Formulasi Tablet Effervescent dari Ekstrak Kunyit Putih [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe] dengan Konsentrasi Efferfescent Mix yang Berbeda
FORMULASI TABLET EFFERVESCENT DARI EKSTRAK
KUNYIT PUTIH [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe] DENGAN
KONSENTRASI EFFERVESCENT MIX YANG BERBEDA
CITRA REGINA BARUS
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Formulasi Tablet
Effervescent dari Ekstrak Kunyit Putih [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe]
dengan Konsentrasi Effervescent Mix yang Berbeda adalah benar karya saya
dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Citra Regina Barus
NIM F34090119
ABSTRAK
CITRA REGINA BARUS. Formulasi Tablet Effervescent dari Ekstrak Kunyit
Putih [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe] dengan Konsentrasi Effervescent Mix
yang Berbeda. Dibimbing oleh CHILWAN PANDJI.
Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe yang dikenal dengan nama kunyit putih
adalah tanaman obat yang digunakan untuk mengobati berbagai penyakit,
termasuk kanker. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh formulasi tablet
effervescent dan mengetahui karakter fisik tablet yang nantinya dapat digunakan
sebagai minuman sehat komersial. Tablet dibuat dengan metode granulasi basah
pada kondisi kelembapan relatif yaitu maksimum 25% dengan suhu 25 o.
Formulasi tablet effervescent dilakukan dengan membuat variasi jumlah
effervescent mix dalam tiga formulasi. Hasil evaluasi sediaan didapatkan bahwa
hanya satu dari tiga formulasi telah memenuhi syarat yaitu formulasi II. Formulasi
I tidak memenuhi syarat waktu larut (> 2 menit) dan formulasi III tidak memenuhi
syarat keregasan (>1%). Pada uji statistik kesukaan menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan signifikan terhadap penampakan dan warna tablet effervescent.
Kata kunci: kunyit putih, tablet effervescent
ABSTRACT
CITRA REGINA BARUS. Effervescent Tablet Formulation of White Turmeric
Extract [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe] with Different Effervescent Mix
Concentrations. Supervised by CHILWAN PANDJI.
Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe known as white turmeric is a medicinal
plant used in treating various diseases, including cancer. The purpose of this study
is to obtain an effervescent tablet formulation and determine its physical
characteristics that can later be used as a healthy beverage commercial. Tablets
were made by wet granulation method on the condition of the maximum relative
humidity 25% with a temperature of 25o. Effervescent tablet formulation was
done by varying the amount of effervescent mix in three formulations. Preparation
of evaluation showed that only one of the three formulation had qualified which
was the formula II. Formula I was not eligible due to it has late time (> 2 min) and
the formula III was not eligible due to it is friable (>1%). At hedonic statistical
test showed that there was a significant difference in the appearance and color of
effervescent tablets.
Keywords : white turmeric, effervescent tablet
FORMULASI TABLET EFFERVESCENT DARI EKSTRAK
KUNYIT PUTIH [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe] DENGAN
KONSENTRASI EFFERVESCENT MIX YANG BERBEDA
CITRA REGINA BARUS
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknologi Industri Pertanian
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Formulasi Tablet Effervescent dari Ekstrak Kunyit Putih [Curcuma
zedoaria (Berg.) Roscoe] dengan Konsentrasi Efferfescent Mix
yang Berbeda
Nama
: Citra Regina Barus
NIM
: F34090119
Disetujui oleh
Drs Chilwan Pandji, AptMSc
Pembimbing
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala karunia dan limpahan rahmat-Nya, sehingga penyusunan skripsi berjudul
“Formulasi Tablet Effervescent dari Ekstrak Kunyit Putih [Curcuma zedoaria
(Berg.) Roscoe) dengan Konsentrasi Efferfescent Mix yang Berbeda” berhasil
diselesaikan. Tema yang diangkat dalam penelitian yang dilaksanakan selama
Maret sampai Juli 2013.
Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan teristimewa kepada:
1. Drs Chilwan Pandji, Apt MSc, selaku Pembimbing Akademik atas perhatian
dan bimbingannya selama penelitian dan penyelesaian skripsi
2. Prof Dr Ono Suparno, STP MT dan Dr Endang Warsiki, STP MS, selaku
dosen penguji
3. Ayahanda Aman Barus dan Ibunda Nurhayati Keliat beserta keluarga besar
atas doa, semangat, dan kasih sayangnya
4. Keluarga besar TIN 46 atas keceriaan dan kenangan indah tak terlupakan
5. Seluruh sanak dan kerabat yang tidak bisa disebutkan satu-persatu
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2013
Citra Regina Barus
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Ruang Lingkup Penelitian
3
TINJAUAN PUSTAKA
3
Kunyit Putih
3
Tablet Effervescent
5
METODE
6
Alat
6
Bahan
6
Metode Penelitian
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Proksimat
9
9
Kecepatan Alir Granul
10
Sudut Diam Granul
11
Kompresibilitas Granul
11
Kadar Air Tablet
12
Nilai pH Tablet
13
Tebal dan Diameter Tablet
14
Waktu Larut Tablet
15
Kekerasan Tablet
16
Keregasan Tablet
17
Uji Organoleptik
17
SIMPULAN DAN SARAN
20
Simpulan
20
Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
21
LAMPIRAN
24
RIWAYAT HIDUP
48
DAFTAR TABEL
1 Formulasi tablet effervescent kunyit putih
2 Perbandingan karakteristik proksimat serbuk kunyit putih hasil
penelitian dengan SNI simplisia kering untuk bahan obat dan Lanny
7
9
DAFTAR GAMBAR
1 Kunyit Putih
2 Diagram alir proses pembuatan tablet effervescent ekstrak kunyit putih
3 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap kecepatan alir granul
4 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap sudut diam granul
5 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap kompresibilitas granul
6 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap kadar air tablet
7 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap pH
8 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap tebal tablet
9 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap diameter tablet
10 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap waktu larut
11 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap kekerasan tablet
12 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap keregasan tablet
13 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap penampakan tablet
14 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap warna tablet
15 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap aroma tablet
16 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap rasa
3
8
10
11
12
13
14
15
15
16
17
17
18
19
19
20
2 Foto granul effervescent dan tablet effervescent ekstrak kunyit putih
3 Tabel anova respon kecepatan alir granul (α = 5%)
4 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon sudut diam granul
(α = 5%)
5 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon kompresibilitas
granul (α = 5%)
6 Tabel anova respon kadar air tablet (α = 5%)
7 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon nilai pH tablet
(α = 5%)
8 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon tebal tablet
(α = 5%)
9 Tabel anova respon diameter tablet (α = 5%)
10 Tabel anova respon waktu larut tablet (α = 5%)
11 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon kekerasan tablet(α =
5%)
12 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon keregasan tablet(α =
5%)
13 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon penampakan tablet
(α = 5%)
14 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon warna tablet(α =
5%)
15 Tabel anova respon aroma (α = 5%)
16 Tabel anova respon rasa (α = 5%)
17 Prosedur analisis proksimat kunyit putih
18 Granulasi asam dan granulasi basa
19 Analisis Granul Effervescent
20 Analisis Tablet Effervescent
21 Perhitungan konversi dosis ekstrak kunyit untuk manusia
22 Perhitungan stoikiometri reaksi effervescent untuk masing-masing
formulasi
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
42
43
44
45
46
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penggunaan tanaman tradisional sebagai jamu atau obat masih berlangsung
pada sebagian besar masyarakat Indonesia. Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe
atau yang dikenal dengan nama kunyit putih adalah salah satu contoh tanaman
yang mempunyai efek dalam pengobatan secara tradisional. Kunyit putih ini
memang belum banyak dikenal oleh masyarakat karena istilah kunyit identik
dengan kunyit (Curcuma domestica Val.) yang memiliki warna kuning khas pada
daging rimpangnya. Adapun khasiat dari kunyit putih tidak kalah dengan khasiat
kunyit (Curcuma domestica Val.) karena beragam kandungan kimia yang dimiliki
olehnya.
Syukur (2003) menyebutkan bahwa komponen rimpang kunyit putih
mengandung zat berkhasiat antara lain kurkuminoid (diarilheptanoid), minyak
atsiri, dan polisakarida. Kurkuminoid yang telah diketahui meliputi kurkumin,
dimetoksikurkumin, bisdemetoksikurkumin, dan 1,7-bis (4-hidroksifenil)-1,4,6heptatrien-3-on. Senyawa penanda pada minyak atsiri kunyit putih terdapat pada
turunan seskuiterpennya yang terdiri dari isogermafuren, zedoaron (kurzerenon),
furanogermenon, kurkumol, dan kurdion (Yunianto 2008).
Kandungan kunyit putih yang beragam diketahui dapat digunakan sebagai
antikanker, antitumor, antiinflamasi, antibakteri, peluruh haid, pereda sakit perut,
dan sakit gigi (Syukur 2003) namun khasiat yang paling dikenal pada kunyit putih
adalah antikanker. Hal tersebut diperkuat oleh penelitian yang telah dilakukan
oleh Pratiwi (2006) bahwa terjadi penghambatan aktivitas tirosin kinase (enzim
pemicu kanker) pada kelinci yang dihasilkan dengan pemberian ekstrak etanol
rimpang kunyit putih konsentrasi 700 ppm. Haryadi (2008) dalam penelitiannya
juga membuktikan bahwa terjadi efek penghambatan tumorigenesis pada kelinci
yang diberi ekstrak etanol kunyit putih konsentrasi 250 mg/kg. Selain
menghambat metabolisme kanker, pemberian kurkumin dan ekstrak etanol
rimpang kunyit putih juga mampu mempertahankan temperatur tubuh, frekuensi
jantung dan frekuensi nafas dalam kisaran normal pada tubuh yang terkena kanker
(Vibowo 2008). Selanjutnya Windono (2002) membuktikan bahwa senyawa
demetoksikurkumin dari kunyit putih memiliki bioaktivitas hambatan terhadap sel
OVCAR-3 atau sel kanker ovarium. Turunan seskuiterpen kunyit putih (kurkumol
dan kurdion) juga diketahui memiliki efek sitotoksik terhadap sel sarkoma-37 dan
karsinoma serviks-U14 pada tikus (Sahib 2010).
Pemanfaatan kunyit putih sejauh ini masih dalam batas penelitian seperti
kandungan zat aktif dan efek pemberian ekstrak rimpang kunyit putih pada hewan
percobaan. Belum ada yang memanfaatkan kunyit putih sebagai produk yang
dapat dikonsumsi oleh manusia padahal khasiat yang dimilikinya sangat banyak.
Pada penelitian ini kunyit putih diolah menjadi bentuk sedian obat yaitu tablet
effervescent yang belum pernah dilakukan oleh penelitian sebelumnya. Penelitian
ini juga didasari oleh ketersediaan obat-obatan yang mengandung herbal saat ini
kebanyakan masih berbentuk kapsul dan tablet. Formulasi yang tepat dalam
pengolahan bahan alam menjadi suatu bentuk sediaan yang mudah diterima
masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kepraktisan dan minat masyarakat
2
dalam mengkonsumsi obat bahan alam. Salah satu upaya untuk meningkatkan
kepraktisan dan minat masyarakat tersebut adalah dengan membuat kunyit putih
dalam bentuk ekstrak dan selanjutnya diformulasi dalam bentuk sediaan tablet
effervescent sehingga nantinya dapat digunakan sebagai alternatif pencegahan dan
pengobatan kanker.
Tablet effervescent adalah tablet yang menghasilkan gas CO2 sebagai hasil
reaksi dari asam organik dan basa karbonat dengan cairan pelarutnya (Lachman
1994). Keuntungan dari bentuk sediaan ini adalah dalam hal penyiapan larutan
dalam waktu seketika yang mengandung dosis obat yang tepat sehingga mudah
diabsorpsi oleh tubuh (Lestari 2007). Tablet effervescent juga menghasilkan rasa
yang enak karena adanya karbonat yang membantu memperbaiki rasa beberapa
obat tertentu (Lachman 1994).
Formulasi dengan variasi konsentrasi effervescent mix (asam sitrat, asam
tartarat, dan natrium karbonat) pada penelitian ini menjadi variabel yang
digunakan untuk mengetahui hasil respon terbaik. Konsentrasi effervescent mix
yang berbeda akan berpengaruh terhadap sifat alir dari granul effervescent yang
terbentuk. Sifat alir granul effervescent akan menunjukkan tingkat keseragaman
dari bentuk, ukuran, bobot, dan kelembapan granul (Aulton 1998). Kesempurnaan
granul akan mempengaruhi karakter fisik tablet seperti kadar air, pH, kekerasan,
tebal dan diameter, keregasan, serta organoleptik dari tablet yang dicetak.Didasari
hal tersebut maka diperlukan adanya suatu formulasi dengan konsentrasi
effervescent mix terbaik yang diharapkan mampu memberikan karakteristik fisik
dan organoleptik yang optimal pada tablet effervescent ekstrak kunyit putih.
Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengaruh formulasi dengan konsentrasi effervescent mix
yang berbeda terhadap granul dan tablet yang dibuat?
