Substitusi Rumput Gajah dengan Limbah Tauge dalam Ransum Bentuk Pellet terhadap Performa dan Nilai Komersil Kelinci Jantan Lokal persilangan.
SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TAUGE DALAM
RANSUM BENTUK PELLET TERHADAP PERFORMA DAN NILAI
KOMERSIL KELINCI LOKAL JANTAN PERSILANGAN
JIHAD MUKTI
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Substitusi Rumput
Gajah Dengan Limbah Tauge Dalam Ransum Bentuk Pellet Terhadap Performa
dan Nilai Komersil Kelinci Lokal Jantan Persilangan adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2013
Jihad Mukti
NIM D24080262
ABSTRAK
JIHAD MUKTI. Substitusi Rumput Gajah dengan Limbah Tauge dalam Ransum
Bentuk Pellet Terhadap Performa dan Nilai Komersil Kelinci Lokal Jantan
Persilangan. Dibimbing oleh DWI MARGI SUCI dan LIDY HERAWATI.
Alternatif pakan untuk mengurangi penggunaan ransum komersil adalah
limbah tauge. Penelitian ini bertujuan membandingkan performa kelinci jantan
lokal yang diberi pakan komplit berbentuk pellet dengan menggunakan limbah
tauge yang mensubstitusi penggunaan rumput gajah. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Ternak yang
digunakan 16 ekor kelinci lokal jantan berumur 2 bulan dengan bobot hidup rata
rata 879.375 + 60.874 g ekor-1. Perlakuan yang diberikan terdiri dari P0 = 15%
rumput gajah + 85% konsentrat, P1 = 10% rumput gajah + 5% limbah tauge +
85% konsentrat, P2 = 5% rumput gajah + 10% limbah tauge + 85% konsentrat, P3
= 15% limbah tauge + 85% konsentrat. Data dianalisis dengan sidik ragam
(ANOVA). Hasil penelitian menunjukkan penggunaan limbah tauge sampai taraf
15% dalam Pellet dapat mensubstitusi rumput gajah dan menurunkan harga pakan
dengan memberikan performa yang baik pada ternak kelinci jantan lokal.
Pertambahan bobot badan harian kelinci yang diberi pellet P2 dan P3 sebesar
18.954 – 19.785 g ekor-1 hari-1 dengan bobot badan akhir lebih besar dibandingkan
P0 dan P1. Konsumsi pellet yang paling tinggi pada perlakuan P2 dan P1,
konsumsi pellet perlakuan P3 tidak terlalu tinggi dan menunjukkan rataan bobot
badan akhir lebih baik selain itu dapat menurunkan biaya.
Kata kunci : kelinci jantan lokal, limbah tauge, performa, pellet, rumput gajah.
ABSTRACT
JIHAD MUKTI. Substitution of Pennisetum purpureum to Sprouts Waste in
Pellet Form Rations toward Performance and Commercial Value of Crossed Male
Local Rabbit. Guided by DWI MARGI SUCI and LIDY HERAWATI.
Alternative feed rations to reduce the use of commercial waste are sprouts.
This study aimed to compare the performance of local male rabbits fed by
complete sprouts waste pellet shaped to substitute the use of elephant grass. This
study used a completely randomized design with 4 treatments and 4 repetitions.
There were 16 local male rabbits aged 2 months with an average live weight
879.375 + 60.874 g head-1. Treatments consisted of P0 = 15 % of elephant grass +
85 % of concentrate, P1 = 10 % elephant grass + 5 % of sprouts waste + 85 %
concentrate, P2 = 5 % of elephant grass + 10 % sprouts waste + 85 % concentrate,
P3 = 15 % of sprouts waste + 85 % concentrate. Data were analyzed by analysis
of variance (ANOVA). The results showed that the use of waste to the extended
15 % of sprouts waste pellets could substitute the usage of elephant grass and
reduce the price of feed to give a good performance on the local male rabbits.
Daily weight gain of rabbits given pellet P2 and P3 is 18.954 to 19.785 g day-1
with a final body weight greater than P0 and P1. The highest pellet consumption
is the treatment of P2 and P1, the consumption of P3 pellet treatment is not too
high and shows the average final body weight better than others. It also could
decrease the cost.
Keywords: local male rabbits, pellets, Pennisetum purpureum, performance,
sprouts waste.
SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TAUGE DALAM
RANSUM BENTUK PELLET TERHADAP PERFORMA DAN NILAI
KOMERSIL KELINCI LOKAL JANTAN PERSILANGAN
JIHAD MUKTI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Substitusi Rumput Gajah dengan Limbah Tauge dalam Ransum
Bentuk Pellet terhadap Performa dan Nilai Komersil Kelinci
Jantan Lokal persilangan.
Nama
NIM
: Jihad Mukti
: D24080262
Disetujui oleh
Ir Dwi Margi Suci, MS
Pembimbing I
Ir Lidy Herawati, MS
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof. Dr. Ir. Panca Dewi MHKS M.Si
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
JuJu l Skripsi : Substitusi RUlnput Gajah dengan Limbah Tauge dalam R&nsum
Bentuk Pellet terhadap Perfonna dan Nilai Komersil Kelinci
Jantan Lokal persilangan.
Nama
NIM
: Jihad Mukti
: D24080262
Di setujui oleh
\、wセ@
Ir Lidy Herawati, MS
Pembimbing II
If Dwl Margi Suei, MS. .
Pempimbing I
Tanggal Lulus:
(2 3 D: .
-, 'n
セ
. .. J
4
..;
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Substitusi Rumput Gajah Dengan Limbah Tauge Dalam Ransum Bentuk Pellet
Terhadap Performa dan Nilai Komersil Kelinci Lokal Jantan Persilangan. Skripsi
ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Peternakan,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini berisi informasi tentang manfaat penggunaan limbah tauge pada
ransum komplit berbentuk pellet yang mensubtitusi rumput gajah untuk ternak
kelinci dalam memenuhi kebutuhan zat makanan untuk hidup pokok dan
produksinya. Potensi ketersediaan dan kandungan zat makanan yang dimiliki
limbah tauge diharapkan mampu memenuhi ketersediaan hijauan pakan di
Indonesia yang berfluktuasi secara kuantitas dan kualitas serta memaksimalkan
produktifitas ternak kelinci dalam memenuhi kebutuhan protein hewani.
