Proses Perancangan Lanskap Kawasan Rasuna Epicentrum, Kuningan Jakarta di PT Bakrie Swasakti Utama

PROSES PERANCANGAN LANSKAP DAN PEKERJAAN FISIK
KAWASAN RASUNA EPICENTRUM, KUNINGAN JAKARTA
DI PT BAKRIE SWASAKTI UTAMA

DINDA ADISTY MESSALINA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PROSES PERANCANGAN LANSKAP DAN PEKERJAAN FISIK
KAWASAN RASUNA EPICENTRUM, KUNINGAN JAKARTA
DI PT BAKRIE SWASAKTI UTAMA

DINDA ADISTY MESSALINA

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada

Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Proses Perancangan Lanskap Kawasan Rasuna Epicentrum,
Kuningan Jakarta di PT Bakrie Swasakti Utama
Nama

: Dinda Adisty Messalina

NIM

: A44080080

Disetujui,

Dosen Pembimbing

Dr.Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr
NIP. 19601022 198601 1 001

Disetujui,
Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Dr. Ir.Siti Nurisjah, MSLA
NIP. 19480912 197412 2 001

Tanggal Lulus:…………………

RINGKASAN

DINDA ADISTY MESSALINA. Proses Perancangan Lanskap dan pekerjaan
fisik Kawasan Rasuna Epicentrum, Kuningan Jakarta di PT Bakrie Swasakti
Utama. Di bawah bimbingan BAMBANG SULISTYANTARA.
Setiap waktu dari tahun ke tahun terlihat adanya berubah fisik pada kota
Jakarta. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan jumlah penduduk di

Jakarta sehingga menjadikan daya tarik bagi perusahaan-perusahaan pengembang
yang bergerak dibidang pengembangan kawasan pada suatu perkotaan untuk
menghadirkan suatu kawasan baru dengan sarana dan prasarana yang berada di
sekitarnya seperti pusat perbelanjaan, gedung perkantoran, rumah susun
(apartemen),

fasilitas

pendidikan

dan

lain-lain.

Salah

satu

perusahaan


pengembang yang berfokuskan kepada suatu kawasan perkotaan adalah PT Bakrie
Swasakti Utama.
PT Bakrie Swasakti Utama merupakan anak perusahaan Bakrieland
Development Tbk, perusahaan ini telah menyelesaikan proyek Wisma Bakrie 1
dan 2, Graha Capital, dan saat ini sedang melaksanakan proyek pengembangan
kawasan perkotaan di bidang properti yaitu berada di Jakarta Selatan tepatnya di
daerah Kuningan dengan proyek pembuatan suatu kawasan bisnis yang bernama
Kawasan Rasuna Epicentrum. Rasuna Epicentrum adalah kawasan superblok
terbesar di Jakarta Selatan dengan luasan mencapai 53,5 Ha dan akan berkembang
menjadi 70 Ha, Kawasan ini merupakan suatu proyek dari Bakrieland yang
terletak di wilayah Kuningan, Jakarta. Kawasan Rasuna Epicentrum dirancang
dengan konsep mixed-use area yang bergaya arsitektur modern yang selaras
dengan lanskap di sekitarnya. Penataan lanskap yang juga mengarah kepada taraf
internasional dengan menghadirkan satu ciri khas yang dapat menjadi sebuah
keunggulan tersendiri bagi kawasan. Hal ini yang melatarbelakangi mahasiswa
untuk magang di PT Bakrie Swasakti Utama.
Kegiatan magang ini dilakukan selama empat bulan yaitu dimulai dari bulan
Maret sampai dengan Juni pada tahun 2012. Metode yang dilakukan pada
kegiatan magang ini dengan berorientasi ke PT Bakrie Swasakti Utama kemudian


mengikuti kegiatan proses perancangan seperti kegiatan perancangan di studio
dan pengawasan di lapang.
Adapun rincian dari kegiatan partisipasi aktif yang diikuti mahasiswa
magang pada proyek Helipad Area selama 1 bulan 30 hari yaitu dalam pembuatan
dokumen proyek pada area lanskap. Mahasiswa mengikuti tahap awal dengan
melihat kondisi eksisting tapak; analisis yang dilakukan pada tapak

adalah

melakukan penilaian keuntungan dan kelemahan tapak untu dijadikan suatu
landasan helicopter. Keuntungan dari tapak yang akan digunakan sebagai lokasi
helipad ini masih berupa tanah kosong dan tidak terlalu banyak bangunan pada
area sekitarnya. Kekurangan pada tapak masih banyak terlihat pada pemandangan
yang buruk, noisy yang berasal dari suara kendaraan bermotor, dan tidak
terdapatnya tanaman yang berfungsi untuk menaungi daerah di sekitarnya;
sehingga sintesis yang dikeluarkan berupa gambar siteplan hingga pembuatan
gambar ilustrasi. Pada proyek RingRoad (Jalan Lingkar) berpartisipasi aktif
selama 2 bulan dalam pembuatan dokumen proyek area lanskap pada sisi kanan
dan kiri jalan, yaitu pembuatan desain alternatif sampai dengan gambar ilustrasi.
proyek planter box dalam pembuatan desain alternatif dengan melakukan

partisipasi aktif selama 30 hari. Kegiatan kedua adalah pengawasan ke lapang
dengan proporsi pekerjaan selama 4 bulan yang terdiri dari kegiatan pengawasan
pembangunan dan pengecekan kondisi tanaman di kawasan Rasuna Epicentrum.
Kegiatan pengawasan ke lapang ini juga dilakukan kepada masing-masing lokasi
proyek pada kegiatan perancangan di studio. Kegiatan pengawasan pembangunan
dilakukan pada proyek The Wave/ OCEA yang merupakan sebuah kompleks
apartemen baru di Kawasan Rasuna Epicentrum.
Melalui kegiatan magang ini mahasiswa dapat mampu melakukan proses
perancangan lanskap dan pekerjaan fisik serta meningkatkan keterampilan
profesionalisme kerja dalam lingkup arsitektur lanskap. Pemberian tutoring oleh
pihak perusahaan magang sangat baik dan dilakukan secara terprogram kepada
mahasiswa magang, sehingga mampu memberikan pengarahan dan dapat
menghindari kebingungan mahasiswa magang.

