Komposisi Karkas dan Non Karkas Kelinci Lokal Jantan Muda dengan Pemberian Pakan Limbah Tauge
KOMPOSISI KARKAS DAN NON KARKAS KELINCI LOKAL
JANTAN MUDA DENGAN PEMBERIAN PAKAN
LIMBAH TAUGE
LUTHFIA IKHWANA
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Komposisi Karkas dan
Non Karkas Kelinci Lokal Jantan Muda dengan Pemberian Pakan Limbah Tauge
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014
Luthfia Ikhwana
NIM D14100083
ABSTRAK
LUTHFIA IKHWANA. Komposisi Karkas dan Non Karkas Kelinci Lokal Jantan
Muda dengan Pemberian Pakan Limbah Tauge. Dibimbing oleh MUHAMAD
BAIHAQI dan SRI RAHAYU.
Kelinci memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai salah satu ternak
potong. Kelinci termasuk ternak yang menyukai segala jenis tumbuhan termasuk
limbah pasar seperti limbah tauge. Limbah tauge mengandung 13.26% protein dan
64.5% TDN. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi komposisi karkas
dan non karkas kelinci lokal jantan muda yang berumur 12 minggu dengan pemberian
pakan mengandung limbah tauge. Peubah yang diamati adalah bobot potong, bobot
tubuh kosong, bobot karkas panas dan dingin, bobot potongan komersial, bobot
komposisi karkas, proporsi karkas dan potongan komersial, bobot dan persentase non
karkas. Penelitian ini menggunakan 12 ekor kelinci lokal jantan dengan bobot badan
awal sekitar 747 ± 104.543 g. Ternak dipelihara selama 12 minggu dan dipotong
pada umur 6 bulan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL).
Terdapat tiga jenis perlakuan: 100% pakan komersil (P0), 70% pakan
komersil+30% limbah tauge (P1), dan 50% pakan komersil+50% limbah tauge
(P2). Data dianalisis dengan menggunakan ANCOVA dengan menggunakan
bobot tubuh kosong dan karkas panas sebagai kovariabel. Penelitian ini
menunjukkan dengan penambahan limbah tauge menyebabkan bobot non karkas,
bobot dan persentase potongan komersial hindleg dan lambung lebih tinggi
dibandingkan tanpa penambahan limbah tauge. Penambahan limbah tauge tidak
mempengaruhi bobot potong, bobot tubuh kosong, dan bobot karkas. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa limbah tauge dapat diberikan dalam bentuk segar untuk
penggemukan kelinci hingga 50% menggantikan pakan komersil
Kata kunci: bobot karkas dan non karkas, kelinci lokal, limbah tauge
ABSTRACT
LUTHFIA IKHWANA. Carcass and Non Carcass Composition of Male Local
Rabbit Fed with Bean Sprouts’ Waste. Supervised by MUHAMAD BAIHAQI
and SRI RAHAYU.
Rabbits have potential to be developed as meat producer. Rabbit is
palatable with almost every roughage, even market waste such as bean sprouts’
waste. Bean sprouts’ waste contains of 13.26% protein and 64.5% TDN. The aim
of this research was to evaluate carcass and non carcass composition of male local
rabbit age 12 weeks fed with bean sprouts’ waste. Measured variables were
slaughter weight, empty body weight, hot carcass weight, cold carcass weight,
commercial cuts, carcass composition weight, carcass and commercial cuts
proportion, non carcass weight and percentage. This study used 12 male local
rabbit fryer with average weight 747±104.543 g. The rabbits reared as long as 12
weeks and slaughtered at age of 6 months. This study used completely
randomized design. There were 3 treatments that consisted of 100% of
commercial feed (P0), 70% of commercial feed+30% of bean sprouts’ waste (P1),
and 50% of commercial feed+50% of bean sprouts’ waste (P2). The data was
analysed using ANCOVA with empty body weight and hot carcass weight as
covariables. Results showed that the addition of bean sprouts’ waste causing non
carcass weight, stomach and hindleg commercial cut weight and percentage were
higher than without the addition of bean sprouts’ waste. Addition of bean sprouts’
waste had no effect on slaughter weight, empty body weight, and carcass weight.
In conclusion, bean sprouts’ waste can be added fresh to rabbit feed up to 50% in
substitute of commercial feed.
