Efisiensi Pemasaran Pepaya California di Desa Rancabungur dan Desa Mekarsari Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor Jawa Barat

EFISIENSI PEMASARAN PEPAYA CALIFORNIA DI DESA
RANCABUNGUR DAN DESA MEKARSARI KECAMATAN
RANCABUNGUR KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

GITA NURDINIATI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA1

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efisiensi Pemasaran Pepaya
California di Desa Rancabungur dan Desa Mekarsari Kecamatan Rancabungur
Kabupaten Bogor Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015

Gita Nurdiniati
NIM H34124032

1

Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerjasama dengan pihak luar IPB harus
didasarkan pada perjanjian kerjasama yang terkait

ABSTRAK
GITA NURDINIATI. Efisiensi Pemasaran Pepaya California di Desa Rancabungur
dan Desa Mekarsari Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor Jawa Barat.
Dibimbing oleh RATNA WINANDI.
Pepaya california merupakan salah satu komoditas unggulan yang memiliki
potensi yang cukup baik untuk terus dikembangkan. Di kecamatan rancabungur
terdapat petani yang bergabung dengan kelompok tani dan petani yang tidak

tergabung dengan kelompok tani. Hasil analisis menunjukan bahwa saluran
pemasaran yang terbentuk pada saluran pemasaran melalui non kelompok tani
terdiri dari 7 saluran pemasaran. Saluran pemasaran yang relatif efisien pada
saluran pemasaran melalui non kelompok tani adalah saluran pemasaran 5
(petani—pedagang pengecer—konsumen akhir) karena memiliki margin pemasaran
terkecil, farmer’s share paling besar dan rasio keuntungan terhadap biaya memiliki
nilai lebih dari satu. Saluran pemasaran yang terbentuk pada pemasaran melalui
kelompok tani terdiri dari 4 saluran pemasaran. Saluran pemasaran yang relatif
efisien pada saluran pemasaran melalui kelompok tani adalah saluran pemasaran 1
(petani—kelompok tani—pedagang pengecer—konsumen akhir) karena memiliki
margin pemasaran terkecil, farmer’s share terbesar dan rasio keuntungan terhadap
biaya memiliki nilai lebih dari satu.
Kata kunci: efisiensi, saluran pemasaran, pepaya california, kelompok tani

ABSTRACT
GITA NURDINIATI. Marketing‘s efficiency of papaya‘s california in
Rancabungur and Mekarsari village, Rancabungur district, Bogor, West Java.
Supervised by RATNA WINANDI
Pepaya california is one of commodities that potentially to be developed. In
rancabungur, there are farmer‘s who join with the farmer‘s group and individual

farmer. The results of this research show that there are 7 formed marketing
channels of individual farmers. The most efiicient marketing channels of individual
farmer‘s is the fifth marketing channel (farmers—retailer—end consumers) because
it is has the smallest marketing margin, the biggest farmer‘s share and π/C ratio
value is more than one. There are 4 formed marketing channels of farmer‘s groups.
The most efficient marketing channels is the first marketing channel (farmer—
farmer‘s group—retailer—end consumers). It is because has the smallest marketing
margin, the biggest farmer‘s share and π/C ratio value is more than one.
Keywords: efficiency, marketing channels, pepaya california, farmer‘s group

EFISIENSI PEMASARAN PEPAYA CALIFORNIA DI DESA
RANCABUNGUR DAN DESA MEKARSARI KECAMATAN
RANCABUNGUR KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

GITA NURDINIATI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada

Departemen Ekonomi dan Manajemen

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulisan skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September sampai dengan
bulan Desember 2014 ialah Efisiensi Pemasaran Pepaya California di Desa
Rancabungur dan Desa Mekarsari Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor,
Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku
pembimbing, Ibu Ir. Yuniar Atmakusuma, MS selaku dosen evaluator dan dosen
penguji utama serta Ibu Anita Primaswari Widhiani, SP, M.Si selaku dosen penguji
akademik di Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB yang

telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan
kepada Bapak Kiki selaku ketua kelompok tani Tirta Mekar, serta seluruh petani
dan pedagang pepaya california di Desa Rancabungur dan Desa Mekarsari yang
telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ibu serta seluruh keluarga dan teman-teman, atas segala doa
dan kasih sayangnya.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2015
Gita Nurdiniati

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Pepaya California
Saluran Pemasaran
Margin Pemasaran dan Farmer’s Share
Fungsi-fungsi pada Lembaga Pemasaran
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengolahan Data dan Analisis Data
Analisis lembaga dan Saluran Pemasaran
Analisis Efisiensi Pemasaran
Analisis Margin Pemasaran
Analisis Farmer’s share
Analisis Rasio Keuntungan Terhadap Biaya
Definisi Operasional

GAMBARAN UMUM
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Karakteristik Petani Responden
Karakteristik Lembaga Pemasaran
Keadaan umum agribisnis pepaya california di Desa Rancabungur dan
Desa Mekarsari Kabupaten Bogor
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Lembaga dan Saluran Pemasaran
Lembaga dan Saluran Pemasaran Melalui Non Kelompok Tani
Lembaga dan Saluran Pemasaran Melalui Kelompok Tani
Analisis Fungsi Lembaga Pemasaran Pepaya California
Fungsi pemasaran pada saluran pemasaran melalui non kelompok tani
Fungsi pemasaran pada saluran pemasaran melalui kelompok tani
Analisis Keragaan Pasar Pepaya California
Margin pemasaran
Farmer’s share
Rasio keuntungan terhadap biaya
EFISIENSI PEMASARAN

ix

x
x
1
1
4
6
6
7
7
7
8
8
9
10
10
16
18
18
18
19

19
20
20
20
21
21
22
22
22
24
28
31
32
32
32
38
42
42
52
61

61
64
65
68

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

72
72
73
74
76
82

DAFTAR TABEL

1 Produktivitas buah-buahan di Indonesia tahun 2009-2013
2 Konsumsi rumah tangga di Indonesia menurut hasil susenas komoditas
pepaya tahun 2007-2011
3 Penyediaan dan ketersediaan menurut hasil susenas komoditas pepaya di
Indonesia
4 Perkembangan rata - rata harga komoditas pepaya di Jawa Barat
5 Produksi pepaya di beberapa kabupaten di Provinsi Jawa Barat tahun
2007 - 2011
6 Produksi pepaya california di Kabupaten Bogor tahun 2012
7 Keadaan penduduk Desa Rancabungur dan Desa Mekarsari berdasarkan
mata pencaharian
8 Pemanfaatan lahan di Desa Mekarsari dan Desa Rancabungur
9 Sampel petani yang tergabung dalam kelompok tani
10 Sampel petani non kelompok tani
11 Gambaran usia petani anggota kelompok tani dan non kelompok tani
12 Gambaran tingkat pendidikan petani anggota kelompok tani dan non
kelompok tani
13 Pengalaman bertani pepaya bagi petani anggota kelompok tani dan non
kelompok tani
14 Luas lahan petani anggota kelompok tani dan non kelompok tani
15 Status kepemilikan lahan petani anggota kelompok tani dan non
kelompok tani
16 Responden menurut jenis lembaga pemasaran
17 Fungsi-fungsi pemasaran pada masing-masing lembaga pertanian dalam
sistem pemasaran pepaya california melalui non kelompok tani
18 Fungsi-fungsi pemasaran oleh masing-masing lembaga pemasaran dalam
sistem pemasaran pepaya california kelompok tani
19 Margin pemasaran pepaya california non kelompok tani di Desa
Rancabungur dan Desa Mekarsari Kabupaten Bogor
20 Margin pemasaran pepaya california kelompok tani di Desa Rancabungur
dan Desa Mekarsari Kabupaten Bogor
21 Farmer's share pada saluran pemasaran pepaya california di Desa
Rancabungur dan Desa Mekarsari Kabupaten Bogor
22 Rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran pepaya california non
kelompok tani di desa Rancabungur dan Desa Mekarsari
23 Rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran pepaya california non
kelompok tani di Desa Rancabungur dan Desa Mekarsari

