Pengaruh Komposisi Larutan Pulsing dan Anti- Transpiran Chitosan terhadap Vaselife Bunga Potong Anyelir


 

PENGARUH KOMPOSISI LARUTAN PULSING DAN ANTITRANSPIRAN CHITOSAN TERHADAP VASELIFE BUNGA
POTONG ANYELIR

JUANITA ELINA
A24080148

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012


 

RINGKASAN

JUANITA ELINA. Pengaruh Komposisi Larutan Pulsing dan AntiTranspiran Chitosan terhadap Vaselife Bunga Potong Anyelir. (Dibimbing
oleh DEWI SUKMA).

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh komposisi larutan
pulsing dan anti-transpiran chitosan terhadap vaselife bunga potong anyelir.
Penelitian dilaksanakan di ruang cold storage, Laboratorium Produksi dan
Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB pada bulan FebruariMaret 2012.
Penelitian ini terdiri dari tiga percobaan. Percobaan pertama dilaksanakan
untuk menguji pengaruh anti-transpiran chitosan di suhu ruang (25oC), percobaan
kedua dilaksanakan untuk menguji pengaruh komposisi larutan pulsing di cold
storage (10-15oC) dan percobaan ketiga dilaksanakan untuk menguji pengaruh
kombinasi komposisi larutan pulsing dan anti-transpiran chitosan terhadap
vaselife bunga potong anyelir di cold storage (10-15oC).
Percobaan pertama menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan satu faktor perlakuan yaitu tanpa chitosan, chitosan 0.1 ppm, chitosan 0.5
ppm, dan chitosan 1 ppm. Setiap perlakuan terdiri dari 5 ulangan dengan 1
tangkai bunga potong per ulangan. Percobaan kedua menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor perlakuan yaitu perlakuan larutan
pulsing yang terdiri dari aquades, aquades + sukrosa 3%, akuades + sukrosa 3% +
asam salisilat 100 ppm, akuades + sukrosa 3% + Benzylaminopurin (BAP) 5 ppm,
dan akuades + sukrosa 3% + asam salisilat 100 ppm + Benzylaminopurin (BAP) 5
ppm. Setiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan dengan 1 tangkai bunga potong per
ulangan.

Percobaan ketiga menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua
faktor. Faktor pertama dengan 5 taraf perlakuan komposisi larutan pulsing yaitu
aquades, aquades + sukrosa 3%, akuades + sukrosa 3% + asam salisilat 100 ppm,
akuades + sukrosa 3% + Benzylaminopurin (BAP) 5 ppm, dan akuades + sukrosa
3% + asam salisilat 100 ppm + Benzylaminopurin (BAP) 5 ppm dan faktor kedua
dengan 4 taraf perlakuan konsentrasi chitosan yang digunakan yaitu tanpa
 

 

chitosan, chitosan 0.1 ppm, 0.5 ppm, dan 1 ppm, sehingga terdapat 20 satuan
percobaan. Setiap satuan percobaan terdapat lima ulangan dengan 1 tangkai bunga
per ulangan sehingga terdapat 100 tangkai bunga yang diamati. Bahan tanaman
yang digunakan di dalam penelitian yaitu bunga potong anyelir Dianthus
caryophyllus tipe standar. Tangkai bunga direndam dalam botol bervolume 300
ml larutan pulsing selama 1 x 24 jam, kemudian dipindahkan dalam botol
bervolume 300 ml larutan akuades (holding) selama penyimpanan. Larutan
chitosan pada konsentrasi 0, 0.1, 0.5, dan 1 ppm disemprotkan ke permukaan
bunga potong.
Hasil percobaan pertama menunjukkan konsentrasi chitosan yang

digunakan dalam perlakuan belum dapat meningkatkan vaselife bunga potong
anyelir ‘White Corso’ karena konsentrasi chitosan 0.1, 0.5 dan 1 ppm memiliki
respon yang sama dengan kontrol (tanpa chitosan). Hasil dari percobaan kedua
menunjukkan bahwa konsentrasi larutan pulsing yang digunakan tidak
memberikan pengaruh nyata terhadap diameter bunga, jumlah mahkota yang
membuka, kesegaran bunga, tingkat kemekaran bunga, dan vaselife bunga potong
anyelir, namun memberikan pengaruh yang nyata terhadap volume larutan yang
diserap bunga pada saat pulsing. Perlakuan akuades + sukrosa 3% + asam salisilat
100 ppm + Benzylaminopurin (BAP) 5 ppm merupakan larutan terbanyak yang
diserap bunga potong pada saat pulsing.
Hasil percobaan ketiga menunjukkan komposisi larutan pulsing dan bahan
organik chitosan serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap
diameter bunga dan jumlah mahkota bunga potong anyelir. Perlakuan pulsing
akuades+sukrosa 3%+BAP 5 ppm berpengaruh nyata meningkatkan diameter
bunga, jumlah mahkota bunga yang membuka, tingkat kemekaran bunga, warna
bunga, mempertahankan kesegaran bunga, dan meningkatkan vaselife sampai
24.40

hari.


Perlakuan

pulsing

akuades+sukrosa

3%+SA

100

ppm,

akuades+sukrosa 3%+BAP 5 ppm, akuades+sukrosa 3%+SA 100 ppm+BAP 5
ppm tanpa chitosan mampu meningkatkan vaselife bunga potong anyelir sampai
25 hari, sementara pada kontrol (larutan akuades tanpa chitosan) memiliki vaselife
hanya 21.80 hari. Konsentrasi chitosan tidak memberikan pengaruh terhadap
kesegaran dan vaselife bunga potong anyelir selama penyimpanan.
ii
 


iv 
 

PENGARUH KOMPOSISI LARUTAN PULSING DAN ANTITRANSPIRAN CHITOSAN TERHADAP VASELIFE BUNGA
POTONG ANYELIR

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

JUANITA ELINA
A24080148

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
 



 

Judul

: PENGARUH KOMPOSISI LARUTAN

PULSING

DAN ANTI-TRANSPIRAN CHITOSAN TERHADAP
VASELIFE BUNGA POTONG ANYELIR
Nama

: JUANITA ELINA

NRP

: A24080148

Menyetujui,
Pembimbing


Dr. Dewi Sukma, S.P, M.Si
NIP 19700404 199702 2 001

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr.
NIP 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus :

 

vi 
 

RIWAYAT HIDUP


Penulis dilahirkan di Padang, Provinsi Sumatera Barat pada tanggal 02
Juni 1989. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari Bapak
Asrin Aburdin dan Ibu Elya Roza.
Penulis menyelesaikan pendidikan mulai dari taman kanak-kanak hingga
sekolah menengah atas di Kota Payakumbuh, Provinsi Sumatera Barat. Tahun
1996 penulis menyelesaikan pendidikan di TK Pertiwi, Kabupaten 50 Kota.
Tahun 2002 penulis lulus dari SD Negeri 02 Labuh Baru Payakumbuh, kemudian
pada tahun 2005 penulis menyelesaikan studi di SMPN 1 Payakumbuh. Pada
tahun 2008 penulis lulus dari SMAN 2 Payakumbuh. Tahun 2008 penulis diterima
di Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB melalui jalur
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan kemudian
memilih Arsitektur Lanskap sebagai bidang keahlian pelengkap (minor) dari
Departemen Arsitektur Lanskap.
Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi diantaranya Dewan
Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas Pertanian tahun 2009-2011 dan Ikatan
Keluarga Mahasiswa Payakumbuh (IKMP) 2008-2012. Tahun 2011 penulis
menjadi asisten mata kuliah Dasar-dasar Agronomi dan pada tahun 2012 menjadi
asisten Ilmu Tanaman Perkebunan.

