Pola Sebaran Fitoplankton sebagai Bioindikator Kondisi Lingkungan Perairan di Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai

(1)

POLA SEBARAN FITOPLANKTON SEBAGAI BIOINDIKATOR KONDISI LINGKUNGAN PERAIRAN DI PANTAI CERMIN

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

POPY APRILIA (090302036)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014


(2)

POLA SEBARAN FITOPLANKTON SEBAGAI BIOINDIKATOR KONDISI LINGKUNGAN PERAIRAN DI PANTAI CERMIN

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

SKRIPSI

POPY APRILIA (090302036)

Diajukan Sebagai Satu Dari Beberapa Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Pola Sebaran Fitoplankton sebagai Bioindikator Kondisi Lingkungan Perairan di Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai

Nama : Popy Aprilia

Nim : 090302036

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Rahmawaty, S.Hut, M.Si, Ph. D Zulham Apandy Harahap, S.Kel. M.Si Ketua Anggota

Mengetahui

Dr. Ir. Yunasfi, M.Si


(4)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

Pola Sebaran Fitoplankton sebagai Bioindikator Kondisi Lingkungan Perairan di Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.

adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Medan, Januari 2014

Popy Aprilia NIM. 090302036


(5)

ABSTRAK

POPY APRILIA. Pola Sebaran Fitoplankton sebagai Bioindikator Kondisi Lingkungan Perairan di Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. Dibimbing oleh RAHMAWATY dan ZULHAM APANDY HARAHAP.

Pantai Cermin merupakan daerah yang telah mengalami eksploitasi karena kawasan pantai cermin telah dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas, yaitu: pariwisata, pertambakan, pemukiman dan penangkapan ikan, akibat dari kegiatan tersebut akan mengganggu kehidupan organisme yang ada diperairan tersebut terutama fitoplankton. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola penyebaran fitoplankton dan kondisi lingkungan kualitas perairan Pantai Cermin Kabupaten serdang Bedagai. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Juli 2013 dengan metode” Purposive Random Sampling” pada dua stasiun dengan beberapa titik pengambiilan sampel yang mewakili tiap wilayah dengan menggunakan GPS untuk menentukan titik koordinat. Parameter fisikia dan kimia yang diukur berupa Suhu, Kecepatan Arus, Kecerahan, Salinitas, DO, pH, Nitrat, dan Fosfat.

Di Pantai Cermin terdapat 7 kelas fitoplankton yang terdiri atas 19 famili dan 19 genus. Kelimpahan fitoplankton tertinggi terdapat di stasiun 1 yaitu 1028.71 ind/l, Indeks keanekaragaman fitoplankton tergolong tidak stabil yaitu 0.880, Indeks dominansi tergolong rendah yaitu 0.28, dari hasil pengukuran faktor fisik kimia perairan masih mendukung kehidupan fitoplankton. Pola penyebaran pada masing-masing stasiun di dominansi genus Coscinodiscus dari kelas Bacillariophyceae.

Kata Kunci : Kondisi Lingkungan Perairan, Pola Sebaran Fitoplankton, Pantai Cermin.


(6)

ABSTRACT

POPY APRILIA. Distribution Pattern of Phytoplankton as a Bioindicator Environment Condition Coastal in Pantai Cermin, Regency of Serdang Bedagai. Under supervision of RAHMAWATY and ZULHAM APANDY HARAHAP.

Pantai Cermin is a coastal water area that had be exploited for any activities, such asthe tourism object, fish pond, residential and fishing. These activities disturbs the livingof organism in the coastal waster specially phytoplankton as its consequence. The objective of this research was to study the distribution pattern of phytoplankton and environment condition of coastal water of Pantai Cermin, Regency of Serdang Bedagai. This research was conducted on June until July 2013 by purposive random sampling method at two stations with multiple sampling points that representative each region by using GPS to determine the coordinate of the point. The physic and chemical parameters have be measured were temperature, current velocity, brightness, salinity, DO, pH, Nitrate and Phosphate.

The Pantai Cermin there are 7 classes of Phytoplankton consisting of 19 families and 19 genera. More of phytoplankton with the higher value found in station I for 1028.71 ind/l, diversity index of phytoplankton relatively unstable 0.880, domination index is lower 0.28 based on the measurement of physic – chemical factors that Sea water quality parameter of water area support the living of phytoplankton. The pattern of distribution in each stations was dominated by genus Coscinodiscus from the class of Bacillariophyceae.

Keywords : Distribution Pattern of Phytoplankton, Environment Condition Coastal, Pantai Cermin.


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Rantau Prapat pada tanggal 02 April 1991 dari ayahanda Rusli dan ibunda Hj. Nurhamidah. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Tahun 2003 penulis lulus dari SD Nurul Huda Medan, tahun 2006 penulis lulus dari SMP Negeri 1 Medan dan tahun 2009 penulis lulus dari SMA Kemala Bhayangkari 1 dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru Program Studi Baru (SPMPSB) pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian.

Penulis pernah mengikuti kegiatan Praktik Kerja Lapangan di PT. Pantai Samudera Indonesia Tapanuli Tengah selama periode Juli sampai dengan Agustus 2012.

Sebelum menyelesaikan pendidikan di Manajemen Sumberdaya Perairan, penulis melakukan penelitian berjudul Pola Sebaran Fitoplankton Sebagai Bioindikator Kondisi Lingkungan Kualitas Perairan di Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T. karena berkat rahmat dan petunjukNYA penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pola Sebaran Fitoplankton sebagai Bioindikator Kondisi Lingkungan Perairan di Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai” yang merupakan tugas akhir dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada kedua orang tua tercinta yaitu Ayahanda Rusli dan Ibunda Hj. Nurhamidah, yang penuh pengorbanan dalam membesarkan, curahan kasih sayang, serta doa yang tak henti kepada penulis selama mengikuti pendidikan hingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Serta penulis mengucapkan terima kasih kepada kakak Riry Wulandari atas doa, dukungan moril maupun material, dan motivasi yang senantiasa diberikan selama ini.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada. Ibu Rahmawaty, S.Hut, M.Si, Ph.D selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan. Bapak Zulham Apandy Harahap, S.Kel. M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang juga telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan. Bapak Dr. Ir. Yunasfi, M. Si selaku Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan yang telah memberikan dukungan dan ilmu yang berharga bagi penulis. Bapak Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, M.S selaku dekan Fakultas Pertanian. Seluruh Dosen dan staf Fakultas Pertanian


(9)

khususnya Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Kepala Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai yang telah memberi izin penelitian, seluruh teman MSP 2009 yang selalu memberikan dukungan dan bantuannya, dan teman-teman seperjuangan yang setia baik suka maupun duka Nina Safriyanti, Nanda Mutia Hardianti, Rina Sari Lubis, S.Pi., Rika Wirani , Dewi Roma Widya, Deliana Dongoran, Shara Dina, Aznia Marlina Sima, Fitria Ismy, Hafis Fahrezi, Ghanang Dhika Aria, Arief Baizuri Majid, Fathul Khoiri, Yudha Pradana Putra dan Dedi Perdana.

Terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang Manajemen Sumberdaya Perairan.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... ... iv

DAFTAR ISI ... ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Kerangka Pemikiran ... 3

Perumusan Masalah ... 4

Tujuan Penelitian ... 5

Manfaat Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Laut dan Pesisir ... 6

Pencemar Pesisir ... 7

Definisi Plankton ... 8

Fitoplankton ... 10

Fitoplankton Sebagai Bioindikator ... 13

METODE PENELEITIAN Waktu dan Tempat ... 16

Deskripsi Area ... 16

Alat dan Bahan ... 19

Prosedur Penelitian ... 19

Pengambilan Contoh Sampel dan Identifikasi Fitoplankton ... 21

Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia Perairan ... 21

Analisis Data... ... 21

Kelimpahan ... 21

Kelimpahan Relatif ... 22


(11)

Metode Pembuatan Peta Penyebaran Fitoplankton ... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Identifikasi Fitoplankton ... 25

Pengukuran Parameter Kualitas Air ... 30

Pola Penyebaran Fitoplankton Coscinodiscus ... 31

Pembahasan Fitoplankton ... 35

Parameter Kualitas Perairan ... 37

Pemetaan Pola Penyebaran Fitoplankton yang mendominansi. ... 40

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 44

Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 46


(12)

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

1. Fitoplankton yang Ditemukan pada Setiap Stasiun Penelitian ... 26 2. Nilai Kelimpahan (ind/l) dan Kelimpahan Relatif (%)

Fitoplankton pada Masing-Masing Stasiun Penelitian ... 27 3. Nilai Indeks Keanekragaman (H’) dan Dominansi (D)

Fitoplankton pada Masing-Masing Stasiun Penelitian ... 30 4. Hasil Pengukuran Parameter Kualitas Perairan pada

Masing-Masing Stasiun Penelitian ... 32 5. Perbandingan Jumlah Kelimpahan Fitoplankton Coscinodisdus ... 43


(13)

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 4

2. Lokasi Stasiun 1 ... 16

3. Lokasi Stasiun 2 ... 17

4. Peta Lokasi Penelitian ... 18

5. Prosedur Penelitian ... 20

6. Perbandingan Kelimpahan Genus Fitoplankton Stasiun Satu (1) ………. ... 29

7. Perbandingan Kelimpahan Genus Fitoplankton Stasiun Dua (2) ... 29

8. Perbandingan Kelimpahan Fitoplankton Pada Masing-masing Stasiun Penelitian ... 30

9. Perbandingan Indeks Keanekaragaman Fitoplankton pada Masing-Masing Staiun Penelitian ... 31

10. Perbandingan Indeks Dominansi Fitoplankton pada Masing-Masing Stasiun Penelitian ... 31

11. Peta Penyebaran Fitoplankton Stasiun 1 ... 34 12. Peta Penyebaran Fitoplankton Stasiun 2 ...


(14)

ABSTRAK

POPY APRILIA. Pola Sebaran Fitoplankton sebagai Bioindikator Kondisi Lingkungan Perairan di Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. Dibimbing oleh RAHMAWATY dan ZULHAM APANDY HARAHAP.

Pantai Cermin merupakan daerah yang telah mengalami eksploitasi karena kawasan pantai cermin telah dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas, yaitu: pariwisata, pertambakan, pemukiman dan penangkapan ikan, akibat dari kegiatan tersebut akan mengganggu kehidupan organisme yang ada diperairan tersebut terutama fitoplankton. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola penyebaran fitoplankton dan kondisi lingkungan kualitas perairan Pantai Cermin Kabupaten serdang Bedagai. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Juli 2013 dengan metode” Purposive Random Sampling” pada dua stasiun dengan beberapa titik pengambiilan sampel yang mewakili tiap wilayah dengan menggunakan GPS untuk menentukan titik koordinat. Parameter fisikia dan kimia yang diukur berupa Suhu, Kecepatan Arus, Kecerahan, Salinitas, DO, pH, Nitrat, dan Fosfat.