1
2
2
3
4
4
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
51
60
62
63
64
66
67

24 Nilai efisiensi pemasaran pada saluran pemasaran pepaya california
melalui non kelompok tani di Desa Rancabungur dan Desa Mekarsari
25 Nilai efisiensi pemasaran pada saluran pemasaran pepaya california
melalui kelompok tani di Desa Rancabungur dan Desa Mekarsari

68
70

DAFTAR GAMBAR
1 Produksi pepaya di Kecamatan Rancabungur tahun 2012
2 Kebun pepaya california milik anggota kelompok tani
3 Kebun pepaya california milik petani non kelompok tani
4 Struktur Organisasi Kelompok Tani Tirta Mekar
5 Saluran pemasaran pepaya california melalui non kelompok tani
6 Saluran pemasaran pepaya california melalui kelompok tani
7 Pameran kelompok tani di Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Bogor
8 Fungsi penyimpanan di pedagang pengumpul besar
9 Fungsi sortasi dan transportasi pada pedagang pengumpul besar
10 Fungsi penyimpanan di pedagang pengecer
11 Fungsi fisik yang dilakukan oleh kelompok tani

4
25
26
30
33
39
41
43
47
49
53

DAFTAR LAMPIRAN
1 Rincian biaya pemasaran pepaya california melalui non kelompok tani
2 Rincian biaya pemasaran pepaya california melalui kelompok tani
3 Rekapitulasi margin pemasaran pepaya california melalui non kelompok
tani
4 Rekapitulasi margin pemasaran pepaya california melalui kelompok tani

76
77
79
80

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Buah-buahan merupakan salah satu produk hortikultura yang disukai oleh
masyarakat. Hal tersebut disebabkan meningkatnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya mengkonsumsi buah-buahan dalam rangka pemenuhan gizi dan
menjaga kesehatan tubuh, sehingga menyebabkan buah-buahan sebagai salah satu
bahan pangan yang dicari untuk dikonsumsi setiap harinya. Saat ini, pangsa
konsumsi buah dalam negeri untuk rumah tangga mencapai sekitar 35-40 persen
dari total konsumsi buah-buahan nasional. Kemudian untuk konsumsi hotel,
restoran dan catering mencapai 20 persen dari konsumsi buah-buahan nasional
yang umumnya meliputi pepaya, semangka, melon, nenas dan alpukat. Sedangkan
konsumsi buah untuk industri mencapai 30 persen antara lain untuk industri jus,
minuman, buah kaleng, dan lain-lain. Untuk konsumsi buah musiman atau eksotik
seperti mangga, durian, rambutan mencapai sekitar 10 persen dari buah-buahan
nasional2.
Tabel 1 Produktivitas buah-buahan di Indonesia tahun 2009-2013
No
1
2
3
4
5

Komoditas
Nenas
Pepaya
Apel
Markisa
Pisang

2009
123.56
80.75
84.82
69.86
53.55

Rata-rata produksi (Ton Ha-1)
2010
2011
2012
115.84
124.90
104.84
73.26
86.68
77.45
49.79
53.69
57.93
76.80
80.65
78.58
56.83
58.88
60.00

2013*)
126.24
79.26
68.40
74.33
57.39

Sumber : Dirjen Hortikultura, Kementerian Pertanian, 2013 (diolah)
*) Angka Sementara

Salah satu komoditas hortikultura buah yang memiliki produktivitas yang
cukup tinggi adalah pepaya seperti yang terlihat pada tabel 1. Buah pepaya
merupakan salah satu produk buah-buahan yang diminati masyarakat baik di
dalam negeri maupun di luar negeri dengan nama latin Carica papaya L.
Pepaya memiliki beberapa manfaat yang menjadikannya sebagai buah
favorit bagi masyarakat. Buah pepaya kaya akan vitamin A, vitamin B kompleks
dan vitamin E juga mengandung enzim papain yang dapat membantu sistem
pencernaan karena enzim papain bisa mencerna 35 kali lipat sehingga makanan
yang mengandung protein dapat diserap oleh tubuh dengan baik dan dapat
membantu tubuh dalam mengeluarkan racun, mengatur asam amino yang
diproduksi dalam tubuh sehingga mampu meningkatkan kekebalan tubuh. Itulah
sebabnya buah pepaya yang populer sebagai ―buah meja‖ sangat digemari oleh
masyarakat baik kalangan atas, menengah maupun bawah sebagai buah pencuci
mulut yang memiliki manfaat yang cukup besar bagi tubuh kita (Muktiani 2011).
Pepaya bukanlah merupakan buah asli dari Indonesia melainkan tumbuhan
yang berasal dari Amerika Selatan (Sobir 2009). Akan tetapi buah pepaya sudah
2

http://www.neraca.co.id/article/3153/Konsumsi-Masyarakat-Naik-Demand-Buah-Tumbuh-15-Per-Tahun

2

sangat familiar bagi masyarakat Indonesia, sehingga permintaan yang cukup
tinggi terhadap buah pepaya dapat membuka peluang bagi peningkatan agribisnis
pada budidaya buah pepaya. Pengembangan usahatani buah pepaya berhubungan
positif dengan tingkat konsumsi masyarakat, apabila terjadi peningkatan konsumsi
buah pepaya maka permintaan akan buah pepaya pun meningkat.
Konsumsi rumah tangga pada tabel 2 menurut hasil susenas merupakan
jumlah makanan yang dikonsumsi oleh penduduk dalam jangka waktu tertentu.
Tingkat konsumsi rumah tangga akan buah pepaya pada tahun 2011 mengalami
peningkatan, walaupun sempat mengalami penurunan tingkat konsumsi pada
tahun 2009 dan 2010 seperti yang terlihat pada tabel 2. Meningkatnya kesadaran
masyarakat akan manfaat mengkonsumsi buah papaya dapat menyebabkan
terjadinya peningkatan tingkat konsumsi pada tahun 2011.
Tabel 2 Konsumsi rumah tangga di Indonesia menurut hasil susenas komoditas
pepaya tahun 2007-2011
Uraian
Konsumsi seminggu
(Kg/kapita/minggu)
- Pepaya
Konsumsi setahun
(Kg/kap/tahun)
- Pepaya

