Evaluasi Beberapa Tolok Ukur Vigor Unutk Pendugaan Perpanjangan Masa Edar Benih Padi (Oryza sativa L)

Abstract
This purpose of this research was to obtain the effective several variable
of seed viability to determine relabelling of rice seeds. The research was
conducted in the Seed Science and Technology Laboratory, Department of
Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural
University and Indonesian Center for Seed Testing and Quality of Food Crops
and Horticulture Research and Development, Cimanggis, Depok from July 2011
to October 2011. The design which used in this experiment is complete randomize
block design with two factors. The first factor is seed lot and the second factor is
storabilty period. The factor of lot consisting of var. Ciherang with expired date
by 15 June 2011 (lot A), var. Inpari 10 Laeya expired date by 10 July 2011(lot B),
var. Situ Bagendit expired date by 21 July 2011(lot C). The second factor is
storabilty period consisting of 0, 2, 4, 6, 8, 10 and 12 week. Variable that has a
effective to estimate storeability period for rice seed is delta value. In this
research lot A reaches the end of Period II and entered to Period III of six weeks
storage period. Lot B and Lot C anomalies reached a point, which is the
maximum delta value at two weeks after the storage period. In the research, lot B
and lot C can only be an relabelling to two week storage period.
Keyword: Vigor, Seed Storability, Store Period, Oryza sativa.

RINGKASAN


LILIS YATI FEBRIANI. Evaluasi Beberapa Tolok Ukur Vigor untuk
Pendugaan Perpanjangan Masa Edar Benih Padi (Oryza sativa L.).
(Dibimbing oleh Eny Widajati).
Benih yang telah mendekati atau habis masa edarnya apabila akan
diedarkan kembali harus dilakukan pengujian terlebih dahulu. Pengujian ulang
biasanya dilakukan oleh lembaga sertifikasi yang meliputi pengujian rutin berupa
pengujian daya berkecambah. Pada kenyataannya kondisi penanaman di lapang
lebih sering tidak se-optimum kondisi di laboratorium, sehinga lot benih yang
mempunyai persentase daya berkecambah tinggi dapat memiliki nilai pemunculan
kecambah (field emergency) yang rendah di lapang.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji beberapa tolok ukur vigor benih
yang paling efektif untuk pendugaan perpanjangan masa edar benih padi (Oryza
sativa L.). Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor, Dramaga,
Bogor, serta di Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman
Pangan Hortikultura (BBPP-MBTPH) Cimanggis, Depok pada bulan JuniOktober 2011.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktor,
faktor pertama berupa lot benih yakni lot A (varietas Ciherang) dengan tanggal
kadaluarsa 15 juni 2011, lot B (varietas Inpari 10 Laeya) tanggal kadaluarsa 10

juli 2011 dan lot C (varietas Situ Bagendit) dengan tanggal kadaluarsa 21 juli
2011. Faktor kedua berupa periode simpan yang terdiri dari 7 taraf yaitu 0
minggu, 2 minggu, 4 minggu, 6 minggu, 8 minggu, 10 minggu dan 12 minggu .
Ketiga lot benih dikemas dengan menggunakan plastik, kemudian
disimpan pada kondisi suhu kamar. Benih tersebut kemudian ditanam dengan
periode penanaman 2 minggu sekali, dari mulai 0 minggu. 0 minggu dimulai dari
benih memasuki batas waktu kadaluarsa.
Hasil uji F menunjukkan bahwa faktor tunggal lot benih memberikan
pengaruh yang sangat nyata untuk semua tolok ukur. Faktor tunggal periode

simpan memberikan pengaruh yang sangat nyata untuk semua tolok ukur, namun
hanya berpengaruh nyata terhadap kadar air. Interaksi antara lot dan periode
simpan memberikan pengaruh nyata terhadap kadar air dan berpengaruh sangat
nyata terhadap nilai delta.
Pada saat habis masa edarnya, lot A memiliki viabilitas yang lebih baik
dibandingkan dengan lot B dan lot C dengan nilai daya berkecambah sebesar
89.52%. Tingginya nilai viabilitas untuk lot A didukung oleh tingginya nilai
indeks vigor, bobot kering kecambah, dan juga kecepatan tumbuh yang berarti
laju kemunduran lot benihnya lambat. Lot A memiliki kecepatan tumbuh yang
lebih tinggi yaitu 18.27%. Pada awal penyimpanan lot A memiliki kadar air

sebesar 10.90%. Rendahnya nilai kadar air pada awal periode simpan berpengaruh
terhadap persentase daya berkecambah dan kecepatan tumbuh tetap tinggi selama
penyimpanan.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap semua tolok ukur, tolok ukur
vigor menunjukkan penurunan lebih dini dibandingkan tolok ukur viabilitas.
Indeks vigor menunjukkan penurunan yang nyata pada 2 minggu periode simpan.
Kecepatan tumbuh dan bobot kering kecambah normal mulai menurun secara
nyata pada 6 minggu setelah periode simpan, dan daya berkecambah mulai terlihat
penurunannya secara nyata pada 8 minggu periode simpan.
Berdasarkan tolok ukur daya berkecambah, pada periode simpan 4 minggu
lot benih A memiliki nilai daya berkecambah sebesar 91.3%, lot benih B 80.67%
dan lot benih C 86%, tetapi berdasarkan nilai delta ketiga lot benih tersebut dapat
dibedakan secara nyata dimana lot A memiliki nilai delta 32. Lot benih B dan C
sudah menunjukkan peningkatan nilai delta secara nyata dengan nilai delta 52.67
dan 73.33 pada 2 minggu periode simpan.
Pada minggu ke 6 lot A menunjukkan peningkatan nilai delta yaitu dari
6.67 menjadi 13.33. Hal ini menunjukkan bahwa periode simpan 6 minggu
merupakan titik akhir Periode II dan lot benih sudah masuk dalam Periode III
konsepsi Steinbauer-Sadjad. Kenaikan nilai delta terus terjadi hingga 12 minggu
periode simpan. Sehingga untuk lot A belum bisa diketahui nilai delta maksimum

yang merupakan titik anomalinya.

Lot B dan lot C mulai menunjukkan peningkatan nilai delta dari 0
minggu hingga 2 minggu periode simpan. Hal ini menunjukkan bahwa benih telah
memasuki Periode III. Titik maksimum nilai delta dicapai pada minggu ke 2
periode simpan. Titik tersebut merupakan titik anomali, karena itu lot B dan lot C
tidak dianggap lagi sebagai benih pada minggu ke 2 periode simpan dan benih
sudah tidak bisa diperpanjang kembali masa edarnya.

EVALUASI BEBERAPA TOLOK UKUR VIGOR UNTUK
PENDUGAAN PERPANJANGAN MASA EDAR
BENIH PADI (Oryza sativa L.)

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

LILIS YATI FEBRIANI
A24070071


DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

Judul

: EVALUASI BEBERAPA TOLOK UKUR VIGOR
UNTUK PENDUGAAN PERPANJANGAN MASA
EDAR BENIH PADI (Oryza sativa L.)