Di Pantai Cermin terdapat 7 kelas fitoplankton yang terdiri atas 19 famili dan 19 genus. Kelimpahan fitoplankton tertinggi terdapat di stasiun 1 yaitu 1028.71 ind/l, Indeks keanekaragaman fitoplankton tergolong tidak stabil yaitu 0.880, Indeks dominansi tergolong rendah yaitu 0.28, dari hasil pengukuran faktor fisik kimia perairan masih mendukung kehidupan fitoplankton. Pola penyebaran pada masing-masing stasiun di dominansi genus Coscinodiscus dari kelas Bacillariophyceae.

Kata Kunci : Kondisi Lingkungan Perairan, Pola Sebaran Fitoplankton, Pantai Cermin.


(15)

ABSTRACT

POPY APRILIA. Distribution Pattern of Phytoplankton as a Bioindicator Environment Condition Coastal in Pantai Cermin, Regency of Serdang Bedagai. Under supervision of RAHMAWATY and ZULHAM APANDY HARAHAP.

Pantai Cermin is a coastal water area that had be exploited for any activities, such asthe tourism object, fish pond, residential and fishing. These activities disturbs the livingof organism in the coastal waster specially phytoplankton as its consequence. The objective of this research was to study the distribution pattern of phytoplankton and environment condition of coastal water of Pantai Cermin, Regency of Serdang Bedagai. This research was conducted on June until July 2013 by purposive random sampling method at two stations with multiple sampling points that representative each region by using GPS to determine the coordinate of the point. The physic and chemical parameters have be measured were temperature, current velocity, brightness, salinity, DO, pH, Nitrate and Phosphate.

The Pantai Cermin there are 7 classes of Phytoplankton consisting of 19 families and 19 genera. More of phytoplankton with the higher value found in station I for 1028.71 ind/l, diversity index of phytoplankton relatively unstable 0.880, domination index is lower 0.28 based on the measurement of physic – chemical factors that Sea water quality parameter of water area support the living of phytoplankton. The pattern of distribution in each stations was dominated by genus Coscinodiscus from the class of Bacillariophyceae.

Keywords : Distribution Pattern of Phytoplankton, Environment Condition Coastal, Pantai Cermin.


(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kabupaten Serdang Bedagaimerupakan satu dari beberapa Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur SumateraUtara. Secara geografis Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 2°57” Lintang Utara, 3°16” Lintang Selatan, 98°33” Bujur Timur, 99°27” Bujur Timur dengan ketinggian berkisar 0 – 500 meter di atas permukaan laut. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki area seluas 1.900,22 Km²yang terdiri atas 17 Kecamatan dan 243 Desa/Kelurahan Definitif. Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai di sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah selatan dengan Kabupaten Simalungun, sebelah timur dengan Kabupaten Batu Bara dan Kabupaten Simalungun, serta sebelah barat dengan Kabupaten Deli Serdang (BPS, 2008).

Pantai Timur Sumatera Utara memiliki garis pantai sepanjang 545 km. Daerah pantai di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara didominasi oleh pantai berpasir, baik pasir kwarsa maupun feldspar serta sisa-sisa pecahan terumbu karang. Keadaan fisik pantai berpasir sangat dipengaruhi oleh gerakan ombak, khususnya dalam pembentukan ukuran partikel.Luas kawasan Pesisir Timur Sumatera Utara adalah 43.133, 44 km².kawasan ini cukup subur, suhu udara tinggi, kelembapan udara tinggi dan curah hujan relatif tinggi, topografi pantai umumnya landai dengan laut yang dangkal (KEPGUB, 2004).

Satu dari beberapa jenis pantai berpasir di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara adalah Pantai Cermin. Daerah pesisir Pantai Cermin merupakan daerah yang telah mengalami eksploitasi karena kawasan Pantai Cermin telah


(17)

dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas, yaitu: 1) pariwisata pantai ; 2) pertambakan; 3) pemukiman; 4) penangkapan ikan dan kerang. Adanya aktivitas tersebut memberikan dampak negatif berupa pencemaran pantai pesisir (Sitorus, 2008).

Degradasi air dapat terjadi akibat adanya perubahan parameter kualitas air.Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh adanya aktivitas pembuangan limbah, baik limbah pabrik/industri, pertanian, maupun limbah dosmetik dari suatu pemukiman penduduk ke dalam badan air suatu perairan.Perairan merupakan satu kesatuan (perpaduan) antara komponen-komponen fisika, kimia, dan biologi dalam suatu media air pada wilayah tertentu. Ketiga komponen tersebut saling berinteraksi, jika terjadi perubahan pada salah satu komponen maka akan berpengaruh terhadap komponen yang lainnya (Rudiyanti, 2008).

Pengukuran parameter biologi dapat dilihat dengan adanya keberadaan komunitas plankton, terutama fitoplankton yang dihubungkan dengan kondisi fisika dan kimia perairan sehingga dapat diketahui kondisi kualitas perairan (Wijaya dan Hariyati, 2009). Kualitas perairan pantai akan mempengaruhi kondisi kehidupan tidak hanya di ekosistem pantai tersebut, tapi juga akan mempengaruhi kehidupan yang ada di lautan. Untuk itulah sangat penting mengetahui status pencemaran pantai.Jenis limbah yang masuk seperti limbah organik, dan anorganik (sampah) inilah yang menyebabkan penurunan kualitas lingkungan perairan (Wijayanti, 2007).

Fitoplankton dapat dijadikan sebagai bioindikator adanya perubahan kualitas lingkungan perairan yang disebabkan ketidakseimbangan suatu ekosistem akibat beban pencemaran.Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan keanekaragaman,


(18)

komposisi dan keberadaan jenis fitoplankton yang mendominasi diperairan tersebut.keberadaan fitoplankton sangat mempengaruhi kehidupan di perairan karena memegang peranan penting sebagai produsen primer bagi berbagai organisme laut. Hal ini dikarenakan fitoplankton memiliki klorofil yang berperan dalam fotosintesis yang menghasilkan bahan organik dan oksigen terlarut yang digunakan sebagai dasar mata rantai pada siklus makanan di laut (Pramitha, 2010).

Kerangka Pemikiran

Laut banyak memberikan manfaat bagi kehidupan manusia diantaranya sebagai sumber bahan makanan dan mineral.Di tepi laut terdapat ekosistem pantai yang merupakan tatanan sebuah kesatuan lingkungan pantai secara utuh dengan segenap unsur lingkungan hidup yang mempengaruhinya, ekosistem pantai memiliki arti penting sebagai tempat berkembang biaknya berbagai jenis biota laut, dan untuk pusat pengembangan industri pariwisata.

Pantai cermin merupakan daerah yang telah mengalami eksploitasi karena telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk melakukan berbagai aktivitas yang berlangsung disekitar pantai seperti aktivitas industri, pembenihan udang, penangkapan ikan dan pariwisata. Dengan adanya aktivitas yang berlangsung disekitar pantai akan mengakibatkan masalah terutama dalam pembuangan limbah ke perairan tersebut, sehingga dapat merubah nilai-nilai dari faktor fisika kimia yang berdampak pada penurunan kualitas perairan. Hal iniakan mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan dalam ekosistem perairan maka secara langsung kehidupan biota yang ada didalamnya akan terganggu pula, terutama berpengaruh terhadap perkembangan dan kelangsungan hidup fitoplankton. Dimana fitoplankton memiliki klorofil yang berperan dalam fotosintesis yang


(19)

menghasilkan bahan organik dan oksigen terlarut yang digunakan sebagai dasar mata rantai pada siklus makanan di laut, untuk itu perlu dilakukan beberapa kajian seperti menganalisis kualitas perairan dan penggunaan fitoplankton sebagai bioindikator dalam menentukan kondisi lingkungan perairan tersebut. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Perumusan Masalah

Berbagai aktivitas yang berlangsung disekitar Pantai Cermin di Kabupaten Serdang Bedagai terutama dalam masalah pembuangan limbah ke perairan tersebut, dapat merubah nilai-nilai dari faktor fisika kimia yang berdampak pada penurunan kualitas perairan, dan akan berpengaruh terhadap perkembangan dan kelangsungan hidup fitoplankton dimana fitoplankton merupakan sumber makanan bagi organisme yang ada diperairan. Oleh sebab itu perlu diketahui pola penyebaran fitoplankton di perairan Pantai Cermin, dengan perumusan masalah sebagai berikut:

Perairan Pantai Cermin

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Parameter fisika

Aktivitas di perairan Industri Pembenihan

udang

Pariwisata

Kondisi lingkungan perairan

Parameter kimia Parameter biologi


(20)

1. Bagaimana kondisi lingkunganperairandi Pantai Cermin?

2. Bagaimana penyebaran struktur komunitas fitoplankton dimasing-masing stasiun?

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis kondisi lingkunganperairan di Pantai Cermin.

2. Memetakan penyebaran struktur komunitas fitoplankton di masing-masing stasiun yang sudah ditentukan.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan informasi kepada penduduk disekitar lingkungan perairan Pantai Cermin untuk mengurangi pembungan limbah agar parameter fisika, kimia, dan biologi tetap stabil.

2. Sebagai data dasar struktur komunitas fitoplankton untuk mengetahui kondisi lingkungan kualitas perairan di Pantai Cermin.


(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Ekosistem Laut dan Pesisir

Setiap sumber daya laut tersusun sebagai suatu ekosistem dengan karakter tertentu.Interaksi antar ekosistem ini membentuk suatu keseimbangan lingkungan laut.Ekosistem laut beraksi relatif lebih sensitif dan selalu berupaya mencari keseimbangan baru terhadap adanya perubahan.Hal ini mengakibatkan adanya keseimbangan baru suatu ekosistem di laut dapat berdampak pada kawasan yang luas atau bahkan global (Mukhtasor, 2007).

Ekosistem pesisir merupakan ekosistem yang dinamis dan mempunyai kekayaan habitat yang beragam di darat maupun di laut serta saling berinteraksi antara habitat tersebut.selain mempunyai potensi yang benar, wilayah pesisir juga merupakan ekosistem yang paling mudah terkena dampak kegiatan manusia. Pada kawasan pesisir terdapat zona pantai yang merupakan daerah terkecil dari semua daerah yang terdapat di samudera dunia, berupa pinggiran yang sempit, wilayah ini disebut Zona Intertidal.Kawasan pesisir pantai merupakan sebuah habitat peralihan antara daratan dan peralihan laut maupun sungai (Sitorus, 2008).

Menurut Nybakken (1998) di lihat dari struktur tanah dan bahan penyusunnya pantai intertidal dapat dibedakan atas 3 jenis, yaitu:

a. Pantai Berbatu

Daerah ini tersusun dari bahan keras dan merupakan dasar paling padat mikroorganismenya dan mempunyai keanekaragaman besar, baik spesies hewan maupun spesies tumbuhan.Hamparan tumbuhan vertikal pada zona intertidal berbatu amat beragam, tergantung pada kemiringan permukaan


(22)

berbatu, kisaran pasang surut, dan keternukaanya terhadap gerakan ombak.Faktor biologis yang utama adalah persaingan, pemangsa dan grazing (herbivore).

b. Pantai Berpasir

Pantai pasir umum terdapat di seluruh dunia, kerena pantai pasir ini merupakan tempat yang dipilih untuk melakukan berbagai aktivitas rekreasi.Pantai pasir kelihatan tidak dihuni oleh kehidupan makroskopik, organisme tidak tampak karena faktor lingkungan yang beraksi di pantai mengakibatkan organisme menguburkan dirinya dalam substrat.