Key words: bean sprouts’ waste, carcass and non-carcass weight, local rabbit
KOMPOSISI KARKAS DAN NON KARKAS KELINCI LOKAL
JANTAN MUDA DENGAN PEMBERIAN PAKAN
LIMBAH TAUGE
LUTHFIA IKHWANA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Komposisi Karkas dan Non Karkas Kelinci Lokal Jantan Muda
dengan Pemberian Pakan Limbah Tauge
Nama
: Luthfia Ikhwana
NIM
: D14100083
Disetujui oleh
Muhamad Baihaqi, SPt MSc
Pembimbing I
Ir Sri Rahayu, MSi
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Muladno, MSA
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah
karkas dan non karkas ternak, dengan judul Komposisi Karkas dan Non Karkas
Kelinci Lokal Jantan Muda dengan Pemberian Pakan Limbah Tauge.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Muhamad Baihaqi, SPt MSc
dan Ibu Ir Sri Rahayu, MSi selaku pembimbing, Bapak Dr Ir Afton Atabany, MSi
selaku penguji, serta Bapak Dr Ir Bagus P. Purwanto selaku pembimbing
akademik. Penulis juga mengungkapkan terima kasih kepada Irine F. Zulfa selaku
teman satu penelitian, Aljanofri dan teknisi kandang Ruminansia Kecil yang telah
banyak membantu dalam proses penelitian. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, mama, adik serta seluruh keluarga tercinta atas
dukungan, doa dan kasih sayangnya. Terima kasih juga disampaikan kepada
Amilin, Devi, Dhini, Edwin, Hengki, Kiki, Nenik, Sherly, Slamet, Vinny untuk
motivasi dan dukungannya. Ungkapan terima kasih kepada seluruh dosen
Fakultas Peternakan, D’Protector IPTP 47, Rumah Waras dan IMMAM 47 atas
bimbingan dan kebersamaannya selama penulis menempuh pendidikan di
Fakultas Peternakan IPB. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Oktober 2014
Luthfia Ikhwana
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Bahan
Alat
Prosedur
Persiapan Bahan Pakan
Pemeliharaan
Pemuasaan
Pemotongan
Analisis Data
Peubah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Penelitian
Karakteristik Karkas
Komposisi Karkas
Potongan Komersial
Bagian Non Karkas
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
vi
vi
vi
1
1
1
2
2
2
2
3
3
3
3
4
4
4
5
5
5
6
8
9
11
13
13
15
17
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
Kandungan nutrisi setiap bahan
Kandungan zat makanan setiap perlakuan
Rataan suhu, kelembaban relatif dan nilai THI
Rataan pertambahan bobot badan harian kelinci pada setiap perlakuan
Karakteristik karkas kelinci lokal jantan pada setiap perlakuan
Komposisi karkas kelinci lokal jantan pada setiap perlakuan
Bobot dan persentase potongan komersial kelinci lokal jantan
Distribusi komposisi karkas kelinci lokal jantan pada potongan
komersial
9 Rataan bobot non karkas kelinci lokal jantan pada setiap perlakuan
10 Rataan persentase non karkas kelinci lokal jantan pada setiap perlakuan
2
4
5
6
6
8
9
10
11
12
DAFTAR GAMBAR
1 Kandang kelinci penelitian
2 Kelinci penelitian
3
3
DAFTAR LAMPIRAN
1 Potongan komersial kelinci (a). foreleg (b). rack (c). loin (d). hindleg
2 Hasil uji analisis peragam persentase karkas panas/bobot potong
berdasarkan bobot potong
3 Hasil uji analisis peragam persentase karkas dingin/bobot potong
berdasarkan bobot potong
4 Hasil uji analisis peragam non karkas berdasarkan bobot tubuh kosong
5 Hasil uji analisis peragam bobot hindleg pada potongan komersial
berdasarkan bobot karkas panas
6 Hasil uji analisis peragam persentase hindleg pada potongan
komersial berdasarkan bobot karkas panas
7 Hasil uji analisis peragam bobot lemak pada potongan loin
berdasarkan bobot karkas panas
8 Hasil uji analisis peragam bobot hati pada bagian non karkas
berdasarkan bobot tubuh kosong
9 Hasil uji analisis peragam bobot isi saluran pencernaan pada bagian
non karkas berdasarkan bobot tubuh kosong
10 Hasil uji analisis peragam bobot lambung pada bagian non karkas
berdasarkan bobot tubuh kosong
11 Hasil uji analisis peragam persentase lambung pada bagian non karkas
berdasarkan bobot tubuh kosong
15
15
15
16
16
16
16
16
16
17
17
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan kelinci di Indonesia sangat beragam sesuai dengan tujuan
produksinya, yaitu dikembangkan sebagai ternak laboratorium, kesayangan,
penghasil kulit atau fur dan penghasil daging. Kartadisastra (1997) menyatakan
daging kelinci mempunyai kualitas yang lebih baik daripada daging sapi, domba
atau kambing karena daging kelinci memiliki lemak dan kolesterol yang lebih
rendah serta memiliki protein yang lebih tinggi. Struktur daging kelinci juga lebih
halus dengan warna dan bentuk fisik yang menyerupai daging ayam. Keunggulan
lainnya adalah kelinci merupakan jenis ternak yang prolifik dengan proses
reproduksi yang sangat cepat. Dalam pemeliharaannya, kelinci tidak memerlukan
biaya yang besar dalam investasi ternak dan kandang, karena kelinci memiliki
tubuh yang kecil sehingga tidak memerlukan banyak ruang dan kelinci memiliki
masa penggemukan yang singkat.
Berat karkas kelinci yang baik berkisar antara 50%-59% dari bobot
hidupnya sehingga kelinci memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai salah
satu ternak potong (Gillespie 2004). Pemeliharaan yang baik berpengaruh
terhadap kuantitas dan kualitas karkas serta daging yang dihasilkan. Keberhasilan
dari pemeliharaan ditentukan oleh manajemen yang baik, dapat dilihat dari tingkat
kenyamanan ternak saat dikandangkan. Persentase karkas dipengaruhi oleh
genetik, jenis kelamin, fisiologi, umur, bobot badan, dan nutrisi (Soeparno 2005).
Kelinci termasuk ternak yang menyukai segala jenis tumbuhan termasuk
pakan sapi sehingga pemberian pakan terhadap kelinci tidak sulit. Limbah pasar
dapat dimanfaatkan sebagai pakan kelinci, contohnya adalah limbah tauge.