2. Formulasi manakah yang memberikan hasil terbaik dari semua respon?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik tablet effervescent
dan mendapatkan formulasi tablet effervescent ekstrak rimpang kunyit putih
terbaik dilihat dari karakteristik fisik dan sifat organoleptik yang disukai oleh
panelis.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif sediaan
pencegahan dan pengobatan kanker yang berasal dari bahan alam, sehingga dapat
bermanfaat bagi bidang kesehatan dan farmasi serta menambah daya guna
rimpang kunyit putih.
3
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi :
1. Pembuatan ekstrak kunyit putih dan pengeringannya dengan spray dryer
2. Pembuatan tablet effervescent
3. Pengujian yang meliputi analisis granul (waktu alir, sudut diam, dan
kompresibilitas) , analisis tablet effervescent (pH, kadar air, keregasan,
kekerasan, waktu larut, tebal, dan diameter), serta uji organoleptik.
TINJAUAN PUSTAKA
Kunyit Putih
Salah satu kekayaan alam bangsa Indonesia yang dapat dijadikan bahan obat
alami adalah kunyit putih [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe]. Penampakan
rimpang kunyit putih dapat dilihat pada Gambar 1. Kunyit putih dapat
diklasifikasikan sebagai berikut.
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospemae
Kelas : Monocotylodonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe
Gambar 1 Kunyit Putih
Komponen kimia pada rimpang kunyit putih adalah kurkuminoid
(diarilheptanoid), minyak atsiri, polisakarida, dan golongan lain. Kurkuminoid
yang diketahui meliputi kurkumin, dimetoksikurkumin, bisdimetoksikurkumin,
dan 1,7-bis (4- hidroksifeni1)-1,4,6-heptatrien-3-on (Syukur 2003). Kandungan
minyak atsiri dalam rimpang kunyit putih cukup banyak dengan rendemen sekitar
2% (Mardiana 2002). Minyak atsiri berupa cairan kental kuning emas yang
mengandung monoterpen dan seskuiterpen. Berdasarkan tingkat oksidasinya,
monoterpen temu putih terdiri dari monoterpen hidrokarbon apinen, d-kamfen,
monoterpen alkohol, d-borneol, monoterpenketon, d-kamfor, monoterpen oksida
dan sineol (Syukur 2003). Turunan seskuiterpen yang sekaligus menjadi senyawa
aktif penanda bagi kunyit putih antara lain isogermafuren, zedoaron (kurzerenon),
4
furanogermenon, kurkumol, dan kurdion (Yunianto 2008). Kandungan lainnya
meliputi etil-pmetoksisinamat, 3,7-dimetilin, dan 5-asam karboksilat (Syukur
2003).
Rimpang kunyit putih memiliki beberapa peran penting dalam pengobatan
beberapa penyakit antara lain antikanker, antiinflamasi (antiradang), melancarkan
aliran darah, tonik pada saluran cerna, peluruh haid (emenagog), dan peluruh
kentut (Syukur 2003). Khasiat lain dari kunyit putih antara lain sebagai
antiflogostik, koleretik, stomakik, antipiretik (Soedibyo 1993), pelega nyeri perut,
fibrinolitik, serta antineoplastik (Utami 2000) namun khasiat yang paling populer
adalah kemampuan kunyit putih untuk melawan sel kanker. Banyak jenis rimpang
yang mampu untuk meredam sel kanker, namun hanya Curcuma zedoaria (Berg.)
Roscoe yang mempunyai khasiat dan efektifitas yang lebih tinggi sebagai
antikanker (Syukur 2003).
Hal ini diperkuat dari hasil penelitian dari American Institute Cancer Report
(New York Times) pada 1 Juni 1999 menyatakan bahwa kunyit putih memiliki zat
yang khas yaitu RIP (Ribosome Inacting Protein). RIP ini tidak dimiliki oleh jenis
rimpang lain. RIP berperan sebagai penghambat laju perkembangan sel kanker
yang menonaktifkan pertumbuhan sel kanker, meluruhkan sel kanker tanpa
merusak jaringan di sekitarnya, dan memblokir pertumbuhan sel kanker
(Syukur 2003). Sementara itu, Windono (2002) membuktikan bahwa ekstrak
etanol rimpang temu putih mampu menghambat aktivitas sel-sel OVCAR-3 (sel
kanker ovarium manusia) dan bioaktivitas tersebut dihasilkan dari senyawa aktif
demetoksikurkumin. Menurut Jang (2001) ekstrak kasar metanol temu putih
mampu menghambat faktor nekrosis tumor-alfa (α-TNF), yaitu suatu peptida yang
berperan penting pada radang dan pertahanan tubuh.
Pratiwi (2006) melaporkan bahwa terjadi penghambatan aktivitas tirosin
kinase (enzim pemicu kanker) pada kelinci yang dihasilkan dengan pemberian
ekstrak etanol rimpang kunyit putih konsentrasi 700 ppm. Efek penghambatan
tumorigenesis pada kelinci yang diberi ekstrak etanol kunyit putih konsentrasi 250
mg/kg juga telah dibuktikan oleh Haryadi (2008). Selain menghambat
metabolisme kanker, pemberian kurkumin dan ekstrak etanol rimpang kunyit
putih juga mampu mempertahankan temperatur tubuh, frekuensi jantung, dan
frekuensi nafas dalam kisaran normal pada tubuh yang terkena kanker (Vibowo
2008). Agus Hewijanto pada penelitiannya tahun 1990 menginjeksikan ekstrak
kunyit putih yang mengandung kurkumol dan kurdion dengan dosis 75 mg/kg
pada kelompok tikus yang terserang tumor mammari. Rangkaian reaksi kekebalan
pada tikus diamati dengan berkurangnya tumor yaitu ditandai dengan
perkembangan pada fibroblast yang mengelilingi sel-sel kanker. Di bawah
mikroskop elektron, kelompok perlakuan memperlihatkan adanya perubahan yang
nyata pada nukleus sel-sel neoplastik pada tikus tersebut terutama ditunjukkan
dengan berkurangnya perbandingan nukleus terhadap sitoplasma (Hewijanto
1990).
Sebagai antikanker, pertama-tama kurkumin dan kurdion dikaitkan dengan
aktivitasnya sebagai antiinflamasi yaitu sebagai inhibitor enzim cyclooxygenase,
enzim yang mengkatalisis sintesis prostanoid dari asam arakidonat (Sengadji
2010). Prostanoid dibentuk karena terdapat rangsangan dari mitogen seperti
kerusakan atau stres sel (kanker). Semakin banyak sel yang rusak maka akan
terjadi overproduksi prostanoid yang menyebabkan inflamasi (radang). Oleh
5
karena itu, kurkumin dan kurdion menghambat kerja enzim cyclooxygenase yang
akan mensintesis prostanoid (Sengadji 2010). Menurut Meiyanto 1999, kurkumin
juga memiliki efek memacu proses apoptosis yaitu proses kematian sel terutama
sel kanker dalam rangka mempertahankan integritas tubuh secara keseluruhan.
Melalui minyak atsiri yang dikandungnya, kunyit putih selain sebagai zat
antikanker juga berpotensi sebagai zat antioksidan untuk mencegah kerusakan gen
(Chyau 2002). Curcuma zedoaria juga memberikan efek analgesik yaitu
penurunan stimulus nyeri yang diterima syaraf pusat saat nyeri perut atau gigi
(Nuratmi 2003).
Tablet Effervescent
Tablet effervescent didefinisikan sebagai sediaan obat padat yang
menghasilkan gelembung CO2 sebagai hasil reaksi dari penguraian basa karbonat
akibat penetralan oleh asam dalam cairan pelarutnya (Lachman 1994). Reaksinya
berlangsung sangat cepat dan biasanya selesai dalam waktu satu menit atau
kurang (Aulton 1998). Gas CO2 yang terbentuk dapat memberikan rasa segar,
sehingga rasa getir atau pahit dapat tertutupi (Lachman 1994). Selain itu Gas CO2
tersebut membantu mempercepat hancurnya tablet dan meningkatkan kelarutan
zat aktif (Aulton 1998). Pemilihan tablet effervescent memiliki kelebihan dalam
hal ketepatan dosis, rasa yang dihasilkan, praktis, dan mudah diabsorpsi oleh
tubuh (Voight 1994).
Kandungan tablet effervescent merupakan campuran antara asam dan basa.
Sumber asam yang digunakan adalah asam-asam makanan seperti asam sitrat dan
asam tartarat. Menurut Rowe (2009) asam sitrat (C6H8O7) berbentuk serbuk kristal
putih, tidak berbau, dan memiliki tingkat keasaman yang setara dengan asam
tartarat. Asam tartarat (C4H6O6) juga merupakan sumber asam yang sangat mudah
larut dalam air dan berbentuk serbuk kristal putih serta tidak berbau (Rowe 2009).
Sumber asam akan berkolaborasi dengan garam karbonat untuk menghasilkan gas
karbondioksida dalam larutan (Lachman 1994). Sumber basa yang biasa
digunakan adalah garam karbonat kering seperti natrium karbonat (Na 2CO3)
karena kemampuannya untuk menghasilkan gas CO2. Natrium karbonat
merupakan sumber basa dengan bentuk serbuk kristal, berwarna putih, tidak
berbau, dan mudah larut dalam air (Rowe 2009).
Pada pembuatan tablet effervescent juga dibutuhkan bahan pengisi,
pengikat, pelumas (pelincir), dan pemanis. Bahan pengisi diperlukan bila dosis
obat tidak cukup untuk mencapai bobot tablet dan volume yang diinginkan serta
ditambahkan untuk memperbaiki daya kohesi untuk memacu aliran granul
(Lachman 1994). Laktosa merupakan bahan pengisi yang paling banyak
digunakan karena mudah larut dalam air, berbentuk serbuk, dan cenderung stabil
(Rowe 2009). Bahan pengikat berfungsi sebagai perekat yang mengikat
komponen dalam bentuk serbuk menjadi granul sampai menjadi tablet pada proses
pengempaan (Lachman 1994). PVP (Polivinil Pirolidon) dipilih sebagai pengikat
karena memiliki sifat mudah larut dalam air, alkohol, dan pelarut organik lain,
serta daya simpan yang lebih lama (Rowe 2009). Bahan pelumas atau pelincir
memiliki tiga fungsi yaitu mengatur aliran granul yang akan ditabletasi,
memisahkan tablet dengan dinding ruang cetak, dan mengurangi gesekan antara
dinding dalam lubang ruang cetak dan permukaan sisi tablet (Ansel 1985).
6
Magnesium stearat adalah bahan pelincir yang memiliki tekstur serbuk berwarna
putih namun agak sukar larut dalam air (Rowe 2009). Pemberi rasa pada sediaan
farmasi dimaksudkan untuk menyembunyikan rasa obat yang tidak disukai
(Fudholi 1983). Pemanis yang digunakan adalah campuran sukralosa dan sorbitol.
Pemanis ini biasa digunakan untuk diabetary sugar (Rowe 2009). Sukralosa
memiliki tingkat kemanisan 600 kali lebih manis daripada sukrosa, sedangkan
sorbitol 0,5-0,7 kali (Rowe 2009).
Proses pembuatan tablet effervescent diperlukan kondisi yang berbeda
dengan pembuatan tablet pada tablet konvensional. Pembuatan tablet effervescent
diperlukan kondisi khusus yaitu pada kelembaban relatif kurang lebih 25% dan
suhu 25oC (Lachman 1994). Pembuatan tablet effervescent dibuat memakai
metode umum yaitu metode granulasi basah. Granulasi adalah suatu proses
pengubahan partikel-partikel serbuk menjadi bulatan-bulatan dalam bentuk
beraturan yang disebut granul (Voight 1994) sehingga butiran yang diperoleh
memiliki daya lekat dan sifat alir yang baik (Lachman 1994). Metode granulasi
basah adalah metode yang membentuk granul dengan jalan mengikat serbuk
dengan suatu perekat sebagai pengganti pengompakan (Aulton 1998). Teknik ini
membutuhkan larutan, suspensi, atau bubur yang mengandung pengikat yang
ditambahkan dalam campuran serbuk namun dapat pula dimasukkan kering ke
dalam campuran serbuk dan cairan dapat ditambahkan sendiri (Lachman 1994).
Cara yang mudah untuk menentukan titik akhir dari tahapan penggranulasian ini
adalah dengan menekan massa pada telapak tangan (Lachman 1994). Bila remuk
pada tekanan sedang maka campuran itu telah siap untuk proses selanjutnya yang
terdiri dari pengayakan basah untuk meningkatkan luas permukaan saat
pengeringan, pengeringan, pengayakan kembali, dan proses pencetakan tablet
(Voight 1994).
METODE
Bahan
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah rimpang kunyit
putih [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe] yang berumur antara 10-12 bulan,
etanol 96%, akuades, maltodekstrin. Dalam tahap pembuatan granul dan tablet
digunakan asam tartarat, asam sitrat, natrium karbonat, laktosa, magnesium
stearat, gula sukralosa dan sorbitol, serta polivinil pirolidon (PVP).
Alat
Alat yang digunakan selama penelitian adalah neraca analitik, disc mill,
peralatan maserasi yang dirancang dengan pengaduk kecepatan 200 rpm dan
pemanas, rotary evaporator, spray dryer, oven, pengayak 14 mesh, pengayak 16
mesh, granule flow tester, bulk density tester, alat pencetak tablet single punch,
tablet hardness tester, friabilitimeter, dan pH meter Beckman.