2007

2008

Tahun
2009 2010

2011

Rata-rata
pertumbuhan (%)

0.031

0.038

0.036

0.034

0.053

16.91

1.65

1.98

1.87

1.77

2.76

16.91

Sumber : Kementerian Pertanian, 2012 (diolah)

Setiap tahunnya ketersediaan pepaya lebih besar dibandingkan tingkat
konsumsinya seperti yang terlihat pada tabel 2 dan tabel 3. Ketersediaan buah
pepaya lebih besar dibandingkan tingkat konsumsinya mengindikasikan bahwa
penawaran buah pepaya lebih besar dibandingkan permintaannya sehingga terjadi
surplus sebesar 1 kg/kapita/tahun. Terjadinya surplus dapat disebabkan tidak
meratanya pemasaran pepaya sehingga ketersediaan pepaya tidak dapat
terdistribusi dengan baik sampai ke konsumen akhir.
Adanya surplus dapat membuka peluang untuk ekspor ke luar negeri. Saat
ini buah pepaya telah menjadi komoditi perdagangan internasional dan menjadi
produk yang di ekspor ke beberapa negara, seperti Hongkong, Singapure,
Malaysia, Kuwait, United Arab Emirates, Qatar, Bahrain dan Switzerland3.
Tabel 3 Penyediaan dan ketersediaan menurut hasil susenas komoditas pepaya
di Indonesia
Uraian
Penyediaan
(000 ton)
Ketersediaan
per kapita
(kg/kapita/tahun)

2007

2008

662.00

718.00

2.58

2.95

Tahun
2009

Sumber : Kementerian Pertanian, 2012 (diolah)
3

http://horti.pertanian.go.id/eksporpepaya2012

Pertumbuhan
(%)

2010

2011

773.00

676.00

958.00

11.32

3.13

2.63

3.67

11.0

3

Dapat dilihat data statistik harga komoditas pertanian yang diterbitkan oleh
Pusdatin Pertanian pada tabel 4. Harga rata-rata pepaya tingkat produsen dengan
harga rata-rata tingkat konsumen di provinsi Jawa Barat tahun 2012 diperoleh
margin pemasaran sebesar Rp 1 945,- atau 54.75 persen. Rata-rata pertumbuhan
harga pepaya di tingkat produsen lebih kecil dibandingkan rata-rata pertumbuhan
di tingkat konsumen dapat mengindikasikan bahwa kenaikan harga di tingkat
konsumen tidak diikuti dengan kenaikan harga yang cukup adil di tingkat
produsen.
Tabel 4 Perkembangan rata - rata harga komoditas pepaya di Jawa Barat
Uraian

Tahun
2008

2009

2010

2011

2012

Rata-rata
Pertumbuhan
(%)

Tingkat Produsen (Rp/kg)

2 028

2 153

2 370

2 290

2 354

3.92

Tingkat Konsumen (Rp/kg)

2 806

2 954

3 465

3 904

4 299

11.33

Margin pemasaran (Rp/kg)

778

801

1 095

1 614

1 945

19.72

Sumber : Pusdatin Kementerian Pertanian, 2013 (diolah)

Beberapa tahun yang lalu konsumen lebih senang memilih buah pepaya
yang bentuknya besar dan berat seperti pepaya bangkok karena selain rasanya
yang manis juga lebih banyak bagian yang dapat dimakan. Akan tetapi saat ini
konsumen lebih senang memilih buah pepaya yang relatif lebih kecil dan ringan,
hal tersebut dikarenakan buah pepaya yang kecil lebih mudah dikonsumsi
sekaligus sehingga konsumen tidak perlu menyimpan buah pepaya yang sudah
dikupas mengingat karakterisitik buah pepaya yang mudah membusuk. Daya
tahan buah pepaya setelah panen umumnya hanya satu minggu untuk itu
diperlukan adanya saluran pemasaran yang efisien untuk mencegah terjadinya
kerugian akibat kerusakan pada buah pepaya (Sobir 209).
Pepaya california memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan jenis
pepaya lainnya dengan berat berkisar antara 0.5 sampai dengan 2 kg per buah. Hal
tersebut menjadi daya tarik sendiri bagi konsumen. Berdasarkan sisi harga, pepaya
california juga memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan pepaya
lainnya (Sobir 2009).
Dapat dilihat pada tabel 4 terjadi kesenjangan harga yang cukup besar antara
harga di tingkat petani dengan harga di tingkat konsumen akhir pada komoditas
pepaya. Kesenjangan harga yang terjadi biasanya disebabkan karena petani
pepaya kurang mengetahui informasi pasar sehingga harga ditetapkan oleh
lembaga pemasaran lain.
Banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat dapat mempengaruhi panjang
pendeknya saluran pemasaran dan fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan di
setiap lembaga pemasaran akan mempengaruhi besarnya biaya pemasaran.
Besarnya biaya pemasaran akan mengarah pada semakin besarnya perbedaan
harga antara petani produsen dengan konsumen. Perlunya mengetahui saluran
pemasaran yang efisien dalam pemasaran pepaya california sehingga dapat
memberikan margin pemasaran yang adil bagi setiap lembaga yang terkait dalam
pemasaran pepaya california.

4

Perumusan Masalah
Salah satu sentra penghasil pepaya di Jawa Barat adalah Bogor terutama
Kabupaten Bogor, dikarenakan kondisi iklim di daerah Bogor sangat cocok
digunakan untuk budidaya tanaman pepaya. Tabel 5 menunjukkan bahwa pada
tahun 2013 Kabupaten Bogor merupakan salah satu sentra penghasil buah pepaya
dengan nilai produksi 8 220.9 ton.
Tabel 5 Produksi pepaya di beberapa kabupaten di Provinsi Jawa Barat tahun
2007 - 2011
No
1
2
3
4
5
6

Kabupaten
Sukabumi
Bogor
Subang
Tasikmalaya
Karawang
Garut

2009
49 018.3
8 481.9
1 049.4
4 527.2
2 685.1
2 915.4

Produksi (ton) per tahun
2010
2011
2012
11 303.6
28 487.3
23 504.3
5 764.5
18 861.3
5 763.5
2 573.5
11 904.6
2 750.8
5 357.7
6 821.1
7 330.4
2 345.7
5 866.8
2 764.9
4 163.2
3 305.5
6 451.1

2013
78 594.7
8 220.9
1 777.6
4 044.7
1 577.3
3 518.6

Sumber : Dinas Pertanian Jawa Barat, 2012 (diolah)

Salah satu kecamatan yang memiliki potensi pengembangan pepaya
california di Kabupaten Bogor berada di kecamatan Rancabungur, Kemang dan
Jasinga dengan produksi tertinggi pada tahun 2012 di kecamatan Rancabungur
seperti yang terlihat pada tabel 6.
Tabel 6 Produksi pepaya california di Kabupaten Bogor tahun 2012
No
1
2
3

Kecamatan
Rancabungur
Kemang
Jasinga

Desa
Mekarsari
Bojong
Cikopomayak

Produksi
(Ton)
280.4
82
277.9

Potensi
Pengembangan
10 – 15 Ha
15 – 20 Ha
15 Ha

Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2014

Pada gambar 1 produksi pepaya di Kecamatan Rancabungur paling besar
didominasi oleh pepaya california dibandingkan pepaya jenis lain seperti pepaya
bangkok. Tahun 2008 buah pepaya california sudah banyak dibudidayakan oleh
petani sehingga menjadikan kecamatan rancabungur sebagai ―ikon‖ kecamatan
yang memiliki potensi pengembangan pepaya california yang cukup besar di
Kabupaten Bogor.