Nama

: LILIS YATI FEBRIANI

NIM

: A24070071

Menyetujui,

Pembimbing

Dr. Ir. Eny Widajati, MS
NIP. 19610106 198503 2 002

Mengetahui,
Ketua Departemen

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr.
NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sumedang, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 9
Februari 1989. Penulis merupakan anak pertama dari Bapak Jaja Durajat dan Ibu
Teti Rohaeti.
Tahun 2001 penulis lulus dari SDN Cibodas I, kemudian pada tahun 2004
penulis menyelesaikan studi di SLTP Negeri I Tanjungkerta. Selanjutnya penulis
lulus dari SMA Negeri I Cimalaka pada tahun 2007.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2007 melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penulis aktif dalam UKM Lises Gentra Kaheman, dan juga Organisasi
Masyarakat Daerah Sumedang “WAPEMALA”. Tahun 2009/2010 penulis
menjadi Ketua Divisi Keuangan Koperasi Agronomi dan Hortikultura. Penulis
juga aktif dalam beberapa kegiatan kepanitiaan serta pernah menjadi asisten
praktikum Mata Kuliah Dasar Ilmu dan Tekhnologi Benih di Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya penulis diberi kelancaran sehingga penelitian ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Penelitian yang berjudul “Evaluasi Beberapa Tolok Ukur Vigor Untuk
Pendugaan Perpanjangan Masa Edar Benih Padi (Oryza sativa L. )” ini
disusun untuk menyelesaikan pendidikan Strata 1 (S1) di Departemen Agronomi
dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1.

Dr. Ir. Eny Widajati, MS. yang telah memberikan bimbingan dan juga
arahannya dalam penelitian dan penulisan skripsi ini.

2.

Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS. selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.

3.

Dr. Ir. Faiza C. Suwarno, MS dan Dr. Tatiek Kartika Suharsi, MS selaku
dosen penguji yang telah memberikan saran dan juga masukannya kepada
penulis.

4.

Ibu (Teti Rohaeti) dan Bapak (Jaja Durajat) yang telah memberikan
dukungan, doa dan juga kesabarannya selama penulis menjalani perkuliahan.


5.

Semua Staf di Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman
Pangan Hortikiultura (BBPPMBTPH), Ibu Ika, Ibu Dhila, Ibu Puspa serta Ibu
Sri yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.

6.

AGH 44 terutama teman-teman di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih
Mba Nova, Feni, Meli, Evi, Cutrisni, Nazima, Neneng, Loreta, Okti, Enen
dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

7.

Sahabat dan juga teman-teman di BLOBO, Galuh, Anin, Meyga, Dyah, Ega,
Syifa, Moliya yang telah memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis.
Besar harapan penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi

semua pihak yang membutuhkan.


Bogor, Oktober 2011
Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ......................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................

viii

PENDAHULUAN ......................................................................................
Latar Belakang ................................................................................

Tujuan .............................................................................................
Hipotesis .........................................................................................

1
1
3
3

TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................
Botani Tananam Padi ......................................................................
Periode Kehidupan Benih………………………………………….
Viabilitas dan Vigor Benih .............................................................

4
4
5
6

BAHAN DAN METODE ...........................................................................
Waktu dan Tempat ..........................................................................
Bahan dan Alat ................................................................................
Metode Peneletian ...........................................................................
Pelaksanaan Penelitian ....................................................................
Pengamatan ………………………………………………………

9
9
9
10
10
11

HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................
Pengaruh Interaksi Lot dan Periode Simpan terhadap Nilai Delta ..
Pengaruh Interaksi Lot dan Periode Simpan terhadap Kadar Air....

14
19
20

KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................
Kesimpulan .....................................................................................
Saran ...............................................................................................

23
23
23

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

24

LAMPIRAN ...............................................................................................

27

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Pengaruh Lot Benih, Periode

Simpan dan Interaksinya terhadap Tolok Ukur Indeks Vigor,
Viabilitas Potensial dan Kadar Air (KA) Benih Padi (Oryza
sativa L.)............................................................................................

14

2. Pengaruh Lot Benih terhadap Tolok Ukur Indeks Vigor (IV),
Daya Berkecambah (DB), Kecepatan Tumbuh (KCT), Bobot
Kering Kecambah Normal (BKKN) ...............................................

16

3. Pengaruh Periode Simpan terhadap Tolok Ukur Vigor,
Viabilitas Potensial dan Kadar Air ...................................................

18

4. Pengaruh Interaksi Lot Benih dan Periode Simpan terhadap
Nilai Delta .........................................................................................

19

5. Pengaruh Interaksi Lot Benih dan Periode Simpan terhadap
Kadar Air...........................................................................................

21

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Konsepsi Steinbauer-Sadjad .............................................................

5

2. Pengaruh Periode Simpan terhadap Indeks Vigor ............................

16

3. Pengaruh Periode Simpan terhadap Daya Berkecambah .................

17

4. Pengaruh Periode Simpan terhadap Kecepatan Tumbuh .................

17

5. Pengaruh Periode Simpan terhadap Nilai Delta ...............................

20

6. Pengaruh Periode Simpan terhadap Kadar Air Beberapa Lot
Benih.................................................................................................

21

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Sidik Ragam Pengaruh Lot Benih dan Periode Simpan Benih Padi
(Oryza sativa L.) terhadap Nilai Delta .................................................

28

2. Sidik Ragam Pengaruh Lot Benih dan Periode Simpan Benih
Padi (Oryza sativa L.) terhadap Kadar Air........................................

28

3. Sidik Ragam Pengaruh Lot Benih dan Periode Simpan terhadap
Indeks Vigor ......................................................................................

28

4. Sidik Ragam Pengaruh Lot Benih dan Periode Simpan Benih
Padi (Oryza sativa L.) terhadap Kecepatan Tumbuh ........................

29

5. Sidik Ragam Pengaruh Lot dan Periode Simpan Benih Padi
(Oryza sativa L.) terhadap Daya Berkecambah ................................

29

6. Sidik Ragam Pengaruh Lot Benih dan Periode Simpan Benih
Padi (Oryza sativa L.) terhadap Bobot Kering Kecambah
Normal...............................................................................................