 


vii 
 

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi
kekuatan dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan
baik. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Komposisi Larutan Pulsing dan Antitranspiran Chitosan terhadap Vaselife Bunga Potong Anyelir”, dilaksanakan untuk
mengetahui masa simpan bunga potong anyelir pada saat pascapanen.
Penulis menyampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing skripsi, Dr.
Dewi Sukma, S.P., M.Si yang telah memberikan saran, bimbingan, pengarahan
selama kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Penulis menyampaikan
terima kasih kepada dosen penguji, yaitu Dr. Ir. Syarifah Iis Aisyah, M.Sc., dan
Dr. Ir. Sandra A. Aziz, M.Si. atas saran dan masukan yang membangun untuk
perbaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir.
Endah Retno Palupi, M.Sc. selaku pembimbing akademik selama berkuliah di IPB.
Bapak Desrial dan Rose Farm yang telah membantu dalam penyediaan anyelir
potong. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua yang telah
memberikan dorongan baik moril maupun matriil. Teman seperjuangan Nida dan

Erick. Teman-teman yang memberikan bantuan (Aline, Adisti, Riri, Rista, Mela,
Ami, Ray, Bayu, Andri, Beny, Topan, Yuyuk, dan teman-teman Indigenous 45)
dalam kegiatan penelitian ini. Penulis berharap kegiatan penelitian ini dapat
memberikan manfaat kepada semua kalangan dan digunakan sebaik-baiknya.

Bogor, 25 Juli 2012

Penulis

 

 
 

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................

ix 


DAFTAR GAMBAR ..................................................................................

xi 

DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................

xii 

PENDAHULUAN ......................................................................................
Latar Belakang ................................................................................
Tujuan..............................................................................................
Hipotesis ..........................................................................................






TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................
Botani Anyelir .................................................................................
Budidaya Anyelir Potong ................................................................
Pemanenan Anyelir Potong .............................................................
Penanganan Pascapanen Anyelir Potong ........................................
Vaselife Bunga Potong ....................................................................
Teknik Pengawetan Bunga Potong .................................................
Sukrosa .....................................................................................
Asam Salisilat...........................................................................
Sitokinin ...................................................................................
Chitosan ...................................................................................









10 
11 
11 

BAHAN DAN METODE ...........................................................................
Tempat dan Waktu ..........................................................................
Bahan dan Alat ................................................................................
Metode Percobaan ...........................................................................
Percobaan Pertama ...................................................................
Percobaan Kedua ......................................................................
Percobaan Ketiga .....................................................................
Pelaksanaan Percobaan Ketiga ........................................................
Pengamatan .....................................................................................

13 
13 
13 
13 
13 
14 
14 
16 
17 

HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................
Percobaan Pertama ..........................................................................
Percobaan Kedua .............................................................................
Percobaan Ketiga.............................................................................
Pembahasan .....................................................................................

20 
20 
22 
25 
36 

KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................
Kesimpulan......................................................................................
Saran ................................................................................................

41 
41 
41 

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

42 

LAMPIRAN ................................................................................................

45 

 

 
 

DAFTAR TABEL

Nomor

 

Halaman

1. Tingkat Kemekaran Bunga Potong Anyelir .......................................

18

2. Rata-Rata Diameter Bunga Potong Anyelir pada Penyemprotan
Kitosan di Suhu Ruang.......................................................................

20

3. Rata-Rata Tingkat Kesegaran Bunga Potong Anyelir pada
Penyemprotan Kitosan di Suhu Ruang ..............................................

20

4. Rata-Rata Vaselife dan Volume Larutan Holding Terserap Bunga
Potong Anyelir pada Penyemprotan Kitosan di Suhu Ruang ............

21

5. Rata-rata Diameter Bunga Potong Anyelir Perendaman Tangkai
Bunga dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam di Cold Storage ........

22

6. Rata-rata Tingkat Kesegaran Bunga Potong Anyelir Perendaman
Tangkai Bunga dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam di Cold
Storage ...............................................................................................

24

7. Rata-rata Vaselife, Volume Larutan Pulsing dan Holding Terserap
Bunga Potong Anyelir Perendaman Tangkai Bunga dalam Larutan
Pulsing Selama 24 Jam di Cold Storage ............................................

25

8. Rata-rata Diameter Bunga Potong Anyelir pada Perendaman
Tangkai Bunga dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam dan
Penyemprotan Kitosan di Cold Storage .............................................

27

9. Rata-rata Diameter Bunga Potong Anyelir Pengaruh Interaksi pada
Perendaman Tangkai Bunga dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam
dan Penyemprotan Kitosan di Cold Storage ......................................

28

10. Rata-rata Jumlah Mahkota Bunga Membuka Bunga Potong Anyelir
pada Perendaman Tangkai Bunga dalam Larutan Pulsing Selama
24 Jam dan Penyemprotan Kitosan di Cold Storage ..........................

29

11. Rata-rata Jumlah Mahkota Bunga Membuka Bunga Potong Anyelir
Pengaruh Interaksi pada Perendaman Tangkai Bunga dalam
Larutan Pulsing Selama 24 Jam dan Penyemprotan Kitosan di Cold
Storage ...............................................................................................

29

12. Rata-rata Warna Bunga Potong Anyelir pada Perendaman Tangkai
Bunga dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam dan Penyemprotan
Kitosan di Cold Storage .....................................................................

31

13. Rata-rata Tingkat Kemekaran dan Tingkat Kesegaran Bunga
Potong Anyelir pada Perendaman Tangkai Bunga dalam Larutan
Pulsing Selama 24 Jam dan Penyemprotan Kitosan di Cold Storage

32

14. Rata-rata Volume Larutan Pulsing Terserap (ml) pada Perendaman
Tangkai Bunga Anyelir dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam di
Cold Storage.......................................................................................

34

 

15. Rata-rata Volume Larutan Holding Terserap (ml) pada Perendaman
Tangkai Bunga Anyelir dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam dan
Penyemprotan Kitosan di Cold Storage .............................................

35

16. Rata-rata Vaselife Bunga Potong Anyelir pada Perendaman
Tangkai Bunga dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam dan
Penyemprotan Kitosan di Cold Storage .............................................

36

x
 

 
 

DAFTAR GAMBAR

Nomor

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 

Halaman

1. Warna Bunga RHS 45A (a), RHS 47A (b), RHS 44A (c)................
2. Kriteria Tingkat Kemekaran Bunga Potong Anyelir..........................