Pantai Berlumpur

Pantai berlumpur tidak dapat berkembang dengan hadirnya gerakan gelombang.Karena ini, pantai berlumpur hanya terbatas pada daerah intertidal yang benar-benar terlindung dari aktivitas gelombang laut terbuka. Kelompok makro fauna yang dominan di daerah pantai berlumpur ini sama dengan di pantai pasir yaitu berbagai cacing polikaet, Moluska, Bilvavia, dan Krustacea.

Pencemaran Pesisir

Pesisir dan laut dikenal sebagai kawasan yang mengandung kekayaan alam potensial untuk memenuhi kebutuhan manusia.Pemenuhan kebutuhan tersebut diantaranya dari sisi sumber daya perikanan, sumber daya mineral dan tambang, sumber daya bahan obat-obatan, sumber daya energi alternatif dari arus dan gelombang, serta sumber daya alami untuk media transportasi, pertahanan, keamanan, dan pariwisata.Kebutuhan penduduk dunia yang meningkat disertai


(23)

perkembangan teknologi mutakhir memungkinkan manusia memanfaatkan laut dalam skala yang lebih besar dan intesitas yang lebih tinggi (Mukhtasor, 2007).

Perairan pesisir selama ini menjadi tempat pembuangan limbah dari berbagai kegiatan manusia baik yang berasal dari dalam wilayah pesisir maupun di luarnya (lahan atas dan laut lepas).Pencemaran laut didefinisikan sebagai “dampak negatif’ (pengaruh) yang membahayakan terhadap kehidupan biota, sumber daya, dan kekayaan ekosistem laut serta kesehatan manusia(Sitorus, 2008). Eisberth (1990) diacu oleh Sitorus (2008) mengelompokkan 4 kategori limbah yang dapat mencemari wilayah pesisir, yaitu:

1. Pencemaran limbah industri (industry pollution) seperti industri pulp, kertas, pengolah makanan dan industri kimia.

2. Pencemaran sampah atau domestik (sewage pollution) yang umumnya mengandung bahan organik.

3. Pencemaran karena sedimentasi (sedimentasi pollution) akibat adanya erosi di daerah hulu sungai.

4. Pencemaran oleh aktivitas pertanian (agriculture pollution) yaitu dengan adanya penggunaan pestisida.

Definisi Plankton

Istilah plankton pertama kali digunakan oleh Victor Hensen pada tahun 1887, berasal dari bahasa Yunani yang artinya mengembara. Plankton adalah organisme renik yang melayang-layang dalam air atau mempunyai kemampuan renang yang sangat lemah, pergerakannya selaludipengaruhi oleh gerakan masa air (Barus, 2004).


(24)

Plankton dapat tergolong dalam dua jenis yaitu tumbuhan (fitoplankton) atau hewan (zooplankton) kecil yang mengapung atau berenang secara perlahan di laut dan pergerakan sangat tergantung arus.Pada umumnya plankton tergolong mikroskopik (berukuran mikro, seperti organisme bersel satu yang melayang bebas di laut (Mukhtasor, 2007).

Berdasarkan ukurannya plankton di bagi atas: 1) ultra nanoplankton yang ukurannya < 2 µm; 2) nanoplakton yang ukurannya berkisar antara 2-20 µm; 3) mikroplankton berukuran 2-200 µm; 4) mesoplankton berukuran 200-2000 µm; dan 5) mega plankton yang ukurannya diatas 2000 µm (Suin, 2002).

Berdasarkan siklus hidupnya dikenal holoplankton, yaitu plankton yang seluruh siklus hidupnya bersifat planktonik dan meroplankton, yaitu plankton yang hanya sebagian dari siklus hidupnya yang bersifat planktonik. Sebenarnya plankton juga mempunyai alat gerak (misalnya flagelata dan ciliate) sehingga secara terbatas plankton akan melakukan gerakan-gerakan, tetapi gerakan tersebut tidak cukup untuk mengimbangi gerakan disekelilingnya, sehingga dikatakan bahwa gerakan plankton sangat dipengaruhi oleh gerakan air. Berdasarkan habitat hidupnya, dibedakan antara haliplankton, yaitu plankton yang hidup di habitat laut limnoplankton, yaitu plankton yang hidup di habitat air tawar (Barus, 2004).

Banyak jenis hewan yang menghabiskan sebagian dari daur hidupnya sebagai plankton, khusunya pada tingkat larva atau juwana.Plankton kelompok ini disebut meroplankton atau plankton sementara, karena setelah juwana atau dewasa mereka menetap di dasar laut sebagai bentos atau berenang bebas sebagai nekton.Beberapa contoh meroplankton yaitu larva dari cacing Polychaeta, yakni cacing laut berbulu yang banyak terdapat di lingkungan pantai.Larva


(25)

cacing-cacing tersebut sering dijumpai dalam contoh plankton hewan yang dikumpulkan dari perairan pantai (Romimohtarto dan Juwana, 2009).

Fitoplankton

Fitoplankton merupakan kelompok yang memegang peranan sangat penting dalam ekosistem air, karena kelompok ini dengan adanya kandungan klorofil mampu melakukan fotosintesis. Proses fotosintesis pada ekosistem air yang dilakukan oleh fitoplankton (produsen), merupakan sumber nutrisi utama bagi kelompok organisme air lainnya yang berperan sebagai konsumen, dimulai dengan zooplankton dan diikuti oleh kelompok organisme air lainnya yang membentuk rantai makanan. Dalam ekosistem air hasil dari fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton bersama dengan tumbuhan air lainnya disebut sebagai produktivitas primer (Barus, 2004).

Fitoplankton merupakan nama umum untuk plankton tumbuhan atau plankton nabati yang terdiri dari beberapa kelas. Beberapa kelas dari fitoplankton yang sering dijumpai dalam lingkungan perairan adalah dari kelas diatom (kelas Bacillariophyceae), Dinoflagellata (kelas Dinophyceae) dan ganggang hijau (kelasChlorophyceae) (Asmara, 2005).

Diatom merupakan produsen primer yang terbanyak.Mereka terdapat di semua bagian lautan, tetapi teramat melimpah di daerah permukaan massa air (upwelling) dan di lintang tinggi, di mana terdapat air dingin yang penuh zat hara. Biota bersel satu ini umumnya dinamakan alga coklat emas karena warnanya.Diatom mempunyai ukuran yang sangat beranekaragam, dari beberapa micron sampai beberapa millimeter (Romimohtarto dan Juwana, 2009).


(26)

Salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi kepadatan fitoplankton di suatu perairan lotik adalah kecepatan arus air. Secara umum kepadatan fitoplankton akan berkurang drastis pada kecepatan arus yang lebih besar dari 1 m/detik , meskipun terdapat beberapa perkecualian seperti yang ditemukan oleh, bahwa pada kecepatan arus rata-rata 0,95 m/detik masih ditemukan fitoplankton sejumlah 27.000 individu/ml. apabila kecepatan arus meningkat sampai lebih 2,1 m/detik, akan menyebabkan penurunan jumlah populasi yang sangat drastis. Meskipun demikian pada kecepatan sekitar 2 m/detik masih bisa diharapkan untuk memperoleh populasi fitoplankton sebanyak kurang lebih 3.000 individu/ml (Barus, 2004)

Fitoplankton yang merupakan awal dari rantai makanan, mempunyai kemampuan meningkatkan konsentrasi logam berat yang mencemari air laut di dalam selnya).Fitoplankton dikomsumsi zooplankton, zooplankton dikonsumsi oleh ikan-ikan kecil, dan selanjutnya ikan-ikan kecil dimangsa oleh ikan-ikan besar dan seterusnya dalam rantai makanan. Hal ini akan menyebabkan pemangsa yang berukuran besar mengakumulasi logam berat dalam jumlah lebih tinggi di dalam tubuhnya. Limbah yang banyak mengandung bahan organik yang masuk ke lingkungan laut, mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton.Bila terlalu banyak zat hara tersedia, maka dapat terjadi ledakan populasi fitoplankton dan air laut seakan-akan berwarna merah sehingga disebut juga dengan red tide.Kondisi ini dapat menyebabkan kematian ikan dan biota laut lainnya. Pencemaran yang terjadi dan menyebabkan ‘perubahan’ pada plankton, maka lambat laun juga akan mempengaruhi kehidupan organisme lain secara keseluruhan, Karena plankton


(27)

fitoplankton khususnya merupakan awal dari rantai makanan yang terjadi di kehidupan laut (Mukhtasor, 2007).

Fitoplankton tertentu mempunyai peran menurunkan kualitas perairan laut apabila jumlahnya berlebih (blooming).Tingginya populasi fitoplankton beracun di dalam suatu perairan dapat menyebabkan berbagai akibat negatif bagi ekosistem perairan, seperti berkurangnya oksigen di dalam air yang dapat menyebabkan kematian berbagai makhluk air lainnya. Hal ini diperparah dengan fakta bahwa beberapa jenis fitoplankton yang potensial blooming adalah yang bersifat toksik, seperti dari beberapa kelompok Dinoflagellata, yaitu Alexandrium spp., Gymnodinium spp., dan Dinophysis spp. Dari kelompok Diatom tercatat jenis Pseudonitszchia spp termasuk fitoplankton toksik.Harmful Algae Blooms (HABs) adalah suatu fenomena blooming fitoplankton toksik di suatu perairan yang dapat menyebabkan kematian biota lain. Toksin yang dihasilkan HABs dapat mengkontaminasi manusia melalui perantara kerang dan ikan (Aunurohim, dkk., 2008).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Aunurohim, dkk (2008), Hasil menunjukkan terdapat 11 spesies fitoplankton penyebab HABs di perairan Sidoarjo , Nitzschia sp., Chaetoceros sp.,Chaetoceros diversus, Chaetoceros pseudocarvisetum dari kelas Bacillariophyceae, Ceratium spp., Prorocentrum sp., Dinophysis homunculus dari kelas Dinoflagellata dan Anabaena sp., dari kelas Cyanophyceae. Spesies yang ditemukan di seluruh titik pengambilan sampel yaitu Nitzschia sp., Ceratium spp., Chaetoceros sp.,Chaetoceros diversus, dan Chaetoceros pseudocarvisetum,Nitzschia sp., merupakan spesies yang


(28)

mempunyai kepadatan rata-rata tertinggi yaitu sebesar 497 ind/L dankepadatan tertinggi kedua pada Chaetoceros sp., yaitu 371 ind/L.