29

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Padi merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban
umat manusia. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari serealia, setelah
jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan tanaman pangan sumber
karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia. Bahan makanan ini merupakan
makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2011), produksi padi mengalami
peningkatan dari tahun 2009. Produksi padi meningkat dari 64 398 890 ton di
tahun 2009 menjadi 66 469 394 ton untuk tahun 2010. Produktivitasnya juga
mengalami peningkatan dari 49.99 Ku/Ha menjadi 50.15 Ku/Ha. Peningkatan
jumlah produksi disebabkan oleh penambahan luas panen/Ha. Hal ini akan
berakibat pada peningkatan permintaan benih padi setiap tahunnya.
Menurut data dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (2007), kebutuhan
benih padi potensial dari tahun 2002 sampai tahun 2006 terus mengalami
peningkatan. Kebutuhan benih unggul padi nasional mencapai 320 000 ton
(Deptan, 2008). Tahun 2011 subsektor tanaman pangan membutuhkan benih padi
sebanyak 349 000 ton, sedangkan ketersediaan benih padi baru mencukupi
setengah dari kebutuhan total (Lazarde, 2011).
Luas lahan pertanaman yang semakin meningkat, akan menimbulkan
kebutuhan benih untuk pertanaman juga semakin meningkat. Data Badan Pusat
Statistika (2010) menunjukkan luas lahan untuk pertanaman padi sebesar 13 118
120 Ha. Kebutuhan benih yang diperlukan yaitu sekitar 327 953 ton dengan
asumsi kebutuhan benih padi potensial sebesar 25 kg/Ha. Kurangnya ketersediaan
kebutuhan benih padi untuk pertanaman mendorong perlunya pengujian dan
pelabelan ulang untuk benih yang sudah habis masa edarnya.
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor :
01/Kpts/HK.310/C/1/2009 tentang Persyaratan dan Tata Cara Sertifikasi Benih
Bina Tanaman Pangan dinyatakan bahwa “Benih bersertifikat yang telah
mendekati/habis masa edarnya, apabila akan diedarkan kembali harus dilakukan

2

pengujian dan pelabelan ulang”. Pengujian ulang harus dilakukan jika pemasaran
benih akan dilanjutkan (Munginsyah dan Setiawan, 2004).
Pengujian ulang biasanya dilakukan oleh lembaga sertifikasi yang meliputi
pengujian rutin berupa pengujian daya berkecambah. Pada kenyataannya kondisi
penanaman di lapang lebih sering tidak se-optimum kondisi di laboratorium,
sehinga lot benih yang mempunyai persentase daya berkecambah tinggi dapat
memiliki nilai pemunculan kecambah (field emergency) yang rendah di lapang.
Secara ideal benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi, sehingga bila
ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragam akan tetap tumbuh sehat dan
kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas baik (Sutopo, 2004).
Vigor benih menurun lebih cepat dibandingkan viabilitas. Penelitian
Soejadi et al. (2001) mengemukakan bahwa penurunan tajam daya berkecambah
beberapa varietas benih padi terjadi pada periode simpan 16 minggu, sedangkan
penurunan tajam vigor benih terjadi pada periode simpan 12 minggu.
Menurut hasil penelitian Ismattullah (2003) mengenai penyimpanan,
vigor benih kedelai varietas Wilis lebih cepat menurun dibandingkan viabilitas
potensial benihnya. Pada tolok ukur kecepatan tumbuh, benih kedelai lebih cepat
menurun dibandingkan daya berkecambahnya. Kecepatan tumbuh benih kedelai
mulai mengalami kemunduran pada periode simpan 4 bulan. Sedangkan pada
tolok ukur daya berkecambah, benih kedelai baru mengalami kemunduran pada
periode simpan 5 bulan.
Salbiyati (2005) menyatakan, periode simpan sebagai faktor tunggal pada
penyimpanan benih Jagung Manis pada suhu kamar berpengaruh terhadap
kecepatan tumbuh benih tersebut. Penurunan daya berkcambah sebagai tolok ukur
Viabilitas Potensial baru terlihat penurunannya pada bulan ke 2, akan tetapi tidak
berbeda nyata hingga penyimpanan 6 bulan. Sedangkan dengan tolok ukur
tecepatan tumbuh penurunan viabilitas terlihat pada bulan ke 2 yang terus
menunjukkan penurunan yang nyata hingga 4 bulan periode simpan. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan tolok ukur vigor benih lebih peka untuk
mendeteksi penurunan viabilitas benih. Hal ini diperkuat oleh penelitian Ferdianti
(2007) yang menyatakan bahwa pengusangan cepat fisik pada galur gandum dapat
dideteksi dengan baik oleh pengujian vigor. Penurunan Kecepatan Tumbuh (KCT)

3

sebagai tolok ukur vigor dapat membedakan antar perlakuan pada 48 jam.
Sedangkan untuk daya berkecambah baru dapat membedakan pada waktu 144
jam.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian tersebut, terlihat bahwa beberapa
tolok ukur vigor benih dapat mendeteksi penurunan viabilitas benih lebih dini
dibanding viabilitas potensialnya (DB). Oleh karena itu pada penelitian ini akan
dipelajari tolok ukur yang dapat digunakan untuk mendeteksi kemunduran lebih
dini dan dapat digunakan untuk pendugaan perpanjangan masa edar benih padi.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji beberapa tolok ukur vigor benih
yang paling efektif untuk pendugaan perpanjangan masa edar benih padi (Oryza
sativa L.).

Hipotesis
Tolok ukur vigor benih lebih efektif untuk pendugaan perpanjangan masa
edar benih padi (Oryza sativa L.) dibanding tolok ukur Daya Berkecambah (DB).

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Padi

Tanaman padi merupakan tanaman semusim, termasuk golongan rumputrumputan. Berasal dari genus Oryza, famili Graminae (Poaceae) dan salah satu
spesiesnya adalah Oryza sativa L. Padi memiliki bagian vegetatif seperti akar,
batang dan daun. Akar terdiri dari akar serabut atau adventif. Tumbuhan padi
(Oryza sativa) termasuk golongan tumbuhan Gramineae ditandai dari batangnya
yang beruas dan berbuku (Siregar, 1981).
Padi pada saat ini tersebar luas di seluruh dunia dan tumbuh di hampir
semua bagian dunia yang memiliki cukup air dan suhu udara cukup hangat. Padi
menyukai tanah yang lembab dan becek. Padi memiliki daun sempurna dengan
pelepah tegak, helaian daun berbentuk lanset, tulang daun sejajar dan berwarna
hijau muda hingga hijau tua. Bunga tersusun majemuk, tipe malai bercabang,
satuan bunga disebut floret, yang terletak pada satu spikelet yang duduk pada
panikula. Buah tipe kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana buah dan bijinya,
bentuk hampir bulat hingga lonjong, ukuran 3 mm hingga 15 mm tertutup oleh
palea dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam, struktur dominan
adalah endospermium.
Di Indonesia yang beriklim tropis, padi ditanam diseluruh daerah dataran
rendah sampai dataran tinggi. Umumnya padi diusahakan sebagai padi sawah (8590%) dan sebagian kecil (10-15%) sebagai padi gogo. Padi tergolong tanaman
yang toleran terhadap kondisi air pengeringan, dapat ditanam pada tanah
tergenang sebagai padi sawah, di tanah darat sebagai padi gogo, dan padi gogo
rancah (ditanam sebagai padi gogo kemudian digenangi seperti padi sawah).
Pertumbuhan padi dibagi menjadi tiga fase, yaitu vegetatif, reproduktif
dan pemasakan. Fase vegetatif dimulai dari saat berkecambah sampai dengan
inisiasi primordial malai. Fase reproduktif dimulai dari inisiasi primordial malai
sampai berbunga. Fase pemasakan dimulai dari berbunga sampai panen. Lama
fase vegetatif tidak sama untuk setiap varietas. Sehingga menyebabkan terjadinya
perbedaan umur panen, sedang fase reproduktif dan pemasakan umumnya sama
untuk setiap varietas (Ismunadji et al., 1993).

