Kajian Pengetahuan Gizi, Pola Konsumsi, Status Gizi, Denyut Nadi, dan Tekanan Darah Siswa SMA Negeri 6 Pandeglang

=> ADP + pelepasan energi

Gerakan otot yang terus menerus pada saat beraktivitas dapat menyebabkan ATP habis terpakai. Supaya gerakan otot tetap berlangsung maka ATP yang telah habis terpakai harus dibentuk lagi.

Pada saat awal melakukan suatu aktivitas, aliran darah belum cukup memberikan suplai oksigen ke otot maka suplai energi untuk membentuk ATP diperoleh dari energi yang dibebaskan melalui proses katabolisme anaerobik.


(24)

Mula-mula pembentukan ATP yang digunakan untuk kontraksi otot diperoleh dari penguraian kreatin fosfat (CP). Kreatin fosfat bekerja paling cepat untuk membentuk ATP kembali namun simpanan protein sangat terbatas sehingga energi yang dihasilkan hanya untuk kerja otot beberapa detik saja. Apabila aktivitas terus berlangsung maka pembentukan kembali ATP berasal dari glukosa dan cadangan glikogen hati dan otot.

Pada aktivitas fisik yang berlangsung lama dan suplai oksigen telah mencukupi untuk pembebasan energi maka pembentukan kembali ATP berlangsung melalui proses aerobik. Pada awal proses aerobik, energi untuk pembentukan ATP berasal dari energi yang dibebaskan dari penguraian glikogen. Pada fase aerobik selanjutnya, ATP dibentuk dari penguraian lemak (trigliserida) dan protein terutama asam amino rantai cabang (Depkes 1993). Kebutuhan Karbohidrat

Masalah utama yang sering ditemui siswa adalah kelelahan atau ketidak mampuan untuk memulihkan rasa lelah, dari satu kegiatan ke kegiatan berikutnya. Oleh karena itu pemenuhan energi dan karbohidrat harus menjadi prioritas bagi siswa yang menjalani aktivitas yang intensif (Damayanti 2000).

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dan memegang peranan sangat penting untuk seorang siswa dalam melakukan aktivitas fisik. Untuk beraktivitas, energi berupa ATP dapat diambil dari karbohidrat yang terdapat dalam tubuh berupa glukosa dan glikogen yang disimpan dalam otot dan hati. Selama beberapa menit permulaan kerja glukosa darah merupakan sumber energi utama, selanjutnya tubuh menggunakan glikogen otot dan hati. Glikogen otot dipergunakan langsung oleh otot untuk pembentukan energi, sedangkan glikogen hati mengalami perubahan menjadi glukosa yang akan masuk ke peredaran darah untuk selanjutnya dipergunakan oleh otot.

Pemberian karbohidrat bagi seorang siswa bertujuan untuk mengisi kembali simpanan glikogen otot dan hati yang telah dipakai pada saat kontraksi. Pada siswa yang mempunyai simpanan glikogen sangat sedikit, akan mengalami cepat lelah dan kurang berprestasi. Oleh karena itu, sebaiknya karbohidrat diberikan 60-70% dari total energi yang dibutuhkan atau sama dengan 6-10 gram/kg BB/hari. Karbohidrat dalam makanan sebagian besar harus dalam bentuk karbohidrat kompleks, sedangkan karbohidrat sederhana hanya sebagian kecil saja (Depkes 1993).


(25)

Kebutuhan Lemak

Lemak atau trigliserida di dalam tubuh diubah menjadi asam lemak dan gliserol. Selain penghasil energi, lemak merupakan alat pengangkut vitamin yang larut dalam lemak dan sebagai sumber asam lemak yang esensial, misalnya asam lemak linoleat (Primana 2000). Lemak yang digunakan untuk pembentukan energi terutama berasal dari lemak endogen yaitu lemak yang dibentuk tubuh. Kebutuhan lemak berkisar antara 20-25% dari total energi perhari yang dibutuhkan seorang remaja (Depkes 1993).

Lemak dalam tubuh berperan sebagai sumber energi utama pada saat melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang dalam waktu lama. Pada aktivitas sedang, lemak yang digunakan dipecah terlebih dahulu menjadi asam lemak dan gliserol. Asam lemak bebas diangkut ke jaringan lain dan dipergunakan sebagai sumber energi. Pembentukan energi dari asam lemak membutuhkan oksigen lebih banyak dibandingkan karbohidrat (Depkes 1993). Kebutuhan Protein

Protein bukan merupakan substrat penghasil energi yang bermakna selama beraktivitas karena hanya 5-10% dari total energi yang dikeluarkan berasal dari protein. Protein berperan sebagai zat pembangun komponen dan struktur jaringan tubuh yang rusak seperti otot serta berperan dalam pembentukan enzim, pembentukan sel-sel darah merah, hormon, neurotransmitter, antibodi, dan sintesa jaringan tubuh lainnya. Protein dicerna menjadi asam amino, yang kemudian dibentuk protein tubuh di dalam otot dan jaringan lainnya (Husaini 2000).

Protein dalam makanan dibutuhkan sebanyak 10-15% dari total energi. Namun, siswa remaja yang yang memiliki aktivitas fisik yang sedang perlu mengkonsumsi protein 1,0-1,2 gr/kg BB/hari. Kebutuhan protein seorang siswa remaja yang masih dalam masa pertumbuhan, kebutuhan terhadap protein lebih meningkat lagi, tetapi tidak boleh lebih dari 2 gr/kg BB/hari.

Siswa sebaiknya mengkonsumsi makanan yang bervariasi untuk meningkatkan kualitas protein. Akan tetapi, siswa remaja tidak dianjurkan mengkonsumsi makanan sumber protein dalam jumlah berlebih. Asupan protein yang berlebih akan diubah menjadi lemak badan. Selain itu menyebabkan diuresis sehingga dapat mengakibatkan dehidrasi (Depkes 1993).


(26)

Kebutuhan Vitamin dan Mineral

Vitamin dan mineral memainkan peranan penting dalam mengatur dan membantu reaksi kimia zat gizi penghasil energi, sebagai koenzim, dan kofaktor. Pada keadaan defisiensi satu atau lebih dapat mengganggu kapasitas latihan. Kebutuhan vitamin terutama vitamin yang larut air (vit. B dan C) meningkat sesuai dengan meningkatnya kebutuhan energi. Vitamin dan mineral yang penting diperhatikan dalam kaitannya dengan aktivitas fisik seperti vitamin A, B, C, D, E, dan K.

Siswa remaja memerlukan oksigen yang lebih banyak untuk pembakaran karbohidrat yang menghasilkan energi terutama pada saat beraktivitas. Untuk mengangkut oksigen (O2) ke otot diperlukan Hemoglobin (Hb) atau sel darah

merah yang cukup. Untuk membentuk Hb yang cukup tubuh memerlukan zat besi (Fe) yang bersumber dari daging (dianjurkan daging yang tidak berlemak), sayuran hijau, dan kacang-kacangan. Oleh karena itu, siswa remaja tidak boleh menderita anemia, agar dapat berprestasi. Siswa yang masih remaja memerlukan kalsium yang relatif lebih tinggi untuk pertumbuhan tulangnya. Sumber kalsium bisa didapatkan dari susu (rendah lemak). Oleh karena itu, siswa siswaik yang masih remaja sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi susu setiap hari agar mencapai tinggi badan optimal. Ikan juga merupakan sumber kalsium terutama ikan yang dikonsumsi dengan tulangnya (contoh: ikan teri). Kebutuhan kalsium pada remaja usia 15 tahun adalah 1200 mg dan pada remaja dengan usia 16-18 tahun adalah 1000 mg (Rumawas 2000).

Status Gizi dan Pengukurannya

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier 2004). Menurut Harper, Deaton & Driskel (1996) status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan makanan. Demikian pula menurut Riyadi (2003) mendefinisikan status gizi sebagai keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi. Ada beberapa cara yang digunakan untuk menilai status gizi yaitu konsumsi makanan, antropometri, biokomia, dan klinis.