18
19

3. Kondisi Bunga Potong Anyelir saat 10 HSP. Kitosan 0 ppm (a),
Kitosan 0.1 ppm (b), Kitosan 0.5 ppm (c), Kitosan 1 ppm (d) .........

22

4. Kondisi Bunga Potong Anyelir saat 21 HSP. Komposisi Akuades
(a), Komposisi Akuades + Sukrosa 3% (b), Komposisi Akuades +
Sukrosa 3% + Asam Salisilat 100 ppm (c), Komposisi Akuades +
Sukrosa 3% + BAP 5 ppm (d), Komposisi Akuades + Sukrosa 3%
+ Asam Salisilat 100 ppm + BAP 5 ppm (e) ......................................

23

5. Bunga Potong Anyelir Dianthus caryophyllus Setelah Panen
Sebelum Perlakuan (a), Bunga Potong Anyelir Setelah Perlakuan
Pulsing (b), Bunga Potong Anyelir Terserang Cendawan (c)............

25

 
 

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

 
 

 

Halaman

1. Layout percobaan ...............................................................................

46

2. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Komposisi Larutan Pulsing
dan Konsentrasi Kitosan terhadap Vaselife Bunga Potong Anyelir ...

47

3. Rata-rata Diameter Bunga Potong Anyelir Pengaruh Interaksi pada
Perendaman Tangkai Bunga dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam
dan Penyemprotan Kitosan di Cold Storage ......................................

48

4. Rata-rata Jumlah Petal Bunga Membuka Bunga Potong Anyelir
Pengaruh Interaksi pada Perendaman Tangkai Bunga dalam
Larutan Pulsing Selama 24 Jam dan Penyemprotan Kitosan di Cold
Storage ...............................................................................................

49

5. Rata-rata Warna Bunga Potong Anyelir pada Perendaman Tangkai
Bunga dalam Larutan Pulsing Selama 24 Jam dan Penyemprotan
Kitosan di Cold Storage .....................................................................

50

6. Data Suhu dan RH Harian di Cold Storage .......................................

51

7. Keragaan Bunga Potong Anyelir pada 25 HSP..................................

52



PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tanaman hias adalah semua tanaman yang memiliki nilai keindahan atau
nilai hias dari keragaan fisik yang dapat ditata untuk memperindah lingkungan
sehingga suasana menjadi lebih indah dan nyaman. Kelompok tanaman hias
bunga potong umumnya lebih banyak diminati karena bernilai ekonomis tinggi
dengan warna bunga yang menarik dan volume bunga yang dapat mencapai
jumlah yang besar. Menurut Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian (2007), tanaman hias yang bernilai ekonomis sebagai bunga
potong harus memenuhi persyaratan yakni: 1. berwarna indah, mulus, bersih,
tidak bernoda dan baunya wangi tidak menyengat; 2. bunga dapat bertahan lama
setelah dipotong; 3. tangkai bunga cukup panjang dan kuat; 4. bunga tidak mudah
rusak dalam pengepakan dan; 5. bunga dihasilkan oleh tanaman yang subur dan
mudah berbunga tanpa mengenal musim.
Beberapa jenis bunga potong yang terkenal di Indonesia adalah anggrek,
krisan,

mawar,

anyelir,

gladiol,

gerbera

(Balai

Besar

Penelitian

dan

Pengembangan Pascapanen Pertanian, 2007). Dianthus caryophyllus L. di
Indonesia dinamakan anyelir (carnation (Inggris)) termasuk tanaman tahunan
yang dibiarkan merumpun. Tanaman ini juga termasuk tanaman dua musim
dengan tiga kali panen dalam setahun (Winarto dan Minangsari, 2011). Dianthus
berasal dari daerah Mediterania yang biasanya berbunga pada awal musim semi
(Whealy, 1992).
Di banyak negara, Dianthus atau yang biasa dikenal anyelir adalah salah
satu dari bunga potong paling populer dan bernilai ekonomi tinggi dalam industri
bunga potong (Satoh et al., 2005). Bunga potong anyelir digunakan dalam dua
bentuk atau kategori, yaitu tipe standar di mana bunga anyelir memiliki satu
bunga pada batang dan tipe spray yang memiliki beberapa bunga pada batang
(Widyawan dan Prahastuti, 1994). Bunga anyelir tipe spray telah menjadi populer
karena tipe ini dapat tumbuh dengan sedikit tindakan pemeliharaan dalam
memenuhi permintaan konsumen.
 
 


Pemanenan bunga anyelir tergantung pada ukuran pertumbuhan tunas dan
kelopak. Anyelir jenis standar dipanen ketika bunga setengah terbuka dan kelopak
pertama dalam posisi horizontal. Jenis spray dipanen ketika dua kelopak telah
membuka dan kuncup yang tersisa menunjukkan warna (Whealy, 1992). Bunga
yang terbaik dipanen pada pagi hari. Kesegaran bunga akan terjaga jika bunga
diletakkan pada air bersih atau larutan pengawet selama sekitar 4-6 jam dan
kemudian ditempatkan di ruang dingin pada 4-6 oC. Bunga dikelompokkan dalam
20 ikatan dan disimpan pada suhu 0-2 oC selama 12-14 jam kemudian dikemas
dalam kotak karton (Chaurasia, 2007). Setelah itu bunga siap untuk
didistribusikan.
Vaselife dan daya simpan bunga dapat ditingkatkan dengan merendam
tangkai bunga ke dalam sukrosa 10% + 1 mm STS (Silver Thiosulfat) selama 8-10
jam (Chaurasia, 2007). Bunga anyelir sensitif terhadap gas etilen (Whealy, 1992).
Saat ini anti-etilena senyawa 1-MCP (1 - siklopropenoid metil) dan STS (perak
thiosulfate) digunakan sebagai pengawet bunga (Abadi et al., 2009).
Banyak hasil penelitian menunjukkan manfaat pengawetan dalam
memperpanjang masa segar bunga termasuk pemberian larutan penyegar saat
pulsing dan holding. Amiarsi et al. (2003) menyatakan bahwa pulsing adalah
pemberian cadangan nutrisi kepada bunga segera setelah panen selama beberapa
jam. Larutan pulsing merupakan perlakuan yang diberikan pada bunga sebelum
pengiriman untuk memberi tambahan sumber energi, dan melindungi tangkai
bunga dari masuk dan berkembangnya mikroorganisme penyebab penyumbatan
pada batang dan menunda senesen. Holding adalah penyegar yang diberikan
kepada bunga secara terus menerus dalam waktu yang lama, misalnya selama
pemajangan. Bunga yang mendapat perlakuan pulsing memiliki daya tahan yang
lebih lama. Bunga tampil lebih segar dalam waktu lebih lama, jika pulsing
dilakukan segera setelah panen (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian, 2007). Santoso (2005) menyatakan bahwa pemberian
sitokinin dalam larutan pulsing ternyata dapat menunda senesen pada beberapa
jenis tanaman hias. Konsentrasi sitokinin sebesar 5 ppm, dapat memperpanjang
umur bunga potong anyelir dan mawar.

