dan kolam renang, dan lain-lain.


(66)

III-8 Faktor Pendukung Pengembangan Pariwisata:

a. Baturaden

1) Spesifikasi/karateristik obyek :

Tempat peristirahatan / panorama di lereng Gunung Slamet pada ketinggian 1.000 m dpi.

2) Kegiatan wisatawan :

a) Menikmati panorama alam berupa hutan, sawah, pedesaan, taman

b) Melihat air terjun (jeram), penyelam anak-anak pedesaan dibawah jeram, mandi di kejernihan air sungai

c) Cengkerama di taman rekreasi, kolam renang, menyusuri hutan wisata

d) Mandi air panas alami untuk kesehatan e) Kemah dan hiking

f) Belanja tanaman hias g) Konvensi

h) Akomodasi:

i. Hotel berbintang : 2 bh ii. Hotel melati : 81 bh b. Taman Nirwana Manggala Cipendok


(67)

III-9 Tempat panorama hutan dan jeram pada ketinggian 1.000 M. 2) Kegiatan wisatawan :

a) Menikmati panorama alam berupa hutan, sawah, pedesaan, b) Melihat air terjun (jeram) dan telaga

c) Kemah dan hiking

c. Bendung Gerak Serayu & Kalibacin 1) Spesifikasi / karateristik obyek :

Tempat panorama Bendung Gerak Serayu, mandi air mineral untuk kesehatan.

2) Kegiatan wisatawan :

a) Menikmati panorama alam berupa bukit, sawah, pedesaan, hutan

b) Memancing

c) Mandi air panas alami untuk kesehatan

3.2.1 Kegiatan Pameran dan Konvensi di Purwokerto

Ada kegiatan pameran yang bersifat tahunan yang diselenggarakan di Kabupatenn Banyumas, yaitu Banyumas Fair atau Banyumas Extravagansa dan Pameran Pembangunan. Banyumas Fair merupakan acara yang diadakan pada bulan Maret-April dalam rangka memperingati hari jadi Kabupaten Banyumas. Sedangkan Pameran Pembangunan biasanya diadakan pada bulan November. Pameran Pembangunan ini pesertanya merupakan instansi-instansi yang ada di


(68)

III-10

Gambar 3.2 Gedung Graha Widyatama Sumber: Dokumen pribadi

Kabupaten Banyumas. Selain 2 acara tersebut, juga terdapat pameran-pameeran lain, seperti pameran komputer, pameran buku, pameran clothing distro, dll.

3.2.2 Fasilitas Pameran dan Konvensi di Purwokerto a. Gedung serba guna Unsoed

Gedung serba guna Unsoed atau yang bernama Graha Widyatama merupakan bangunan serba guna milik Universitas Jenderal Soedirman. Gedung ini terletak di jalan H.R. Bunyamin, dekat dengan kampus pusat Unsoed. Gedung ini digunakan oleh mahasiswa Unsoed untuk melakukan kegiatan-kegiatannya, midalnya kegiatan seminar . baik seminar lokal maupun seminar nasional. Selain itu, gedung ini juga dapat disewakan kepada masyaarakat, biasanya dipakai sebagai tempat resepsi pernikahan.


(69)

III-11

Gambar 3.3 GOR Satria Purwokerto Sumber: Dokumen pribadi

b. GOR Satria Purwokerto

GOR Satria merupakan komplek olahraga di Purwokerto. Di sini terdapat stadion sepak bola, gedung serba guna yang bisa digunakan untuk bermain basket maupun bulutangkis. Di tempat ini biasanya diadakan acara Banyumas Fair, yaitu acara pameran dalam rangka untuk memperingati hari jadi Kabupaten Banyumas. GOR Satri juga dapat menampung penyelenggaraan konser musik yang diadakn di Kota Purwokerto.

c. Gedung Pascalis Hall

Bangunan ini merupakan salah satu bangunan serba guna yang ada di Purwokerto. Biasanya digunakan untuk acara resepsi pernikahan serta pemeran. Baik itu pameran komputer, pameran buku maupun pameran clothing distro.gedung ini terletak di jalan gereja. Berada di kompleks pendidikan. Di sekitarnya terdapat


(70)

III-12 memerapa sekolah, diantaranya SMP 2, SMP 3, SMA Bruderan, dan SMA N 5 Purwokerto.


(71)

IV-1 BAB IV

BANGUNAN PAMERAN DAN KONVENSI YANG DIRENCANAKAN

4.1 TUJUAN, SASARAN DAN MISI

4.1.1 Tujuan

Sebagai wadah untuk menampung kegiatan informasi, promosi dan pemasaran dalam bentuk konvensi dan pameran yang pada intinya mewadahi aktivitas pertemuan/rapat serta pameran dalam satu objek bangunan dalam rangka:

1. Memberikan suatu fasilitas baru yang memungkinkan berlangsungnya suatu kegiatan konvensi-pameran yang lebih lengkap dan khusus, serta daya tampung lebih besar di kota Purwokerto.

