Analisis Kinerja Keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia Tbk (Persero) Periode 2008-2012
ANALISIS KINERJA KEUANGAN
PT CHAROEN PHOKPAND INDONESIA TBK (PERSERO)
PERIODE 2008-2012
PUTRI ANGGRAENI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kinerja
Keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia Tbk (Persero) Periode 2008-2012
adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014
Putri Anggraeni
NIM H34100083
ABSTRAK
PUTRI ANGGRAENI. Analisis Kinerja Keuangan PT Charoen Phokpand
Indonesia Tbk (Persero) Periode 2008-2012. Dibimbing oleh DWI RACHMINA
Pengukuran kinerja keuangan digunakan untuk menilai keefektifan
manajemen sebuah perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan yang banyak
digunakan adalah rasio keuangan. Namun, pengukuran tersebut tidak cukup
untuk merefleksikan penciptaan kekayaan bagi pemegang saham. Sehingga
perlu dilengkapi dengan pengukuran Economic Value Added (EVA) dan Market
Value Added (MVA). Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat kinerja
keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia sebagai salah satu perseroan besar
di subsektor agribisnis perunggasan. Penelitian menggunakan analisis rasio
keuangan, EVA dan MVA. Setelah itu diukur juga hubungan antara rasio
keuangan terhadap EVA dan EVA terhadap MVA. Hasil penelitian menunjukan
rasio keuangan, EVA dan MVA perseroan cenderung meningkat atau baik.
Rasio keuangan yang berpengaruh terhadap EVA hanya ROE, setiap kenaikan
ROE 1 persen maka EVA meningkat sebesar 5 497 504 juta rupiah. Hubungan
antara EVA dan MVA didapati tidak signifikan dalam penelitian.
Kata kunci: EVA, kinerja keuangan, MVA, PT Charoen Phokpand dan rasio
keuangan
ABSTRACT
PUTRI ANGGRAENI. Financial Analysis Performances of PT Charoen
Phokpand Indonesia 2008-2012 periods. Supervised by DWI RACHMINA
Financial analysis is used to see how effective the performance of
management in a company. Financial measurement using financial ratios is
considered not enough provide overall creation of shareholder wealth. a
measurement has to be completed by Economic Value Added (EVA) and Market
Value Added (MVA). This research is conducted on PT Charoen Phokpand
Indonesia. It aims to look at the financial performance of the company through
the financial ratios measuring instruments, EVA and MVA. Its also see both of
the relationship between ratios and EVA and between EVA and MVA. The
study yielded information that the whole of the 2008 to 2012 financial ratios,
EVA and MVA tend to increase. It inform the company financial performances
is good. Financial ratios that affect EVA is only ROE, the corellation is
positive. If the ROE increased 1 percent, the EVA would also increase 5 497
504 millions. This analysis also found that between EVA and MVA is not
significantly related.
Keyword : EVA, financial performance, MVA, PT Charoen Phokpand, ratios
ANALISIS KINERJA KEUANGAN
PT CHAROEN PHOKPAND INDONESIA TBK (PERSERO)
PERIODE 2008-2012
PUTRI ANGGRAENI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Analisis Kinerja Keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia Tbk
(Persero) Periode 2008-2012
Nama
: Putri Anggraeni
NIM
: H34100083
Disetujui oleh
Dr Ir Dwi Rachmina, MSi
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi: An N セZ@ =""nerja Keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia Tbk
(Perse;-, ? eriode 2008-2012
Nama
: Putri Anggraeni
NIM
: H3 41000 3
Disetujui oleh
(jrDr Ir Dwi Rachrnina, MSi
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
2 1 MAR 2014
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian ialah keuangan, dengan judul Analisis Kinerja Keuangan PT
Charoen Phokpand Indonesia Tbk (Persero) Periode 2008-2012. Penelitian
dilaksanakan di Bursa Efek Indonesia dan PT Charoen Phokpand Indonesia,
sejak bulan November 2013 sampai Januari 2014
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Dwi Rachmina, M Si
selaku dosen pembimbing, Dr Ir Netti Aprillia, MM selaku dosen penguji utama,
Ir Narni Farmayani, M Sc selaku dosen penguji Komisi Pendidikan, pihak Bursa
Efek Indonesia serta Bapak Dr Ir Syahrir Akil dan Suripto yang telah memberi
izin untuk meneliti PT Charoen Phokpand Indonesia. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada pihak BEI yang telah membantu selama
pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu,
Adik, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Terima kasih
kepada teman Agribisnis 47, Galih Puntadewa, Putri Gunanti, Tuty Rachmawati,
Riska Prorina, M Hakim Haekal, Josia Anajohn, Ica, Nurafiah, Olha Siahaan,
Talita Mila, Masturoh dan Santika Hamidah yang banyak membantu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2014
Putri Anggraeni
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
xi
xi
xi
1
1
3
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
4
TINJAUAN PUSTAKA
Pengukuran kinerja keuangan
Pengukuran kinerja keuangan menggunakan rasio keuangan, EVA dan
MVA
Faktor-faktor yang mempengaruhi EVA dan MVA
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kinerja keuangan
Laporan keuangan
Rasio keuangan
Nilai tambah ekonomi (Economic Value Added =EVA)
Nilai tambah pasar (Market Value Added= MVA)
Pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap EVA
Pengaruh EVA terhadap MVA
Kerangka Pemikiran Operasional
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Peneitian
5
5
5
6
7
7
7
7
9
11
14
15
15
16
18
18
Jenis dan Sumber Data
18
Metode Pengumpulan Data
18
Metode Pengolahan dan Analisis Data
18
Analisis rasio-rasio keuangan
Analisis nilai tambah ekonomi (Economic Value Added-EVA
Metode nilai tambah pasar (Market Value Added-MVA)
Analisis pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap EVA
Analisis pengaruh EVA terhadap MVA
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum PT Charoen Phokpand Indonesia
Sejarah perusahaan
19
19
22
22
25
26
26
26
Visi, misi dan strategi perusahaan
27
Manajemen dan Struktur Organisasi
28
Kegiatan usaha perusahaan
Aspek pemasaran
Aspek sumber daya manusia dan struktur organisasi
Rasio-rasio keuangan
Economic Value Added (EVA)
Market Value Added (MVA
Hubungan rasio-rasio keuangan terhadap EVA
Hubungan antara EVA dengan MVA
SIMPULAN DAN SARAN
Saran
28
29
31
32
40
42
44
47
49
49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
50
53
53
85
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Data konsumsi unggas nasional tahun 2009-2011
Jumlah perusahaan unggas menurut badan hukum di Indonesia
Data market share industri pakan ternak di Indonesia tahun 2008
EVA perusahaan unggas go public periode 1997-2002
Rumus matematis rasio keuangan
Tahapan perhitungan EVA
Tahapan Perhitungan biaya ekuitas
Langkah perhitungan MVA
Hipotesis awal pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap EVA
NPM PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
ROA PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
ROE PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
EPS PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
DAR PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
DER PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
AUR PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
EVA PT Charoen phokpand Indonesia tahun 2008-2012
Nilai MVA PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
Hasil persamaan regresi pengaruh rasio keuangan terhadap EVA
Hasil regresi first differencing rasio keuangan terhadap EVA
1
1
2
3
19
20
21
22
25
33
34
35
36
38
39
40
41
43
44
46
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Alur penelitian kinerja keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia
Proses produksi pakan ternak PT Charoen Phokpand Indonesia
Proses produksi DOC PT Charoen Phokpand Indonesia
Proses produksi pakan ternak PT Charoen Phokpand Indonesia
Struktur organisasi PT Charoen Phokpand Indonesia
NPM PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
ROE PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
EPS PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
Proporsi hutang PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
EVA PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
17
29
30
30
31
34
36
38
39
42
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
Laporan laba rugi PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2012
Laporan laba rugi PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2011
Laporan laba rugi PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2010
Laporan laba rugi PT Charoen Phokpand Indonesia 2009
Laporan laba rugi PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008
Neraca PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2012
Neraca PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2011
54
55
56
57
58
59
61
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
Neraca PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2010
Neraca PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2009
Neraca PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008
Perhitungan NPM PT Charoen Phokpand Indonesia
Perhitungan ROA PT Charoen Phokpand Indonesia
Perhitungan ROE PT Charoen Phokpand Indonesia
Perhitungan DAR PT Charoen Phokpand Indonesia
Perhitungan DER PT Charoen Phokpand Indonesia
Perhitungan AUR PT Charoen Phokpand Indonesia
Perhitungan NOPAT PT Charoen Phokpand Indonesia
Perhitungan biaya hutang Kd* PT Charoen Phokpand Indonesia
Perhitungan biaya ekuitas PT Charoen Phokpand Indonesia
Perhitungan struktur modal PT Charoen Phokpand Indonesia
Perhitungan WACC PT Charoen Phokpand Indonesia
Perhitungan integrated capital PT Charoen Phokpand Indonesia
Perhitungan COC PT Charoen Phokpand Indonesia
Indeks Harga Saham Gabungan tahun 2008-2012
Harga saham PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
Daftar suku bunga Sertifikat Bank Indonesia
Nilai MVA PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
Regresi rasio keuangan terhadap EVA
Output regresi hubungan antara EVA terhadap MVA
63
65
67
69
70
71
72
73
74
75
76
76
76
76
77
78
79
79
80
81
82
83
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Agribisnis peternakan menjadi bagian penting dalam pemenuhan kebutuhan
pangan berupa protein hewani. Pentingnya pemenuhan kebutuhan ini membuat
pasar dari peternakan begitu potensial, paling tidak terdapat populasi sebanyak
240 juta jiwa dalam skala nasional yang membutuhkan hasil dari sektor
peternakan. Salah satu komoditas peternakan yang banyak diminati adalah
komoditas unggas. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1, terjadi peningkatan ratarata konsumsi unggas nasional untuk ayam broiler dan ayam kampung sebesar
2.94 dan 0.05 persen sepanjang tahun 2009 sampai 2011.
Tabel 1 Data konsumsi unggas nasional tahun 2009-2011
Komoditas unggas
Tahun (kg per kapita)
2009
2010
2011
Ayam broiler
Ayam kampung
3.08
0.52
3.55
0.63
3.65
0.63
Rata-rata
peningkatan
(%)
2.94
0.05
Unggas lainnya
0.05
0.05
0.05
0.00
Sumber : Badan Pusat Statistik 2013
Komoditas unggas terutama ayam, menjadi produk yang banyak diminati
oleh konsumen nasional. Komoditas ini diminati karena harga yang relatif
terjangkau, kandungan protein yang tinggi serta karakteristik produk unggas yang
dapat diterima penduduk Indonesia yang sebagian besar muslim. Hal-hal tersebut
menjadikan komoditas unggas, potensial untuk dikembangkan dalam unit bisnis
baik dalam skala kecil maupun besar. Potensi ini berimplikasi pada peningkatan
jumlah perusahaan unggas sejak tahun 2008 yang hanya 267 unit menjadi 351 unit
ditahun 2011 (Tabel 2).
Tabel 2 Jumlah perusahaan unggas menurut badan hukum di Indonesia
Badan hukum
2008
2009
2010
PT/CV/Firma
229
242
287
BUMN
3
3
4
Koperasi
24
26
23
Perorangan
0
0
Yayasan
19
Lainnya
11
12
Jumlah
267
283
333
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan 2013
2011
315
4
22
10
351
2
Peningkatan jumlah peternakan unggas yang begitu pesat tentu berhubungan
langsung dengan industri pakan ternak. Industri pakan ternak berfungsi sebagai
penyedia input terbesar dalam usaha ternak selain bibit. Secara finansial, pakan
merupakan faktor biaya produksi yang paling penting dibandingkan faktor
lainnya. Penggunaan pakan mencapai 60 persen sampai 70 persen dari total biaya
produksi. Salah satu perusahaan besar yang bergerak dalam industri pakan ternak
adalah PT Charoen Phokpand Indonesia. Perusahaan ini menjadi pemimpin pasar
dengan market share tertinggi sebesar 31.20 persen pada tahun 2008 (Tabel 3).
Tabel 3 Data market share industri pakan ternak di Indonesia tahun 2008
Nama perusahaan
Jumlah produksi
Market share
(juta ton/tahun)
(%)
Charoen Pokphand
4.00
31.20
Indonesia
Jafpa Comfeed
1.73
13.50
Indonesia
Cheil Jedang
0.75
7.80
Sierad Produce
0.54
7.00
Malindo Feedmill
0.44
3.50
Lainnya
5.35
37.00
Total
12.81
100.00
Sumber : Gabungan Perusahaan Pakan Ternak Indonesia 2008
PT Charoen Phokpand selain memiliki market share terbesar dalam industri
pakan ternak, diketahui juga bahwa penjualan netto perusahaan untuk seluruh
produknya sejak tahun 2008 sampai 2012 terus mengalami peningkatan. Tahun
2008 sebesar hanya 13 triliyun rupiah dan ditahun 2012 mecapai 21 triliyun
rupiah. Hal ini semakin menguatkan posisi PT Charoen Phokpand dalam industri
pakan ternak. Akan tetapi, kedua parameter tersebut dirasa belum cukup untuk
menggambarkan kinerja sebuah perusahaan secara utuh. Market share dan
peningkatan penjualan dapat dijadikan pengukuran kinerja perusahaan berupa
kinerja non finansial. Salah satu aspek penilaian yang penting lainnya adalah
kinerja finansial.