Antropometri merupakan salah satu metode yang digunakan dalam melakukan penilaian status gizi secara langsung. Pengukuran antropometri ini berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi


(27)

tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai parameter atau jenis ukuran tubuh yang digunakan sebagai indikator status gizi seperti umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan tebal lemak di bawah kulit. Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan ketidakseimbangan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa et al. 2002).

Tujuan dari pengukuran antropometri adalah besaran komposisi tubuh yang dapat dijadikan isyarat dini perubahan status gizi. Tujuan ini dikelompokkan menjadi tiga yaitu : 1) penapisan status gizi, 2) survei status gizi, dan 3) pemantauan status gizi (Arisman 2004). Penapisan diarahkan pada orang per orang untuk keperluan khusus. Survei ditujukan untuk memperoleh gambaran status gizi masyarakat pada saat tertentu serta faktor-faktor yang berkaitan. Pemantauan bermanfaat sebagai pemberi gambaran perubahan status gizi dari waktu ke waktu.

Menurut Roedjito (1988) ukuran fisik seseorang sangat berhubungan dengan status gizi. Atas dasar ini ukuran antropometri diakui sebagai indeks yang baik dan dapat diandalkan bagi penentuan status gizi untuk negara-negara berkembang. Hal ini sangat penting karena cara penilaian status gizi lain lebih sulit dan lebih mahal. Pada orang dewasa, status gizi dapat ditentukan dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (Riyadi 2003). Namun demikian, menurut Damayanti (2000) Indeks Massa Tubuh (IMT) yang dibuat untuk populasi umum, tidak cocok digunakan pada remaja, Siswa remaja dengan lean body mass yang meningkat mungkin mempunyai kadar lemak yang rendah, namun IMTnya melebihi batas yang dianjurkan. IMT masih dapat digunakan untuk perkiraan pertama tentang interval berat badan yang diinginkan, atau pada siswa wanita yang mengharapkan berat badan yang tidak realistik misalnya.

Status gizi sangat mempengaruhi prestasi akademik. Menurut Moelek (1995) untuk mencapai prestasi akademik yang baik, banyak faktor yang berperan, antara lain kapasitas fungsional, status gizi, dan status psikologi. Status gizi yang baik sangat diperlukan untuk memperoleh kondisi fisik yang prima.


(28)

Denyut Nadi

Denyut nadi atau denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah dipompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba disuatu tempat dimana arteri melintas di sebelah depan pergelangan tangan. Darah yang di dorong ke arah aorta sistol tidak hanya bergerak maju dalam pembuluh darah, tapi juga menimbulkan gelombang bertekanan yang berjalan sepanjang arteri. Gelombang bertekanan meregang dinding arteri sepanjang perjalanannya dan regangan dapat diraba sebagai denyut (Ganong & Hall 1998). Denyut yang teraba bukan darah yang dipompa oleh jantung masuk ke aorta melainkan gelombang tekanan yang dialihkan dari aorta dan merambat lebih cepat daripada darah itu sendiri (Pearce 1997). Denyut nadi diukur dengan menghitung jumlah denyutan pada pergelangan tangan selama satu menit.

Adapun kecepatan normal denyut nadi (denyut dalam satu menit) pada orang dewasa yaitu 60-80 denyut/menit (Pearce 1997). Takikardi berarti denyut jantung yang cepat, penyebab umum takikardi adalah tekanan suhu tubuh, ransangan jantung oleh syaraf simpatis dan keadaan toksik pada jantung. Demam menyebabkan takikardi karena kenaikan suhu tubuh akan meningkatkan derajat metabolisme nodus sinus, yang selanjutnya langsung meningkatkan eksitabilitas dan kecepatan irama jantung. Sedangkan bradikardi berarti denyut jantung yang lambat (Ganong & Hall 1998).

Tekanan Darah

Tekanan darah arterial ialah kekuatan darah ke dinding pembuluh darah yang menampungnya. Tekanan ini beubah-beubah pada setiap tahap siklus jantung. Selama sistol ventrikuler, pada saat ventrikel kiri memaksa darah masuk aorta, tekanan naik sampai puncak, yang disebut tekanan sistol. Selama diastol tekanan turun, yaitu nilai tekanan terendah yang dicapai. Pusat vasomotorik mengatur tahanan periferi untuk mempertahankan agar tekanan darah relatif konstan. Sebaliknya tekanan darah diukur selalu sewaktu oranynya tenang, istirahat dan sebaliknya dalam sikap rebahan (Pearce 1997).

Tinggi rendahnya tekanan darah dipengaruhi oleh dua faktor yaitu curahan jantung (cardiac output) dan tekanan resistensi pembuluh darah perifer. Menurut Budiman (1999) tingginya tekanan sistol berhubungan dengan besarnya curah jantung dan tingginya tekanan diastol berhubungan dengan resistensi perifer. Tekanan darah ini selalu berubah-ubah, tergantung waktu dan keadaan.


(29)

Moerdowo (1994) menyatakan bahwa kegelisahan atau adanya tekanan mental dapat meningkatkan tekanan darah, begitu pula temperatur yang dingin.

Faktor-faktor yang mempertahankan tekanan darah, yaitu : 1. Kekuatan memompa jantung

Jantung adalah sebuah pompa dan kejadian yang terjadi dalam jantung selama peredaran darah disebut siklus jantung. Gerakan jantung berasal dari nodus sinus-atrial, kemudian kedia atrium berkontraksi. Gelombang kontraksi ini bergerak melalui betkas His dan kemudian ventrikel berkontraksi. Gerakan jantung terdiri atas dua jenis yaitu kontraksi (sistol) atau pengendoran (diastol).

2. Banyaknya darah yang beredar

Untuk membuat tekanan dalam suatu susunan tabung maka tabung perlu diisi dengan penuh. Oleh karena itu, dinding pembuluh darah elastik dan dapat menggembung, maka harus diisi lebih supaya dapat dibangkitkan suatu tekanan.

3. Viskositas (kekantalan) darah

Viskositas darah disebabkan oleh protein plasma dan oleh jumlah sel darah yang berada dalam aliran darah. Setiap perubahan pada kedua faktor ini akan merubah tekanan darah. Misaknya dalam anemia jumlah sel dalam darah berjurang dan dengan sendirinya tekanan menjadi lebih rendah, seandainya jantung dan sistema vaskomotorik tidak bekerja lebih giat unruk mengimbanginya.

4. Elastisitas dinding pembuluh darah

Didalam arteri tekanan lebih besar dibandingkan dalam vena, sebab otot yang membungkus arteri lebih elastik dari pada pada vena.

5. Tahanan tepi (resistensi periferi)

Tahanan tepi adalah tahanan yang dikeluarkan oleh geseran darah yang mengalir dalam pembuluh. Tahanan utama pada aliran darah dalam sistem sirkulasi besar berada dalam arteriol, dan turunnya tekanan terbesar terjadi pada tempat ini. Arteriol juga menghasilkan denyutan yang keluar dari tekanan darah sehingga denyutan tidak kelihatan di dalam kapiler dan vena (Pearce 1997).


(30)

Tabel 1 Klasifikasi tekanan darah

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal <120 <80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi tk. 1 140-159 90-99

Hipertensi tk. 2 ≥160 ≥100

Sumber : National Institutes of Health (2010)

Tekanan darah rendah terjadi apabila tekanan darahnya di bawah normal. Kebanyakan orang yang tekanan darahnya rendah tidak memperlihatkan gejala dan hanya diketahui apabila tekanan darah diukur pada waktu pemeriksaan rutin. Tekanan darah tinggi biasanya kedua tekanan itu menaik, walaupun untuk orang tua hanya tekanan sistol yang mungkin naik. Secara keseluruhan, suatu peningkatan dalam tekanan diastol jauh lebih serius dibandingkan dengan suatu peningkatan tekanan sistol (Smith 1996).