7
Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan terdiri atas tahap pra-pendahuluan, pendahuluan,
dan penelitian utama. Tahap pra-pendahuluan merupakan penyiapan bahan baku
berupa rimpang kunyit putih menjadi serbuk kunyit putih. Tahap pendahuluan
merupakan konversi serbuk kunyit putih menjadi ekstrak kering kunyit putih,
sedangkan tahap penelitian utama adalah pembuatan tablet effervescent dan ujiujinya. Diagram alir persiapan bahan hingga pembuatan tablet effervescent
disajikan pada Gambar 2.
Penentuan formulasi tablet effervescent yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan modifikasi formulasi dari Hidayati (2007). Modifikasi dilakukan
terhadap jenis ekstrak dan jumlah asam sitrat, asam tartarat dan natrium karbonat
(effervescent mix). Ekstrak kunyit putih yang digunakan berdasarkan perhitungan
pada Lampiran 21.
Perlakuan yang dicobakan pada penelitian ini adalah variasi konsentrasi
effervescent mix terhadap berat total tablet effervescent (@ 2.5 gram).
Perbandingan asam sitrat : asam tartarat : natrium karbonat yang digunakan pada
formulasi adalah tetap yaitu 18 : 28 : 54 (Hidayati 2007). Formulasi tablet
effervescent ekstrak kunyit putih untuk masing-masing formulasi disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1 Formulasi tablet effervescent ekstrak kunyit putih
Bahan (mg)
F1 (%)
F2(%)
F3(%)
Ekstrak
3.5
3.5
3.5
Laktosa
43.5
38.5
33.5
Asam Sitrat
8.1
9
9.9
Asam Tartarat
12.6
14
15.4
Natrium Karbonat
24.3
27
29.7
Mg Stearat
1
1
1
Pemanis
2
2
2
PVP
5
5
5
Keterangan :
F1 = formulasi dengan konsentrasi effervescent mix 45%
F2 = formulasi dengan konsentrasi effervescent mix 50%
F3 = formulasi dengan konsentrasi effervescent mix 55%
Rimpang kunyit putih, etanol 96%, akuades,
maltodekstrin, asam tartarat, asam sitrat, natrium
karbonat, laktosa, mg-stearat, sukralosa dan sorbitol,
dan PVP.
Pencucian rimpang kunyit putih, pengirisan, dan
penjemuran di bawah sinar matahari selama 4 hari
Pengeringan dengan oven yang dilengkapi dengan blower kemudian ditimbang
untuk massa awal dan pengecilan ukuran dengan disc mill dan blender, serta
pengayakan dengan ayakan 50 mesh kemudian ditimbang massa akhir untuk
mendapatkan rendemen
8
Analisis proksimat serbuk : kadar air, kadar abu, kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut
air, kadar sari larut etanol, kadar lemak, kadar protein, dan kadar karbohidrat (Lampiran 17)
Maserasi serbuk dengan etanol 96%, 4jam, 200 rpm. Ekstrak cair dan
ampas didapatkan dari pemisahan dengan pompa vakum
Pemekatan dengan rotary evaporator menjadi ekstrak kental dan pengeringan
ekstrak kental dengan spray dryer menjadi serbuk ekstrak kering
Granulasi bagian asam dan granulasi bagian basa
(Lampiran 18)
Evaluasi granul : kecepatan alir, sudut diam, dan kompresibilitas granul (Lampiran 19)
Penambahan Mg-stearat dan pencetakan tablet
Tablet dievaluasi terhadap : kadar air, pH, waktu larut, kekerasan, keregasan, tebal dan diameter,
serta uji organoleptik (Lampiran 20)
Gambar 2 Diagram alir proses pembuatan tablet effervescent ekstrak
kunyit putih (modifikasi dari : Ningsih 2010)
Model rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan
menggunakan tiga taraf yaitu konsentrasi effervescent mix (45%, 50% dan 55%).
Model matematik :
Yij = μ + τi + εij
Keterangan :
Yij : variable yang akan dianalisis
i : 1,2,….k
j : 1,2,….n
μ : rataan umum
αi : efek blok ke-i
τi : efek perlakuan ke-i
εij : error blok ke-i, perlakuan ke-j
Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis ragam (ANOVA). Apabila
hasil analisis ragam berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan uji Newman-Keuls.
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Proksimat Serbuk Kunyit Putih
Analisis proksimat adalah suatu metode analisis kimia untuk
mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, dan lemak pada
suatu zat makanan dari bahan pangan. Analisis ini memiliki manfaat sebagai
penilaian kualitas bahan pangan terutama pada standard zat makanan yang
seharusnya terkandung di dalamnya (Fardiaz 1992). Hasil analisis proksimat
terhadap serbuk kering kunyit putih disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Perbandingan karakteristik proksimat serbuk kunyit putih hasil penelitian
dengan SNI simplisia kering untuk bahan obat dan penelitian oleh Lanny
(2005)
Karakteristik
Rendemen (%)
Kadar air (%)
Kadar abu (%)
Serbuk Kunyit
Putih
96.28
8.35
5.97
Kadar abu tidak larut 0.36
asam (%)
Kadar sari larut air (%) 18.98
Kadar
sari
larut
alkohol (%)
Kadar protein (%)
Kadar lemak (%)
Kadar karbohidrat (%)
10.67
9.40
2.58
73.34
SNI 01-7087-2005
Maksimal 12
Tidak lebih
9%
Tidak lebih
1.6%
Tidak kurang
15%
Tidak kurang
10%
-
Lanny (2005)
7.13
dari 6.94%
dari 0.33%
dari 21.11%
dari 12.09%
-
Kadar air yang terkandung dalam bahan cukup rendah yaitu sebesar 8.35%.
Kadar air yang tinggi akan menyebabkan bahan menjadi mudah rusak ketika
disimpan karena adanya pertumbuhan mikroba dan aktivitas enzim penyebab
kerusakan (Fardiaz 1992). Hasil analisis kadar abu yang diperoleh sebesar 5.97%.
Kadar abu merupakan parameter yang menunjukkan banyaknya bahan anorganik
yang terdapat dalam bahan (Apriyantono 1989). Pengujian kadar abu tidak larut
asam dilakukan untuk melihat adanya kandungan mineral yang tidak larut asam
(HCl). Dari hasil pengujian diketahui bahwa kadar abu tidak larut asam dalam
bahan sesuai dengan kriteria mutu (tidak lebih dari 1.6%). Nilai kadar sari larut air
yang lebih besar menunjukkan zat-zat yang berkhasiat yang ada dalam kunyit
putih dapat larut lebih baik dalam air dibandingkan dengan etanol. Kadar sari
yang larut dalam air atau alkohol menunjukkan adanya zat berkhasiat yang dapat
terlarut dalam pelarut yang digunakan (Gaman 1992). Semakin tinggi kadar yang
dihasilkan berarti semakin tinggi kandungan zat berkhasiatnya. Kadar lemak yang
terdapat dalam serbuk kunyit putih cukup rendah yaitu sebesar 2.58%. Bahan
pangan yang mengandung kadar lemak banyak mengindikasikan bahwa bahan
10
tersebut banyak mengandung lemak atau minyak (Fardiaz 1992). Kadar protein
terlarut juga didapatkan hasil yang cukup rendah yang mengindikasikan bahwa
jumlah asam-asam amino yang terkandung juga kecil (Fardiaz 1992). Kadar
karbohidrat yang tinggi dari hasil menunjukkan tingginya kandungan karbon
(Apriyantono 1992) yang dimiliki kunyit putih.
Hasil pengujian proksimat terhadap serbuk kunyit putih didapatkan hasil
yang memenuhi syarat dari simplisia kering untuk bahan baku obat. Maka serbuk
kunyit putih ini dapat dikatakan layak untuk diolah untuk proses selanjutnya,
Kecepatan Alir
Granul yang baik adalah granul yang seragam ukurannya dan berbentuk
bulat (Lachman 1994). Granul yang seragam menunjukkan sifat alir yang sesuai
dengan kriteria Aulton (1998). Hasil dari tahapan pembuatan granul masingmasing formulasi dapat dilihat pada Lampiran 2 (a). Pada penentuan waktu alir
yang diukur adalah waktu yang diperlukan oleh sejumlah granul untuk mengalir
melalui corong. Kesempurnaan aliran akan menghasilkan bentuk dan bobot yang
seragam dari tablet (Lachman 1994). Hasil penelitian untuk kecepatan alir yakni
antara 3.14-5.37 gram/detik yang menggambarkan bahwa dengan semakin
meningkatnya konsentrasi effervescent mix, maka kecepatan alirnya semakin besar.
Hasil ini termasuk ke dalam sifat alir cohesive menuju easy flowing dengan kategori
baik menurut Aulton (1998). Semakin pendek waktu alirnya maka akan
mempermudah proses transportasi bahan terhadap alat cetak (Wells 1987). Hubungan
antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda terhadap
kecepatan alir granul disajikan pada Gambar 3. Pada respon pengukuran kecepatan
alir, konsentrasi effervescent mix yang berbeda pada formulasi tidak memberikan
pengaruh yang nyata. Tabel anova disajikan pada Lampiran 3.
Gambar 3 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix
yang berbeda terhadap kecepatan alir granul
11
Sudut Diam
Sudut diam merupakan sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel
bentuk kerucut dengan bidang horisontal bila sejumlah serbuk atau granul dituang
dalam alat pengukur (Lachman 1994). Besar kecilnya sudut diam dari timbunan
tersebut dipengaruhi oleh bentuk, ukuran, dan kelembaban granul (Lieberman
1989). Hasil pengujian menunjukkan bahwa sudut diam yang dibentuk oleh granul
berkisar antara 22.90o-30.01o yang masuk ke dalam kriteria cukup baik-baik
menurut Aulton (1998). Hasil ini juga menggambarkan bahwa dengan semakin
meningkatnya konsentrasi effervescent mix maka sudut diam yang dihasilkan akan
semakin besar pula. Sudut diam yang paling baik adalah pada formulasi I
sedangkan F2 dan F3 hanya termasuk dalam kategori cukup baik berdasarkan
syarat dari Aulton (1998). Semakin tidak seragam dan lembabnya granul membuat
penyebaran atau distribusi aliran yang tidak merata pula sehingga sudut diamnya
menjadi lebih besar. Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent
mix yang berbeda terhadap sudut diam granul dapat dilihat pada Gambar 4.
Berdasarkan analisis ragam (anova), formulasi dengan konsentrasi
effervescent mix yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata pada α = 5%.
Hal ini digunakan sebagai acuan dalam melakukan pengujian lanjutan. Uji lanjut
Newman-Keuls menyatakan bahwa konsentrasi effervescent mix pada F1 berbeda
signifikan terhadap F2 dan F3. Tabel anova dan perhitungan uji lanjut NewmanKeuls disajikan pada Lampiran 4.
Gambar 4 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix
yang berbeda terhadap sudut diam granul
Kompresibilitas
Kompresibilitas menunjukkan penurunan volume granul akibat pemberian
ketukan atau getaran (Lachman 1994). Faktor-faktor yang berpengaruh adalah
bentuk, kerapatan, dan ukuran partikel (Fudholi 1983). Kompresibilitas granul
menentukan sifat alir massa tablet saat membentuk massa tablet yang stabil dan
kompak saat diberi tekanan (Lachman 1994). Indeks kompresibilitas dari hasil
pengujian berkisar antara 13.47%-23.39% yang termasuk dalam kategori baik
menurut Aulton (1998). Hasil ini juga menggambarkan bahwa dengan semakin
meningkatnya konsentrasi effervescent mix maka indeks kompresibilitas yang
dihasilkan akan semakin besar pula. Menurut Aulton (1998), semakin kecil indeks
12
kompresibilitas granul akan menambah sifat kekompakan dan mempermudah
transportasi serta distribusi granul dalam pencetakan tablet. Hal ini menyimpulkan
bahwa indeks kompresibilitas terbaik dimiliki oleh formulasi F1 dan juga
mengindikasikan semakin kompak granulnya. Nilai kompresibilitas yang berbeda
pada hasil pengujian juga dapat disebabkan oleh larutan pengikat PVP yang
mempunyai sifat dapat mempertahankan kestabilan dan kekompakan granul
(Lachman 1994). Adanya peningkatan konsentrasi effervescent mix mengurangi
kemampuan PVP sebagai pengikat yang konsentrasinya tetap pada tiap formulasi
karena campuran bahan yang harus diikat menjadi lebih banyak dan kompleks.
Hal tersebutlah yang membuat formulasi F2 dan F3 memiliki indeks
kompresibilitas yang besar yang menunjukan bahwa semakin tidak stabil dan
tidak kompaknya granul. Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi
effervescent mix yang berbeda terhadap kompesibilitas granul dapat dilihat pada
Gambar 5.
Berdasarkan analisis ragam, formulasi dengan konsentrasi effervescent mix
yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata pada α = 5%. Hal ini digunakan
sebagai acuan dalam melakukan pengujian lanjutan. Uji lanjut Newman-Keuls
menyatakan bahwa konsentrasi effervescent mix pada F1 berbeda signifikan
terhadap F2 dan F3. Tabel anova dan perhitungan uji lanjut Newman-Keuls
disajikan pada Lampiran 5.