Hasil penelitian Christiawan (2004), memberikan informasi bahwa kinerja
keuangan perusahaan agribisnis unggas yang dilihat dari Economic Value Added
berfluktuasi (Tabel 4). Terkadang nilai EVA positif terkadang negatif. Hal ini
mengindikasikan bahwa perusahaan tidak konsisten dalam menghasilkan nilai
tambah ekonomi bagi pemegang saham. Pada tabel 4 juga diketahui nilai EVA PT
Charoen Phokpand negatif ditahun 1997, 1998, 2000 dan 2001 dan positif hanya
ditahun 1999 dan 2002. Hasil penelitian Yusnawati (2004) menggunakan
pendekatan analisis Market Value Added (MVA), juga menunjukkan bahwa
industri agribisnis perunggasan tidak memberikan kemakmuran bagi investor. Hal
ini berarti tingkat kepercayaan investor terhadap industri untuk menghasilkan
keuntungan bagi dirinya masih rendah. Penelitian terbaru dilakukan Galih (2008)
terhadap lima perusahaan peternakan go public mendapati bahwa saham
perusahaan pada perusahaan agribisnis hanya cocok untuk trader (kegiatan jual
beli saham untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek).
3
Tabel 4 EVA perusahaan unggas go public periode 1997-2002
Nama perusahaan
Economic Value Added (EVA)
1997-1998
1999
2000-2001
PT Cipedawa Farm
Negatif
Negatif
Negatif
Enterprises
PT Multibreeder
Negatif
Negatif
Negatif
Adidarma Indonesia
PT Charoen
Negatif
Positif
Negatif
Pokhpand Indonesia
PT Central
Negatif
Positif
Positif
Proteinaprima
PT Japfa Comfeed
Negatif
Negatif
Negatif
Indonesia
PT Sierad Produce
Negatif
Negatif
Negatif
PT Surya Hidup
Negatif
Positif
Negatif
Satwa
PT Fast Food
Positif
Positif
Positif
Indonesia
2002
Negatif
Negatif
Positif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Positif
Sumber : Christiawan (2004) ; Yusnawati (2004)
Berdasarkan hasil analisis tersebut maka perlu dilakukan pengukuran kinerja
keuangan pada PT Charoen Phokpand sebagai salah satu perusahaan besar di
sektor agribisnis perunggasan. Pengukuran kinerja keuangan tradisional dengan
menggunakan metode pengukuran kinerja rasio-rasio keuangan tidak dirasa
cukup lagi untuk memberikan keseluruhan informasi mengenai penciptaan
kekayaan serta nilai perusahaan terkait modal yang dipakai. Sehingga pengukuran
perlu dilengkapi dengan pengukuran menggunakan metode Economic Value
Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). Selain itu, perlu dilengkapi
dengan analisis terkait apa sajakah faktor yang mempengaruhi EVA dan MVA.
Kedua Hasil tersebut dapat memberikan kesimpulan mengenai komponen kinerja
manakah yang dapat mempengaruhi dan mencerminkan kinerja keuangan
perusahaan, agar perusahaan dapat meningkatkan kinerja perusahaan di masa
yang akan datang.
Perumusan Masalah
Tingkat persaingan dalam industri pakan ternak beserta industri integrasinya
semakin ketat. Peningkatan penjualan PT Charoen phokpand yang terus
meningkat disepanjang 2008 sampai 2012 semakin menguatkan posisi PT
Charoen Phokpand sebagai salah satu perusahaan agribisnis perunggasan di
Indonesia. Peningkatan penjualan dan market share belum dirasa cukup
menggambarkan kinerja perusahaan yang baik secara keseluruhan. Kinerja
perusahaan secara garis besar dapat dikategorikan sebagai kinerja keuangan dan
non keuangan. Sebagai pembelajaran adalah penelitian Fahmi (2004) terhadap
kinerja keuangan PT Charoen Phokpand periode 1998 sampai 2002 dengan
menggunakan analisis rasio keuangan. Penelitian tersebut menunjukan penjualan
4
perusahaan terus meningkat, tetapi kinerja keuangan perusahaan tidak baik. Maka
dari itu, menjadi menarik untuk dianalisis apakah hal serupa juga terjadi pada
periode 2008 sampai 2012 yang diketahui penjualan perusahaan selalu meningkat.
Pengukuran kinerja keuangan dapat menjadi salah satu acuan apakah
manajemen dapat mengelola dan mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki
perusahaan secara efisien. Namun pengukuran kinerja keuangan menggunakan
kinerja rasio keuangan dirasa tidak lagi cukup menggambarkan kinerja keuangan
perusahaan secara keseluruhan. Pengukuran tersebut belum memberikan
informasi mengenai penciptaan kekayaan serta nilai perusahaan terkait modal
pemilik saham yang dipakai. Sehingga pengukuran kinerja keuangan PT Charoen
Phokpand perlu dilengkapi dengan analisis nilai tambah ekonomi dan nilai tambah
pasar.
Sejatinya ketiga ukuran penilaian kinerja keuangan tersebut diasumsikan
memilki korelasi. Rasio keuangan diasumsikan menjadi penggerak utama dari
EVA begitu pun EVA menjadi bagian gambaran kinerja keuangan internal
perusahaan yang akan berpengaruh pada nilai tambah pasar (MVA).
Bagaimanakah hubungan antara rasio keuangan dengan EVA dan EVA terhadap
MVA pada PT Charoen Phokpand menjadi bagian penting yang harus dianalisis.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka secara lebih singkat dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana kinerja keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia dengan
menggunakan rasio-rasio keuangan, Economic Value Added (EVA) dan Market
Value Added (MVA)?
2. Apakah Economic Value Added (EVA) PT Charoen Phokpand Indonesia
dipengaruhi oleh rasio-rasio keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia?
3. Apakah Market Value Added (MVA) PT Charoen Phokpand Indonesia
dipengaruhi oleh EVA PT Charoen Phokpand Indonesia?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis tingkat kesehatan keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia
dengan menggunakan rasio-rasio keuangan, EVA dan MVA.
2. Menganalisis pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap EVA PT Charoen
Phokpand Indonesia.
3. Menganalisis pengaruh EVA terhadap MVA PT Charoen Phokpand Indonesia.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan manfaat :
1. Bagi perusahaan, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
informasi tambahan dan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan di masa yang akan datang.
5
2. Bagi peneliti untuk memberikan wawasan pengalaman dan informasi baru
yang berharga sekaligus sebagai wadah untuk menerapkan ilmu pengetahuan
yang didapatkan di bangku kuliah.
3. Bagi investor hasil penelitian ini dapat berguna sebagai rujukan dalam kegiatan
investasi di pasar modal.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengukuran kinerja keuangan
Penilaian kinerja keuangan perusahaan adalah salah satu upaya untuk
mengetahui sejauh mana keberhasilan manajemen perusahaan. Dalam Brigham
dan Houston (2001) kinerja keuangan adalah analisis keuangan yang pada
dasarnya dilakukan untuk melakukan evaluasi kinerja di masa lalu, dengan
melakukan berbagai analisis, sehingga diperoleh posisi keuangan perusahaan yang
mewakili realitas perusahaan dan potensi-potensi yang kinerjanya akan berlanjut.
Pengukuran kinerja perusahaan diperlukan untuk menentukan keberhasilan
perusahaan dalam mencapai tujuannya. Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu
perusahaan, maka dapat dilihat dari laporan keuangannya. Laporan tersebut
menggambarkan kinerja perseroan selama periode tertentu.
Pengukuran kinerja keuangan menggunakan rasio keuangan, EVA dan
MVA
Kinerja keuangan dapat diukur dengan berbagai metode. Salah satu meode
yang paling umum digunakan adalah analisis dengan menggunakan rasio
keuangan. Budiman (2006) menganalisis perkembangan kinerja keuangan PT
Pupuk Kujang (persero) periode 2001 sampai 2005. Analisis rasio tersebut
menggunakan metode analisis trend, analisis persentase per-komponen, analisis
rasio serta analisis Du Pont.Hasil Penelitian menunjukkan perkembangan kinerja
keuangan PT Pupuk Kujang cenderung menurun. Hal ini terlihat dari tingkat
pengembalian ekuitas (ROE) hasil analisis Du Pont yang relatif rendah dan
menurun.
Pengukuran kinerja keuangan berdasarkan rasio keuangan, dirasa tidak lagi
cukup, Febiani (2002) melakukan penelitian terkait kinerja keuangan PT Sierrad
yan bergerak di unggas potong dengan menggunakan EVA. EVA digunakan
karena Febiani (2002) menganggap bahwa EVA bukan hanya untuk melihat profit
semata melainkan menekankan pada aspek nilai tambah. Hasil penelitian ini
menunjukan PT Sierrad tidak memiliki kinerja keuangan yang sehat selama masa
penelitian. Widayanti (2003) juga meneliti kinerja keuangan PT Bank Unibank
Tbk dengan menggunakan metode EVA dan rasio-rasio keuangan. Rasio-rasio
keuangan yang digunakan terdiri dari Credit Growth (CG), Equity Ratio, Return
on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Legal Lending Limit (LLL), Foreign
Exchange Liability, Liquidity Ratio, Cost of Raising Fund, Placement dan Capital
Adequacy Ratio (CAR). Dalam penelitian ini tetapi tidak dianalisis pengaruh
rasio-rasio keuangan terhadap EVA, karena analisis yang dilakukan secara
terpisah. Di samping itu, dalam penelitian ini juga tidak dianalisis penilaian
kinerja perusahaan dari sisi nilai tambah pasar (Market Value Added/MVA) dan
pengaruh EVA terhadap MVA perusahaan. Prehatiningsih (2007) beranggapan
6
bahwa penggunaan metode EVA dan MVA dapat memberikan gambaran
mengenai nilai kekayaan bank sesungguhnya dan nilai perusahaan yang berhasil
diciptakan, dari sini akan dapat diketahui apakah Bank Danamon telah berhasil
menciptakan kekayaan atau sebaliknya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi EVA dan MVA
Rasio keuangan dianggap menjadi faktor penggerak EVA. Sama halnya
dengan EVA yang dianggap memberikan gambaran mengenai penciptaan nilai
tambah ekonomi bagi internal perusahaan yang sangat erat kaitannya dengan
MVA. Sampai saat ini belum ada aturan baku yang dapat memastikan faktor apa
saja yang mempengaruhi keduanya. Prehatiningsih (2007) menganalisis kekuatan
hubungan antara EVA terhadap MVA pada Bank Danamon, dan didapati EVA
berpengaruh signifikan terhadap MVA. Imamah (2005) melakukan analisis Rasio
Keuangan dan Economic Value Added (EVA). Hasil penelitian menunjukan EVA,
ROE,dan ROA yang berpengaruh terhadap MVA. Sedangkan, Budiharti (2006)
menganalisis hubungan NPM, CAR, AUR, ROE, ROA bank BRI dengan hasil,
hanya CAR yang berpengaruh signifikan. Sedangkan dalam penelitian Widayanti
(2003) tidak ada hubungan yang signifikan antara EVA dan MVA karena tidak
semua pemegang saham menganggap penting analisisis fundamental maupun
intrinsik perusahaan dalam membeli saham perseroan.
Badriah (2011) Berpendapat bahwa EVA menunjukkan nilai tambah yang
terjadi selama satu tahun tertentu, sedangkan MVA mencerminkan kinerja
perusahaan sejak perusahaan berdiri sampai sekarang. Maka dengan pernyataan
tersebut tidak ada ketentuan EVA harus berkorelasi dengan MVA. Penelitian itu
juga mendapati bahwa terdapat suatu hubungan antara MVA dan EVA, tetapi
hubungan tersebut bukanlah merupakan suatu hubungan langsung. Jika sebuah
perusahaan memiliki sejarah nilai-nilai EVA yang negatif maka nilai MVAnya
kemungkinan juga akan negatif, dan begitu pula.
Komponen harga saham yang merupakan unsur utama dari perhitungan
MVA, lebih bergantung kepada ekspektasi kinerja di masa yang akan datang dari
pada kinerja suatu historis menurut Badriah (2011). Oleh sebab itu, sebuah
perusahaan dengan sejarah nilai EVA yang negatif dapat saja memiliki nilai MVA
yang positif, asalkan para investornya mengharapkan terjadinya suatu perubahan
arah dimasa mendatang. Badriah (2011) hasil analisis statistik non parametrik
dengan menggunakan metode korelasi Rank Spearman dan pengujian hipotesis
terhadap seluruh data perusahan manufaktur BEI menyimpulkan bahwa EVA
tidak berkorelasi dengan MVA. Wibowo (2007) melakukan uji hubungan EVA
dan MVA atas model peramalan kesejahteraan pemegang saham. Dalam
penelitiannya menyimpulkan bahwa tidak terdapatnya hubungan yang signifikan
antara EVA dan MVA karena hasil pengujian menunjukkan nilai yang negatif.
Berdasarkan hasil pengujian tersebut disimpulkan bahwa penekanan dari
pendekatan EVA dan MVA adalah penciptaan nilai sehingga secara nyata
pengaruh penerapan EVA dan MVA pada akhirnya adalah kepada peningkatan
kesejahteraan para pemegang saham perusahaan yang bersangkutan.
