MAKALAH DENYUT NADI DAN TEKANAN DARAH
DAFTAR ISI
Denyut Nadi................................................................................................................ 2
Pengertian Denyut Nadi.......................................................................................... 2
Tujuan Pengukuran Denyut Nadi..............................................................................3
Faktor yang Mempengaruhi Denyut Nadi................................................................3
Faktor yang Mempengaruhi Denyut Nadi pada Sesudah Aktivitas..........................4
Lokasi Pemeriksaan Denyut Nadi............................................................................ 5
Hasil Pemeriksaan Normal Denyut Nadi..................................................................5
Pengaruh Posisi Terhadap Kuantitas Denyut Nadi...................................................6
Tekanan Darah............................................................................................................ 7
Pengertian Tekanan Darah...................................................................................... 7
Metode Pengukuran Tekanan Darah........................................................................7
Metode Auskultasi................................................................................................ 7
Metode Palpasi..................................................................................................... 8
Peralatan Pengukuran Tekanan darah.....................................................................8
Teknik Pengukuran Tekanan darah..........................................................................8
Mekanisme Pemeliharaan Tekanan darah.............................................................10
Faktor yang Mempertahankan Tekanan darah......................................................10
Faktor yang Mempengaruhi Tekanan darah..........................................................11
Hasil Pengukuran Tekanan darah..........................................................................11
Pengaruh Posisi pada Pemeriksaan Tekanan darah...............................................12
Pengaruh Latihan Fisik pada Pemeriksaan Tekanan darah....................................12
Tambahan.............................................................................................................. 13
2.121 Mengapa Pemeriksaan Tekanan Darah Dilakukan pada Lengan bagian
atas kanan?........................................................................................................ 13
2.122 Mekanisme Timbulnya Suara Bising.........................................................13
2.123 Pengaruh Ketatnya Pemasangan Manset pada Hasil Pengukuran............14
HASIL PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH PADA 3 RENTANG USIA................................15
HASIL PEMERIKSAAN DENYUT NADI..........................................................................16
KESIMPULAN............................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 17
1
MAKALAH DENYUT NADI DAN TEKANAN DARAH
Denyut Nadi
Pengertian Denyut Nadi
Detak jantung atau juga dikenal dengan denyut nadi adalah
tanda penting dalam bidang medis yang bermanfaat untuk
mengevaluasi dengan cepat kesehatan atau mengetahui kebugaran
seseorang secara umum. Pada orang dewasa yang sehat, saat sedang
istirahat maka denyut jantung yang normal adalah sekitar 60-100
denyut per menit (bpm). Jika didapatkan denyut jantung yang lebih
rendah saat sedang istirahat, pada umumnya menunjukkan fungsi
jantung yang lebih efisien dan lebih baik kebugaran kardiovaskularnya.
Denyut nadi (pulse rate) menggambarkan frekuensi kontraksi
jantung seseorang. Pemeriksaan denyut nadi sederhana, biasanya
dilakukan secara palpasi. Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan
meraba, menyentuh, atau merasakan struktur dengan ujung-ujung jari,
sedangkan pemeriksaan dikatakan auskultasi, apabila pemeriksaan
dilakukan dengan mendengarkan suara-suara alami yang diproduksi
dalam tubuh (Saladin, 2003).
Denyut jantung yang optimal untuk setiap individu berbeda-beda
tergantung pada kapan waktu mengukur detak jantung tersebut (saat
istirahat atau setelah berolahraga). Variasi dalam detak jantung sesuai
dengan jumlah oksigen yang diperlukan oleh tubuh saat itu. Denyut
jantung seseorang juga dipengaruhi oleh usia dan aktivitasnya.
Olahraga atau aktivitas fisik dapat meningkatkan jumlah denyut
jantung, namun jika jumlahnya terlalu berlebihan atau di luar batas
sehat dapat menimbulkan bahaya. Selain itu suhu udara disekitar,
posisi tubuh (berbaring atau berdiri), tingkat emosi, ukuran tubuh serta
obat yang sedang dikonsumsi juga mempengaruhi denyut nadi
seseorang.
2
Tujuan Pengukuran Denyut Nadi
Tujuan mengetahui jumlah denyut nadi seseorang adalah:
A) Untuk mengetahui kerja jantung
B) Untuk menentukan diagnosa
C) Untuk segera mengetahui adanya kelainan-kelainan pada seseorang
Faktor yang Mempengaruhi Denyut Nadi
1.
Usia
Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi kebutuhan
oksigen selama pertumbuhan. Pada masa remaja, denyut jantung
menetap dan iramanya terratur. Pada orang dewasa efek fisiologi usia
dapat berpengaruh pada sistem kardiovaskuler. Pada usia yang lebih
tua lagi dari usia dewasa penentuan nadi kurang dapat dipercaya.
Frekuensi denyut nadi pada berbagai usia, dengan usia antara bayi
sampai dengan usia dewasa, denyut nadi paling tinggi ada pada bayi
kemudian frekuensi denyut nadi menurun seiring dengan pertambahan
usia.
2.
Jenis Kelamin
Denyut nadi yang tepat dicapai pada kerja maksimum, sub maksimum
pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Pada laki-laki muda dengan
kerja 50% maksimal rata-rata nadi kerja mencapai 128 denyut per
menit, pada wanita 138 denyut per menit. Pada kerja maksimal pria
rata-rata nadi kerja mencapai 154 denyut per menit dan pada wanita
164 denyut per menit.
3.
Keadaan Kesehatan
Pada orang yang tidak sehat dapat terjadi perubahan irama atau
frekuensi jantung secara tidak teratur. Kondisi seseorang yang baru
sembuh dari sakit frekuensi jantungnya cenderung meningkat.
3
4.
Riwayat Kesehatan
Riwayat seseorang berpenyakit jantung, hipertensi, atau hipotensi
akan mempengaruhi kerja jantung. Demikian juga pada penderita
anemia (kurang darah) akan mengalami peningkatan kebutuhan
oksigen sehingga mengakibatkan peningkatan denyut nadi.
5.
Intensitas dan Lama Kerja
Berat atau ringannya intensitas kerja berpengaruh terhadap denyut
nadi, lama kerja, waktu istirahat, dan irama kerja yang sesuai dengan
kapasitas optimal manusia akan ikut mempengaruhi frekuensi nadi
sehingga
tidak
melampaui
batas
maksimal.
Apabila
melakukan
pekerjaan yang berat dan waktu yang lama akan mengakibatkan
denyut nadi bertambah sangat cepat dibandingkan dengan melakukan
pekerjaan yang ringan dan dalam waktu singkat.
6.
Sikap Kerja
Posisi atau sikap kerja juga mempengaruhi tekanan darah. Posisi
berdiri mengakibatkan ketegangan sirkulasi lebih besar dibandingkan
dengan posisi kerja duduk. Sehingga pada posisi berdiri denyut nadi
lebih cepat dari pada saat mekakukan pekerjaan dengan posisi duduk.
7.
Ukuran Tubuh
Ukuran tubuh yang penting adalah berat badan untuk ukuran tubuh
seseorang. Semakin berat atau gemuk maka denyut nadi akan lebih
cepat.
8.
Kondisi Psikis
Kondisi psikis dapat mempengaruhi frekuensi jantung. Kemarahan dan
kegembiraan dapat mempercepat frekuensi nadi seseorang. Ketakutan,
kecemasan, dan kesedihan juga dapat memperlambat frekuensi nadi
seseorang.