(31)

melakukan aktivitas pada saat belajar. Untuk mendapatkan kebutuhan gizi yang cukup maka siswa harus melakukan pengaturan makanan agar dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat-zat gizi makro maupun mikro sesuai dengan ukuran tubuh, usia, dan aktivitas. Pengaturan makanan yang baik maka siswa mampu mendapatkan gizi secara optimal sehingga mampu menjaga stamina dan mempertahankan status gizi siswa tersebut.

Berbagai jenis aktivitas fisik membutuhkan asupan zat gizi khususnya energi yang cukup sesuai dengan kebutuhan tubuh. Energi dan zat gizi lainnya diperoleh dari makanan yang dikonsumsi setiap hari. Kebutuhan zat gizi setiap individu berbeda-beda sesuai dengan karakteristik fisik, fisiologis, dan aktivitas fisik. Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh akibat aktivitas otot-otot yang mengakibatkan pengeluaran energi. Aktivitas fisik terdiri dari ativitas selama bekerja, istirahat, dan pada waktu senggang.

Pola konsumsi bertujuan untuk memenuhi kecukupan energi dan zat-zat gizi makro maupun mikro. Konsumsi pangan dipengaruhi oleh kebiasaan makan yang didukung oleh pengetahuan gizi. Kebiasaan makan yang baik akan membuat pola konsumsi juga menjadi baik. Konsumsi pangan siswa SMAN 6 Pandeglang disesuaikan dengan kebutuhan zat gizi individu yang diatur melalui pengaturan makanan.

Seorang siswa dengan pengaturan makanan yang baik akan mampu mendapatkan gizi secara optimal dan mempertahankan status gizinya. Pendidikan gizi bagi siswa penting untuk memberikan pengetahuan dalam hal memilih makanan yang akan dikonsumsi untuk status gizi optimal. Status gizi siswa dapat dilihat dari ukuran tubuh (antropometri) dan hal ini dipengaruhi oleh tingkat kecukupan zat gizi siswa.

Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi (Riyadi 2003). Penilaian status gizi pada orang dewasa dapat ditentukan dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT), yakni dapat menaksir cadangan energi dalam tubuh dengan asumsi bahwa semakin kurus seseorang, semakin sedikit adanya cadangan energi dalam tubuh. Berbagai parameter atau jenis ukuran tubuh yang digunakan sebagai indikator status gizi seperti umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan tebal lemak di bawah kulit.


(32)

Tingkat kecukupan zat gizi siswa dihitung dengan cara membandingkan antara konsumsi zat gizi dari makanan (energi, karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral) dengan angka kecukupan zat gizi siswa. Perhitungan kecukupan zat gizi siswa berdasarkan karakteristik siswa, ukuran tubuh (atropometri), dan aktivitas fisik yang dilakukan. Kecukupan zat gizi siswa yang baik menunjukkan terpenuhinya kebutuhan zat gizi siswa dengan optimal. Kesehatan fisik juga dapat mempengaruhi konsumsi pangan siswa. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.


(33)

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

Keterangan :

= Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti = Hubungan yang diteliti = Hubungan yang tidak diteliti

Pola Konsumsi Pengetahuan

Gizi

Karakteristik Siswa

Tingkat Kecukupan Zat

Gizi

Status Gizi

Denyut Nadi

Prestasi Kesehatan

Kebiasaan Makan

Tekanan


(34)

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus-September 2011 di SMA Negeri 6 Pandeglang Provinsi Banten. Pemilihan tempat dilakukan secara purposive karena SMA Negeri 6 Pandeglang merupakan tempat pembinaan siswa dan merupakan sekolah percontohan di Kabupaten Pandeglang.

Cara Pengambilan Contoh

Contoh pada penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Negeri 6 Pandeglang kelas XI. Contoh ditentukan secara purposive sampling dengan kriteria atau persyaratan bahwa contoh merupakan siswa SMA Negeri 6 Pandeglang, yaitu contoh dengan jurusan IPA sebanyak 68 orang, terdiri dari 22 siswa laki-laki dan 46 siswa perempuan. Selain itu, kriteria lainnya yaitu contoh berusia 16 hingga 17 tahun, dalam keadaan sehat, bersedia mengisi kuesioner, serta tidak mempunyai masalah dengan pihak sekolah. Pertimbangan memilih siswa kelas XI adalah bahwa siswa kelas yang bersangkutan telah mengikuti pendidikan dalam kondisi stabil dan telah beradaptasi dengan lingkungan sekolah. Siswa kelas X tidak dipilih dengan alasan masih membutuhkan penyesuaian dengan lingkungan sekolah dan siswa kelas XII akan mempersiapkan untuk kegiatan Ujian Nasional (UN).

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara, penyebaran kuesioner dengan contoh dan pengukuran langsung. Data primer ini meliputi data karakteristik contoh, data pengetahuan gizi, antropometri (tinggi badan, berat badan, dan lemak tubuh), konsumsi pangan, denyut nadi, dan tekanan darah. Data sekunder yang berupa gambaran umum tempat penelitian SMA Negeri 6 Pandeglang. Cara pengumpulan data penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.


(35)

Tabel 2 Cara pengumpulan data penelitian

No Jenis data Variabel Cara pengumpulan data 1. Karakteristik

Contoh

1. Usia

2. Jenis Kelamin 3. Kelas Wawancara dan pengamatan langsung 2. Pengetahuan Gizi Pertanyaan mengenai bidang gizi Wawancara dengan menggunakan kuisioner 3. Antropometri Contoh dan Status Gizi

1. Berat Badan/BB (kg) 2. Tinggi badan/TB (cm) 3. Lemak Tubuh (%) 4. IMT/U

1. Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan injak Bathromm Scale

2. Tinggi badan diukur menggunakan Microtoise dengan ketelitian 0,1 cm 3. Lemak tubuh dihitung

dengan menggunakan Body Fat Monitor tipe Omron HBF-306

4. IMT/U dihitung WHO Anthroplus 2007

4. Konsumsi Pangan

1. Jumlah Konsumsi 2. Kebiasaan makan

3. Recall 2x24 jam

1. Wawancara jenis dan frekuensi pangan dengan menggunakan metode Recall 2x24 jam

2. Konversi URT ke dalam gram sesuai dengan yang disajikan

5. Denyut Nadi dan Tekanan Darah

1. Denyut Nadi 2. Tekanan Darah

Denyut nadi dan tekanan darah diukur menggunakan Automatic Blood Pressure

Monitor tipe OMRON

HEM-780

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik inferensia. Tahapan pengolahan data dimulai dari pengkodean (coding), pemasukan data (entry), pengecekan ulang (cleaning), dan analisis data. Tahapan pengkodean (coding) dilakukan dengan cara menyusun code-book sebagai panduan entri dan pengolahan data. Kemudian data dimasukan ke dalam tabel yang sudah ada (entry). Setelah itu, dilakukan pengecekan ulang (cleaning) untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data. Tahapan terakhir adalah analisis data yang diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Excell 2007


(36)

variabel menggunakan uji beda t (Independent Samples T-test). Hubungan antar variabel diuji dengan menggunakan uji korelasi Spearman.