Penulis memahami bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Penulis berharap penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan semua pihak yang membutuhkan serta dapat diaplikasikan dengan baik.
Bogor, Desember 2013
Jihad Mukti
NIM D24080262
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
METODE
2
Bahan
2
Kandang dan Peralatan
3
Lokasi dan Waktu
3
Prosedur Percobaan
3
Peubah Yang Diamati
5
Rancangan Percobaan
6
Analisis Data
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Kondisi Umum
6
Konsumsi Bahan Kering
7
Persentasi Konsumsi Bahan Kering
8
Pertambahan Bobot Badan
8
Efisiensi Pakan
9
Nilai Ekonomi
9
KESIMPULAN DAN SARAN
11
Kesimpulan
11
Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
11
RIWAYAT HIDUP
13
UCAPAN TERIMA KASIH
13
LAMPIRAN
14
DAFTAR TABEL
Kandungan nutrient rumput gajah dan limbah tauge
Komposisi penggunaan bahan pada pellet perlakuan
Kandungan nutrient pellet perlakuan
Rataan temperatur dan kelembaban relatif kandang
Rataan konsumsi bahan kering dan persentasi konsumsi bahan
kering
6. Rataaan pertambahan bobot badan
7. Efisiensi pakan
8. Perhitungan nilai ekonomi
1.
2.
3.
4.
5.
2
4
5
6
7
8
9
10
DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
Kelinci penelitian
Limbah tauge
Rumput gajah
Kandang penelitian
Pakan penelitian
2
3
3
3
5
DAFTAR LAMPIRAN
1. Hasil sidik ragam peubah penelitian menggunakan software ibm spss
statistics 20.
2. Uji jarak duncan konsumsi bahan kering (ge-1h-1)
3. Uji jarak duncan kebutuhan konsumsi bahan kering (%)
4. Uji jarak duncan pertambahan bobot badan harian (ge-1)
5. Uji jarak duncan efisiensi
14
14
14
15
15
PENDAHULUAN
Kesadaran masyarakat akan kebutuhan protein hewani semakin meningkat
akan tersedianya sumber protein hewani. Kelinci merupakan salah satu ternak
penghasil daging yang dapat dijadikan alternatif untuk memenuhi kebutuhan
protein hewani dan mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai
penghasil daging. Kelinci cepat berkembang biak, memiliki laju pertumbuhan
tinggi, serta mudah dalam pemenuhan kebutuhan pakan. Usaha budidaya ternak
kelinci sebagai penghasil daging lebih menguntungkan karena kelinci merupakan
ternak prolific yang dapat beranak 6 kali dalam setahun dengan rata rata jumlah
anak 6 ekor perkelahiran (Sudaryanto 2007). Kualitas daging kelinci juga
mengandung protein tinggi yaitu 21 g 100g-1 dan rendah kolesterol yaitu
164 mg 100g-1 (Lebas et al. 1997).
Ketersediaan bahan baku pakan yang terjamin nilai nutrisinya dengan harga
yang lebih ekonomis merupakan salah satu penunjang usaha produksi ternak
kelinci. Kelinci merupakan hewan pseudo-ruminant sehingga kelinci juga mampu
mengkonsumsi hijauan, limbah sayuran dan hasil produk pakan yang mudah
tersedia atau murah. Pellet komersil untuk kelinci yang ada di pasaran relatif
mahal sehingga diperlukan alternatif untuk mencari pakan yang tersedia
kontinYu, murah, mudah didapat, memliki nilai gizi yang cukup, mudah dicerna
serta tidak mengganggu kesehatan ternak. Salah satu alternatif pakan untuk
menurunkan harga pellet adalah limbah tauge. Pemanfaatan limbah sebagai pakan
ternak juga merupakan salah satu cara pemecahan masalah dalam mengurangi
pencemaran lingkungan akibat limbah industri.
Limbah tauge adalah sisa produksi tauge yang terdiri dari kulit kacang hijau
dan pecahan-pecahan tauge yang dibawa dalam cucian akhir pembuatan tauge
segar yang tidak mempunyai nilai ekonomi dan dapat mencemari lingkungan
(Agustina 2002). Total produksi tauge daerah Bogor sekitar 6,5 ton/hari dan
berpeluang menghasilkan limbah tauge sebesar 1,5 ton hari-1 (Rahayu et al. 2010).
Limbah tauge juga memiliki nilai nutrisi yang cukup baik, yaitu kandungan air
63.35%, abu 7.35%, lemak 1.17%, protein 13.62% dan serat kasar 49.44%. Serat
dalam pakan kelinci merupakan komponen penting karena kelinci merupakan
pseudoruminant yang fisiologi pencernaannya beradaptasi tinggi terhadap
konsumsi dinding sel tanaman (Maertens 2007). Serat berpengaruh pada laju
pengosongan saluran pencernaan dan menjadi komponen utama dalam
pengembangan mikroba (Chao and Li 2008). Level serat yang digunakan pada
pakan kelinci pertumbuhan yaitu sebesar 12.2%-24.4% (Gidenne et al. 2010).
Serat kasar erat hubungannya dengan kemampuan ternak untuk menghasilkan
sumber energi. Serat memiliki hubungan positif dengan tingkat konsumsi.
Kenaikan tingkat serat akan menurunkan tingkat kecernaan, ternak akan
mengkonsumsi lebih banyak pakan agar dapat memenuhi kebutuhan energi
(Van Soest 1994).
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan performa kelinci jantan
lokal yang diberi pakan komplit berbentuk pellet dengan menggunakan limbah
tauge yang mensubstitusi rumput gajah sebagai sumber hijauan. Informasi yang
dibutuhkan untuk pengkajian adalah level penggunaan limbah tauge yang efisien
untuk performa kelinci lokal jantan persilangan dan dapat menggantikan sebagai
sumber hijauan.