 
 


Asam salisilat dapat digunakan untuk mengontrol penyakit pasca panen.
Capdeville et al, (2003) menyatakan bahwa sebagian besar penelitian
menggunakan asam salisilat untuk menginduksi secara langsung kemampuan
ketahanan sistemik tanaman dalam menanggulangi serangan patogen. Antitranspiran adalah senyawa yang diaplikasikan pada tanaman untuk mengurangi
transpirasi (Bhattacharjee, 2005). Senyawa ini digunakan pada bunga potong,
dalam aplikasi untuk melindungi tanaman dari kekeringan yang terlalu cepat.
Anti-transpiran juga telah digunakan untuk melindungi daun dari penyakit yang
disebabkan oleh cendawan (Bhattacharjee, 2005). Penggunaan chitosan dilakukan
sebagai anti-transpiran pada bunga yang dapat menekan laju respirasi sehingga
perlakuan ini merupakan salah satu alternatif untuk mempertahankan kesegaran
bunga potong. Pelapisan (coating) akan menghambat proses respirasi sehingga
perubahan kimiawi yang terjadi pada bunga relatif terhambat (Chutichudet and
Chutichudet, 2011).

Tujuan
1. Mengetahui pengaruh komposisi larutan pulsing dan anti-transpiran
chitosan terhadap kesegaran bunga potong anyelir.
2. Mendapatkan komposisi larutan pulsing dan anti-transpiran chitosan
terbaik untuk meningkatkan vaselife bunga potong anyelir.
3. Mengetahui interaksi larutan pulsing dan anti-transpiran chitosan terbaik
untuk meningkatkan vaselife bunga potong anyelir.

Hipotesis
1. Perlakuan komposisi larutan pulsing dan anti-transpiran chitosan
berpengaruh dalam mempertahankan kesegaran bunga potong anyelir.
2. Terdapat komposisi larutan pulsing dan anti-transpiran chitosan yang
menghasilkan vaselife terbaik pada bunga potong anyelir.
3. Terdapat interaksi larutan pulsing dan anti-transpiran chitosan yang
menghasilkan vaselife terbaik pada bunga potong anyelir.

 
 



TINJAUAN PUSTAKA

Botani Anyelir
Anyelir (Dianthus caryophyllus L.) yang dikenal dalam bahasa Inggris
sebagai carnation merupakan tanaman hias pekarangan dan bunga potong.
Tanaman ini termasuk ke dalam famili Caryophyllaceae dan berasal dari kawasan
Mediterania (Whealy, 1992). Bunga anyelir memiliki warna yang terang dan
berwarna-warni, sehingga sering digunakan sebagai hiasan. Anyelir juga
merupakan tumbuhan yang umum dibudidayakan sebagai tanaman hias di kebunkebun atau pekarangan. Tanaman ini tumbuh dengan baik di daerah pegunungan
pada ketinggian di atas 1000 m dari permukaan laut (Widyawan dan Prahastuti,
1994). Tanaman anyelir menyukai tanah yang gembur dan subur dengan kondisi
tanah yang berstruktur liat berpasir atau pasir berlempung.
Tanaman anyelir dapat mencapai ketinggian sampai 1 meter (Mattjik,
2010), namun untuk dapat tumbuh tegak harus diikat dengan penyokong.
Diameter batang tanaman bunga anyelir dapat mencapai 1 cm dan biasanya
membengkak pada buku atau ruas. Anyelir atau carnation bukan tanaman asli
Indonesia, tetapi masuk ke Indonesia dibawa oleh penggemar-penggemar bunga
dari Belanda ke Indonesia beberapa abad yang lalu. Warna bunga beraneka ragam,
putih, merah muda, merah cerah, merah marun, oranye, kuning, ungu, dan
kombinasinya salem (Mattjik, 2010). Tanaman bunga anyelir berumur produktif
selama kurang lebih satu tahun yaitu sekitar 5 bulan masa pertumbuhan dan 7
bulan masa menghasilkan bunga (Widyawan dan Prahastuti, 1994).
Di beberapa negara, anyelir adalah salah satu dari bunga potong paling
populer dan bernilai ekonomi tinggi dalam industri bunga (Satoh et al., 2005). Di
Indonesia produksi anyelir tiap tahunnya terus meningkat karena besarnya
permintaan konsumen terhadap tanaman hias bunga potong anyelir untuk dekorasi.
Menurut data Badan Pusat Statistik (2011) pada tahun 2009 produksi anyelir
5,320,824 tangkai. Produksi anyelir pada tahun 2010 meningkat menjadi
7,607,588 tangkai.

 
 


Budidaya Anyelir Potong
Anyelir (Dianthus caryophyllus L.) merupakan salah satu jenis tanaman
hias komersial, bernilai ekonomi tinggi, kaya variasi warna, dan populer
dibudidayakan oleh petani dan pengusaha bunga potong. Menurut Winarto dan
Minangsari (2011), berdasarkan umurnya dikenal jenis tanaman semusim (6-12
bulan) dan tahunan (2-4 tahun). Tanaman ini digunakan sebagai bahan rangkaian
bunga, obat, dan kosmetika. Kualitas bunga anyelir dinilai dari batang yang kuat
dan lurus dengan daun yang lebar, tangkai bunga kuat dan lurus, bunga berwarna
cerah, tidak ada kerusakan pada petal, dan ketahanan simpan (vaselife) yang lama
dan bebas dari pengaruh serangan hama dan penyakit.
Dalam budidaya, anyelir diperbanyak menggunakan biji, perundukan, dan
stek. Umumnya tanaman diperbanyak menggunakan stek tunas pucuk dan lateral
untuk tujuan komersial. Proses budidaya tanaman anyelir perlu memperhatikan
syarat tumbuhnya, pemilihan bibit, pengakaran, pengolahan tanah, pemupukan,
penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan bunga. Pemanenan bunga dapat
dilakukan secara mingguan maupun bulanan tergantung pada cara pemincingan
tanaman yang dilakukan.
Anyelir tumbuh bagus pada tanah pasir berlempung dengan pH media
berkisar antara 6-7, suhu media 16oC, suhu 16-20oC, cukup sirkulasi udara, cukup
cahaya matahari, dan kelembaban yang relatif tinggi (Soekartawi, 1996). Bibit
anyelir yang bagus, diambil dari tanaman induk yang berusia muda (4 bulan),
yang dirawat secara optimal dan intensif dalam kondisi pertumbuhan vegetatif.
Pembibitan diletakkan pada tempat yang teduh/tutup dengan plastik transparan
selama 5-10 hari dan bibit berakar selama 20-25 hari tergantung respon kultivar
(Winarto dan Minangsari, 2011).
Pemupukan perlu dilakukan sebelum dan sesudah penanaman. Pemupukan
sebelum penanaman dilakukan dengan cara menaburkan pupuk kandang serta
TSP dan KCl di atas bedengan. Dua minggu setelah bibit ditanam dilakukan
pemupukan dengan ZA, Urea, KNO3 serta TSP secara rutin setiap dua minggu
sekali. Hama yang sering dijumpai adalah hama aphid, thrips, laba-laba, tungau,
larva ngengat, dan siput. Penyakit yang menyerang adalah Prouch rot (menyerang
daun), Botrytis sp. (menyerang bunga), cabang akar, dan virus (Widyawan dan

 
 


Prahastuti, 1994). Pengendalian hama-penyakit dilakukan apabila ada tanda/gejala
serangannya. Penggunaan pestisida seminimal mungkin sangat disarankan. Bunga
dipanen setelah tanaman berumur lima bulan, pada saat petal mulai mekar satu
(Winarto dan Minangsari, 2011).