Data pengetahuan gizi contoh yang diperoleh dengan memberikan kuisioner sebanyak 20 pertanyaan tentang pangan dan gizi dinilai dengan cara jawaban yang benar diberi nilai 1 dan jawaban yang salah diberi nilai 0 sehingga total nilai sebesar 20. Persentase hasil dari nilai pengetahuan gizi contoh dibandingkan dengan persentase skor berdasarkan Khomsan (2000) yaitu : rendah jika kurang dari 60% (<60%), sedang jika 60 – 80%, dan tinggi jika lebih dari 80% (>80%). Data antropometri diperoleh dengan melakukan penimbangan berat badan (kg) menggunakan timbangan injak Bathroom Scale. Kemudian, pengukuran tinggi badan (cm) dilakukan dengan menggunakan microtoise dengan ketelitian 0.1 cm. Kadar lemak tubuh contoh diukur dengan menggunakan Body Fat Monitor. Menurut Hodgon & Beckett (1984), kategori persentase lemak tubuh untuk laki-laki yaitu rendah jika kurang dari 14% (<14%), normal jika 14-18%, agak tinggi jika lebih dari 18% (>18%), dan tinggi jika lebih dari 25% (>25%) lemak dari berat badan total. Sedangkan, untuk perempuan yaitu rendah jika kurang dari 21% (<21%), normal jika 21-25%, agak tinggi jika >25%, dan tinggi jika lebih dari 30% (>30%) dari lemak dari berat badan total.

Data status gizi contoh ditentukan berdasarkan data yang sudah diperoleh yaitu usia contoh, berat badan, dan tinggi badan dengan parameter Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U) dengan software Anthroplus 2007. Nilai Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U) yaitu (WHO 2007) :

Kurus = -3 SD < Z-score < -2 SD Normal = -2 SD < Z-score < +1 SD At Risk = +1 SD < Z-score < +2 SD Gemuk = +2 SD < Z-score < +3 SD Obesitas = Z-score ≥ +3 SD

Kecukupan energi contoh didapatkan hasil perkalian dari AMB (Angka Metabolisme Basal (AMB) berdasarkan formula dari Harris Benedict (1919) dengan faktor aktivitas siswa. Formula yang digunakan yaitu:

AMB Laki-laki = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U) AMB Perempuan = 655 + (9,6 x BB) + (1,7 x TB) – (4,7 x U) AMB = Angka Metabolisme Basal (Kal)

U = Usia (tahun) BB = Berat Badan (kg)


(37)

TB = Tinggi Badan (meter)

AKE = AMB x FA AKE = Angka Kecukupan Energi (Kal) AMB = Angka Metabolisme Basal (Kal)

FA = Angka Kegiatan Fisik (sangat aktif bagi anak laki-laki usia 9-18 tahun yaitu 1.42 dan perempuan 1.31)

Data konsumsi pangan yang diperoleh dikonversikan untuk menentukan zat gizi contoh yang terdiri dari energi, protein, karbohidrat, lemak, kalsium, zat besi (Fe), vitamin A, dan vitamin C dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah & Briawan 1994)

Kgij = (Bj/100) X Gij X (BDDj/100) Keterangan :

Kgij = Kandungan zat gizi –I dalam bahan makanan –j Bj = Berat makan –j yang dikonsumsi (g)

Gij = Kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan ke –j BDD j = Bagian bahan makanan –j yang dapat dimakan

Untuk menentukan Angka Kecukupan Gizi (AKG) contoh yang dicari digunakan rumus:

AKGI = (Ba/Bs) x AKG Keterangan:

AKGI = Angka kecukupan zat gizi contoh yang dicari Ba = Berat badan aktual sehat (kg)

Bs = Berat badan patokan (kg)

AKG = Angka kecukupan energi atau protein yang dianjurkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG 2004)

Untuk mineral dan vitamin dihitung langsung dengan angka kecukupan tanpa menggunakan AKGI. Selanjutnya, tingkat kecukupan energi dan protein diperoleh dengan cara membandingkan jumlah konsumsi zat gizi tersebut dengan kecukupannya yaitu dengan menggunakan rumus tingkat kecukupan zat gizi yang di bawah ini:

TKG = (K/AKGI) x 100% Keterangan:


(38)

K = Konsumsi zat gizi (recall)

AKGI = Angka kecukupan zat gizi contoh yang dicari

Denyut nadi dan tekanan darah diperiksa dengan menggunakan Automatic Blood Pressure Monitor. Lengan atas dibalut dengan selembar kantong karet yang dapat digembungkan, secara otomatis kantong karet akan memompa dan tekanan akan naik. Kemudian secara otomatis pula tekanan darah dan denyut nadi akan dapat diketahui. Menurut Perace (1997) denyut nadi dapat dikategorikan kedalam : bradikardi (<60 denyut/menit), normal (60-80 denyut/menit), takikardi (>80 denyut/menit). Kategori pengukuran data penelitian dapat dilihat pada Tabeol 3.

Tabel 3 Kategori pengukuran data penelitian

No Jenis Data Variabel Kategori Pengukuran 1. Karakteristik

Contoh

1. Usia

2. Jenis Kelamin

Disesuaikan dengan data 2. Pengukuran

Antropometri dan Status Gizi

1. Tinggi Badan 2. Berat Badan 3. Lemak Tubuh

Lemak tubuh (Hodgon & Beckett 1984) : Laki- laki

1. Rendah <14% 2. Normal 14-18% 3. Agak Tinggi 18-25% 4. Tinggi > 25%

Perempuan

1. Rendah <21% 2. Normal 21-25% 3. Agak tinggi >25% 4. Tinggi >30%

IMT/U dengan kategori (WHO 2007): Kurus = -3 SD < Z-score < -2 SD Normal = -2 SD < Z-score < +1 SD

At Risk = +1 SD < Z-score < +2 SD

Gemuk = +2 SD < Z-score < +3 SD Obesitas = Z-score > +3 SD

3. Pengetahuan Gizi

Pengetahuan Gizi Pengetahuan gizi (Khomsan 2000) : 1. Rendah <60%

2. Sedang 60-80% 3. Tinggi >80% 4. Konsumsi Pangan 1. Jumlah Konsumsi 2. Kebiasaan makan

3. Recall 2x24

jam

Tingkat konsumsi energi dan protein (Depkes 1996) :

1. Defisit tingkat berat (<70%) 2. Defisit tingkat sedang (70-79%) 3. Defisit tingkat ringan (80-89%) 4. Normal (90-119%)

5. Kelebihan (>120%)

Tingkat konsumsi vitamin dan mineral (Gibson 2005):

1. Kurang (<77% AKG) 2. Cukup (≥77% AKG)


(39)

Hasil pengolahan data selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan statistik. Analisis deskriptif dilakukan terhadap data karakteristik siswa, status gizi, pengetahuan gizi, pola konsumsi, tingkat kecukupan gizi, denyut nadi, dan tekanan darah. Analisis statistik yang digunakan yaitu uji beda t (Independent Samples T-test) dan uji korelasi Rank Spearman. Uji beda t (Independent Samples T-test) digunakan untuk menganalisis perbandingan antara peubah pada penelitian ini, yaitu tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan protein, tingkat kecukupan lemak, denyut nadi, dan tekanan darah berdasarkan jenis kelamin. Analisis statistik uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara staus gizi dengan pengetahuan gizi, status gizi dengan tingkat kecukupan energi, status gizi dengan tingkat kecukupan protein, status gizi dengan tingkat kecukupan lemak, status gizi dengan tingkat kecukupan kalsium, status gizi dengan tingkat kecukupan besi, status gizi dengan denyut nadi, dan status gizi dengan tekanan darah.

Definisi Operasional

Remaja adalah siswa usia 16-17 tahun yang berada di SMAN 6 Pandeglang.

Contoh adalah siswa SMAN 6 Pandeglang yang merupakan siswa berumur 16-17 tahun.

Umur adalah usia contoh pada saat pengambilan data ketika penelitian dilakukan (dalam tahun).

Konsumsi gizi adalah jumlah zat gizi yang dikonsumsi tubuh setelah mengkonsumsi pangan.