Raden (2007) juga memperoleh hasil, bahwa terdapat suatu hubungan
antara MVA dan EVA, tetapi hubungan tersebut bukanlah merupakan suatu
hubungan langsung. Jika sebuah perusahaan memiliki sejarah nilai-nilai EVA
7
yang negatif maka nilai MVAnya kemungkinan juga akan negatif, dan begitu pula
sebaliknya jika terdapat sejarah akan nilai-nilai positif. Namun begitu harga
saham yang merupakan unsur utama dari perhitungan MVA, lebih bergantung
kepada ekspektasi kinerja di masa yang akan datang dari pada kinerja suatu
historis.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kinerja keuangan
Kinerja keuangan adalah analisis keuangan yang pada dasarnya dilakukan
untuk melakukan evaluasi kinerja di masa lalu, sehingga diperoleh posisi
keuangan perusahaan yang mewakili realitas perusahaan dan potensi kinerja yang
akan berlanjut menurut Brigham dan Houston (2001). Pengukuran kinerja
keuangan perusahaan diperlukan untuk menentukan keberhasilan perusahaan
dalam mencapai tujuannya. Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu
perusahaan, maka dapat dilihat dari laporan keuangannya. Laporan tersebut
menggambarkan kinerja perusahaan selama periode tertentu. Laporan dapat
menjadi berarti maka diperlukan analisis terhadap komponen komponen penting
perusahaan.
Alat analisis yang biasa digunakan adalah analisis rasio yaitu perbandingan
dari data keuangan perusahaan yang berhubungan sehingga dapat memperoleh
gambaran tentang kinerja perusahaan. Analisis kinerja terbaru yang
dikembangkan oleh lembaga konsultan Stern Stewart & Co untuk melengkapi
pengukuran dengan metode rasio yaitu analisis nilai tambah ekonomis (Economic
Value Added/EVA) dan nilai tambah pasar (Market Value Added/MVA). EVA
mempertimbangkan biaya modal sehingga kepentingan pemegang saham
terpenuhi dan EVA dapat menjawab masalah keagenan.
Laporan keuangan
Laporan yang diterbitkan perusahaan kepada pemegang saham diantaranya
adalah laporan tahunan (annual report). Laporan tahunan (annual report) adalah
laporan yang diterbitkan setiap tahun oleh perusahaan kepada para pemegang
saham. Ada dua jenis informasi yang diberikan dalam laporan ini. Pertama adalah
bagian verbal yang sering disajikan sebagai surat dari presiden direktur yang
menguraikan hasil operasi selama setahun lalu, laporan tahunan menyajikan
empat laporan keuangan dasar yaitu neraca, laporan laba rugi, laporan laba
ditahan, dan laporan arus kas menurut, Bringham dan Houston (2001). Laporan
ini berisi laporan keuangan dasar dan opini manajemen atas operasi perusahaan
selama tahun lalu dan prospek perusahaan di masa depan.
Menurut Keown (2008) laporan keuangan merupakan bagian penting dari
suatu informasi mengenai operasi penting yang dilaporkan dalam bentuk laporan
laba rugi, neraca dan laporan arus kas. Laporan keuangan digunakan bagi manajer
untuk melihat posisi kinerja keuangan, beserta perubahan-perubahan yang
menyertai posisi kinerja keuangan perusahaan dimasa yang akan datang. Laporan
8
keuangan disusun secara periodik, karena selain manajer terdapat pihak lain yang
berkepentingan dengan laporan tersebut terutama untuk perusahaan terbuka.
Mereka yang berkepentingan antara lain pemasok, karyawan, investor, kreditur,
pemerintah dan masyarakat umum. Terdapat beberapa jenis laporan keuangan
yaitu neraca, laporan komitmen, laporan laba rugi, laporan arus kas, catatan atas
laporan keuangan,laporan gabungan atas konsolidasi.
Adapun fungsi dari laporan keuangan menurut Munawir (1995) adalah :
1. Mengukur tingkat biaya dari berbagai perusahaan,
2. Menentukan atau mengukur efisiensi tiap-tiap bagian proses dan produksi
3. Menentukan derajat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan yang
bersangkutan
4. Menilai dan mengukur hasil kerja tiap-tiap individu yang telah disertai
wewenang dan tanggung jawab
5. Menentukan perlu tidaknya digunakan kebijakasanaan atau prosedur yang baru
untuk mencapai hasil yang lebih baik
Laporan keuangan dasar yang umumnya digunakan untuk melihat kinerja
keuangan perusahaan adalah laporan laba rugi, neraca, ekuitas dan arus kas.
Dalam penelitian terkait analisis rasio keuangan, EVA dan MVA laporan yang
digunakan adalah laporan laba rugi dan laporan neraca dari perusahaan.
1. Neraca
Neraca adalah suatu laporan keuangan yang menggambarkan posisi
keuangan pada suatu titik tertentu. Menurut Brigham dan Houston (2001), posisi
keuangan pada neraca di titik tertentu menyajikan kepemillikan aktiva, kewajiban
atau hutang dan ekuitas pemilik. Aktiva menggambarkan seluruh sumber daya
yang dimiliki perusahaan, sementara kewajiban dan ekuitas pemilik menunjukkan
bagaimana seluruh sumber daya perusahaan didanai. Neraca terdiri dari tiga
bagian penting yaitu aktiva, kewajiban, dan modal. Informasi yang dapat dilihat
dari neraca antara lain adalah posisi sumber kekayaan perusahaan dan sumber
pembiayaan untuk memperoleh kekayaan perusahaan tersebut dalam suatu
periode akuntansi (triwulan, kwartal, atau tahunan). Dalam neraca terdapat
komponen aktiva mewakili seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan,
sementara kewajiban dan ekuitas pemegang saham menunjukkan bagaimana
seluruh sumber daya perusahaan itu didanai. Aktiva dalam neraca terdiri atas tiga
kategori Keown (2008) :
1. Aktiva lancar (current assets)
2. Aktiva tetap atau jangka panjang (fixed assets atau long term assets)
3. Aktiva lain (other assets)
Dalam melaporkan jumlah uang atas berbagai aktiva ini, berlaku praktik
konvensional pelaporan nilai aktiva maupun dan kewajiban yang dilakukan atas
dasar beban historis. Jadi neraca tidak dimaksudkan untuk menyajikan nilai pasar
perusahaan, namun melaporkan transaksi berdasarkan beban historisnya.
Menentukan nilai yang wajar dari perusahaan adalah masalah yang berbeda.
Bagian lain dari neraca adalah kewajiban dan ekuitas pemegang saham. Sumber
utama pendanaan adalah kewajiban serta ekuitas pemegang saham.
2. Laporan laba rugi
Laporan laba rugi adalah sebuah laporan keuangan yang menggambarkan
unsur pendapatan dengan unsur beban sehingga dapat diperoleh laba atau rugi
bersih perusahaan pada suatu periode tertentu. Menurut Brigham dan Houston
9
(2001) laporan laba rugi adalah laporan yang mengikhtisarkan pendapatan dan
beban perusahaan selama periode akuntansi tertentu yang umumnya setiap kuartal
atau satu tahun. Laporan laba rugi menggambarkan pendapatan bersih dari
kegiatan operasi perusahaan selama periode tertentu. Laporan atas laba dan
dividen per saham disajikan pada bagian bawah laporan.
Rasio keuangan
Rasio keuangan adalah suatu hubungan matematis dalam laporan keuangan
antara jumlah tertentu terhadap jumlah lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk
menganalisis kinerja sebuah laporan keuangan karena mampu mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan. Dalam Keown (2008) ada dua
cara untuk membuat perhitungan rasio keuangan menjadi lebih berarti, yang
pertama adalah dapat meneliti rasio antar waktu untuk meneliti arah
pergerakannya dan yang kedua dapat membandingkan rasio keuangan perusahaan
dengan perusahaan lain.
Rasio keuangan dirancang untuk membantu mengevaluasi laporan
keuangan. Analisis rasio dapat dikelompokan dalam 6 analisis yaitu analisis rasio
likuiditas, rasio rentabilitas, rasio solvabilitas, rasio efisiensi usaha, rasio hutang
(leverage) dan rasio nilai pasar. Dalam penelitian ini terdapat tiga kelompok rasio
keuangan perusahaan yang akan digunakan, yaitu rasio rentabilitas, rasio
solvabilitas dan rasio efisiensi usaha. Pemilihan ketiga kelompok rasio ini
didasarkan pada kerelevanannya dengan peningkatan aset perusahaan,
kerelatifannya dengan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added
(MVA) serta rasio-rasio ini pula yang dijadikan standar pembanding untuk
dipublikasikan oleh perusahaan sebagai acuan kinerja keuangan perusahaan pada
umumnya.
1. Rasio rentabilitas/ Rasio profitabilitas
Rasio rentabilitas atau disebut juga rasio profitabilitas adalah rasio yang
menunjukan pengaruh gabungan dari kebijakan likuiditas, manajemen aktiva, dan
manajemen utang terhadap hasil operasi. Rasio ini juga disebut hasil bersih dari
serangkaian kebijakan dan dan keputusan. Kemampuan rentabilitas perusahaan
dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dalam suatu periode
dengan jumlah aktiva atau modal yang dimiliki perusahaan dalam periode yang
sama.
Rasio ini dapat diukur dengan menggunakan beberapa rasio, diantaranya
adalah Net Profit Margin (NPM), Return on Asset (ROA) dan Return on Equity
(ROE).
a. Net Profit Margin (NPM)
NPM adalah tingkat kemampu labaan suatu perusahaan, rasio ini merupakan
rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan net income
(laba bersih) dari kegiatan operasi pokoknya.
b. Return on Asset (ROA)
Rasio ini merupakan perbandingan rasio laba bersih terhadap total aktiva.
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih atas
total aset yang dimiliki perusahaan dan mengindikasikan perusahaan
menggunakan seluruh aset yang tersedia dengan baik. Semakin tinggi rasio ini,
maka kemampuan manajemen dalam mengelola aktiva yang dimiliki semakin
baik karena dapat mendatangkan laba sebelum pajak yang tinggi.
10
c. Return on Equity (ROE)
Rasio ini merupakan rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa untuk
mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham. Return on Equity
(ROE) mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola ekuitas
yang ada untuk mendapatkan laba bersih. ROE menunjukkan efektivitas dan
efisiensi pemakaian modal untuk menghasilkan laba. ROE berhubungan langsung
dengan kekayaan pemegang saham. Semakin tinggi ROE suatu perusahaan, maka
semakin baik perusahaan dalam mengelola manajemennya. (Keown et al., 2008)
d. Eearning per Share (EPS)
Rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan per saham yang diperoleh
oleh pemegang saham. Semakin tinggi rasio ini, maka kemampuan manajemen
dalam menciptakan keuntungan bagi pemegang sahamnya semakin baik
2. Rasio Solvabilitas
Rasio sovabilitas adalah rasio yang dapat mengukur kemampuan perusahaan
untuk mendapatkan modal dalam memenuhi kegiatan usahanya, rasio ini juga
mampu menunjukan seberapa mampu perusahaan membayar hutangnya dengan
menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki. Salah satu rasio yang digunakan untuk
menilai tingkat solvabilitas perusahaan adalah Rasio Hutang (Debt to Total Asset
Ratio) dan Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio).
a. Rasio Hutang (Debt to Total Asset Ratio)
Rasio ini menunjukkan proporsi antara total kewajiban perusahaan dengan
total kekayaan perusahaan yang dimiliki. Semakin tinggi nilai persentase rasio
utang maka semakin tinggi pula risiko perusahaan yang harus ditanggung
perusahaan (Sawir, 2005). Total utang mencakup baik utang lancar maupun utang
jangka panjang.
b. Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio)
Rasio ini menunjukkan perbandingan antara hutang dan ekuitas (modal)
yang digunakan dalam mendanai aktiva dan menunjukan kemampuan modal
sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya.
3. Rasio efisiensi usaha
Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur apakah suatu
perusahaan sudah mengalokasikan seluruh faktor produksinya secara efisien.
Melalui rasio-rasio keuangan ini dapat diukur secara kuantitatif tingkat efisiensi
yang telah dicapai oleh manajemen perusahan yang bersangkutan. Salah satu rasio
efisiensi usaha yang digunakan dalam penelitian ini adalah Asset Utilization Ratio
(AUR).
a. Asset Utilization Ratio (AUR)
Asset Utilization Ratio (AUR) digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen suatu perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang dikuasai untuk
memperoleh total income, yang terdiri dari operating income dan non operating
income.
Berikut adalah kelebihan dari analisis rasio menurut Brigham dan Houston
(2001) :
1. Analisis rasio mudah dalam perhitungannya
2. Analisis rasio dapat mengukur kemampuan perusahaan membayar hutang
3. Rasio keuangan dapat digunakan untuk membantu menganalisis,
mengendalikan dan memperbaiki operasi perusahaan
11
4. Rasio keuangan dapat digunakan untuk melihat efisiensi, risiko dan prospek
pertumbuhan perusahaan
Meskipun analisis rasio banyak membantu manajemen dalam menilai
kekurangan dan kelebihan kinerja keuangan perusahaan, Dalam analisis ini masih
terdapat kelemahan yang menyebabkan keterbatasan dalam interpretasi rasio
(Brigham dan Houston, 2001), diantaranya adalah :
1. Kadang-kadang sulit untuk mengidentifikasi kategori industri perusahaan
apabila perusahaan berusaha dalam beberapa bidang usaha
2. Tidak menyertakan biaya modal
3. Perbedaan praktik akuntansi antar perusahaan dapat menghasilkan perbedaan
dalam perhitungan rasio
4. Banyak perusahaan yang mengalami perubahan dalam operasi mereka.Jadi
rasio juga akan berubah-ubah menurut tahun laporan keuangan dibuat
5. Industri menerbitkan rata-rata hanya berupa perkiraan bukan rata-rata
berdasarkan penelitian ilmiah.