Faktor yang Mempengaruhi Denyut Nadi pada Sesudah
Aktivitas
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah denyut nadi pada saat
sesudah beraktifitas yaitu:
4
Pengaruh Panas terhadap Denyut Nadi
Iklim kerja panas dapat menyebabkan beban tambahan pada sirkulasi
darah. Pada waktu melakukan pekerjaan fisik yang berat dilingkungan
panas, maka darah akan mendapat beban tambahan, karena harus
membawa oksigen ke bagian otot yang sedang bekerja. Disamping itu
darah juga harus membawa panas dari dalam tubuh ke permukaan
kulit. Hal demikian itu juga merupakan beban tambahan bagi jantung
yang harus memompa darah lebih banyak lagi. Akibat dari pekerjaan
ini, maka frekuensi denyut nadi pun akan meningkat pula.
Lokasi Pemeriksaan Denyut Nadi
- Arteri radalis
: Pada pergelangan tangan sejajar dengan ibu jari
- Arteri ulnaris
: Pada pergelangan tangan sejajar dengan kelingking
- Arteri temporalis
: Pada tulang pelipis
- Arteri caratis
: Pada leher
- Arteri femoralis
: Pada lipatan paha
- Arteri dorsalis pedis
: Pada punggung kaki
- Arteri politela
: pada lipatan lutut
- Arteri bracialis
: Pada lipatan siku
- Arteri Tibia posterior
: Pada kaki diatas tumit
Hasil Pemeriksaan Normal Denyut Nadi
Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:
- Bayi baru lahir
: 140 kali per menit
- Umur di bawah umur 1 bulan
: 110 kali per menit
- Umur 1 - 6 bulan
: 130 kali per menit
- Umur 6 - 12 bulan
: 115 kali per menit
- Umur 1 - 2 tahun
: 110 kali per menit
- Umur 2 - 6 tahun
: 105 kali per menit
- Umur 6 - 10 tahun
: 95 kali per menit
5
- Umur 10 - 14 tahun
: 85 kali per menit
- Umur 14 - 18 tahun
: 82 kali per menit
- Umur di atas 18 tahun
: 60 - 100 kali per menit
- Usia Lanjut
: 60 -70 kali per menit
Jika jumlah denyut nadi di bawah kondisi normal, maka disebut bradicardi.
Jika jumlah denyut nadi di atas kondisi normal, maka disebut tachicardi
Pengaruh Posisi Terhadap Kuantitas Denyut Nadi
Denyut nadi merupakan cermin respon jantung terhadap kebutuhan
oksigen tubuh. Kecepatan denyut nadi dapat digunakan sebagai
patokan respon tubuh terhadap kebutuhan oksigen pada keadaan
basal. (Mohrman D and Jane H,2006)
Pada hasil yang di dapat menunjukkan peningkatan denyut nadi
pada perubahan posisi dari berbaring telentang, duduk, dan berdiri.
Ketika klien coba berbaring telentang di dapatkan rata-rata sebesar
80,25, ketika duduk di dapatkan rata-rata denyut nadi sebesar 80, dan
ketika berdiri didapatkan rata-rata denyut nadi sebesar 89.
6
Tekanan Darah
Pengertian Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding
arteri. Tekanan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
curah jantung, ketegangan arteri, volume, dan laju serta kekuatan
(viskositas) darah. Tekanan darah terjadi akibat fenomena siklis.
Tekanan puncak terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah
biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan
diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 mmHg
sampai 140/90 mmHg. Rata-rata tekanan darah normal biasanya
120/80 mmHg (Smeltzer & Bare, 2002).
Menurut Martuti (2009), secara umum ada dua komponen tekanan
darah, yaitu tekanan darah sistolik (angka atas) yaitu tekanan yang
timbul akibat pengerutan bilik jantung sehingga ia akan memompa
darah dengan tekanan terbesar, dan diastolik (angka bawah) yang
merupakan kekuatan penahan pada saat jantung mengembang antar
denyut, terjadi pada saat jantung dalam keadaan mengembang (saat
beristirahat). Tekanan darah normal (normotensi) sangat dibutuhkan
untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh, yaitu untuk mengangkut
oksigen dan zat-zat gizi. Tekanan darah ada dalam pembuuh darah,
sedangkan tekanan darah tertinggi ada dalam arteri terbesar (Martuti,
2009).
7
Metode Pengukuran Tekanan Darah
Metode Auskultasi
Tekanan darah arteri dalam manusia rutin diukur oleh metode
auskultasi. Manset yang dapat dikendalikan (manset Riva-Rocci)
dilekatkan ke manometer air raksa (sphygmomanometer) yang
dibalutkan sekeliling lengan dan stetoskop ditempatkan diatas
arteria brachialis pada siku. Manset ini dikembangkan sampai
tekanan dalamnya tepat diatas tekanan sistolik yang diperkirakan di
dalam arteria brachialis. Arteri ini ditutup dengan manset dan tidak
ada bunyi yang terdengar dengan stetoskop. Tekanan dalam manset
kemudian direndahkan pelan-pelan pada titik tekanan sistolik di
dalam arteri tepat melebihi tekanan manset, maka semburan darah
lewat bersama tiap denyut jantung dan secara serentak dengan tiap
denyut, serta terdengar bunyi mengetok di bawah manset. Tekanan
manset saat bunyi pertama terdengar merupakan tegangan sistolik.
Karena tekanan manset direndahkan lebih lanjut, maka bunyi
menjadi lebih keras, lalu redup dan berkurang, dan akhirnya dalam
kebanyakan individu ia menghilang.
Metode Palpasi
Tekanan sistolik dapat ditentukan dengan mengembangkan
manset lengan dan kemudian membiarkan tekanan turun dan
menentukan tekanan saat denyut radialis dapat diraba pertama
kali. Karena kesulitan menentukan dengan tepat kapan denyut
pertama teraba, maka tekanan yang didapat dengan metode
palpasi ini biasanya 2-5 mmHg lebih besar daripada yang diukur
oleh metode auskultasi.
Peralatan Pengukuran Tekanan darah
a) Meja periksa/tempat tidur
b) Stopwatch/arloji(jam)
c)
Sphygmomanometer(tensimeter).terdiri dari :
8
-Manometer air raksa
-Manset udara
-Selang karet
-Pompa udara dari karet+sekrup pembuka penutup.
d) Stethoscope
e) Bangku latihan fisik
Teknik Pengukuran Tekanan darah
Berikut langkah-langkah untuk mengukur tekanan darah arteri
panduan mengikuti rekomendasi dari American Heart Association:
1.
Awalnya, sebelum mengambil tekanan darah, pasien harus tetap
duduk dan beristirahat selama 5 menit
2.
Konsumsi produk berkafein seperti kopi, cola, atau teh harus dihindari
selama minimal 30 menit sebelum mengukur tekanan darah. Selain itu,
kegiatan seperti merokok dan berolahraga 30 menit sebelum mengukur
tekanan darah juga harus dihindari.
3.
Pilih sphygmomanometer merkuri standar atau aneroid (pegas dengan
jarum penunjuk) dengan ukuran manset yang memadai berdasarkan ukuran
lengan pasien.
4.
Pasangkan manset pada kanan atau lengan kiri dari pasien.