Gambar 5 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap kompresibilitas granul
Kadar Air Tablet
Kadar air merupakan salah satu parameter mutu yang penting bagi produk
kering karena akan menentukan daya tahan dan daya simpan produk (Fardiaz
1992). Penampakan tablet hasil dari tahapan pembuatan tablet masing-masing
formulasi dapat dilihat pada Lampiran 2 (b). Hasil pengujian menunjukkan bahwa
kadar air dari tablet berkisar antara 5.15% - 5.88%. Hasil ini memenuhi syarat
kadar air sediaan effervescent dengan bahan herbal yaitu maksimum 10% menurut
Depkes Kesehatan Direktorat Jendral Pengawan Obat dan Makanan (1995).
Semakin tinggi konsentrasi effervescent mix dalam formulasi maka semakin tinggi
pula kadar air yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan sistem effervescent menjadi
13
tidak stabil. Kehadiran air dalam jumlah banyak dapat mengaktifkan sistem
effervescent untuk bereaksi sebelum waktunya (Lieberman 1989). Kadar air
dalam massa tablet effervescent
merupakan hal penting karena dapat
mempengaruhi terjadinya reaksi kimia dini dari tablet (Lieberman 1989) yaitu
reaksi asam sitrat dan asam tartarat dengan natrium karbonat yang membentuk air.
Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda
terhadap kadar air tablet disajikan pada Gambar 6. Pada respon pengukuran kadar
air tablet, konsentrasi effervescent mix yang berbeda pada formulasi tidak
memberikan pengaruh yang nyata. Tabel anova disajikan pada Lampiran 6.
Gambar 6 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix
yang berbeda terhadap kadar air tablet
Nilai pH Tablet
Makanan yang mempunyai pH rendah biasanya tidak dapat ditumbuhi
bakteri, tetapi dapat menjadi rusak karena pertumbuhan khamir dan kapang
(Fardiaz 1992). Hasil pengujian menunjukkan bahwa pH tablet effervescent
berkisar dari 6.11-6.34. Nilai ini memenuhi syarat karena menurut Depkes
Direktorat Jendral Pengawan Obat dan Makanan (2008) pH tablet dikatakan baik
jika mendekati nilai pH netral. Kenaikan pH terjadi seiring dengan bertambahnya
konsentrasi effersvescent mix pada formulasi F2 dan F3 disebabkan oleh
pemakaian natrium karbonat yang terurai menjadi Na+ bebas. Ion tersebut
berikatan dengan asam organik (asam tartarat dan asam sitrat) dan membentuk
garam sehingga aktivitas ion H+ pada asam organik hilang. Hilangnya aktivitas ion
H+ dalam larutan menyebabkan aktivitas ion OH - menjadi lebih dominan sehingga
produk bersifat basa (Aulton 1998). Hal ini juga dibuktikan dari perhitungan
stoikiometri reaksi effervescent pada Lampiran 22. Perhitungan ini membuktikan
bahwa dari reaksi asam sitrat dan asam dengan natrium karbonat akan menyisakan
natrium karbonat yang bersifat basa. Jumlah mol sisa Na-karbonat semakin
meningkat seiring dengan kenaikan konsentrasi effervescent mix pada formulasi.
Inilah yang menyebabkan pH pada formulasi F2 dan F3 semakin meningkat.
Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda
terhadap nilai pH disajikan pada Gambar 7.
14
Berdasarkan analisis ragam, formulasi dengan konsentrasi effervescent mix
yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata pada α = 5%. Hal ini digunakan
sebagai acuan dalam melakukan pengujian lanjutan. Uji lanjut Newman-Keuls
menyatakan bahwa seluruh variasi konsentrasi effervescent mix memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap nilai pH tablet. Tabel anova dan perhitungan
uji lanjut Newman-Keuls disajikan pada Lampiran 7.
Gambar 7 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix
yang berbeda terhadap pH
Tebal dan Diameter Tablet
Ketebalan dan diameter tablet merupakan parameter dari keseragaman
ukuran dari sediaan tablet yang akan mempengaruhi penampilan fisik dari tablet
yang dihasilkan (Voight 1994). Ketebalan tablet dipengaruhi oleh beberapa hal
yaitu tekanan pada saat mencetak tablet, jumlah massa yang diisikan pada ruang
cetak tablet, dan kerapatan massa tablet yang dicetak (Lachman 1994) sedangkan
diameter tablet hanya dipengaruhi oleh ukuran ruang cetak tablet (Voight 1994).
Perbedaan diameter dan tebal tablet yang dihasilkan apabila dilihat dari segi fisik
atau secara kasat mata tidak terlalu berpengaruh terhadap bentuk tablet. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa rata-rata tebal tablet adalah 0.58-0.6. Hubungan
antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda terhadap tebal
tablet disajikan pada Gambar 8.
Berdasarkan analisis ragam (anova), formulasi dengan konsentrasi
effervescent mix yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata pada α = 5%.
Hal ini digunakan sebagai acuan dalam melakukan pengujian lanjutan. Uji lanjut
Newman-Keuls menyatakan bahwa seluruh variasi konsentrasi effervescent mix
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tebal tablet. Tabel anova dan
perhitungan uji lanjut Newman-Keuls disajikan pada Lampiran 8.
Hasil pengujian untuk diameter tablet didapatkan kisaran 2.04-2.05.
Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda
terhadap tebal tablet disajikan pada Gambar 9. Pada respon pengukuran diameter
tablet, konsentrasi effervescent mix yang berbeda pada formulasi tidak
memberikan pengaruh yang nyata. Tabel anova disajikan pada Lampiran 9.
15
Ketidakseragaman ukuran ini juga dapat disebabkan akibat penambahan
Mg-stearat secara berkala dan jumlah yang tidak ditentukan pada alat pencetak
untuk memudahkan pada saat proses pencetakan agar tablet yang dicetak tidak
mudah menempel pada alat. Hal tersebut didapatkan berdasarkan pengamatan
langsung saat proses pencetakan tablet oleh alat pencetak single-punch.
.
Gambar 8 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap tebal tablet
Gambar 9 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap diameter tablet
Waktu Larut Tablet
Waktu larut menunjukkan banyaknya waktu yang dibutuhkan oleh tablet
dalam suatu ukuran saji (serving size) untuk dapat larut sempurna dalam volume
tertentu air (Lachman 1994). Waktu larut yang baik berkisar antara 1-2 menit pada
suhu 250C (Aulton 1998). Semakin tinggi konsentrasi effervescent mix pada
formulasi akan memperpendek waktu larutnya. Hal ini berhubungan dengan
kehadiran gas CO2 dari reaksi antara asam sitrat dan asam tartarat dengan natrium
karbonat dalam air. Kehadiran gas CO2 akan mempercepat hancurnya tablet,
melarutkan tablet dalam air dengan waktu seketika, serta meningkatkan kelarutan
zat aktif yang terdapat dalam tablet (Lachman 1994). Berdasarkan hasil pengujian,
hanya tablet pada formula F1 yang tidak memenuhi syarat (>2 menit) karena
konsentrasi effervescent mix yang dimilikinya paling rendah sehingga butuh waktu
yang lama untuk tablet agar dapat melarut sempurna.
16
Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap tebal tablet disajikan pada Gambar 10. Pada respon pengukuran
waktu larut tablet, konsentrasi effervescent mix yang berbeda pada formulasi tidak
memberikan pengaruh yang nyata. Tabel anova disajikan pada Lampiran 10.
Gambar 10 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap waktu larut tablet effervescent
Kekerasan
Kekerasan bahan didefinisikan sebagai daya tahan terhadap deformasi
(Voight 1994). Sifat ini dipengaruhi oleh kadar air, suhu, dan umur bahan
(Lachman 1994). Hubungan kekerasan dan daya hancur serta kecepatan melarut
obat sangat dekat. Hasil pengujian membuktikan bahwa terjadi penurunan nilai
kekerasan seiring bertambahnya konsentrasi effervescent mix. Semakin tinggi
konsentrasi effervescent mix maka semakin lunak tablet yang dihasilkan.
Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda
terhadap kekerasan tablet dapat dilihat pada Gambar 11. Tablet effervescent yang
dihasilkan harus memiliki nilai kekerasan yang minimal agar dapat meningkatkan
kecepatan melarut tablet (Said 2005). Perbedaan nilai kekerasan tablet juga dapat
disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi effervescent mix maka kemampuan
untuk menyerap air yang dimiliki oleh tablet akan meningkat sehingga tablet
menjadi lebih lunak. Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent
mix yang berbeda terhadap kekerasan tablet dapat dilihat pada Gambar 11.
Berdasarkan analisis ragam (anova), formulasi dengan konsentrasi
effervescent mix yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata pada α = 5%.
Hal ini digunakan sebagai acuan dalam melakukan pengujian lanjutan. Uji lanjut
Newman-Keuls menyatakan bahwa konsentrasi effervescent mix pada F2 berbeda
signifikan terhadap F1 dan F3. Tabel anova dan perhitungan uji lanjut NewmanKeuls disajikan pada Lampiran 11.
17
Gambar 11 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap kekerasan tablet
Keregasan Tablet
Keregasan tablet didefinisikan sebagai ketahanan permukaan tablet terhadap
gesekan yang dialaminya pada saat pengemasan dan pengiriman (Aulton 1998).
Keregasan dipengaruhi oleh jumlah pengikat yang digunakan (Lachman 1994).
Semakin banyak jumlah bahan pengisi dan garam effervescent yang ditambahkan
dalam formulasi dengan jumlah bahan pengikat yang tetap menyebabkan
keregasan tablet meningkat meningkat. Keregasan juga berhubungan dengan
kadar air. Semakin tinggi kadar air maka keregasan akan meningkat sehingga
tablet menjadi mudah rapuh dan kehilangan bobotnya ketika diberi guncangan
(Aulton 1998). Menurut Departemen Kesehatan Direktorat Jendral Pengawan
Obat dan Makanan (1995), tablet yang baik memiliki nilai keregasan < 1%. Hasil
pengujian didapatkan bahwa hanya formula F3 yang tidak memenuhi syarat
keregasan (>1%). Hal ini disebabkan oleh konsentrasi effervescent yang
dimilikinya paling tinggi sedangkan konsentrasi pengikatnya tetap sehingga
kemampuan untuk mengikat bahan-bahan pembentuk tablet berkurang yang
menjadikan tablet bersifat rapuh/regas.
Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap keregasan tablet disajikan pada Gambar 12. Berdasarkan analisis
ragam (anova), formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda
memberikan pengaruh yang nyata pada α = 5%. Hal ini digunakan sebagai acuan
dalam melakukan pengujian lanjutan. Uji lanjut Newman-Keuls menyatakan
bahwa seluruh variasi konsentrasi effervescent mix memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap keregasan tablet. Tabel anova dan perhitungan uji lanjut
Newman-Keuls disajikan pada Lampiran 12.
Gambar 12 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap keregasan tablet
18
Uji Organoleptik
Penampakan umum tablet didasarkan pada semua permukaan tablet baik
bentuk maupun teksturnya (Lachman 1994). Perbedaan kesukaan terhadap
penampakan tablet dapat disebabkan panelis lebih suka dengan tablet yang halus
permukaan dan warnanya seragam. Hasil pengamatan menunjukkan penampakan
tablet yang dihasilkan memiliki warna yang kurang seragam dan teksturnya
kurang padat dan penampakan tablet dari formulasi F3 yang paling disukai oleh
panelis.
Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap penampakan tablet dapat dilihat pada Gambar 13. Berdasarkan
analisis ragam (anova), formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda memberikan pengaruh yang nyata pada α = 5%. Hal ini digunakan
sebagai acuan dalam melakukan pengujian lanjutan. Uji lanjut Newman-Keuls
menyatakan bahwa konsentrasi effervescent mix pada F1 berbeda signifikan
terhadap F2 dan F3. Tabel anova dan perhitungan uji lanjut Newman-Keuls
disajikan pada Lampiran 13.
Gambar 13 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap penampakan tablet
Penilaian warna digunakan dalam pengujian organoleptik karena warna
mempunyai peranan penting terhadap tingkat penerimaan produk secara visual
(Soekarto 1981). Warna tablet effervescent dipengaruhi oleh bahan baku terutama
ekstrak yang mendominasi warna kuning. Warna merupakan ciri-ciri bahan yang
dapat dikenali melalui indera penglihatan. Warna bahan tergantung pada
pencampuran bahan tersebut. Selain itu juga tergantung pada kemampuan dari
bahan tersebut untuk memantulkan, menyebarkan, menyerap dan meneruskan
sinar tampak (Soekarto 1981). Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa warna
tablet dari formulasi F3 paling disukai oleh panelis.
Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap warna tablet dapat dilihat pada Gambar 14. Berdasarkan analisis
ragam (anova), formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda
memberikan pengaruh yang nyata pada α = 5%. Hal ini digunakan sebagai acuan
dalam melakukan pengujian lanjutan. Uji lanjut Newman-Keuls menyatakan
bahwa konsentrasi effervescent mix pada F1 berbeda signifikan terhadap F2 dan
F3. Tabel anova dan perhitungan uji lanjut Newman-Keuls disajikan pada
Lampiran 14.