Kata kunci : citywalk, helipad, ring road, planter box, the wave

i

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan hasil kegiatan magang ini.

Judul skripsi magang ini adalah Proses Perancangan Lanskap Kawasan Rasuna
Epicentrum, Kuningan Jakarta di PT Bakrie Swasakti Utama, skripsi kegiatan
magang ini sebagai prasyarat tugas akhir mahasiswa strata 1 untuk melakukan
kegiatan magang sehingga dapat menyelesaikan studinya.
Terima kasih dan penghargaan tak terhingga penulis sampaikan kepada ayah
dan ibu yang telah mencurahkan segala cinta, kasih sayang, doa dan
dukungannya. Selain itu terima kasih pula penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M. Agr, selaku dosen pembimbing skripsi
sekaligus dosen pembimbing akademik yang telah memberikan perhatian,
arahan, bimbingan dan dukungan kepada penulis.
2. PT Bakrieland Development Tbk. dan PT Bakrie Swasakti Utama atas
kesediaan untuk memberikan kesempatan melakukan kegiatan magang
skripsi kepada penulis, kemudahan dan kesediaan dalam memperoleh data.
3. Keponakanku tercinta, dan semua keluarga besar atas doa, dukungan serta
perhatian yang diberikan kepada penulis.
4. Novi dan Aulia Ulfah atas persahabatan, serta segala bantuan yang diberikan
kepada penulis.
5. Teman-teman seperjuangan Indah Prastiwi, Dwi Nurullah, Syam Rezza, dan
Septyan S, atas semangat dan dukungannya kepada penulis.
6. Seluruh teman-teman ARL 45 atas semangat kepada penulis, dan

kebersamaan yang indah
7. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga studi ini dapat memberikan manfaat demi kelanjutan kegiatan
magang skripsi di masa yang akan datang. Semoga Allah SWT senantiasa
memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Amin.
Bogor, Mei 2013
Penulis

ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bekasi Provinsi Jawa Barat pada tanggal 15 Agustus
1989. Penulis adalah anak ke-dua dari empat bersaudara pasangan Ir. Adi Irianto,
MM dan Dr.Ir. Triwulandari S.D, MM. Penulis mempunyai seorang kakak
bernama Ir. Bayu Aditya Pradhana dan mempunyai dua orang adik yang bernama
Adisty Putri Jayanti dan Orlando Aditya Kurniawan.
Penulis mengawali jenjang pendidikan formal pada tahun 1994 di TKI AlAzhar 6 Jakapermai, kemudian melanjutkan ke tingkat pendidikan dasar pada
tahun 1996 di SDI Al-Azhar 6 Jakapermai, pada tahun 2002 melanjutkan jenjang
pendidikan di SMPI Al-Azhar 6 Jakapermai. Pada tahun 2005 penulis

melanjutkan ke jenjang pendidikan di SMAN 20 Bandung. Tahun 2008 penulis
diterima di Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor melalui jalur SPMB. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif menjadi
sebagai anggota aktif UKM Fotografi (Shutter) pada tahun 2009, anggota aktif
Badan Pengurus Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanksap pada tahun 2010.

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Tujuan ...................................................................................................... 2
1.3. Manfaat .................................................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 4
2.1. Lanskap ................................................................................................... 4
2.2. Tata Ruang ............................................................................................... 4

2.3. Kota .......................................................................................................... 5
2.3.1. Klasifikasi kota............................................................................. 6
2.3.2. Kawasan Bisnis ............................................................................ 7
2.4. Ruang Terbuka Hijau ............................................................................... 8
2.5. Arsitektur Lanskap ................................................................................... 10
2.5.1. Perencanaan Lanskap ................................................................... 10
2.5.2. Perancangan Lanskap ................................................................... 10
2.5.3. Pengelolaan Lanskap .................................................................... 12
2.6. Proyek ...................................................................................................... 12
2.7. Kawasan Rasuna Epicentrum ................................................................... 13
2.7.1. Tanah dan Topografi .................................................................... 14
2.7.2. Vegetasi ........................................................................................ 15
2.7.3. Hidrologi ...................................................................................... 16
BAB III. METODOLOGI ..................................................................................... 18
3.1. Lokasi dan Waktu Magang ..................................................................... 18
3.2. Metode Magang ...................................................................................... 19
3.3. Data Magang ........................................................................................... 20
3.4. Batasan Magang ...................................................................................... 20
BAB IV. HASIL KEGIATAN MAGANG ........................................................... 21
4.1. Kelembagaan PT Bakrie Swasakti Utama (BSU) ................................... 21


iv

4.1.1. Sejarah Perusahaan Bakrie Swasakti Utama................................. 21
4.1.2. Struktur Organisasi Perusahaan .................................................... 21
4.1.3. Sistem Kerja Perusahaan............................................................... 23
4.1.4. Prosedur Kerja Perusahaan ........................................................... 26
4.2. Proses Perancangan .................................................................................. 39
4.2.1. Helipad Area ................................................................................. 39
4.2.1.1. Tujuan Proyek .................................................................. 40
4.2.1.2. Tahapan Kegiatan Perancangan ....................................... 40
4.2.1.2.1. Tahap Persiapan ............................................... 41
4.2.1.2.2. Kondisi Eksisting Tapak .................................. 42
4.2.1.2.3. Tahap Analisis ................................................. 42
4.2.1.2.4. Tahap Sintesis .................................................. 43
4.2.1.3. Rencana Kebutuhan Lanskap ........................................... 51
4.2.1.4. Evaluasi Desain ................................................................ 55
4.2.2. RingRoad (Jalan Lingkar) ............................................................. 58
4.2.2.1. Tujuan Proyek .................................................................. 58
4.2.2.2. Tahapan Kegiatan Perancangan ...................................... 58
4.2.2.2.1. Kondisi Eksisting ............................................. 58
4.2.2.2.2. Proses Pembuatan Jalan ................................... 59
4.2.2.2.3. Sintesis ............................................................. 61
4.2.2.3. Evaluasi Desain ................................................................ 65
4.2.3. Planter Box.................................................................................... 76
4.2.3.1. Tujuan Proyek .................................................................. 76
4.2.3.2. Tahapan Kegiatan Perancangan ....................................... 77
4.2.3.2.1. Pembuatan Planter Box ................................... 77
4.2.3.2.2. Perubahan Elemen Softscape ........................... 78
4.3. Pengawasan dan pengecekan ke Lapang ................................................ 81
4.3.1. Tahapan Pembangunan atau Kontruksi ........................................ 82
4.3.2. Tahapan Pengecekan ..................................................................... 83
4.3.3. Evaluasi Pembangunan ................................................................. 83
BAB V. PEMBAHASAN ..................................................................................... 85
5.1. Posisi Mahasiswa Magang ...................................................................... 85