5.
Saat pengukuran tekanan darah, baik pasien maupun pemeriksa
dilarang berbicara berbicara.
6.
Dapatkan denyut nadi pada arteri radialis, dan memulai memompa
sampai tidak terabanya denyut itu dan tandai tekanan yang didapat.
9
7.
Selanjutnya, stetoskop ditempatkan ringan di atas arteri brakialis. Jika
stetoskop ditekan terlalu tegas, dapat menyebabkan turbulensi dan
hilangnya suara, sehingga mengurangi tekanan diastolik.
8.
Pompa manset sampai tekanan 30 mmHg di atas di mana denyut arteri
radialis tidak lagi teraba.
9.
Selanjutnya perlahan kempiskan manset (sekitar 23 mmHg per detak
jantung), dengarkan Korotkoff fase I sambil melihat ukuran tekanan darah.
Catat pengukuran dari sphygmomanometer di mana suara pertama muncul,
ini merupakan tekanan darah sistolik pasien.
10.
Sambil melihat ke ukuran sphygmomanometer, terus perlahan-lahan
kempiskan manset. Catat pengukuran dari sphygmomanometer ketika
Korotkoff fase V dimulai, ini merupakan tekanan darah diastolik pasien. Jika
ada 10 mmHg atau lebih perbedaan antara Korotkoff fase IV dan V maka
tekanan di fase IV harus dicatat sebagai tekanan darah diastolik. Hal ini
dapat terjadi dalam kasus-kasus output jantung tinggi atau vasodilatasi
perifer, anak di bawah 13 tahun, atau wanita hamil. Setelah suara Korotkoff
terakhir yang didengar, terus kempiskan manset selama 10 mmHg untuk
memastikan bahwa tidak ada lagi suara terdengar. Kemudian kempiskan
manset secara total dan berikan pasien waktu untuk beristirahat.
11.
Tunggu minimal 30 detik dan ulangi 3 langkah sebelumnya untuk
mendapatkan pengukuran tekanan darah kedua. Jika pengukuran memiliki
perbedaan lebih dari 5 mmHg, maka pengukuran harus terus dilakukan
sampai didapat 2 kali berturut-turut pengukuran yang stabil. Rata-rata dari 2
pengukuran stabil harus dicatat sebagai tekanan darah pasien.
12.
Kemudian tunggu 1-2 menit lagi dan ulangi langkah 4 sampai 10 untuk
mengukur tekanan darah pada lengan yang berlawanan. Jika terdapat
10
perbedaan pengukuran antara 2 lengan, maka lengan dengan pengukuran
tertinggi yang dipakai.
13.
Dalam pencatatan hasil, pencatatan tidak hanya pada tekanan yang
didapat saja, tetapi juga yang lengan yang digunakan, posisi lengan, dan
ukuran manset.
Mekanisme Pemeliharaan Tekanan darah
Tekanan darah dikontrol oleh otak, sistem saraf otonom, ginjal,
beberapa kelenjar endokrin, arteri dan jantung. Otak adalah pusat
pengontrol tekanan darah di dalam tubuh. Serabut saraf adalah bagian
sistem saraf otonom yang membawa isyarat dari semua bagian tubuh
untuk menginformasikan kepada otak perihal tekanan darah, volume
darah dan kebutuhan khusus semua organ. Semua informasi ini
diproses oleh otak dan keputusan dikirim melalui saraf menuju organorgan tubuh termasuk pembuluh darah, isyaratnya ditandai dengan
mengempis atau mengembangnya pembuluh darah. Saraf-saraf ini
dapat berfungsi secara otomatis (Hayens, 2003).
Pada akhirnya tekanan darah dikontrol oleh berbagai proses
fisiologis yang bekerja bersamaan. Serangkaian mekanisme inilah yang
memastikan darah mengalir di sirkulasi dan memungkinkan jaringan
mendapatkan nutrisi agar dapat berfungsi dengan baik. Jika salah satu
mekanisme mengalami gangguan, maka dapat terjadi tekanan darah
tinggi.
Faktor yang Mempertahankan Tekanan darah
Faktor-faktor yang mempertahankan tekanan darah yaitu:
a)Kekuatan memompa jantung.
b)Banyaknya darah yg beredar.
c)Viskositas darah.
d)Elastisitas dinding pembuluh darah.
11
e)Tahanan tepi.
Faktor yang Mempengaruhi Tekanan darah
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu :
a)Umur
b)Kegiatan (kerja otot perubahan sikap)
c)Ketinggian (gravitasi)
d)Ekspirasi dan inspirasi
e)Kerja jantung
f)Pengaruh berpikir
Hasil Pengukuran Tekanan darah
Jumlah tekanan darah yang normal berdasarkan usia seseorang
adalah:
-
Bayi usia di bawah 1 bulan : 85/15 mmHg
-
Usia 1 - 6 bulan : 90/60 mmHg
-
Usia 6 - 12 bulan : 96/65 mmHg
-
Usia 1 - 4 tahun : 99/65 mmHg
-
Usia 4 - 6 tahun : 160/60 mmHg
-
Usia 6 - 8 tahun : 185/60 mmHg
-
Usia 8 - 10 tahun : 110/60 mmHg
-
Usia 10 - 12 tahun : 115/60 mmHg
-
Usia 12 - 14 tahun : 118/60 mmHg
-
Usia 14 - 16 tahun : 120/65 mmHg
-
Usia 16 tahun ke atas : 130/75 mmHg
-
Usia lanjut : 130-139/85-89 mmHg
Seseorang dikategorikan hypertensi berdasarkan tekanan darahnya
adalah:
Hypertensi rendah : 140 - 159/ 90-99 mmHg
Hypertensi sedang : 160 - 169/100-109 mmHg
12
Hypertensi berat : 180 - 209/110-119 mmHg
Seseorang dikatakan hypotensi jika tekanan darahnya lebih kecil
dari 110/70 mmHg
Pengaruh Posisi pada Pemeriksaan Tekanan darah
Tekanan darah memiliki sifat yang dinamis. Pada perubahan
posisi tubuh dari berbaring telentan, duduk, dan berdiri, tekanan
darah mengadakan penyusaian untuk dapat tetap menunjang
kegiatan tubuh. (Mohrman D and Jane H,2006) Pada keadaan
berbaring telentang didapatkan rata-rata tekanan sistolik sebesar
118,25 dan diastolic sebesar 79, sedangkan pada keadaan duduk
tekanan sistolik didapatkan rata-rata sebesar 118,75 dan diastolic
sebesar 80,75, pada keadaan berdiri tekanan sistolik didapatkan
rata-rata sebesar 116,25 dan diastolic sebesar 83. Pengukuran
tekanan sistolik dan diastolic mengalami fluktasi, seharusnya
tekanan sistolik dan diastolic menunjukkan peningkatan dari posisi
berbaring telentang, duduk dan berdiri.
Pengaruh Latihan Fisik pada Pemeriksaan Tekanan darah
Menurut teori yang ada penurunan tekanan darah setelah
melakukan latihan fisik dapat terjadi karena pembuluh darah
mengalami pelebaran dan relaksasi. Aktivitas fisik tersebut dapat
melemaskan pembuluh-pembuluh darah, sehingga tekanan darah
menurun,
sama
halnya
dengan
melebarnya
pipa
air
akan
menurunkan tekanan air. Dalam hal ini, latihan fisik/olahraga dapat
mengurangi tahanan perifer.