Nilai tambah ekonomi (Economic Value Added =EVA)
EVA merupakan suatu ide keuangan yang paling populer saat ini.
Dikembangkan dan dipopulerkan oleh lembaga konsultan Stern Stewart & Co.
EVA membantu manajer memastikan bahwa suatu unit bisnis menambah nilai
pemegang saham, sementara investor dapat menggunakan EVA untuk mengetahui
saham spot yang akan meningkatkan nilainya. EVA adalah cara untuk mengukur
profitabilitas operasi yang sesungguhnya. Biaya modal dikurangkan ketika
menghitung laba bersih, tetapi biaya modal ini tidak dikurangkan saat menghitung
biaya modal ekuitas. Oleh karena itu secara ekonomis, laba bersih ditetapkan
terlalu tinggi dibandinggkan laba yang sesungguhnya. Jadi EVA menyelesaikan
masalah akuntansi konvensional.
Secara lebih ringkas maka dapat dikatakan bahwa EVA adalah nilai tambah
ekonomi yang diberikan oleh manajemen kepada pemegang saham selama satu
tahun tertentu (Bringham dan Houston, 2001). EVA membantu manajer
memastikan bahwa perusahaannya dapat menambah nilai pemegang saham,
sementara investor dapat menggunakan EVA untuk mengetahui saham mana yang
akan meningkatkan nilainya. EVA memfokuskan pada efektivitas manajerial
dalam satu tahun tertentu. Rumus dasar dari EVA adalah laba operasi setelah
pajak dikurangi biaya modal setelah pajak. Jadi, EVA adalah suatu estimasi laba
ekonomis yang sesungguhnya dari perusahaan dalam tahun berjalan, dan hal ini
sangat berbeda dengan laba akuntansi
Penghitungan EVA menurut perspektif akuntansi manajemen merupakan
selisih antara laba bersih operasional dikurangi biaya modal yang terpakai.
Kesulitan yang dihadapi perusahaan secara umum adalah menghitung
biaya modal yang terpakai. Dua langkah yang digunakan dalam hal ini, yaitu :
1. Menentukan biaya tertimbang rata-rata atas modal
2. Menentukan total jumlah modal yang dipakai
Untuk menghitung biaya tertimbang rata-rata atas modal, perusahaan harus
mengidentifikasi seluruh sumber dana yang diinvestasikan. Sumber- sumber yang
biasanya adalah pinjaman dan ekuitas (saham yang diterbitkan).
Pinjaman yang dikenakan bunga harus disesuaikan tingkatnya untuk
pengurangan pajak. Sedangkan ekuitas ditangani secara berbeda. Biaya atas
12
pembiayaan ekuitas adalah biaya kesempatan (opportunity cost) bagi para
investor, tidak ada penyesuaian pajak untuk ekuitas. Lalu pembagian
proporsional dari
masing-masing metode pembiayaan dikalikan dengan
persentase biayanya dan dijumlahkan untuk menghasilkan biaya beban rata-rata
modal.
EVA dapat dijadikan sebagai alat ukur keuangan berdasarkan nilai (value),
alat ukur yang dapat memperlihatkan secara absolut berapa nilai shareholder
yang telah diciptakan atau dihancurkan, EVA juga sebagai alat ukur yang sangat
berkaitan dengan harga saham, juga memberikan dasar bagi terciptanya sistem
kompensasi yang mampu memotivasi seluruh komponen perusahaan untuk
menciptakan nilai kepada pemegang saham. Perhitungan EVA Menurut Brigham
dan Houston (2001), formula untuk menghitung EVA sebagai berikut :
EVA = NOPAT - COC
Dimana : NOPAT = Net Operating Profit After Tax
COC
= Cost Of Capital
Sebagai akhir perhitungan EVA, hasilnya dapat menunjukkan angka positif,
negatif atau nol. Brigham dan Houston (2001) menjelaskan mengenai analisis dari
perhitungan EVA sebagai berikut :
1. Kondisi EVA positif mencerminkan kompensasi yang lebih tinggi
dibandingkan biaya modal. Ini berarti, manajemen mampu menciptakan
peningkatan kekayaan (create value) bagi perusahaan atau pemilik modal,
bukan sekadar memberi fatamorgana. Perusahaan yang menghasilkan EVA
positif, dipastikan laba bersihnya bagus.
2. Sedangkan kondisi EVA yang negatif menunjukkan adanya penurunan nilai
kekayaan (destroy value) dari pemegang saham. Hal ini berarti bila laba
bersihnya lebih rendah ketimbang biaya modal dan manajemen dianggap
belum berhasil dalam menciptakan peningkatan kekayaan bagi pemilik modal.
3. Lalu jika kondisi EVA bernilai nol, maka tidak terjadi penurunan ataupun
kenaikan dari nilai kekayaan dari pemilik modal.
Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
Menurut pendekatan operasional, NOPAT merupakan laba operasi
perusahaan setelah dikurangi pajak. Sedangkan menurut pendekatan keuangan,
NOPAT didapat dari laba bersih setelah pajak ditambah dengan beban bunga.
Untuk perhitungan NOPAT dapat diperoleh dari laporan laba rugi
perusahaan.
COC (Cost of Capital)
Semua sumber dana yang digunakan perusahaan baik berasal dari
hutang maupun modal sendiri (ekuitas) yang digunakan untuk investasi atau
membiayai operasional perusahaan dikenakan suatu biaya disebut biaya modal.
Baik hutang maupun modal sendiri memiliki biaya modal. Hanya saja kalau
dalam modal sendiri biaya tersebut bersifat implisit atau opportunistic,
sedangkan untuk hutang bersifat eksplisit karena memang benar-benar
dikeluarkan oleh perusahaan dalam bentuk pembayaran bunga. Biaya tersebut
harus mencerminkan rata-rata tertimbang berbagai sumber dana yang digunakan.
13
Weighted Average Cost of Capital (WACC)
WACC adalah jumlah biaya dari masing-masing komponen modal,
misalnya pinjaman jangka pendek (cost of debt) dan pinjaman jangka panjang
serta setoran modal saham (cost of equity) yang diberikan bobot sesuai dengan
proporsinya dalam struktur modal perusahaan. WACC didapat dari komponen
biaya ekuitas (Ke), biaya hutang (Kd), bobot modal (We) serta bobot hutang
(Wd).
Biaya Ekuitas (Ke) dihitung menggunakan model Capital Assets
Pricing Model (CAPM). Pendekatan CAPM menegaskan bahwa tingkat hasil
pengembalian atas saham biasa yang diinginkan oleh para investor sama dengan
tingkat bebas risiko ditambah dengan premi risiko. Premi risiko ini adalah premi
risiko pasar dikalikan dengan beta yang dapat diterapkan pada perusahaan yang
bersangkutan. CAPM akan mengestimasikan Ke dengan dimulai dari tingkat
bebas risiko dari rata-rata saham (Km-Krf), dinaikkan atau diturunkan untuk
mencerminkan risiko saham tertentu seperti yang diukur oleh koefisien betanya
(Brigham dan Houston, 2001). Model CAPM dapat memberikan estimasi nilai Ke
yang akurat dan tepat. Biaya Utang yang digunakan adalah biaya utang setelah
pajak atau Kd (1-T).
Biaya utang setelah pajak adalah biaya yang relevan dari utang baru,
dengan memperhatikan kemungkinan pengurangan pajak melalui bunga,
digunakan untuk menghitung WACC, alasan menggunakan itu karena nilai dari
saham perusahaan, yang ingin dimaksimalkan perusahaan, akan bergantung pada
arus kas setelah pajak. Karena bunga adalah biaya yang dapat dikurangkan, bunga
akan memberikan pengurangan pajak yang mengurangi biaya utang bersih.
Invested Capital (IC)
Invested Capital adalah jumlah seluruh pinjaman perusahaan di luar
pinjaman jangka pendek tanpa bunga (non-interest bearing liabilities) atau dapat
pula dikatakan bahwa IC merupakan modal yang ditanamkan investor pada suatu
perusahaan. Menurut Tunggal (2001), perhitungan IC dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu :
1. Pendekatan Operasi (Operating Approach)
Invested Capital = Kas + Working Capital Requirements + Aktiva Tetap.
Working Capital Requirement = (Persediaan + Piutang dagang + Aktiva Lancar
lainnya) - (Hutang Dagang + Biaya-biaya masih harus Dibayar + Uang Muka
Pelanggan).
2. Pendekatan keuangan (Financial Approach)
Invested Capital= Pinjaman jangka Pendek + Pinjaman jangka panjang yang Lain
(interest bearing liabilities) + Ekuitas Pemegang Saham.
Banyak manfaat yang didapat dengan menerapkan EVA sebagai pengukur
kinerja keuangan suatu perusahaan. Menurut Utama (1997) kelebihan EVA antara
lain:
1. EVA sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai penilai kinerja perusahaan di
mana fokus penilaian kinerja adalah padapenciptaan nilai (value creation).
2. EVA akan menyebabkan perusahaan untuk lebih memperhatikan
kebijaksanaan struktur modalnya karena EVA memperhitungkan biaya modal.
3. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang
memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya modalnya.
14
Walaupun metode EVA umumnya mempunyai keefektifan yang tinggi
dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan, metode EVA juga mempunyai
beberapa kelemahan (Utama, 1997), yaitu:
1. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu periode tertentu,
padahal nilai suatu perusahaan merupakan akumulasi selama seumur hidup
perusahaan.
2. Secara praktis EVA belum dapat diterapkan dengan mudah karena proses
perhitungan EVA memerlukan estimasi atas biaya modal, dan estimasi ini
terutama untuk perusahaan yang belum go public sulit dilakukan dengan tepat.
3. EVA terlalu menekankan pada keyakinan bahwa investor Sangat
mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil
keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu, padahal faktor lain
kadang-kadang justru dominan.
Nilai tambah pasar (Market Value Added= MVA)
Sistem perhitungan MVA pertama kali diperkenalkan oleh lembaga Stern
Stewart & Co pada tahun 1991 di Amerika serikat, MVA atau nilai tambah pasar
menurut Brigham dan Houston (2001) adalah perbedaan antara nilai pasar ekuitas
dan jumlah modal ekuitas yang diinvestasikan investor, karena tujuan utama dari
kegiatan manajemen adalah memaksimalkan kekayaan pemegang saham atau
dapat diartikan memaksimalkan harga saham biasa perusahaan. Menurut Young
dan O’Byrne (2001) MVA adalah perbedaan antara nilai pasar perusahaan
(termasuk ekuitas dan hutang) dan modal keseluruhan yang diinvestasikan dalam
perusahaan. Nilai pasar adalah nilai perusahaan, yakni jumlah nilai pasar dari
semua tuntutan modal terhadap perusahaan oleh pasar modal pada tanggal tertentu
(jumlah nilai pasar dari hutang dan ekuitas). Modal yang diinvestasikan adalah
jumlah modal yang disediakan penyedia dana pada tanggal yang sama.
Terdapat dua komponen penting yang membangun MVA, yakni market
value equity atau nilai pasar ekuitas dan equity capital supplied by shareholders
atau jumlah modal yang diinvestasikan dalam perusahaan. Market value equity
adalah nilai pasar yang dicerminkan dengan harga saham perusahaan yang
dikalikan dengan jumlah saham yang beredar. Sedangkan equity capital supplied
by sharesholders dapat diperoleh dari nilai buku perusahaan. Secara singkat MVA
dapat diperoleh dari perkalian saham yang beredar dengan harga saham di pasar
model yang dikurangi total ekuitas saham biasa atau nilai buku. Jika MVA lebih
besar daripada nol, maka perusahaan telah menciptakan kemakmuran bagi
pemegang saham, tetapi jika MVA bernilai negatif, maka perusahaan telah
melakukan kinerja yang buruk karena telah menghancurkan modal investor.
1. Market value (nilai pasar) sebagai komponen MVA
Nilai pasar adalah nilai aset yang berlaku di pasar modal. Nilai ini
ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan di pasar modal. Jadi, nilai
pasar perusahaan dapat ditetapkan berdasarkan harga saham.
2. Jumlah saham yang beredar sebagai komponen MVA
Jumlah saham yang diedarkan dipasar modal menurut Keown (2008)
dimana saham yang beredar tersebut merupakan hak atas sebagian dari
perusahaan terbatas atas suatu bukti penyertaan atau partisipasi dalam modal suatu
perusahaan. Jadi apabila seorang investor membeli saham yang beredar tersebut
maka investor tersebut memiliki andil kepemilikan terhadap perusahaan.
15
3. Nilai buku sebagai komponen MVA
Nilai buku adalah nilai total ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Nilai
buku juga disebut sebagai, kekayaan bersih perusahaan menurut neraca, nilai buku
didasarkan pada nilai historis atau nilai awal.
Dalam Young dan O’Byrne (2001), keuntungan dari penggunaan MVA
adalah bahwa para manajer dapat dengan penuh keyakinan atau percaya diri
memaksimalkan MVA saat ini sehingga kelebihan pengembalian (excess return)
juga akan maksimal. Sementara itu terdapat kelemahan yaitu MVA mengabaikan
kesempatan biaya opportunitas dari modal yang diinvestasikan pada perusahaan.
Pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap EVA
Rasio keuangan dari aspek keuangan m
PT CHAROEN PHOKPAND INDONESIA TBK (PERSERO)
PERIODE 2008-2012
PUTRI ANGGRAENI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kinerja
Keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia Tbk (Persero) Periode 2008-2012
adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014
Putri Anggraeni
NIM H34100083
ABSTRAK
PUTRI ANGGRAENI. Analisis Kinerja Keuangan PT Charoen Phokpand
Indonesia Tbk (Persero) Periode 2008-2012. Dibimbing oleh DWI RACHMINA
Pengukuran kinerja keuangan digunakan untuk menilai keefektifan
manajemen sebuah perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan yang banyak
digunakan adalah rasio keuangan. Namun, pengukuran tersebut tidak cukup
untuk merefleksikan penciptaan kekayaan bagi pemegang saham. Sehingga
perlu dilengkapi dengan pengukuran Economic Value Added (EVA) dan Market
Value Added (MVA). Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat kinerja
keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia sebagai salah satu perseroan besar
di subsektor agribisnis perunggasan. Penelitian menggunakan analisis rasio
keuangan, EVA dan MVA. Setelah itu diukur juga hubungan antara rasio
keuangan terhadap EVA dan EVA terhadap MVA. Hasil penelitian menunjukan
rasio keuangan, EVA dan MVA perseroan cenderung meningkat atau baik.
Rasio keuangan yang berpengaruh terhadap EVA hanya ROE, setiap kenaikan
ROE 1 persen maka EVA meningkat sebesar 5 497 504 juta rupiah. Hubungan
antara EVA dan MVA didapati tidak signifikan dalam penelitian.
Kata kunci: EVA, kinerja keuangan, MVA, PT Charoen Phokpand dan rasio
keuangan
ABSTRACT
PUTRI ANGGRAENI. Financial Analysis Performances of PT Charoen
Phokpand Indonesia 2008-2012 periods. Supervised by DWI RACHMINA
Financial analysis is used to see how effective the performance of
management in a company. Financial measurement using financial ratios is
considered not enough provide overall creation of shareholder wealth. a
measurement has to be completed by Economic Value Added (EVA) and Market
Value Added (MVA). This research is conducted on PT Charoen Phokpand
Indonesia. It aims to look at the financial performance of the company through
the financial ratios measuring instruments, EVA and MVA. Its also see both of
the relationship between ratios and EVA and between EVA and MVA. The
study yielded information that the whole of the 2008 to 2012 financial ratios,
EVA and MVA tend to increase. It inform the company financial performances
is good. Financial ratios that affect EVA is only ROE, the corellation is
positive. If the ROE increased 1 percent, the EVA would also increase 5 497
504 millions. This analysis also found that between EVA and MVA is not
significantly related.
Keyword : EVA, financial performance, MVA, PT Charoen Phokpand, ratios
ANALISIS KINERJA KEUANGAN
PT CHAROEN PHOKPAND INDONESIA TBK (PERSERO)
PERIODE 2008-2012
PUTRI ANGGRAENI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Analisis Kinerja Keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia Tbk
(Persero) Periode 2008-2012
Nama
: Putri Anggraeni
NIM
: H34100083
Disetujui oleh
Dr Ir Dwi Rachmina, MSi
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi: An N セZ@ =""nerja Keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia Tbk
(Perse;-, ? eriode 2008-2012
Nama
: Putri Anggraeni
NIM
: H3 41000 3
Disetujui oleh
(jrDr Ir Dwi Rachrnina, MSi
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
2 1 MAR 2014
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian ialah keuangan, dengan judul Analisis Kinerja Keuangan PT
Charoen Phokpand Indonesia Tbk (Persero) Periode 2008-2012. Penelitian
dilaksanakan di Bursa Efek Indonesia dan PT Charoen Phokpand Indonesia,
sejak bulan November 2013 sampai Januari 2014
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Dwi Rachmina, M Si
selaku dosen pembimbing, Dr Ir Netti Aprillia, MM selaku dosen penguji utama,
Ir Narni Farmayani, M Sc selaku dosen penguji Komisi Pendidikan, pihak Bursa
Efek Indonesia serta Bapak Dr Ir Syahrir Akil dan Suripto yang telah memberi
izin untuk meneliti PT Charoen Phokpand Indonesia. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada pihak BEI yang telah membantu selama
pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu,
Adik, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Terima kasih
kepada teman Agribisnis 47, Galih Puntadewa, Putri Gunanti, Tuty Rachmawati,
Riska Prorina, M Hakim Haekal, Josia Anajohn, Ica, Nurafiah, Olha Siahaan,
Talita Mila, Masturoh dan Santika Hamidah yang banyak membantu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2014
Putri Anggraeni
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
xi
xi
xi
1
1
3
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
4
TINJAUAN PUSTAKA
Pengukuran kinerja keuangan
Pengukuran kinerja keuangan menggunakan rasio keuangan, EVA dan
MVA
Faktor-faktor yang mempengaruhi EVA dan MVA
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kinerja keuangan
Laporan keuangan
Rasio keuangan
Nilai tambah ekonomi (Economic Value Added =EVA)
Nilai tambah pasar (Market Value Added= MVA)
Pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap EVA
Pengaruh EVA terhadap MVA
Kerangka Pemikiran Operasional
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Peneitian
5
5
5
6
7
7
7
7
9
11
14
15
15
16
18
18
Jenis dan Sumber Data
18
Metode Pengumpulan Data
18
Metode Pengolahan dan Analisis Data
18
Analisis rasio-rasio keuangan
Analisis nilai tambah ekonomi (Economic Value Added-EVA
Metode nilai tambah pasar (Market Value Added-MVA)
Analisis pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap EVA
Analisis pengaruh EVA terhadap MVA
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum PT Charoen Phokpand Indonesia
Sejarah perusahaan
19
19
22
22
25
26
26
26
Visi, misi dan strategi perusahaan
27
Manajemen dan Struktur Organisasi
28
Kegiatan usaha perusahaan
Aspek pemasaran
Aspek sumber daya manusia dan struktur organisasi
Rasio-rasio keuangan
Economic Value Added (EVA)
Market Value Added (MVA
Hubungan rasio-rasio keuangan terhadap EVA
Hubungan antara EVA dengan MVA
SIMPULAN DAN SARAN
Saran
28
29
31
32
40
42
44
47
49
49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
50
53
53
85
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Data konsumsi unggas nasional tahun 2009-2011
Jumlah perusahaan unggas menurut badan hukum di Indonesia
Data market share industri pakan ternak di Indonesia tahun 2008
EVA perusahaan unggas go public periode 1997-2002
Rumus matematis rasio keuangan
Tahapan perhitungan EVA
Tahapan Perhitungan biaya ekuitas
Langkah perhitungan MVA
Hipotesis awal pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap EVA
NPM PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
ROA PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
ROE PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
EPS PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
DAR PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
DER PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
AUR PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
EVA PT Charoen phokpand Indonesia tahun 2008-2012
Nilai MVA PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
Hasil persamaan regresi pengaruh rasio keuangan terhadap EVA
Hasil regresi first differencing rasio keuangan terhadap EVA
1
1
2
3
19
20
21
22
25
33
34
35
36
38
39
40
41
43
44
46
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Alur penelitian kinerja keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia
Proses produksi pakan ternak PT Charoen Phokpand Indonesia
Proses produksi DOC PT Charoen Phokpand Indonesia
Proses produksi pakan ternak PT Charoen Phokpand Indonesia
Struktur organisasi PT Charoen Phokpand Indonesia
NPM PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
ROE PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
EPS PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
Proporsi hutang PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
EVA PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
17
29
30
30
31
34
36
38
39
42
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
Laporan laba rugi PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2012
Laporan laba rugi PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2011
Laporan laba rugi PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2010
Laporan laba rugi PT Charoen Phokpand Indonesia 2009
Laporan laba rugi PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008
Neraca PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2012
Neraca PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2011
54
55
56
57
58
59
61
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
Neraca PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2010
Neraca PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2009
Neraca PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008
Perhitungan NPM PT Charoen Phokpand Indonesia
Perhitungan ROA PT Charoen Phokpand Indonesia
Perhitungan ROE PT Charoen Phokpand Indonesia
Perhitungan DAR PT Charoen Phokpand Indonesia
Perhitungan DER PT Charoen Phokpand Indonesia
Perhitungan AUR PT Charoen Phokpand Indonesia
Perhitungan NOPAT PT Charoen Phokpand Indonesia
Perhitungan biaya hutang Kd* PT Charoen Phokpand Indonesia
Perhitungan biaya ekuitas PT Charoen Phokpand Indonesia
Perhitungan struktur modal PT Charoen Phokpand Indonesia
Perhitungan WACC PT Charoen Phokpand Indonesia
Perhitungan integrated capital PT Charoen Phokpand Indonesia
Perhitungan COC PT Charoen Phokpand Indonesia
Indeks Harga Saham Gabungan tahun 2008-2012
Harga saham PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
Daftar suku bunga Sertifikat Bank Indonesia
Nilai MVA PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
Regresi rasio keuangan terhadap EVA
Output regresi hubungan antara EVA terhadap MVA
63
65
67
69
70
71
72
73
74
75
76
76
76
76
77
78
79
79
80
81
82
83
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Agribisnis peternakan menjadi bagian penting dalam pemenuhan kebutuhan
pangan berupa protein hewani. Pentingnya pemenuhan kebutuhan ini membuat
pasar dari peternakan begitu potensial, paling tidak terdapat populasi sebanyak
240 juta jiwa dalam skala nasional yang membutuhkan hasil dari sektor
peternakan. Salah satu komoditas peternakan yang banyak diminati adalah
komoditas unggas. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1, terjadi peningkatan ratarata konsumsi unggas nasional untuk ayam broiler dan ayam kampung sebesar
2.94 dan 0.05 persen sepanjang tahun 2009 sampai 2011.
Tabel 1 Data konsumsi unggas nasional tahun 2009-2011
Komoditas unggas
Tahun (kg per kapita)
2009
2010
2011
Ayam broiler
Ayam kampung
3.08
0.52
3.55
0.63
3.65
0.63
Rata-rata
peningkatan
(%)
2.94
0.05
Unggas lainnya
0.05
0.05
0.05
0.00
Sumber : Badan Pusat Statistik 2013
Komoditas unggas terutama ayam, menjadi produk yang banyak diminati
oleh konsumen nasional. Komoditas ini diminati karena harga yang relatif
terjangkau, kandungan protein yang tinggi serta karakteristik produk unggas yang
dapat diterima penduduk Indonesia yang sebagian besar muslim. Hal-hal tersebut
menjadikan komoditas unggas, potensial untuk dikembangkan dalam unit bisnis
baik dalam skala kecil maupun besar. Potensi ini berimplikasi pada peningkatan
jumlah perusahaan unggas sejak tahun 2008 yang hanya 267 unit menjadi 351 unit
ditahun 2011 (Tabel 2).
Tabel 2 Jumlah perusahaan unggas menurut badan hukum di Indonesia
Badan hukum
2008
2009
2010
PT/CV/Firma
229
242
287
BUMN
3
3
4
Koperasi
24
26
23
Perorangan
0
0
Yayasan
19
Lainnya
11
12
Jumlah
267
283
333
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan 2013
2011
315
4
22
10
351
2
Peningkatan jumlah peternakan unggas yang begitu pesat tentu berhubungan
langsung dengan industri pakan ternak. Industri pakan ternak berfungsi sebagai
penyedia input terbesar dalam usaha ternak selain bibit. Secara finansial, pakan
merupakan faktor biaya produksi yang paling penting dibandingkan faktor
lainnya. Penggunaan pakan mencapai 60 persen sampai 70 persen dari total biaya
produksi. Salah satu perusahaan besar yang bergerak dalam industri pakan ternak
adalah PT Charoen Phokpand Indonesia. Perusahaan ini menjadi pemimpin pasar
dengan market share tertinggi sebesar 31.20 persen pada tahun 2008 (Tabel 3).
Tabel 3 Data market share industri pakan ternak di Indonesia tahun 2008
Nama perusahaan
Jumlah produksi
Market share
(juta ton/tahun)
(%)
Charoen Pokphand
4.00
31.20
Indonesia
Jafpa Comfeed
1.73
13.50
Indonesia
Cheil Jedang
0.75
7.80
Sierad Produce
0.54
7.00
Malindo Feedmill
0.44
3.50
Lainnya
5.35
37.00
Total
12.81
100.00
Sumber : Gabungan Perusahaan Pakan Ternak Indonesia 2008
PT Charoen Phokpand selain memiliki market share terbesar dalam industri
pakan ternak, diketahui juga bahwa penjualan netto perusahaan untuk seluruh
produknya sejak tahun 2008 sampai 2012 terus mengalami peningkatan. Tahun
2008 sebesar hanya 13 triliyun rupiah dan ditahun 2012 mecapai 21 triliyun
rupiah. Hal ini semakin menguatkan posisi PT Charoen Phokpand dalam industri
pakan ternak. Akan tetapi, kedua parameter tersebut dirasa belum cukup untuk
menggambarkan kinerja sebuah perusahaan secara utuh. Market share dan
peningkatan penjualan dapat dijadikan pengukuran kinerja perusahaan berupa
kinerja non finansial. Salah satu aspek penilaian yang penting lainnya adalah
kinerja finansial.