2
Melihat kandungan gizinya yang tinggi sangat memungkinkan limbah tauge
digunakan sebagai pakan tambahan untuk mengurangi penggunaan pakan
komersil pada kelinci. Pemanfaatan limbah tauge secara maksimal merupakan
langkah strategis dalam upaya mencapai efisiensi usaha, terlebih limbah tauge
bukan merupakan kebutuhan langsung bagi manusia. Penggunaan limbah tauge
dapat menggantikan rumput, selain itu dapat memberikan performa yang baik dan
dapat menurunkan harga pakan.
METODE
Bahan
Ternak yang digunakan adalah kelinci jantan lokal persilangan, sebanyak
16 ekor umur 2 bulan dengan bobot hidup rata rata 879.375 + 60.874 g ekor-1.
Ternak kelinci dikandangkan pada kandang individu dengan 1 minggu masa
adaptasi dan 5 minggu masa pemeliharaan.
Gambar 1 Kelinci penelitian
Bahan yang digunakan dalam pembuatan pellet antara lain rumput gajah,
limbah tauge dan konsentrat. Konsentrat yang digunakan terdiri dari jagung,
pollard, bungkil kedelai, bungkil kelapa, onggok, dedak halus, CaCO3, premix,
CPO dan garam. Kandungan nutrien pada hijauan yang digunakan berdasarkan
100% BK (Bahan Kering) dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Kandungan nutrien rumput gajah dan limbah tauge dalam BK
Hijauan
Abu
Protein Kasar
Lemak Kasar
Serat Kasar
Beta-N
Ca
P
Rumput Gajah (RG)
Limbah Tauge (LT)
(%)
12.00
8.69
2.71
32.30
44.30
0.47
0.34
10.44
13.20
1.17
41.49
33.70
1.07
0.38
Keterangan : Analisa dilakukan oleh Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas
Peternakan, IPB (2012).
3
Gambar 2 Limbah tauge
Gambar 3 Rumput gajah
Kandang dan Peralatan
Penelitian ini menggunakan kandang battery sebanyak 16 buah dengan
ukuran panjang x lebar x tinggi masing-masing 0.5 x 0.5 x 0.5 meter, yang terbuat
dari bambu. Tiap kandang berisi satu ekor kelinci, selain itu juga disediakan
kandang karantina untuk kelinci yang sakit.
Gambar 4 Kandang penelitian
Peralatan yang dibutuhkan adalah timbangan digital untuk mengukur
pellet yang diberikan dan untuk menimbang bobot badan kelinci, thermometer dan
hygrometer untuk mengukur suhu dan kelembaban daerah sekitar kandang, alat
kebersihan, mangkok pakan dan tempat air.
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksanakan dengan melakukan persiapan, pembuatan ransum,
pembuatan pellet di Laboratorium Industri Pakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor. Pemeliharaan dan pengamatan kelinci dilakukan di kandang
Laboratorium Pemuliaan Genetik, Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan,
Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli sampai dengan
bulan Agustus 2012.
Prosedur Percobaan
Penelitian ini menggunakan pakan komplit bentuk pellet yang menggunakan
hijauan rumput gajah (RG), limbah tauge (LT) dan konsentrat. Penelitian ini
terdiri dari empat perlakuan ; P0: 15 % RG + 85% Konsentrat, P1: 10% RG + 5%
LT + 85% Konsentrat, P2: 5% RG + 10% LT + 85% Konsentrat dan P3: 15% LT
+ 85% Konsentrat.
4
Pengambilan data konsumsi dilakukan setiap hari selama lima minggu
setelah satu minggu masa adaptasi. Waktu pemberian pellet dilakukan pagi dan
sore hari, pagi hari pukul 08.00 WIB dan sore hari pukul 16.00 WIB. Waktu
pengambilan data konsumsi dilakukan sebelum pemberian pellet pagi hari pukul
08.30 WIB dengan cara menimbang sisa pellet pemberian hari sebelumnya dan
pellet yang berjatuhan yang tidak dimakan ikut ditimbang, air minum diberikan
ad libitum.
Pengambilan data PBB dilakukan setiap minggu selama lima minggu
dengan menimbang bobot badan awal setelah satu minggu masa adaptasi. Waktu
pengambilan data PBB dilakukan sebelum pemberian pakan pagi hari.
Pengambilan data suhu dan kelembaban dilakukan setiap hari pagi pukul 07.00
WIB, siang pukul 13.00 WIB, sore pukul 17.00 WIB dan malam pukul 21.00
WIB. Komposisi penggunaan bahan pada pellet perlakuan dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2 Komposisi penggunaan bahan pada pellet perlakuan
Bahan Pakan
Rumput gajah
Limbah tauge
Jagung
Pollard
Bungkil kedelai
Bungkil kelapa
Dedak halus
Onggok
CaCO3
Premix
CPO
Garam
Total
P0
15.0
20.0
15.0
16.0
11.0
6.0
12.0
1.0
0.5
3.0
0.5
100
P1
(%)
10.0
5.0
20.0
15.0
16.0
11.0
6.0
12.0
1.0
0.5
3.0
0.5
100
P2
P3
5.0
10.0
20.0
15.0
16.0
11.0
6.0
12.0
1.0
0.5
3.0
0.5
100
15.0
20.0
15.0
16.0
11.0
6.0
12.0
1.0
0.5
3.0
0.5
100
Keterangan : P0: 15 % Rumput gajah + 85% Konsentrat, P1: 10% Rumput gajah + 5% Limbah
Tauge + 85% Konsentrat, P2: 5% Rumput gajah + 10% Limbah Tauge + 85%
Konsentrat dan P3: 15% Limbah Tauge + 85% Konsentrat.