Penurunan tekanan darah juga dapat terjadi akibat berkurangnya
aktivitas memompa jantung(Medical Journal, 2006). Otot jantung
pada orang yang rutin melakukan latihan fisik sangat kuat, maka
otot jantung pada individu tersebut berkontraksi lebih sedikit
daripada otot jantung individu yang jarang berolahraga, untuk
13
memompakan volume darah yang sama (Mirkin G and Hoffman M,
1978). Karena olahraga dapat menyebabkan penurunan denyut
jantung (Fox EL,1988), maka olahraga akan menurunkan cardiac
output, yang pada akhirnya menyebabkan penurunan tekanan
darah.Peningkatan efisiensi kerja jantung dicerminkan dengan
penurunan tekanan sistolik, sedangkan penurunan tahanan perifer
dicerminkan dengan penurunan tekanan diastolik. (Ganong, 1995)
Tambahan
2.121 Mengapa Pemeriksaan Tekanan Darah Dilakukan
pada Lengan bagian atas kanan?
Pemeriksaan pada lengan atas hasilnya lebih akurat karena
lokasinya lebih jauh dari jantung dibanding dari lengan kiri
sehingga suaranya tidak terlalu bising. Dengan demikian dapat
menentukan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolic
dengan tepat dan mendapat hasil yang akurat.
2.122 Mekanisme Timbulnya Suara Bising
Bising terjadi di awal diastole.
Awal diastole, sebelum katup atrioventrikularis membuka dan
sebelum
katup
semilunaris
menutup.
Saat
membuka
dan
menutupnya tidak bersamaan,ada keadaan isovolumetrik terlebih
dulu(katup semilunar menutup). Saat ini tidak ada katup yang
membuka akses masuk darah ke ventrikel setelah itu katup
atrioventrikuler terbuka.
Urutannya menutupnya katup semilunar – isovolumetrik –membuka
katup atrioventrikuler (diastole).
Bising ini bernada rendah dan paling jelas didengar dengan bel
stetoskop dan pasien berbaring dalam posisi dekubitus lateral kiri.
Karena katup atrioventrikular mengalami stenosis, pengisian cepat
tidak terjadi dan ada perbedaan tekanan di sepanjang diastol. Jika
14
pasien mempunyai irama sinus yang normal, kontraksi atrium akan
memperbesar
perbedaan
tekanan
pada
akhir
diastole,
atau
presistole, dan akan terjadi peningkatan bising pada saat ini. Bising
atrioventrikular diastolik merupakan tanda yang sensitif dan
spesifik untuk stenosis katup atrioventrikular.
Bising sistolik
Bising sistolik dianggap sebagai bising ejeksi, yaitu bising
selama mid-diastolik sesudah fase awal kontraksi isovolumetrik,
atau bisa juga dianggap sebagai bising insufisiensi yang terjadi
pada seluruh sistolik. Bising yang terjadi pada seluruh sistolik
disebut sebagai pansistolik atau holosistolik
Suara 1 terjadi saat menutupnya katup atrioventrikuler. Apabila
bisingnya
setelah
atrioventrikularisnya
suara
tidak
isovolumetrik,apabila
1,
berarti
bermasalah.
tidak
terdenar
penutupan
Setelah
bising
itu
ada
berarti
katup
fase
katuo
semilunarnya membuka(stenosis) (swartz,1995)
2.123 Pengaruh Ketatnya Pemasangan Manset pada Hasil
Pengukuran
Pemasangan manset yang tidak tepat akan mempengaruhihasil
pengukuran darah. Jika manset yang dipasang terlalu longgar, maka
hasil
yang
diperoleh
akan
menjadi
lebih
rendah
dari
yang
seharusnya. Jika manset yang dipasang terlalu ketat, maka hasil
yang diperoleh akan lebih tinggi dari yang seharusnya.
Secara teoritis, bagaimanakah pengaruh posisi tubuh terhadap
denyut nadi dan tekanan darah?
Secara teori, posisi tubuh sangat berpengaruh terhadap denyut
nadi dan tekanan darah. Hal ini karena ada efek dari gravitasi bumi.
15
Pada saat berbaring gaya gravitasi pada peredaraan darah lebih
rendah karena arah peredaran tersebut horizontal sehingga tidak
terlalu melawan gravitasi dan tidak perlu memompa. Pada saat
duduk maupun berdiri kerja jantung memompa darah akan lebih
keras
karena
melawan
gaya
gravitasi
sehingga
kecepatan
berdenyut meningkat.
HASIL PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH PADA 3 RENTANG
USIA
1. Anak-anak (An. N) 8 tahun
A.
B.
C.
Ekstremitas Atas
Berdiri : 90/70 mmHg
Duduk: 90/60 mmHg
Tidur: 90/60 mmHg
Ekstremitas Bawah
Berdiri: 90/70 mmHg
Duduk: 90/70 mmHg
Tidur: 90/60 mmHg
2. Dewasa (Nn. N) 22 tahun
A.
B.
C.
Ekstremitas Atas
Berdiri : 110/80 mmHg
Duduk: 110/80 mmHg
Tidur: 90/70 mmHg
Ekstremitas Bawah
Berdiri: 110/70 mmHg
Duduk: 110/90 mmHg
Tidur: 90/70 mmHg
3. Lansia (Tn. F) 63 tahun
A.
Ekstremitas Atas
Berdiri : 140/80 mmHg
Ekstremitas Bawah
Berdiri: 140/90 mmHg
16
B.
C.
Duduk: 140/80 mmHg
Tidur: 130/70 mmHg
Duduk: 130/90 mmHg
Tidur: 130/80 mmHg
HASIL PEMERIKSAAN DENYUT NADI
Nn. N (22 tahun)
- Arteri radalis
: 85 x/menit
- Arteri ulnaris
: 79 x/menit
- Arteri temporalis
: 82 x/menit
- Arteri carotis
: 85 x/menit
- Arteri femoralis
: 83 x/menit
- Arteri dorsalis pedis
: 79 x/menit
- Arteri politela
: 83 x/menit
- Arteri bracialis
: 82 x/menit
- Arteri Tibia posterior : 82 x/menit
KESIMPULAN
17
1. Pengkajian antara tekanan darah pada anak-anak, dewasa dan lansia
yaitu hasil nilai tekanan darah pada anak-anak lebih rendah
dibandingkan pada dewasa dan lansia.
2. Pengkajian tekanan darah pada An. N, Nn. N dan Tn. F didapatkan nilai
tekanan darah yang normal.
3. Pengkajian nadi pada Nn.N, Nadi yang teraba kuat adalah pada arteri
radialis dan arteri karotis. Sedangkan nadi yang sulit diraba yaitu pada
arteri ulnaris, arteri dorsalis pedis, arteri bracialis dan arteri tibia
posterior
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer. Suzanne C.(2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Volume 3. Jakarta : EGC.
Corwin, E.J (2008). Handbook of Pathophysiology, 3rd Edition. Lippincott Williams &
Wilkins
Smeltzer C.S & Bare Brenda.(2003). Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical
Surgical Nursing. 10th Edition. Philadelphia: Lippincott
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses - Proses
Penyakit (B. U. Pendit, H. Hartanto, P. Wulansari & D. A. Mahani, Trans. 6 ed.).