5. Denyut Nadi dan Tekanan Darah

2. Denyut Nadi

2. Tekanan Darah

Denyut nadi ( Pearce 1997) : 1. Bradikardi (<60 denyut/menit) 2. Normal (60-80 denyut/menit) 3. Takikardi (>80 denyut/menit)

Tekanan darah sitolik (National Institutes of Health 2010) :

1. Normal (<120 mmHg)

2. Prehipertensi (120-139 mmHg) 3. Hipertensi tk. 1 (140-159 mmHg) 4. Hipertensi tk. 2 (160 mmHg)

Tekanan darah diastol (Institutes of Health 2010) :

1. Normal (<80 mmHg)

2. Prehipertensi (80-89 mmHg) 3. Hipertensi tk. 1 (90-99 mmHg) 4. Hipertensi tk. 2 (≥100 mmHg)


(40)

Tingkat kecukupan gizi perbandingan konsumsi dari rata-rata zat gizi makro maupun gizi mikro terhadap angka kecukupan yang dianjurkan menurut umur berdasarkan WKNPG (2004) dan dinyatakan dalam persen.

Pola konsumsi pangan adalah gambaran mengenai kebiasaan makan contoh yang pada akhirnya akan menentukan tingkat kecukupan gizi remaja melalui konsumsi pangan.

Kebiasaan makan adalah perilaku makan contoh yang kemudian akan mempengaruhi konsumsi pangan, baik jumlah maupun jenis.

Konsumsi pangan adalah jumlah dan jenis pangan tunggal atau beragam yang dikonsumsi oleh contoh yang akan menentukan tingkat kecukupan gizi. Antropometri adalah metode yang digunakan dalam melakukan penilaian status

gizi secara langsung yaitu tinggi badan, berat badan, lemak tubuh.

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh contoh yang diakibatkan oleh konsumsi, absorpsi, dan penggunaan zat gizi yang ditentukan melalui Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U) dan dikelompokkan menjadi 5 kategori: Kurus = -3 SD < Z-score < -2 SD, Normal = -2 SD < Z-score < +1 SD, At Risk = +1 SD < Z-score < +2 SD, Gemuk = +2 SD < Z-score < +3 SD, Obesitas = Z-score > +3 SD.

Pengetahuan gizi contoh adalah pengetahuan gizi contoh yang diukur dengan cara menanyakan sebanyak 20 pertanyaan mengenai gizi secara umum. Denyut nadi adalah banyaknya denyut jantung contoh dalam satu menit yag

diukur dengan menghitung jumlah denyutan pada pergelangan tangan dalam posisi duduk dan isttirahat.

Tekanan darah adalah kekuatan yang dihasilkan oleh darah contoh terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh yang terdiri dari tekanan sistol dan diastol.


(41)

Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 6 Pandeglang terletak di Jl. Pendidikan No. 2 Ciekek Pandeglang. Sekolah ini didirikan pada tanggal 8 Oktober 2001. Sekolah yang dipimpin oleh Drs. H. Suherman, M.Pd ini memiliki visi : Unggul dalam prestasi, teladan dalam imtaq. Misi dari sekolah ini adalah : a). Manajemen partisipasi dalam melibatkan semua warga sekolah, komite, guna meningkatkan budaya kerja, disiplin, dan tertib administrasi dalam pengelolaan sekolah dengan bernuansa Ahklakul Karimah. B). Melaksanakan pembelajaran yang efektif dan efisien, untuk meningkatkan mutu yang mampu bersaing dengan dilandasi iman yang kuat. C). Menumbuhkan aktivitas warga sekolah dalam kegiatan ekstrakurikuler, baik akademik maupun non akademik sehingga menghasilkan prestasi terbaik dibidangnya. D). Meningkatkan kerjasama melalui jaringan teknologi informasi dan komunikasi dengan menerapkan sekolah dan masyarakat yang bernuansa islami. E). Meningkatkan sarana perpustakaan dan laboratorium untuk menumbuhkan budaya membaca dan sikap ilmiah sebagai upaya peningkatan mutu sumber daya manusia madani. F). Menciptakan lingkungan yang BERKAH (Bersih, Elok, Ramah, Kuat, Aman,dan Hidup) sehingga terbentuk suasana belajar yang kondusif.

SMA Negeri 6 Pandeglang memiliki luas tanah sebesar 6.850 m² dengan luas bangunan 2.032 m². Bangunan SMA terdiri dari 24 kelas, 3 laboratorium. Selain itu, sekolah ini dilengkapi dengan ruang kepala sekolah, ruang tata usaha, ruang guru, ruang perpustakaan, ruang kesenian, ruang koperasi siswa, ruang osis, ruang BK/BP, musholla, lapangan basket, lapangan futsal, lapangan voli, pos satpam, dan ruang PDS.

Sekolah ini telah terakreditasi A, serta telah menerapkan kurikulum KTSP sejak tahun 2008. Jumlah guru di sekolah ini adalah 60 orang, yang terdiri dari 48 guru tetap (PNS), 1 orang guru kontrak, 6 orang guru tidak tetap (GKK), serta 5 orang guru Tenaga Kerja Kontrak (TKK). Jumlah staf Tata Usaha (TU) berjumlah 18 orang. Untuk jumlah siswa sekolah ini berjumlah 1009 siswa, yang terdiri dari 400 siswa kelas X, 309 siswa kelas XI, dan 300 siswa kelas XII. Rekapitulasi siswa SMA Negeri 6 Pandeglang dapat dilihat pada Tabel 4.


(42)

Tabel 4 Rekapitulasi siswa SMA Negeri 6 Pandeglang (2011/2012) Kelas

Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan n % n %

X 174 39.5 219 38.9

XI 147 33.3 196 34.9

XII 120 27.2 147 26.2

Total 441 100 562 100

Karakteristik Siswa

Karakteristik siswa merupakan gambaran mengenai siswa yang meliputi ciri fisik (antropometri). Karakteristik ini diperlukan sebagai gambaran yang jelas mengenai siswa yang dijadikan contoh dalam penelitian. Hal ini dimaksudkan sebagai penjelasan dalam memahami karakter siswa. Karakteristik siswa meliputi usia, berat badan, tinggi badan, dan persentase lemak tubuh.

Usia

Siswa yang digunakan dalam penelitian ini adalah Siswa SMA Negeri 6 Pandeglang Kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 berjumlah 70 orang sehingga seluruh populasi digunakan sebagai contoh dalam penelitian dengan metode purposive sampling, namun dalam perjalanan pengambilan data dua orang mengalami drop out karena sedang sakit ataupun ketidaklengkapan data. Dengan demikian, jumlah siswa yang dijadikan contoh dan dianalisis adalah 68 orang, yang terdiri dari 46 siswa perempuan dan 22 siswa laki-laki. Usia siswa dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5 Sebaran siswa menurut usia dan jenis kelamin Usia (tahun)

Jenis Kelamin

Laki-Laki Perempuan

n % n %

16 20 90.9 45 97.8

17 2 9.1 1 2.2

Total 22 100 46 100

Rata-rata 16.1 ± 0.3 16.0 ± 0.1

Seluruh populasi siswa berada pada usia 16 dan 17 tahun. Berdasarkan tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa perempuan (97,8%) berusia 16 tahun. Sebanyak 90.9% siswa laki-laki berada pada kelompok usia 16 tahun. Sebanyak 9,1% siswa laki-laki berada pada kelompok usia 17 tahun dan 2,2% siswa perempuan berusia 17 tahun. Usia semua siswa yang diteliti tergolong ke dalam usia remaja yaitu antara 10-18 tahun (Hardinsyah & Tambunan 2004)


(43)

Karakteristik Antropometri

Metode antropometri merupakan pengukuran ukuran tubuh dan komposisi tubuh secara kasar. Pengukuran ini dipengaruhi oleh faktor usia, selain itu jenis kelaminpun mempengaruhi. Antropometri merupakan salah satu metode yang digunakan dalam melakukan penilaian status gizi secara langsung. Pengukuran antropometri mempunyai keuntungan dalam menyediakan informasi status gizi masa lampau yang tidak dapat diperoleh dengan teknik penilaian yang lain (Gibson 2005). Menurut Roedjito (1988) ukuran fisik seseorang berhubungan dengan status gizi. Oleh karena itu, ukuran antropometri diakui sebagai indeks yang paling baik dan dapat diandalkan dalam penentuan status gizi.