Tepung rumput gajah dibuat dengan cara rumput gajah segar diangin
anginkan dibawah sinar matahari sampai sedikit layu kurang lebih 2 hari masa
penjemuran sinar matahari, rumput gajah yang sudah layu kemudian dicacah
menggunakan mesin pencacah. Rumput gajah yang sudah dicacah dijemur sampai
kering. Rumput gajah yang sudah kering digiling sampai terbentuk tepung rumput
gajah. Tepung limbah tauge dibuat dengan cara limbah tauge segar disortir dari
kotoran yang terbawa, kemudian limbah tauge dijemur menggunakan plastik
terpal diatas sinar matahari sampai kering, limbah tauge yang sudah kering
digiling sampai terbentuk tepung limbah tauge. Setelah terbentuk tepung rumput
gajah dan tepung limbah tauge, dilakukan pencampuran sesuai dengan persentase
yang telah ditentukan. Tepung hijauan yang telah dicampurkan selanjutnya
digabungkan dengan konsentrat yang terdiri dari jagung, pollard, bungkil kedelai,
bungkil kelapa, dedak halus, onggok, CaCO3, premix, CPO dan garam, setelah itu
dilakukan pengadukan sampai homogen, lalu dimasukan kedalam mesin pellet
5
dengan ukuran diameter die 4 mm. Pellet yang telah terbentuk diangin anginkan
sampai dingin lalu disimpan dalam karung.
Kandungan nutrien pellet perlakuan harus diketahui sebelum diberikan
kepada ternak agar dapat ditentukan kebutuhan nutrien seekor ternak sesuai status
fisiologisnya. Nutrien adalah elemen atau komponen kimia yang mendukung
pertumbuhan, reproduksi, laktasi dan proses dalam kehidupan seekor ternak
(Damron 2006). Pellet penelitian dapat dilihat pada Gambar 5, kandungan nutrien
pellet perlakuan berdasarkan hasil analisa lab dapat dilihat pada Tabel 3.
Gambar 5 Pakan penelitian
Keterangan gambar : P0: 15 % Rumput gajah + 85% Konsentrat, P1: 10% Rumput gajah + 5%
Limbah Tauge + 85% Konsentrat, P2: 5% Rumput gajah + 10%
Limbah Tauge + 85% Konsentrat dan P3: 15% Limbah Tauge + 85%
Konsentrat
Tabel 3 Kandungan nutrien pellet perlakuan
Perlakuan
P0
Abu
Protein Kasar
Serat Kasar
Lemak Kasar
Bahan ekstrak tanpa Nitrogen
TDN*
8.45
19.09
11.8
4.53
56.13
85.41
P1
P2
% BK
8.39
8.33
19.32
19.54
12.01
12.22
4.6
4.68
55.68
55.23
85.35
85.30
P3
8.12
19.77
12.58
4.75
54.78
85.24
Keterangan : P0: 15 % Rumput gajah + 85% Konsentrat, P1: 10% Rumput gajah + 5% Limbah
Tauge + 85% Konsentrat, P2: 5% Rumput gajah + 10% Limbah Tauge + 85%
Konsentrat dan P3: 15% Limbah Tauge + 85% Konsentrat Analisa dilakukan di
Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, IPB(2012). TDN*
dihitung dengan rumus TDN % = % digestible crude protein (DCP + 2.25 × %
digestible ether extract (DEE)+ % digestible carbohydrates (DCHO) (Frik SundstØl,
1993)
Peubah Yang Diamati
Parameter yang diamati dalam penelitian ini terdiri dari konsumsi bahan
kering (BK) (g ekor-1 hari-1) dihitung dari konsumsi pakan dikali persen bahan
kering pakan, persentasi konsumsi bahan kering (BK) (%) dihitung dengan cara
jumlah total konsumsi dibagi bobot badan akhir dikalikan 100%, Pertambahan
bobot badan (g ekor-1 hari-1), pengukuran pertambahan bobot badan dilakukan
setiap minggu kemudian dihitung selisihnya yang merupakan nilai PBB, efisiensi
pakan dihitung dari pertambahan bobot badan selama penelitian dibagi jumlah
6
konsumsi bahan kering selama penelitian, nilai ekonomi diketahui dengan
menghitung total biaya selama pemeliharaan dan total hasil penjualan kelinci.
Rancangan Percobaan
Dalam penelitian ini digunakan Rancangan Acak Lengkap. Materi
penelitian diberi perlakuan secara acak berdasarkan jenis ransum dan posisi urutan
kandang individu. Ulangan dilakukan sebanyak empat kali. Model yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Yij = + i + ij
Keterangan :
Yij
i
ij
: respon percobaan dari perlakuan 1,2,3,4 dan ulangan 1,2,3,4
: nilai rataan umum dari pengamatan
: efek perlakuan 1,2,3,4,
: pengaruh error perlakuan 1,2,3,4 dan ulangan
Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati
dilakukan Analisis Sidik Ragam (ANOVA), selanjutnya jika bebeda nyata
dilakukan Uji Jarak Duncan untuk mengetahui pengaruh antar perlakuan
(Steel and Torrie 1993).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Penelitian ini menggunakan kandang terbuka sehingga kondisi temperatur
dan kelembaban sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan. Rataan suhu dan
kelembaban selama penelitian disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Rataan temperatur dan kelembaban relatif kandang
Parameter
Pagi
Siang
Sore
Malam
Temperatur (ºC)
25.99 + 1.46 30.23 + 0.83 29.16 + 1.16 25.99 + 0.85
Kelembaban (%)
80.66 + 4.89 62.26 + 1.46 55.31 + 5.76 76.33 + 5.39
Suhu dan kelembaban dalam kandang menunjukkan keadaan berada di
luar zona nyaman untuk kelinci, terlebih suhu siang hari. Temperatur dan
kelembaban udara yang optimal untuk kelinci yang sedang tumbuh berkisar
15-20ºC dan kelembaban 45-65% untuk kelinci yang berasal dari daerah iklim
sedang (Harris 1994). Kelinci lokal lebih toleran terhadap panas (suhu tinggi)
dibandingkan kelinci impor (Herman 2000).