Jakarta: EGC.
18
Denyut Nadi................................................................................................................ 2
Pengertian Denyut Nadi.......................................................................................... 2
Tujuan Pengukuran Denyut Nadi..............................................................................3
Faktor yang Mempengaruhi Denyut Nadi................................................................3
Faktor yang Mempengaruhi Denyut Nadi pada Sesudah Aktivitas..........................4
Lokasi Pemeriksaan Denyut Nadi............................................................................ 5
Hasil Pemeriksaan Normal Denyut Nadi..................................................................5
Pengaruh Posisi Terhadap Kuantitas Denyut Nadi...................................................6
Tekanan Darah............................................................................................................ 7
Pengertian Tekanan Darah...................................................................................... 7
Metode Pengukuran Tekanan Darah........................................................................7
Metode Auskultasi................................................................................................ 7
Metode Palpasi..................................................................................................... 8
Peralatan Pengukuran Tekanan darah.....................................................................8
Teknik Pengukuran Tekanan darah..........................................................................8
Mekanisme Pemeliharaan Tekanan darah.............................................................10
Faktor yang Mempertahankan Tekanan darah......................................................10
Faktor yang Mempengaruhi Tekanan darah..........................................................11
Hasil Pengukuran Tekanan darah..........................................................................11
Pengaruh Posisi pada Pemeriksaan Tekanan darah...............................................12
Pengaruh Latihan Fisik pada Pemeriksaan Tekanan darah....................................12
Tambahan.............................................................................................................. 13
2.121 Mengapa Pemeriksaan Tekanan Darah Dilakukan pada Lengan bagian
atas kanan?........................................................................................................ 13
2.122 Mekanisme Timbulnya Suara Bising.........................................................13
2.123 Pengaruh Ketatnya Pemasangan Manset pada Hasil Pengukuran............14
HASIL PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH PADA 3 RENTANG USIA................................15
HASIL PEMERIKSAAN DENYUT NADI..........................................................................16
KESIMPULAN............................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 17
1
MAKALAH DENYUT NADI DAN TEKANAN DARAH
Denyut Nadi
Pengertian Denyut Nadi
Detak jantung atau juga dikenal dengan denyut nadi adalah
tanda penting dalam bidang medis yang bermanfaat untuk
mengevaluasi dengan cepat kesehatan atau mengetahui kebugaran
seseorang secara umum. Pada orang dewasa yang sehat, saat sedang
istirahat maka denyut jantung yang normal adalah sekitar 60-100
denyut per menit (bpm). Jika didapatkan denyut jantung yang lebih
rendah saat sedang istirahat, pada umumnya menunjukkan fungsi
jantung yang lebih efisien dan lebih baik kebugaran kardiovaskularnya.
Denyut nadi (pulse rate) menggambarkan frekuensi kontraksi
jantung seseorang. Pemeriksaan denyut nadi sederhana, biasanya
dilakukan secara palpasi. Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan
meraba, menyentuh, atau merasakan struktur dengan ujung-ujung jari,
sedangkan pemeriksaan dikatakan auskultasi, apabila pemeriksaan
dilakukan dengan mendengarkan suara-suara alami yang diproduksi
dalam tubuh (Saladin, 2003).
Denyut jantung yang optimal untuk setiap individu berbeda-beda
tergantung pada kapan waktu mengukur detak jantung tersebut (saat
istirahat atau setelah berolahraga). Variasi dalam detak jantung sesuai
dengan jumlah oksigen yang diperlukan oleh tubuh saat itu. Denyut
jantung seseorang juga dipengaruhi oleh usia dan aktivitasnya.
Olahraga atau aktivitas fisik dapat meningkatkan jumlah denyut
jantung, namun jika jumlahnya terlalu berlebihan atau di luar batas
sehat dapat menimbulkan bahaya. Selain itu suhu udara disekitar,
posisi tubuh (berbaring atau berdiri), tingkat emosi, ukuran tubuh serta
obat yang sedang dikonsumsi juga mempengaruhi denyut nadi
seseorang.
2
Tujuan Pengukuran Denyut Nadi
Tujuan mengetahui jumlah denyut nadi seseorang adalah:
A) Untuk mengetahui kerja jantung
B) Untuk menentukan diagnosa
C) Untuk segera mengetahui adanya kelainan-kelainan pada seseorang
Faktor yang Mempengaruhi Denyut Nadi
1.
Usia
Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi kebutuhan
oksigen selama pertumbuhan. Pada masa remaja, denyut jantung
menetap dan iramanya terratur. Pada orang dewasa efek fisiologi usia
dapat berpengaruh pada sistem kardiovaskuler. Pada usia yang lebih
tua lagi dari usia dewasa penentuan nadi kurang dapat dipercaya.
Frekuensi denyut nadi pada berbagai usia, dengan usia antara bayi
sampai dengan usia dewasa, denyut nadi paling tinggi ada pada bayi
kemudian frekuensi denyut nadi menurun seiring dengan pertambahan
usia.
2.
Jenis Kelamin
Denyut nadi yang tepat dicapai pada kerja maksimum, sub maksimum
pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Pada laki-laki muda dengan
kerja 50% maksimal rata-rata nadi kerja mencapai 128 denyut per
menit, pada wanita 138 denyut per menit. Pada kerja maksimal pria
rata-rata nadi kerja mencapai 154 denyut per menit dan pada wanita
164 denyut per menit.
3.
Keadaan Kesehatan
Pada orang yang tidak sehat dapat terjadi perubahan irama atau
frekuensi jantung secara tidak teratur. Kondisi seseorang yang baru
sembuh dari sakit frekuensi jantungnya cenderung meningkat.
3
4.
Riwayat Kesehatan
Riwayat seseorang berpenyakit jantung, hipertensi, atau hipotensi
akan mempengaruhi kerja jantung. Demikian juga pada penderita
anemia (kurang darah) akan mengalami peningkatan kebutuhan
oksigen sehingga mengakibatkan peningkatan denyut nadi.
5.
Intensitas dan Lama Kerja
Berat atau ringannya intensitas kerja berpengaruh terhadap denyut
nadi, lama kerja, waktu istirahat, dan irama kerja yang sesuai dengan
kapasitas optimal manusia akan ikut mempengaruhi frekuensi nadi
sehingga
tidak
melampaui
batas
maksimal.
Apabila
melakukan
pekerjaan yang berat dan waktu yang lama akan mengakibatkan
denyut nadi bertambah sangat cepat dibandingkan dengan melakukan
pekerjaan yang ringan dan dalam waktu singkat.
6.
Sikap Kerja
Posisi atau sikap kerja juga mempengaruhi tekanan darah. Posisi
berdiri mengakibatkan ketegangan sirkulasi lebih besar dibandingkan
dengan posisi kerja duduk. Sehingga pada posisi berdiri denyut nadi
lebih cepat dari pada saat mekakukan pekerjaan dengan posisi duduk.
7.
Ukuran Tubuh
Ukuran tubuh yang penting adalah berat badan untuk ukuran tubuh
seseorang. Semakin berat atau gemuk maka denyut nadi akan lebih
cepat.
8.
Kondisi Psikis
Kondisi psikis dapat mempengaruhi frekuensi jantung. Kemarahan dan
kegembiraan dapat mempercepat frekuensi nadi seseorang. Ketakutan,
kecemasan, dan kesedihan juga dapat memperlambat frekuensi nadi
seseorang.