Keberadaan fitoplankton dalam suatu perairan sangat penting karena :

1. Fitoplankton merupakan organisme autotrof (produsen primer) dan penghasil oksigen dalam perairan.

2. Fitoplankton merupakan makanan alami zooplankton dan beberapa jenis ikan kecil maupun dewasa.

3. Fitoplankton yang mati akan tenggelam ke dasar perairan dan akan diuraikan oleh bakteri menjadi bahan organik (Asmara, 2005).

Fitoplankton Sebagai Bioindikator

Kualitas suatu perairan dapat ditentukan berdasarkan fluktuasi populasi fitoplankton yang akan mempengaruhi tingkatan trofik perairan tersebut. fluktuasi dari populasi fitoplankton sendiri dipengaruhi terutama oleh perubahan berbagai faktor lingkungan. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi populasi fitoplankton adalah ketersediaan nutrisi di suatu perairan. Unsur nutrisi berupa nitrogen dan fosfor yang terakumulasi dalam suatu perairan akan menyebabkan terjadinya ledakan populasi fitoplankton dan proses ini akan menyebabkan terjadinya eutrofikasi dapat menurunkan kualitas perairan (Barus, 2004).

Fitoplankton merupakan salah satu indikator biologis yang terdapat di ekosistem perairan.Fitoplankton digunakan sebagai indikator biologis karena siklus hidup mereka yeng pendek, respon yang sangat cepat terhadap perubahan lingkungan dan komposisi jenis serta keberadaan meraka dapat digunakan untuk mengindikasi kualitas air.Penggunaan fitoplankton sebagai indikator kualitas lingkungan perairan dapat dengan mengetahui keragaman dan keseragaman


(29)

jenisnya.Keseragaman jenis disebut juga keheterogenan jenis.Suatu komunitas dikatakan mempunyai keseragaman jenis tinggi, jika kelimpahan masing-masing jenis tinggi, sebaliknya keragaman jenis rendah jika hanya terdapat beberapa jenis yang melimpah(Nugroho, 2006).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Asmara (2005), nilai indeks keanekaragaman fitoplankton yang didapat di Pulau Pramukan dan Pulau Panggang secara umum menunjukkankeanekaragaman yang rendah, komunitas yang tidak stabil dan penyebaran individu tiap jenis yang rendah dengan kisaran nilai 0.11-2.58. Nilai keseragaman menunjukkan bahwa keseragaman jumlah individu yang relatif sama dengan kisaran nilai 0.26-0.96, sedangkan nilai indeks dominansi yang didapat menunjukkan bahwa hampir tidak terjadi dominasi dalam komunitas dengankisaran nilai 0.08-0.74. Secara umum kualitas perairan masih layak untuk kehidupan biota perairan, secara linier plankton menunjukkan korelasi yang kurang erat terhadap beberapa parameter fisika-kimia perairan (Nitrat, nitrit, ammonia, ortofosfat, kekeruhan dan suhu).

Kondisi lingkungan yang merupakan faktor penentu keberadaan fitoplankton adalah suhu, salinitas, kecerahan , pH, oksigen terlarut, DO, dan konsentrasi unsur hara serta berbagai senyawa lainnya. Produktivitas fitoplankton dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan ataupun sebaliknya, kelimpahan fitoplankton yang tinggi dapat mempengaruhi perubahan lingkungan seperti suhu, pH, warna air, rasa, bau, dan lain sebagainya.(Nybakken, 1998).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rahmawati (2002), hasil pengamatan parameter fisika-kimia di Kuala Tungkal-Jambi dan Pulau Batam-Riau menunjukkan bahwa nilai suhu berkisar antara 30,2-31,4°C, kekeruhan


(30)

berkisar antara 0,4-16,5 NTU, padatan tersupsensi berkisar antara 12-72 mg/l, salinitas berkisar antara 20,7-31‰, pH berkisar antara 6,9-8.1, oksigen terlarut berkisar antara 5,8-7,6 mg/l, nitrit berkisar antara 0,001-0,007 mg/l, amonia total berkisar antara 0,136-0,587 mg/l, dan ortofosfat berkisar antara 0.015-0,055 mg/l. secara umum nilai parameter fisika-kimia di lokasi pengamatan masih berada dalam kisaran yang baik untuk kehidupan plankton.


(31)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di perairan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai pada awalbulan Juni 2013. Sedangkan pengukuran sampel parameter kualitas air dilakukan di Pusat Penelitian Sumberdaya Air dan Lingkungan (Puslit SDAL)dan identifikasi fitoplankton dilakukan di Laboratorium Terpadu, Departemen Manajemen Sumberdaya perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dari pertengahan bulan Juni sampai Juli 2013.Peta Lokasi Penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.

Deskripsi Area a. Stasiun 1

Stasiun ini terletak di Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai, secara geografis terletak pada 3° 37’ 42. 5” N 99° 1’ 34. 2” E. Daerah ini dijumpai aktivitaspembenihan udang, jarak antarapembenihan udang ke bibir pantai sekitar10 m. Lokasi Penelitian Stasiun 1 dapat dilihat pada Gambar 2.


(32)

b. Stasiun 2

Stasiun ini terletak di Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai, secara geografis terletak pada 3° 36’ 46.4” N 99° 4’ 29.7” E. Merupakan daerah tanpa aktivitas.Lokasi penelitian stasiun 2 dapat dilihat pada Gambar 3.


(33)

(34)

Alat dan Bahan

Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian di Pantai Cermin adalah termometer, pH meter, jaring plankton (plankton net) No.25, keping secchi, botol plastik, refraktormeter, spektrofotometri, mikroskop cahaya, cool box, object glass,Sedgewick Rafter Counter(SRC)dengan ukuran panjang 5cm, lebar 2cm, dan tinggi 1mm (memiliki volume 1000 m3), Global Positioning System (GPS), stopwatch, kamera, perangkat keras (hardware) yaitu Personal Computer (PC), perangkat lunak (software) yaitu ArcView GIS 3.3, pipet tetes, ember plastik 5 litter, jarum suntik, lakban, kertas label, cutter, botol film, alat tulis, dan buku identifikasi fitoplankton Edmondson (1963) dan Sachlan (1981).Sedangkan bahan yang digunakan yaitu lugol dan es batu.

Prosedur Penelitian

Metode penelitian ini dilakukan dengan cara penentuan lokasi sampling untuk pengambilan sampel fitoplankton secara“Purposive Random Sampling”. Terdapat duastasiun dengan beberapa titik pengambilan sampel yang mewakili tiap wilayah, dan menggunakan GPS untuk menentukantitik koordinatnya. Pengambilan fitoplankton disetiap titik koordinat dengan menggunakan plankton net pada masing-masing stasiun, kemudian setiap sampel yang diperoleh diawetkan dengan meneteskan lugol sebanyak 3 tetes. Identifikasi jenis fitoplankton dengan bantuan mikroskop dan berpedoman pada buku identifikasi.Kelimpahan, keanekaragaman dan dominansi fitoplankton dihitung dengan menggunakan rumus. Pengukuran parameter fisika dilakukan secara langsung (insitu) pada masing-masing stasiun dan pengamatan parameter kimia DO dilakukan langsung (insitu), untuk pengukuran parameter kimia seperti fosfat


(35)

dan nitrat pengambilan sampel air secara (insitu) kemudian dimasukkan ke dalam botol sampel dari masing-masing stasiun kemudian dimasukkan ke dalamcool boxyang diisi dengan es batu dan akan dianalisis secara (ex situ) di Laboratorium Kimia Pusat Penelitian Sumberdaya alam dan Lingkungan Universitas Sumatera Utara Medan .

Analisis yang digunakan untuk mengetahui peyebaran fitoplankton dari masing-masing stasiun, dengan menggunakan perangkat lunak ArcView GIS 3.3 membuat pemetaanpenyebaran struktur komunitas fitoplankton yang di dapat pada masing-masing stasiun. Uraian prosedur penelitian diatas dapat dilihat pada Gambar 5.

Pantai Cermin Stasiun I

Pembenihan udang

Stasiun II Tanpa aktivitas

Faktor Fisika yaitu: Temperatur (suhu), Kecerahan,

Arus, salinitas

Faktor Biologi yaitu: kelimpahan, kelimpahan relatif, keanekaragaman, dan dominansi fitoplankton

Pola Penyebaran Fitoplankton

Gambar 5. Prosedur Penelitian Faktor Kimia

yaitu: DO, BOD, pH, fosfat, Nitrat


(36)

Pengambilan contoh Sampel dan Identifikasi Fitoplankton

Pengambilan sampel fitoplankton dilakukan secara insitu atau langsung ditempat penelitian.Prosedur pengambilan sampel fitoplankton yakni sampel air dari permukaan dan berlawanan dengan arus diambil dengan ember kapasitas 5 liter sebanyak 25 liter, kemudian dituang kedalam plankton net. Sampel plankton yang terjaring akan terkumpul dalam bucket yang selanjutnya dituang kedalam botol film dan diawetkan dengan menggunakan lugolsebanyak 3 tetes dan diberi label.

Identifikasi sampel dengan cara sampel diambil 1 ml menggunakan pipet tetes lalu dituang dan diamati menggunakan SRCberupa gelas preparat yang berbentuk empat persegi panjang dan terdapat lekukan dengan panjang 50 mm, lebar 20 mm, dan tinggi 1 mm kemudian ditutup dengan object glass Pengamatan dilakukan dengan tiga kali ulangan dan diidentifikasi dengan menggunakan buku identifikasi Edmondson (1963) dan Sachlan (1981).

Pengukuran Faktor Fisika dan Kimia Perairan

Secara keseluruhan pengukuran faktor fisika meliputi suhu (°C), kecerahan (Cm), kecepatan arus (m/det), faktor kimia meliputi pH, DO (Mg/l), salinitas (‰), nitrat (Mg/l),fosfat (Mg/l), dan faktor biologi dengan identifikasi fitoplankton (sel/m3). Lampiran foto kegiatan pengukuran parameter kualitas perairan dapat dilihat pada Lampiran 1.

Analisis Data Kelimpahan

Penentuan kelimpahan plankton dihitung dengan menggunakan rumus Sachlan dan Effendi(1972) diacu olehDianthani (2003), sebagai berikut :


(37)

�= �+ �� ��+

1 ��

Keterangan :

N = Jumlah ind per litter

n = Jumlah sel yang diamati(pada Sedgwick Rafter) Vr = Volume air tersaring dalam bucket plankton (ml)

Vo = Volume air yang diamati (pada Sedgwick Rafter) (ml) Vs = Volume air yang disaring (l)

Kelimpahan Relatif

Menurut Barus (2004), perhitungan kelimpahan relatif dihitung dengan menggunakan rumus, sebagai berikut:

��= �����������

������ × 100%

Suatu habitat dikatakan cocok dan sesuai bagi perkembangan suatu organisme, apabila nilai KR > 10%.