Hasil penelitian Christiawan (2004), memberikan informasi bahwa kinerja
keuangan perusahaan agribisnis unggas yang dilihat dari Economic Value Added
berfluktuasi (Tabel 4). Terkadang nilai EVA positif terkadang negatif. Hal ini
mengindikasikan bahwa perusahaan tidak konsisten dalam menghasilkan nilai
tambah ekonomi bagi pemegang saham. Pada tabel 4 juga diketahui nilai EVA PT
Charoen Phokpand negatif ditahun 1997, 1998, 2000 dan 2001 dan positif hanya
ditahun 1999 dan 2002. Hasil penelitian Yusnawati (2004) menggunakan
pendekatan analisis Market Value Added (MVA), juga menunjukkan bahwa
industri agribisnis perunggasan tidak memberikan kemakmuran bagi investor. Hal
ini berarti tingkat kepercayaan investor terhadap industri untuk menghasilkan
keuntungan bagi dirinya masih rendah. Penelitian terbaru dilakukan Galih (2008)
terhadap lima perusahaan peternakan go public mendapati bahwa saham
perusahaan pada perusahaan agribisnis hanya cocok untuk trader (kegiatan jual
beli saham untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek).
3
Tabel 4 EVA perusahaan unggas go public periode 1997-2002
Nama perusahaan
Economic Value Added (EVA)
1997-1998
1999
2000-2001
PT Cipedawa Farm
Negatif
Negatif
Negatif
Enterprises
PT Multibreeder
Negatif
Negatif
Negatif
Adidarma Indonesia
PT Charoen
Negatif
Positif
Negatif
Pokhpand Indonesia
PT Central
Negatif
Positif
Positif
Proteinaprima
PT Japfa Comfeed
Negatif
Negatif
Negatif
Indonesia
PT Sierad Produce
Negatif
Negatif
Negatif
PT Surya Hidup
Negatif
Positif
Negatif
Satwa
PT Fast Food
Positif
Positif
Positif
Indonesia
2002
Negatif
Negatif
Positif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Positif
Sumber : Christiawan (2004) ; Yusnawati (2004)
Berdasarkan hasil analisis tersebut maka perlu dilakukan pengukuran kinerja
keuangan pada PT Charoen Phokpand sebagai salah satu perusahaan besar di
sektor agribisnis perunggasan. Pengukuran kinerja keuangan tradisional dengan
menggunakan metode pengukuran kinerja rasio-rasio keuangan tidak dirasa
cukup lagi untuk memberikan keseluruhan informasi mengenai penciptaan
kekayaan serta nilai perusahaan terkait modal yang dipakai. Sehingga pengukuran
perlu dilengkapi dengan pengukuran menggunakan metode Economic Value
Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). Selain itu, perlu dilengkapi
dengan analisis terkait apa sajakah faktor yang mempengaruhi EVA dan MVA.
Kedua Hasil tersebut dapat memberikan kesimpulan mengenai komponen kinerja
manakah yang dapat mempengaruhi dan mencerminkan kinerja keuangan
perusahaan, agar perusahaan dapat meningkatkan kinerja perusahaan di masa
yang akan datang.
Perumusan Masalah
Tingkat persaingan dalam industri pakan ternak beserta industri integrasinya
semakin ketat. Peningkatan penjualan PT Charoen phokpand yang terus
meningkat disepanjang 2008 sampai 2012 semakin menguatkan posisi PT
Charoen Phokpand sebagai salah satu perusahaan agribisnis perunggasan di
Indonesia. Peningkatan penjualan dan market share belum dirasa cukup
menggambarkan kinerja perusahaan yang baik secara keseluruhan. Kinerja
perusahaan secara garis besar dapat dikategorikan sebagai kinerja keuangan dan
non keuangan. Sebagai pembelajaran adalah penelitian Fahmi (2004) terhadap
kinerja keuangan PT Charoen Phokpand periode 1998 sampai 2002 dengan
menggunakan analisis rasio keuangan. Penelitian tersebut menunjukan penjualan
4
perusahaan terus meningkat, tetapi kinerja keuangan perusahaan tidak baik. Maka
dari itu, menjadi menarik untuk dianalisis apakah hal serupa juga terjadi pada
periode 2008 sampai 2012 yang diketahui penjualan perusahaan selalu meningkat.
Pengukuran kinerja keuangan dapat menjadi salah satu acuan apakah
manajemen dapat mengelola dan mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki
perusahaan secara efisien. Namun pengukuran kinerja keuangan menggunakan
kinerja rasio keuangan dirasa tidak lagi cukup menggambarkan kinerja keuangan
perusahaan secara keseluruhan. Pengukuran tersebut belum memberikan
informasi mengenai penciptaan kekayaan serta nilai perusahaan terkait modal
pemilik saham yang dipakai. Sehingga pengukuran kinerja keuangan PT Charoen
Phokpand perlu dilengkapi dengan analisis nilai tambah ekonomi dan nilai tambah
pasar.
Sejatinya ketiga ukuran penilaian kinerja keuangan tersebut diasumsikan
memilki korelasi. Rasio keuangan diasumsikan menjadi penggerak utama dari
EVA begitu pun EVA menjadi bagian gambaran kinerja keuangan internal
perusahaan yang akan berpengaruh pada nilai tambah pasar (MVA).
Bagaimanakah hubungan antara rasio keuangan dengan EVA dan EVA terhadap
MVA pada PT Charoen Phokpand menjadi bagian penting yang harus dianalisis.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka secara lebih singkat dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana kinerja keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia dengan
menggunakan rasio-rasio keuangan, Economic Value Added (EVA) dan Market
Value Added (MVA)?
2. Apakah Economic Value Added (EVA) PT Charoen Phokpand Indonesia
dipengaruhi oleh rasio-rasio keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia?
3. Apakah Market Value Added (MVA) PT Charoen Phokpand Indonesia
dipengaruhi oleh EVA PT Charoen Phokpand Indonesia?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis tingkat kesehatan keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia
dengan menggunakan rasio-rasio keuangan, EVA dan MVA.
2. Menganalisis pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap EVA PT Charoen
Phokpand Indonesia.
3. Menganalisis pengaruh EVA terhadap MVA PT Charoen Phokpand Indonesia.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan manfaat :
1. Bagi perusahaan, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
informasi tambahan dan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan di masa yang akan datang.
5
2. Bagi peneliti untuk memberikan wawasan pengalaman dan informasi baru
yang berharga sekaligus sebagai wadah untuk menerapkan ilmu pengetahuan
yang didapatkan di bangku kuliah.
3. Bagi investor hasil penelitian ini dapat berguna sebagai rujukan dalam kegiatan
investasi di pasar modal.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengukuran kinerja keuangan
Penilaian kinerja keuangan perusahaan adalah salah satu upaya untuk
mengetahui sejauh mana keberhasilan manajemen perusahaan. Dalam Brigham
dan Houston (2001) kinerja keuangan adalah analisis keuangan yang pada
dasarnya dilakukan untuk melakukan evaluasi kinerja di masa lalu, dengan
melakukan berbagai analisis, sehingga diperoleh posisi keuangan perusahaan yang
mewakili realitas perusahaan dan potensi-potensi yang kinerjanya akan berlanjut.
Pengukuran kinerja perusahaan diperlukan untuk menentukan keberhasilan
perusahaan dalam mencapai tujuannya. Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu
perusahaan, maka dapat dilihat dari laporan keuangannya. Laporan tersebut
menggambarkan kinerja perseroan selama periode tertentu.
Pengukuran kinerja keuangan menggunakan rasio keuangan, EVA dan
MVA
Kinerja keuangan dapat diukur dengan berbagai metode. Salah satu meode
yang paling umum digunakan adalah analisis dengan menggunakan rasio
keuangan. Budiman (2006) menganalisis perkembangan kinerja keuangan PT
Pupuk Kujang (persero) periode 2001 sampai 2005. Analisis rasio tersebut
menggunakan metode analisis trend, analisis persentase per-komponen, analisis
rasio serta analisis Du Pont.Hasil Penelitian menunjukkan perkembangan kinerja
keuangan PT Pupuk Kujang cenderung menurun. Hal ini terlihat dari tingkat
pengembalian ekuitas (ROE) hasil analisis Du Pont yang relatif rendah dan
menurun.
Pengukuran kinerja keuangan berdasarkan rasio keuangan, dirasa tidak lagi
cukup, Febiani (2002) melakukan penelitian terkait kinerja keuangan PT Sierrad
yan bergerak di unggas potong dengan menggunakan EVA. EVA digunakan
karena Febiani (2002) menganggap bahwa EVA bukan hanya untuk melihat profit
semata melainkan menekankan pada aspek nilai tambah. Hasil penelitian ini
menunjukan PT Sierrad tidak memiliki kinerja keuangan yang sehat selama masa
penelitian. Widayanti (2003) juga meneliti kinerja keuangan PT Bank Unibank
Tbk dengan menggunakan metode EVA dan rasio-rasio keuangan. Rasio-rasio
keuangan yang digunakan terdiri dari Credit Growth (CG), Equity Ratio, Return
on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Legal Lending Limit (LLL), Foreign
Exchange Liability, Liquidity Ratio, Cost of Raising Fund, Placement dan Capital
Adequacy Ratio (CAR). Dalam penelitian ini tetapi tidak dianalisis pengaruh
rasio-rasio keuangan terhadap EVA, karena analisis yang dilakukan secara
terpisah. Di samping itu, dalam penelitian ini juga tidak dianalisis penilaian
kinerja perusahaan dari sisi nilai tambah pasar (Market Value Added/MVA) dan
pengaruh EVA terhadap MVA perusahaan. Prehatiningsih (2007) beranggapan
6
bahwa penggunaan metode EVA dan MVA dapat memberikan gambaran
mengenai nilai kekayaan bank sesungguhnya dan nilai perusahaan yang berhasil
diciptakan, dari sini akan dapat diketahui apakah Bank Danamon telah berhasil
menciptakan kekayaan atau sebaliknya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi EVA dan MVA
Rasio keuangan dianggap menjadi faktor penggerak EVA. Sama halnya
dengan EVA yang dianggap memberikan gambaran mengenai penciptaan nilai
tambah ekonomi bagi internal perusahaan yang sangat erat kaitannya dengan
MVA. Sampai saat ini belum ada aturan baku yang dapat memastikan faktor apa
saja yang mempengaruhi keduanya. Prehatiningsih (2007) menganalisis kekuatan
hubungan antara EVA terhadap MVA pada Bank Danamon, dan didapati EVA
berpengaruh signifikan terhadap MVA. Imamah (2005) melakukan analisis Rasio
Keuangan dan Economic Value Added (EVA). Hasil penelitian menunjukan EVA,
ROE,dan ROA yang berpengaruh terhadap MVA. Sedangkan, Budiharti (2006)
menganalisis hubungan NPM, CAR, AUR, ROE, ROA bank BRI dengan hasil,
hanya CAR yang berpengaruh signifikan. Sedangkan dalam penelitian Widayanti
(2003) tidak ada hubungan yang signifikan antara EVA dan MVA karena tidak
semua pemegang saham menganggap penting analisisis fundamental maupun
intrinsik perusahaan dalam membeli saham perseroan.
Badriah (2011) Berpendapat bahwa EVA menunjukkan nilai tambah yang
terjadi selama satu tahun tertentu, sedangkan MVA mencerminkan kinerja
perusahaan sejak perusahaan berdiri sampai sekarang. Maka dengan pernyataan
tersebut tidak ada ketentuan EVA harus berkorelasi dengan MVA. Penelitian itu
juga mendapati bahwa terdapat suatu hubungan antara MVA dan EVA, tetapi
hubungan tersebut bukanlah merupakan suatu hubungan langsung. Jika sebuah
perusahaan memiliki sejarah nilai-nilai EVA yang negatif maka nilai MVAnya
kemungkinan juga akan negatif, dan begitu pula.
Komponen harga saham yang merupakan unsur utama dari perhitungan
MVA, lebih bergantung kepada ekspektasi kinerja di masa yang akan datang dari
pada kinerja suatu historis menurut Badriah (2011). Oleh sebab itu, sebuah
perusahaan dengan sejarah nilai EVA yang negatif dapat saja memiliki nilai MVA
yang positif, asalkan para investornya mengharapkan terjadinya suatu perubahan
arah dimasa mendatang. Badriah (2011) hasil analisis statistik non parametrik
dengan menggunakan metode korelasi Rank Spearman dan pengujian hipotesis
terhadap seluruh data perusahan manufaktur BEI menyimpulkan bahwa EVA
tidak berkorelasi dengan MVA. Wibowo (2007) melakukan uji hubungan EVA
dan MVA atas model peramalan kesejahteraan pemegang saham. Dalam
penelitiannya menyimpulkan bahwa tidak terdapatnya hubungan yang signifikan
antara EVA dan MVA karena hasil pengujian menunjukkan nilai yang negatif.
Berdasarkan hasil pengujian tersebut disimpulkan bahwa penekanan dari
pendekatan EVA dan MVA adalah penciptaan nilai sehingga secara nyata
pengaruh penerapan EVA dan MVA pada akhirnya adalah kepada peningkatan
kesejahteraan para pemegang saham perusahaan yang bersangkutan.