v

5.2. Proses Perancangan Lanskap .................................................................. 87
5.3. Aspek Desain .......................................................................................... 88
5.3.1. Proyek Helipad Area .................................................................... 89
5.3.2. Proyek Ring Road (Jalan Lingkar) ............................................... 90
5.3.3. Proyek Planter box....................................................................... 92
5.4. Aspek Pekerjaan Fisik atau Konstruksi .................................................. 92
5.4.1. Pemasangan Paving pada Plasa Kolam Renang .......................... 98
5.4.2. Water future pada Kolam Renang The Wave/Ocea ................... 102
5.5. Pemeliharaan Kawasan ......................................................................... 106
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN................................................................. 108
6.1. Simpulan ............................................................................................... 108
6.2. Saran ..................................................................................................... 108
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 109
LAMPIRAN ....................................................................................................... 111

vi

DAFTAR TABEL
1 Penggunaan lahan DKI Jakarta tahun 2008 ...................................................... 8
2 Jenis, bentuk, dan sumber ................................................................................. 20
3 Rencana kebutuhan lanskap proyek helipad .................................................... 52
4 Kebutuhan semak tanaman/meter2 ................................................................... 56
5 Rencana kebutuhan lanskap proyek ringroad alternatif 1 ................................ 68
6 Rencana kebutuhan lanskap proyek ringroad alternatif 2 ................................ 70
7 Rencana kebutuhan lanskap proyek ringroad alternatif 3 ................................ 72
8 Rencana kebutuhan lanskap proyek ringroad alternatif 4 ................................ 74
9 Partisipasi aktif pada masing-masing proyek ................................................... 88

vii

DAFTAR GAMBAR

1

Hubungan kontraktual suatu proyek ............................................................... 13

2

Kawasan Rasuna Epicentrum .......................................................................... 15

3

Penempatan tanaman pada lokasi.................................................................... 16

4

Sungai Cideng ................................................................................................. 17

5

Lokasi PT Bakrie Swasakti Utama ................................................................. 18

6

Situasi ruang penerimaan tamu (lobby) PT Bakrie Swasakti Utama .............. 24

7

Situasi studio kerja PT Bakrie Swasakti Utama .............................................. 25

8

Peralatan dan bahan yang tersedia di PT Bakrie Swasakti Utama .................. 25

9

Tahap studi awal proyek ................................................................................. 27

10 Tahap pendalaman fs oleh konsultan .............................................................. 28
11 Tahap persiapan tender konsultan ................................................................... 31
12 Tahap pelaksanaan tender ............................................................................... 33
13 Tahap konstruksi ............................................................................................. 35
14 Tahap claim process ........................................................................................ 37
15 Tahap pasca proyek ......................................................................................... 39
16 Proses perancangan proyek helipad ................................................................ 40
17 Lokasi proyek helipad ..................................................................................... 41
18 Kondisi eksisting proyek helipad .................................................................... 42
19 Peta analisis proyek helipad ........................................................................... 43
20 Pembagian zona pada helipad ......................................................................... 45
21 Zonasi konsep ruang proyek helipad .............................................................. 45
22 Zonasi konsep sirkulasi proyek helipad .......................................................... 46
23 Zonasi konsep vegetasi proyek helipad .......................................................... 47
24 Jarak ketinggian tanaman pada Helipad .......................................................... 47
25 Detail penanaman pohon pada proyek helipad .............................................. 49
26 Detail penanaman rumput pada proyek helipad............................................. 49
27 Detail penanaman tanaman penutup tanah pada proyek helipad .................... 50
28 Ilustrasi helipad ............................................................................................... 50

viii

29 Ilustrasi keseluruhan area proyek helipad ....................................................... 51
30 Layout penataan helipad ................................................................................. 55
31 Ukuran TLOF, FATO dan safety area ............................................................ 56
32 Penggunaan lampu pada helipad..................................................................... 57
33 Ilustrasi dari evaluasi desain proyek helipad .................................................. 57
34 Proses perancangan proyek ringroad .............................................................. 58
35 Lokasi proyek ringroad .................................................................................. 59
36 Kondisi eksisting proyek ringroad ................................................................. 59
37 Kondisi eksisting tanah proyek ringroad ........................................................ 60
38 Tahapan pembangunan jalan ........................................................................... 60
39 Ilustrasi posisi mata burung proyek ringroad alternatif 1 ............................... 62
40 Ilustrasi proyek ringroad alternatif 1 ............................................................. 62
41 Ilustrasi posisi mata burung proyek ringroad alternatif 2 ............................... 63
42 Ilustrasi detail proyek ringroad alternatif 2 .................................................... 63
43 Ilustrasi posisi mata burung proyek ringroad alternatif 3 ............................... 64
44 Ilustrasi keseluruhan proyek ringroad alternatif 4 .......................................... 64
45 Ilustrasi tampak depan proyek ringroad alternatif 4 ....................................... 65
46 Tahapan proyek planter box............................................................................ 77
47 Proses pembuatan planter box ........................................................................ 78
48 Kondisi eksisting planter box di South Gate................................................... 78
49 Desain planter box South Gate alternatif 1 ..................................................... 79
50 Desain planter box South Gate alternatif 2 ..................................................... 79
51 Kondisi eksisting planter box di Bakrie Tower .............................................. 80
52 Ilustrasi tampak atas planter box di Bakrie Tower ......................................... 80
53 Ilustrasi Tampak Samping planter box di Bakrie Tower ................................ 80
54 Ilustrasi Posisi Mata Burung planter box di Bakrie Tower............................. 81
55 Lokasi proyek The Wave ................................................................................ 82
56 Pondasi telapak................................................................................................ 95
57 Pondasi rollag bata .......................................................................................... 95
58 Pondasi batu kali ............................................................................................. 96
59 Pondasi batu bata............................................................................................. 97
60 Pondasi ceker ayam ......................................................................................... 96