Hampir seluruh masyarakat Indonesia mengkonsumsi tauge sehingga limbah
tauge mudah didapatkan. Informasi pemanfaatan limbah tauge sebagai pakan
kelinci masih sangat sedikit ditemukan. Pada penelitian Baihaqi et al. (2013)
menyatakan pemberian limbah tauge taraf 45% tidak menurunkan kualitas karkas
yang dihasilkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa limbah tauge dapat dijadikan
sebagai pakan kelinci. Namun, penelitian tersebut menambahkan limbah tauge
yang digunakan dalam bentuk pellet, sehingga aplikasi bagi peternak kecil masih
terbatas. Oleh karena itu, diperlukan penelitian dengan menambahkan limbah
tauge dalam bentuk segar untuk melihat komposisi karkas dan non karkas yang
dihasilkan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi komposisi karkas dan non
karkas kelinci lokal jantan muda yang digemukkan dengan pemberian limbah
tauge segar sebagai pakan.
2
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan beberapa kelinci lokal jantan muda berumur 12
minggu yang diberi perlakuan pakan berupa campuran limbah tauge segar dengan
taraf 30% dan 50%. Pemeliharaan dilakukan selama 12 minggu, terdiri dari 4
minggu masa adaptasi dan 8 minggu masa pengamatan. Pemberian pakan dalam
bentuk segar dilakukan untuk memudahkan aplikasinya nanti kepada peternak
secara langsung. Penelitian ini mengarah pada komposisi karkas dan non karkas
kelinci lokal. Peubah yang diamati adalah bobot potong, bobot karkas, bobot
potongan komersial, bobot non karkas, bobot komposisi karkas, proporsi karkas
dan potongan komersial, bobot, dan persentase bagian non karkas.
METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2014. Penelitian ini
dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil,
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor. Analisis karkas dilakukan di Laboratorium Ruminansia
Besar, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor.
Bahan
Kelinci yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 12 ekor kelinci lokal
jantan berumur 12 minggu dengan rataan bobot badan awal 747 ± 104.543 g
(koefisien keragaman 13.98%). Kelinci tersebut diperoleh dari peternak kelinci di
wilayah Kampus IPB Dramaga dan dipelihara sesuai perlakuan yang diberikan
selama 12 minggu, terdiri dari 4 minggu masa adaptasi dan 8 minggu masa
pengamatan. Kelinci dipotong pada umur 6 bulan.
Pakan yang diberikan yaitu pellet komersil dengan penambahan limbah
tauge segar yang berasal dari Pasar Bogor sebagai pengganti pellet dengan taraf
yang berbeda. Bahan lain yang digunakan adalah sikat dan deterjen untuk
membersihkan kandang, kapur untuk sanitasi kandang, vitamin kelinci.
Kandungan nutrisi dari setiap bahan disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1 Kandungan nutrisi setiap bahan
Bahan Pakan
Limbah tauge1
Pakan komersial2
BK
Abu
42.49
89.48
0.73
11.25
Komposisi
PK
SK
%
12.66
31.51
16.98
20.82
LK
Beta-N
TDN
0.73
3.65
54.37
47.30
63.05
67.55
Sumber : 1 Pusat Studi antar Universitas, Institut Pertanian Bogor. 2014.
2
Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Institut Pertanian Bogor. 2014.
3
Alat
Kandang yang digunakan adalah kandang individu berbentuk panggung
yang terbuat dari bambu dan kayu dengan alas kandang yang terbuat dari bambu.
Kandang yang dipakai sebanyak 12 buah dengan ukuran 40 x 50 x 50 cm. Setiap
kandang terdapat tempat pakan dan air minum. Peralatan lain yang digunakan
adalah timbangan untuk mengukur bobot badan kelinci dan pakan, alat kebersihan,
thermo-hygrometer, kamera digital, dan label. Kandang dan ternak kelinci
penelitian yang disajikan pada Gambar 1 dan Gambar 2.
Gambar 1 Kandang kelinci penelitian
Gambar 2 Kelinci penelitian
Prosedur
Bahan, peralatan, dan kandang dipersiapkan seminggu sebelum penelitian.
Kelinci jantan sebanyak 12 ekor dipilih berdasarkan keseragaman bobot badan
dan yang berumur 12 minggu. Kelinci tersebut dimasukkan dalam kandang
individu secara acak. Adaptasi pakan dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian
selama 4 minggu dan air minum diberi vitamin pada masa adaptasi tersebut.
Penimbangan bobot badan dilakukan pada akhir periode adaptasi dan
digunakan sebagai data awal penelitian. Setelah 12 minggu pemeliharaan,
kelinci-kelinci tersebut dipotong untuk dilihat komposisi karkas dan non karkas.
Data yang diambil mencakup bobot potong, bobot karkas, bobot potong komersial,
bobot non-karkas, bobot komposisi karkas, dan proporsi karkas.
Persiapan Bahan Pakan
Limbah tauge yang diberikan berupa limbah tauge segar yang didapatkan
dari pedagang-pedagang di pasar tradisional Bogor.
Pemeliharaan
Kelinci diberi pakan 2 kali sehari yaitu pada pagi hari jam 06.00 – 07.00
WIB dan sore hari jam 16.00 – 17.00 WIB. Pemberian pakan diberikan dalam
tempat pakan yang terbuat dari semen. Terdapat 3 perlakuan pemberian pakan,
yaitu: 100% pellet komersil buatan pabrik yang berfungsi sebagai kontrol (P0),
70% pellet komersil ditambah 30% limbah tauge segar (P1), 50% pellet komersil
ditambah 50% limbah tauge segar (P2). Air minum diberikan ad libitum.
Kandungan zat makanan setiap perlakuan disajikan dalam Tabel 2.