Pemanenan Anyelir Potong
Ada dua jenis tanaman anyelir yaitu jenis standar (satu bunga pada setiap
tangkai) dan jenis spray (banyak bunga pada setiap tangkai) (Widyawan dan
Prahastuti, 1994). Saat panen yang tepat pada anyelir standar adalah ketika bunga
telah setengah mekar atau 3-4 hari sebelum mekar penuh (Whealy, 1992). Bunga
yang seharusnya dipotong harus segera dipotong, karena keterlambatan panen
akan menurunkan kualitas bunga.
Panen biasanya dilakukan pada pagi hari, kemudian segera ditempatkan
pada ruang dingin (1-6oC) (Mattjik, 2010). Kegiatan pemotongan bunga
sebaiknya dilakukan bila bunga sudah membuka dan sudah tidak ada embun yang
melekat pada bunga. Apabila tanah dalam keadaan kering, sebaiknya tanah
disiram terlebih dahulu sehingga tanaman yang akan dipotong menjadi segar dan
tidak layu. Pada waktu pemanenan bunga, sebaiknya dilakukan juga seleksi bunga
berdasarkan kualitasnya (grade 1 dan 2). Bunga yang tidak termasuk grade 1 dan
2 sebaiknya tidak dipanen dan dibuang. Pada kondisi normal bunga yang
termasuk grade 1 berjumlah sekurang-kurangnya 75% dari hasil panen. Dalam
analisis finansial, asumsi penjualan didasarkan pada penjualan bunga grade 1
(Widyawan dan Prahastuti, 1994).
Setelah dipanen, batang bunga segera dimasukkan ke dalam air untuk
dibawa ke tempat penampungan atau tempat penyortiran. Penyortiran hendaknya
menurut mutunya dan sekaligus mengumpulkan bunga yang sama warnanya.
Bunga yang cacat akibat serangan hama atau penyakit, atau rusak karena
pengangkutan dari kebun sebaiknya dipisahkan. Hal ini penting untuk menjaga
kualitas bunga yang akan dijual. Sekitar 20 atau 25 batang bunga diikat menjadi
satu. Dasar tangkai dipotong sewaktu masih berada di dalam air antara 1-2 cm dan
dibiarkan berada dalam air sambil menunggu pengepakan. Penempatan bunga di

 
 


dalam ember dengan air yang terlalu hangat perlu dihindari untuk menjaga
kualitas bunga potong.
Widyawan dan Prahastuti (1994) menyatakan bahwa kualitas bunga
anyelir untuk grade 1 memiliki ciri sebagai berikut, bunga mekar (tidak terlalu
mekar atau terlalu kuncup), segar, tidak terserang hama penyakit seperti apid,
thrips, tidak ada bercak, tidak ada busuk kehitaman pada pinggir bunga, dan tidak
ada luka. Menurut Badan Standardisasi Nasional (1999), bunga anyelir grade 1
dipanen pada stadia setengah mekar dan berwarna yang ditandai mekar 2 petal,
bunga sempurna, ukuran seragam, bebas organisme pengganggu, tidak terjadi
kerusakan mekanis/fisik, tidak mengandung sisa pestisida serta kotoran telah
dibersihkan dari bunga. Bunga anyelir grade 2 memiliki kriteria yang sama
dengan grade 1 dengan toleransi 5%. Bunga anyelir grade 3 memiliki kriteria
yang sama dengan grade 1 dengan toleransi 10%. Selanjutnya Winarto dan
Minangsari (2011) menyatakan bahwa bunga anyelir grade 1 memiliki batang
besar (sesuai dengan jenisnya), tegar, lurus, dan panjang minimal 60 cm, bunga
memiliki daun hijau segar, tidak kering, dan tidak terserang hama penyakit.
Kualitas bunga anyelir untuk grade 2 memiliki ciri bunga mekar, segar, dan
pinggir bunga tidak terserang penyakit (Widyawan dan Prahastuti, 1994). Batang
boleh agak kecil tapi harus lurus dengan panjang minimal 50 cm. Kriteria lain
sama dengan kriteria grade 1 dengan sedikit toleransi, seperti daun terserang
hama penyakit tetapi tidak terlalu parah masih dapat dimasukkan dalam grade 2.

Penanganan Pascapanen Anyelir Potong
Etilen adalah senyawa organik sederhana yang dapat berperan sebagai
hormon yang mengatur pertumbuhan, perkembangan, dan kelayuan (Mor, 1983).
Keberadaan etilen akan mempercepat tercapainya tahap kelayuan (senesence)
(Bhattacharjee, 2005). Senyawa ini perlu disingkirkan dari ruang penyimpanan
untuk tujuan pengawetan dengan cara menyemprotkan enzim penghambat
produksi etilen pada produk. Upaya untuk mengurangi kehilangan hasil yang
disebabkan oleh kerusakan yang sering timbul setelah panen pada tanaman hias
seperti layu, patahnya batang dan daun, serta lepasnya kelopak bunga dan penuaan
(senesence), diperlukan perhatian khusus pada penanganan pascapanennya agar

 
 


produk mempunyai fase hidup atau daya simpan yang lama. Penanganan
pascapanen bunga merupakan suatu kegiatan yang memberikan perlakuanperlakuan terhadap bunga, setelah bunga tersebut dipanen sampai bunga itu
diterima oleh konsumen.
Umumnya penanganan pasca panen tanaman hias lebih banyak dilakukan
untuk kelompok tanaman hias bunga potong, dibanding dengan kelompok
tanaman hias yang lain (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen
Pertanian, 2007). Hal ini disebabkan pertimbangan nilai ekonomis bunga potong
dengan warna yang menarik dan volume bunga potong yang mencapai jumlah
besar saat dilakukan pengiriman atau pemasarannya. Penanganan pasca panen
tanaman hias khususnya bunga potong bertujuan untuk : 1. memperkecil respirasi,
2. memperkecil transpirasi, 3. mencegah infeksi atau luka, 4. memelihara
keindahan, 5. memperoleh harga yang tinggi. Periode kesegaran bunga yang
pendek dapat diperpanjang dengan pemberian nutrisi dan bahan pengawet
(Suyanti, 2002).
Panen bunga anyelir biasanya dilakukan di pagi hari, kemudian segera
ditempatkan pada ruang dingin (1-6 oC). Dianthus dapat dipanen apabila sebagian
mahkota sudah mekar dan sebagian lagi masih kuncup. Apabila terjadi dehidrasi
maka diatasi dengan cara merendam bagian batang dalam air hangat. Kuncup
bunga yang belum terlihat warna petalnya apabila dipanen sebaiknya diletakkan
pada larutan perak thiosulfat (STS) dan ditempatkan pada ruangan dingin 0-1 oC
selama 24 minggu. Kuncup yang dipanen dapat bertahan sampai 4-5 minggu,
sedangkan yang telah mekar dapat bertahan 2-4 minggu di ruang 0 oC dengan
kelembaban 90% (Whealy, 1992). Kuncup bunga dapat bertahan 4 minggu
apabila tangkai bunga direndam dalam larutan yang mengandung fungisida,
sukrosa, dan STS (Bhattacharjee, 2005).
Bunga anyelir sangat sensitif terhadap etilen dan sangat responsif terhadap
perlakuan STS, 1-methylcyclopropene (1-MCP) (Whealy, 1992). Bunga tanpa
perlakuan pascapanen hanya dapat bertahan 6-9 hari, sedangkan bila diberi STS
tahan sampai 30 hari (Mattjik, 2010). Keadaan etilen yang terlalu rendah
mengakibatkan kuncup bunga sulit mekar atau mekar dalam keadaan bunga yang
merunduk.