Faktor yang Mempengaruhi Denyut Nadi pada Sesudah
Aktivitas
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah denyut nadi pada saat
sesudah beraktifitas yaitu:
4
Pengaruh Panas terhadap Denyut Nadi
Iklim kerja panas dapat menyebabkan beban tambahan pada sirkulasi
darah. Pada waktu melakukan pekerjaan fisik yang berat dilingkungan
panas, maka darah akan mendapat beban tambahan, karena harus
membawa oksigen ke bagian otot yang sedang bekerja. Disamping itu
darah juga harus membawa panas dari dalam tubuh ke permukaan
kulit. Hal demikian itu juga merupakan beban tambahan bagi jantung
yang harus memompa darah lebih banyak lagi. Akibat dari pekerjaan
ini, maka frekuensi denyut nadi pun akan meningkat pula.
Lokasi Pemeriksaan Denyut Nadi
- Arteri radalis
: Pada pergelangan tangan sejajar dengan ibu jari
- Arteri ulnaris
: Pada pergelangan tangan sejajar dengan kelingking
- Arteri temporalis
: Pada tulang pelipis
- Arteri caratis
: Pada leher
- Arteri femoralis
: Pada lipatan paha
- Arteri dorsalis pedis
: Pada punggung kaki
- Arteri politela
: pada lipatan lutut
- Arteri bracialis
: Pada lipatan siku
- Arteri Tibia posterior
: Pada kaki diatas tumit
Hasil Pemeriksaan Normal Denyut Nadi
Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:
- Bayi baru lahir
: 140 kali per menit
- Umur di bawah umur 1 bulan
: 110 kali per menit
- Umur 1 - 6 bulan
: 130 kali per menit
- Umur 6 - 12 bulan
: 115 kali per menit
- Umur 1 - 2 tahun
: 110 kali per menit
- Umur 2 - 6 tahun
: 105 kali per menit
- Umur 6 - 10 tahun
: 95 kali per menit
5
- Umur 10 - 14 tahun
: 85 kali per menit
- Umur 14 - 18 tahun
: 82 kali per menit
- Umur di atas 18 tahun
: 60 - 100 kali per menit
- Usia Lanjut
: 60 -70 kali per menit
Jika jumlah denyut nadi di bawah kondisi normal, maka disebut bradicardi.
Jika jumlah denyut nadi di atas kondisi normal, maka disebut tachicardi
Pengaruh Posisi Terhadap Kuantitas Denyut Nadi
Denyut nadi merupakan cermin respon jantung terhadap kebutuhan
oksigen tubuh. Kecepatan denyut nadi dapat digunakan sebagai
patokan respon tubuh terhadap kebutuhan oksigen pada keadaan
basal. (Mohrman D and Jane H,2006)
Pada hasil yang di dapat menunjukkan peningkatan denyut nadi
pada perubahan posisi dari berbaring telentang, duduk, dan berdiri.
Ketika klien coba berbaring telentang di dapatkan rata-rata sebesar
80,25, ketika duduk di dapatkan rata-rata denyut nadi sebesar 80, dan
ketika berdiri didapatkan rata-rata denyut nadi sebesar 89.
6
Tekanan Darah
Pengertian Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding
arteri. Tekanan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
curah jantung, ketegangan arteri, volume, dan laju serta kekuatan
(viskositas) darah. Tekanan darah terjadi akibat fenomena siklis.
Tekanan puncak terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah
biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan
diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 mmHg
sampai 140/90 mmHg. Rata-rata tekanan darah normal biasanya
120/80 mmHg (Smeltzer & Bare, 2002).
Menurut Martuti (2009), secara umum ada dua komponen tekanan
darah, yaitu tekanan darah sistolik (angka atas) yaitu tekanan yang
timbul akibat pengerutan bilik jantung sehingga ia akan memompa
darah dengan tekanan terbesar, dan diastolik (angka bawah) yang
merupakan kekuatan penahan pada saat jantung mengembang antar
denyut, terjadi pada saat jantung dalam keadaan mengembang (saat
beristirahat). Tekanan darah normal (normotensi) sangat dibutuhkan
untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh, yaitu untuk mengangkut
oksigen dan zat-zat gizi. Tekanan darah ada dalam pembuuh darah,
sedangkan tekanan darah tertinggi ada dalam arteri terbesar (Martuti,
2009).
7
Metode Pengukuran Tekanan Darah
Metode Auskultasi
Tekanan darah arteri dalam manusia rutin diukur oleh metode
auskultasi. Manset yang dapat dikendalikan (manset Riva-Rocci)
dilekatkan ke manometer air raksa (sphygmomanometer) yang
dibalutkan sekeliling lengan dan stetoskop ditempatkan diatas
arteria brachialis pada siku. Manset ini dikembangkan sampai
tekanan dalamnya tepat diatas tekanan sistolik yang diperkirakan di
dalam arteria brachialis. Arteri ini ditutup dengan manset dan tidak
ada bunyi yang terdengar dengan stetoskop. Tekanan dalam manset
kemudian direndahkan pelan-pelan pada titik tekanan sistolik di
dalam arteri tepat melebihi tekanan manset, maka semburan darah
lewat bersama tiap denyut jantung dan secara serentak dengan tiap
denyut, serta terdengar bunyi mengetok di bawah manset. Tekanan
manset saat bunyi pertama terdengar merupakan tegangan sistolik.
Karena tekanan manset direndahkan lebih lanjut, maka bunyi
menjadi lebih keras, lalu redup dan berkurang, dan akhirnya dalam
kebanyakan individu ia menghilang.
Metode Palpasi
Tekanan sistolik dapat ditentukan dengan mengembangkan
manset lengan dan kemudian membiarkan tekanan turun dan
menentukan tekanan saat denyut radialis dapat diraba pertama
kali. Karena kesulitan menentukan dengan tepat kapan denyut
pertama teraba, maka tekanan yang didapat dengan metode
palpasi ini biasanya 2-5 mmHg lebih besar daripada yang diukur
oleh metode auskultasi.
Peralatan Pengukuran Tekanan darah
a) Meja periksa/tempat tidur
b) Stopwatch/arloji(jam)
c)
Sphygmomanometer(tensimeter).terdiri dari :
8
-Manometer air raksa
-Manset udara
-Selang karet
-Pompa udara dari karet+sekrup pembuka penutup.
d) Stethoscope
e) Bangku latihan fisik
Teknik Pengukuran Tekanan darah
Berikut langkah-langkah untuk mengukur tekanan darah arteri
panduan mengikuti rekomendasi dari American Heart Association:
1.
Awalnya, sebelum mengambil tekanan darah, pasien harus tetap
duduk dan beristirahat selama 5 menit
2.
Konsumsi produk berkafein seperti kopi, cola, atau teh harus dihindari
selama minimal 30 menit sebelum mengukur tekanan darah. Selain itu,
kegiatan seperti merokok dan berolahraga 30 menit sebelum mengukur
tekanan darah juga harus dihindari.
3.
Pilih sphygmomanometer merkuri standar atau aneroid (pegas dengan
jarum penunjuk) dengan ukuran manset yang memadai berdasarkan ukuran
lengan pasien.
4.
Pasangkan manset pada kanan atau lengan kiri dari pasien.
5.