4
Tabel 2 Kandungan zat makanan setiap perlakuan
Perlakuan
P0
P1
P2
Komposisi
BK
ABU
PK
89.48
75.38
65.98
11.25
8.09
5.99
16.98
15.68
14.82
SK
%
20.82
24.03
26.16
LK
Beta-N
TDN
3.65
2.78
2.19
47.30
49.42
50.84
67.55
66.20
65.30
Keterangan: BK = Bahan Kering; PK = Protein Kasar; SK = Serat Kasar; LK = Lemak Kasar;
Beta-N = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen; TDN = Total Digestible Nutrient
Pemuasaan
Kelinci terlebih dahulu dipuasakan selama 9 jam sebelum dipotong.
Menurut Herman (1989), pemuasaan dilakukan selama 6-10 jam yang bertujuan
untuk mengosongkan isi perut (usus). Disamping itu, perlakuan ini akan
meminimalkan resiko tercemarnya daging oleh feses.
Pemotongan
Pemotongan dilakukan saat kelinci mencapai umur potong 24 minggu.
Kelinci disembelih dengan cara memotong leher tepat pada trachea, vena
jugularis, arteri carotis dan esophagus. Setelah dipotong, kelinci digantung pada
kedua kaki belakang, dengan membuat irisan pada kulit antara tulang dan tendon
sendi kaki belakang. Kepala dipisahkan pada sendi occipito atlantis. Kaki depan
bagian bawah dan kaki belakang bagian bawah dipotong pada sendi sikunya, ekor
dilepaskan dari pangkalnya. Setelah selesai dikuliti, semua isi rongga perut dan
dada dikeluarkan dan ditimbang tiap bagian-bagiannya, karkas kemudian
ditimbang. Setelah itu, karkas dipotong menjadi 4 potongan komersial, yaitu
foreleg, rack, loin, dan hindleg serta ditimbang (Herman 1989). Potonganpotongan komersial disimpan di dalam alat pendingin.
Masing-masing potongan komersial dipisahkan antara daging, tulang, dan
lemak. Sebelum daging dan tulang dipisahkan, lemak terlebih dahulu dipisahkan
kemudian ditimbang. Selanjutnya daging dan tulang pada potongan komersial
dipisahkan lalu ditimbang sehingga didapatkan bobot komposisi karkas pada
potongan komersial.
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3
perlakuan dan 4 ulangan. Model Matematika RAL menurut Sudjana (1980) yaitu:
Yij = μ + β (Xi- ̅ ) + Pi + εij
Keterangan:
Yij
= nilai pengamatan dari perlakuan jumlah pemberian pakan yang berbeda
µ
= rataan umum
β (Xi- ̅ ) = faktor koreksi
Pi
= pengaruh perlakuan jumlah pemberian pakan yang berbeda (P0, P1, P2)
ɛij
= pengaruh galat percobaan perlakuan ke-i pada ulangan ke-j
i
= perlakuan ke-i
j
= ulangan ke-j
5
Data komposisi karkas dan non karkas dianalisis dengan Analysis of
Covariance (ANCOVA) dengan covarian bobot badan awal, bobot tubuh kosong,
dan karkas panas. Apabila perlakuan berpengaruh nyata (P F
0.0224
0.0107
Lampiran 8
Hasil uji analisis peragam bobot hati pada bagian non karkas
berdasarkan bobot tubuh kosong
Sumber Keragaman
DB
JK
KT
Fhitung Pr > F
Pakan
2
195.054
97.527
4.79
0.0428
Bobot Tubuh Kosong
1
1.259
1.259
0.06
0.8098
Galat
8
162.775
20.347
Total
11
394.09
Lampiran 9 Hasil uji analisis peragam bobot isi saluran pencernaan pada bagian
non karkas berdasarkan bobot tubuh kosong
Sumber Keragaman
DB
JK
KT
Fhitung
Pr > F
Pakan
2
18 310.513
9 155.256
8.05
0.0122
Bobot Tubuh Kosong
1
3 958.653
3 958.653
3.48
0.0991
Galat
8
9 101.102
1 137.638
Total
11
36 737.767
Lampiran 10 Hasil uji analisis peragam bobot lambung pada bagian non karkas
berdasarkan bobot tubuh kosong
Sumber Keragaman
DB
JK
KT
Fhitung
Pr > F
Pakan
2
97.23
48.615
19.49
0.0008
Bobot Tubuh Kosong
1
12.868
12.868
5.16
0.0528
Galat
8
19.959
2.495
Total
11
118.789
17
Lampiran 11 Hasil uji analisis peragam persentase lambung pada bagian
karkas berdasarkan bobot tubuh kosong
Sumber Keragaman
DB
JK
KT
Fhitung
Pakan
2
0.528
0.264
17.66
Bobot Tubuh Kosong
1
0.111
0.111
7.45
Galat
8
0.12
0.015
Total
11
1.058
non
Pr > F
0.0012
0.0258
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 17 Desember
1992. Penulis merupakan anak pertama dari 2 bersaudara pasangan Bapak H. R.
Ikhwan SH dan Ibu Hj. Yusnida Yunus. Penulis memulai pendidikan pada tahun
1998 di SD Swasta Harapan 2 Medan, kemudian melanjutkan ke SMP Swasta
Harapan 2 Medan pada tahun 2004.
Selanjutnya penulis melanjutkan
pendidikannya ke SMA Swasta Harapan 1 Medan pada tahun 2007. Tahun 2010
penulis diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur UTM-IPB (Ujian
Talenta Mandiri Institut Pertanian Bogor).
Penulis pernah aktif sebagai pengurus OMDA IMMAM tahun 2012-2013,
anggota Divisi Keprofesian HIMAPROTER tahun 2013-2014, anggota Divisi
Manajemen K-SPR, anggota Divisi Danus kepanitiaan Livestock Vaganza.