7
Konsumsi Bahan Kering
Konsumsi merupakan aspek yang penting untuk menentukan nilai nutrisi
bahan pakan. Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh
nyata terhadap konsumsi bahan kering (P
RANSUM BENTUK PELLET TERHADAP PERFORMA DAN NILAI
KOMERSIL KELINCI LOKAL JANTAN PERSILANGAN
JIHAD MUKTI
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Substitusi Rumput
Gajah Dengan Limbah Tauge Dalam Ransum Bentuk Pellet Terhadap Performa
dan Nilai Komersil Kelinci Lokal Jantan Persilangan adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2013
Jihad Mukti
NIM D24080262
ABSTRAK
JIHAD MUKTI. Substitusi Rumput Gajah dengan Limbah Tauge dalam Ransum
Bentuk Pellet Terhadap Performa dan Nilai Komersil Kelinci Lokal Jantan
Persilangan. Dibimbing oleh DWI MARGI SUCI dan LIDY HERAWATI.
Alternatif pakan untuk mengurangi penggunaan ransum komersil adalah
limbah tauge. Penelitian ini bertujuan membandingkan performa kelinci jantan
lokal yang diberi pakan komplit berbentuk pellet dengan menggunakan limbah
tauge yang mensubstitusi penggunaan rumput gajah. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Ternak yang
digunakan 16 ekor kelinci lokal jantan berumur 2 bulan dengan bobot hidup rata
rata 879.375 + 60.874 g ekor-1. Perlakuan yang diberikan terdiri dari P0 = 15%
rumput gajah + 85% konsentrat, P1 = 10% rumput gajah + 5% limbah tauge +
85% konsentrat, P2 = 5% rumput gajah + 10% limbah tauge + 85% konsentrat, P3
= 15% limbah tauge + 85% konsentrat. Data dianalisis dengan sidik ragam
(ANOVA). Hasil penelitian menunjukkan penggunaan limbah tauge sampai taraf
15% dalam Pellet dapat mensubstitusi rumput gajah dan menurunkan harga pakan
dengan memberikan performa yang baik pada ternak kelinci jantan lokal.
Pertambahan bobot badan harian kelinci yang diberi pellet P2 dan P3 sebesar
18.954 – 19.785 g ekor-1 hari-1 dengan bobot badan akhir lebih besar dibandingkan
P0 dan P1. Konsumsi pellet yang paling tinggi pada perlakuan P2 dan P1,
konsumsi pellet perlakuan P3 tidak terlalu tinggi dan menunjukkan rataan bobot
badan akhir lebih baik selain itu dapat menurunkan biaya.
Kata kunci : kelinci jantan lokal, limbah tauge, performa, pellet, rumput gajah.
ABSTRACT
JIHAD MUKTI. Substitution of Pennisetum purpureum to Sprouts Waste in
Pellet Form Rations toward Performance and Commercial Value of Crossed Male
Local Rabbit. Guided by DWI MARGI SUCI and LIDY HERAWATI.
Alternative feed rations to reduce the use of commercial waste are sprouts.
This study aimed to compare the performance of local male rabbits fed by
complete sprouts waste pellet shaped to substitute the use of elephant grass. This
study used a completely randomized design with 4 treatments and 4 repetitions.
There were 16 local male rabbits aged 2 months with an average live weight
879.375 + 60.874 g head-1. Treatments consisted of P0 = 15 % of elephant grass +
85 % of concentrate, P1 = 10 % elephant grass + 5 % of sprouts waste + 85 %
concentrate, P2 = 5 % of elephant grass + 10 % sprouts waste + 85 % concentrate,
P3 = 15 % of sprouts waste + 85 % concentrate. Data were analyzed by analysis
of variance (ANOVA). The results showed that the use of waste to the extended
15 % of sprouts waste pellets could substitute the usage of elephant grass and
reduce the price of feed to give a good performance on the local male rabbits.
Daily weight gain of rabbits given pellet P2 and P3 is 18.954 to 19.785 g day-1
with a final body weight greater than P0 and P1. The highest pellet consumption
is the treatment of P2 and P1, the consumption of P3 pellet treatment is not too
high and shows the average final body weight better than others. It also could
decrease the cost.
Keywords: local male rabbits, pellets, Pennisetum purpureum, performance,
sprouts waste.
SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TAUGE DALAM
RANSUM BENTUK PELLET TERHADAP PERFORMA DAN NILAI
KOMERSIL KELINCI LOKAL JANTAN PERSILANGAN
JIHAD MUKTI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Substitusi Rumput Gajah dengan Limbah Tauge dalam Ransum
Bentuk Pellet terhadap Performa dan Nilai Komersil Kelinci
Jantan Lokal persilangan.
Nama
NIM
: Jihad Mukti
: D24080262
Disetujui oleh
Ir Dwi Margi Suci, MS
Pembimbing I
Ir Lidy Herawati, MS
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof. Dr. Ir. Panca Dewi MHKS M.Si
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
JuJu l Skripsi : Substitusi RUlnput Gajah dengan Limbah Tauge dalam R&nsum
Bentuk Pellet terhadap Perfonna dan Nilai Komersil Kelinci
Jantan Lokal persilangan.
Nama
NIM
: Jihad Mukti
: D24080262
Di setujui oleh
\、wセ@
Ir Lidy Herawati, MS
Pembimbing II
If Dwl Margi Suei, MS. .
Pempimbing I
Tanggal Lulus:
(2 3 D: .
-, 'n
セ
. .. J
4
..;
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Substitusi Rumput Gajah Dengan Limbah Tauge Dalam Ransum Bentuk Pellet
Terhadap Performa dan Nilai Komersil Kelinci Lokal Jantan Persilangan. Skripsi
ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Peternakan,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini berisi informasi tentang manfaat penggunaan limbah tauge pada
ransum komplit berbentuk pellet yang mensubtitusi rumput gajah untuk ternak
kelinci dalam memenuhi kebutuhan zat makanan untuk hidup pokok dan
produksinya. Potensi ketersediaan dan kandungan zat makanan yang dimiliki
limbah tauge diharapkan mampu memenuhi ketersediaan hijauan pakan di
Indonesia yang berfluktuasi secara kuantitas dan kualitas serta memaksimalkan
produktifitas ternak kelinci dalam memenuhi kebutuhan protein hewani.