5

Periode Kehidupan Benih
iabilitas benih Steibauer-Sadjad (Sadjad, 1994),
), benih
Menurut konsep via
pan. Periode I disebut Periode Pembangunan B
Benih,
mengalami 3 fase kehidupa
dan Periode III merupakan Periode Kritikal
kal.
Periode II adalah Periode Simpan
Si

Gamba
bar 1. Konsepsi Steinbauer-Sadjad
Keterangan : Periode I : Periode
Pe
Pembangunan Benih
Periode II : Periode
P
Simpan
=Vigor;
Periode III : Periode
P
Kritikal. Vp= Viabilitas Potensial; Vg=Vi
ebelum
Vss=Viabilita
itas Sesungguhnya; PKs= Periode Konservasi seb
Delta.
simpan; PKT= Periode Konservasi sebelum tanam; D= Nilai De
da saat
Periode III dijabarka
rkan oleh tingkat Vigor Daya Simpan (VDS) pada
benih mengakhiri Periode Simpan
S
(PS). Periode III merupakan fase kritis karena
k
isi suboptimum sehingga vigor akan menurunn ttajam
benih berada pada kondisi
dibanding viabilitasnya. Pad
ada periode III, benih menunjukkan viabilitas pote
otensial
yang masih tinggi, tetapi vigor
vi
kekuatan tumbuh secara drastis menurun (Sa
(Sadjad,
1994).
kadaluarsa apabila telah kehilangann daya
Suatu lot benih dinyatakan
din
tasnya mulai memasuki Periode Kritikal. Jangkaa wa
simpan dan status viabilitas
waktu
ampai Periode Kritikal merupakan Periode Konse
antara Periode Simpan sam
nservasi

6

Pratanam. Berakhirnya Periode Konservasi Pratanam adalah batas penilaian suatu
lot benih dinyatakan kadaluarsa (Basoeki, 1993). Benih yang sudah mendekati
atau habis masa edarnya, di duga sudah masuk di Periode III pada konsep
Steinbauer-Sadjad

(1994).

Perubahan

dari

keadaan

yang

masih

tinggi

viabilitasnya ke viabilitas yang sangat rendah dapat terjadi dengan cepat.
Sehingga perlu adanya suatu uji yang bisa memprediksi viabilitas dalam kondisi
suboptimum (tolok ukur vigor).

Viabilitas Potensial dan Vigor Benih
Ilyas (2010) menyatakan viabilitas benih menunjukkan daya hidup benih,
aktif secara metabolik dan memiliki enzim yang dapat mengkatalisa reaksi
metabolik yang diperlukan untuk perkecambahan dan pertumbuhan kecambah.
Viabilitas benih dapat diukur dengan tolok ukur daya berkecambah (germination
capacity). Daya berkecambah benih adalah muncul dan berkembangnya struktur
terpenting dari embrio benih serta kecambah tersebut menunjukkan kemampuan
untuk berkembang menjadi tanaman normal pada kondisi lingkungan yang
menguntungkan (Copeland dan McDonald, 2001).
Dsadjad (1993) menyatakan daya berkecambah adalah peubah viabilitas
potensial atau viabilitas optimum yang menunjukkan kemampuan benih untuk
berkecambah normal dalam kondisi lingkungan yang optimum selama waktu yang
ditentukan. Menurut Justice dan Bass (2002), benih disebut berkecambah pada uji
daya berkecambah bila dapat menghasilkan kecambah dengan bagian-bagian
kecambah yang normal atau mendekati normal.
Perkecambahan harus cepat dan pertumbuhan kecambahnya kuat, dan ini
mencerminkan kekuatan tumbuhnya, yang dapat dinyatakan dengan laju
perkecambahan (Sutopo, 2004). Menurut penelitian Nugraha et al (2003),
persentase kecambah normal mencapai nilai maksimum pada hari perhitungan
terakhir (final count), yaitu hari ke 14 untuk benih padi yang diuji dengan metode
baku.
Definisi vigor menurut AOSA (1983) adalah suatu indikator yang dapat
menunjukkan bagaimana benih tumbuh pada kondisi lapang yang bervariasi.
Vigor merupakan gabungan antara umur benih, ketahanan, kekuatan, dan

7

kesehatan benih yang diukur melalui kondisi fisiologisnya, yaitu pengujian stress
atau melalui analisis biokimia.
ISTA (2007) mendefinisikan vigor sebagai sekumpulan sifat yang dimiliki
benih yang menentukan tingkat potensi aktivitas dan kinerja benih atau lot benih
selama perkecambahan dan munculnya kecambah. Copeland dan McDonald
(2001) menyatakan kinerja tersebut adalah (1) proses dan reaksi biokimia selama
perkecambahan seperti reaksi emzim, dan aktivitas respirasi, (2) rata-rata dan
keseragaman dari perkecambahan dan pertumbuhan kecambah, (3) rata-rata dan
keseragaman munculnya kecambah dan pertumbuhannya di lapang, (4)
kemampuan munculnya kecambah pada kondisi

dan lingkungan yang

unfavorable.
Vigor benih dicerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masingmasing kekuatan tumbuh dan daya simpan benih. Menurut Sadjad (1994),
parameter Vigor ialah Vigor Kekuatan Tumbuh (VKT) apabila viabilitas benih
diprakirakan untuk kondisi lapang di Periode III, dan Vigor Daya Simpan (VDS)
apabila diprakirakan untuk kondisi simpan di Periode II yang keduanya
suboptimum.
Pengujian vigor merupakan indeks mutu benih yang lebih peka
dibandingkan pengujian daya berkecambah. Penurunan vigor terjadi lebih dulu
sebelum penurunan perkecambahan. Menurut Copeland dan McDonald (2001)
kelebihan pengujian vigor dibandingkan pengujian daya berkcambah adalah :
1. Definisi perkecambahan benih menekankan pada struktur esensial yang
akan menghasilkan tanaman normal. Tetapi penekanan pada kecambah
sedikit hubungannya dengan kecepatan tumbuh, yang merupakan kriteria
utama untuk keberhasilan pertanaman.
2. Metode uji daya berkecambah harus dilakukan pada media standar yang
steril dalam ruang lembab dengan suhu terkontrol yang jarang berkorelasi
dengan kondisi di lapang.
3. Standar pengujian daya berkecambah dirancang untuk memberikan
pengamatan pertama dan pengamatan terakhir. Pengamatan pertama
dimaksudkan untuk menjadi dasar menyingkirkan benih yang telah
berkecambah norma dan optimasi medial. Pengamatan terakhir dirancang