Penulis juga pernah aktif sebagai asisten praktikum pada mata kuliah Teknologi
Produksi Ternak Ruminansia Kecil.
JANTAN MUDA DENGAN PEMBERIAN PAKAN
LIMBAH TAUGE
LUTHFIA IKHWANA
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Komposisi Karkas dan
Non Karkas Kelinci Lokal Jantan Muda dengan Pemberian Pakan Limbah Tauge
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014
Luthfia Ikhwana
NIM D14100083
ABSTRAK
LUTHFIA IKHWANA. Komposisi Karkas dan Non Karkas Kelinci Lokal Jantan
Muda dengan Pemberian Pakan Limbah Tauge. Dibimbing oleh MUHAMAD
BAIHAQI dan SRI RAHAYU.
Kelinci memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai salah satu ternak
potong. Kelinci termasuk ternak yang menyukai segala jenis tumbuhan termasuk
limbah pasar seperti limbah tauge. Limbah tauge mengandung 13.26% protein dan
64.5% TDN. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi komposisi karkas
dan non karkas kelinci lokal jantan muda yang berumur 12 minggu dengan pemberian
pakan mengandung limbah tauge. Peubah yang diamati adalah bobot potong, bobot
tubuh kosong, bobot karkas panas dan dingin, bobot potongan komersial, bobot
komposisi karkas, proporsi karkas dan potongan komersial, bobot dan persentase non
karkas. Penelitian ini menggunakan 12 ekor kelinci lokal jantan dengan bobot badan
awal sekitar 747 ± 104.543 g. Ternak dipelihara selama 12 minggu dan dipotong
pada umur 6 bulan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL).
Terdapat tiga jenis perlakuan: 100% pakan komersil (P0), 70% pakan
komersil+30% limbah tauge (P1), dan 50% pakan komersil+50% limbah tauge
(P2). Data dianalisis dengan menggunakan ANCOVA dengan menggunakan
bobot tubuh kosong dan karkas panas sebagai kovariabel. Penelitian ini
menunjukkan dengan penambahan limbah tauge menyebabkan bobot non karkas,
bobot dan persentase potongan komersial hindleg dan lambung lebih tinggi
dibandingkan tanpa penambahan limbah tauge. Penambahan limbah tauge tidak
mempengaruhi bobot potong, bobot tubuh kosong, dan bobot karkas. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa limbah tauge dapat diberikan dalam bentuk segar untuk
penggemukan kelinci hingga 50% menggantikan pakan komersil
Kata kunci: bobot karkas dan non karkas, kelinci lokal, limbah tauge
ABSTRACT
LUTHFIA IKHWANA. Carcass and Non Carcass Composition of Male Local
Rabbit Fed with Bean Sprouts’ Waste. Supervised by MUHAMAD BAIHAQI
and SRI RAHAYU.
Rabbits have potential to be developed as meat producer. Rabbit is
palatable with almost every roughage, even market waste such as bean sprouts’
waste. Bean sprouts’ waste contains of 13.26% protein and 64.5% TDN. The aim
of this research was to evaluate carcass and non carcass composition of male local
rabbit age 12 weeks fed with bean sprouts’ waste. Measured variables were
slaughter weight, empty body weight, hot carcass weight, cold carcass weight,
commercial cuts, carcass composition weight, carcass and commercial cuts
proportion, non carcass weight and percentage. This study used 12 male local
rabbit fryer with average weight 747±104.543 g. The rabbits reared as long as 12
weeks and slaughtered at age of 6 months. This study used completely
randomized design. There were 3 treatments that consisted of 100% of
commercial feed (P0), 70% of commercial feed+30% of bean sprouts’ waste (P1),
and 50% of commercial feed+50% of bean sprouts’ waste (P2). The data was
analysed using ANCOVA with empty body weight and hot carcass weight as
covariables. Results showed that the addition of bean sprouts’ waste causing non
carcass weight, stomach and hindleg commercial cut weight and percentage were
higher than without the addition of bean sprouts’ waste. Addition of bean sprouts’
waste had no effect on slaughter weight, empty body weight, and carcass weight.
In conclusion, bean sprouts’ waste can be added fresh to rabbit feed up to 50% in
substitute of commercial feed.