 
 


Vaselife Bunga Potong
Vaselife merupakan periode mulai dari saat panen hingga petal kehilangan
turgor dan absisi atau terjadi bent neck (Farooq, 2004). Periode vaselife dihitung
hingga 50% bunga layu. Banyak yang harus diperhatikan dalam proses
pemanenan agar kesegaran bunga potong dapat terjaga, misalnya penggunaan
pisau yang tajam dan bersih agar area pemotongan tidak mudah terinfeksi serta
penentuan usia bunga yang tepat untuk dipanen. Panen dan penanganan
pascapanen pada bunga potong merupakan tahap terpenting dalam produksi bunga
potong. Kriteria utama untuk standardisasi nilai komersial bunga potong yang
baik yaitu bebas dari cedera mekanik serta hama dan penyakit (Dwiatmini et al.,
1994). Tahap ini sangat menentukan vaselife bunga potong.

Teknik Pengawetan Bunga Potong
Air yang dipakai untuk merendam tanaman biasanya tidak steril. Bunga
potong yang direndam air merupakan bahan organik yang menjadi media
pertumbuhan bakteri. Hal-hal yang tidak diinginkan adalah pembusukan yang
menyebabkan bau yang tidak enak. Bakteri yang ada akan menyumbat saluran
vaskular, sehingga air tidak dapat diserap oleh tanaman dan menyebabkan
kelayuan (Amiarsi et al., 2003).
Bahan-bahan yang umumnya dipakai sebagai penyerap etilen adalah 8HQS (8-Hydroquinoline sulphate), physan-20, perak nitrat (AgNO3), PTS (Perak
Tiosulfat), dan sodium hipoklorit (Mattjik, 2010). Penggunaan zat-zat di atas yang
berlebihan akan berakibat buruk, tetapi pemakaian bahan-bahan tersebut dapat
dikombinasikan. Menurut Murtiningsih dan Yulianingsih (1991) penambahan
AgNO3 dan bakterisida ke dalam sukrosa menyebabkan pertumbuhan bakteri
dapat dihambat, sehingga penyerapan air oleh bunga potong dapat berjalan normal.

Sukrosa
Sukrosa merupakan sumber utama makanan bagi bunga dan dibutuhkan
untuk menjalankan semua proses biokimia setelah bunga lepas dari pohon induk.
Sukrosa eksogen menggantikan karbohidrat endogen yang habis digunakan

 
 

10 
selama masa pascapanen bunga (Bhattacharjee, 2005). Pada larutan pengawet
yang menggunakan sukrosa berfungsi sebagai penyedia karbohidrat bagi bunga
potong. Sukrosa berperan dalam pemekaran kuncup bunga dan dapat menunda
kelayuan (Simanjuntak, 2000). Penggunaan konsentrasi sukrosa tergantung jenis
perlakuan dan jenis bunga. Penggunaan konsentrasi yang terlalu tinggi dapat
merusak bunga dan dapat meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme serta
terjadinya embolisme.
Sukrosa dalam larutan perendam berperan sebagai bahan baku respirasi
untuk menghasilkan energi yang akan digunakan dalam proses kehidupan
sehingga kesegaran bunga lebih lama (Wiraatmaja, 2007). Pemakaian sukrosa
pada konsentrasi yang tinggi sering menyebabkan tumbuhnya bakteri dan
terbentuknya lendir, sehingga menghambat penyerapan larutan oleh tangkai bunga.

Asam Salisilat
Asam salisilat merupakan salah satu bahan kimia yang cukup penting
dalam kehidupan sehari-hari serta mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi
karena dapat digunakan sebagai bahan intermediet dari pembuatan obat-obatan
seperti antiseptik dan analgesik. Asam salisilat memiliki rumus molekul
C6H4COOHOH berbentuk kristal kecil berwarna merah muda terang hingga
kecoklatan yang memiliki berat molekul sebesar 138.123 g/mol dengan titik leleh
sebesar 156oC dan densitas pada 25oC sebesar 1.443 g/ml (Kristian dan Amitra,
2007).
Asam salisilat merupakan salah satu bakterisida yang memiliki peranan
penting dalam pertahanan tanaman terhadap penyakit. Asam salisilat mencegah
masuknya penyakit melalui luka dan membentuk area yang bebas organisme
parasit disekitar luka tersebut. Menurut Nurfitria (2004) asam salisilat efektif
mengatasi penyumbatan yang terjadi dalam tangkai bunga sehingga dapat
meningkatkan kuncup bunga yang mekar.
Etilen yang diproduksi oleh jaringan atau organ bunga terkandung pada
gen-gen yang mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan komponen bunga.
Stilus memproduksi etilen lebih banyak dibandingkan bagian-bagian lain dari
bunga. Polen (butir sari) yang memproduksi auksin, lebih banyak merupakan

 
 

11 
sumber perangsang bagi stigma (kepala putik) untuk memproduksi etilen. Asam
salisilat dan sukrosa terbukti efektif menurunkan aktivitas ACC oksidase yang
merupakan penyebab terbentuknya etilen, menunda senesen dan kelayuan pada
bunga anyelir potong serta mampu meningkatkan vaselife bunga (Kazemi et al.,
2011).

Sitokinin
Sitokinin adalah hormon tumbuhan turunan adenin yang berfungsi untuk
merangsang pembelahan sel dan diferensiasi mitosis, disintesis pada ujung akar
dan ditranslokasikan melalui pembuluh xylem. Biosintesis sitokinin terjadi
melalui modifikasi biokimia adenin. Sitokinin merupakan salah satu senyawa
yang terdapat di jaringan pembuluh, dikandung berbagai jenis tumbuhan.
Pemberian sitokinin pada larutan pulsing dapat mengurangi senesen pada bunga
potong. Pemberian sitokinin juga menghambat kehilangan berat kering bungabunga yang telah matang (Santoso, 2005). Selain itu juga, sitokinin dapat
merangsang penyerapan air melalui pemeliharaan keutuhan sel-sel.
Kemampuan sitokinin menunda penuaan, berlaku pada bunga potong
tertentu dan sayur segar. Konsentrasi sitokinin di daun mahkota bunga mawar dan
anyelir menurun sejalan dengan bertambahnya umur bunga dan penambahan
sitokinin

dapat

memperlambat

proses

penuaan

tersebut.