Gambar 1 Produksi pepaya di Kecamatan Rancabungur tahun 2012

5

Pohon pepaya california dapat di panen pertama kali pada umur 7 - 9 bulan.
Buah pepaya dapat dipanen seminggu dua kali sebanyak 50 - 80 kilogram setiap
periode dan kemudian produksi buah pepaya akan menurun setelah usia pohon
pepaya di atas 3 tahun sehingga diperlukan peremajaan pohon kembali. Pepaya
california dijual berdasarkan kualitasnya yaitu grade A, B dan grade C. Standar
kualitas grade A adalah buah yang berukuran lonjong dengan kulit buah mulus
dan berat antara 800 gram sampai dengan 1.5 kg, bentuk buah cenderung
seragam. Pepaya grade B mempunyai fisik yang hampir sama dengan grade B,
yang membedakan hanya bobot buahnya saja yaitu 1 – 2 kg. Pepaya california
diluar kriteria di atas adalah pepaya california grade C (Muktiani 2011).
Pepaya california kualitas grade A dijual dengan harga Rp3 500,- dan
pepaya kualitas grade C dijual dengan harga Rp2 000,-. Biasanya pedagang
membeli langsung ke lokasi petani pepaya california sehingga biaya transportasi
sudah ditanggung oleh pihak pedagang. Pepaya california sangat digemari oleh
masyarakat Indonesia karena rasanya yang manis, ukurannya yang kecil dan
teksturnya yang tidak mudah lembek. Para pedagang buah segar seperti toko
buah, supermarket dan pasar tradisional sudah banyak yang menyediakannya dan
keberadaan buah pepaya california diperlukan secara kontinu untuk memenuhi
permintaan pasar (Sobir 2009).
Peran lembaga pemasaran sangatlah penting agar dapat mengalirkan buah
pepaya california dari petani sampai ke konsumen. Lembaga pemasaran yang
berfungsi sebagai penghubung dari petani ke konsumen akhir akan membentuk
pola saluran pemasaran pada pepaya california. Lembaga pemasaran yang terlibat
dalam pemasaran pepaya california adalah petani, pedagang pengumpul kebun,
pedagang pengumpul kecil, pedagang pengumpul besar dan pedagang pengecer
termasuk supermarket.
Di Kecamatan Rancabungur terdapat petani pepaya yang tergabung dalam
kelompok tani dan petani yang tidak tergabung dalam kelompok tani. Petani yang
tergabung dalam kelompok tani berada di Desa Mekarsari dengan nama kelompok
tani Tirta Mekar. Kelompok tani tersebut fokus pada komoditas pepaya california,
selain mengusahakan pembudidayaan kelompok tani Tirta Mekar juga melakukan
fungsi pemasaran. Adanya fungsi pemasaran menyebabkan petani anggota dapat
memperoleh informasi pasar secara utuh karena melakukan pemasaran sendiri dan
dapat mengambil keputusan yang menguntungkan petani dan kelompok taninya.
Sedangkan petani yang berada di desa terdekat dengan Desa Mekarsari yaitu Desa
Rancabungur tidak tergabung dalam suatu kelompok tani dan cenderung berdiri
sendiri.
Petani yang tergabung dalam kelompok tani diharapkan dapat memperoleh
harga yang menguntungkan petani karena melalui kelompok tani maka dapat
meningkatkan kekuatan tawar (bargaining power) petani. Sedangkan petani yang
tidak tergabung dalam kelompok tani biasanya memasarkan sendiri buah pepaya
dan tidak memiliki kekuatan dalam posisi tawar menawar. Posisi tawar petani
yang rendah dikarenakan kurangnya informasi mengenai pasar sehingga petani
kesulitan menetapkan harga jualnya, selain itu adanya keterikatan antara petani
dengan pedagang pengumpul yang menyebabkan petani kurang leluasa untuk
menetapkan harga jual sehingga terjadi kesenjangan harga yang cukup besar
antara harga yang ditetapkan petani dengan harga yang diterima oleh konsumen
akhir. Harga di tingkat petani berkisar antara Rp2 000,- sampai dengan Rp3 500,-

6

per kg tergantung dengan kualitas yang dihasilkannya, sedangkan harga di tingkat
konsumen berkisar antara Rp5 000,- sampai dengan Rp12 500,- per kg.
Banyaknya lembaga dan fungsi-fungsi yang dilakukan dalam pemasaran
produk pertanian sangat berpengaruh pada besarnya biaya pemasaran sehingga
perbedaan harga di tingkat petani dengan harga ditingkat konsumen akhir menjadi
besar. Akan tetapi perbedaan harga atau margin yang tinggi akibat banyaknya
lembaga pemasaran yang terlibat tidak bisa dikatakan tidak efisien, karena harus
dikaitkan dengan fungsi-fungsi pemasaran yang terjadi pada setiap lembaga
pemasaran yang menyebabkan kepuasan pada konsumen.
Pemasaran yang efisien dapat mempengaruhi tingkat pendapatan petani.
Agar sistem pemasaran dapat seefisien mungkin dilakukan, maka petani harus
memilih saluran pemasaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan nilai yang
diterima petani, memperkecil biaya pemasaran serta mampu menciptakan harga
jual yang terjangkau dalam batas daya beli konsumen akhir. Pemasaran yang
efisien dapat dilihat dari analisis saluran pemasaran dan efisiensi pemasaran yang
meliputi analisis farmer’s share, analisis margin pemasaran dan analisis
keuntungan terhadap biaya.
Mengacu pada perumusan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan
yang dapat diteliti sebagai berikut :
1. Bagaimana saluran pemasaran pepaya california yang dilakukan oleh petani
anggota kelompok tani dan petani yang tidak tergabung dalam kelompok tani
di desa mekarsari dan Desa Rancabungur?
2. Bagaimana efisiensi pemasaran pepaya california bagi petani yang tergabung
dalam kelompok tani dan petani yang tidak tergabung dengan kelompok tani
ditinjau dari pendekatan farmer’s share, analisis margin pemasaran dan
analisis keuntungan dan biaya?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan dari
penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi saluran pemasaran yang terbentuk pada pemasaran pepaya
california di kelompok tani dan non kelompok tani di desa Mekarsari dan
desa Rancabungur
2. Menganalisis efisiensi sistem pemasaran pepaya california melalui kelompok
tani dan non kelompok tani berdasarkan pendekatan farmer’s share, analisis
margin pemasaran dan analisis keuntungan dan biaya
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang terkait,
yaitu:
1. Para petani dan lembaga pemasaran. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai
sumber informasi dan bahan pertimbangan dalam kegiatan pemasaran pepaya
california.
2. Pemerintah dan instansi terkait. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai
sumber informasi dan tambahan masukan dalam melihat sejauh mana efisiensi
pemasaran pepaya california serta dapat digunakan dalam mengambil