Berat Badan. Siswa yang diteliti dilakukan pengukuran antropometri meliputi tinggi badan, berat badan, dan persentase lemak tubuh. Berat badan siswa diukur menggunakan timbangan injak bathscale. Berat badan siswa dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6 Sebaran siswa menurut berat badan dan jenis kelamin Berat Badan

(Kg)

Jenis Kelamin

Laki-Laki Perempuan

n % n %

35-49 1 4.5 37 80.4

50-65 19 86.4 7 15.2

> 65 2 9.1 2 4.3

Total 22 100 46 100

Rata-rata 55.5 ± 7.5 45.9 ± 6.1

Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa perempuan (80,4%) memiliki berat badan antara 35-49 kg. Sebanyak 86,4% siswa laki-laki memiliki berat badan antara 50-65 kg. Secara keseluruhan berat badan siswa laki-laki lebih berat daripada berat badan siswa perempuan. Rata-rata berat badan siswa laki-laki adalah 55,5 kg dan siswa perempuan adalah 45,9 kg. Hasil ini sudah memenuhi berat badan standar untuk remaja sesuai dengan Widya Karya Pangan dan Gizi (WKNPG) tahun 2004 yaitu laki-laki 48-80 kg dan perempuan 36-65 kg (Hardinsyah & Tambunan 2004).

Tinggi Badan. Tinggi atau panjang badan merupakan indikator umum ukuran tubuh dan panjang tubuh yang menggambarkan pertumbuhan skeletal (Supariasa et al 2002). Pengukuran ini dengan menggunakan microtoise yang ditempel di dinding. Menurut Arisman (2004) tinggi badan diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas kaki, kedua tangan merapat ke badan, punggung


(44)

dan bokong menempel pada dinding, dan pandangan diarahkan ke depan. Tinggi badan siswa dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7 Sebaran siswa menurut tinggi badan dan jenis kelamin Tinggi Badan

(cm)

Jenis Kelamin

Laki-Laki Perempuan n % n %

≤140 0 0 4 8.7

141-150 0 0 21 45.7

151-160 6 27.3 19 41.3

≥161 16 72.7 2 4.3

Total 22 100 46 100

Rata-rata 161.1 ± 6.5 149.1 ± 5.8

Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa perempuan (45,7%) memiliki tinggi badan antara 141-150 cm. Sebagian besar siswa laki-laki memiliki tinggi badan lebih dari 161 cm yaitu sebanyak 72,7%. Sebanyak 41,3% siswa perempuan memiliki tinggi badan antara 151-160 cm dan 27,3% siswa laki-laki memiliki tinggi badan 151-160 cm. Secara keseluruhan tinggi badan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan. Rata-rata tinggi badan siswa laki-laki adalah 161,1 cm dan siswa perempuan adalah 149,1 cm. Tinggi badan siswa ini belum memenuhi tinggi badan standar untuk usia 16-18 tahun sesuai dengan tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2004 bagi orang Indonesia yaitu untuk laki-laki adalah 165 cm dan untuk perempuan adalah 156 cm.

Persentase Lemak Tubuh. Lemak sangat dibutuhkan tubuh untuk cadangan zat gizi dan mengubahnya ke dalam bentuk energi. Selain itu, lemak juga berfungsi sebagai penyekat panas, penyerap guncangan, dan fungsi lainnya (Macmillan 1993). Persentase lemak tubuh adalah proporsi jumlah lemak di dalam tubuh berdasar total berat seseorang, termasuk lemak esensial dan lemak simpanan. Lemak esensial yaitu jumlah lemak tubuh minimal yang dibutuhkan untuk fungsi fisiologis normal (pada pria sekitar 3% dari total berat dan pada perempuan sekitar 12%). Lemak simpanan yaitu bagian lemak tubuh yang lebih dan disimpan dalam jaringan adiposa (Hoeger & Hoeger 2005). Persentase lemak tubuh diukur dengan menggunakan body fat monitor. Persentase lemak tubuh siswa dapat dilihat pada tabel 8.


(45)

Tabel 8 Sebaran siswa menurut persentase lemak tubuh dan jenis kelamin

Persentase Lemak Tubuh Frekuensi

n %

Laki-Laki

- Normal (14-18%) 2 9.1

- Agak Tinggi (18-25%) 17 77.3 - Tinggi (> 25%) 3 13.6

Total 22 100

Rata-rata 21.8 ± 4.0

Perempuan - Rendah (< 21%) 2 4.3

- Normal (21-25%) 12 26.1

- Agak Tinggi (> 25%) 20 43.5 - Tinggi (> 30%) 12 26.1

Total 46 100

Rata-rata 27.2 ± 4.0

Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa laki-laki (77,3%) memiliki persentase lemak tubuh agak tinggi yaitu 18-25% lemak dari berat badan total, bahkan (13,6%) siswa laki-laki memiliki peresentase lemak tubuh yang termasuk tinggi yaitu melebihi 25%, sebanyak 13,6% siswa laki-laki tersebut memiliki rata-rata tingkat kecukupan energi sebesar 92,3%. Sebagian besar siswa perempuan (43,5%) memiliki persentase lemak tubuh agak tinggi yaitu >25% lemak dari berat badan total, bahkan (26,1%) siswa perempuan memiliki persentase lemak tubuh yang termasuk tinggi yaitu melebihi 30%, sebanyak 26,1% siswa perempuan tersebut meiliki rata-rata tingkat kecukupan energi sebesar 112,8% . Rata-rata persentase lemak tubuh siswa laki-laki adalah 21,8% dan siswa perempuan adalah 27,2%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase lemak tubuh siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan.

Hasil uji t test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan atara jenis kelamin dengan persentase lemak tubuh siswa (p<0,01). Komposisi tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur, jenis kelamin, diet, dan aktivitas. Perempuan memiliki lemak tubuh lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki karena keperluan reproduksi (Williams 1995). Lemak dalam tubuh harus terdapat dalam keadaan normal, sebab jika melebihi kadar normal, dapat terjadi kelainan-kelainan dalam tubuh, seperti kegemukan, arterosklerosis, dan tekanan darah tinggi.


(46)

Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi sangat erat hubungannya dengan kualitas gizi dan makanan yang dikonsumsi. Dengan pengetahuan yang tepat dan benar mengenai gizi, seseorang akan mengetahui dan berupaya mengatur pola makanannya sedemikian rupa sehingga seimbang dan cukup jumlahnya. Pendidikan gizi bagi siswa penting untuk memberikan pengetahuan dalam hal memilih makanan yang akan dikonsumsi untuk status gizi optimal. Siswa dinilai pengetahuan gizinya dengan cara diberikan soal pengetahuan gizi sebanyak 20 soal yang berhubungan dengan pengetahuan gizi secara umum. Penilaian akan dibuat dalam bentuk persentase dan akan dibandingkan dengan standar skor tingkat pengetahuan gizi yaitu kurang (<60%), cukup (60-80%), dan baik (>80%) (Khomsan 2000). Pengetahuan gizi siswa dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9 Sebaran siswa menurut pengetahuan gizi dan jenis kelamin Nilai Pengetahuan

Gizi

Jenis Kelamin

Laki-Laki Perempuan n % n %

Rendah (< 60%) 1 4.5 2 4.3

Sedang (60-80%) 12 54.5 29 63.0

Baik (> 80%) 9 40.9 15 32.6

Total 22 100 46 100

Rata-rata 77.7 ± 10.2 76.5 ± 10.9

Tabel 9 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa laki-laki memiliki pengetahuan gizi yang termasuk dalam kategori sedang (54,5%). Sebanyak (63,0%) siswa perempuan memiliki pengetahuan gizi yang sedang. Sebanyak 40,9% siswa laki-laki memiliki pengetahuan gizi yang baik. Sebanyak 32,6% siswa perempuan memiliki pengetahuan gizi yang baik. Soal pengetahuan gizi yang banyak salah dijawab adalah mengenai pangan sumber protein nabati dan jenis vitamin yang larut dalam air. Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan siswa memahami pengetahuan gizi secara umum, tetapi kurang mendalam. Kurangnya pengetahuan gizi siswa dikarenakan siswa kurang mendapat materi mengenai gizi. Pengetahuan gizi mengenai pengaturan makanan sangat bermanfaat antara lain memberikan pengetahuan tentang makanan yang dapat mempertahankan kondisi tubuh selama beraktivitas, dan informasi mengenai makanan yang dapat menyediakan energi yang diperlukan untuk melakukan aktivitas fisik. Oleh sebab itu, siswa sebaiknya memiliki pengetahuan gizi yang baik untuk mengetahui pentingnya gizi dalam kehidupan sehari-hari.