Larutan

yang

mengandung dihidrozeatin atau benziladenin terbukti paling efektif untuk
menunda senesen (Salisbury dan Ross, 1995). Pada sebagian besar jenis bunga
potong, sitokinin eksogen tidak mampu menanggulangi efek etilen yang
dihasilkan bunga untuk mempercepat penuaan.

Chitosan
Salah satu pelapis (anti-transpiran) yang mulai dikembangkan adalah
chitosan, polisakarida yang berasal dari limbah pengolahan udang (Crustaceae).
Chitosan merupakan turunan dari deasetilasi kitin yang berasal dari dinding sel
jamur, crustaceae, kutikula serangga, dan ganggang (Uthairatanakij, 2007). Bahan
organik ini ramah lingkungan untuk keperluan pertanian karena mudah

 
 

12 
terdegradasi dan tidak beracun bagi manusia. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa chitosan mempunyai potensi yang cukup baik sebagai pelapis pada benih
dan buah-buahan misalnya pada tomat dan leci (Zhang, 2011).
Sifat lain chitosan adalah dapat menginduksi enzim chitinase pada
jaringan tanaman yaitu enzim yang dapat mendegradasi kitin yang merupakan
penyusun dinding sel fungi. Chitosan mendorong sintesis lignin untuk beberapa
komoditas hortikultura dan hias (Bittelli et al., 2001). Kemampuannya untuk
membentuk

lapisan

semipermeabel

tersebut

sehingga

chitosan

dapat

memperpanjang masa simpan pada buah dan sayuran dengan meminimalkan laju
respirasi dan mengurangi kehilangan air (Banos, 2006). Perlakuan pelapisan
chitosan 3% mampu mengurangi persentase kelayuan dan meningkatkan vaselife
dragon fruit sampai 8 hari (Chutichudet and Chutichudet, 2011).

 
 

 
 

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu
Percobaan

pertama

dilaksanakan

dalam

suhu

ruang

(25oC)

di

Laboratorium Produksi dan Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Percobaan kedua dan ketiga
dilaksanakan di dalam Cold Storage Laboratorium Produksi Departemen
Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, dengan
suhu cold storage antara 10-15oC sehingga lingkungan penelitian homogen.
Percobaan pertama dilaksanakan pada bulan November 2011, percobaan kedua
dilaksanakan pada bulan Februari 2012, dan percobaan ketiga dilaksanakan bulan
Maret 2012.

Bahan dan Alat
Bahan tanaman yang digunakan di dalam percobaan pertama yaitu bunga
potong anyelir Dianthus caryophyllus L. tipe spray varietas White Corso yang
diperoleh dari floris Eldadi di Ciawi, Bogor. Bahan tanaman yang digunakan di
dalam percobaan kedua yaitu bunga potong anyelir Dianthus caryophyllus L. tipe
standar dengan kode 031 dan percobaan ketiga bunga potong anyelir Dianthus
caryophyllus L. tipe standar dengan kode 001 (kode dari perusahaan) yang
diperoleh dari floris Rose Farm di Cisarua, Bogor. Bahan lain yang digunakan
adalah akuades, chitosan 0.1-1 ppm (0.1-1 mg/l), asam asetat, sukrosa 3%, asam
salisilat 100 ppm, dan Benzylaminopurin (BAP) 5 ppm sedangkan alat-alat yang
digunakan adalah botol 600 ml, corong, gelas piala 1000 ml, gelas ukur 100 ml,
penggaris, dan alat tulis.

Metode Percobaan
Percobaan Pertama
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan satu faktor perlakuan. Perlakuan yang dicobakan adalah konsentrasi
chitosan yang terdiri atas kontrol, chitosan 0.1 ppm, chitosan 0.5 ppm, chitosan 1

 

14 
ppm. Larutan chitosan pada perlakuan 0.1, 0.5, dan 1 ppm disemprotkan ke
permukaan bunga potong. Setiap satuan percobaan terdiri dari

sekurang-

kurangnya 5 tangkai bunga dengan satu tangkai bunga per botol sehingga terdapat
20 tangkai bunga. Selama pengamatan dilakukan pemotongan bagian dasar
tangkai bunga setiap 3 hari sekali sepanjang ± 2 cm untuk mencegah terjadinya
embolisme.

Percobaan Kedua
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan satu faktor perlakuan. Perlakuan yang dicobakan adalah komposisi larutan
pulsing (perendaman 1 x 24 jam) terdiri dari aquades, aquades + sukrosa 3%,
akuades + sukrosa 3% + asam salisilat 100 ppm, akuades + sukrosa 3% +
Benzylaminopurin (BAP) 5 ppm, dan akuades + sukrosa 3% + asam salisilat 100
ppm + Benzylaminopurin (BAP) 5 ppm. Tangkai bunga direndam dalam larutan
akuades selama pemajangan, setelah tangkai bunga direndam dalam larutan
pulsing selama 1 x 24 jam. Setiap satuan percobaan terdiri dari sekurangkurangnya 3 tangkai bunga dengan satu tangkai bunga per botol sehingga terdapat
15 tangkai bunga. Selama pengamatan dilakukan pemotongan tangkai bunga
setiap 3 hari sekali sepanjang ± 2 cm untuk mencegah terjadinya embolisme.

Percobaan Ketiga
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan dua faktor perlakuan. Faktor pertama yaitu perlakuan pulsing terdiri dari 5
taraf perlakuan dan faktor kedua adalah perlakuan chitosan dengan 4 taraf
perlakuan yang diulang sebanyak 5 ulangan. Layout percobaan dapat dilihat pada
Lampiran 1. Perlakuan pulsing terdiri dari aquades, aquades + sukrosa 3%,
akuades + sukrosa 3% + asam salisilat 100 ppm, akuades + sukrosa 3% +
Benzylaminopurin (BAP) 5 ppm, dan akuades + sukrosa 3% + asam salisilat 100
ppm + Benzylaminopurin (BAP) 5 ppm. Perlakuan chitosan yang digunakan
terdiri atas kontrol, chitosan 0.1 ppm, chitosan 0.5 ppm, dan chitosan 1 ppm.
Tangkai bunga direndam dalam larutan akuades selama pemajangan.
Sebelumnya bunga direndam dalam larutan pulsing sesuai perlakuan selama 1 x
 
 

15 
24 jam. Larutan chitosan pada perlakuan chitosan 0.1, 0.5, dan 1 ppm
disemprotkan ke permukaan bunga potong. Setiap kombinasi perlakuan terdiri
dari 5 tangkai bunga dengan satu tangkai bunga per botol sehingga terdapat 100
tangkai bunga pada percobaan ketiga. Selama pengamatan dilakukan pemotongan
tangkai bunga setiap 3 hari sekali sepanjang ± 2 cm untuk mencegah terjadinya
embolisme.
Pengolahan data dilakukan dengan uji F pada sistem SAS (Statistical
Analysis System). Setelah diuji F, perlakuan yang berpengaruh nyata diuji lanjut
dengan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf nyata 5%. Adapun
model statistika yang digunakan adalah sebagai berikut :
Yij = µ + αi + βj + (αβ)ij + εij
Keterangan :
Yij