2. Mengembangkan wisata MICE dalam lingkup lokal maupun nasional dengan lokasi di kota Purwokerto.

4.1.2 Sasaran

Memaksimalkan potensi konvensi dan pameran bagi pelaku bisnis di segala bidang melalui promosi, sekaligus mendorong perkembangan industri konvensi-pameran di wilayah kota Purwokerto pada khususnya dan Kabupaten Banyumas pada umumnya.

4.1.3 Misi

Sebagai suatu sarana promosi serta pelayanan kepariwisataan dan bisnis dalam upaya mengangkat potensi kota Purwokerto melalui kegiatan konvensi dan pameran.


(72)

IV-2

4.2STRUKTUR ORGANISASI PENGELOLAAN

4.2.1 Organisasi Pengelolaan

Dapat dilakukan oleh pihak swasta maupun pihak pemerintah sendiri. Sistem pengelolaaan Pusat Konvensi dan Pameran ini merupakan sistem pengelolaan independent/mandiri. Dalam pengelolaan dipimpin oleh seorang direktur dibantu sekretaris, yang membawahi Kepala Bagian Administrasi Umum, Operasional dan Perlengkapan, serta masing-masing Kabag membawahi bidang khusus yaitu Humas, Personalia, Keuangan, Pemasaran, Pameran/Promosi serta Perlengkapan umum, Perlengkapan teknis, keamanan beserta staffnya.

Untuk lebih jelasnya digambarkan melalui bagan sistem organisasi pengelolaan di

bawah ini: Pemerintah Yayasan

Kabag. Operasional Pimpinan

Kabag. Administrasi Umum

Kabag. Perlengkapan Sekretaris

Humas Personalia Keuangan Perlengkapan umum

Perlengkapan Teknis

Keamanan

Staff Staff Staff Staff Staff Staff

Pemasaran Pameran/

Promosi Konvensi

Staff Staff Staff

Skema 4.1 Skema struktur organisasi

pengelolaan Sumber: Analisa pribadi


(73)

IV-3

Skema 4.2 Skema sistem pengelolaan Sumber: Analisa pribadi 4.2.2 Sistem Pengelolaan

Sistem pengelolaan dapat dilakukan oleh pihak swasta maupun pihak pemerintah sendiri. Sistem pengelolaan Exhibition a nd Convention Center ini merupakan sistem pengelolaan independent/mandiri. Dalam pengelolaan dipimpin oleh seorang Direktur dibantu Sekretaris, kemudian dibantu oleh Kepala Bagian Administrasi Umum dan Personalia, serta Kabag. lainnya yaitu informasi, Promosi, Pemasaran, Pelayanan Jasa dan fasilitas bangunan beserta staffnya. Untuk lebih jelasnya digambarkan melalui bagan sistem pengelolaan di bawah ini:

4.3 KARAKTER WADAH

Sebagai suatu wadah informasi, promosi, pemasaran serta memenuhi kebutuhan akan sarana pertemuan yang ideal, bangunan ini memuat juga fungsi komersial yang di dalamnya

Direktur dam Wakil

Kabag. Administrasi Umum & Personalia

Sekretaris

Staff

Kabag Informasi Kabag. Promosi dan Pemasaran

Kabag. Pelayanan Jasa

Kabag. Fasilitas Bangunan


(74)

IV-4 mempunyai tujuan menarik minat pengunjung/konsumen sebanyak-banyaknya, memanfaatkan fasilitas pertemuan dan pameran, maka Pusat Konvensi dan Pameran di kota Purwokerto ini memiliki karakter sebagai berikut:

1. Formal-Komunikatif, dengan maksud bangunan ini nantinya memberikan kesan formal sebagai wadah bisnis dan kemudahan akses informasi bagi pengunjung. 2. Atraktif-Rekreatif, agar mampu menarik dan memberikan suasana yang nyaman,

menghibur kepada para pengunjung, serta mempunyai konsep dasar sebagai bangunan komersial.

3. Fleksibel, dengan maksud bangunan ini nantinya memiliki ruang yang bersifat multifungsi mampu menampung kegiatan yang diadakan pada waktu bersamaan.


(1)

VI-14 d. Steel structure

Penggunaan struktur baja untuk konstruksi bangunan.

e. Simbolisasi hi-tech (sculpture)

Desain sculpture yang melambangkan teknologi tinggi dan berkaitan dengan musik.