ix

61 Pondasi sumuran ............................................................................................. 96
62 Pondasi bored pile ........................................................................................... 97
63 Pondasi tiang pancang ..................................................................................... 97
64 Material coral sikat .......................................................................................... 98
65 Langkah pemasangan keramik ...................................................................... 102
66 Kondisi eksisting pemasangan keramik ........................................................ 102
67 Instalasi kontruksi air terjun .......................................................................... 105
68 Desain air terjun pada area kolam renang The Wave ................................... 105
69 Transportasi tram .......................................................................................... 106
70 Kegiatan Pemeliharaan.................................................................................. 107

x

DAFTAR LAMPIRAN

1

Masterplan kawasan Rasuna Epicentrum................................................... 112

2

Struktur organisasi perusahaan Bakrie Swasakti Utama ............................ 113

3

Jurnal harian .............................................................................................. 114

4

Siteplan proyek helipad.............................................................................. 130

5

Rencana vegetasi proyek helipad ............................................................... 131

6

Desain penanaman proyek helipad ............................................................ 132

7

Siteplan proyek ringroad alternatif 1 ......................................................... 133

8

Desain penanaman proyek ringroad alternatif 1 ........................................ 134

9

Siteplan proyek ringroad alternatif 2 ......................................................... 135

10 Desain penanaman proyek ringroad alternatif 2 ........................................ 136
11 Siteplan proyek ringroad alternatif 3 ......................................................... 137
12 Desain penanaman proyek ringroad alternatif 3........................................ 138
13 Siteplan proyek ringroad alternatif 4 ......................................................... 139
14 Desain penanaman proyek ringroad alternatif 4........................................ 140
15 Rencana vegetasi proyek Planter Box Bakrie Tower ................................. 141
16 Landscapeplan The Wave/ Ocea ............................................................... 142

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kota Jakarta sebagai ibukota negara merupakan kota yang dinamis secara
administratif mempunyai luas kurang lebih 65.000 ha, yang terbagi menjadi 5
wilayah kota (Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Utara, Jakarta Timur, dan
Jakarta selatan) dan 1 kabupaten (Kepulauan Seribu). Menurut sensus pada tahun
2011 jumlah penduduk DKI Jakarta berjumlah 9,6 juta jiwa ditambah warga luar
Jakarta pada siang hari sebanyak 2,5 juta. Dengan begitu di siang hari, populasi di
Jakarta sudah mencapai 12,1 juta jiwa. Meningkatnya angka jumlah penduduk di
Jakarta yang terjadi setiap tahunnya menjadikan daya tarik bagi perusahaanperusahaan pengembang yang bergerak di bidang pengembangan kawasan pada
suatu perkotaan untuk menghadirkan suatu kawasan baru dengan sarana dan
prasarana yang berada di sekitarnya seperti pusat perbelanjaan, gedung
perkantoran, rumah susun apartemen, fasilitas pendidikan dan lain-lain. Akan
tetapi, sering kali kawasan baru tersebut tidak didukung dengan kondisi ruang
terbuka hijau atau lanskap yang berada di sekitarnya dan di kelilingi oleh gedunggedung bertingkat yang akan menjadikan suatu kawasan yang padat.
Hal ini memperburuk kondisi keberadaan ruang terbuka hijau yang berada
di Jakarta yang semakin hari semakin berkurang persentasenya sehingga baik
pemerintah maupun pihak swasta bekerja sama dalam meningkatkan ruang
terbuka hijau di Jakarta. Adapun cara yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan
pengembang kawasan pada suatu perkotaan yaitu dengan menghadirkan suatu
kawasan yang dilengkapi oleh ruang terbuka hijau yang asri sehingga dapat
meningkatkan kenyamanan pengguna kawasan tersebut. Salah satu perusahaan
pengembang yang berfokuskan pada suatu kawasan perkotaan adalah PT
Bakrieland Development Tbk. Perusahaan ini tidak hanya memfokuskan pada
kegiatan pembangunan gedung-gedung bertingkat yang berada di wilayah DKI
Jakarta saja, akan tetapi keberadaan ruang terbuka hijau di sekitarnya juga
diperhatikan. Perusahaan ini mempunyai beberapa anak perusahaan yang

2

mempunyai fokus masing-masing untuk melengkapi suatu area atau kawasan
yang tersebar di seluruh Indonesia.
Salah satu anak perushaan PT Bakrieland Development Tbk adalah PT
Bakrie Swasakti Utama, perusahaan ini berfokus kepada pengembangan kawasan
di DKI Jakarta yang memperhatikan pentingnya ruang terbuka hijau dalam suatu
kawasan. Perusahaan ini telah menyelesaikan proyek Wisma Bakrie 1 dan 2,
Graha Capital dan saat ini sedang melaksanakan proyek di bidang pengembangan
properti perkotaan yaitu di Jakarta Selatan tepatnya berada di daerah Kuningan
dengan proyek pembuatan suatu kawasan bisnis yang bernama Kawasan Rasuna
Epicentrum. Kawasan ini dirancang dengan tema mixed-use area yang selaras
dengan lanskap yang berada di sekitarnya. Penataan lanskap yang juga mengarah
kepada taraf internasional dengan menghadirkan satu ciri khas yang dapat menjadi
sebuah keunggulan tersendiri bagi kawasan tersebut.
1.2. Tujuan
Tujuan umum kegiatan magang ini adalah untuk mempelajari dan
meningkatkan keterampilan serta soft kill dalam lingkup keprofesian arsitektur
lanskap yang berfokus pada proses perancangan lanskap suatu kawasan yang
dilaksanakan di PT Bakrie Swasakti Utama. Tujuan khusus dari kegiatan magang
ini adalah :
1. mempelajari sistem dan teknik perancangan serta mengikuti proses
perancangan lanskap kawasan maupun pekerjaan fisik yang dilaksanakan
oleh PT Bakrie Swasakti Utama.
2. mengenal berbagai jenis alat, bahan, metode, teknologi dan sumber daya
yang digunakan oleh PT Bakrie Swasakti Utama dalam proses
perancangan lanskap kawasan di studio, survei dan pengawasan di
lapangan.