Key words: bean sprouts’ waste, carcass and non-carcass weight, local rabbit
KOMPOSISI KARKAS DAN NON KARKAS KELINCI LOKAL
JANTAN MUDA DENGAN PEMBERIAN PAKAN
LIMBAH TAUGE
LUTHFIA IKHWANA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Komposisi Karkas dan Non Karkas Kelinci Lokal Jantan Muda
dengan Pemberian Pakan Limbah Tauge
Nama
: Luthfia Ikhwana
NIM
: D14100083
Disetujui oleh
Muhamad Baihaqi, SPt MSc
Pembimbing I
Ir Sri Rahayu, MSi
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Muladno, MSA
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah
karkas dan non karkas ternak, dengan judul Komposisi Karkas dan Non Karkas
Kelinci Lokal Jantan Muda dengan Pemberian Pakan Limbah Tauge.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Muhamad Baihaqi, SPt MSc
dan Ibu Ir Sri Rahayu, MSi selaku pembimbing, Bapak Dr Ir Afton Atabany, MSi
selaku penguji, serta Bapak Dr Ir Bagus P. Purwanto selaku pembimbing
akademik. Penulis juga mengungkapkan terima kasih kepada Irine F. Zulfa selaku
teman satu penelitian, Aljanofri dan teknisi kandang Ruminansia Kecil yang telah
banyak membantu dalam proses penelitian. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, mama, adik serta seluruh keluarga tercinta atas
dukungan, doa dan kasih sayangnya. Terima kasih juga disampaikan kepada
Amilin, Devi, Dhini, Edwin, Hengki, Kiki, Nenik, Sherly, Slamet, Vinny untuk
motivasi dan dukungannya. Ungkapan terima kasih kepada seluruh dosen
Fakultas Peternakan, D’Protector IPTP 47, Rumah Waras dan IMMAM 47 atas
bimbingan dan kebersamaannya selama penulis menempuh pendidikan di
Fakultas Peternakan IPB. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Oktober 2014
Luthfia Ikhwana
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Bahan
Alat
Prosedur
Persiapan Bahan Pakan
Pemeliharaan
Pemuasaan
Pemotongan
Analisis Data
Peubah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Penelitian
Karakteristik Karkas
Komposisi Karkas
Potongan Komersial
Bagian Non Karkas
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
vi
vi
vi
1
1
1
2
2
2
2
3
3
3
3
4
4
4
5
5
5
6
8
9
11
13
13
15
17
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
Kandungan nutrisi setiap bahan
Kandungan zat makanan setiap perlakuan
Rataan suhu, kelembaban relatif dan nilai THI
Rataan pertambahan bobot badan harian kelinci pada setiap perlakuan
Karakteristik karkas kelinci lokal jantan pada setiap perlakuan
Komposisi karkas kelinci lokal jantan pada setiap perlakuan
Bobot dan persentase potongan komersial kelinci lokal jantan
Distribusi komposisi karkas kelinci lokal jantan pada potongan
komersial
9 Rataan bobot non karkas kelinci lokal jantan pada setiap perlakuan
10 Rataan persentase non karkas kelinci lokal jantan pada setiap perlakuan
2
4
5
6
6
8
9
10
11
12
DAFTAR GAMBAR
1 Kandang kelinci penelitian
2 Kelinci penelitian
3
3
DAFTAR LAMPIRAN
1 Potongan komersial kelinci (a). foreleg (b). rack (c). loin (d). hindleg
2 Hasil uji analisis peragam persentase karkas panas/bobot potong
berdasarkan bobot potong
3 Hasil uji analisis peragam persentase karkas dingin/bobot potong
berdasarkan bobot potong
4 Hasil uji analisis peragam non karkas berdasarkan bobot tubuh kosong
5 Hasil uji analisis peragam bobot hindleg pada potongan komersial
berdasarkan bobot karkas panas
6 Hasil uji analisis peragam persentase hindleg pada potongan
komersial berdasarkan bobot karkas panas
7 Hasil uji analisis peragam bobot lemak pada potongan loin
berdasarkan bobot karkas panas
8 Hasil uji analisis peragam bobot hati pada bagian non karkas
berdasarkan bobot tubuh kosong
9 Hasil uji analisis peragam bobot isi saluran pencernaan pada bagian
non karkas berdasarkan bobot tubuh kosong
10 Hasil uji analisis peragam bobot lambung pada bagian non karkas
berdasarkan bobot tubuh kosong
11 Hasil uji analisis peragam persentase lambung pada bagian non karkas
berdasarkan bobot tubuh kosong
15
15
15
16
16
16
16
16
16
17
17
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan kelinci di Indonesia sangat beragam sesuai dengan tujuan
produksinya, yaitu dikembangkan sebagai ternak laboratorium, kesayangan,
penghasil kulit atau fur dan penghasil daging. Kartadisastra (1997) menyatakan
daging kelinci mempunyai kualitas yang lebih baik daripada daging sapi, domba
atau kambing karena daging kelinci memiliki lemak dan kolesterol yang lebih
rendah serta memiliki protein yang lebih tinggi. Struktur daging kelinci juga lebih
halus dengan warna dan bentuk fisik yang menyerupai daging ayam. Keunggulan
lainnya adalah kelinci merupakan jenis ternak yang prolifik dengan proses
reproduksi yang sangat cepat. Dalam pemeliharaannya, kelinci tidak memerlukan
biaya yang besar dalam investasi ternak dan kandang, karena kelinci memiliki
tubuh yang kecil sehingga tidak memerlukan banyak ruang dan kelinci memiliki
masa penggemukan yang singkat.
Berat karkas kelinci yang baik berkisar antara 50%-59% dari bobot
hidupnya sehingga kelinci memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai salah
satu ternak potong (Gillespie 2004). Pemeliharaan yang baik berpengaruh
terhadap kuantitas dan kualitas karkas serta daging yang dihasilkan. Keberhasilan
dari pemeliharaan ditentukan oleh manajemen yang baik, dapat dilihat dari tingkat
kenyamanan ternak saat dikandangkan. Persentase karkas dipengaruhi oleh
genetik, jenis kelamin, fisiologi, umur, bobot badan, dan nutrisi (Soeparno 2005).
Kelinci termasuk ternak yang menyukai segala jenis tumbuhan termasuk
pakan sapi sehingga pemberian pakan terhadap kelinci tidak sulit. Limbah pasar
dapat dimanfaatkan sebagai pakan kelinci, contohnya adalah limbah tauge.
Hampir seluruh masyarakat Indonesia mengkonsumsi tauge sehingga limbah
tauge mudah didapatkan. Informasi pemanfaatan limbah tauge sebagai pakan
kelinci masih sangat sedikit ditemukan. Pada penelitian Baihaqi et al. (2013)
menyatakan pemberian limbah tauge taraf 45% tidak menurunkan kualitas karkas
yang dihasilkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa limbah tauge dapat dijadikan
sebagai pakan kelinci. Namun, penelitian tersebut menambahkan limbah tauge
yang digunakan dalam bentuk pellet, sehingga aplikasi bagi peternak kecil masih
terbatas. Oleh karena itu, diperlukan penelitian dengan menambahkan limbah
tauge dalam bentuk segar untuk melihat komposisi karkas dan non karkas yang
dihasilkan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi komposisi karkas dan non
karkas kelinci lokal jantan muda yang digemukkan dengan pemberian limbah
tauge segar sebagai pakan.