6.3.4 Konsep Struktur Konstruksi Bangunan a. Sub Struktur

Pondasi yang digunakan adalah kombinasi pondasi footplat dan tiang pancang karena memiliki karakteristik sesuai dengan jenis tanah area site. Hal tersebut disesuaikan dengan banyaknya lantai pada bangunan karena bangunan pusat kegiatan ini berlantai 1-4 lantai.

Gambar 6.3

Penggunan struktur baja dan kabel sebagai struktur utama pada bangunan


(2)

VI-15 b. Super Struktur

Secara keseluruhan konstruksi super struktur massa bangunan Pusat Kegiatan Pameran dan Konvensi ini adalah struktur rigid frame dengan konstruksi kolom menggunakan material baja komposit, semacam baja holo yang bagian dalamnya diisi dengan cor beton bermutu tinggi. Sedangkan untuk konstruksi balok menggunakan balok beton yang duduk pada kolom baja.

c. Upper Struktur

Struktur atap bangunan menggunakan kombinasi struktur atap baja, truss frame, dan beton bertulang.

6.3.5 Sistem Utilitas Bangunan

a. Sistem Transportasi dalam bangunan

Tangga. Dimensi tangga : lebar > 1,25, terdiri dari tangga utama dan tangga darurat, yang berada di daerah pinggir bangunan dengan radius mencapai ±20m, menerus dari lantai dasar hingga lantai teratas.

b. Sistem Penyediaan Listrik

Sumber listrik utama dari PLN dan sebagai sumber listrik cadangan dari Generator Set.


(3)

VI-16 c. Sistem Pengamanan Bahaya Kebakaran

o Pencegahan Pasif

Penerangan darurat (menggunakan sumber daya baterai, merupakan lampu penunjuk dan penerangan pada pintu keluar, tangga darurat, dan pada koridor).

o Pencegahan Aktif

Alat pemadam kimia portable (daya layanan 200-250 m/unit, jarak antar alat 20-25m).

Hidrant (daya layanan 800 m/unit, jarak antar alat maksimal 30m).

Sprinkler ( daya layanan 25m/unit, jarak antar alat 6-9m ). Fire alarm ( berupa alat heat detektor dan smoke detector, area pelayanan 75m/alat ).

Skema 6.2 SkemaSistem penyediaan listrik Sumber: Analisa pribadi


(4)

VI-17 d. Sistem Penghawaan Buatan

Sistem penghawaan menggunakan AC

e. Sistem Komunikasi

Ground Tank Sprinkler Gas

Ground Tank Sprinkler Air Skema 6.3 Skema sistem pengaman kebakaran

Sumber: Analisa pribadi

Skema 6.4 Skema sistem penghawaan buatan Sumber: Analisa pribadi

Skema 6.5 Skema sistem komunikasi Sumber: Analisa pribadi


(5)

VI-18 Skema 6.7 Skema sistem air bersih

Sumber: Analisa pribadi f. Sistem Penangkal Petir

Penangkal petir menggunakan sistem Faraday, yaitu menggunakan sebuah batang yang runcing dari bahan cooper spit yang dipasang pada paling atas bangunan, dan dihubungkan dengan batang tembaga menuju elektroda tanah.

g. Analisa Sistem Air Bersih

Skema 6.6 Skema sistem penangkal petir Sumber: Analisa pribadi


(6)

VI-19 Bagan 6.10 Sistem pengelolaan sampah

Skema 6.8 Skema sistem air kotor Sumber: Analisa pribadi

Skema 6.9 Skema sistem air hujan Sumber: Analisa pribadi

Skema 6.10 Skema sistem pengolahan sampah Sumber: Analisa pribadi

h. Analisa Sistem Air Kotor dan Air Hujan


Dokumen yang terkait

PROFIL GAMBARAN EKG MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

0 8 62

Perancangan Sistem Kearsipan di Bagian Tata Usaha Jurusan Teknik Industri Universitas Sebelas Maret Surakarta

0 2 12

PEMBUATAN SISTEM INFORMASI BORANG AKREDITASI JURUSAN D III TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

3 21 61

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI LEGALISIR ONLINE BERBASIS WEB DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

3 18 96

ANALISIS PENGHAMBAT PENYELESAIAN STUDI MAHASISWA S1 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK DAN KEJURUAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA.

0 2 12

Pembangunan aplikasi arsiparis berbasis web Jurusan S1 Teknik Informatika Universitas Sebelas Maret Surakarta BAB I

0 1 4

Evaluasi pembagian ruang kuliah di Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta satu

0 1 1

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVE

0 0 50

  Robby Eko Christanto, Suryono, Mujiyo, dan Joko Winarno  Alumni Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta  Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta 57126    ABSTRACT  - Pemetaa

0 0 6

  Ita Khairani, Sri Hartati dan Mujiyo  Alumni Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta  Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta 57126    ABSTRACT  - Pengaruh Kascing dan Pupuk

0 3 10