3

1.3. Manfaat
Manfaat dari kegiatan magang yang dilakukan di PT Bakrie Swasakti Utama
ini adalah :
1. mengembangkan sikap profesionalisme kerja dalam lingkup keilmuan
arsitektur lanskap yang terwujud melalui kegiatan praktek perancangan
lanskap pada suatu kawasan di perkotaan.
2. meningkatkan soft kill mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja
khususnya pada proses perancangan dalam satu kawasan di perkotaan.
3. meningkatan

keterampilan

teknik

perancangan

dan

menambah

pengalaman serta sebagai media pertukaran informasi, ilmu dan teknologi
dalam arsitektur lanskap antara mahasiswa dengan PT Bakrie Swasakti
Utama.
4. menjalin hubungan kerjasama yang baik anatara mahasiswa magang, PT
Bakrieland Development Tbk, PT Bakrie Swasakti Utama dan
Departemen Arsitektur Lanskap IPB.

4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lanskap
Menurut Simonds (2006), lanskap adalah suatu bentang alam dengan
karakteristik tertentu, yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia. Lanskap
terdiri dari dua bagian yang membentuknya yaitu lanskap alami dan lanskap
buatan. Lanskap alami merupakan lanskap yang terbentuk oleh elemen-elemen
atau komponen secara alami sesuai dengan kaitannya dengan alam. Lanskap alami
diekspresikan oleh suatu pemandangan yang alami dengan sentuhan yang
memiliki hubungan dari keseluruhan komponen di alam yang harmonis dan
membentuk kesatuan yang kuat sedangkan lanskap buatan merupakan lanskap
alami yang telah mengalami modifikasi yang dilakukan oleh manusia seperti
taman, area wisata dan rekreasi, danau buatan, dan lain-lain. Suatu lanskap juga
dapat dikatakan sebagai suatu wajah atau karakter lahan atau tapak bagian dari
permukaan bumi dengan semua kegiatan kehidupan yang ada didalamnya. Baik
yang bersifat alami, non alami, atau keduanya, yang merupakan bagian total
lingkungan hidup manusia beserta makhluk lainnya, sejauh indra manusia dapat
menikmati dan merasakannya serta sejauh imajinasi dapat membayangkan.
2.2. Tata Ruang
Tata dapat diartikan sebagai aturan atau kaidah aturan dan susunan atau cara
menyusun sedangkan ruang merupakan wadah atau tempat atau lingkungan.
Jayadinata (1999), mendefinisikan ruang berdasarkan aspek geografi umum dan
geografi regional. Dalam aspek geografi umum, ruang (space) adalah permukaan
bumi yang merupakan lapisan biosfer yang berarti tempat hidup tumbuhan,
hewan, dan manusia. Dilihat dalam aspek geografi regional, ruang merupakan
suatu wilayah yang mempunyai batas geografi. Batas geografi itu berarti memiliki
batas keadaan fisik, sosial atau pemerintahan yang terjadi dari sebagian
permukaan bumi dan lapisan di bawahnya.
Menurut UU no.26 tahun 2007, ruang adalah wadah yang meliputi ruang
darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu
kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan,

5

dan memelihara kelangsungan hidupnya. Tata ruang adalah wujud struktur ruang
dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan
sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan
sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.
Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi
daya. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Definisi tata ruang menurut Sugandi dan Murtopo dalam Adisasmita (2010),
dimana tata ruang lebih menekankan kepada kegiatan menata yang merupakan
suatu pengaturan susunan ruang dalam suatu wilayah atau daerah sehingga
tercipta sebagai prasyarat yang bermanfaat bagi segi ekonomi, sosial, budaya dan
politik yang dapat bermanfaat bagi wilayah itu sendiri. Tata ruang ditinjau dalam
segi perkembangan ruang adalah suatu wadah tiga dimensi yang mempunyai
tinggi, lebar dan kedalaman yang menyangkut bumi, air, sungai, danau, lautan dan
yang terkandung didalamnya maupun angkasa luar yang dapat diperuntukkan dan
penggunaannya serta pengelolaannya dapat diambil manfaat sebesar-besarnya
bagi kemakmuran rakyat.
2.3. Kota
Definisi kota dilihat secara geografis yang berada dalam Jayadinata (1999)
merupakan suatu tempat yang terdapat jumlah penduduknya yang banyak, rumahrumahnya atau tempat tinggalnya secara berkelompok dan mata pencahariaan
penduduknya bukan pertanian. Kota menurut pengertian umum adalah tempat
yang mempunyai prasarana kota yaitu bangunan besar-besar (perkantoran), jalan
yang lebar, pasar yang luas beserta pertokoan, jaringan kawat listrik dan
jaringan pipa air. Kota merupakan salah satu tempat kehidupan manusia yang
dapat dikatakan paling kompleks, karena pengembangannya dipengaruhi oleh
aktivitas pengguna perkotaan yang menyesuaikan dengan perkembangan zaman
dan tuntunan hidup.
Kota dapat dikatakan sebagai suatu proses yang dapat dilihat hasilnya dan
perkembangannya yang jauh lebih menonjol dibandingkan dengan kawasan luar
kota, serta cenderung lebih menekankan pada segi ekonomi, dianggap sebagai