7

kebijakan dalam mencari alternatif pemecahan masalah pemasaran di lokasi
penelitian.
3. Mahasiswa dan perguruan tinggi. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai
sumber informasi dan pembanding bagi studi-studi mengenai komoditas
pepaya california.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada usahatani pepaya california yang tergabung
dalam kelompok tani di Desa Mekarsari dan petani non kelompok tani di Desa
Rancabungur Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor serta rantai pemasaran
yang terdapat pada pemasaran pepaya california. Sumber komoditi adalah
tanaman yang ditanam sendiri menggunakan tenaga kerja keluarga maupun tenaga
kerja di luar keluarga dan berasal dari lahan milik sendiri maupun sewa.
Petani yang dijadikan responden adalah petani pepaya california di lokasi
penelitian dan pedagang yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah
pedagang yang melakukan kegiatan pembelian pepaya california pada petani
responden di Desa Mekarsari dan Desa Rancabungur.
Analisis kajian pada pemasaran pepaya california menggunakan pendekatan
farmer’s share, analisis margin pemasaran dan analisis keuntungan terhadap biaya
untuk melihat tingkat efisiensi pada sistem pemasaran pepaya california.

TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Pepaya California
Pepaya merupakan salah satu buah segar yang banyak di konsumsi oleh
semua lapisan masyarakat. Selain karena harganya yang terjangkau, buah pepaya
juga kaya akan kandungan gizi yang diperlukan oleh tubuh. Buah pepaya
memiliki banyak varietas, pengelompokan tanaman pepaya ke dalam beberapa
varietas didasarkan pada bentuk, ukuran, warna dan tekstur buahnya. Salah satu
jenis buah pepaya yang banyak dibudidayakan adalah pepaya california, selain
rasanya yang manis pepaya california juga memiliki harga jual yang lebih tinggi
dibandingkan jenis pepaya yang lain. Ukuran buah pepaya california relatif kecil
yaitu berkisar antara 0.8 – 2 kg per buah, karena keunikannya tersebut maka buah
pepaya california sangat digemari oleh masyarakat dan memiliki permintaan pasar
yang cukup tinggi. Pepaya california yang saat ini dibudidayakan oleh petani
adalah pepaya jenis IPB-9 hasil pemuliaan PKHT-IPB.
Tanaman buah pepaya california tumbuh subur di dataran rendah hingga
ketinggian 700 meter di atas permukan laut dengan curah hujan 1 000–2 000
mm/tahun, suhu berkisar antara 250 – 300C dan kelembaban udara 40 persen. Bibit
tanaman dapat diambil dari biji pepaya yang sudah matang dan dimasukkan
kedalam polybag. Bibit pepaya dapat ditanam saat berumur 1-1.5 bulan ke dalam
lubang tanam dengan ukuran 60 x 60 x 50 cm dengan jarak tanam 2.5 x 2.5 m
jumlah tanaman pepaya perhektar sekitar 1 450 - 1 600 pohon.
Tanaman dapat berbuah pertama kali pada umur 6 - 7 bulan. Pada saat
panen sebaiknya buah pepaya diletakkan di tempat teduh dengan menggunakan

8

alas plastik dan dilakukan sortasi atau grading untuk memisahkan buah pepaya
berdasarkan ukuran kualitasnya (Litbang Pertanian 2012).
Saluran Pemasaran
Penelitian tentang saluran pemasaran sudah dilakukan oleh Rahmawati
(2013), Anwar (2011), Purba (2008), Widianingsih (2008) menunjukan bahwa
besarnya biaya pemasaran pada saluran pemasaran disebabkan oleh banyaknya
lembaga dan fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh setiap lembaga
pemasaran untuk memperoleh kepuasan konsumen. Oleh sebab itu diperlukan
identifikasi terhadap saluran pemasaran yang terbentuk pada pemasaran
agribisnis. Menurut Assauri dalam Anwar (2011) terdapat 2 jenis saluran
pemasaran yaitu saluran langsung (dari produsen ke konsumen) dan saluran tidak
langsung (dari produsen melalui pengecer, pedagang pengumpul, pedagang besar
setelah itu ke konsumen akhir). Menurut Rahmawati (2013), sebagian besar petani
memilih menjual hasil panennya ke pedagang pengumpul dikarenakan kemudahan
dalam melakukan transaksi, waktu dan pertukaran uang yang cepat, serta adanya
ikatan dengan pedagang pengumpul.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Purba (2008) saluran pemasaran yang
terbentuk pada pepaya california di Desa Cimande dan Desa Lemahdulur
Kabupaten Bogor adalah saluran pemasaran langsung (petani–pabrik) dan saluran
pemasaran tidak langsung (petani–supplier–pedagang pengecer–konsumen akhir).
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Widianingsih (2008) saluran
pemasaran yang terbentuk pada pepaya california di Desa Pasirgaok Kabupaten
Bogor yaitu untuk pepaya california non SPO saluran pemasaran langsung
(Petani–konsumen akhir) dan saluran tidak langsung (petani–pengumpul–
pedagang eceran/supermarket–konsumen akhir), sedangkan untuk pepaya
california SPO saluran pemasaran yang terbentuk adalah saluran pemasaran tidak
langsung karena melalui pengusaha mitra (petani–pengusaha mitra–
supplier/supermarket/toko buah–konsumen akhir).
Margin Pemasaran dan Farmer’s Share
Berdasarkan penelitian Anwar (2011), Hidayat (2010), Purba (2008),
Widianingsih (2008), Suharyanto et al (2006) indikator efisiensi pemasaran
menggunakan alat analisis margin pemasaran dan farmer’s share. Besarnya
margin pemasaran tergantung pada panjang atau pendeknya rantai pemasaran dan
aktivitas-aktivitas yang telah dilaksanakan serta terdiri dari biaya dan keuntungan
dari setiap lembaga pemasaran yang terlibat. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Anwar (2011) saluran pemasaran dinyatakan efisien jika margin
pemasaran yang diperoleh dari setiap saluran pemasaran tidak terlalu besar yaitu
kurang dari 50 persen sehingga pada saluran pemasaran pada komoditas cabai
merah di Kecamatan Banyuasin Sumatera Selatan sudah efisien karena setiap
saluran pemasaran margin pemasaran yang diperoleh kurang dari 50%, sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2010) saluran tataniaga dapat dikatakan
efisien jika memiliki total margin terkecil, nilai farmer’s share terbesar dan rasio
keuntungan terhadap biaya tataniaga yang lebih merata dibandingkan dengan
saluran tataniaga lainnya.