Penulis memahami bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Penulis berharap penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan semua pihak yang membutuhkan serta dapat diaplikasikan dengan baik.
Bogor, Desember 2013
Jihad Mukti
NIM D24080262
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
METODE
2
Bahan
2
Kandang dan Peralatan
3
Lokasi dan Waktu
3
Prosedur Percobaan
3
Peubah Yang Diamati
5
Rancangan Percobaan
6
Analisis Data
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Kondisi Umum
6
Konsumsi Bahan Kering
7
Persentasi Konsumsi Bahan Kering
8
Pertambahan Bobot Badan
8
Efisiensi Pakan
9
Nilai Ekonomi
9
KESIMPULAN DAN SARAN
11
Kesimpulan
11
Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
11
RIWAYAT HIDUP
13
UCAPAN TERIMA KASIH
13
LAMPIRAN
14
DAFTAR TABEL
Kandungan nutrient rumput gajah dan limbah tauge
Komposisi penggunaan bahan pada pellet perlakuan
Kandungan nutrient pellet perlakuan
Rataan temperatur dan kelembaban relatif kandang
Rataan konsumsi bahan kering dan persentasi konsumsi bahan
kering
6. Rataaan pertambahan bobot badan
7. Efisiensi pakan
8. Perhitungan nilai ekonomi
1.
2.
3.
4.
5.
2
4
5
6
7
8
9
10
DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
Kelinci penelitian
Limbah tauge
Rumput gajah
Kandang penelitian
Pakan penelitian
2
3
3
3
5
DAFTAR LAMPIRAN
1. Hasil sidik ragam peubah penelitian menggunakan software ibm spss
statistics 20.
2. Uji jarak duncan konsumsi bahan kering (ge-1h-1)
3. Uji jarak duncan kebutuhan konsumsi bahan kering (%)
4. Uji jarak duncan pertambahan bobot badan harian (ge-1)
5. Uji jarak duncan efisiensi
14
14
14
15
15
PENDAHULUAN
Kesadaran masyarakat akan kebutuhan protein hewani semakin meningkat
akan tersedianya sumber protein hewani. Kelinci merupakan salah satu ternak
penghasil daging yang dapat dijadikan alternatif untuk memenuhi kebutuhan
protein hewani dan mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai
penghasil daging. Kelinci cepat berkembang biak, memiliki laju pertumbuhan
tinggi, serta mudah dalam pemenuhan kebutuhan pakan. Usaha budidaya ternak
kelinci sebagai penghasil daging lebih menguntungkan karena kelinci merupakan
ternak prolific yang dapat beranak 6 kali dalam setahun dengan rata rata jumlah
anak 6 ekor perkelahiran (Sudaryanto 2007). Kualitas daging kelinci juga
mengandung protein tinggi yaitu 21 g 100g-1 dan rendah kolesterol yaitu
164 mg 100g-1 (Lebas et al. 1997).
Ketersediaan bahan baku pakan yang terjamin nilai nutrisinya dengan harga
yang lebih ekonomis merupakan salah satu penunjang usaha produksi ternak
kelinci. Kelinci merupakan hewan pseudo-ruminant sehingga kelinci juga mampu
mengkonsumsi hijauan, limbah sayuran dan hasil produk pakan yang mudah
tersedia atau murah. Pellet komersil untuk kelinci yang ada di pasaran relatif
mahal sehingga diperlukan alternatif untuk mencari pakan yang tersedia
kontinYu, murah, mudah didapat, memliki nilai gizi yang cukup, mudah dicerna
serta tidak mengganggu kesehatan ternak. Salah satu alternatif pakan untuk
menurunkan harga pellet adalah limbah tauge. Pemanfaatan limbah sebagai pakan
ternak juga merupakan salah satu cara pemecahan masalah dalam mengurangi
pencemaran lingkungan akibat limbah industri.
Limbah tauge adalah sisa produksi tauge yang terdiri dari kulit kacang hijau
dan pecahan-pecahan tauge yang dibawa dalam cucian akhir pembuatan tauge
segar yang tidak mempunyai nilai ekonomi dan dapat mencemari lingkungan
(Agustina 2002). Total produksi tauge daerah Bogor sekitar 6,5 ton/hari dan
berpeluang menghasilkan limbah tauge sebesar 1,5 ton hari-1 (Rahayu et al. 2010).
Limbah tauge juga memiliki nilai nutrisi yang cukup baik, yaitu kandungan air
63.35%, abu 7.35%, lemak 1.17%, protein 13.62% dan serat kasar 49.44%. Serat
dalam pakan kelinci merupakan komponen penting karena kelinci merupakan
pseudoruminant yang fisiologi pencernaannya beradaptasi tinggi terhadap
konsumsi dinding sel tanaman (Maertens 2007). Serat berpengaruh pada laju
pengosongan saluran pencernaan dan menjadi komponen utama dalam
pengembangan mikroba (Chao and Li 2008). Level serat yang digunakan pada
pakan kelinci pertumbuhan yaitu sebesar 12.2%-24.4% (Gidenne et al. 2010).
Serat kasar erat hubungannya dengan kemampuan ternak untuk menghasilkan
sumber energi. Serat memiliki hubungan positif dengan tingkat konsumsi.
Kenaikan tingkat serat akan menurunkan tingkat kecernaan, ternak akan
mengkonsumsi lebih banyak pakan agar dapat memenuhi kebutuhan energi
(Van Soest 1994).
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan performa kelinci jantan
lokal yang diberi pakan komplit berbentuk pellet dengan menggunakan limbah
tauge yang mensubstitusi rumput gajah sebagai sumber hijauan. Informasi yang
dibutuhkan untuk pengkajian adalah level penggunaan limbah tauge yang efisien
untuk performa kelinci lokal jantan persilangan dan dapat menggantikan sebagai
sumber hijauan.