Indeks Keanekaragaman

Indeks ini digunakan untuk mengetahui keankeragaman jenis biota perairan.Persamaan yang digunakan untuk menghitung indeks ini adalah persamaan Shannon-Wiener (Ludwig dan Reynolds, 1988), dengan rumus sebagai berikut:

H′ = � ������

� �=1 Keterangan :

H’ = indeks keanekaragaman Shannon-Wiener Pi = ni/N


(38)

ni = jumlah individu jenis ke-i N = jumlah total individu S = jumlah genus

Kriteria:

Adapun kriteria indeks keanekaragaman Menurut Nugroho (2006) adalah: H’<1 = Stabilitas komunitas biota tidak stabil

1<H’<3 = Stabilitas komunitas biota sedang

H’>3 = Stabilitas komunitas biota dalam kondisi stabil

Indeks Dominansi

Indeks ini digunakan untuk melihat adanya dominansi oleh jenis tertentu pada populasi fitoplankton dengan menggunakan indeks dominansiSimpson(Ludwig dan Reynolds, 1988), dengan rumus sebagai berikut:

λ= � ��� ��²

� �=1

Keterangan :

λ = Indeks Dominansi Simpson ni = Jumlah individu jenis ke-i N = Jumlah total individu S = Jumlah genus

Kriteria:

Nilai indeks dominansi ini berkisar antara 0.0-0.1.Apabila nilai indeks dominansi mendekati 0.1< 0.5 artinya struktur komunitas biota yang diamati tidak terdapat spesies yang ekstrim mendominansi spesies-spesies lainnya.Apabila nilai indeks


(39)

dominansi mendekati 1 > 0.5 artinya struktur komunitas yang sedang diamati ada dominansi dari satu atau beberapa spesies (Odum, 1994).

Pembuatan Peta Sebaran Struktur Komunitas Fitoplankton

Pembuatan peta sebaran struktur komunitas fitoplankton dilakukan menggunakan perangkat lunak ArcView GIS 3.3, dengan metode interpolasi yaitu sebuah proses untuk menentukan nilai observasi di suatu tempat (titik) berdasarkan nilai observasi dari daerah yang disurvei ddi sekitarnya, membuat pemetaan penyebaran fitoplankton yang didapat pada masing-masing stasiun dibeberapa titik pengambilan sampel dengan pertimbangan mewakili setiap wilayahtitik koordinatnyaditentukan denganmenggunakan GPS.

1. Pengambilan data sampel fitoplankton pada stasiun 1 dan stasiun 2 dibeberapa titik pengambilan, dengan pertimbangan mewakili setiap wilayah. Pengambilan titik koordinatnya ditentukan dengan GPS.

2. Data dari GPS diolah dengan Microsoft Excel, yang menghasilkan data titik koordinat XY dan data disimpan dalam bentuk Shapefile dan diberi nama sesuai dengan nama stasiun misal. (data_st1.shp) dan (data_st2.shp) 3. Interpolasi data dengan cara, File add data pilih data Idkabu.shp

dan data XY yg sudah disimpan dalam bentuk Shapefile mis. (data_st1.shp). pada Arctoolbox pilih Spatial Analyst Tools pilih Interpolation dan metode Inverse Distance Weighted (IDW).

4. Pada kotak IDW, masukan feature titik yang kita inginkan, misal data_st1, Z valued ambil dari field kode klik ok. Tunggu hingga processing selesai, hasil sudah muncul pada layer information akan muncul nilai index.


(40)

5. Pada nilai index warna dan tampilan serta distribusi data dapat dirubah seperti yang dikehendaki melalui layer properties.

6. Data titik koordinat pengambilan sampel selanjutnya dioverlaykan dengan peta lokasi penelitian. Hasil dari overlay maka diperoleh peta penyebaran fitoplankton pada masing-masing stasiun.


(41)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Identifikasi Fitoplankton

Hasil identifikasi fitoplankon di Pantai Cermin, diperoleh 7 kelas yang terdiri atas 19 famili dan 19 genus.Jumlah genus tertinggi pada kelas Coscinodiscophyceae yaitu 8 genus dan terendah kelas Conjugatophyceae dan Tubulinea yaitu 1 genus.Fitoplankton yang ditemukan pada setiap stasiun penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 dan Lampiran foto fitoplankton dapat dilihat pada Lampiran 2.

Tabel 1. Fitoplankton yang Ditemukan pada Setiap Stasiun Penelitian

Kelas No Famili No Genus

Fitoplankton Bacillariophyceae

Conjugatophyceae Coscinodiscophyceae Cynophyceae Fragilariophyceae Tubulinea Zygnemophyceae 1. 2 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. Cocconeidaceae Coscinodiscaceae Chaetocerotaceae Fragilariaceae Zygnemataceae Stephanodiscaceae Biddulphiaceae Melosiraceae Rhizosolenia Skletonemataceae Thalassiosira Triceratium Hemiaulaceae Oscillatoriaceae Fragilariaceae Fragilariophyceae Arcellidae Gonatozygoceae Zygnemataceae 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. Cocconeis Coscinodiscus Caetoceros Asterionella Mougeotia Cyclotella Isthmia Melosira Rhizosolenia Skletonema Thalassiosira Triceratium Eucampia Oscillatoria Synedra Thallassiothrix Arcella Gonatozygon Spirogyra


(42)

Nilai Kelimpahan (K), Kelimpahan Relatif (KR) Fitoplankton di Setiap Stasiun Penelitian

Berdasarkan hasil analisis data fitoplankton yang diperoleh maka didapat nilai Kelimpahan (K), Kelimpahan Relatif (KR), fitoplankton masing-masing spesies pada setiap stasiun pengamatan seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai Kelimpahan (ind/l) dan Kelimpahan Relatif (%) Fitoplankton pada Masing-Masing Stasiun Penelitian

Genus Stasiun 1 Stasiun 2

Fitoplankton K (ind/l) KR (%) K (ind/l) KR (%) A. Bacillariophyceae

1 2 3 4 Asterionella Caetoceros Cocconeis Coscinodiscus 30.706 20.706 18.706 348.707 4.23 2.85 2.58 48.09 24.706 25.706 0 290.706 4.25 4.43 0 50.12 B Coscinodiscophyceae

5 6 7 8 9 10 11 12 Cyclotella Eucampia Isthmia Melosira Rhizosolenia Skletonema Thalassiosira Triceratium 54.706 0 139.707 19.706 53.706 39.706 88.706 21.706 7.54 0 19.26 2.71 7.40 5.47 12.23 2.99 110.706 17.706 109.706 17.706 24.706 18.706 63.706 34.706 19.08 3.05 18.91 3.05 4.25 3.22 10.98 5.98 C Conjugatophyceae

13 Mougeotia 19.706 2.71 0 0

D Cynophyceae

14 Oscillatoria 28.706 3.95 17.706 3.05

E Fragilariophyceae 15 16 Synedra Thalassiothrix 24.706 46.706 3.40 6.44 0 33.706 0 5.81 F Zygnematophyceae

17 18 Gonatozygon Spirogyra 23.706 28.706 3.26 3.95 33.706 18.706 3.22 3.22 G Tubulinea

19 Arcella 19.706 2.71 19.706 3.39

Total


(43)

Berdasarkan Tabel 2. Stasiun 1 memiliki total kelimpahan fitoplankton yaitu 1028.71 ind/l, yang termasuk kedalam 18 genus. Genus yang memiliki nilai Kelimpahan (K) tertinggi didapatkan dari genus Coscinodiscus yaitu 348.707 ind/l dengan Kelimpahan Relatif (KR) 48.09%, dan diikuti oleh genus Isthmia yang memiliki nilai Kelimpahan (K) yaitu139.707 ind/l dengan Kelimpahan Relatif (KR) 19.26%.

Sedangkan yang memiliki kelimpahan fitoplankton terendah didapatkan pada genus Melosira, Mougeotia, dan Arcella dengan nilai kelimpahan (K) masing-masing sebesar 19.706 ind/l dengan nilai Kelimpahan Relatif (KR) 2.71 %.

Stasiun 2 total kelimpahan fitoplankton yaitu 846.59 ind/l, dengan jumlah 16genus. Genus yang memiliki nilai Kelimpahan (K) tertinggi terdapat pada genus Coscinodiscus yaitu 290.706 ind/l dengan Kelimpahan Relatif (KR) 50.12%, dan diikuti oleh genus Cyclotella dan Isthmia yang masing-masing memiliki nilai Kelimpahan (K) yaitu110.706 ind/l dan 109.706 ind/l dengan nilai Kelimpahan Relatif (KR) sebesar 19.08% dan 18.91%.

Sedangkan yang memiliki kelimpahan fitoplankton terendah terdapat pada genus Eucampia, Melosira, dan Oscillatoria dengan nilai Kelimpahan (K) masing-masing yaitu 17.706 ind/l dengan nilai Kelimpahan Relatif (KR) 3.05%.

Dari kedua stasiun penelitian dapat dilihat bahwa stasiun yang memiliki Kelimpahan(K) fitoplankton tertinggi yaitu pada stasiun 1 sebesar 1028.71 ind/l, dari masing-masing stasiun nilai kelimpahan tertinggi yaitu genus Coscinodiscus. Perbandingan kelimpahan genus fitoplankton dari masing-masing stasiun dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7.


(44)

Gambar 7. Perbandingan Kelimpahan Genus Fitoplankton Staiun 2

Gambar 8. Perbandingan Kelimpahan Fitoplankton pada Masing-Masing Stasiun Penelitian 0 50 100 150 200 250 300 350 400 K e lim pa ha n ( ind/l) Genus Fitoplankton 0 200 400 600 800 1000 1200

Stasiun I Stasiun II

K e li m pa ha n Pl a nk to n (K) Stasiun Pengamatan Stasiun I Stasiun II Gambar 7. Perbandingan Kelimpahan Genus Fitoplankton Stasiun 2 Gambar 6. Perbandingan Kelimpahan Genus Fitoplankton Stasiun 1

0 50 100 150 200 250 300 350 K e lim pa ha n ( ind/l) Genus Fitoplankton


(45)

Indeks Keanekaragaman (H’), dan Indeks Dominansi pada Masing-Maing Stasiun Penelitan

Berdasarkan analisis data diperoleh nilai Indeks keanekaragaman (H’) tertinggi yaitu 0.880 dan Indeks dominansi terendah yaitu 0.28 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai Indeks Keanekaragaman (H’) dan Dominansi (λ) Fitoplankton pada Masing-Masing Stasiun Penelitian

Jenis Indeks Stasiun

1 2

Keanekaragaman (H’)

Dominansi (λ)

0.242 0.25

0.880 0.28

Berdasarkan Tabel 3. Nilai Indeks keanekaragaman (H’) tertinggi terdapat pada stasiun 2 yaitu 0.880 dan nilai Indeks keanekaragaman terendah terdapat pada stasiun 1 yaitu 0.242. Perbandingan Indeks keanekaragaman dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Perbandingan Indeks Keanekaragaman Fitoplankton pada Masing-Masing Stasiun Penelitian

Nilai Indeks Dominansi (λ) yang diperoleh dari kedua stasiun penelitian. Indeks dominansi tertinggi terdapat pada stasiun 2 yaitu 0.28, sedangkan