Raden (2007) juga memperoleh hasil, bahwa terdapat suatu hubungan
antara MVA dan EVA, tetapi hubungan tersebut bukanlah merupakan suatu
hubungan langsung. Jika sebuah perusahaan memiliki sejarah nilai-nilai EVA
7
yang negatif maka nilai MVAnya kemungkinan juga akan negatif, dan begitu pula
sebaliknya jika terdapat sejarah akan nilai-nilai positif. Namun begitu harga
saham yang merupakan unsur utama dari perhitungan MVA, lebih bergantung
kepada ekspektasi kinerja di masa yang akan datang dari pada kinerja suatu
historis.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kinerja keuangan
Kinerja keuangan adalah analisis keuangan yang pada dasarnya dilakukan
untuk melakukan evaluasi kinerja di masa lalu, sehingga diperoleh posisi
keuangan perusahaan yang mewakili realitas perusahaan dan potensi kinerja yang
akan berlanjut menurut Brigham dan Houston (2001). Pengukuran kinerja
keuangan perusahaan diperlukan untuk menentukan keberhasilan perusahaan
dalam mencapai tujuannya. Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu
perusahaan, maka dapat dilihat dari laporan keuangannya. Laporan tersebut
menggambarkan kinerja perusahaan selama periode tertentu. Laporan dapat
menjadi berarti maka diperlukan analisis terhadap komponen komponen penting
perusahaan.
Alat analisis yang biasa digunakan adalah analisis rasio yaitu perbandingan
dari data keuangan perusahaan yang berhubungan sehingga dapat memperoleh
gambaran tentang kinerja perusahaan. Analisis kinerja terbaru yang
dikembangkan oleh lembaga konsultan Stern Stewart & Co untuk melengkapi
pengukuran dengan metode rasio yaitu analisis nilai tambah ekonomis (Economic
Value Added/EVA) dan nilai tambah pasar (Market Value Added/MVA). EVA
mempertimbangkan biaya modal sehingga kepentingan pemegang saham
terpenuhi dan EVA dapat menjawab masalah keagenan.
Laporan keuangan
Laporan yang diterbitkan perusahaan kepada pemegang saham diantaranya
adalah laporan tahunan (annual report). Laporan tahunan (annual report) adalah
laporan yang diterbitkan setiap tahun oleh perusahaan kepada para pemegang
saham. Ada dua jenis informasi yang diberikan dalam laporan ini. Pertama adalah
bagian verbal yang sering disajikan sebagai surat dari presiden direktur yang
menguraikan hasil operasi selama setahun lalu, laporan tahunan menyajikan
empat laporan keuangan dasar yaitu neraca, laporan laba rugi, laporan laba
ditahan, dan laporan arus kas menurut, Bringham dan Houston (2001). Laporan
ini berisi laporan keuangan dasar dan opini manajemen atas operasi perusahaan
selama tahun lalu dan prospek perusahaan di masa depan.
Menurut Keown (2008) laporan keuangan merupakan bagian penting dari
suatu informasi mengenai operasi penting yang dilaporkan dalam bentuk laporan
laba rugi, neraca dan laporan arus kas. Laporan keuangan digunakan bagi manajer
untuk melihat posisi kinerja keuangan, beserta perubahan-perubahan yang
menyertai posisi kinerja keuangan perusahaan dimasa yang akan datang. Laporan
8
keuangan disusun secara periodik, karena selain manajer terdapat pihak lain yang
berkepentingan dengan laporan tersebut terutama untuk perusahaan terbuka.
Mereka yang berkepentingan antara lain pemasok, karyawan, investor, kreditur,
pemerintah dan masyarakat umum. Terdapat beberapa jenis laporan keuangan
yaitu neraca, laporan komitmen, laporan laba rugi, laporan arus kas, catatan atas
laporan keuangan,laporan gabungan atas konsolidasi.
Adapun fungsi dari laporan keuangan menurut Munawir (1995) adalah :
1. Mengukur tingkat biaya dari berbagai perusahaan,
2. Menentukan atau mengukur efisiensi tiap-tiap bagian proses dan produksi
3. Menentukan derajat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan yang
bersangkutan
4. Menilai dan mengukur hasil kerja tiap-tiap individu yang telah disertai
wewenang dan tanggung jawab
5. Menentukan perlu tidaknya digunakan kebijakasanaan atau prosedur yang baru
untuk mencapai hasil yang lebih baik
Laporan keuangan dasar yang umumnya digunakan untuk melihat kinerja
keuangan perusahaan adalah laporan laba rugi, neraca, ekuitas dan arus kas.
Dalam penelitian terkait analisis rasio keuangan, EVA dan MVA laporan yang
digunakan adalah laporan laba rugi dan laporan neraca dari perusahaan.
1. Neraca
Neraca adalah suatu laporan keuangan yang menggambarkan posisi
keuangan pada suatu titik tertentu. Menurut Brigham dan Houston (2001), posisi
keuangan pada neraca di titik tertentu menyajikan kepemillikan aktiva, kewajiban
atau hutang dan ekuitas pemilik. Aktiva menggambarkan seluruh sumber daya
yang dimiliki perusahaan, sementara kewajiban dan ekuitas pemilik menunjukkan
bagaimana seluruh sumber daya perusahaan didanai. Neraca terdiri dari tiga
bagian penting yaitu aktiva, kewajiban, dan modal. Informasi yang dapat dilihat
dari neraca antara lain adalah posisi sumber kekayaan perusahaan dan sumber
pembiayaan untuk memperoleh kekayaan perusahaan tersebut dalam suatu
periode akuntansi (triwulan, kwartal, atau tahunan). Dalam neraca terdapat
komponen aktiva mewakili seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan,
sementara kewajiban dan ekuitas pemegang saham menunjukkan bagaimana
seluruh sumber daya perusahaan itu didanai. Aktiva dalam neraca terdiri atas tiga
kategori Keown (2008) :
1. Aktiva lancar (current assets)
2. Aktiva tetap atau jangka panjang (fixed assets atau long term assets)
3. Aktiva lain (other assets)
Dalam melaporkan jumlah uang atas berbagai aktiva ini, berlaku praktik
konvensional pelaporan nilai aktiva maupun dan kewajiban yang dilakukan atas
dasar beban historis. Jadi neraca tidak dimaksudkan untuk menyajikan nilai pasar
perusahaan, namun melaporkan transaksi berdasarkan beban historisnya.
Menentukan nilai yang wajar dari perusahaan adalah masalah yang berbeda.
Bagian lain dari neraca adalah kewajiban dan ekuitas pemegang saham. Sumber
utama pendanaan adalah kewajiban serta ekuitas pemegang saham.
2. Laporan laba rugi
Laporan laba rugi adalah sebuah laporan keuangan yang menggambarkan
unsur pendapatan dengan unsur beban sehingga dapat diperoleh laba atau rugi
bersih perusahaan pada suatu periode tertentu. Menurut Brigham dan Houston
9
(2001) laporan laba rugi adalah laporan yang mengikhtisarkan pendapatan dan
beban perusahaan selama periode akuntansi tertentu yang umumnya setiap kuartal
atau satu tahun. Laporan laba rugi menggambarkan pendapatan bersih dari
kegiatan operasi perusahaan selama periode tertentu. Laporan atas laba dan
dividen per saham disajikan pada bagian bawah laporan.
Rasio keuangan
Rasio keuangan adalah suatu hubungan matematis dalam laporan keuangan
antara jumlah tertentu terhadap jumlah lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk
menganalisis kinerja sebuah laporan keuangan karena mampu mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan. Dalam Keown (2008) ada dua
cara untuk membuat perhitungan rasio keuangan menjadi lebih berarti, yang
pertama adalah dapat meneliti rasio antar waktu untuk meneliti arah
pergerakannya dan yang kedua dapat membandingkan rasio keuangan perusahaan
dengan perusahaan lain.
Rasio keuangan dirancang untuk membantu mengevaluasi laporan
keuangan. Analisis rasio dapat dikelompokan dalam 6 analisis yaitu analisis rasio
likuiditas, rasio rentabilitas, rasio solvabilitas, rasio efisiensi usaha, rasio hutang
(leverage) dan rasio nilai pasar. Dalam penelitian ini terdapat tiga kelompok rasio
keuangan perusahaan yang akan digunakan, yaitu rasio rentabilitas, rasio
solvabilitas dan rasio efisiensi usaha. Pemilihan ketiga kelompok rasio ini
didasarkan pada kerelevanannya dengan peningkatan aset perusahaan,
kerelatifannya dengan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added
(MVA) serta rasio-rasio ini pula yang dijadikan standar pembanding untuk
dipublikasikan oleh perusahaan sebagai acuan kinerja keuangan perusahaan pada
umumnya.
1. Rasio rentabilitas/ Rasio profitabilitas
Rasio rentabilitas atau disebut juga rasio profitabilitas adalah rasio yang
menunjukan pengaruh gabungan dari kebijakan likuiditas, manajemen aktiva, dan
manajemen utang terhadap hasil operasi. Rasio ini juga disebut hasil bersih dari
serangkaian kebijakan dan dan keputusan. Kemampuan rentabilitas perusahaan
dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dalam suatu periode
dengan jumlah aktiva atau modal yang dimiliki perusahaan dalam periode yang
sama.
Rasio ini dapat diukur dengan menggunakan beberapa rasio, diantaranya
adalah Net Profit Margin (NPM), Return on Asset (ROA) dan Return on Equity
(ROE).
a. Net Profit Margin (NPM)
NPM adalah tingkat kemampu labaan suatu perusahaan, rasio ini merupakan
rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan net income
(laba bersih) dari kegiatan operasi pokoknya.
b. Return on Asset (ROA)
Rasio ini merupakan perbandingan rasio laba bersih terhadap total aktiva.
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih atas
total aset yang dimiliki perusahaan dan mengindikasikan perusahaan
menggunakan seluruh aset yang tersedia dengan baik. Semakin tinggi rasio ini,
maka kemampuan manajemen dalam mengelola aktiva yang dimiliki semakin
baik karena dapat mendatangkan laba sebelum pajak yang tinggi.
10
c. Return on Equity (ROE)
Rasio ini merupakan rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa untuk
mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham. Return on Equity
(ROE) mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola ekuitas
yang ada untuk mendapatkan laba bersih. ROE menunjukkan efektivitas dan
efisiensi pemakaian modal untuk menghasilkan laba. ROE berhubungan langsung
dengan kekayaan pemegang saham. Semakin tinggi ROE suatu perusahaan, maka
semakin baik perusahaan dalam mengelola manajemennya. (Keown et al., 2008)
d. Eearning per Share (EPS)
Rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan per saham yang diperoleh
oleh pemegang saham. Semakin tinggi rasio ini, maka kemampuan manajemen
dalam menciptakan keuntungan bagi pemegang sahamnya semakin baik
2. Rasio Solvabilitas
Rasio sovabilitas adalah rasio yang dapat mengukur kemampuan perusahaan
untuk mendapatkan modal dalam memenuhi kegiatan usahanya, rasio ini juga
mampu menunjukan seberapa mampu perusahaan membayar hutangnya dengan
menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki. Salah satu rasio yang digunakan untuk
menilai tingkat solvabilitas perusahaan adalah Rasio Hutang (Debt to Total Asset
Ratio) dan Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio).
a. Rasio Hutang (Debt to Total Asset Ratio)
Rasio ini menunjukkan proporsi antara total kewajiban perusahaan dengan
total kekayaan perusahaan yang dimiliki. Semakin tinggi nilai persentase rasio
utang maka semakin tinggi pula risiko perusahaan yang harus ditanggung
perusahaan (Sawir, 2005). Total utang mencakup baik utang lancar maupun utang
jangka panjang.
b. Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio)
Rasio ini menunjukkan perbandingan antara hutang dan ekuitas (modal)
yang digunakan dalam mendanai aktiva dan menunjukan kemampuan modal
sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya.
3. Rasio efisiensi usaha
Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur apakah suatu
perusahaan sudah mengalokasikan seluruh faktor produksinya secara efisien.
Melalui rasio-rasio keuangan ini dapat diukur secara kuantitatif tingkat efisiensi
yang telah dicapai oleh manajemen perusahan yang bersangkutan. Salah satu rasio
efisiensi usaha yang digunakan dalam penelitian ini adalah Asset Utilization Ratio
(AUR).
a. Asset Utilization Ratio (AUR)
Asset Utilization Ratio (AUR) digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen suatu perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang dikuasai untuk
memperoleh total income, yang terdiri dari operating income dan non operating
income.
Berikut adalah kelebihan dari analisis rasio menurut Brigham dan Houston
(2001) :
1. Analisis rasio mudah dalam perhitungannya
2. Analisis rasio dapat mengukur kemampuan perusahaan membayar hutang
3. Rasio keuangan dapat digunakan untuk membantu menganalisis,
mengendalikan dan memperbaiki operasi perusahaan
11
4. Rasio keuangan dapat digunakan untuk melihat efisiensi, risiko dan prospek
pertumbuhan perusahaan
Meskipun analisis rasio banyak membantu manajemen dalam menilai
kekurangan dan kelebihan kinerja keuangan perusahaan, Dalam analisis ini masih
terdapat kelemahan yang menyebabkan keterbatasan dalam interpretasi rasio
(Brigham dan Houston, 2001), diantaranya adalah :
1. Kadang-kadang sulit untuk mengidentifikasi kategori industri perusahaan
apabila perusahaan berusaha dalam beberapa bidang usaha
2. Tidak menyertakan biaya modal
3. Perbedaan praktik akuntansi antar perusahaan dapat menghasilkan perbedaan
dalam perhitungan rasio
4. Banyak perusahaan yang mengalami perubahan dalam operasi mereka.Jadi
rasio juga akan berubah-ubah menurut tahun laporan keuangan dibuat
5. Industri menerbitkan rata-rata hanya berupa perkiraan bukan rata-rata
berdasarkan penelitian ilmiah.