9

Saluran pemasaran pada komoditas pepaya california di Desa Cimande dan
Desa Lemahdulur Kabupaten Bogor terdapat 2 jenis saluran pemasaran yaitu
saluran pemasaran langsung dan saluran pemasaran tidak langsung, farmer’s
share yang paling besar terdapat pada pola saluran 2 yaitu 100 persen karena
merupakan saluran pemasaran langsung (petani–pabrik) namun berdasarkan rasio
keuntungan dan biaya kedua jenis saluran dapat dikatakan efisien karena nilai
rasio keuntungan dan biaya nilainya lebih dari satu (Purba 2008). Pada penelitian
yang dilakukan oleh Widianingsih (2008) saluran pemasaran pepaya california di
Desa Pasirgaok Kabupaten Bogor dibedakan antara pepaya dengan standar
prosedur operasional (SPO) dan pepaya tanpa standar prosedur operasional
(nonSPO), untuk pepaya dengan standar prosedur operasional margin pemasaran
pola I (petani–pedagang pengumpul–pedagang pengecer–konsumen akhir) lebih
besar dibandingkan dengan pola II (petani–pedagang pengumpul–
supermarket/toko buah–konsumen akhir) akan tetapi hal tersebut bukan
disebabkan oleh banyaknya lembaga pemsaran yang terlibat di dalam pemasaran
melainkan dikarenakan perbedaannya pada segmen pasar sehingga Widianingsih
(2008) menggunakan rasio perbandingan keuntungan terhadap biaya untuk
menentukan efisiensi pemasaran, saluran pemasaran pada pola I dinyatakan
efisien karena memiliki rasio perbandingan keuntungan terhadap biaya yang lebih
besar dibandingkan pola II. Untuk pepaya non SPO terbentuk 3 pola saluran
pemasaran, pola pemasaran 2 (petani–pedagang pengumpul–supermarket/toko
buah–kosumen akhir) lebih menguntungkan bagi petani walaupun nilai farmer’s
share serta rasio keuntungan dan biaya lebih besar pada pola pemasaran III
(petani--konsumen akhir) tetapi dari segi jumlah penjualan paling sedikit
dibandingkan pola I dan pola II. Pola II dikatakan lebih menguntungkan karena
jumlah penjualannya lebih banyak dibanding pola III dan nilai farmer’s share
serta rasio keuntungan terhadap biaya yang lebih besar dibanding pola I.
Pada saluran pemasaran anggur di Buleleng Bali besarnya margin
pemasaran, keuntungan dan biaya dari setiap lembaga pemasaran dan farmer’s
share dipengaruhi oleh saluran pemasaran yang dilalui, jumlah anggur yang
dipasarkan, jumlah lembaga pemasaran yang berperan aktif dalam pemasaran,
jarak petani ke konsumen, panjang saluran pemasaran yang dilalui, sistem
pemasaran dan daerah tujuan pemasaran (Suharyanto et al. 2006)
Saluran pemasaran yang efisien tidak hanya terlihat dari nilai total margin
pemasaran dan farmer’s share melainkan juga melihat rasio keuntungan dan biaya
serta faktor-faktor yang mempengaruhi margin pemasaran seperti banyaknya
lembaga dan fungsi fisik yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran.
Fungsi-fungsi pada Lembaga Pemasaran
Efisiensi pemasaran tidak hanya terlihat dari panjang pendeknya saluran
dan biaya pemasaran melainkan juga dilihat dari fungsi-fungsi pemasaran yang
dilaksanakan di setiap lembaga pemasaran untuk menciptakan nilai tambah
sehingga dapat meningkatkan kepuasan konsumen akhir. Fungsi-fungsi
pemasaran yang dilakukan meliputi fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi
fasilitas. Pada lembaga pemasaran pepaya california di Desa Cimande dan
Lemahdulur (Purba 2008) fungsi pemasaran yang dilakukan oleh petani pepaya
adalah fungsi penjualan, pembiayaan dan informasi harga. Petani melakukan

10

informasi harga dengan mengamati harga yang berlaku di pasar, selain itu petani
juga mendapat informasi harga dari supplier. Untuk fungsi pembiayaan, petani
membiayai sendiri modal yang digunakan untuk kegiatan usahatani pepaya.
Sedangkan untuk fungsi pengangkutan, sortasi, grading dan penanggungan resiko
hanya 10 persen petani yang melakukan fungsi-fungsi tersebut.
Pada tingkat supplier dan pedagang supplier pada pemasaran pepaya
california di Desa Cimande dan Lemahdulur fungsi pemasaran yang dilakukan
adalah fungsi pertukaran (penjualan dan pembelian), fungsi fisik (pengangkutan
dan pengemasan) dan fungsi fasilitas (sortasi, standarisasi, pembiayaan,
penanggungan resiko, dan informasi pasar). Pedagang pengecer penetapan
harganya didasarkan kepada informasi harga yang berlaku di pasar.
Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan pada lembaga pemasaran pepaya
California di Desa Pasirgaok (Widianingsih 2008) untuk tingkat petani fungsi
pemasaran yang berlaku adalah fungsi penjualan dan fungsi fasilitas (informasi
pasar). Petani mencari perkembangan harga dari pengusaha mitra dan pedagang
pengumpul. Pengusaha mitra melakukan semua fungsi pemasaran yaitu fungsi
pertukaran (penjualan dan pembelian), fungsi fisik (pengangkutan, penyimpanan
dan pengemasan), fungsi fasilitas (standarisasi, pembiayaan, penanggungan resiko
dan informasi pasar). Pedagang pengecer juga melakukan fungsi-fungsi
pemasaran yaitu fungsi pertukaran (penjualan dan pembelian), fungsi fisik
(pengangkutan, penyimpanan dan pengemasan), dan fungsi fasilitas. Untuk
informasi pasar, pedagang pengecer untuk mengetahui perkembangan harga,
jumlah permintaan konsumen dan kulaitas yang diinginkan oleh konsumen.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Pemasaran Agribisnis
Pemasaran merupakan suatu aktivitas yang berfungsi dalam mengalirkan
produk mulai dari petani sampai ke konsumen akhir. Definisi pemasaran pertanian
menurut Limbong dan Sitorus (1985) mencakup segala kegiatan dan usaha yang
berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik dari hasil pertanian dan
kebutuhan usaha pertanian dari produsen ke tangan konsumen, termasuk di
dalamnya kegiatan-kegiatan tertentu yang menghasilkan perubahan bentuk dari
barang yang dimaksud untuk memudahkan proses penyalurannya sehingga produk
pertanian yang dipasarkan bukan hanya produk pertanian primer saja melainkan
juga produk setengah jadi dan produk jadi sehingga dapat memberikan kepuasan
yang lebih tinggi kepada konsumen.
Rangkaian dari fungsi-fungsi pemasaran merupakan aktivitas bisnis dan
kegiatan produktif yang dapat meningkatkan atau menciptakan nilai tambah
berupa nilai guna bentuk, tempat, waktu dan kepemilikan untuk tujuan mencapai
kepuasan konsumen. Penciptaan nilai tambah terdiri dari nilai guna bentuk yaitu
menciptakan produk yang memiliki kegunaan dan bentuk yang dapat menarik
serta menciptakan kepuasan tersendiri bagi konsumen, nilai guna tempat yaitu
konsumen dapat menemukan produk yang diinginkannya dengan mudah, nilai
guna waktu yaitu untuk produk yang jika disimpan dalam waktu yang lama dapat