2
Melihat kandungan gizinya yang tinggi sangat memungkinkan limbah tauge
digunakan sebagai pakan tambahan untuk mengurangi penggunaan pakan
komersil pada kelinci. Pemanfaatan limbah tauge secara maksimal merupakan
langkah strategis dalam upaya mencapai efisiensi usaha, terlebih limbah tauge
bukan merupakan kebutuhan langsung bagi manusia. Penggunaan limbah tauge
dapat menggantikan rumput, selain itu dapat memberikan performa yang baik dan
dapat menurunkan harga pakan.
METODE
Bahan
Ternak yang digunakan adalah kelinci jantan lokal persilangan, sebanyak
16 ekor umur 2 bulan dengan bobot hidup rata rata 879.375 + 60.874 g ekor-1.
Ternak kelinci dikandangkan pada kandang individu dengan 1 minggu masa
adaptasi dan 5 minggu masa pemeliharaan.
Gambar 1 Kelinci penelitian
Bahan yang digunakan dalam pembuatan pellet antara lain rumput gajah,
limbah tauge dan konsentrat. Konsentrat yang digunakan terdiri dari jagung,
pollard, bungkil kedelai, bungkil kelapa, onggok, dedak halus, CaCO3, premix,
CPO dan garam. Kandungan nutrien pada hijauan yang digunakan berdasarkan
100% BK (Bahan Kering) dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Kandungan nutrien rumput gajah dan limbah tauge dalam BK
Hijauan
Abu
Protein Kasar
Lemak Kasar
Serat Kasar
Beta-N
Ca
P
Rumput Gajah (RG)
Limbah Tauge (LT)
(%)
12.00
8.69
2.71
32.30
44.30
0.47
0.34
10.44
13.20
1.17
41.49
33.70
1.07
0.38
Keterangan : Analisa dilakukan oleh Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas
Peternakan, IPB (2012).
3
Gambar 2 Limbah tauge
Gambar 3 Rumput gajah
Kandang dan Peralatan
Penelitian ini menggunakan kandang battery sebanyak 16 buah dengan
ukuran panjang x lebar x tinggi masing-masing 0.5 x 0.5 x 0.5 meter, yang terbuat
dari bambu. Tiap kandang berisi satu ekor kelinci, selain itu juga disediakan
kandang karantina untuk kelinci yang sakit.
Gambar 4 Kandang penelitian
Peralatan yang dibutuhkan adalah timbangan digital untuk mengukur
pellet yang diberikan dan untuk menimbang bobot badan kelinci, thermometer dan
hygrometer untuk mengukur suhu dan kelembaban daerah sekitar kandang, alat
kebersihan, mangkok pakan dan tempat air.
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksanakan dengan melakukan persiapan, pembuatan ransum,
pembuatan pellet di Laboratorium Industri Pakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor. Pemeliharaan dan pengamatan kelinci dilakukan di kandang
Laboratorium Pemuliaan Genetik, Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan,
Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli sampai dengan
bulan Agustus 2012.
Prosedur Percobaan
Penelitian ini menggunakan pakan komplit bentuk pellet yang menggunakan
hijauan rumput gajah (RG), limbah tauge (LT) dan konsentrat. Penelitian ini
terdiri dari empat perlakuan ; P0: 15 % RG + 85% Konsentrat, P1: 10% RG + 5%
LT + 85% Konsentrat, P2: 5% RG + 10% LT + 85% Konsentrat dan P3: 15% LT
+ 85% Konsentrat.
4
Pengambilan data konsumsi dilakukan setiap hari selama lima minggu
setelah satu minggu masa adaptasi. Waktu pemberian pellet dilakukan pagi dan
sore hari, pagi hari pukul 08.00 WIB dan sore hari pukul 16.00 WIB. Waktu
pengambilan data konsumsi dilakukan sebelum pemberian pellet pagi hari pukul
08.30 WIB dengan cara menimbang sisa pellet pemberian hari sebelumnya dan
pellet yang berjatuhan yang tidak dimakan ikut ditimbang, air minum diberikan
ad libitum.
Pengambilan data PBB dilakukan setiap minggu selama lima minggu
dengan menimbang bobot badan awal setelah satu minggu masa adaptasi. Waktu
pengambilan data PBB dilakukan sebelum pemberian pakan pagi hari.
Pengambilan data suhu dan kelembaban dilakukan setiap hari pagi pukul 07.00
WIB, siang pukul 13.00 WIB, sore pukul 17.00 WIB dan malam pukul 21.00
WIB. Komposisi penggunaan bahan pada pellet perlakuan dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2 Komposisi penggunaan bahan pada pellet perlakuan
Bahan Pakan
Rumput gajah
Limbah tauge
Jagung
Pollard
Bungkil kedelai
Bungkil kelapa
Dedak halus
Onggok
CaCO3
Premix
CPO
Garam
Total
P0
15.0
20.0
15.0
16.0
11.0
6.0
12.0
1.0
0.5
3.0
0.5
100
P1
(%)
10.0
5.0
20.0
15.0
16.0
11.0
6.0
12.0
1.0
0.5
3.0
0.5
100
P2
P3
5.0
10.0
20.0
15.0
16.0
11.0
6.0
12.0
1.0
0.5
3.0
0.5
100
15.0
20.0
15.0
16.0
11.0
6.0
12.0
1.0
0.5
3.0
0.5
100
Keterangan : P0: 15 % Rumput gajah + 85% Konsentrat, P1: 10% Rumput gajah + 5% Limbah
Tauge + 85% Konsentrat, P2: 5% Rumput gajah + 10% Limbah Tauge + 85%
Konsentrat dan P3: 15% Limbah Tauge + 85% Konsentrat.