Nilai tambah ekonomi (Economic Value Added =EVA)
EVA merupakan suatu ide keuangan yang paling populer saat ini.
Dikembangkan dan dipopulerkan oleh lembaga konsultan Stern Stewart & Co.
EVA membantu manajer memastikan bahwa suatu unit bisnis menambah nilai
pemegang saham, sementara investor dapat menggunakan EVA untuk mengetahui
saham spot yang akan meningkatkan nilainya. EVA adalah cara untuk mengukur
profitabilitas operasi yang sesungguhnya. Biaya modal dikurangkan ketika
menghitung laba bersih, tetapi biaya modal ini tidak dikurangkan saat menghitung
biaya modal ekuitas. Oleh karena itu secara ekonomis, laba bersih ditetapkan
terlalu tinggi dibandinggkan laba yang sesungguhnya. Jadi EVA menyelesaikan
masalah akuntansi konvensional.
Secara lebih ringkas maka dapat dikatakan bahwa EVA adalah nilai tambah
ekonomi yang diberikan oleh manajemen kepada pemegang saham selama satu
tahun tertentu (Bringham dan Houston, 2001). EVA membantu manajer
memastikan bahwa perusahaannya dapat menambah nilai pemegang saham,
sementara investor dapat menggunakan EVA untuk mengetahui saham mana yang
akan meningkatkan nilainya. EVA memfokuskan pada efektivitas manajerial
dalam satu tahun tertentu. Rumus dasar dari EVA adalah laba operasi setelah
pajak dikurangi biaya modal setelah pajak. Jadi, EVA adalah suatu estimasi laba
ekonomis yang sesungguhnya dari perusahaan dalam tahun berjalan, dan hal ini
sangat berbeda dengan laba akuntansi
Penghitungan EVA menurut perspektif akuntansi manajemen merupakan
selisih antara laba bersih operasional dikurangi biaya modal yang terpakai.
Kesulitan yang dihadapi perusahaan secara umum adalah menghitung
biaya modal yang terpakai. Dua langkah yang digunakan dalam hal ini, yaitu :
1. Menentukan biaya tertimbang rata-rata atas modal
2. Menentukan total jumlah modal yang dipakai
Untuk menghitung biaya tertimbang rata-rata atas modal, perusahaan harus
mengidentifikasi seluruh sumber dana yang diinvestasikan. Sumber- sumber yang
biasanya adalah pinjaman dan ekuitas (saham yang diterbitkan).
Pinjaman yang dikenakan bunga harus disesuaikan tingkatnya untuk
pengurangan pajak. Sedangkan ekuitas ditangani secara berbeda. Biaya atas
12
pembiayaan ekuitas adalah biaya kesempatan (opportunity cost) bagi para
investor, tidak ada penyesuaian pajak untuk ekuitas. Lalu pembagian
proporsional dari
masing-masing metode pembiayaan dikalikan dengan
persentase biayanya dan dijumlahkan untuk menghasilkan biaya beban rata-rata
modal.
EVA dapat dijadikan sebagai alat ukur keuangan berdasarkan nilai (value),
alat ukur yang dapat memperlihatkan secara absolut berapa nilai shareholder
yang telah diciptakan atau dihancurkan, EVA juga sebagai alat ukur yang sangat
berkaitan dengan harga saham, juga memberikan dasar bagi terciptanya sistem
kompensasi yang mampu memotivasi seluruh komponen perusahaan untuk
menciptakan nilai kepada pemegang saham. Perhitungan EVA Menurut Brigham
dan Houston (2001), formula untuk menghitung EVA sebagai berikut :
EVA = NOPAT - COC
Dimana : NOPAT = Net Operating Profit After Tax
COC
= Cost Of Capital
Sebagai akhir perhitungan EVA, hasilnya dapat menunjukkan angka positif,
negatif atau nol. Brigham dan Houston (2001) menjelaskan mengenai analisis dari
perhitungan EVA sebagai berikut :
1. Kondisi EVA positif mencerminkan kompensasi yang lebih tinggi
dibandingkan biaya modal. Ini berarti, manajemen mampu menciptakan
peningkatan kekayaan (create value) bagi perusahaan atau pemilik modal,
bukan sekadar memberi fatamorgana. Perusahaan yang menghasilkan EVA
positif, dipastikan laba bersihnya bagus.
2. Sedangkan kondisi EVA yang negatif menunjukkan adanya penurunan nilai
kekayaan (destroy value) dari pemegang saham. Hal ini berarti bila laba
bersihnya lebih rendah ketimbang biaya modal dan manajemen dianggap
belum berhasil dalam menciptakan peningkatan kekayaan bagi pemilik modal.
3. Lalu jika kondisi EVA bernilai nol, maka tidak terjadi penurunan ataupun
kenaikan dari nilai kekayaan dari pemilik modal.
Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
Menurut pendekatan operasional, NOPAT merupakan laba operasi
perusahaan setelah dikurangi pajak. Sedangkan menurut pendekatan keuangan,
NOPAT didapat dari laba bersih setelah pajak ditambah dengan beban bunga.
Untuk perhitungan NOPAT dapat diperoleh dari laporan laba rugi
perusahaan.
COC (Cost of Capital)
Semua sumber dana yang digunakan perusahaan baik berasal dari
hutang maupun modal sendiri (ekuitas) yang digunakan untuk investasi atau
membiayai operasional perusahaan dikenakan suatu biaya disebut biaya modal.
Baik hutang maupun modal sendiri memiliki biaya modal. Hanya saja kalau
dalam modal sendiri biaya tersebut bersifat implisit atau opportunistic,
sedangkan untuk hutang bersifat eksplisit karena memang benar-benar
dikeluarkan oleh perusahaan dalam bentuk pembayaran bunga. Biaya tersebut
harus mencerminkan rata-rata tertimbang berbagai sumber dana yang digunakan.
13
Weighted Average Cost of Capital (WACC)
WACC adalah jumlah biaya dari masing-masing komponen modal,
misalnya pinjaman jangka pendek (cost of debt) dan pinjaman jangka panjang
serta setoran modal saham (cost of equity) yang diberikan bobot sesuai dengan
proporsinya dalam struktur modal perusahaan. WACC didapat dari komponen
biaya ekuitas (Ke), biaya hutang (Kd), bobot modal (We) serta bobot hutang
(Wd).
Biaya Ekuitas (Ke) dihitung menggunakan model Capital Assets
Pricing Model (CAPM). Pendekatan CAPM menegaskan bahwa tingkat hasil
pengembalian atas saham biasa yang diinginkan oleh para investor sama dengan
tingkat bebas risiko ditambah dengan premi risiko. Premi risiko ini adalah premi
risiko pasar dikalikan dengan beta yang dapat diterapkan pada perusahaan yang
bersangkutan. CAPM akan mengestimasikan Ke dengan dimulai dari tingkat
bebas risiko dari rata-rata saham (Km-Krf), dinaikkan atau diturunkan untuk
mencerminkan risiko saham tertentu seperti yang diukur oleh koefisien betanya
(Brigham dan Houston, 2001). Model CAPM dapat memberikan estimasi nilai Ke
yang akurat dan tepat. Biaya Utang yang digunakan adalah biaya utang setelah
pajak atau Kd (1-T).
Biaya utang setelah pajak adalah biaya yang relevan dari utang baru,
dengan memperhatikan kemungkinan pengurangan pajak melalui bunga,
digunakan untuk menghitung WACC, alasan menggunakan itu karena nilai dari
saham perusahaan, yang ingin dimaksimalkan perusahaan, akan bergantung pada
arus kas setelah pajak. Karena bunga adalah biaya yang dapat dikurangkan, bunga
akan memberikan pengurangan pajak yang mengurangi biaya utang bersih.
Invested Capital (IC)
Invested Capital adalah jumlah seluruh pinjaman perusahaan di luar
pinjaman jangka pendek tanpa bunga (non-interest bearing liabilities) atau dapat
pula dikatakan bahwa IC merupakan modal yang ditanamkan investor pada suatu
perusahaan. Menurut Tunggal (2001), perhitungan IC dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu :
1. Pendekatan Operasi (Operating Approach)
Invested Capital = Kas + Working Capital Requirements + Aktiva Tetap.
Working Capital Requirement = (Persediaan + Piutang dagang + Aktiva Lancar
lainnya) - (Hutang Dagang + Biaya-biaya masih harus Dibayar + Uang Muka
Pelanggan).
2. Pendekatan keuangan (Financial Approach)
Invested Capital= Pinjaman jangka Pendek + Pinjaman jangka panjang yang Lain
(interest bearing liabilities) + Ekuitas Pemegang Saham.
Banyak manfaat yang didapat dengan menerapkan EVA sebagai pengukur
kinerja keuangan suatu perusahaan. Menurut Utama (1997) kelebihan EVA antara
lain:
1. EVA sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai penilai kinerja perusahaan di
mana fokus penilaian kinerja adalah padapenciptaan nilai (value creation).
2. EVA akan menyebabkan perusahaan untuk lebih memperhatikan
kebijaksanaan struktur modalnya karena EVA memperhitungkan biaya modal.
3. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang
memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya modalnya.
14
Walaupun metode EVA umumnya mempunyai keefektifan yang tinggi
dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan, metode EVA juga mempunyai
beberapa kelemahan (Utama, 1997), yaitu:
1. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu periode tertentu,
padahal nilai suatu perusahaan merupakan akumulasi selama seumur hidup
perusahaan.
2. Secara praktis EVA belum dapat diterapkan dengan mudah karena proses
perhitungan EVA memerlukan estimasi atas biaya modal, dan estimasi ini
terutama untuk perusahaan yang belum go public sulit dilakukan dengan tepat.
3. EVA terlalu menekankan pada keyakinan bahwa investor Sangat
mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil
keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu, padahal faktor lain
kadang-kadang justru dominan.
Nilai tambah pasar (Market Value Added= MVA)
Sistem perhitungan MVA pertama kali diperkenalkan oleh lembaga Stern
Stewart & Co pada tahun 1991 di Amerika serikat, MVA atau nilai tambah pasar
menurut Brigham dan Houston (2001) adalah perbedaan antara nilai pasar ekuitas
dan jumlah modal ekuitas yang diinvestasikan investor, karena tujuan utama dari
kegiatan manajemen adalah memaksimalkan kekayaan pemegang saham atau
dapat diartikan memaksimalkan harga saham biasa perusahaan. Menurut Young
dan O’Byrne (2001) MVA adalah perbedaan antara nilai pasar perusahaan
(termasuk ekuitas dan hutang) dan modal keseluruhan yang diinvestasikan dalam
perusahaan. Nilai pasar adalah nilai perusahaan, yakni jumlah nilai pasar dari
semua tuntutan modal terhadap perusahaan oleh pasar modal pada tanggal tertentu
(jumlah nilai pasar dari hutang dan ekuitas). Modal yang diinvestasikan adalah
jumlah modal yang disediakan penyedia dana pada tanggal yang sama.
Terdapat dua komponen penting yang membangun MVA, yakni market
value equity atau nilai pasar ekuitas dan equity capital supplied by shareholders
atau jumlah modal yang diinvestasikan dalam perusahaan. Market value equity
adalah nilai pasar yang dicerminkan dengan harga saham perusahaan yang
dikalikan dengan jumlah saham yang beredar. Sedangkan equity capital supplied
by sharesholders dapat diperoleh dari nilai buku perusahaan. Secara singkat MVA
dapat diperoleh dari perkalian saham yang beredar dengan harga saham di pasar
model yang dikurangi total ekuitas saham biasa atau nilai buku. Jika MVA lebih
besar daripada nol, maka perusahaan telah menciptakan kemakmuran bagi
pemegang saham, tetapi jika MVA bernilai negatif, maka perusahaan telah
melakukan kinerja yang buruk karena telah menghancurkan modal investor.
1. Market value (nilai pasar) sebagai komponen MVA
Nilai pasar adalah nilai aset yang berlaku di pasar modal. Nilai ini
ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan di pasar modal. Jadi, nilai
pasar perusahaan dapat ditetapkan berdasarkan harga saham.
2. Jumlah saham yang beredar sebagai komponen MVA
Jumlah saham yang diedarkan dipasar modal menurut Keown (2008)
dimana saham yang beredar tersebut merupakan hak atas sebagian dari
perusahaan terbatas atas suatu bukti penyertaan atau partisipasi dalam modal suatu
perusahaan. Jadi apabila seorang investor membeli saham yang beredar tersebut
maka investor tersebut memiliki andil kepemilikan terhadap perusahaan.
15
3. Nilai buku sebagai komponen MVA
Nilai buku adalah nilai total ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Nilai
buku juga disebut sebagai, kekayaan bersih perusahaan menurut neraca, nilai buku
didasarkan pada nilai historis atau nilai awal.
Dalam Young dan O’Byrne (2001), keuntungan dari penggunaan MVA
adalah bahwa para manajer dapat dengan penuh keyakinan atau percaya diri
memaksimalkan MVA saat ini sehingga kelebihan pengembalian (excess return)
juga akan maksimal. Sementara itu terdapat kelemahan yaitu MVA mengabaikan
kesempatan biaya opportunitas dari modal yang diinvestasikan pada perusahaan.
Pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap EVA
Rasio keuangan dari aspek keuangan m