19
Gambar 14 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap warna tablet
Pembauan merupakan penilaian mutu produk pangan dalam jarak jauh atau
disebut juga penciuman jarak jauh karena manusia dapat mengetahui enak atau
tidaknya suatu produk pangan yang belum terlihat hanya dengan mencium baunya
dari jarak jauh (Lachman 1994). Aroma yang diguna
KUNYIT PUTIH [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe] DENGAN
KONSENTRASI EFFERVESCENT MIX YANG BERBEDA
CITRA REGINA BARUS
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Formulasi Tablet
Effervescent dari Ekstrak Kunyit Putih [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe]
dengan Konsentrasi Effervescent Mix yang Berbeda adalah benar karya saya
dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Citra Regina Barus
NIM F34090119
ABSTRAK
CITRA REGINA BARUS. Formulasi Tablet Effervescent dari Ekstrak Kunyit
Putih [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe] dengan Konsentrasi Effervescent Mix
yang Berbeda. Dibimbing oleh CHILWAN PANDJI.
Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe yang dikenal dengan nama kunyit putih
adalah tanaman obat yang digunakan untuk mengobati berbagai penyakit,
termasuk kanker. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh formulasi tablet
effervescent dan mengetahui karakter fisik tablet yang nantinya dapat digunakan
sebagai minuman sehat komersial. Tablet dibuat dengan metode granulasi basah
pada kondisi kelembapan relatif yaitu maksimum 25% dengan suhu 25 o.
Formulasi tablet effervescent dilakukan dengan membuat variasi jumlah
effervescent mix dalam tiga formulasi. Hasil evaluasi sediaan didapatkan bahwa
hanya satu dari tiga formulasi telah memenuhi syarat yaitu formulasi II. Formulasi
I tidak memenuhi syarat waktu larut (> 2 menit) dan formulasi III tidak memenuhi
syarat keregasan (>1%). Pada uji statistik kesukaan menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan signifikan terhadap penampakan dan warna tablet effervescent.
Kata kunci: kunyit putih, tablet effervescent
ABSTRACT
CITRA REGINA BARUS. Effervescent Tablet Formulation of White Turmeric
Extract [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe] with Different Effervescent Mix
Concentrations. Supervised by CHILWAN PANDJI.
Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe known as white turmeric is a medicinal
plant used in treating various diseases, including cancer. The purpose of this study
is to obtain an effervescent tablet formulation and determine its physical
characteristics that can later be used as a healthy beverage commercial. Tablets
were made by wet granulation method on the condition of the maximum relative
humidity 25% with a temperature of 25o. Effervescent tablet formulation was
done by varying the amount of effervescent mix in three formulations. Preparation
of evaluation showed that only one of the three formulation had qualified which
was the formula II. Formula I was not eligible due to it has late time (> 2 min) and
the formula III was not eligible due to it is friable (>1%). At hedonic statistical
test showed that there was a significant difference in the appearance and color of
effervescent tablets.
Keywords : white turmeric, effervescent tablet
FORMULASI TABLET EFFERVESCENT DARI EKSTRAK
KUNYIT PUTIH [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe] DENGAN
KONSENTRASI EFFERVESCENT MIX YANG BERBEDA
CITRA REGINA BARUS
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknologi Industri Pertanian
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Formulasi Tablet Effervescent dari Ekstrak Kunyit Putih [Curcuma
zedoaria (Berg.) Roscoe] dengan Konsentrasi Efferfescent Mix
yang Berbeda
Nama
: Citra Regina Barus
NIM
: F34090119
Disetujui oleh
Drs Chilwan Pandji, AptMSc
Pembimbing
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala karunia dan limpahan rahmat-Nya, sehingga penyusunan skripsi berjudul
“Formulasi Tablet Effervescent dari Ekstrak Kunyit Putih [Curcuma zedoaria
(Berg.) Roscoe) dengan Konsentrasi Efferfescent Mix yang Berbeda” berhasil
diselesaikan. Tema yang diangkat dalam penelitian yang dilaksanakan selama
Maret sampai Juli 2013.
Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan teristimewa kepada:
1. Drs Chilwan Pandji, Apt MSc, selaku Pembimbing Akademik atas perhatian
dan bimbingannya selama penelitian dan penyelesaian skripsi
2. Prof Dr Ono Suparno, STP MT dan Dr Endang Warsiki, STP MS, selaku
dosen penguji
3. Ayahanda Aman Barus dan Ibunda Nurhayati Keliat beserta keluarga besar
atas doa, semangat, dan kasih sayangnya
4. Keluarga besar TIN 46 atas keceriaan dan kenangan indah tak terlupakan
5. Seluruh sanak dan kerabat yang tidak bisa disebutkan satu-persatu
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2013
Citra Regina Barus
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Ruang Lingkup Penelitian
3
TINJAUAN PUSTAKA
3
Kunyit Putih
3
Tablet Effervescent
5
METODE
6
Alat
6
Bahan
6
Metode Penelitian
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Proksimat
9
9
Kecepatan Alir Granul
10
Sudut Diam Granul
11
Kompresibilitas Granul
11
Kadar Air Tablet
12
Nilai pH Tablet
13
Tebal dan Diameter Tablet
14
Waktu Larut Tablet
15
Kekerasan Tablet
16
Keregasan Tablet
17
Uji Organoleptik
17
SIMPULAN DAN SARAN
20
Simpulan
20
Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
21
LAMPIRAN
24
RIWAYAT HIDUP
48
DAFTAR TABEL
1 Formulasi tablet effervescent kunyit putih
2 Perbandingan karakteristik proksimat serbuk kunyit putih hasil
penelitian dengan SNI simplisia kering untuk bahan obat dan Lanny
7
9
DAFTAR GAMBAR
1 Kunyit Putih
2 Diagram alir proses pembuatan tablet effervescent ekstrak kunyit putih
3 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap kecepatan alir granul
4 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap sudut diam granul
5 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap kompresibilitas granul
6 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap kadar air tablet
7 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap pH
8 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap tebal tablet
9 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap diameter tablet
10 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap waktu larut
11 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap kekerasan tablet
12 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap keregasan tablet
13 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap penampakan tablet
14 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap warna tablet
15 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap aroma tablet
16 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap rasa
3
8
10
11
12
13
14
15
15
16
17
17
18
19
19
20
2 Foto granul effervescent dan tablet effervescent ekstrak kunyit putih
3 Tabel anova respon kecepatan alir granul (α = 5%)
4 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon sudut diam granul
(α = 5%)
5 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon kompresibilitas
granul (α = 5%)
6 Tabel anova respon kadar air tablet (α = 5%)
7 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon nilai pH tablet
(α = 5%)
8 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon tebal tablet
(α = 5%)
9 Tabel anova respon diameter tablet (α = 5%)
10 Tabel anova respon waktu larut tablet (α = 5%)
11 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon kekerasan tablet(α =
5%)
12 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon keregasan tablet(α =
5%)
13 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon penampakan tablet
(α = 5%)
14 Tabel anova dan uji lanjut Newman-Keuls respon warna tablet(α =
5%)
15 Tabel anova respon aroma (α = 5%)
16 Tabel anova respon rasa (α = 5%)
17 Prosedur analisis proksimat kunyit putih
18 Granulasi asam dan granulasi basa
19 Analisis Granul Effervescent
20 Analisis Tablet Effervescent
21 Perhitungan konversi dosis ekstrak kunyit untuk manusia
22 Perhitungan stoikiometri reaksi effervescent untuk masing-masing
formulasi
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
42
43
44
45
46
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penggunaan tanaman tradisional sebagai jamu atau obat masih berlangsung
pada sebagian besar masyarakat Indonesia. Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe
atau yang dikenal dengan nama kunyit putih adalah salah satu contoh tanaman
yang mempunyai efek dalam pengobatan secara tradisional. Kunyit putih ini
memang belum banyak dikenal oleh masyarakat karena istilah kunyit identik
dengan kunyit (Curcuma domestica Val.) yang memiliki warna kuning khas pada
daging rimpangnya. Adapun khasiat dari kunyit putih tidak kalah dengan khasiat
kunyit (Curcuma domestica Val.) karena beragam kandungan kimia yang dimiliki
olehnya.
Syukur (2003) menyebutkan bahwa komponen rimpang kunyit putih
mengandung zat berkhasiat antara lain kurkuminoid (diarilheptanoid), minyak
atsiri, dan polisakarida. Kurkuminoid yang telah diketahui meliputi kurkumin,
dimetoksikurkumin, bisdemetoksikurkumin, dan 1,7-bis (4-hidroksifenil)-1,4,6heptatrien-3-on. Senyawa penanda pada minyak atsiri kunyit putih terdapat pada
turunan seskuiterpennya yang terdiri dari isogermafuren, zedoaron (kurzerenon),
furanogermenon, kurkumol, dan kurdion (Yunianto 2008).
Kandungan kunyit putih yang beragam diketahui dapat digunakan sebagai
antikanker, antitumor, antiinflamasi, antibakteri, peluruh haid, pereda sakit perut,
dan sakit gigi (Syukur 2003) namun khasiat yang paling dikenal pada kunyit putih
adalah antikanker. Hal tersebut diperkuat oleh penelitian yang telah dilakukan
oleh Pratiwi (2006) bahwa terjadi penghambatan aktivitas tirosin kinase (enzim
pemicu kanker) pada kelinci yang dihasilkan dengan pemberian ekstrak etanol
rimpang kunyit putih konsentrasi 700 ppm. Haryadi (2008) dalam penelitiannya
juga membuktikan bahwa terjadi efek penghambatan tumorigenesis pada kelinci
yang diberi ekstrak etanol kunyit putih konsentrasi 250 mg/kg. Selain
menghambat metabolisme kanker, pemberian kurkumin dan ekstrak etanol
rimpang kunyit putih juga mampu mempertahankan temperatur tubuh, frekuensi
jantung dan frekuensi nafas dalam kisaran normal pada tubuh yang terkena kanker
(Vibowo 2008). Selanjutnya Windono (2002) membuktikan bahwa senyawa
demetoksikurkumin dari kunyit putih memiliki bioaktivitas hambatan terhadap sel
OVCAR-3 atau sel kanker ovarium. Turunan seskuiterpen kunyit putih (kurkumol
dan kurdion) juga diketahui memiliki efek sitotoksik terhadap sel sarkoma-37 dan
karsinoma serviks-U14 pada tikus (Sahib 2010).
Pemanfaatan kunyit putih sejauh ini masih dalam batas penelitian seperti
kandungan zat aktif dan efek pemberian ekstrak rimpang kunyit putih pada hewan
percobaan. Belum ada yang memanfaatkan kunyit putih sebagai produk yang
dapat dikonsumsi oleh manusia padahal khasiat yang dimilikinya sangat banyak.
Pada penelitian ini kunyit putih diolah menjadi bentuk sedian obat yaitu tablet
effervescent yang belum pernah dilakukan oleh penelitian sebelumnya. Penelitian
ini juga didasari oleh ketersediaan obat-obatan yang mengandung herbal saat ini
kebanyakan masih berbentuk kapsul dan tablet. Formulasi yang tepat dalam
pengolahan bahan alam menjadi suatu bentuk sediaan yang mudah diterima
masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kepraktisan dan minat masyarakat
2
dalam mengkonsumsi obat bahan alam. Salah satu upaya untuk meningkatkan
kepraktisan dan minat masyarakat tersebut adalah dengan membuat kunyit putih
dalam bentuk ekstrak dan selanjutnya diformulasi dalam bentuk sediaan tablet
effervescent sehingga nantinya dapat digunakan sebagai alternatif pencegahan dan
pengobatan kanker.
Tablet effervescent adalah tablet yang menghasilkan gas CO2 sebagai hasil
reaksi dari asam organik dan basa karbonat dengan cairan pelarutnya (Lachman
1994). Keuntungan dari bentuk sediaan ini adalah dalam hal penyiapan larutan
dalam waktu seketika yang mengandung dosis obat yang tepat sehingga mudah
diabsorpsi oleh tubuh (Lestari 2007). Tablet effervescent juga menghasilkan rasa
yang enak karena adanya karbonat yang membantu memperbaiki rasa beberapa
obat tertentu (Lachman 1994).
Formulasi dengan variasi konsentrasi effervescent mix (asam sitrat, asam
tartarat, dan natrium karbonat) pada penelitian ini menjadi variabel yang
digunakan untuk mengetahui hasil respon terbaik. Konsentrasi effervescent mix
yang berbeda akan berpengaruh terhadap sifat alir dari granul effervescent yang
terbentuk. Sifat alir granul effervescent akan menunjukkan tingkat keseragaman
dari bentuk, ukuran, bobot, dan kelembapan granul (Aulton 1998). Kesempurnaan
granul akan mempengaruhi karakter fisik tablet seperti kadar air, pH, kekerasan,
tebal dan diameter, keregasan, serta organoleptik dari tablet yang dicetak.Didasari
hal tersebut maka diperlukan adanya suatu formulasi dengan konsentrasi
effervescent mix terbaik yang diharapkan mampu memberikan karakteristik fisik
dan organoleptik yang optimal pada tablet effervescent ekstrak kunyit putih.
Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengaruh formulasi dengan konsentrasi effervescent mix
yang berbeda terhadap granul dan tablet yang dibuat?
2. Formulasi manakah yang memberikan hasil terbaik dari semua respon?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik tablet effervescent
dan mendapatkan formulasi tablet effervescent ekstrak rimpang kunyit putih
terbaik dilihat dari karakteristik fisik dan sifat organoleptik yang disukai oleh
panelis.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif sediaan
pencegahan dan pengobatan kanker yang berasal dari bahan alam, sehingga dapat
bermanfaat bagi bidang kesehatan dan farmasi serta menambah daya guna
rimpang kunyit putih.