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1

Stasiun I Stasiun II

K e an e k ar agam an ( H ') Stasiun Pengamatan Stasiun I Stasiun II


(46)

nilaiIndeks dominansi terendah terdapat pada stasiun 1 yaitu 0.25.Perbandingan nilai Indeks dominansi dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10.Perbandingan Indeks Dominansi Fitoplankton pada Masing Masing Stasiun Penelitian

Hasil Pengukuran Parameter Kualitas Air

Hasil pengukuran kualitas perairan parameter fisika, kimia, dan biologi perairan di Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4.Pengukuran Parameter Kualitas Perairan Pada Masing-Masing Stasiun

Penelitian No. Parameter Fisik Satuan Stasiun

1 2

1 2 3 Suhu Arus Kecerahan 0C m/s Cm 31 0.25 20 34 0.30 27 Kimia 4 5 6 7 8 DO pH Salinitas Nitrat Fosfat Mg/L - ‰ Mg/L Mg/L 3.2 7.6 31 1.356 0.128 4.5 8.5 32 1.264 0.122 Biologi 9 10 11 12 Kelimpahan (K) Kepadatan Relatif (KR) Indeks Keanekaragaman (H’)

Indeks Dominansi (λ)

Ind/L % - - 1028.71 141.77 0.242 0.25 846.59 146.01 0.880 0.28 Keterangan

Stasiun I : Pembenihan udang 0,23 0,24 0,25 0,26 0,27 0,28 0,29

Stasiun I Stasiun II

Inde k s D o m ina ns i (D) Stasiun Pengamatan Stasiun I Stasiun II


(47)

Pola Penyebaran Fitoplankton

Berdasarkan hasil pengindentifikasiaan, fitoplankton yang terdapat disetiap titik koordinat pengambilan sampel pada masing-masing stasiun fitoplankton genus Coscinodiscus dari kelas Bacillariophyceae memiliki nilai kelimpahan yang tinggi.Penyebaran fitoplankton tersebut tersebar merata dan jumlahnya yang lebih banyak dibandingkan dengan jenis fitoplankton lainnya. Pola penyebaran fitoplankton tergantung dengan arus, pergerakaan arus di permukaan perairan laut berhubungan dengan sebaran arah dan kecepatan angin.Berdasarkan Data BMKG (2013) kecepatan angin pada bulan Juni 2,6 Knot dan sebaran arah angin ke utara (°N). Pola penyebaran fitoplanktondari masing-masing stasiun penelitian dapat dilihat pada Gambar 11 dan Gambar12, Lampiran Data titik koordinat fitoplankton dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 4.


(48)

(49)

(50)

Pembahasan

Fitoplankton

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat nilai Kelimpahan (K) fitoplankton tertinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu 1028.71 ind/l dengan jumlah genus sebanyak 18, dan yang memiliki nilai Kelimpahan (K) tertinggi yaitu genus Coscinodiscus sebesar 348.707 ind/l dengan Kelimpahan Relatif (KR) 48.09%, kemudian diikuti oleh genus Isthmia dengan Kelimpahan (K) sebesar 139.707 ind/l dan Kelimpahan Relatif (KR) sebesar 19.26%. Pada stasiun 2 didapatkan total Kelimpahan (K) fitoplankton sebesar 846.59 ind/l, dengan jumlah genus sebanyak 16, dan yang memiliki nilai Kelimpahan (K) tertinggi terdapat pada genus Coscinodiscus sebesar 290.706 ind/l dengan Kelimpahan Relatif (KR) 50.12%, kemudian diikuti oleh genus Cyclotella dan Isthmia dengan masing-masing nilai Kelimpahan (K) sebesar 110.706 ind/l dan 109.706 ind/l dengan nilai Kelimpahan Relatif (KR) sebesar 19.08 dan 18.91%. Keadaan ini menunjukkan bahwa kondisi perairan sangat baik untuk kehidupan genus fitoplankton tersebut.Kelimpahan tertinggi berasal dari kelas Bacillariophyceae, biasanya kelas Bacillariophyceae sebagai penyusun fitoplankton karena memiliki toleransi yang tinggi terhadap perubahan untuk hidup pada berbagai kondisi perairan dibanding dengan genera dari kelas lainnya. Hal ini sesuai pernyataan Sachlan (1980)diacu olehAmin dan Utojo (2008) bahwa fitoplankton dari kelas Bacillariophyceae bersifat kosmopolit dan cepat berkembang, melimpahnya fitoplankton dari kelas Bacillariophyceae sangat baik untuk kehidupan organisme diperairan terutama zooplankton. Menurut Barus (2004), suatu habitat dikatakan cocok dan sesuai bagi perkembangan suatu organisme apabila nilai KR > 10%, dan bahwa fluktuasi


(51)

dari populasi plankton dipengaruhi oleh perubahan berbagai kondisi lingkungan salah satunya adalah ketersediaan nutrisi di perairan. Unsur nutrisi berupa nitrogen dan fospor yang terakumulasi dalam suatu perairan akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan populasi plankton.

Sedangkan yang memiliki kelimpahan terendah pada stasiun 1 didapatkan pada genus Melosira, Mougeotia, dan Arcella dengan nilai Kelimpahan (K) masing-masing sebesar 19.706 ind/l dengan nilai Kelimpahan Relatif (KR) sebesar 2.71%. Stasiun 2 kelimpahan terendah pada genus Eucampia, Melosira, dan Oscillatoria dengan nilai Kelimpahan (K) masing-masing sebesar 17.706 ind/l dengan nilai Kelimpahan Relatif (KR) sebesar 3.05%. Menurut Suin (2002), rendahnya kelimpahan dari genus ini disebabkan kondisi perairan yang kurang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan, dan pola penyebaran plankton di dalam tidak sama. Tidak samanya penyebaran plankton dalam badan air disebabkan oleh adanya perbedaan suhu, kadar oksigen, intesitas cahaya dan faktor-faktor lainnya di kedalaman air yang berbeda.

Dapat dilihat pada Tabel 3, nilai Indeks keanekaragaman (H’) fitoplankton dengan keanekaragaman tertinggi terdapat pada stasiun 2 yaitu sebesar 0.880 dan terendah terdapat pada stasiun 1 yaitu sebesar 0.242, dari nilai indeks keanekaragaman tersebut dapat dikatakan komunitas biota tidak stabil. Menurut Barus (2004) suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman spesies tinggi apabila terdapat banyak spesies dengan jumlah individu masing-masing spesies relatif merata, dengan kata lain bahwa apabila suatu komunitas hanya terdiri dari sedikit spesies dengan jumlah individu yang tidak merata, maka komunitas tersebut mempunyai keanekaragaman yang rendah.


(52)

Dapat dilihat pada Tabel 3, bahwa Indeks dominansi fitoplankton dengan nilai dominansi tertinggi terdapat pada stasiun 2 yaitu sebesar 0.28 dan terendah terdapat pada stasiun 1 yaitu sebesar 0.25. Hal ini menunjukkan kedua stasiun memiliki dominansi yang tergolong rendah (baik), berarti tidak terjadi dominansi spesies tertentu atau adanya struktur komunitas labil yang terjadi karena tekanan ekologi diperairan tersebut. Menurut Odum (1994), apabila indeks dominansi (D) mendekati 0.1 < 0.5 maka struktur komunitas yang sedang diamati tidak terdapat spesies yang ekstrim mendominansi spesies-spesies lainnya.

Parameter Kualitas Perairan Suhu

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh suhu dari masing-masing stasiun di perairan Pantai Cermin berkisar 31-34 °C, dengan demikian suhu di perairan pantai cermin masih mendukung bagi pertumbuhan fitoplankton.Menurut Effendi (2003) suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang, waktu dalam hari, dan kedalaman air. Organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu yang disukai bagi pertumbuhannya, misalnya algae dari filum Chlorophyta dan diatom akan tumbuh dengan baik pada kisaran suhu berturut-turut 30- 35 °C dan 20-30 °C, dikarenakan penyerapan panas matahari yang masuk ke badan perairan oleh partikel-partikel baik yang tersuspensi maupun terlarut.

Arus

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kecepatan arus dari masing-masing stasiun berkisar 0.25-0.30 m/s. Menurut Nybakken (1998), dimana arus suatu perairan tergantung dengan keadaan alam diperairan tersebutdan alat atau metode yang digunakan saat pengukuran. Kecepatan arus dapat dipengaruhi oleh


(53)

keberadaan angin dan substrat-substrat yang terdapat di dasar perairan, substrat ini dapat berupa lumpur, pasir, atau batu. Arus air adalah faktor yang mempunyai peranan yang sangat penting hal ini berhubungan dengan penyebaran organisme, gas-gas terlarut dan mineral yang terdapat di dalam air. Pada ekosistem lentik arus dipengaruhi oleh kekuatan angin, semakin kuat tiupan angin akan menyebabkan arus semakin kuat dan semakin dalam mempengaruhi lapisan air Barus (2004).

Kecerahan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kecerahan dari masing-masing stasiun berkisar 20-27 cm. Rendahnya kecerahan pada stasiun 1 disebabkan adanya pembuangan zat-zat terlarut dari aktivitas disekitar kawasan tersebut yang masuk kedalam badan air sehingga intesitas cahaya yang masuk kedalam perairan berkurang.Nilai kecerahan tertinggi pada stasiun 2 disebabkan karena rendahnya kandungan organik yang menghambat masuknya cahaya matahari ke badan perairan tersebut. Menurut Asriyana dan Yuliana (2012), intesitas cahaya yang sampai kepermukaan berpenetrasi kuat sampai kedalam kolom air menyebabkan ketersediaan cahaya dalam jumlah yang lebih banyak menyebabkan fitoplankton lebih aktif melakukan proses fotosintesis dan keperluan akan cahaya menentukan batas distribusi fitoplankton untuk berfotosintesis dalam laut, dan laju produksi bergantung kepada besarnya cahaya yang masuk dalam suatu perairan.

Oksigen Terlarut (DO)

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh oksigen terlarut (DO) dari masing-masing stasiun berkisar 3.2-4.5 mg/l.. Menurut Kristanto (2002) diacu olehWijaya dan Hariyati (2009) kandungan oksigen terlarut didalam perairan minimal 5 mg/l,


(54)

rendahnya DO kemungkinan dikarenakan oleh pembuangan limbah yang mengandung bahan organik.

Derajat Keasamaan (pH)

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh derajat keasamaan (pH) dari masing-masing stasiun 7.6-8.5.Menurut Wardoyo (1982) mengemukakan bahwa pH sangat mempengaruhi kehidupan makhluk hidup, termasuk di dalamnya fitoplankton.pH yang ideal untuk kehidupan fitoplankton di perairan adalah 6.5-8.5, dengan pH kurang dari 6 organisme fitoplankton tidak akan hidup dengan baik.

Salinitas

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh salinitas dari masing-masing stasiun 31‰.Menurut Isnansetyo dan Kurniastuty (1995) menyatakan bahwa salinitas optimal bagi organisme laut terutama plankton 20-35‰.