8

untuk memberi cukup waktu sehingga kecambah yang lemah medapat
peluang untuk berkembang menjadi kecambah normal. Oleh karena itu
persentase perkecambahan merupakan jumlah dari kecambah normal kuat
dan lemah.
4. Berdasarkan definisi, perkecambahan tidak berskala. Penilaian pengamata
suatu benih terbagi dalam berkecambah (germinable) atau tidak
berkecambah (non-germinable). Tidak ada pemisah kecambah kuat dan
lemah. Uji daya berkecambah tidak dapat menduga sifat progresif
deteriorasi benih yang berdampak pada tegaknya pertanaman.
Pengujian vigor benih dapat memberikan informasi yang lebih banyak
dibandingkan pengujian daya berkecambah, yang bermanfaat untuk melihat
potensi daya simpan, estimasi nilai penanaman atau performa pertumbuhan benih
di lapang (Dina et al., 2006).
Menurut Lindayanti (2006) pengujian vigor dapat memberikan :
1. Petunjuk mutu benih yang lebih tepat dari pada pengujian daya berkecambah.
2. Memberikan tingkatan yang konsisten dari lot benih yang acceptable
germination mengenai mutu fisiologis dan fisik lot benih.
3. Memberikan keterangan tentang pertumbuhan dan daya simpan suatu lot
benih guna perencanaan strategi pemasaran.
Benih yang mampu menumbuhkan tanaman normal, meski kondisi alam
tidak optimum atau suboptimum disebut benih memiliki Vigor (Vg). Benih yang
vigor akan menghasilkan produk diatas normal kalau ditumbuhkan pada kondisi
optimum (Sadjad et al., 1999).
Menurut Sutopo (2004), benih yang memiliki vigor rendah akan berakibat
terjadinya :
1. Kemunduran benih yang cepat selama penyimpanan
2. Makin sempitnya keadaan lingkungan dimana benih dapat tumbuh
3. Kecepatan berkecambah benih yang menurun
4. Kepekaan akan serangan hama dan penyakit meningkat
5. Meningkatnya jumlah kecambah abnormal
6. Rendahnya produksi tanaman.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan Oktober 2011 di
Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Institut Pertanian Bogor, Dramaga,
Bogor dan di Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan
Hortikultura, Cimanggis, Depok.

Bahan dan Alat
Pada penelitian ini digunakan 3 lot benih padi yaitu :
1.

Lot benih A varietas Ciherang dengan tanggal kadaluarsa 15 Juni 2011, yang
memiliki DB 94.7%.

2.

Lot benih B varietas Inpari 10 Laeya dengan tanggal kadaluarsa 10 Juli 2011,
yang memiliki DB 90%.

3.

Lot benih C varietas Situ Bagendit dengan tanggal kadaluarsa 21 Juli 2011,
yang memiliki DB 88%.

Ketiga lot benih tersebut diperoleh dari Balai Besar Pengembangan Pengujian
Mutu Benih Tanaman Pangan Hortikultura, Cimanggis, Depok.
Alat yang digunakan antara lain kertas stensil, alat pengepres kertas IPB
75-1, pengecambah benih tipe IPB 73-2A/B, IPB 72-1, peralatan untuk mengukur
kadar air (oven 1320C, timbangan analitik, cawan dan desikator), plastik, label,
gunting serta alat tulis. Alat pengecambah benih tipe IPB 73-2A/B digunakan
untuk pengecambahan benih pada pengujian bobot kering kecambah normal
dengan menggunakan 25 butir benih padi untuk setiap ulangannya. Alat
pengecambah benih tipe IPB 72-1 digunakan untuk pengecambahan benih pada
pengujian daya berkecambah dan indeks vigor dengan menggunakan 50 butir
benih padi.

10

Metode Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama yaitu lot benih dan

faktor kedua

periode simpan. Pada faktor pertama berupa lot benih, digunakan 3 lot benih padi.
Setiap lot benih diulang sebanyak tiga ulangan .
Model linier dari rancangan percobaan yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Yij= π + αi + βj + (αβ)ij + εij
Keterangan :
Yij = nilai pengamatan pada faktor α ke-I dan β ke-j
π = nilai tengah umum
αi = pengaruh faktor lot benih α taraf ke-i
βj = pengaruh periode simpan β taraf ke-j
(αβ)ij = pengaruh interaksi faktor lot benih α taraf ke-I dan faktor periode
simpan β taraf ke-j
εij

= pengaruh galat percobaan (experimental error) faktor lot benih α
taraf ke-I dan faktor periode simpan β taraf ke-j

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji F. Apabila menunjukkan
pengaruh nyata, maka pengujian akan dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf
5%.

Pelaksanaan Penelitian
Penyimpanan Benih
Percobaan dilakukan pada 3 lot benih padi. Masing-masing lot benih
dikemas dengan menggunakan plastik bening yang telah disiapkan untuk 7
periode penyimpanan yaitu 0, 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 minggu penyimpanan. Minggu
ke 0 di mulai pada tanggal kadaluarsa lot benih tersebut. Benih yang telah
dikemas kemudian disimpan di suhu kamar (RH= 80-90% dan t = 27-310C).

11

Penanaman
Penanaman benih dilakukan setiap 2 minggu sekali. Metode penanaman
benih

menggunakan metode Uji Kertas Digulung didirikan berlapis plastik

(UKDdp). Media yang digunakan berupa kertas stensil. Setiap ulangan terdiri dari
50 butir benih padi untuk kecepatan tumbuh, indeks vigor dan daya berkecambah,
serta 25 butir benih padi untuk bobot kering kecambah normal. Pengamatan
dilakukan untuk mengetahui dan membandingkan beberapa tolok ukur vigor yang
paling efektif dalam pendugaan perpanjangan masa edar benih benih.

Pengamatan
Parameter yang diamati di Laboratorium meliputi Vigor dengan tolok ukur
indeks vigor, nilai delta, kecepatan tumbuh dan Viabilitas Potensial dengan tolok
ukur daya berkecambah dan bobot kering kecambah normal serta pengamatan
kadar air benih.
1.

Indeks Vigor (IV)
Penghitungan Indeks Vigor (IV) dilakukan berdasarkan persentase
kecambah normal pada pengamatan pertama (KN hitungan I) yaitu pada
hari ke- 5.

IV =

X 100%

2. Nilai Delta (D)
Nilai Delta merupakan selisih antara nilai viabilitas benih dengan
vigor benih. Viabilitas benih didapat dari hasil pengamatan Daya
Berkecambah (DB) sedangkan vigor benih diperoleh dari pengamatan Indeks
Vigor (IV).