Saat pengukuran tekanan darah, baik pasien maupun pemeriksa
dilarang berbicara berbicara.
6.
Dapatkan denyut nadi pada arteri radialis, dan memulai memompa
sampai tidak terabanya denyut itu dan tandai tekanan yang didapat.
9
7.
Selanjutnya, stetoskop ditempatkan ringan di atas arteri brakialis. Jika
stetoskop ditekan terlalu tegas, dapat menyebabkan turbulensi dan
hilangnya suara, sehingga mengurangi tekanan diastolik.
8.
Pompa manset sampai tekanan 30 mmHg di atas di mana denyut arteri
radialis tidak lagi teraba.
9.
Selanjutnya perlahan kempiskan manset (sekitar 23 mmHg per detak
jantung), dengarkan Korotkoff fase I sambil melihat ukuran tekanan darah.
Catat pengukuran dari sphygmomanometer di mana suara pertama muncul,
ini merupakan tekanan darah sistolik pasien.
10.
Sambil melihat ke ukuran sphygmomanometer, terus perlahan-lahan
kempiskan manset. Catat pengukuran dari sphygmomanometer ketika
Korotkoff fase V dimulai, ini merupakan tekanan darah diastolik pasien. Jika
ada 10 mmHg atau lebih perbedaan antara Korotkoff fase IV dan V maka
tekanan di fase IV harus dicatat sebagai tekanan darah diastolik. Hal ini
dapat terjadi dalam kasus-kasus output jantung tinggi atau vasodilatasi
perifer, anak di bawah 13 tahun, atau wanita hamil. Setelah suara Korotkoff
terakhir yang didengar, terus kempiskan manset selama 10 mmHg untuk
memastikan bahwa tidak ada lagi suara terdengar. Kemudian kempiskan
manset secara total dan berikan pasien waktu untuk beristirahat.
11.
Tunggu minimal 30 detik dan ulangi 3 langkah sebelumnya untuk
mendapatkan pengukuran tekanan darah kedua. Jika pengukuran memiliki
perbedaan lebih dari 5 mmHg, maka pengukuran harus terus dilakukan
sampai didapat 2 kali berturut-turut pengukuran yang stabil. Rata-rata dari 2
pengukuran stabil harus dicatat sebagai tekanan darah pasien.
12.
Kemudian tunggu 1-2 menit lagi dan ulangi langkah 4 sampai 10 untuk
mengukur tekanan darah pada lengan yang berlawanan. Jika terdapat
10
perbedaan pengukuran antara 2 lengan, maka lengan dengan pengukuran
tertinggi yang dipakai.
13.
Dalam pencatatan hasil, pencatatan tidak hanya pada tekanan yang
didapat saja, tetapi juga yang lengan yang digunakan, posisi lengan, dan
ukuran manset.
Mekanisme Pemeliharaan Tekanan darah
Tekanan darah dikontrol oleh otak, sistem saraf otonom, ginjal,
beberapa kelenjar endokrin, arteri dan jantung. Otak adalah pusat
pengontrol tekanan darah di dalam tubuh. Serabut saraf adalah bagian
sistem saraf otonom yang membawa isyarat dari semua bagian tubuh
untuk menginformasikan kepada otak perihal tekanan darah, volume
darah dan kebutuhan khusus semua organ. Semua informasi ini
diproses oleh otak dan keputusan dikirim melalui saraf menuju organorgan tubuh termasuk pembuluh darah, isyaratnya ditandai dengan
mengempis atau mengembangnya pembuluh darah. Saraf-saraf ini
dapat berfungsi secara otomatis (Hayens, 2003).
Pada akhirnya tekanan darah dikontrol oleh berbagai proses
fisiologis yang bekerja bersamaan. Serangkaian mekanisme inilah yang
memastikan darah mengalir di sirkulasi dan memungkinkan jaringan
mendapatkan nutrisi agar dapat berfungsi dengan baik. Jika salah satu
mekanisme mengalami gangguan, maka dapat terjadi tekanan darah
tinggi.
Faktor yang Mempertahankan Tekanan darah
Faktor-faktor yang mempertahankan tekanan darah yaitu:
a)Kekuatan memompa jantung.
b)Banyaknya darah yg beredar.
c)Viskositas darah.
d)Elastisitas dinding pembuluh darah.
11
e)Tahanan tepi.
Faktor yang Mempengaruhi Tekanan darah
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu :
a)Umur
b)Kegiatan (kerja otot perubahan sikap)
c)Ketinggian (gravitasi)
d)Ekspirasi dan inspirasi
e)Kerja jantung
f)Pengaruh berpikir
Hasil Pengukuran Tekanan darah
Jumlah tekanan darah yang normal berdasarkan usia seseorang
adalah:
-
Bayi usia di bawah 1 bulan : 85/15 mmHg
-
Usia 1 - 6 bulan : 90/60 mmHg
-
Usia 6 - 12 bulan : 96/65 mmHg
-
Usia 1 - 4 tahun : 99/65 mmHg
-
Usia 4 - 6 tahun : 160/60 mmHg
-
Usia 6 - 8 tahun : 185/60 mmHg
-
Usia 8 - 10 tahun : 110/60 mmHg
-
Usia 10 - 12 tahun : 115/60 mmHg
-
Usia 12 - 14 tahun : 118/60 mmHg
-
Usia 14 - 16 tahun : 120/65 mmHg
-
Usia 16 tahun ke atas : 130/75 mmHg
-
Usia lanjut : 130-139/85-89 mmHg
Seseorang dikategorikan hypertensi berdasarkan tekanan darahnya
adalah:
Hypertensi rendah : 140 - 159/ 90-99 mmHg
Hypertensi sedang : 160 - 169/100-109 mmHg
12
Hypertensi berat : 180 - 209/110-119 mmHg
Seseorang dikatakan hypotensi jika tekanan darahnya lebih kecil
dari 110/70 mmHg
Pengaruh Posisi pada Pemeriksaan Tekanan darah
Tekanan darah memiliki sifat yang dinamis. Pada perubahan
posisi tubuh dari berbaring telentan, duduk, dan berdiri, tekanan
darah mengadakan penyusaian untuk dapat tetap menunjang
kegiatan tubuh. (Mohrman D and Jane H,2006) Pada keadaan
berbaring telentang didapatkan rata-rata tekanan sistolik sebesar
118,25 dan diastolic sebesar 79, sedangkan pada keadaan duduk
tekanan sistolik didapatkan rata-rata sebesar 118,75 dan diastolic
sebesar 80,75, pada keadaan berdiri tekanan sistolik didapatkan
rata-rata sebesar 116,25 dan diastolic sebesar 83. Pengukuran
tekanan sistolik dan diastolic mengalami fluktasi, seharusnya
tekanan sistolik dan diastolic menunjukkan peningkatan dari posisi
berbaring telentang, duduk dan berdiri.
Pengaruh Latihan Fisik pada Pemeriksaan Tekanan darah
Menurut teori yang ada penurunan tekanan darah setelah
melakukan latihan fisik dapat terjadi karena pembuluh darah
mengalami pelebaran dan relaksasi. Aktivitas fisik tersebut dapat
melemaskan pembuluh-pembuluh darah, sehingga tekanan darah
menurun,
sama
halnya
dengan
melebarnya
pipa
air
akan
menurunkan tekanan air. Dalam hal ini, latihan fisik/olahraga dapat
mengurangi tahanan perifer.