Nitrat

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nitrat dari masing-masing stasiun 1.356-1.264 mg/l. Berdasarkan (MENLH, 2004) nilai nitrat yang diperkenankan 0.008 mg/l dengan demikian nilai nitrat di Perairan Pantai Cermin sudah melebihi ambang batas baku mutu tersebut. Menurut Raymont (1980) diacu olehPirzan (2008) menyatakan ada jenis plankton yang lebih dahulu menggunakan nitrat danada juga yang lebih dahulu menggunakan ammonium.Berdasarkan hal tersebut plankton di perairan ini diduga adalah jenis yang lebih dahulu menggunakan ammonium kemudian beralih ke nitrat sehingga sesaat setelah peralihan tersebut, nitrogen dalam bentuk nitrat tinggi.


(55)

Fosfat

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh fosfat dari masing-masing stasiun 0.128-0.122 mg/l. Berdasarkan (MENLH, 2004) nilai fosfat yang diperkenankan 0.015 mg/l dengan demikian nilai fosfat di Perairan Pantai Cermin sudah melebihi ambang batas baku mutu tersebut. Menurut Barus (2004), seperti diketahui bahwa fitoplankton dan tumbuhan air lainnya membutuhkan nitrogen dan fosfor sebagai sumber nutrisi utama bagi pertumbuhannya. Dengan demikian maka peningkatan unsur fosfor dalam air akan dapat meningkatkan populasi algae secara massal yang dapat menimbulkan eutrofikasi dalam ekosistem air.

Hal ini sesuai literatur Caraco, dkk(1978) diacu oleh Pirzan (2008), perubahan satu diantara faktor lingkungan akan mempengaruhi keragaman fitoplankton, penambahan unsur nitrat dan fosfat akan memperlihatkan pertumbuhan fitoplankton yang signifikasi, dan apabila unsur nitrat dan fosfat disuatu perairan semakin tinggi hal ini dapat mendorong terjadinya ledakan populasi fitoplakton yang menyebabkan kandungan oksigen diperairan rendah, dan menyebabkan keanekaragaman fitoplankton menjadi rendah. Menurut Wardhana ( 1995), hal itu karena oksigen yang terlarut dalam air diserap oleh mikroorganisme untuk memecah/mendegradasi bahan buangan organik sehingga menjadi bahan buangan yang mudah menguap (ditandai dengan bau busuk).

Pemetaaan PolaPenyebaran Fitoplakton yang Mendominansi

Berdasarkan Gambar 11 dan Gambar 12, dapat dilihat pada masing-masing stasiun pola penyebaran fitoplakton didominansi genus Coscinodiscus dari kelas Bacillariophyceae. Pada semua titik koordinat pengambilan sampel


(56)

Coscinodiscus menempati semua titik koordinat di setiap stasiun penelitian secara merata.

Micheal (1984) diacu olehRahmawati (2002) mengemukakan bahwa struktur komunitas secara alami tergantung pada pola penyebaran organisme dalam ekosistem tersebut. Umumnya organisme menyebar dengan tiga cara, pertama hanyut atau mengikuti pergerakan arah angina atau air, kedua bergerak aktif dengan berenang atau terbang dan ketiga menempel pada benda yang bergerak. Pada umumnya plankton menyebar dengan cara hanyut atau mengikuti arus.

Menurut Austin (2001) diacu olehDiniya, dkk (2012), salah satu kelas dari fitoplankton yang menyusun ekosistem perairan yang dominan pada perairan laut adalah kelas (Bacillariophyceae). Organisme ini juga menempati urutan pertama dalam rantai makanan dengan menghasilkan 20-25% produktivitas primer di dunia serta memiliki peran yang penting dalam proses respirasi karena kemampuannya menghasilkan oksigen dalam jumlah yang besar.

Dominansi kelas Bacillariophyceae (diatom) pada setiap titik koordinat pengambilan sampel. Hal ini sesuai dengan literatur Nontji (2007) bahwa fitoplankton yang biasa atau umum tertangkap oleh jaring plankton (plankton net) umumnya tergolong tiga kelompok utama yaitu diatom, dinoflagella dan alga biru, di perairan Indonesia plankton kelompok diatom yang paling sering ditemukan baru kemudian dinoflagella. Alga biru jarang dijumpai tetapi sekali muncul populasinya sangat besar.Adanya dominansi genus Coscinodiscus dari kelas Bacillariophyceae dibandingkan genus-genus lainnya diduga fitoplankton dari kelas Bacillariophyceae lebih mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan


(57)

yang ada.Hal ini juga sesuai dengan yang dikatakan oleh Arinardi (1997)diacu olehNababan (2002), bahwa kelas ini bersifat kosmopolitan serta mempunyai toleransi dan daya adaptasi yang tinggi.Hasil dari pola penyebaran fitoplankton, sebaran fitoplankton mengikuti arus yang dipengaruhi oleh gerakan angin. Menurut Barus (2004) salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi kepadatan fitoplankton suatu perairan adalah kecepatan arus, arus dipengaruhi oleh kekuatan angin, semakin kuat tiupan angin akan menyebabkan arus semakin kuat. Arus air pada perairan lotik umumnya bersifat turbulen, yaitu arus air yang bergerak kesegala arah sehingga air akan terdistribusi ke seluruh bagian dari perairan tersebut, dan laminar yaitu arus air yang bergerak ke satu arah tertentu saja.

Hasil dari pola penyebaran fitoplankton diketahui fitoplankton yang mendominansi genus Coscinodiscus dari kelas Bacillariophyceae.Dominansi fitoplankton Coscinodiscus dari kelas Bacillariophyceae juga sudah pernah dilakukan penelitian oleh peneliti lain yaituAmin dan Utojo (2007), Rahmawati (2002), Rudiyanti (2009) dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Perbandingan Jumlah Kelimpahan Fitoplankton Coscinodiscus dari beberapa penelitian

No. Peneliti Lokasi

Penelitian

Fitoplankton Kelimpahan (ind/l)

Kodisi Lingkungan 1. Amin & Utojo

(2007) Perairan Teluk Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur

Coscinodisscus 395 Rendahnya

indeks keragaman menunjukkan bahwa hanya beberapa jenis fitoplankton tertentu yang dapat hidup pada kondisi


(58)

perairan tersebut 2. Rahmawati

(2002)

Perairan Kuala Tungkal sampai ke Pulau Batam

Coscinodiscus 2.739 Plankton dilokasi penelitian

beragam dengan penyebaran setiap jenis relatif tidak jauh berbeda dan tidak ada yang mendominansi 3. Rudiyanti

(2009)

Perairan Sungai Banger pekalongan

Coscinodiscus 1.232 Kondisi perairan dikategorikan dalam keadaan tercemar ringan sampai tercemar sedang

4. Popy Aprilia (2013)

Perairan Pantai Cermin, Kab Serdang Bedagai

Coscinodiscus 348 Rendahnya

indeks keragaman fitoplankton menunjukkan kondisi biota yang tidak stabil, hanya beberapa jenis fitoplankton yang mampu hidup pada kondisi perairan

Berdasarkan Tabel 5, perbandingan jumlah kelimpahan fitoplankton coscinodiscus dari penelitian yang telah dilakukan di beberapa perairan. Memperlihatkan kondisi lingkungan perairan yang tergolong tercemar ringan sampai tercemar sedang. Hal ini diperlihatkan dengan rendahnya indeks keragaman fitoplankton, penyebaran setiap jenis relatif tidak jauh berbeda dan tidak ada yang mendominansi, dan hanya beberapa jenis fitoplankton yang mampu hidup pada perairan tersebut.


(59)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Parameter fisika dan kimia menunjukkan nilai yang masih mendukung untuk kehidupan organisme fitoplankton, terkecuali nitrat dan fosfat yang tergolong tinggi.

2. Pola sebaran fitoplankton mengikuti pergerakan arah arus yang dipengaruhi oleh gerakan angin, yang didominansi oleh genus Coscinodiscusdari kelas Bacillariophyceae.

Saran

Untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan pengamatan terhadap keanekaragaman, kelimpahan, dominansi fitoplankton berdasarkan perbedaan musim , agar dapat membedakan pola penyebaran fitoplankton berdasarkan musim.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. dan Utojo. 2008. Komposisi dan Keragaman Jenis Plankton Di Perairan Teluk Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur, Torani. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau.Vol 18 No.2.

Aunurohim., Dian, S., Devie, Y. 2008. Fitoplankton Penyebab Harmful Algae Blooms (HABs) di Perairan Sidoarjo. Fakultas MIPA. ITSN. Surabaya. Asmara, A. 2005.Hubungan Struktur Komunitas Plankton dengan Kondisi

Fisika-Kimia Perairan Pulau Pramuka dan Pulau Pnggang Kepulauan Seribu [Skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Kelautan, IPB: Bogor.

Asriyana dan Yuliana. 2012. Produktivitas Perairan. PT Bumi Aksara. Jakarta. Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi; Studi Tentang Ekosistem Air Daratan.

Penerbit USU Press. Medan.

Badan Pusat Statistik. 2008. Kabupaten Serdang Bedagai. Sumatera Utara.

Dianthani, D. 2003. Identifikasi Jenis Plankton di Perairan Muara Badak, Kaltim. Makalah Falsafah Sains. IPB. Bogor.

Diniya, A., Syafruddin, N., Irvina, N. The Comparison of Diversity and Abundance Diatom (Bacillariophyta) In Bagan Siapiapi and Bengkalis Waters Area Riau Provice. Penerbit UNRI. Riau.

Effendi, H. 2003.Telaah Kualitas Air. Penerbit Kasinus. Yogyakarta.

Elfinurfajri, F. 2009. Struktur Komunitas Fitoplankton serta Keterkaitannya dengan Kualitas Perairan di Lingkungan Tambak Udang Intesif. [Skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Kelautan, ITB: Bogor.

Isnansetyo, A dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoflankton dan Zooplankton. Yogyakarta: Kamisius.

KEPMENLH. 2004. Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut No. 51. Keputusan Gubernur Sumatera Utara. 2004. Data Kota Medan.

Ludwig, J. A dan James, F. R. 1998.Statistical Ecology A Primer On Methody And Computing.A Wiley Intersence Publication. California.

Mukhtasor.2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. Penerbit Pradnya Paramita. Jakarta.


(61)

Nababan, J. 2002. Kajian Terhadap Struktur Komunitas dan Sebaran Fitoplankton di Perairan Teluk Jakarta.[Skripsi].Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.ITB.

Nontji, A. 2007. Laut Nusantara. Penerbit: Djambatan. Jakarta.

Nugroho, A. 2006.Bioindikator Kualitas Air. Penerbit: Universitas Trisakti. Jakarta.

Nyabkken, J. W. 1998. Biologi Laut. Penerbit PT. Gramedia. Jakarta.