3. Kecepatan Tumbuh (KCT)
Metode penanaman benih dengan menggunakan metode UKDdp (Uji
Kertas Digulung didirikan dilapisi plastik). Pengecambahan untuk setiap lot

12

benih dilakukan dengan 3 (tiga) ulangan dan setiap ulangan terdiri atas 50
butir benih padi. Kecepatan tumbuh dihitung berdasarkan nilai pertambahan
perkecambahan (persentase kecambah normal per etmal) yang dilakukan
setiap hari (2 HST sampai 7 HST) pada kurun waktu perkecambahan dalam
kondisi optimum.
tn

KCT (% per etmal) =
n=0

N
t

Keterangan : t = Waktu pengamatan (etmal)
N = presentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
tn = waktu akhir pengamatan
4. Daya Berkecambah (DB)
Pengujian

Daya

Berkecambah

dilakukan

dengan

melakukan

penanaman benih terlebih dahulu. Metode penanaman benih dengan
menggunakan metode UKDdp (Uji Kertas Digulung didirkan dilapisi
plastik). Pengecambahan untuk setiap lot benih dilakukan dengan 3 (tiga)
ulangan dan setiap ulangan terdiri atas 50 butir benih padi. Benih kemudian
dikecambahkan dalam alat pengecambah benih IPB 72-1.
Pengujian

Daya

Berkecambah

(DB)

berdasarkan

persentase

Kecambah Normal (KN) pada pengamatan petama dan kedua. Pengamatan
pertama pada hari ke-5 setelah tanam (KN hitungan I) dan pengamatan kedua
pada hari ke-7 (KN hitungan II) meliputi kecambah normal, abnormal, benihbenih yang tidak berkecambah (benih mati, benih keras, dan benih segar tidak
tumbuh).
DB =

5.

X 100%

Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Pengukuran Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN) dilakukan
di akhir pengamatan (7 HST). Benih ditanam sebanyak 25 butir setiap
ulangan dengan menggunakan metode UKDdp. Setelah 7 hari dihitung

13

kecambah normalnya. Kecambah normal tersebut kemudian dibuang bagian
kariopsisnya, dan dimasukkan kedalam amplop. Amplop ditimbang terlebih
dahulu untuk mengetahui bobot awal (K0). Masukkan amplop tersebut
kedalam oven selama 3 x 24 jam dengan suhu 60ºC. Selanjutnya benih
dimasukkan ke dalam desikator selama ± 30 menit dan setelah dingin
dilakukan penimbangan (K1).

Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN) = K1-K0

6.

Kadar Air (KA)
Pengukuran kadar air menggunakan metode pengukuran kadar air
langsung, yaitu dengan menggunakan oven suhu tinggi 130-1330C selama
2 jam. Cawan porselin beserta tutup ditimbang (M1). Benih dari masingmasing lot diambil sebanyak 3 ulangan untuk setiap lot. Benih
dihancurkan dengan menggunakan grinder, diambil sebanyak 5 gram
kemudian ditimbang (M2). Benih tersebut selanjutnya dimasukkan ke
dalam oven. Setelah 2 jam benih diangkat dan langsung dimasukkan ke
dalam desikator selama ± 30 menit, kemudian dikeluarkan dan dilakukan
penimbangan kembali (M3). Dihitung besarnya kadar air dengan rumus :

KA=

x 100%

M1 = Berat wadah + tutup (gram)
M2 = Berat wadah + isi + tutup sebelum dioven (gram)
M3 = Berat wadah + isi + tutup setelah dioven (gram)

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis ragam pengaruh lot benih, periode simpan dan interaksinya
terhadap tolok ukur Indeks Vigor (IV), Nilai Delta, Kecepatan Tumbuh (KCT),
Daya Berkecambah (DB), Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN) dan Kadar
Air (KA) benih padi tertera pada Lampiran 1 sampai 6 dan rekapitulasinya dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Pengaruh Lot Benih, Periode
Simpan dan Interaksinya terhadap Vigor, Viabilitas Potensial,
dan Kadar Air Benih Padi (Oryza sativa L.).
Lot
Benih
(L)

Periode
Simpan
(P)

LxP

Koefisien
Keragaman (KK)

Indeks Vigor (IV)

**

**

tn

16.59% (trans)

Nilai Delta (D)

**

**

**

14.54% (trans)

Kecepatan Tumbuh (KCT)

**

**

tn

18.60%

Daya Berkecambah (DB)
Bobot Kering Kecambah
Normal (BKKN)
Kadar Air (KA)

**

**

tn

17.24%

**
**

**
*

tn
*

2.59% (trans)
4.73 %

Tolok Ukur

Keterangan :

* = berpengaruh nyata pada uji DMRT 5%
** = berpengaruh sangat nyata pada uji DMRT 5%
tn = tidak nyata
(trans) = hasil transformasi dengan rumus ( + ½).

Hasil rekapitulasi analisis ragam (Tabel 1) menunjukkan adanya interaksi
pengaruh lot benih dan periode simpan untuk Nilai Delta(D) dan Kadar Air (KA).
Faktor tunggal lot benih memberikan pengaruh yang sangat nyata untuk semua
tolok ukur yang diamati. Faktor tunggal periode simpan memberikan pengaruh
sangat nyata terhadap tolok ukur Indeks Vigor (IV), Nilai Delta (D), Daya
Berkecambah (DB), Kecepatan Tumbuh (KCT), dan Bobot Kering Kecambah
Normal (BKKN) namun hanya memberikan pengaruh nyata terhadap Kadar Air
(KA). Interaksi antara lot benih dan periode simpan memberikan pengaruh nyata
terhadap Kadar Air (KA) dan berpengaruh sangat nyata terhadap Nilai Delta (D).
Semakin lama benih disimpan, maka secara alami benih akan mengalami
deteriorasi. Viabilitas benih yang disimpan akan berangsur-angsur menurun

15

karena adanya kemunduran. Pengaruh lot benih terhadap tolok ukur vigor dan
viabilitas benih dapat dilihat pada Tabel 2. Penurunan vigor dan viabilitas benih
untuk setiap periode simpan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 2 memperlihatkan bahwa Lot benih A memiliki viabilitas yang
paling tinggi dibandingkan lot benih benih B dan lot benih C. Tingginya nilai
daya berkecambah untuk lot benih A didukung oleh tingginya nilai bobot kering
kecambah normal, indeks vigor dan juga kecepatan tumbuh. Hal ini menandakan
lot benih A memiliki laju kemunduran benih yang lambat dibandingkan lot benih
B dan lot benih C.
Indeks vigor adalah pembanding antara jumlah kecambah normal pada
hitungan pertama dengan jumlah seluruh benih yang ditanam. Kolasinka et al.
(2000) menyatakan bahwa persentase kecambah normal pada pengamatan
pertama berhubungan erat dengan kemampuan benih berkecambah di lapang
dibandingkan dengan persentase kecambah pada akhir pengamatan. Dengan
demikian pengujian indeks vigor lebih peka dan dapat mencerminkan atau
menginformasikan secara akurat potensi tumbuh dilapang dibandingkan dengan
pengujian daya berkecambah.
Lot benih B memiliki nilai indeks vigor dan bobot kering kecambah
normal yang lebih tinggi dibandingkan lot benih C (Tabel 2 dan Gambar 2).
Tingginya nilai indeks vigor untk lot benih B mengindikasikan bahwa lot benih B
memiliki potensi tumbuh di lapang yang lebih tinggi dibandingkan lot benih C.
Pengujian vigor umum digunakan untuk mengukur kemunduran benih. Indeks
vigor dapat memonitor kondisi membran sebenarnya, perkecambahan yang
rendah mengindikasikan terjadinya kerusakan membran pada benih yang telah
melewati masa simpan.
Bobot kering kecambah tertinggi dimiliki oleh lot benih A (Tabel 2).
Tingginya vigor untuk lot benih A menyebabkan reaksi-reaksi yang terjadi selama
metabolisme benih tidak terhambat oleh respirasi dan tetap tersedia energi untuk
pertumbuhan kecambah sehingga kecambah dapat tumbuh dan berkembang secara
normal.