Tepung rumput gajah dibuat dengan cara rumput gajah segar diangin
anginkan dibawah sinar matahari sampai sedikit layu kurang lebih 2 hari masa
penjemuran sinar matahari, rumput gajah yang sudah layu kemudian dicacah
menggunakan mesin pencacah. Rumput gajah yang sudah dicacah dijemur sampai
kering. Rumput gajah yang sudah kering digiling sampai terbentuk tepung rumput
gajah. Tepung limbah tauge dibuat dengan cara limbah tauge segar disortir dari
kotoran yang terbawa, kemudian limbah tauge dijemur menggunakan plastik
terpal diatas sinar matahari sampai kering, limbah tauge yang sudah kering
digiling sampai terbentuk tepung limbah tauge. Setelah terbentuk tepung rumput
gajah dan tepung limbah tauge, dilakukan pencampuran sesuai dengan persentase
yang telah ditentukan. Tepung hijauan yang telah dicampurkan selanjutnya
digabungkan dengan konsentrat yang terdiri dari jagung, pollard, bungkil kedelai,
bungkil kelapa, dedak halus, onggok, CaCO3, premix, CPO dan garam, setelah itu
dilakukan pengadukan sampai homogen, lalu dimasukan kedalam mesin pellet
5
dengan ukuran diameter die 4 mm. Pellet yang telah terbentuk diangin anginkan
sampai dingin lalu disimpan dalam karung.
Kandungan nutrien pellet perlakuan harus diketahui sebelum diberikan
kepada ternak agar dapat ditentukan kebutuhan nutrien seekor ternak sesuai status
fisiologisnya. Nutrien adalah elemen atau komponen kimia yang mendukung
pertumbuhan, reproduksi, laktasi dan proses dalam kehidupan seekor ternak
(Damron 2006). Pellet penelitian dapat dilihat pada Gambar 5, kandungan nutrien
pellet perlakuan berdasarkan hasil analisa lab dapat dilihat pada Tabel 3.
Gambar 5 Pakan penelitian
Keterangan gambar : P0: 15 % Rumput gajah + 85% Konsentrat, P1: 10% Rumput gajah + 5%
Limbah Tauge + 85% Konsentrat, P2: 5% Rumput gajah + 10%
Limbah Tauge + 85% Konsentrat dan P3: 15% Limbah Tauge + 85%
Konsentrat
Tabel 3 Kandungan nutrien pellet perlakuan
Perlakuan
P0
Abu
Protein Kasar
Serat Kasar
Lemak Kasar
Bahan ekstrak tanpa Nitrogen
TDN*
8.45
19.09
11.8
4.53
56.13
85.41
P1
P2
% BK
8.39
8.33
19.32
19.54
12.01
12.22
4.6
4.68
55.68
55.23
85.35
85.30
P3
8.12
19.77
12.58
4.75
54.78
85.24
Keterangan : P0: 15 % Rumput gajah + 85% Konsentrat, P1: 10% Rumput gajah + 5% Limbah
Tauge + 85% Konsentrat, P2: 5% Rumput gajah + 10% Limbah Tauge + 85%
Konsentrat dan P3: 15% Limbah Tauge + 85% Konsentrat Analisa dilakukan di
Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, IPB(2012). TDN*
dihitung dengan rumus TDN % = % digestible crude protein (DCP + 2.25 × %
digestible ether extract (DEE)+ % digestible carbohydrates (DCHO) (Frik SundstØl,
1993)
Peubah Yang Diamati
Parameter yang diamati dalam penelitian ini terdiri dari konsumsi bahan
kering (BK) (g ekor-1 hari-1) dihitung dari konsumsi pakan dikali persen bahan
kering pakan, persentasi konsumsi bahan kering (BK) (%) dihitung dengan cara
jumlah total konsumsi dibagi bobot badan akhir dikalikan 100%, Pertambahan
bobot badan (g ekor-1 hari-1), pengukuran pertambahan bobot badan dilakukan
setiap minggu kemudian dihitung selisihnya yang merupakan nilai PBB, efisiensi
pakan dihitung dari pertambahan bobot badan selama penelitian dibagi jumlah
6
konsumsi bahan kering selama penelitian, nilai ekonomi diketahui dengan
menghitung total biaya selama pemeliharaan dan total hasil penjualan kelinci.
Rancangan Percobaan
Dalam penelitian ini digunakan Rancangan Acak Lengkap. Materi
penelitian diberi perlakuan secara acak berdasarkan jenis ransum dan posisi urutan
kandang individu. Ulangan dilakukan sebanyak empat kali. Model yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Yij = + i + ij
Keterangan :
Yij
i
ij
: respon percobaan dari perlakuan 1,2,3,4 dan ulangan 1,2,3,4
: nilai rataan umum dari pengamatan
: efek perlakuan 1,2,3,4,
: pengaruh error perlakuan 1,2,3,4 dan ulangan
Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati
dilakukan Analisis Sidik Ragam (ANOVA), selanjutnya jika bebeda nyata
dilakukan Uji Jarak Duncan untuk mengetahui pengaruh antar perlakuan
(Steel and Torrie 1993).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Penelitian ini menggunakan kandang terbuka sehingga kondisi temperatur
dan kelembaban sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan. Rataan suhu dan
kelembaban selama penelitian disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Rataan temperatur dan kelembaban relatif kandang
Parameter
Pagi
Siang
Sore
Malam
Temperatur (ºC)
25.99 + 1.46 30.23 + 0.83 29.16 + 1.16 25.99 + 0.85
Kelembaban (%)
80.66 + 4.89 62.26 + 1.46 55.31 + 5.76 76.33 + 5.39
Suhu dan kelembaban dalam kandang menunjukkan keadaan berada di
luar zona nyaman untuk kelinci, terlebih suhu siang hari. Temperatur dan
kelembaban udara yang optimal untuk kelinci yang sedang tumbuh berkisar
15-20ºC dan kelembaban 45-65% untuk kelinci yang berasal dari daerah iklim
sedang (Harris 1994). Kelinci lokal lebih toleran terhadap panas (suhu tinggi)
dibandingkan kelinci impor (Herman 2000).
7
Konsumsi Bahan Kering
Konsumsi merupakan aspek yang penting untuk menentukan nilai nutrisi
bahan pakan. Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh
nyata terhadap konsumsi bahan kering (P