Penurunan tekanan darah juga dapat terjadi akibat berkurangnya
aktivitas memompa jantung(Medical Journal, 2006). Otot jantung
pada orang yang rutin melakukan latihan fisik sangat kuat, maka
otot jantung pada individu tersebut berkontraksi lebih sedikit
daripada otot jantung individu yang jarang berolahraga, untuk
13
memompakan volume darah yang sama (Mirkin G and Hoffman M,
1978). Karena olahraga dapat menyebabkan penurunan denyut
jantung (Fox EL,1988), maka olahraga akan menurunkan cardiac
output, yang pada akhirnya menyebabkan penurunan tekanan
darah.Peningkatan efisiensi kerja jantung dicerminkan dengan
penurunan tekanan sistolik, sedangkan penurunan tahanan perifer
dicerminkan dengan penurunan tekanan diastolik. (Ganong, 1995)
Tambahan
2.121 Mengapa Pemeriksaan Tekanan Darah Dilakukan
pada Lengan bagian atas kanan?
Pemeriksaan pada lengan atas hasilnya lebih akurat karena
lokasinya lebih jauh dari jantung dibanding dari lengan kiri
sehingga suaranya tidak terlalu bising. Dengan demikian dapat
menentukan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolic
dengan tepat dan mendapat hasil yang akurat.
2.122 Mekanisme Timbulnya Suara Bising
Bising terjadi di awal diastole.
Awal diastole, sebelum katup atrioventrikularis membuka dan
sebelum
katup
semilunaris
menutup.
Saat
membuka
dan
menutupnya tidak bersamaan,ada keadaan isovolumetrik terlebih
dulu(katup semilunar menutup). Saat ini tidak ada katup yang
membuka akses masuk darah ke ventrikel setelah itu katup
atrioventrikuler terbuka.
Urutannya menutupnya katup semilunar – isovolumetrik –membuka
katup atrioventrikuler (diastole).
Bising ini bernada rendah dan paling jelas didengar dengan bel
stetoskop dan pasien berbaring dalam posisi dekubitus lateral kiri.
Karena katup atrioventrikular mengalami stenosis, pengisian cepat
tidak terjadi dan ada perbedaan tekanan di sepanjang diastol. Jika
14
pasien mempunyai irama sinus yang normal, kontraksi atrium akan
memperbesar
perbedaan
tekanan
pada
akhir
diastole,
atau
presistole, dan akan terjadi peningkatan bising pada saat ini. Bising
atrioventrikular diastolik merupakan tanda yang sensitif dan
spesifik untuk stenosis katup atrioventrikular.
Bising sistolik
Bising sistolik dianggap sebagai bising ejeksi, yaitu bising
selama mid-diastolik sesudah fase awal kontraksi isovolumetrik,
atau bisa juga dianggap sebagai bising insufisiensi yang terjadi
pada seluruh sistolik. Bising yang terjadi pada seluruh sistolik
disebut sebagai pansistolik atau holosistolik
Suara 1 terjadi saat menutupnya katup atrioventrikuler. Apabila
bisingnya
setelah
atrioventrikularisnya
suara
tidak
isovolumetrik,apabila
1,
berarti
bermasalah.
tidak
terdenar
penutupan
Setelah
bising
itu
ada
berarti
katup
fase
katuo
semilunarnya membuka(stenosis) (swartz,1995)
2.123 Pengaruh Ketatnya Pemasangan Manset pada Hasil
Pengukuran
Pemasangan manset yang tidak tepat akan mempengaruhihasil
pengukuran darah. Jika manset yang dipasang terlalu longgar, maka
hasil
yang
diperoleh
akan
menjadi
lebih
rendah
dari
yang
seharusnya. Jika manset yang dipasang terlalu ketat, maka hasil
yang diperoleh akan lebih tinggi dari yang seharusnya.
Secara teoritis, bagaimanakah pengaruh posisi tubuh terhadap
denyut nadi dan tekanan darah?
Secara teori, posisi tubuh sangat berpengaruh terhadap denyut
nadi dan tekanan darah. Hal ini karena ada efek dari gravitasi bumi.
15
Pada saat berbaring gaya gravitasi pada peredaraan darah lebih
rendah karena arah peredaran tersebut horizontal sehingga tidak
terlalu melawan gravitasi dan tidak perlu memompa. Pada saat
duduk maupun berdiri kerja jantung memompa darah akan lebih
keras
karena
melawan
gaya
gravitasi
sehingga
kecepatan
berdenyut meningkat.
HASIL PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH PADA 3 RENTANG
USIA
1. Anak-anak (An. N) 8 tahun
A.
B.
C.
Ekstremitas Atas
Berdiri : 90/70 mmHg
Duduk: 90/60 mmHg
Tidur: 90/60 mmHg
Ekstremitas Bawah
Berdiri: 90/70 mmHg
Duduk: 90/70 mmHg
Tidur: 90/60 mmHg
2. Dewasa (Nn. N) 22 tahun
A.
B.
C.
Ekstremitas Atas
Berdiri : 110/80 mmHg
Duduk: 110/80 mmHg
Tidur: 90/70 mmHg
Ekstremitas Bawah
Berdiri: 110/70 mmHg
Duduk: 110/90 mmHg
Tidur: 90/70 mmHg
3. Lansia (Tn. F) 63 tahun
A.
Ekstremitas Atas
Berdiri : 140/80 mmHg
Ekstremitas Bawah
Berdiri: 140/90 mmHg
16
B.
C.
Duduk: 140/80 mmHg
Tidur: 130/70 mmHg
Duduk: 130/90 mmHg
Tidur: 130/80 mmHg
HASIL PEMERIKSAAN DENYUT NADI
Nn. N (22 tahun)
- Arteri radalis
: 85 x/menit
- Arteri ulnaris
: 79 x/menit
- Arteri temporalis
: 82 x/menit
- Arteri carotis
: 85 x/menit
- Arteri femoralis
: 83 x/menit
- Arteri dorsalis pedis
: 79 x/menit
- Arteri politela
: 83 x/menit
- Arteri bracialis
: 82 x/menit
- Arteri Tibia posterior : 82 x/menit
KESIMPULAN
17
1. Pengkajian antara tekanan darah pada anak-anak, dewasa dan lansia
yaitu hasil nilai tekanan darah pada anak-anak lebih rendah
dibandingkan pada dewasa dan lansia.
2. Pengkajian tekanan darah pada An. N, Nn. N dan Tn. F didapatkan nilai
tekanan darah yang normal.
3. Pengkajian nadi pada Nn.N, Nadi yang teraba kuat adalah pada arteri
radialis dan arteri karotis. Sedangkan nadi yang sulit diraba yaitu pada
arteri ulnaris, arteri dorsalis pedis, arteri bracialis dan arteri tibia
posterior
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer. Suzanne C.(2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Volume 3. Jakarta : EGC.
Corwin, E.J (2008). Handbook of Pathophysiology, 3rd Edition. Lippincott Williams &
Wilkins
Smeltzer C.S & Bare Brenda.(2003). Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical
Surgical Nursing. 10th Edition. Philadelphia: Lippincott
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses - Proses
Penyakit (B. U. Pendit, H. Hartanto, P. Wulansari & D. A. Mahani, Trans. 6 ed.).
Jakarta: EGC.
18