Odum, E. P. 1994. Dasar-dasar Ekologi.Edisi ketiga. Terjemahan: Samigan, T., Srigandono. Fundamentals of Ecology.Third Edition. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Pirzan, A. M. 2008. Hubungan Keragaman Fitoplankton dengan Kualitas Air Di Pulau Baulung Kab Tahalar, Sulawesi Selatan.Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau.Vol 9 No. 3.

Pramitha, S. 2010. Analisis Kualitas Air Sungai Aloo Sidoarjo Berdasarkan Keanekaragam Fitoplankton. Fakultas MIPA. ITSN. Surabaya.

Rahmawati, E. 2002.Struktur Komunitas Plankton di Selat Malaka.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.IPB. Bogor.

Rudiyanti, S. 2008. Kualitas Perairan Sungai Banger Pekalongan Berdasarkan Indikator Biologis. Jurnal Saintek Perikanan, Vol. 4 (2) :46-52.

Romimohtarto, K dan Juwana, S. 2009. Biologi Laut; Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Penerbit Djambatan. Jakarta.

Salman, 2008. Sebaran Konsentrasi Klorofil-a di Perairan Selat Bali dari Citra Modis. [Skripsi].Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan dan Kelautan, ITB: Bogor.

Sitorus, D. 2008. Keanekaragaman dan Distribusi Bivalvia serta Kaitannya dengan Faktor Fisika Kimia di Perairan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.[Tesis].Universitas Sumatera Utara. Medan.

Suin, N. M. 2002. Metode Ekologi. Penerbit Universitas Andalas. Padang.

Wardhana, W. A. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Wardoyo STH. 1982. Kriteria Kualitas Air untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan.Training Analisis Dampak Lingkungan, PPLH-UNDP-PSL.


(62)

Wijaya, R. S dan R. Hariyati.2009. Struktur Komunitas Fitoplankton Sebagai Bioindikator Kualitas Perairan Danau Rawapening Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Jurnal: Struktur Komunitas Fitoplankton: 55-61.

Wijayanti, H. 2007. Kajian Kualitas Perairan di Pantai Kota Bandar Lampung Berdasarkan Komunitas Hewan Makrozoobenthos.[Tesis]. UNDIP. Semarang.

Yamin, S., Rachmach, L. A. dan Kurniawan, H. 2011.Regresi dan Korelasi dalam Genggaman anda; aplikasi dengan softwere spss, EView, MINITAB, dan STATGRAPHICH. Salemba Empat. Jakarta.


(1)

yang ada.Hal ini juga sesuai dengan yang dikatakan oleh Arinardi (1997)diacu olehNababan (2002), bahwa kelas ini bersifat kosmopolitan serta mempunyai toleransi dan daya adaptasi yang tinggi.Hasil dari pola penyebaran fitoplankton, sebaran fitoplankton mengikuti arus yang dipengaruhi oleh gerakan angin. Menurut Barus (2004) salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi kepadatan fitoplankton suatu perairan adalah kecepatan arus, arus dipengaruhi oleh kekuatan angin, semakin kuat tiupan angin akan menyebabkan arus semakin kuat. Arus air pada perairan lotik umumnya bersifat turbulen, yaitu arus air yang bergerak kesegala arah sehingga air akan terdistribusi ke seluruh bagian dari perairan tersebut, dan laminar yaitu arus air yang bergerak ke satu arah tertentu saja.

Hasil dari pola penyebaran fitoplankton diketahui fitoplankton yang mendominansi genus Coscinodiscus dari kelas Bacillariophyceae.Dominansi fitoplankton Coscinodiscus dari kelas Bacillariophyceae juga sudah pernah dilakukan penelitian oleh peneliti lain yaituAmin dan Utojo (2007), Rahmawati (2002), Rudiyanti (2009) dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Perbandingan Jumlah Kelimpahan Fitoplankton Coscinodiscus dari beberapa penelitian

No. Peneliti Lokasi Penelitian

Fitoplankton Kelimpahan (ind/l)

Kodisi Lingkungan 1. Amin & Utojo

(2007)

Perairan Teluk Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur

Coscinodisscus 395 Rendahnya indeks keragaman menunjukkan bahwa hanya beberapa jenis fitoplankton tertentu yang dapat hidup pada kondisi


(2)

perairan tersebut 2. Rahmawati

(2002)

Perairan Kuala Tungkal sampai ke Pulau Batam

Coscinodiscus 2.739 Plankton dilokasi penelitian

beragam dengan penyebaran setiap jenis relatif tidak jauh berbeda dan tidak ada yang mendominansi 3. Rudiyanti

(2009)

Perairan Sungai Banger pekalongan

Coscinodiscus 1.232 Kondisi perairan dikategorikan dalam keadaan tercemar ringan sampai tercemar sedang

4. Popy Aprilia (2013)

Perairan Pantai Cermin, Kab Serdang Bedagai

Coscinodiscus 348 Rendahnya indeks keragaman fitoplankton menunjukkan kondisi biota yang tidak stabil, hanya beberapa jenis fitoplankton yang mampu hidup pada kondisi perairan

Berdasarkan Tabel 5, perbandingan jumlah kelimpahan fitoplankton coscinodiscus dari penelitian yang telah dilakukan di beberapa perairan. Memperlihatkan kondisi lingkungan perairan yang tergolong tercemar ringan sampai tercemar sedang. Hal ini diperlihatkan dengan rendahnya indeks keragaman fitoplankton, penyebaran setiap jenis relatif tidak jauh berbeda dan tidak ada yang mendominansi, dan hanya beberapa jenis fitoplankton yang mampu hidup pada perairan tersebut.


(3)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Parameter fisika dan kimia menunjukkan nilai yang masih mendukung untuk kehidupan organisme fitoplankton, terkecuali nitrat dan fosfat yang tergolong tinggi.

2. Pola sebaran fitoplankton mengikuti pergerakan arah arus yang dipengaruhi oleh gerakan angin, yang didominansi oleh genus Coscinodiscusdari kelas Bacillariophyceae.

Saran

Untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan pengamatan terhadap keanekaragaman, kelimpahan, dominansi fitoplankton berdasarkan perbedaan musim , agar dapat membedakan pola penyebaran fitoplankton berdasarkan musim.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. dan Utojo. 2008. Komposisi dan Keragaman Jenis Plankton Di Perairan Teluk Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur, Torani. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau.Vol 18 No.2.

Aunurohim., Dian, S., Devie, Y. 2008. Fitoplankton Penyebab Harmful Algae Blooms (HABs) di Perairan Sidoarjo. Fakultas MIPA. ITSN. Surabaya. Asmara, A. 2005.Hubungan Struktur Komunitas Plankton dengan Kondisi

Fisika-Kimia Perairan Pulau Pramuka dan Pulau Pnggang Kepulauan Seribu [Skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Kelautan, IPB: Bogor.

Asriyana dan Yuliana. 2012. Produktivitas Perairan. PT Bumi Aksara. Jakarta. Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi; Studi Tentang Ekosistem Air Daratan.

Penerbit USU Press. Medan.

Badan Pusat Statistik. 2008. Kabupaten Serdang Bedagai. Sumatera Utara.

Dianthani, D. 2003. Identifikasi Jenis Plankton di Perairan Muara Badak, Kaltim. Makalah Falsafah Sains. IPB. Bogor.

Diniya, A., Syafruddin, N., Irvina, N. The Comparison of Diversity and Abundance Diatom (Bacillariophyta) In Bagan Siapiapi and Bengkalis Waters Area Riau Provice. Penerbit UNRI. Riau.

Effendi, H. 2003.Telaah Kualitas Air. Penerbit Kasinus. Yogyakarta.

Elfinurfajri, F. 2009. Struktur Komunitas Fitoplankton serta Keterkaitannya dengan Kualitas Perairan di Lingkungan Tambak Udang Intesif. [Skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Kelautan, ITB: Bogor.

Isnansetyo, A dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoflankton dan Zooplankton. Yogyakarta: Kamisius.

KEPMENLH. 2004. Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut No. 51. Keputusan Gubernur Sumatera Utara. 2004. Data Kota Medan.

Ludwig, J. A dan James, F. R. 1998.Statistical Ecology A Primer On Methody And Computing.A Wiley Intersence Publication. California.


(5)

Nababan, J. 2002. Kajian Terhadap Struktur Komunitas dan Sebaran Fitoplankton di Perairan Teluk Jakarta.[Skripsi].Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.ITB.

Nontji, A. 2007. Laut Nusantara. Penerbit: Djambatan. Jakarta.

Nugroho, A. 2006.Bioindikator Kualitas Air. Penerbit: Universitas Trisakti. Jakarta.

Nyabkken, J. W. 1998. Biologi Laut. Penerbit PT. Gramedia. Jakarta.

Odum, E. P. 1994. Dasar-dasar Ekologi.Edisi ketiga. Terjemahan: Samigan, T., Srigandono. Fundamentals of Ecology.Third Edition. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Pirzan, A. M. 2008. Hubungan Keragaman Fitoplankton dengan Kualitas Air Di Pulau Baulung Kab Tahalar, Sulawesi Selatan.Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau.Vol 9 No. 3.

Pramitha, S. 2010. Analisis Kualitas Air Sungai Aloo Sidoarjo Berdasarkan Keanekaragam Fitoplankton. Fakultas MIPA. ITSN. Surabaya.

Rahmawati, E. 2002.Struktur Komunitas Plankton di Selat Malaka.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.IPB. Bogor.

Rudiyanti, S. 2008. Kualitas Perairan Sungai Banger Pekalongan Berdasarkan Indikator Biologis. Jurnal Saintek Perikanan, Vol. 4 (2) :46-52.

Romimohtarto, K dan Juwana, S. 2009. Biologi Laut; Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Penerbit Djambatan. Jakarta.

Salman, 2008. Sebaran Konsentrasi Klorofil-a di Perairan Selat Bali dari Citra Modis. [Skripsi].Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan dan Kelautan, ITB: Bogor.

Sitorus, D. 2008. Keanekaragaman dan Distribusi Bivalvia serta Kaitannya dengan Faktor Fisika Kimia di Perairan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.[Tesis].Universitas Sumatera Utara. Medan.

Suin, N. M. 2002. Metode Ekologi. Penerbit Universitas Andalas. Padang.

Wardhana, W. A. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Wardoyo STH. 1982. Kriteria Kualitas Air untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan.Training Analisis Dampak Lingkungan, PPLH-UNDP-PSL.


(6)

Wijaya, R. S dan R. Hariyati.2009. Struktur Komunitas Fitoplankton Sebagai Bioindikator Kualitas Perairan Danau Rawapening Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Jurnal: Struktur Komunitas Fitoplankton: 55-61.

Wijayanti, H. 2007. Kajian Kualitas Perairan di Pantai Kota Bandar Lampung Berdasarkan Komunitas Hewan Makrozoobenthos.[Tesis]. UNDIP. Semarang.

Yamin, S., Rachmach, L. A. dan Kurniawan, H. 2011.Regresi dan Korelasi dalam Genggaman anda; aplikasi dengan softwere spss, EView, MINITAB, dan STATGRAPHICH. Salemba Empat. Jakarta.