6

hasil rekayasa manusia untuk memenuhi kehidupan ekonomi penggunanya. serta
kota juga mempengaruhi kehidupan di segala bidang, yang berdampak pada
timbulnya masalah-masalah yang semakin kompleks sehingga memerlukan
pemecahaan suatu solusi (Mulyandari, 2001). Menurut Imendagri no. 14 tahun
1988, kota didefinisikan sebagai pusat pemukiman dan kegiatan penduduk yang
mempunyai batasan wilayah administratif yang diatur

dalam peraturan

perundangan serta telah memperhatikan watak dan ciri perkotaan. Serta menurut
Simonds (2006) kota didefinisikan sebagai bentukan lanskap buatan manusia yang
terjadi akibat kegiatan manusia dalam mengelola kepentingan hidupnya.
2.3.1.Klasifikasi Kota
Menurut Djunaedi (2000), Kota dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah
penduduk dan tingkat perkembangan kota itu sendiri. Klasifikasi menurut jumlah
penduduk :
1. kota kecil =penduduknya antara 20.000-50.000 jiwa,
2. kota sedang =penduduknya antara 50.000-100.000 jiwa,
3. kota besar =penduduknya antara 100.000-1.000.000 jiwa,
4. metropolitan =penduduknya antara 1.000.000-5.000.000 jiwa, dan
5. megapolitan =penduduknya lebih dari 5.000.000 jiwa.
Klasifikasi menurut Djunaedi (2000) dibagi berdasarkan tingkat perkembangan
kota:
1. tahap ecopolis adalah tahap perkembangan desa yang sudah teratur dan
masyarakatnya merupakan peralihan dari pola kehidupan desa ke arah
kehidupan kota,
2. tahap polis adalah suatu daerah kota yang sebagian penduduknya masih
mencirikan sifat-sifat agraris,
3. tahap metropolis adalah suatu wilayah kota yang ditandai oleh
penduduknya sebagian kehidupan ekonomi masyarakat ke sektor
industri,
4. tahap megapolis adalah suatu wilayah perkotaan yang terdiri dari
beberapa kota metropolis yang menjadi satu sehingga membentuk jalur
perkotaan,

7

5. tahap tryanopolis adalah suatu kota yang ditandai dengan adanya
kekacauan pelayanan umum, kemacetan lalu-lintas, tingkat kriminalitas
tinggi, dan
6. tahap necropolis (Kota mati) adalah kota yang mulai ditinggalkan
penduduknya.
Jika dilihat dari jumlah penduduk, Kota Jakarta termasuk ke dalam kota
megapolitan dikarenakan Kota Jakarta memiliki jumlah penduduknya sudah
mencapai 7,55 juta jiwa sedangkan menurut tingkat perkembangan kota, Jakarta
termasuk ke dalam tahap metropolis dan mengarah ke arah megapolis. Oleh
karena itu, kota Jakarta lebih dikenal dengan istilah kota metropolitan. Menurut
Adisasmita (2010), kota metropolitan merupakan suatu bentuk dari kesatuan
sistem perkotaan antara kota besar dengan sekelilingnya yang biasa disebut
dengan kota satelit dimana terdapat pembagian tugas antara kota inti dan kota
satelit dalam memberikan pelayanan.
2.3.2.Kawasan Bisnis
Kawasan sistem pusat kegiatan atau kawasan bisnis adalah kawasan yang
diarahkan bagi pemusatan berbagai kegiatan campuran maupun yang spesifik,
memiliki fungsi strategis dalam menarik berbagai kegiatan pemerintahan, sosial,
ekonomi dan budaya serta kegiatan pelayanan kota. Menurut hirarki terdiri dari
kawasan pusat kegiatan primer, kawasan pusat kegiatan sekunder dan kawasan
pusat kegiatan tersier. Kawasan pusat kegiatan primer adalah kawasan perkotaan
yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala nasional atau beberapa provinsi dan
internasional. Kawasan pusat kegiatan sekunder adalah kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kota/kabupaten
administrasi. Kawasan pusat kegiatan tersier adalah kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala kota/kabupaten administrasi atau
beberapa kecamatan.
Kawasan bisnis merupakan suatu kawasan yang menjadi pusat aktivitas di
kota seperti kawasan perdagangan dan perkantoran. Kawasan tersebut menjadi
pusat dari kegiatan perekonomian di suatu perkotaan sehingga para penduduk
sangat bergantung kepada keberadaan kawasan itu. Seperti halnya Kota Jakarta

8

yang memiliki kawasan bisnis di setiap sudut kotanya. Salah satu kawasan bisnis
di Kota Jakarta adalah Kuningan. Daerah Kuningan di Jakarta Selatan telah
menjadi Kawasan Bisnis yang dilengkapi berbagai tempat aktivitas yang
terpenting seperti adanya kawasan bangunan kedutaan negara asing, Bunderan
Hotel Indonesia, dan berbagai bangunan perkantoran.
2.4. Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan disebutkan bahwa
pengertian Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan atau
mengelompok yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Dalam
UU No. 26 tahun 2007, secara khusus mengamanatkan perlunya penyediaan dan
pemanfaatan ruang terbuka hijau, yang proporsi luasannya ditetapkan paling
sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota.
Kota Jakarta memiliki beberapa jenis ruang terbuka publik misalnya taman
bermain, taman kompleks (perumahan), dan taman rekreasi. Ruang terbuka
menciptakan karakter masyarakat kota itu sendiri. Ruang terbuka itu sendiri dapat
berbentuk jalan, trotoar, ruang terbuka hijau. Luas dan persentase lahan terbangun
dan potensi RTH di wilayah DKI Jakarta dapat dilihat pada Tabel 1. Salah satu
kebutuhan masyarakat perkotaan adalah tersedianya areal ruang publik (public
space). Setiap kota diharapkan melakukan penataan terhadap kawasan ruang
publik dan disusun dalam Rencana Tata Ruang (RTR) kota. Dalam menyusun
perencanaan tata ruang wilayah kota, maka suatu kota harus menyediakan dan
memanfaatkan areal untuk ruang terbuka hijau dan ruang terbuka publik (Joga dan
Ismaun, 2011).
Tabel 1. Penggunaan lahan di DKI Jakarta tahun 2008
No.