11

meningkatkan nilai produk tersebut, nilai guna kepemilikan yaitu barang akan
mempunyai nilai tambah jika berpindah kepemilikan pada orang yang tepat.
Pemasaran pada produk agribisnis dapat mencakup semua aktivitas bisnis
mulai dari petani produsen primer sampai ke konsumen akhir (Purcell dalam
Asmarantaka 2012). Serangkaian fungsi yang dilakukan dalam menggerakan
produk dari tingkat produksi primer hingga ke konsumen akhir dilakukan oleh
lembaga-lembaga pemasaran (Hammond dan Dahl dalam Hidayat 2010).
Lembaga dan Saluran Pemasaran
Keberadaan lembaga dalam sistem pemasaran sangat penting agar dapat
mengalirkan produk dari petani/produsen primer sampai ke konsumen akhir.
Menurut Limbong dan Sitorus (1985) lembaga pemasaran adalah suatu badan atau
lembaga yang berusaha dalam bidang pemasaran, mendistribusikan barang dari
produsen ke konsumen melalui proses perdagangan. Dalam proses penyaluran
produk dari produsen primer sampai ke konsumen akhir melibatkan beberapa
perantara mulai dari produsen, lembaga-lembaga perantara sampai ke konsumen
akhir. Dalam proses penyaluran selalu mengikutsertakan keterlibatan berbagai
pihak, keterlibatan tersebut bisa dalam bentuk perorangan maupun kelembagaan,
perserikatan atau perseroan. Timbulnya lembaga pemasaran ini disebabkan oleh
adanya keinginan konsumen untuk mendapatkan barang yang diinginkan.
Kelembagaan pemasaran adalah berbagai organisasi bisnis, baik perorangan
atau kelompok bisnis yang melaksanakan atau mengembangkan aktivitas bisnis
berupa fungsi-fungsi pemasaran untuk meningkatkan nilai guna dari suatu barang
baik nilai guna bentuk, tempat, waktu dan kepemilikan. Kelembagaan pemasaran
dalam Asmarantaka (2012) terdiri dari
1. Pedagang perantara (merchant middlemen) yaitu pedagang yang melakukan
berbagai fungsi pemasaran dalam pembelian dan penjualan produk dari
produsen ke konsumen. Pedagang perantara terdiri dari pedagang pengumpul
(assembler), pedagang eceran (retailers) dan pedagang grosir (wholesalers).
2. Agen perantara (agent middlemen) yaitu individu yang merupakan
perwakilan dari suatu lembaga atau insttusi dalam melakukan penanganan
produk/jasa.
3. Spekulator (speculative middlemen) yaitu pedagang perantara yang membeli
dan menjual produk dengan memanfatkan fluktuatif harga untuk mencari
keuntungan.
4. Pengolah dan Pabrikan (processor and manufacturers) yaitu individu atau
kelompok yang melakukan kegiatan perubahan bentuk dari produk primr
menjadi produk setengah jadi atau produk akhir.
5. Organisasi (facilitative organization) yaitu kelompok yang dapat membantu
kelancaran pelaksanaan pemasaran atau pelaksanaan dari fungsi-fungsi
pemasaran.
Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung
serta terlibat dalam proses untuk menjadikan produk atau jasa siap digunakan atau
dikonsumsi. Sebuah saluran pemasaran melaksanakan tugas memindahkan barang
dari produsen ke konsumen. Hal itu mengatasi kesenjangan waktu, tempat dan
kepemilikan yang memisahkan barang dan jasa dari orang-orang yang
membutuhkan atau menginginkannya (Kotler 1987).

12

Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih saluran
pemasaran yaitu : a) adanya pertimbangan pasar, mencakup pembeli potensial,
konsentrasi pasar secara geografis, volume pesanan dan kebiasaan membeli; b)
Pertimbangan barang yang meliputi nilai barang per unit, besar dan berat barang,
tingkat kerusakan, sifat teknis barang, dan apakah barang tersebut untuk
memenuhi pesanan atau pasar; c) Pertimbangan internal perusahaan yang meliputi
sumber permodalan, kemampuan dan pengaiaman penjualan; d) Pertimbangan
terhadap lembaga perantara, yang meliputi pelayanan lembaga perantara,
kesesuaian lembaga perantara dengan kebijaksanaan produsen dan pertimbangan
biaya.
Saluran pemasaran dapat dicirikan dengan memperhatikan banyaknya
tingkat saluran. Panjangnya saluran pemasaran ditentukan oleh banyaknya tingkat
perantara yang dilalui oleh suatu barang/jasa. Menurut Limbong dan Sitorus
(1985) saluran pemasaran terdiri dari :
1. Saluran nol tingkat atau saluran pemasaran langsung (produsen—konsumen),
adalah saluran dimana produsen menjual produknya secara langsung kepada
konsumen
2. Saluran satu tingkat (produsen—pengecer—konsumen), adalah saluran
pemasaran yang menggunakan perantara yaitu pedagang pengecer
3. Saluran dua tingkat (produsen—grosir—pengecer—konsumen), adalah
saluran pemasaran yang menggunakan dua perantara
4. Saluran tiga tingkat (produsen—grosir—pedagang pemborong—pengecer—
konsumen), adalah saluran pemasaran yang menggunakan tiga perantara
selain grosir dan pengecer ditemui juga pedagang pemborong.
Fungsi-fungsi Pemasaran
Menurut Asmarantaka (2012), analisis terhadap fungsi-fungsi yang terjadi
dalam lembaga pemasaran bertujuan untuk mempertimbangkan bagaimana
fungsi-fungsi pemasaran dilakukan, menganalisis biaya-biaya pemasaran dan
memahami perbedaan biaya yang terjadi disetiap tingkat lembaga pemasaran.
Fungsi-fungsi pada lembaga pemasaran terdiri dari :
1. Fungsi pertukaran (Exchange function) yaitu aktivitas perpindahan hak milik
barang/jasa yang terdiri dari :
- fungsi pembelian yaitu kegiatan menentukan jenis barang yang akan dibeli
sesuai dengan kebutuhannya, meliputi penentuan jenis, jumlah kualitas,
tempat pembelian serta cara pembelian barang.
- fungsi penjualan yaitu kegiatan menentukan tempat dan waktu untuk
melakukan penjualan yang sesuai dengan yang diinginkan konsumen baik
dilihat dari jumlah, bentuk dan kualitasnya,
- fungsi pengumpulan., yaitu kegiatan mengumpulkan produk agar dapat
mencukupi permintaan pasar.
2. Fungsi fisik (Physical function) yaitu aktivitas penanganan, pergerakan dan
perubahan fisik dari produk/jasa. Fungsi fisik terdiri dari :
- fungsi penyimpanan, yaitu kegiatan menyimpan barang selama belum
dikonsumsi atau menunggu diangkut ke daerah pemasaran atau menunggu
sebelum diolah. Selama proses penyimpanan semua biaya yang
dikeluarkan termasuk kedalam biaya penyimpanan, yaitu meliputi biaya