(47)

Status Gizi

Riyadi (2003) mendefinisikan status gizi sebagai keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi. Beberapa cara yang digunakan untuk menilai status gizi seperti antropometri, konsumsi pangan, biokimia, dan klinis. Penilaian status gizi siswa berdasarkan indeks massa tubuh dan dirujuk menurut umur (IMT/U), yakni dapat menaksir cadangan energi dalam tubuh dengan asumsi bahwa semakin kurus seseorang, semakin sedikit adanya cadangan energi dalam tubuh. Status gizi (IMT/U) diperoleh dari hasil pengukuran berat badan (kg) dan tinggi badan (meter). IMT/U direkomendasikan sebagai indikator terbaik yang dapat digunakan untuk remaja (Riyadi 2003). Status gizi siswa dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10 Sebaran siswa menurut status gizi siswa (IMT/U) dan jenis kelamin

Status Gizi IMT/U Jenis Kelamin

Laki-Laki Perempuan

n % n %

Kurus 0 0 1 2.2

Normal 19 86.4 42 91.3

Gemuk 3 13.6 3 6.5

Total 22 100 46 100

Rata-rata 20.6 ± 2.9 20.7 ± 2.5

Tabel 10 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa laki-laki memiliki status gizi yang termasuk normal yaitu sebanyak 86,4%. Sebanyak 91,3% siswa perempuan memiliki status gizi yang termasuk dalam kategori normal, sedangkan sebanyak 13,6% siswa laki-laki dan 6,5% siswa perempuan memiliki status gizi yang termasuk dalam kategori gemuk. Rata-rata status gizi siswa perempuan yaitu sebesar 20,7 kg/m cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan siswa laki-laki yaitu sebesar 20,6 kg/m. Status gizi yang baik sangat penting bagi siswa untuk meningkatkan prestasinya dengan baik. Menurut Moelek (1995), seseorang yang mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang secara terencana akan berada pada status gizi baik dan mampu mempertahankan kondisi fisik yang baik. Penghitungan indeks massa tubuh melibatkan berat badan dan tinggi badan seseorang, namun kurang dapat menggambarkan komposisi tubuh orang tersebut. Penelitian Wijaya (2010) Status gizi berhubungan dengan jumlah lemak dalam tubuh, sehingga akan menghambat kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas yang pada akhirnya akan menurunkan daya tahan jantung, sehingga semakin tinggi nilai IMT seseorang


(48)

maka semakin rendah tingkat kebugaran jasmaninya. Konsumsi Pangan

Konsumsi pangan adalah jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang dengan tujuan tertentu. Tujuan mengkonsumsi pangan dari aspek gizi adalah untuk memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan tubuh. Penilaian konsumsi pangan dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Metode Food Recall 24 jam adalah salah satu metode dalam melakukan penilaian konsumsi pangan dengan tujuan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan pangan dan zat gizi pada tiap kelompok, rumah tangga, dan individu serta faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan. Prinsip dari metode ini adalah melakukan pencatatan jenis dan jumlah bahan pangan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Pengukuran konsumsi energi dan zat gizi lainnya dilakukan berdasarkan recall dua hari (2x24 jam) yaitu satu hari saat siswa sekolah dan hari libur (Arisman 2004). Komposisi menu seimbang yang dianjurkan bagi siswa remaja harus mengandung sekitar 60-70% karbohidrat, 10-15% protein, dan lemak 20-25% dari total kebutuhan energi (Depkes 2002).

Frekuensi Makan. Frekuensi makan bisa menjadi kecukupan konsumsi gizi, artinya semakin tinggi frekuensi makan peluang untuk mencukupi kebutuhan gizi akan semakin besar (Khomsan 2002). Frekuensi makan dapat diukur dalam satuan kali per hari, kali per minggu, dan kali per bulan. Frekuensi makan yang diukur dalam penelitian ini adalah dalam satuan kali per hari. Frekuensi makan siswa dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11 Sebaran siswa menurut frekuensi makan dan jenis kelamin Frekuensi Makan

Sehari

Jenis Kelamin

Laki-Laki Perempuan n % n %

2 kali 1 4.5 17 37.0

3 kali 21 95.5 26 56.5

>3 kali 0 0 3 6.5

Total 22 100 46 100

Rata-rata 2.9 ± 0.2 2.7 ± 0.6

Tabel 11 menunjukkan bahwa sebanyak (95,5%) siswa laki-laki memiliki frekuensi makan sebanyak 3 kali dalam seharinya. Sebanyak (56,5%) siswa perempuan memiliki frekuensi makan sebanyak 3 kali dalam sehari, sedangkan (37,0%) siswa perempuan memiliki kebiasaan makan 2 kali dalam seharinya. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa frekuensi makan siswa dapat


(1)

7. Pangan sumber protein nabati adalah : a. Tempe

b. Singkong

c. Kacang-kacangan d. Bayam

8. Makanan yang banyak mengandung vitamin A adalah :

a. Bayam c. Kacang hijau

b. Wortel d. Tempe

9. Dampak akibat kekurangan kalsium yaitu :

a. Buta senja c. Osteoporosis

b. Badan sehat d. Beri-beri

10. Contoh pangan yang tinggi lemak adalah :

a. Ikan c. Tempe

b. Jagung d. Kuning Telur

11. Kekurangan zat besi (Fe) dapat menyebabkan :

a. Cacingan c. Sariawan

b. Anemia d. Gondok

12. Susu banyak mengandung zat gizi :

a. Vitamin C c. Vitamin E

b. Kalsium d. Magnesium

13. Vitamin yang larut dalam air adalah :

a. Vitamin A c. Vitamin E

b. Vitamin B d. Vitamin K

14. Serat banyak diperoleh dari bahan makanan di bawah ini yaitu :

a. Buah c. Gula

b. Ikan d. Minyak

15. Kekurangan serat bagi tubuh bisa menyebabkan :

a. Anemia c. Susah buang air besar b. Gondok d. Susah buang air kecil 16. Minuman isotonik alami yang dapat dikonsumsi adalah :

a. Air putih c. Es krim

b. Air kelapa d. Air jeruk

17. Zat gizi yang terkandung dalam air putih adalah :

a. Vitamin c. Protein

b. Mineral d. Lemak

18. Bahan kimia berbahaya yang tidak boleh ada dalam pangan adalah : a. Boraks

b. Formalin c. Rhodamin d. Semua benar


(2)

68

19. Tujuan pengaturan makanan yaitu untuk : a. Untuk mencegah terjadinya cidera b. Untuk mencegah terjadinya penyakit c. Untuk mengurangi pengeluaran keuangan d. Untuk mendapatkan gizi yang optimal 20. Pemberian karbohidrat bertujuan untuk :

a. Untuk mempunyai cadangan glikogen b. Untuk mencegah terjadinya penyakit c. Untuk mencegah terjadinya dehidrasi d. Untuk mencegah terjadinya osteoporosis


(3)

D. RECALL KONSUMSI PANGAN (2X24 JAM) 1. Hari Sekolah

Waktu Nama

Makanan

Bahan

Pangan URT Berat (g) Keterangan

Pagi

(06.00-09.00)

Selingan

(09.00-12.00)

Siang (12.00-14.00)

Selingan

(14.00-18.00)

Malam

(18.00-21.00)

Selingan (21.00)


(4)

70

RECALL KONSUMSI PANGAN (2X24 JAM) 2. Hari Libur

Waktu Nama

Makanan

Bahan

Pangan URT Berat (g) Keterangan

Pagi

(06.00-09.00)

Selingan

(09.00-12.00)

Siang (12.00-14.00)

Selingan

(14.00-18.00)

Malam

(18.00-21.00)

Selingan (21.00)


(5)

Gizi, Denyut Nadi, dan Tekanan Darah Siswa SMA Negeri 6 Pandeglang. Dibimbing oleh Ali Khomsan dan Vera Uripi.