3
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi :
1. Pembuatan ekstrak kunyit putih dan pengeringannya dengan spray dryer
2. Pembuatan tablet effervescent
3. Pengujian yang meliputi analisis granul (waktu alir, sudut diam, dan
kompresibilitas) , analisis tablet effervescent (pH, kadar air, keregasan,
kekerasan, waktu larut, tebal, dan diameter), serta uji organoleptik.
TINJAUAN PUSTAKA
Kunyit Putih
Salah satu kekayaan alam bangsa Indonesia yang dapat dijadikan bahan obat
alami adalah kunyit putih [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe]. Penampakan
rimpang kunyit putih dapat dilihat pada Gambar 1. Kunyit putih dapat
diklasifikasikan sebagai berikut.
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospemae
Kelas : Monocotylodonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe
Gambar 1 Kunyit Putih
Komponen kimia pada rimpang kunyit putih adalah kurkuminoid
(diarilheptanoid), minyak atsiri, polisakarida, dan golongan lain. Kurkuminoid
yang diketahui meliputi kurkumin, dimetoksikurkumin, bisdimetoksikurkumin,
dan 1,7-bis (4- hidroksifeni1)-1,4,6-heptatrien-3-on (Syukur 2003). Kandungan
minyak atsiri dalam rimpang kunyit putih cukup banyak dengan rendemen sekitar
2% (Mardiana 2002). Minyak atsiri berupa cairan kental kuning emas yang
mengandung monoterpen dan seskuiterpen. Berdasarkan tingkat oksidasinya,
monoterpen temu putih terdiri dari monoterpen hidrokarbon apinen, d-kamfen,
monoterpen alkohol, d-borneol, monoterpenketon, d-kamfor, monoterpen oksida
dan sineol (Syukur 2003). Turunan seskuiterpen yang sekaligus menjadi senyawa
aktif penanda bagi kunyit putih antara lain isogermafuren, zedoaron (kurzerenon),
4
furanogermenon, kurkumol, dan kurdion (Yunianto 2008). Kandungan lainnya
meliputi etil-pmetoksisinamat, 3,7-dimetilin, dan 5-asam karboksilat (Syukur
2003).
Rimpang kunyit putih memiliki beberapa peran penting dalam pengobatan
beberapa penyakit antara lain antikanker, antiinflamasi (antiradang), melancarkan
aliran darah, tonik pada saluran cerna, peluruh haid (emenagog), dan peluruh
kentut (Syukur 2003). Khasiat lain dari kunyit putih antara lain sebagai
antiflogostik, koleretik, stomakik, antipiretik (Soedibyo 1993), pelega nyeri perut,
fibrinolitik, serta antineoplastik (Utami 2000) namun khasiat yang paling populer
adalah kemampuan kunyit putih untuk melawan sel kanker. Banyak jenis rimpang
yang mampu untuk meredam sel kanker, namun hanya Curcuma zedoaria (Berg.)
Roscoe yang mempunyai khasiat dan efektifitas yang lebih tinggi sebagai
antikanker (Syukur 2003).
Hal ini diperkuat dari hasil penelitian dari American Institute Cancer Report
(New York Times) pada 1 Juni 1999 menyatakan bahwa kunyit putih memiliki zat
yang khas yaitu RIP (Ribosome Inacting Protein). RIP ini tidak dimiliki oleh jenis
rimpang lain. RIP berperan sebagai penghambat laju perkembangan sel kanker
yang menonaktifkan pertumbuhan sel kanker, meluruhkan sel kanker tanpa
merusak jaringan di sekitarnya, dan memblokir pertumbuhan sel kanker
(Syukur 2003). Sementara itu, Windono (2002) membuktikan bahwa ekstrak
etanol rimpang temu putih mampu menghambat aktivitas sel-sel OVCAR-3 (sel
kanker ovarium manusia) dan bioaktivitas tersebut dihasilkan dari senyawa aktif
demetoksikurkumin. Menurut Jang (2001) ekstrak kasar metanol temu putih
mampu menghambat faktor nekrosis tumor-alfa (α-TNF), yaitu suatu peptida yang
berperan penting pada radang dan pertahanan tubuh.
Pratiwi (2006) melaporkan bahwa terjadi penghambatan aktivitas tirosin
kinase (enzim pemicu kanker) pada kelinci yang dihasilkan dengan pemberian
ekstrak etanol rimpang kunyit putih konsentrasi 700 ppm. Efek penghambatan
tumorigenesis pada kelinci yang diberi ekstrak etanol kunyit putih konsentrasi 250
mg/kg juga telah dibuktikan oleh Haryadi (2008). Selain menghambat
metabolisme kanker, pemberian kurkumin dan ekstrak etanol rimpang kunyit
putih juga mampu mempertahankan temperatur tubuh, frekuensi jantung, dan
frekuensi nafas dalam kisaran normal pada tubuh yang terkena kanker (Vibowo
2008). Agus Hewijanto pada penelitiannya tahun 1990 menginjeksikan ekstrak
kunyit putih yang mengandung kurkumol dan kurdion dengan dosis 75 mg/kg
pada kelompok tikus yang terserang tumor mammari. Rangkaian reaksi kekebalan
pada tikus diamati dengan berkurangnya tumor yaitu ditandai dengan
perkembangan pada fibroblast yang mengelilingi sel-sel kanker. Di bawah
mikroskop elektron, kelompok perlakuan memperlihatkan adanya perubahan yang
nyata pada nukleus sel-sel neoplastik pada tikus tersebut terutama ditunjukkan
dengan berkurangnya perbandingan nukleus terhadap sitoplasma (Hewijanto
1990).
Sebagai antikanker, pertama-tama kurkumin dan kurdion dikaitkan dengan
aktivitasnya sebagai antiinflamasi yaitu sebagai inhibitor enzim cyclooxygenase,
enzim yang mengkatalisis sintesis prostanoid dari asam arakidonat (Sengadji
2010). Prostanoid dibentuk karena terdapat rangsangan dari mitogen seperti
kerusakan atau stres sel (kanker). Semakin banyak sel yang rusak maka akan
terjadi overproduksi prostanoid yang menyebabkan inflamasi (radang). Oleh
5
karena itu, kurkumin dan kurdion menghambat kerja enzim cyclooxygenase yang
akan mensintesis prostanoid (Sengadji 2010). Menurut Meiyanto 1999, kurkumin
juga memiliki efek memacu proses apoptosis yaitu proses kematian sel terutama
sel kanker dalam rangka mempertahankan integritas tubuh secara keseluruhan.
Melalui minyak atsiri yang dikandungnya, kunyit putih selain sebagai zat
antikanker juga berpotensi sebagai zat antioksidan untuk mencegah kerusakan gen
(Chyau 2002). Curcuma zedoaria juga memberikan efek analgesik yaitu
penurunan stimulus nyeri yang diterima syaraf pusat saat nyeri perut atau gigi
(Nuratmi 2003).
Tablet Effervescent
Tablet effervescent didefinisikan sebagai sediaan obat padat yang
menghasilkan gelembung CO2 sebagai hasil reaksi dari penguraian basa karbonat
akibat penetralan oleh asam dalam cairan pelarutnya (Lachman 1994). Reaksinya
berlangsung sangat cepat dan biasanya selesai dalam waktu satu menit atau
kurang (Aulton 1998). Gas CO2 yang terbentuk dapat memberikan rasa segar,
sehingga rasa getir atau pahit dapat tertutupi (Lachman 1994). Selain itu Gas CO2
tersebut membantu mempercepat hancurnya tablet dan meningkatkan kelarutan
zat aktif (Aulton 1998). Pemilihan tablet effervescent memiliki kelebihan dalam
hal ketepatan dosis, rasa yang dihasilkan, praktis, dan mudah diabsorpsi oleh
tubuh (Voight 1994).
Kandungan tablet effervescent merupakan campuran antara asam dan basa.
Sumber asam yang digunakan adalah asam-asam makanan seperti asam sitrat dan
asam tartarat. Menurut Rowe (2009) asam sitrat (C6H8O7) berbentuk serbuk kristal
putih, tidak berbau, dan memiliki tingkat keasaman yang setara dengan asam
tartarat. Asam tartarat (C4H6O6) juga merupakan sumber asam yang sangat mudah
larut dalam air dan berbentuk serbuk kristal putih serta tidak berbau (Rowe 2009).
Sumber asam akan berkolaborasi dengan garam karbonat untuk menghasilkan gas
karbondioksida dalam larutan (Lachman 1994). Sumber basa yang biasa
digunakan adalah garam karbonat kering seperti natrium karbonat (Na 2CO3)
karena kemampuannya untuk menghasilkan gas CO2. Natrium karbonat
merupakan sumber basa dengan bentuk serbuk kristal, berwarna putih, tidak
berbau, dan mudah larut dalam air (Rowe 2009).
Pada pembuatan tablet effervescent juga dibutuhkan bahan pengisi,
pengikat, pelumas (pelincir), dan pemanis. Bahan pengisi diperlukan bila dosis
obat tidak cukup untuk mencapai bobot tablet dan volume yang diinginkan serta
ditambahkan untuk memperbaiki daya kohesi untuk memacu aliran granul
(Lachman 1994). Laktosa merupakan bahan pengisi yang paling banyak
digunakan karena mudah larut dalam air, berbentuk serbuk, dan cenderung stabil
(Rowe 2009). Bahan pengikat berfungsi sebagai perekat yang mengikat
komponen dalam bentuk serbuk menjadi granul sampai menjadi tablet pada proses
pengempaan (Lachman 1994). PVP (Polivinil Pirolidon) dipilih sebagai pengikat
karena memiliki sifat mudah larut dalam air, alkohol, dan pelarut organik lain,
serta daya simpan yang lebih lama (Rowe 2009). Bahan pelumas atau pelincir
memiliki tiga fungsi yaitu mengatur aliran granul yang akan ditabletasi,
memisahkan tablet dengan dinding ruang cetak, dan mengurangi gesekan antara
dinding dalam lubang ruang cetak dan permukaan sisi tablet (Ansel 1985).
6
Magnesium stearat adalah bahan pelincir yang memiliki tekstur serbuk berwarna
putih namun agak sukar larut dalam air (Rowe 2009). Pemberi rasa pada sediaan
farmasi dimaksudkan untuk menyembunyikan rasa obat yang tidak disukai
(Fudholi 1983). Pemanis yang digunakan adalah campuran sukralosa dan sorbitol.
Pemanis ini biasa digunakan untuk diabetary sugar (Rowe 2009). Sukralosa
memiliki tingkat kemanisan 600 kali lebih manis daripada sukrosa, sedangkan
sorbitol 0,5-0,7 kali (Rowe 2009).
Proses pembuatan tablet effervescent diperlukan kondisi yang berbeda
dengan pembuatan tablet pada tablet konvensional. Pembuatan tablet effervescent
diperlukan kondisi khusus yaitu pada kelembaban relatif kurang lebih 25% dan
suhu 25oC (Lachman 1994). Pembuatan tablet effervescent dibuat memakai
metode umum yaitu metode granulasi basah. Granulasi adalah suatu proses
pengubahan partikel-partikel serbuk menjadi bulatan-bulatan dalam bentuk
beraturan yang disebut granul (Voight 1994) sehingga butiran yang diperoleh
memiliki daya lekat dan sifat alir yang baik (Lachman 1994). Metode granulasi
basah adalah metode yang membentuk granul dengan jalan mengikat serbuk
dengan suatu perekat sebagai pengganti pengompakan (Aulton 1998). Teknik ini
membutuhkan larutan, suspensi, atau bubur yang mengandung pengikat yang
ditambahkan dalam campuran serbuk namun dapat pula dimasukkan kering ke
dalam campuran serbuk dan cairan dapat ditambahkan sendiri (Lachman 1994).
Cara yang mudah untuk menentukan titik akhir dari tahapan penggranulasian ini
adalah dengan menekan massa pada telapak tangan (Lachman 1994). Bila remuk
pada tekanan sedang maka campuran itu telah siap untuk proses selanjutnya yang
terdiri dari pengayakan basah untuk meningkatkan luas permukaan saat
pengeringan, pengeringan, pengayakan kembali, dan proses pencetakan tablet
(Voight 1994).
METODE
Bahan
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah rimpang kunyit
putih [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe] yang berumur antara 10-12 bulan,
etanol 96%, akuades, maltodekstrin. Dalam tahap pembuatan granul dan tablet
digunakan asam tartarat, asam sitrat, natrium karbonat, laktosa, magnesium
stearat, gula sukralosa dan sorbitol, serta polivinil pirolidon (PVP).
Alat
Alat yang digunakan selama penelitian adalah neraca analitik, disc mill,
peralatan maserasi yang dirancang dengan pengaduk kecepatan 200 rpm dan
pemanas, rotary evaporator, spray dryer, oven, pengayak 14 mesh, pengayak 16
mesh, granule flow tester, bulk density tester, alat pencetak tablet single punch,
tablet hardness tester, friabilitimeter, dan pH meter Beckman.