Guna Lahan

Luas wilayah

Persentase

1

Lahan terbangun

42.941,38 ha

66,62 %

2

RTH Publik

6.309,89 ha

9,79 %

9

3

RTH Privat
Luasan Daratan
DKI Jakarta

15.205,92 ha

23,59 %

64.457,19 ha

100 %

Sumber: Joga dan Ismaun, 2011
Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) berdasarkan Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2007 tentang Ruang Terbuka Hijau Kawasan
Perkotaan disebutkan bahwa pengertian RTH kawasan perkotaan adalah bagian
dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan
tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi, dan estetika.
Ruang terbuka hijau yang berada diperkotaan merupakan bagian dari penataan
ruang perkotaan yang berfungsi sebagai kawasan lindung. Kawasan hijau kota
terdiri atas pertamanan kota, kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi,
kawasan hijau kegiatan olahraga, dan kawasan pekarangan. Ruang terbuka hijau
diklasifikasi berdasarkan status kawasan, bukan berdasarkan bentuk vegetasinya
(Riswandi, 2004).
RTH kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka suatu wilayah perkotaan
(urban space) yang diisi oleh vegetasi guna mendukung manfaat langsung
dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu
keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan
tersebut. RTH merupakan bagian dari elemen perkotaan yang menjadi bagian
yang terpenting untuk sirkulasi udara perkotaan atau yang biasa disebut sebagai
paru-paru kota. Secara umum RTH didominasi oleh banyak pepohonan yang
rimbun dan termasuk kedalam kasus pertamanan. Hal ini dikarenakan sebuah
ruang terbuka menjadi sebuah bagian dari taman perkotaan, areal pemakaman,
ruang cadangan pemukiman,dan lain-lain (Edyanto, 2010).
2.5. Arsitektur Lanskap
Arsitektur lanskap merupakan suatu profesi yang mempelajari ilmu dan seni
perencanaan dan perancangan serta pengelolaan dari suatu lahan, penyusunan
elemen yang berada di alam atau permukaan bumi baik yang alami maupun yang
buatan melalui aplikasi ilmu pengetahuan dan budaya, dengan memperhatikan
keseimbangan kebutuhan pelayanan dan pemeliharaan sumber daya, hingga pada

10

akhirnya dapat tersajikan dalam suatu lingkungan yang fungsional dan estetis
(Hakim, 2012). Di dalam aktivitas profesional kerjanya seorang arsitek lanskap
mempunyai

komponen

kegiatan

dengan

adanya

pengklasifikasian

yang

berdasarkan kepada tuntutan kebutuhan masyarakat yaitu perencanaan lanskap,
perancangan lanskap, dan pengelolaan.
2.5.1. Perencanaaan Lanskap
Menurut Hakim (2012), perencanaan lanskap merupakan suatu gagasan
atau pendapat untuk memberikan masukan ke dalam tapak/ lahan yang akan
direncanakan. Perencanaan lanskap harus terdapat suatu sistem ekologi yang kuat
dan alami yang menjadikan suatu dasar serta berkonsentrasikan kepada suatu
evaluasi keadaan tanah atau tempat yang berkesinambungan untuk mempunyai
fungsi yang tepat. Proses ini selalu didukung dengan adanya sebuah tim yang
memfokuskan kepada suatu rencana tapak atau hukum. Perencanaan lanskap
adalah suatu proses kolaboratif untuk memberdayakan peran-serta masyarakat
dalam mengambil keputusan, pembebasan lahan, pengembangan, konektivitas,
pendanaan dan pengelolaan.
2.5.2. Perancangan Lanskap
Perancangan merupakan suatu proses dimulai dari gagasan sampai dengan
tercapainya gagasan yang menjadikan kepada tujuan semula. Proses perancangan
bergerak menuju perumusan ide dasar yang berupa desain. Perancangan
merupakan suatu usaha penanganan dari tapak (site) secara optimal

melalui

proses keterpaduan penganalisisan dari suatu tapak dan kebutuhan program
pengguna tapak menjadi suatu sintesa yang kreatif (Hakim, 2012). Sedangkan
menurut Eckbo (1964), desain merupakan suatu pemecahan masalah yang
ditimbulkan oleh suatu aktivitas yang dalam pembuatannya memerlukan sebuah
proses dan waktu untuk memproduksi desain tersebut. Suatu desain dimulai
dengan cara menganalisis masalah yang terjadi dan perlu adanya suatu
pengumpulan data sampai dengan berakhirnya proses tersebut sehingga
menghasilkan solusi yang berupa sintesis dari suatu imaginasi dan kemudian
dalam implentasinya harus nyata dalam segi fisik, visual dan