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji karakteristik antropometri, pengetahuan gizi, pola konsumsi, status gizi, denyut nadi, dan tekanan darah siswa SMAN 6 Pandeglang. Tujuan khusus dari penelitian ini, yaitu (1) Menganalisis karakteristik siswa, (2) Menganalisis pengetahuan gizi siswa, (3) Menganalisis status gizi dan pola konsumsi siswa, (4) Menganalisis denyut nadi dan tekanan darah siswa, (5) Menganalisis hubungan antara status gizi dengan pengetahuan gizi, tingkat kecukupan energi, protein, kalsium, besi, denyut nadi dan tekanan darah siswa SMAN 6 Pandeglang.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus-September 2011 di SMA Negeri 6 Pandeglang Provinsi Banten. Pemilihan tempat dilakukan secara purposive karena SMA Negeri 6 Pandeglang merupakan tempat pembinaan siswa dan merupakan sekolah percontohan di Kabupaten Pandeglang.

Contoh pada penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Negeri 6 Pandeglang kelas XI. Contoh ditentukan secara purposive sampling dengan kriteria atau persyaratan bahwa contoh merupakan siswa SMA Negeri 6 Pandeglang, yaitu contoh dengan jurusan IPA sebanyak 68 orang, terdiri dari 22 siswa laki-laki dan 46 siswa perempuan. Selain itu, kriteria lainnya yaitu contoh berusia 16 hingga 17 tahun, dalam keadaan sehat, bersedia mengisi kuesioner, serta tidak mempunyai masalah dengan pihak sekolah.

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara, penyebaran kuesioner, dan pengukuran langsung. Data primer meliputi data karakteristik contoh, data pengetahuan gizi, antropometri (tinggi badan, berat badan, dan lemak tubuh), konsumsi pangan, denyut nadi, dan tekanan darah. Data sekunder yang berupa gambaran umum tempat penelitian SMA Negeri 6 Pandeglang. Data yang diperoleh, diolah dan dianalisis dengan menggunakan program computer Microsoft Excell 2007 dan SPSS versi 16.0.. Proses pengolahan meliputi coding, editing, cleaning, dan analisis.

Pengetahuan gizi dihitung menggunakan rekomendasi dari Khomsan (2000). Persentase lemak tubuh dihitung dengan menggunakan rekomendasi Hodgon & Beckett (1984). Nilai (IMT/U) menurut WHO (2007). Tingkat kecukupan energi dihitung berdasarkan formula dari WKNPG tahun 2004 (Hardinsyah & Tambunan 2004). Denyut nadi dihitung dengan menggunakan rekomendasi Perace (1997). Klasifikasi tekanan darah sistolik dan tekanan darah dihitung dengan menggunakan rekomendasi dari National Institutes of Health (2010).

Siswa SMA Negeri 6 Pandeglang yang diteliti sebagian besar adalah siswa perempuan yang berusia 16 tahun (90.9%). Usia siswa berkisar antara 16-17 tahun. Rata-rata berat badan siswa laki-laki (55.5 kg) lebih besar dibandingkan dengan berat badan siswa perempuan (45.8 kg), begitu juga dengan tinggi badan siswa laki-laki (161.1 cm) lebih besar dibandingkan dengan siswa perempuan (149.1 cm). Sedangkan, rata-rata persentase lemak tubuh siswa laki-laki lebih rendah dibandingkan dengan siswa perempuan. Pengetahuan gizi siswa laki-laki dan siswa perempuan termasuk dalam kategori


(6)

iv

sedang. Status gizi siswa laki-laki dan siswa perempuan memiliki status gizi yang normal. Kebiasaan makan siswa laki-laki dan siswa perempuan memiliki frekuensi 3 kali dalam sehari. Kebiasaan jajan siswa laki-laki dalam sehari adalah 2 kali, sedangkan siswa perempuan memiliki frekuensi jajan lebih dari 3 kali dalam sehari. Konsumsi air sebagian besar siswa belum sesuai dengan anjuran.

Tingkat kecukupan energi siswa laki-laki tergolong defisit ringan (36.4%), sedangkan siswa perempuan memiliki tingkat kecukupan energi yang normal (52.2%). Tingkat kecukupan protein siswa laki-laki (31.8%) dan siswa perempuan tergolong normal (41.3%) tergolong normal. Tingkat kecukupan lemak siswa laki-laki (59.1%) dan siswa perempuan (100%) tergolong normal. Secara keseluruhan, tingkat kecukupan zat gizi siswa perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan dengan siswa laki-laki. Sebagian besar siswa laki-laki (95.5%) dan siswa perempuan (73.9%) memiliki tingkat kecukupan kalsium yang kurang. Sebagian besar siswa laki-laki (100%) dan siswa perempuan (91.3%) memiliki tingkat kecukupan besi yang kurang. Sebagian besar siswa laki-laki (77.3%) dan siswa perempuan (91.3%) memiliki tingkat kecukupan vitamin A yang cukup. Sebagian besar siswa laki-laki (86.4%) dan siswa perempuan (86.9%) memiliki tingkat kecukupan vitamin C yang kurang.

Sebagian besar tekanan darah sistolik siswa laki-laki termasuk dalam kategori prehipertensi (54.5%), sedangkan siswa perempuan memiliki tekanan darah sistolik yang normal (58.7%). Tekanan darah diastolik siswa laki-laki (63.6%) dan siswa perempuan (54.3%) memiliki tekanan darah diastolik yang normal. Denyut nadi siswa laki-laki termasuk dalam kategori takikardi dan normal (50.0%), dan siswa perempuan termasuk dalam kategori takikardi, artinya siswa tersebut memiliki denyut nadi yang cepat.

Hasil uji t test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan atara jenis kelamin dengan persentase lemak tubuh siswa (p<0.01). Jenis kelamin dengan tekanan darah sistolik siswa menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan (p>0.05). Jenis kelamin dengan tekanan darah diastolik siswa menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan (p>0.05). Jenis kelamin dengan denyut nadi siswa menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0.05). Jenis kelamin dengan tingkat kecukupan energi siswa menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0.01). Jenis kelamin dengan tingkat kecukupan protein siswa menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0.01). Jenis kelamin dengan tingkat kecukupan lemak siswa menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0.01). Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa status gizi (IMT/U) memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat kecukupan energi (r=0.364, p=0.002) dan protein (r=0.247, p=0.042). Namun status gizi (IMT/U) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan pengetahuan gizi (r=0.170, p=0.165), tingkat kecukupan kalsium (r=-0.146, p=0.234), tingkat kecukupan besi (r=-0.037 , p=0.762), denyut nadi (r=-0.184, p=0.133), dan tekanan darah (r=-0.034, p=0.781). Hasil uji korelasi antara persentase lemak tubuh dengan denyut nadi menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan (r=0.346, p=0.004), sedangkan uji korelasi antara persentase lemak tubuh dengan tekanan darah menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan (r=-0.095, p=0.439).