13

pemeliharaan fisik gudang, resiko kerusakan selama penyimpanan dan
biaya-biaya kegiatan selama penyimpanan.
- fungsi pengangkutan bertujuan untuk menyediakan barang di daerah
konsumen sesuai dengan kebutuhan konsumen baik menurut waktu,
jumlah dan mutunya. Fungsi pengangkutan mempunyai kegiatan
perencanaan jenis alat angkutan yang digunakan, volume yang akan
diangkut, waktu pengangkutan dan jenis barang yang akan diangkut.
- fungsi pengolahan bertujuan untuk meningkatkaan kualitas barang dalam
rangka memperkuat daya tahan dan memberikan nilai tambah sesuai
dengan keinginan konsumen
3. Fungsi fasilitas (Facilitating functions) yaitu fungsi yang dapat memperlancar
fungsi pertukaran dan fungsi fisik. Fungsi fasilitas terdiri dari :
- fungsi standarisasi dan grading yaitu merupakan kesepakatan dari pembeli
dan penjual terhadap dimensi ukuran dan kualitas produk ke dalam kelaskelas tertentu yang telah disepakati. Grading merupakan perlakuan
terhadap produk untuk memilah-milah produk berdasarkan kelompok
tertentu di dalam standarisasi tersebut.
- fungsi pembiayaan yaitu proses dalam penyediaan biaya untuk keperluan
selama proses pemasaran.
- fungsi penanggungan risiko yaitu merupakan penanggungan resiko yang
disebabkan oleh kerusakan, penyusutan, penurunan harga dan resiko
produk tidak terjual.
- fungsi intelijen pasar yaitu kegiatan untuk mendapatkan informasi pasar
mengenai permintaan, harga dan kualitas yang diinginkan oleh konsumen.
Informasi pasar diperlukan untuk mengambil keputusan dalam
perencanaan, produksi maupun pemasaran bagi konsumen maupun
produsen dan lembaga yang terlibat dalam sistem tersebut.
Pelaksanaan dalam aktivitas agribisnis termasuk fungsi-fungsi pemasaran
dapat memberikan dampak terhadap biaya pemasaran dan nilai produk. Fungsifungsi dari aktivitas pemasaran dapat meningkatkan atau menciptakan nilai guna
bentuk, ruang dan waktu (Asmarantaka 2012).
Konsep Efisiensi Pemasaran
Ukuran efisiensi adalah kepuasan dari konsumen, produsen maupun
lembaga-lembaga yang terlibat di dalam mengalirkan barang/jasa mulai dari
petani sampai ke konsumen akhir. Efisiensi pemasaran dapat diukur melalui dua
cara yaitu efisiensi harga dan efisiensi operasional (teknis). Efisiensi harga
menekankan pada kemampuan sistem pemasaran dalam mengalokasikan
sumberdaya dan mengkoordinasikan seluruh produksi pertanian dan proses
pemasaran sehingga efisien sesuai dengan keinginan konsumen. Efisiensi
operasional berhubungan dengan pelaksanaan aktivitas pemasaran yang dapat
meningkatkan atau memaksimumkan rasio output-input pemasaran. Pemasaran
agribisnis dapat dikatakan efisien apabila terdapat indikator-indikator sebagai
berikut :
1. Menciptakan atau meningkatkan nilai tambah (Value added) yang tinggi
terhadap produk agribisnis.
2. Menghasilkan keuntungan bagi setiap lembaga pemasaran yang terlibat sesuai
dengan nilai korbanannya (biaya-biaya yang dikeluarkan).

14

3. Marketing margin (biaya dan keuntungan) yang terjadi relative sesuai dengan
fungsi-fungsi atau aktivitas bisnis yang meningkatkan kepuasan konsumen
akhir.
4. Memberikan bagian yang diterima petani produsen (farmer’s share) yang
relatif akan merangsang petani berproduksi di tingkat usahatani.
Proses pemasaran agribisnis yang efisien adalah yang memberikan kontribusi
(share) yang adil mulai dari petani, perusahaan, lembaga-lembaga pemasaran
sesuai dengan korbanan masing-masing dan kepuasan konsumen. Efisiensi
pemasaran merupakan tujuan dari produsen dan lembaga-lembaga pemasaran
karena pemasaran yang efisien dapat menyebabkan persentase perbedaan harga
yang dibayarkan oleh konsumen tidak terlalu tinggi, biaya pemasaqran dapat
ditekan seminimal mungkin sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi
dan mampu menciptakan kompetisi pasar yang sehat. Pada umumnya untuk
mengevaluasi efisiensi pemasaran diperlukan indikator besaran margin
pemasaran, farmer’s share serta rasio keuntungan terhadap biaya. Besaran dari
setiap indikator tersebut harus dikaitkan kepada pelaksanaan fungsi-fungsi
pemasaran yang dapat meningkatkan atau menciptakan nilai tambah sehingga
kepuasan konsumen meningkat (Asmarantaka 2012).
Margin Pemasaran
Margin pemasaran dipakai untuk menganalisis efisiensi pemasaran baik
efisiensi teknis maupun efisiensi harga. Perbedaan margin pemasaran disetiap
lembaga pemasaran dapat disebabkan oleh perbedaan perlakuan atau penanganan
produk untuk menciptakan nilai tambah yang menimbulkan kepuasan konsumen
akhir.
Konsep margin pemasaran merupakan perbedaan harga di tingkat petani
produsen dengan harga di tingkat konsumen akhir atau di tingkat retail. Kegiatan
untuk memindahkan barang dari titik produsen ke konsumen membutuhkan
pengeluaran baik fisik maupun materi. Margin pemasaran terdiri dari dua
komponen yaitu biaya pemasaran (Marketing cost) dan keuntungan pemasaran.
Pengeluaran yang harus dilakukan untuk menyalurkan komoditi dari produsen ke
konsumen pada waktu, bentuk, dan tempat yang diminta disebut biaya pemasaran
(marketing cost).
Menganalisis margin tataniaga umumnya pada komoditi yang sama, pada
jumlah yang sama serta pada struktur pasar yang bersaing sempurna. Tetapi tidak
selalu harus dalam komoditi yang bersaing sempurna. Margin pemasaran sering
digunakan dalam analisis efisiensi pemasaran. Berdasarkan Gambar 1, dapat
dijelaskan bahwa besarnya nilai margin pemasaran merupakan hasil perkalian dari
perbedaan harga pada dua tingkat lembaga tataniaga (selisih antara harga eceran
dengan harga petani) dengan jumlah produk yang dipasarkan.

15

P

Sr
Sf

Pr

Pf

Dr
Df
Q
Qr, f

Gambar 1. Hubungan antara fungsi-fungsi pertama dan turunan terhadap margin
tataniaga dan nilai margin pemasaran.
Sumber : Hammond dan Dahl 1977 dalam Asmarantaka 2012
Keterangan :
Pr
Pf
(Pr-Pf)
Sr
Sf
Dr
Df
Qr, f

=
=
=
=
=
=
=
=