7
Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan terdiri atas tahap pra-pendahuluan, pendahuluan,
dan penelitian utama. Tahap pra-pendahuluan merupakan penyiapan bahan baku
berupa rimpang kunyit putih menjadi serbuk kunyit putih. Tahap pendahuluan
merupakan konversi serbuk kunyit putih menjadi ekstrak kering kunyit putih,
sedangkan tahap penelitian utama adalah pembuatan tablet effervescent dan ujiujinya. Diagram alir persiapan bahan hingga pembuatan tablet effervescent
disajikan pada Gambar 2.
Penentuan formulasi tablet effervescent yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan modifikasi formulasi dari Hidayati (2007). Modifikasi dilakukan
terhadap jenis ekstrak dan jumlah asam sitrat, asam tartarat dan natrium karbonat
(effervescent mix). Ekstrak kunyit putih yang digunakan berdasarkan perhitungan
pada Lampiran 21.
Perlakuan yang dicobakan pada penelitian ini adalah variasi konsentrasi
effervescent mix terhadap berat total tablet effervescent (@ 2.5 gram).
Perbandingan asam sitrat : asam tartarat : natrium karbonat yang digunakan pada
formulasi adalah tetap yaitu 18 : 28 : 54 (Hidayati 2007). Formulasi tablet
effervescent ekstrak kunyit putih untuk masing-masing formulasi disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1 Formulasi tablet effervescent ekstrak kunyit putih
Bahan (mg)
F1 (%)
F2(%)
F3(%)
Ekstrak
3.5
3.5
3.5
Laktosa
43.5
38.5
33.5
Asam Sitrat
8.1
9
9.9
Asam Tartarat
12.6
14
15.4
Natrium Karbonat
24.3
27
29.7
Mg Stearat
1
1
1
Pemanis
2
2
2
PVP
5
5
5
Keterangan :
F1 = formulasi dengan konsentrasi effervescent mix 45%
F2 = formulasi dengan konsentrasi effervescent mix 50%
F3 = formulasi dengan konsentrasi effervescent mix 55%
Rimpang kunyit putih, etanol 96%, akuades,
maltodekstrin, asam tartarat, asam sitrat, natrium
karbonat, laktosa, mg-stearat, sukralosa dan sorbitol,
dan PVP.
Pencucian rimpang kunyit putih, pengirisan, dan
penjemuran di bawah sinar matahari selama 4 hari
Pengeringan dengan oven yang dilengkapi dengan blower kemudian ditimbang
untuk massa awal dan pengecilan ukuran dengan disc mill dan blender, serta
pengayakan dengan ayakan 50 mesh kemudian ditimbang massa akhir untuk
mendapatkan rendemen
8
Analisis proksimat serbuk : kadar air, kadar abu, kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut
air, kadar sari larut etanol, kadar lemak, kadar protein, dan kadar karbohidrat (Lampiran 17)
Maserasi serbuk dengan etanol 96%, 4jam, 200 rpm. Ekstrak cair dan
ampas didapatkan dari pemisahan dengan pompa vakum
Pemekatan dengan rotary evaporator menjadi ekstrak kental dan pengeringan
ekstrak kental dengan spray dryer menjadi serbuk ekstrak kering
Granulasi bagian asam dan granulasi bagian basa
(Lampiran 18)
Evaluasi granul : kecepatan alir, sudut diam, dan kompresibilitas granul (Lampiran 19)
Penambahan Mg-stearat dan pencetakan tablet
Tablet dievaluasi terhadap : kadar air, pH, waktu larut, kekerasan, keregasan, tebal dan diameter,
serta uji organoleptik (Lampiran 20)
Gambar 2 Diagram alir proses pembuatan tablet effervescent ekstrak
kunyit putih (modifikasi dari : Ningsih 2010)
Model rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan
menggunakan tiga taraf yaitu konsentrasi effervescent mix (45%, 50% dan 55%).
Model matematik :
Yij = μ + τi + εij
Keterangan :
Yij : variable yang akan dianalisis
i : 1,2,….k
j : 1,2,….n
μ : rataan umum
αi : efek blok ke-i
τi : efek perlakuan ke-i
εij : error blok ke-i, perlakuan ke-j
Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis ragam (ANOVA). Apabila
hasil analisis ragam berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan uji Newman-Keuls.
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Proksimat Serbuk Kunyit Putih
Analisis proksimat adalah suatu metode analisis kimia untuk
mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, dan lemak pada
suatu zat makanan dari bahan pangan. Analisis ini memiliki manfaat sebagai
penilaian kualitas bahan pangan terutama pada standard zat makanan yang
seharusnya terkandung di dalamnya (Fardiaz 1992). Hasil analisis proksimat
terhadap serbuk kering kunyit putih disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Perbandingan karakteristik proksimat serbuk kunyit putih hasil penelitian
dengan SNI simplisia kering untuk bahan obat dan penelitian oleh Lanny
(2005)
Karakteristik
Rendemen (%)
Kadar air (%)
Kadar abu (%)
Serbuk Kunyit
Putih
96.28
8.35
5.97
Kadar abu tidak larut 0.36
asam (%)
Kadar sari larut air (%) 18.98
Kadar
sari
larut
alkohol (%)
Kadar protein (%)
Kadar lemak (%)
Kadar karbohidrat (%)
10.67
9.40
2.58
73.34
SNI 01-7087-2005
Maksimal 12
Tidak lebih
9%
Tidak lebih
1.6%
Tidak kurang
15%
Tidak kurang
10%
-
Lanny (2005)
7.13
dari 6.94%
dari 0.33%
dari 21.11%
dari 12.09%
-
Kadar air yang terkandung dalam bahan cukup rendah yaitu sebesar 8.35%.
Kadar air yang tinggi akan menyebabkan bahan menjadi mudah rusak ketika
disimpan karena adanya pertumbuhan mikroba dan aktivitas enzim penyebab
kerusakan (Fardiaz 1992). Hasil analisis kadar abu yang diperoleh sebesar 5.97%.
Kadar abu merupakan parameter yang menunjukkan banyaknya bahan anorganik
yang terdapat dalam bahan (Apriyantono 1989). Pengujian kadar abu tidak larut
asam dilakukan untuk melihat adanya kandungan mineral yang tidak larut asam
(HCl). Dari hasil pengujian diketahui bahwa kadar abu tidak larut asam dalam
bahan sesuai dengan kriteria mutu (tidak lebih dari 1.6%). Nilai kadar sari larut air
yang lebih besar menunjukkan zat-zat yang berkhasiat yang ada dalam kunyit
putih dapat larut lebih baik dalam air dibandingkan dengan etanol. Kadar sari
yang larut dalam air atau alkohol menunjukkan adanya zat berkhasiat yang dapat
terlarut dalam pelarut yang digunakan (Gaman 1992). Semakin tinggi kadar yang
dihasilkan berarti semakin tinggi kandungan zat berkhasiatnya. Kadar lemak yang
terdapat dalam serbuk kunyit putih cukup rendah yaitu sebesar 2.58%. Bahan
pangan yang mengandung kadar lemak banyak mengindikasikan bahwa bahan
10
tersebut banyak mengandung lemak atau minyak (Fardiaz 1992). Kadar protein
terlarut juga didapatkan hasil yang cukup rendah yang mengindikasikan bahwa
jumlah asam-asam amino yang terkandung juga kecil (Fardiaz 1992). Kadar
karbohidrat yang tinggi dari hasil menunjukkan tingginya kandungan karbon
(Apriyantono 1992) yang dimiliki kunyit putih.
Hasil pengujian proksimat terhadap serbuk kunyit putih didapatkan hasil
yang memenuhi syarat dari simplisia kering untuk bahan baku obat. Maka serbuk
kunyit putih ini dapat dikatakan layak untuk diolah untuk proses selanjutnya,
Kecepatan Alir
Granul yang baik adalah granul yang seragam ukurannya dan berbentuk
bulat (Lachman 1994). Granul yang seragam menunjukkan sifat alir yang sesuai
dengan kriteria Aulton (1998). Hasil dari tahapan pembuatan granul masingmasing formulasi dapat dilihat pada Lampiran 2 (a). Pada penentuan waktu alir
yang diukur adalah waktu yang diperlukan oleh sejumlah granul untuk mengalir
melalui corong. Kesempurnaan aliran akan menghasilkan bentuk dan bobot yang
seragam dari tablet (Lachman 1994). Hasil penelitian untuk kecepatan alir yakni
antara 3.14-5.37 gram/detik yang menggambarkan bahwa dengan semakin
meningkatnya konsentrasi effervescent mix, maka kecepatan alirnya semakin besar.
Hasil ini termasuk ke dalam sifat alir cohesive menuju easy flowing dengan kategori
baik menurut Aulton (1998). Semakin pendek waktu alirnya maka akan
mempermudah proses transportasi bahan terhadap alat cetak (Wells 1987). Hubungan
antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda terhadap
kecepatan alir granul disajikan pada Gambar 3. Pada respon pengukuran kecepatan
alir, konsentrasi effervescent mix yang berbeda pada formulasi tidak memberikan
pengaruh yang nyata. Tabel anova disajikan pada Lampiran 3.
Gambar 3 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix
yang berbeda terhadap kecepatan alir granul
11
Sudut Diam
Sudut diam merupakan sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel
bentuk kerucut dengan bidang horisontal bila sejumlah serbuk atau granul dituang
dalam alat pengukur (Lachman 1994). Besar kecilnya sudut diam dari timbunan
tersebut dipengaruhi oleh bentuk, ukuran, dan kelembaban granul (Lieberman
1989). Hasil pengujian menunjukkan bahwa sudut diam yang dibentuk oleh granul
berkisar antara 22.90o-30.01o yang masuk ke dalam kriteria cukup baik-baik
menurut Aulton (1998). Hasil ini juga menggambarkan bahwa dengan semakin
meningkatnya konsentrasi effervescent mix maka sudut diam yang dihasilkan akan
semakin besar pula. Sudut diam yang paling baik adalah pada formulasi I
sedangkan F2 dan F3 hanya termasuk dalam kategori cukup baik berdasarkan
syarat dari Aulton (1998). Semakin tidak seragam dan lembabnya granul membuat
penyebaran atau distribusi aliran yang tidak merata pula sehingga sudut diamnya
menjadi lebih besar. Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent
mix yang berbeda terhadap sudut diam granul dapat dilihat pada Gambar 4.
Berdasarkan analisis ragam (anova), formulasi dengan konsentrasi
effervescent mix yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata pada α = 5%.
Hal ini digunakan sebagai acuan dalam melakukan pengujian lanjutan. Uji lanjut
Newman-Keuls menyatakan bahwa konsentrasi effervescent mix pada F1 berbeda
signifikan terhadap F2 dan F3. Tabel anova dan perhitungan uji lanjut NewmanKeuls disajikan pada Lampiran 4.
Gambar 4 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix
yang berbeda terhadap sudut diam granul
Kompresibilitas
Kompresibilitas menunjukkan penurunan volume granul akibat pemberian
ketukan atau getaran (Lachman 1994). Faktor-faktor yang berpengaruh adalah
bentuk, kerapatan, dan ukuran partikel (Fudholi 1983). Kompresibilitas granul
menentukan sifat alir massa tablet saat membentuk massa tablet yang stabil dan
kompak saat diberi tekanan (Lachman 1994). Indeks kompresibilitas dari hasil
pengujian berkisar antara 13.47%-23.39% yang termasuk dalam kategori baik
menurut Aulton (1998). Hasil ini juga menggambarkan bahwa dengan semakin
meningkatnya konsentrasi effervescent mix maka indeks kompresibilitas yang
dihasilkan akan semakin besar pula. Menurut Aulton (1998), semakin kecil indeks
12
kompresibilitas granul akan menambah sifat kekompakan dan mempermudah
transportasi serta distribusi granul dalam pencetakan tablet. Hal ini menyimpulkan
bahwa indeks kompresibilitas terbaik dimiliki oleh formulasi F1 dan juga
mengindikasikan semakin kompak granulnya. Nilai kompresibilitas yang berbeda
pada hasil pengujian juga dapat disebabkan oleh larutan pengikat PVP yang
mempunyai sifat dapat mempertahankan kestabilan dan kekompakan granul
(Lachman 1994). Adanya peningkatan konsentrasi effervescent mix mengurangi
kemampuan PVP sebagai pengikat yang konsentrasinya tetap pada tiap formulasi
karena campuran bahan yang harus diikat menjadi lebih banyak dan kompleks.
Hal tersebutlah yang membuat formulasi F2 dan F3 memiliki indeks
kompresibilitas yang besar yang menunjukan bahwa semakin tidak stabil dan
tidak kompaknya granul. Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi
effervescent mix yang berbeda terhadap kompesibilitas granul dapat dilihat pada
Gambar 5.
Berdasarkan analisis ragam, formulasi dengan konsentrasi effervescent mix
yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata pada α = 5%. Hal ini digunakan
sebagai acuan dalam melakukan pengujian lanjutan. Uji lanjut Newman-Keuls
menyatakan bahwa konsentrasi effervescent mix pada F1 berbeda signifikan
terhadap F2 dan F3. Tabel anova dan perhitungan uji lanjut Newman-Keuls
disajikan pada Lampiran 5.