2
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan beberapa kelinci lokal jantan muda berumur 12
minggu yang diberi perlakuan pakan berupa campuran limbah tauge segar dengan
taraf 30% dan 50%. Pemeliharaan dilakukan selama 12 minggu, terdiri dari 4
minggu masa adaptasi dan 8 minggu masa pengamatan. Pemberian pakan dalam
bentuk segar dilakukan untuk memudahkan aplikasinya nanti kepada peternak
secara langsung. Penelitian ini mengarah pada komposisi karkas dan non karkas
kelinci lokal. Peubah yang diamati adalah bobot potong, bobot karkas, bobot
potongan komersial, bobot non karkas, bobot komposisi karkas, proporsi karkas
dan potongan komersial, bobot, dan persentase bagian non karkas.
METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2014. Penelitian ini
dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil,
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor. Analisis karkas dilakukan di Laboratorium Ruminansia
Besar, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor.
Bahan
Kelinci yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 12 ekor kelinci lokal
jantan berumur 12 minggu dengan rataan bobot badan awal 747 ± 104.543 g
(koefisien keragaman 13.98%). Kelinci tersebut diperoleh dari peternak kelinci di
wilayah Kampus IPB Dramaga dan dipelihara sesuai perlakuan yang diberikan
selama 12 minggu, terdiri dari 4 minggu masa adaptasi dan 8 minggu masa
pengamatan. Kelinci dipotong pada umur 6 bulan.
Pakan yang diberikan yaitu pellet komersil dengan penambahan limbah
tauge segar yang berasal dari Pasar Bogor sebagai pengganti pellet dengan taraf
yang berbeda. Bahan lain yang digunakan adalah sikat dan deterjen untuk
membersihkan kandang, kapur untuk sanitasi kandang, vitamin kelinci.
Kandungan nutrisi dari setiap bahan disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1 Kandungan nutrisi setiap bahan
Bahan Pakan
Limbah tauge1
Pakan komersial2
BK
Abu
42.49
89.48
0.73
11.25
Komposisi
PK
SK
%
12.66
31.51
16.98
20.82
LK
Beta-N
TDN
0.73
3.65
54.37
47.30
63.05
67.55
Sumber : 1 Pusat Studi antar Universitas, Institut Pertanian Bogor. 2014.
2
Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Institut Pertanian Bogor. 2014.
3
Alat
Kandang yang digunakan adalah kandang individu berbentuk panggung
yang terbuat dari bambu dan kayu dengan alas kandang yang terbuat dari bambu.
Kandang yang dipakai sebanyak 12 buah dengan ukuran 40 x 50 x 50 cm. Setiap
kandang terdapat tempat pakan dan air minum. Peralatan lain yang digunakan
adalah timbangan untuk mengukur bobot badan kelinci dan pakan, alat kebersihan,
thermo-hygrometer, kamera digital, dan label. Kandang dan ternak kelinci
penelitian yang disajikan pada Gambar 1 dan Gambar 2.
Gambar 1 Kandang kelinci penelitian
Gambar 2 Kelinci penelitian
Prosedur
Bahan, peralatan, dan kandang dipersiapkan seminggu sebelum penelitian.
Kelinci jantan sebanyak 12 ekor dipilih berdasarkan keseragaman bobot badan
dan yang berumur 12 minggu. Kelinci tersebut dimasukkan dalam kandang
individu secara acak. Adaptasi pakan dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian
selama 4 minggu dan air minum diberi vitamin pada masa adaptasi tersebut.
Penimbangan bobot badan dilakukan pada akhir periode adaptasi dan
digunakan sebagai data awal penelitian. Setelah 12 minggu pemeliharaan,
kelinci-kelinci tersebut dipotong untuk dilihat komposisi karkas dan non karkas.
Data yang diambil mencakup bobot potong, bobot karkas, bobot potong komersial,
bobot non-karkas, bobot komposisi karkas, dan proporsi karkas.
Persiapan Bahan Pakan
Limbah tauge yang diberikan berupa limbah tauge segar yang didapatkan
dari pedagang-pedagang di pasar tradisional Bogor.
Pemeliharaan
Kelinci diberi pakan 2 kali sehari yaitu pada pagi hari jam 06.00 – 07.00
WIB dan sore hari jam 16.00 – 17.00 WIB. Pemberian pakan diberikan dalam
tempat pakan yang terbuat dari semen. Terdapat 3 perlakuan pemberian pakan,
yaitu: 100% pellet komersil buatan pabrik yang berfungsi sebagai kontrol (P0),
70% pellet komersil ditambah 30% limbah tauge segar (P1), 50% pellet komersil
ditambah 50% limbah tauge segar (P2). Air minum diberikan ad libitum.
Kandungan zat makanan setiap perlakuan disajikan dalam Tabel 2.
4
Tabel 2 Kandungan zat makanan setiap perlakuan
Perlakuan
P0
P1
P2
Komposisi
BK
ABU
PK
89.48
75.38
65.98
11.25
8.09
5.99
16.98
15.68
14.82
SK
%
20.82
24.03
26.16
LK
Beta-N
TDN
3.65
2.78
2.19
47.30
49.42
50.84
67.55
66.20
65.30
Keterangan: BK = Bahan Kering; PK = Protein Kasar; SK = Serat Kasar; LK = Lemak Kasar;
Beta-N = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen; TDN = Total Digestible Nutrient
Pemuasaan
Kelinci terlebih dahulu dipuasakan selama 9 jam sebelum dipotong.