Lot benih /Kadaluarsa (…tahun 2011)
A (15 Juni) B (10 Juli)
C (21 Juli)

Tolok Ukur
Indeks Vigor (IV)
Kecepatan Tumbuh (KCT)
Daya Berkecambah (DB)

70.09a
18.27a
89.52a

36.09b
14.89b
72.48b

25.42c
15.22b
77.33a

Bobot Kering Kecambah
Normal (BKKN

(0.12)
0.79a

(0.08)
0.77b

(0.08)
0.76b

Indeks vigor (%)

100
80
60

lot A

40

lot B
20

lot C

0
0

2

4

6

8

Periode Simpan (minggu)

10

12

Daya Berkecambah (%)

100
80
60

lot A

40

lot B
lot C

20
0
0

2

4
6
8
Periode Simpan (minggu)

10

12

KCT ( %/etmal)

25
20
15

lot A

10

lot B
5

lot C

0
0

2

4

6

8

Periode Simpan (minggu)

10

12

18

Berdasarkan semua tolok ukur yang diamati, lot benih A memiliki nilai
viabilitas dan vigor yang lebih tinggi dibandingkan lot benih B dan lot benih C.
Hal ini diduga berhubungan dengan viabilitas lot benih selama penyimpanan.
Salah satu faktornya yaitu kadar air benih. Lot benih A memiliki kadar air awal
yang rendah dibandingkan lot benih B dan lot benih C (Tabel 5). Rendahnya
kadar air awal lot benih benih akan berpengaruh terhadap kadar air benih dalam
penyimpanan. Kadar air selama penyimpanan yang tetap rendah, membuat laju
metabolisme menjadi lambat yang berakibat pada lambatnya laju deteriorasi.
Faktor internal lainya yaitu viabilitas awal benih. Diduga lot benih A
merupakan lot benih benih hasil panen musim kemarau, sehingga masak fisiologis
terjadi dengan baik. Masak fisiologis yang tepat menggambarkan viabilitas
optimal benih. Benih yang memiliki viabilitas awal tinggi akan memiliki daya
simpan yang lebih lama daripada benih dengan viabilitas awal rendah.
Tabel 3 menunjukkan bahwa terjadi penurunan viabilitas yang nyata pada
periode simpan 2 minggu berdasarkan tolok ukur indeks vigor. Jika dilihat
berdasarkan tolok ukur daya berkecambah dan bobot kering kecambah penurunan
viabilitas secara nyata baru terlihat pada periode simpan 8 minggu. Berdasarkan
kecepatan tumbuh penurunan viabilitas secara nyata terjadi pada 6 minggu
periode simpan.
Tabel 3. Pengaruh Periode Simpan terhadap Tolok Ukur Vigor, Viabilitas
Potensial dan Kadar Air.
Periode Simpan
6
8

Tolok
ukur

0

IV

58.67a

41.11bc 51.56ab

49.33ab

42.89bc

36.89cd 26.67d

Delta

(32.22)
5.44b

(49.56)
6.86a

(34.44)
5.67b

(32.00)
5.32b

(32.00)
5.52b

(34.89)
5.84b

(36.22)
5.94b

KCT

19.16a

17.77ab 17.35ab

15.95b

15.42bc

14.79bc

12.43c

DB
BKKN

90.89a
(0.14)
0.80a

90.67a
(0.14)
0.80a

86.00ab 81.33abc 74.89bcd 71.78cd 62.89d
(0.11)
(0.10)
(0.09)
(0.05)
(0.04)
0.78ab
0.78b
0.77b
0.74c
0.73c

KA

13.01b

12.96b

13.31ab

2

4

12.88b

13.07b

10

12.95b

12

13.89a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf 5%. Angka dalam kurung merupakan data asli.

19

Hal ini menunjukkan bahwa tolok ukur vigor lebih dini dalam mendeteksi
kemunduran benih dibandingkan tolok ukur viabilitas potensial. Indeks vigor
mampu mendeteksi penurunan viabilitas lebih dini dibandingkan tolok ukur
lainnya. Hal ini sesuai dengan konsep Steinbauer-Sadjad bahwa vigor benih lebih
cepat mengalami penurunan dibandingkan viabilitas potensialnya (DB) (Sadjad,
1993).
Pengaruh Interaksi Lot Benih dan Periode Simpan terhadap Nilai Delta
Nilai Delta merupakan selisih antara daya berkecambah dengan indeks
vigor. Benih yang telah memasuki masa kadaluarsa akan mengalami penurunan
viabilitas, baik viabilitas potensial maupun vigor. Awal Periode III dicirikan oleh
meningkatnya nilai delta. Nilai delta tersebut akan meningkat dan mencapai
maksimum pada titik tertentu, kemudian menurun kembali dan mencapai titik nol
menjelang akhir periode kehidupan benih. Titik dengan nilai delta maksimum
pada Periode III disebut titik anomali. Pada titik anomali tersebut benih sudah
tidak dapat berfungsi lagi sebagai benih (Sadjad, 1994). Pada saat tersebut benih
sudah tidak boleh diedarkan kembali.
Tabel 4. Pengaruh Interaksi Lot Benih dan Periode Simpan terhadap Nilai
Delta
Lot
Benih
A

Periode Simpan
0
2
4
6
8
(26.67) (22.67) (12.00)
(6.67)
(13.33)
5.19Ba 4.79Bab 3.50Bbc 2.58Cc 3.69Cbc

B

(14.00)
3.68Bb

(52.67)
7.20Aa

(50.00)
7.10Aa

(36.67) (34.67)
(36.00)
(30.67)
6.09Bab 5.91Bab 5.95ABab 5.37Aab

C

(56)
7.46Ab

(73.33)
8.59Aa

(41.33)
6.44Ab

(52.67)
7.23Ab

(48)
6.96Ab

10
(22.67)
4.76Bab

(46)
6.80Ab

12
(32)
5.68Aa

(46)
6.79Ab

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kapital yang sama pada kolom yang sama, dan
angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada baris yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%. Angka dalam kurung
merupakan data asli.