= nilai pengamatan pada perlakuan ke-i, kelompok ke-j

µ

= nilai tengah populasi

αi

= pengaruh perlakuan komposisi larutan pulsing taraf ke-j

βj

= pengaruh perlakuan konsentrasi chitosan pada taraf ke-i

(αβ)ij = pengaruh interaksi perlakuan αi dan βj
εij

= pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

Data non parametrik dianalisis menggunakan Uji Kruskal Wallis. Peubah
yang dianalisis yaitu warna bunga, tingkat kemekaran bunga dan tingkat
kesegaran bunga. Rumus uji Kruskal Wallis adalah sebagai berikut :
H=
Keterangan :



- 3 (N + 1)

H

= nilai Kruskal Wallis dari hasil perhitungan

Ri

= jumlah ranking dari perlakuan ke-i

k

= banyaknya perlakuan

N

= jumlah seluruh data (N = n1 + n2 + n3 + ... + nk)

 
 

16 
Pelaksanaan Percobaan Ketiga

Bahan pulsing :
- akuades
- gula pasir
- asam salisilat
- BAP

Persiapan anyelir potong :
• pengangkutan bunga potong
dari kebun ke laboratorium
• bunga direndam dalam air
hangat
• bagian dasar tangkai bunga
dipotong ± 2 cm

Pembuatan larutan pulsing :
• aquades
• aquades + sukrosa 3%
• akuades + sukrosa 3% + asam
salisilat 100 ppm
• akuades
+
sukrosa
3%
+
Benzylaminopurin 5 ppm
• akuades + sukrosa 3% + asam
salisilat
100
ppm
+
Benzylaminopurin (BAP 5 ppm)

Perendaman dalam larutan
pulsing 1 x 24 jam

Bunga dipindahkan ke larutan
holding

Pembuatan larutan chitosan 0.1
ppm, 0.5 ppm, dan 1 ppm

Bunga disemprot chitosan

Penyimpanan di cold storage dan
pengamatan

 

 
 

17 
Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap kondisi bunga. Pengamatan dilakukan
setiap hari sampai bunga yang layu mencapai 50% dari jumlah bunga yang mekar.
Peubah yang diamati antara lain adalah :
1. Diameter bunga
Diameter bunga diukur dari diameter bunga yang terlebar pada saat
pengamatan menggunakan alat ukur jangka sorong.
2. Jumlah petal bunga yang membuka
Jumlah petal bunga dihitung dari helaian petal bunga yang membuka
pada saat pengamatan.
3. Tingkat kesegaran bunga
Tingkat kesegaran bunga potong dilihat dari persentase mahkota yang
masih segar pada setiap lapisan dengan skoring 1= 0-25%, 2= 25-50%, 3= 5075%, 4= 75-100%

4

3

2

1

4. Warna petal bunga
Warna bunga diukur menggunakan mini color chart dari RHS (Royal
Horticulture Society) dan tingkatan perubahan warna diperoleh menggunakan
skoring 1 = RHS 41A, 2 = RHS 41A – 44A, 3 = RHS 44A, 4 = RHS 44A –
RHS 47A, 5 = RHS 47A, 6 = RHS 47A – 45A, 7 = RHS 45A.

45A 
47A 
44A 
41A 

 
 

18 

(a)

(b)

(c) 

Gambaar 1. Warna Bunga RHS
S 45A (a), RHS
R
47A (bb), RHS 44A
A (c)
5. Gejalaa serangan hama
h
dan penyakit
p
Gejala daapat dilihat apabila
a
laru
utan keruh, terdapat
t
hiffa cendawan
n, dan
terjaddi busuk padda batang attau bunga.
6. pH aw
wal larutan
Pengukurran pH laruutan pulsin
ng menggunnakan kertaas indikato
or pH
untukk menentukaan derajat keasaman
k
laarutan. Bungga potong m
menyerap laarutan
pada pH
p optimal antara 3-4.
7. Tingkkat Kemekaran Bunga
bunga din
Tingkat kemekaran
k
nilai berdasaarkan keaddaan fisik bunga
b
anyeliir. Keadaann fisik ditenttukan oleh indeks kem
mekaran bunnga seperti dalam
d
Tabell 1. Bunga dinyatakan
d
m
mekar
apabila telah meencapai indeeks 4.
Tabel 1.
1 Tingkat kemekaran
k
b
bunga
poton
ng anyelir
Indekks
Kriteria kemekaran bunga
Kemekaaran
(Criteria
a of bud opeening)
Bungaa
1
Petal terluar seddikit membu
uka 1-2 hellai (0-10%)), petal bag
gian
dalam
m masih terttutup rapat, petal membbuka 1-2 helai
2
Petal luar membbuka sedikitt lebih lebaar (11-25%)), petal bag
gian
dalam
m mulai merrenggang raapat
Petal terluar mem
mbuka 26-50%, petal bagian
b
dalam
m merenggaang,
3
ornam
men bunga (putik dan benang sari) belum ttampak (maasih
tertutuup petal terddalam)
4
Petal terluar meembuka sem
mua diikutii oleh petall pada lapiisan
bagian dalam (511-75%), orn
namen bungga mulai terllihat
5
Petal membuka hampir selu
uruhnya (766-100%), oornamen bun
nga
mulaii tampak terrlihat seluru
uhnya
(Amiarsi dan
d Tejasarw
wana, 2011, dimodifik
kasi)

 
 

19 

(a)

(b)

(d)

(c)

(e)

Gambar 1. Kriteria Tingkat Kemekaran Bunga Potong Anyelir 1 : 0-10% (a),
2 : 11-25% (b), 3 : 26-50% (c), 4 : 51-75% (d), 5 : 76-100% (e).
8. Jumlah tangkai bunga yang patah :
Jumlah tangkai bunga yang patah saat pengamatan (jumlah tangkai
bunga patah tidak termasuk tangkai bunga yang bent neck).
9. Jumlah tangkai bunga yang mengalami bent neck (tangkai bunga terkulai).
10. Vaselife
Vaselife atau masa kesegaran adalah lamanya waktu (hari) bunga
dalam penyimpanan, dihitung dari waktu setelah pemetikan sampai 50 persen
bunga yang telah mekar mengalami kelayuan (Sari, 2008).
11. Volume larutan pulsing terserap, diukur dari selisih volume larutan awal dan
volume larutan akhir pada saat pulsing.
12. Volume larutan holding terserap, diukur dari selisih volume larutan awal dan
volume larutan akhir pada saat holding.

 
 

20 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan Pertama
Percobaan pertama dilakukan di Laboratorium Pascapanen dengan suhu
ruang simpan 25oC. Hasil dari percobaan pertama menunjukkan bahwa
konsentrasi chitosan yang digunakan tidak memberikan pengaru