Menurut Herman (1989), pemuasaan dilakukan selama 6-10 jam yang bertujuan
untuk mengosongkan isi perut (usus). Disamping itu, perlakuan ini akan
meminimalkan resiko tercemarnya daging oleh feses.
Pemotongan
Pemotongan dilakukan saat kelinci mencapai umur potong 24 minggu.
Kelinci disembelih dengan cara memotong leher tepat pada trachea, vena
jugularis, arteri carotis dan esophagus. Setelah dipotong, kelinci digantung pada
kedua kaki belakang, dengan membuat irisan pada kulit antara tulang dan tendon
sendi kaki belakang. Kepala dipisahkan pada sendi occipito atlantis. Kaki depan
bagian bawah dan kaki belakang bagian bawah dipotong pada sendi sikunya, ekor
dilepaskan dari pangkalnya. Setelah selesai dikuliti, semua isi rongga perut dan
dada dikeluarkan dan ditimbang tiap bagian-bagiannya, karkas kemudian
ditimbang. Setelah itu, karkas dipotong menjadi 4 potongan komersial, yaitu
foreleg, rack, loin, dan hindleg serta ditimbang (Herman 1989). Potonganpotongan komersial disimpan di dalam alat pendingin.
Masing-masing potongan komersial dipisahkan antara daging, tulang, dan
lemak. Sebelum daging dan tulang dipisahkan, lemak terlebih dahulu dipisahkan
kemudian ditimbang. Selanjutnya daging dan tulang pada potongan komersial
dipisahkan lalu ditimbang sehingga didapatkan bobot komposisi karkas pada
potongan komersial.
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3
perlakuan dan 4 ulangan. Model Matematika RAL menurut Sudjana (1980) yaitu:
Yij = μ + β (Xi- ̅ ) + Pi + εij
Keterangan:
Yij
= nilai pengamatan dari perlakuan jumlah pemberian pakan yang berbeda
µ
= rataan umum
β (Xi- ̅ ) = faktor koreksi
Pi
= pengaruh perlakuan jumlah pemberian pakan yang berbeda (P0, P1, P2)
ɛij
= pengaruh galat percobaan perlakuan ke-i pada ulangan ke-j
i
= perlakuan ke-i
j
= ulangan ke-j
5
Data komposisi karkas dan non karkas dianalisis dengan Analysis of
Covariance (ANCOVA) dengan covarian bobot badan awal, bobot tubuh kosong,
dan karkas panas. Apabila perlakuan berpengaruh nyata (P F
0.0224
0.0107
Lampiran 8
Hasil uji analisis peragam bobot hati pada bagian non karkas
berdasarkan bobot tubuh kosong
Sumber Keragaman
DB
JK
KT
Fhitung Pr > F
Pakan
2
195.054
97.527
4.79
0.0428
Bobot Tubuh Kosong
1
1.259
1.259
0.06
0.8098
Galat
8
162.775
20.347
Total
11
394.09
Lampiran 9 Hasil uji analisis peragam bobot isi saluran pencernaan pada bagian
non karkas berdasarkan bobot tubuh kosong
Sumber Keragaman
DB
JK
KT
Fhitung
Pr > F
Pakan
2
18 310.513
9 155.256
8.05
0.0122
Bobot Tubuh Kosong
1
3 958.653
3 958.653
3.48
0.0991
Galat
8
9 101.102
1 137.638
Total
11
36 737.767
Lampiran 10 Hasil uji analisis peragam bobot lambung pada bagian non karkas
berdasarkan bobot tubuh kosong
Sumber Keragaman
DB
JK
KT
Fhitung
Pr > F
Pakan
2
97.23
48.615
19.49
0.0008
Bobot Tubuh Kosong
1
12.868
12.868
5.16
0.0528
Galat
8
19.959
2.495
Total
11
118.789
17
Lampiran 11 Hasil uji analisis peragam persentase lambung pada bagian
karkas berdasarkan bobot tubuh kosong
Sumber Keragaman
DB
JK
KT
Fhitung
Pakan
2
0.528
0.264
17.66
Bobot Tubuh Kosong
1
0.111
0.111
7.45
Galat
8
0.12
0.015
Total
11
1.058
non
Pr > F
0.0012
0.0258
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 17 Desember
1992. Penulis merupakan anak pertama dari 2 bersaudara pasangan Bapak H. R.
Ikhwan SH dan Ibu Hj. Yusnida Yunus. Penulis memulai pendidikan pada tahun
1998 di SD Swasta Harapan 2 Medan, kemudian melanjutkan ke SMP Swasta
Harapan 2 Medan pada tahun 2004.
Selanjutnya penulis melanjutkan
pendidikannya ke SMA Swasta Harapan 1 Medan pada tahun 2007. Tahun 2010
penulis diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur UTM-IPB (Ujian
Talenta Mandiri Institut Pertanian Bogor).
Penulis pernah aktif sebagai pengurus OMDA IMMAM tahun 2012-2013,
anggota Divisi Keprofesian HIMAPROTER tahun 2013-2014, anggota Divisi
Manajemen K-SPR, anggota Divisi Danus kepanitiaan Livestock Vaganza.
Penulis juga pernah aktif sebagai asisten praktikum pada mata kuliah Teknologi
Produksi Ternak Ruminansia Kecil.