Lot benih A mengalami peningkatan nilai delta pada 6 minggu periode
simpan (Tabel 4 dan Gambar 5). Hal ini menunjukkan bahwa periode simpan 6
minggu merupakan titik akhir Periode II dan lot benih sudah masuk dalam Periode

Nilai Delta

80
70
60
50
40
30
20
10
0

lot A
lot B
lot C
0

2

4

6

8

Periode Simpan (minggu)

10

12

Lot
Benih

0

2

4

Periode simpan
6
8

10

12

10.90Bb 11.07Bb 12.05Ab 11.20Bb 11.28Bb 11.26Bb 13.63Aa
13.93Aa 13.97Aa 13.97Aa 13.64Aa 13.81Aa 13.64Aa 13.74Aa

C

14.21Aa 13.83Aa 13.90Aa 13.82Aa 14.10Aa 13.95Aa 14.31Aa

Kadar Air (%)

A
B

16
14
12
10
8
6
4
2
0

lot A
lot B
lot C
0

2

4

6

8

Periode Simpan (minggu)

10

12

22

Menurut Sutopo (2004) benih yang disimpan dengan kadar air yang lebih
tinggi akan meningkatkan kegiatan enzim yang dapat mempercepat proses
respirasi. Justice dan Bass (2002) menambahkan, semakin lama proses respirasi,
semakin banyak cadangan makanan yang digunakan. Perombakan cadangan
makanan benih menyebabkan proses metabolisme yang dapat menurunkan
viabilitas benih.
Kadar air merupakan faktor penting agar viabilitas benih dapat
dipertahankan dalam penyimpanan. Justic dan Bass (2002) menyatakan bahwa
kadar air benih akan selalu mengadakan keseimbangan dengan kelembaban nisbi
udara sekitarnya. Menurut Harington (1972), setiap kenaikan kadar air benih
sebesar 1% akan memperpendek umur benih menjadi setengahnya.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Indeks Vigor, Nilai delta dan Kecepatan Tumbuh dapat mendeteksi laju
kemunduran lebih dini dibandingkan Daya Berkecambah dan Bobot Kering
Kecambah Normal.
2. Nilai delta merupakan tolok ukur yang paling baik untuk mendeteksi laju
kemunduran dan dapat digunakan untuk menentukan perpanjangan masa edar
benih.
3. Pada penelitian ini lot benih A mencapai akhir periode II dan masuk periode
III pada periode simpan 6 minggu dan perpanjangan masa edarnya lebih dari
12 minggu. Lot benih B dan lot benih C mencapai titik anomali dimana nilai
delta maksimum pada 2 minggu setelah periode simpan. Pada lot yang diteliti
untuk lot benih B dan lot benih C hanya bisa dilakukan perpanjangan masa
edar sampai periode simpan 2 minggu.
4. Berdasarkan tolok ukur daya berkecambah, pada periode simpan 4 minggu lot
benih A memiliki nilai daya berkecambah sebesar 91.3%, lot benih B 80.67%
dan lot benih C 86%, tetapi berdasarkan nilai delta ketiga lot benih tersebut
dapat dibedakan secara nyata dimana lot A memiliki nilai delta 32, lot benih B
dan C sudah menunjukkan peningkatan nilai delta secara nyata dengan nilai
delta 52.67 dan 73.33 pada 2 minggu periode simpan.

Saran
Diperlukan adanya penelitian lebih lanjut dengan menggunakan lot yang
lebih banyak.

DAFTAR PUSTAKA
Association of Official Seed Analysts. 1983. Seed Vigor Testing Handbook. The
Seed Vigor Test Committee of The Association of Official Seed Analysts.
Contribution No.32.
Badan Pusat Statistik. 2010. Data Tanaman Pangan. http://www.bps.go.id
[1 Desember 2010].
. 2011. Data Tanaman Pangan. http://www.bps.go.id
[27 November 2011].
Basoeki, T.R. 1993. Pengujian Ulang Benih Kedelai Varietas Orba yang
Disimpan Sampai Batas Kadaluarsa dalam Variasi Kadar Air, Suhu, dan
Kelembaban Nisbi dengan Menggunakan MPC IPB 77-1 M. Tesis.
Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor 100 hal.
Copeland, L.O. and M. B. McDonald. 2001. Principles of Seed Sience and
Technology. Fourth edition. Kluwer Academic Publisher. London. 467 p.
Departemen Pertanian. 2008. Pelatihan untuk Fasilitator (TOT) Sekolah-sekolah
Lapangan
Penyilangan
Benih.
http://api-indonesia.blogspot.com.
[27November 2011].
Dina., Hartati., Tukiman, dan Ismiatun. 2006. Pengujian Vigor Benih : Telaah
Prospek Penerapannya di Indonesia 4(4):13-19.
Direktorat Perbenihan Dirjen Tanaman Pangan. 2009. Persyaratan dan Tata Cara
Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan. Direktorat perbenihan Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan. Jakarta. 90 hal.
Dirjen Tanaman Pangan. 2007. Konsepsi Subsidi Benih. Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan. Jakarta. 27 hal.
Ferdianti, H. 2007. Uji Vigor Daya Simpan dan Vigor Kekuatan Tumbuh pada
Beberapa Galur Gandum (Triticum aestivum L.). Skripsi. Program Sarjana,
Institut Pertanian Bogor. 38 hal.
Ilyas, S. 2010. Ilmu dan Teknologi Benih. Teori dan Hasil-hasil Penelitian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor. 95 hal.
International Seed Testing Association. 2007. International Rules of Seed Testing.
International Seed Testing Association. Zurich
Ismattullah. 2003. Studi Penciri Mutu Benih Kedelai (Glycine max (L) Merrill)
Varietas Wilis Selama Penyimpanan. Skripsi. Program Sarjana, Institut
Pertanian Bogor. 39 hal.

25

Ismunadji, M., P. Soetjipto., S. Mahyuddin dan W. Ali. 1993. Padi. Cetakan ke-2.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. 652 hal.
Justice, O.L. dan L.N. Bass. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih.
(diterjemahkan dari: Principles and Seed Storage Practices, penerjemah:
R. Roesli). PT Raja GrafindoPersada. Jakarta. 387 hal.
Kolasinka, K., J. Szyrmer, and S. Dul. 2000. Relationship between Laboratory
Seed Quality Test and Field Emrgence of Common Bean Seed. Crop Sci.
(40):470-475.
Lazarde,
I.
2011.
Swasembada
Pangan
http://www.republika.co.id. [1 Desember 2011].

Kekurangan

Benih.

Lindayanti, M. 2006. Pengujian Vigor pada Beberapa Varietas Padi (Oryza
sativa) dengan Metode Accelerated Ageing (AA) Setelah Masa Simpan 6
(Enam) Bulan. Jurnal Vigor 4(4):9-10.
Mugnisyah, W.Q. dan A. Setiawan. 2004. Produksi Benih. Bumi Asih. Jakarta.
129 hal.
Nugraha, U.S., Rasam, dan S. Wahyuni. 2003. Evaluasi Validitas Metode
Pengujian Daya Berkecambah Benih Padi. Jurnal Pertanian Penelitian
Tanaman Pangan 22(2):71-76.
Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Jakarta. 144 hal.
. 1994. Kuantifikasi Metabolisme Benih. PT Gramedia Widiasarana
Indonesia. Jakarta.145 hal.
, E. Murniati, dan S. Ilyas. 1999. Parameter Pengujian Vig