11

Menurut Simonds (2006) perancangan lanskap lebih ditujukan kepada
penggunaan volume dan ruang, yang setiap volume mempunyai bentuk, ukuran,
warna, tekstur dan kualitas lain sebagai pencirinya. Proses perencanaan dan
perancangan dalam arsitektur lanksap terdiri atas Commission, Research,
Analysis, Synthesis, Construction, and Operation. Commission adalah tahap
dimana klien menyatakan keinginannya atau kebutuhannya serta membuat definisi
pelayanan dalam suatu perjanjian kerja. Research merupakan tahap inventarisasi
atau pengumpulan data. Analysis merupakan tahap menganalisis tapak, melakukan
pengkajian terhadap peraturan pemerintah, ketentuan standar dan potensi tapak.
Synthesis merupakan tahap perbandingan, pengkajian dampak, akomodasi dan
konsolidasi, membuat studi sistematis atas menentukan metode pelaksanaan.
Construction merupakan tahap pelaksanaan dengan membuat dokumen pekerjaan,
kontrak kerja, supervisi dan pengecekan pelaksanaan. Operation merupakan tahap
penyelesaian proyek yang mencakup pelaksanaan kunjungan secara periodik,
penyesuaian dan perbaikan serta observasi penampakan.
Dalam Ingels (2004), perancangan yang menghasilkan suatu desain harus
memperhatikan prinsip-prinsip dalam desain tersebut seperti keseimbangan, titik
pusat yang menjadi perhatian (focal point), simpel, irama, proporsi, dan kesatuan.
Desain yang mempunyai keseimbangan antara satu sisi dengan sisi yang lainnya
akan jauh lebih baik untuk dilihat maka nilai estetika yang terkandung dalam
desain tersebut lebih tinggi. Titik pusat yang menjadi perhatian (focal point)
dimana salah satu objek diletakkan lebih kuat dalam komposisi. Focal point dapat
ditunjukkan dengan menghadirkan obyek seperti tanaman, hardscape, elemen
dalam arsitektur, warna, perpindahan atau pergerakan dari obyek itu sendiri, dan
tekstur atau kombinasi dari semuanya. Dengan prinsip keseimbangan maka akan
terlihat lebih simpel dimana menghadirkan suatu obyek yang simpel maka orang
yang akan melihat akan merasa lebih nyaman. Irama dalam desain adalah
terjadinya pengulangan unsur-unsur lanskap yang dipergunakan pada tempat yang
berbeda dalam suatu tapak sehingga membentuk suatu ikatan atau hubungan
visual dari bagian-bagian yang berbeda. Proporsi lebih menekankan kepada
ukuran dari obyek yang dihadirkan antara semua elemen yang berada di
dalamnya. Kesatuan yang dimaksud adalah hubungan yang harmonis dari

12

berbagai elemen atau komponen dan unsur yang ada dalam suatu rancangan.
Keharmonisan ini akan membentuk suatu karakter yang khas dari suatu rancangan
lanskap.
2.5.3.Pengelolaan Lanskap
Suatu obyek yang telah dirancang kemudian dilakukan pelaksanaan
pembangunan atau implementasi, setelah dilakukan tahap implementasi maka
perlu adanya suatu pengelolaan/pemeliharaan agar obyek tersebut tetap berada
pada kondisi yang baik. Pengelolaan menurut Oktaviarni (2008) berhubungan
dengan kebijakan dan perencanaan yang panjang dan organisasi dari staf dan
pelengkapan untuk mencapai pemeliharaan yang efektif. Dengan melakukan
pemeliharaan yang efektif maka suatu lanskap atau obyek yang telah di
implementasikan akan mengandung nilai estetika yang lebih tinggi dan
menjadikan obyek tersebut lebih nyaman untuk dilihat.
2.6. Proyek
Menurut buku panduan PMBOK ( A Guide to the Project Management Body
of Knowledge ) dalam Heryanto dan Triwibowo (2009), proyek adalah suatu
usaha sementara yang dilaksanakan untuk menghasilkan suatu produk atau jasa
yang unik. Makna sementara yakni setiap proyek memiliki tanggal mulai dan
selesai yang tertentu. Sedangkan makna unik berarti produk atau jasa yang
dihasilkan adalah berbeda dari produk atau jasa sejenis lainnya, tidak ada dua
proyek yang seratus persen sama.
Ingels (2004) menyatakan bahwa kontrak merupakan suatu perjanjian secara
tertulis yang terikat secara sah menurut hukum, biasanya antara dua pihak, yang
mendeskripsikan beberapa pekerjaan dan atau bahan-bahan yang akan dilengkapi
dengan penetapan keuntungan pembayaran atau nilai kompensasi lainnya.
Beberapa pihak yang terlibat dalam suatu pekerjaan atau proyek dalam kontrak
diantaranya klien (pemilik), kontraktor, dan subkontraktor. Klien adalah
seseorang atau organisasi badan usaha yang memiliki dan menyediakan biaya
untuk suatu proyek. Dana tersebut berasal dari dana pribadi klien ataupun dari
sumber lain. Proses perancangan dalam suatu proyek melibatkan klien untuk

13

mendapatkan suatu hasil yang dapat memuaskan. Urutan langkah dalam
pengerjaan suatu proyek lanskap adalah dimulai menerjemahkan keingingan atau
hasrat dari klien, selanjutnya bergerak ke tahap desain, kemudian akhirnya masuk
ke dalam tahapan konstruksi dan dilanjutkan dengan pemeliharaan serta
pengelolaan.
Menurut Ingels (2004) suatu proyek lanskap akan melibatkan klien dan
tenaga ahli yang berkaitan dengan bidangnya seperti arsitek, insiyur sipil, arsitek
lanskap, perusahaan kontraktor lanskap, perusahaan pemeliharaan dan pemasok
material. Kontraktor adalah pihak yang bekerja untuk klien dalam suatu kontrak
atau wakil dari klien. Subkontraktor adalah kontaktor yang disewa oleh kontraktor
utama

untuk melakukan porsi pekerjaan proyek. Biasanya subkontraktor

berhubungan langsung dengan kontraktor utama bukan dengan klien. Hubungan
kontraktual yang dijalankan pada suatu proyek dapat dilihat dalam Gambar 1.

Klien

Konsultan
Lanskap

Subkontraktor

Kontraktor
Lanskap

Subkontraktor

Subkontraktor

Gambar 1. Hubungan kontraktual suatu proyek
Sumber : Ingels, 2004
2.7. Kawasan Rasuna Epicentrum
Rasuna Epicentrum adalah kawasan superblok terbesar dari Bakrieland yang
terletak di wilayah Kuningan, Jakarta. Rasuna Epicentrum akan menjadi
superblok pertama di Jakarta yang membawa paradigma baru mengenai urban
development. Kawasan ini mengangkat sebuah konsep live, work, and play yang
berintegrasi dengan gaya hidup masyarakat serta karya arsitektur kelas dunia yang
berkualitas tinggi. Area mixed-use terintegrasi mempunyai konsep retail outdoor

14

yang modern yang diberi nama dengan media walk, diman