Gambar 5 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap kompresibilitas granul
Kadar Air Tablet
Kadar air merupakan salah satu parameter mutu yang penting bagi produk
kering karena akan menentukan daya tahan dan daya simpan produk (Fardiaz
1992). Penampakan tablet hasil dari tahapan pembuatan tablet masing-masing
formulasi dapat dilihat pada Lampiran 2 (b). Hasil pengujian menunjukkan bahwa
kadar air dari tablet berkisar antara 5.15% - 5.88%. Hasil ini memenuhi syarat
kadar air sediaan effervescent dengan bahan herbal yaitu maksimum 10% menurut
Depkes Kesehatan Direktorat Jendral Pengawan Obat dan Makanan (1995).
Semakin tinggi konsentrasi effervescent mix dalam formulasi maka semakin tinggi
pula kadar air yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan sistem effervescent menjadi
13
tidak stabil. Kehadiran air dalam jumlah banyak dapat mengaktifkan sistem
effervescent untuk bereaksi sebelum waktunya (Lieberman 1989). Kadar air
dalam massa tablet effervescent
merupakan hal penting karena dapat
mempengaruhi terjadinya reaksi kimia dini dari tablet (Lieberman 1989) yaitu
reaksi asam sitrat dan asam tartarat dengan natrium karbonat yang membentuk air.
Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda
terhadap kadar air tablet disajikan pada Gambar 6. Pada respon pengukuran kadar
air tablet, konsentrasi effervescent mix yang berbeda pada formulasi tidak
memberikan pengaruh yang nyata. Tabel anova disajikan pada Lampiran 6.
Gambar 6 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix
yang berbeda terhadap kadar air tablet
Nilai pH Tablet
Makanan yang mempunyai pH rendah biasanya tidak dapat ditumbuhi
bakteri, tetapi dapat menjadi rusak karena pertumbuhan khamir dan kapang
(Fardiaz 1992). Hasil pengujian menunjukkan bahwa pH tablet effervescent
berkisar dari 6.11-6.34. Nilai ini memenuhi syarat karena menurut Depkes
Direktorat Jendral Pengawan Obat dan Makanan (2008) pH tablet dikatakan baik
jika mendekati nilai pH netral. Kenaikan pH terjadi seiring dengan bertambahnya
konsentrasi effersvescent mix pada formulasi F2 dan F3 disebabkan oleh
pemakaian natrium karbonat yang terurai menjadi Na+ bebas. Ion tersebut
berikatan dengan asam organik (asam tartarat dan asam sitrat) dan membentuk
garam sehingga aktivitas ion H+ pada asam organik hilang. Hilangnya aktivitas ion
H+ dalam larutan menyebabkan aktivitas ion OH - menjadi lebih dominan sehingga
produk bersifat basa (Aulton 1998). Hal ini juga dibuktikan dari perhitungan
stoikiometri reaksi effervescent pada Lampiran 22. Perhitungan ini membuktikan
bahwa dari reaksi asam sitrat dan asam dengan natrium karbonat akan menyisakan
natrium karbonat yang bersifat basa. Jumlah mol sisa Na-karbonat semakin
meningkat seiring dengan kenaikan konsentrasi effervescent mix pada formulasi.
Inilah yang menyebabkan pH pada formulasi F2 dan F3 semakin meningkat.
Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda
terhadap nilai pH disajikan pada Gambar 7.
14
Berdasarkan analisis ragam, formulasi dengan konsentrasi effervescent mix
yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata pada α = 5%. Hal ini digunakan
sebagai acuan dalam melakukan pengujian lanjutan. Uji lanjut Newman-Keuls
menyatakan bahwa seluruh variasi konsentrasi effervescent mix memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap nilai pH tablet. Tabel anova dan perhitungan
uji lanjut Newman-Keuls disajikan pada Lampiran 7.
Gambar 7 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix
yang berbeda terhadap pH
Tebal dan Diameter Tablet
Ketebalan dan diameter tablet merupakan parameter dari keseragaman
ukuran dari sediaan tablet yang akan mempengaruhi penampilan fisik dari tablet
yang dihasilkan (Voight 1994). Ketebalan tablet dipengaruhi oleh beberapa hal
yaitu tekanan pada saat mencetak tablet, jumlah massa yang diisikan pada ruang
cetak tablet, dan kerapatan massa tablet yang dicetak (Lachman 1994) sedangkan
diameter tablet hanya dipengaruhi oleh ukuran ruang cetak tablet (Voight 1994).
Perbedaan diameter dan tebal tablet yang dihasilkan apabila dilihat dari segi fisik
atau secara kasat mata tidak terlalu berpengaruh terhadap bentuk tablet. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa rata-rata tebal tablet adalah 0.58-0.6. Hubungan
antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda terhadap tebal
tablet disajikan pada Gambar 8.
Berdasarkan analisis ragam (anova), formulasi dengan konsentrasi
effervescent mix yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata pada α = 5%.
Hal ini digunakan sebagai acuan dalam melakukan pengujian lanjutan. Uji lanjut
Newman-Keuls menyatakan bahwa seluruh variasi konsentrasi effervescent mix
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tebal tablet. Tabel anova dan
perhitungan uji lanjut Newman-Keuls disajikan pada Lampiran 8.
Hasil pengujian untuk diameter tablet didapatkan kisaran 2.04-2.05.
Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda
terhadap tebal tablet disajikan pada Gambar 9. Pada respon pengukuran diameter
tablet, konsentrasi effervescent mix yang berbeda pada formulasi tidak
memberikan pengaruh yang nyata. Tabel anova disajikan pada Lampiran 9.
15
Ketidakseragaman ukuran ini juga dapat disebabkan akibat penambahan
Mg-stearat secara berkala dan jumlah yang tidak ditentukan pada alat pencetak
untuk memudahkan pada saat proses pencetakan agar tablet yang dicetak tidak
mudah menempel pada alat. Hal tersebut didapatkan berdasarkan pengamatan
langsung saat proses pencetakan tablet oleh alat pencetak single-punch.
.
Gambar 8 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap tebal tablet
Gambar 9 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap diameter tablet
Waktu Larut Tablet
Waktu larut menunjukkan banyaknya waktu yang dibutuhkan oleh tablet
dalam suatu ukuran saji (serving size) untuk dapat larut sempurna dalam volume
tertentu air (Lachman 1994). Waktu larut yang baik berkisar antara 1-2 menit pada
suhu 250C (Aulton 1998). Semakin tinggi konsentrasi effervescent mix pada
formulasi akan memperpendek waktu larutnya. Hal ini berhubungan dengan
kehadiran gas CO2 dari reaksi antara asam sitrat dan asam tartarat dengan natrium
karbonat dalam air. Kehadiran gas CO2 akan mempercepat hancurnya tablet,
melarutkan tablet dalam air dengan waktu seketika, serta meningkatkan kelarutan
zat aktif yang terdapat dalam tablet (Lachman 1994). Berdasarkan hasil pengujian,
hanya tablet pada formula F1 yang tidak memenuhi syarat (>2 menit) karena
konsentrasi effervescent mix yang dimilikinya paling rendah sehingga butuh waktu
yang lama untuk tablet agar dapat melarut sempurna.
16
Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap tebal tablet disajikan pada Gambar 10. Pada respon pengukuran
waktu larut tablet, konsentrasi effervescent mix yang berbeda pada formulasi tidak
memberikan pengaruh yang nyata. Tabel anova disajikan pada Lampiran 10.
Gambar 10 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap waktu larut tablet effervescent
Kekerasan
Kekerasan bahan didefinisikan sebagai daya tahan terhadap deformasi
(Voight 1994). Sifat ini dipengaruhi oleh kadar air, suhu, dan umur bahan
(Lachman 1994). Hubungan kekerasan dan daya hancur serta kecepatan melarut
obat sangat dekat. Hasil pengujian membuktikan bahwa terjadi penurunan nilai
kekerasan seiring bertambahnya konsentrasi effervescent mix. Semakin tinggi
konsentrasi effervescent mix maka semakin lunak tablet yang dihasilkan.
Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda
terhadap kekerasan tablet dapat dilihat pada Gambar 11. Tablet effervescent yang
dihasilkan harus memiliki nilai kekerasan yang minimal agar dapat meningkatkan
kecepatan melarut tablet (Said 2005). Perbedaan nilai kekerasan tablet juga dapat
disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi effervescent mix maka kemampuan
untuk menyerap air yang dimiliki oleh tablet akan meningkat sehingga tablet
menjadi lebih lunak. Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent
mix yang berbeda terhadap kekerasan tablet dapat dilihat pada Gambar 11.
Berdasarkan analisis ragam (anova), formulasi dengan konsentrasi
effervescent mix yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata pada α = 5%.
Hal ini digunakan sebagai acuan dalam melakukan pengujian lanjutan. Uji lanjut
Newman-Keuls menyatakan bahwa konsentrasi effervescent mix pada F2 berbeda
signifikan terhadap F1 dan F3. Tabel anova dan perhitungan uji lanjut NewmanKeuls disajikan pada Lampiran 11.
17
Gambar 11 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap kekerasan tablet
Keregasan Tablet
Keregasan tablet didefinisikan sebagai ketahanan permukaan tablet terhadap
gesekan yang dialaminya pada saat pengemasan dan pengiriman (Aulton 1998).
Keregasan dipengaruhi oleh jumlah pengikat yang digunakan (Lachman 1994).
Semakin banyak jumlah bahan pengisi dan garam effervescent yang ditambahkan
dalam formulasi dengan jumlah bahan pengikat yang tetap menyebabkan
keregasan tablet meningkat meningkat. Keregasan juga berhubungan dengan
kadar air. Semakin tinggi kadar air maka keregasan akan meningkat sehingga
tablet menjadi mudah rapuh dan kehilangan bobotnya ketika diberi guncangan
(Aulton 1998). Menurut Departemen Kesehatan Direktorat Jendral Pengawan
Obat dan Makanan (1995), tablet yang baik memiliki nilai keregasan < 1%. Hasil
pengujian didapatkan bahwa hanya formula F3 yang tidak memenuhi syarat
keregasan (>1%). Hal ini disebabkan oleh konsentrasi effervescent yang
dimilikinya paling tinggi sedangkan konsentrasi pengikatnya tetap sehingga
kemampuan untuk mengikat bahan-bahan pembentuk tablet berkurang yang
menjadikan tablet bersifat rapuh/regas.
Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap keregasan tablet disajikan pada Gambar 12. Berdasarkan analisis
ragam (anova), formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda
memberikan pengaruh yang nyata pada α = 5%. Hal ini digunakan sebagai acuan
dalam melakukan pengujian lanjutan. Uji lanjut Newman-Keuls menyatakan
bahwa seluruh variasi konsentrasi effervescent mix memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap keregasan tablet. Tabel anova dan perhitungan uji lanjut
Newman-Keuls disajikan pada Lampiran 12.
Gambar 12 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap keregasan tablet
18
Uji Organoleptik
Penampakan umum tablet didasarkan pada semua permukaan tablet baik
bentuk maupun teksturnya (Lachman 1994). Perbedaan kesukaan terhadap
penampakan tablet dapat disebabkan panelis lebih suka dengan tablet yang halus
permukaan dan warnanya seragam. Hasil pengamatan menunjukkan penampakan
tablet yang dihasilkan memiliki warna yang kurang seragam dan teksturnya
kurang padat dan penampakan tablet dari formulasi F3 yang paling disukai oleh
panelis.
Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap penampakan tablet dapat dilihat pada Gambar 13. Berdasarkan
analisis ragam (anova), formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda memberikan pengaruh yang nyata pada α = 5%. Hal ini digunakan
sebagai acuan dalam melakukan pengujian lanjutan. Uji lanjut Newman-Keuls
menyatakan bahwa konsentrasi effervescent mix pada F1 berbeda signifikan
terhadap F2 dan F3. Tabel anova dan perhitungan uji lanjut Newman-Keuls
disajikan pada Lampiran 13.
Gambar 13 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap penampakan tablet
Penilaian warna digunakan dalam pengujian organoleptik karena warna
mempunyai peranan penting terhadap tingkat penerimaan produk secara visual
(Soekarto 1981). Warna tablet effervescent dipengaruhi oleh bahan baku terutama
ekstrak yang mendominasi warna kuning. Warna merupakan ciri-ciri bahan yang
dapat dikenali melalui indera penglihatan. Warna bahan tergantung pada
pencampuran bahan tersebut. Selain itu juga tergantung pada kemampuan dari
bahan tersebut untuk memantulkan, menyebarkan, menyerap dan meneruskan
sinar tampak (Soekarto 1981). Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa warna
tablet dari formulasi F3 paling disukai oleh panelis.
Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap warna tablet dapat dilihat pada Gambar 14. Berdasarkan analisis
ragam (anova), formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang berbeda
memberikan pengaruh yang nyata pada α = 5%. Hal ini digunakan sebagai acuan
dalam melakukan pengujian lanjutan. Uji lanjut Newman-Keuls menyatakan
bahwa konsentrasi effervescent mix pada F1 berbeda signifikan terhadap F2 dan
F3. Tabel anova dan perhitungan uji lanjut Newman-Keuls disajikan pada
Lampiran 14.
19
Gambar 14 Hubungan antara formulasi dengan konsentrasi effervescent mix yang
berbeda terhadap warna tablet
Pembauan merupakan penilaian mutu produk pangan dalam jarak jauh atau
disebut juga penciuman jarak jauh karena manusia dapat mengetahui enak atau
tidaknya suatu produk pangan yang belum terlihat hanya dengan mencium baunya
dari jarak jauh (Lachman 1994). Aroma yang diguna