Performa Produksi Kelinci Lokal Jantan Muda dengan Pemberian Campuran Pellet Komersil dan Limbah Tauge

PERFORMA PRODUKSI KELINCI LOKAL JANTAN MUDA
DENGAN PEMBERIAN CAMPURAN PELLET
KOMERSIL DAN LIMBAH TAUGE

IRINE FATKHATUL ZULFA

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Performa Produksi
Kelinci Lokal Jantan Muda dengan Pemberian Campuran Pellet Komersil dan
Limbah Tauge adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Irine Fatkhatul Zulfa
NIM D14100108

ABSTRAK
IRINE FATKHATUL ZULFA. Performa Produksi Kelinci Lokal Jantan Muda
dengan Pemberian Campuran Pellet Komersil dan Limbah Tauge. Dibimbing oleh
MUHAMAD BAIHAQI dan MOHAMAD YAMIN.
Kelinci (Orictolagus cuniculus) berpotensi besar sebagai penghasil daging
karena sifatnya yang prolifik, pertumbuhannya cepat, dan dapat memanfaatkan
limbah pertanian sebagai pakan. Limbah tauge merupakan limbah pasar yang
kandungan nutrisinya yang masih baik sehingga dapat digunakan sebagai pakan.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengamati performa produksi kelinci lokal
jantan muda yang diberi limbah tauge. Sebanyak 12 ekor kelinci lokal jantan
muda dengan kisaran umur 12 minggu dan rataan bobot badan 747±104.53 g
digunakan dalam penelitian ini. Tiga perlakuan pakan yang diberikan yaitu P0

berupa 100% pellet komersil, P1 berupa 30% limbah tauge dan 70% pellet
komersil, serta P2 berupa 50% limbah tauge dan 50% pellet komersil. Hasil
analisis ragam menunjukkan bahwa perbedaan perlakuan pakan tidak berpengaruh
terhadap konsumsi bahan kering, protein kasar, TDN dan pertambahan bobot
badan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa limbah tauge segar dapat dijadikan
sebagai substitusi pakan kelinci hingga taraf 50% tanpa menurunkan performa
produksinya.
Kata kunci: kelinci, limbah tauge, performa produksi

ABSTRACT
IRINE FATKHATUL ZULFA. Production Performance of Local Rabbit Fed with
Commercial Feed and Substituted with Bean Sprouts’ Waste. Supervised by
MUHAMAD BAIHAQI and MOHAMAD YAMIN.
Rabbit (Orictolagus cuniculus) is small livestock animal that has great
potential as meat-producer for its prolific characteristic, rapid growth rate and
capability to eat agricultural waste. Bean sprouts wastes were from market that
can still be used as feed source for its nutrition content. The aim of this research
was to study production performance of local rabbit fed with bean sprouts’ waste.
Twelve local rabbit fryers age 12 weeks with average body weight of
747±104.53 g used in this study. There were three treatments that consisted of

100% commercial feed as control treatment (P0); 30% bean sprouts’ waste and
70% commercial feed (P1); and 50% bean sprouts’ waste and 50% commercial
feed (P2). The result showed that different treatments had no effect on dry matter
and crude protein consumption, TDN, and daily weight gain. In conclusion, bean
sprouts’ waste can be used as rabbit feed substitution up to 50% without giving
negative effect on its production performance.
Key words: beans sprouts waste, local rabbit, production performance

PERFORMA PRODUKSI KELINCI LOKAL JANTAN MUDA
DENGAN PEMBERIAN CAMPURAN PELLET
KOMERSIL DAN LIMBAH TAUGE

IRINE FATKHATUL ZULFA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan


DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Performa Produksi Kelinci Lokal Jantan Muda dengan Pemberian
Campuran Pellet Komersil dan Limbah Tauge
Nama
: Irine Fatkhatul Zulfa
NIM
: D14100108

Disetujui oleh

Muhamad Baihaqi, SPt MSc
Pembimbing I

Dr Ir Moh. Yamin, MAgrSc
Pembimbing II


Diketahui oleh

Prof Dr Ir Muladno, MSA
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah
performa ternak, dengan judul Performa Produksi Kelinci Lokal Jantan Muda
dengan Pemberian Campuran Pellet Komersil dan Limbah Tauge.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Muhamad Baihaqi, SPt MSc
dan Bapak Dr Ir Moh. Yamin, MAgrSc selaku pembimbing, Bapak Edit Lesa
Aditia, SPt MSc selaku dosen penguji, serta Bapak Ahmad Yani, STP MSi selaku
pembimbing akademik. Penulis juga mengungkapkan terima kasih kepada
Luthfia Ikhwana selaku teman satu penelitian, Aljanofri Yuse dan teknisi kandang
Ruminansia Kecil yang telah banyak membantu dalam proses penelitian.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak, ibu, kakak, adik-adik
serta seluruh keluarga tercinta atas dukungan, doa dan kasih sayangnya. Terima
kasih juga disampaikan kepada Devi, Dhini, Kiki, Nenik dan Sherly untuk
motivasi dan dukungannya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
seluruh dosen Fakultas Peternakan, D’Protector IPTP 47 atas bimbingan dan
kebersamaannya selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014

Irine Fatkhatul Zulfa

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Bahan
Alat
Prosedur
HASIL DAN PEMBAHASAN
Suhu, Kelembaban dan Nilai THI
Konsumsi Pakan
Pertambahan Bobot Badan Harian
Konversi Pakan
Income Over Feed Cost
Mortalitas
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP


vi
vi
vi
1
1
1
2
2
2
2
2
3
5
5
6
7
8
9
10
10

10
10
11
12
12
14

DAFTAR TABEL
1 Kandungan zat makanan tiap perlakuan
2 Rataan suhu, kelembaban relatif dan nilai THI
3 Rataan konsumsi bahan kering, protein kasar, serat kasar dan TDN tiap
perlakuan
4 Rataan pertambahan bobot badan harian kelinci tiap perlakuan
5 Rataan konversi pakan tiap perlakuan
6 Nilai income over feed cost (IOFC) tiap perlakuan

3
5
6
7

8
9

DAFTAR GAMBAR
1 Kandang kelinci penelitian
2 Kelinci penelitian

2
2

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9

10

Analisis ragam pertambahan bobot badan harian kelinci lokal
Analisis ragam konsumsi bahan kering
Analisis ragam konsumsi protein kasar
Analisis ragam konsumsi serat kasar
Uji Tukey konsumsi serat kasar
Analisis ragam TDN
Analisis ragam konversi pakan
Uji Tukey konversi pakan
Analisis ragam nilai income over feed cost (IOFC)
Perhitungan asumsi harga limbah tauge

12
12
12
12
13
13
13
13
13
13

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelinci merupakan salah satu jenis ternak sumber protein hewani yang
berpotensi besar untuk dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging, terutama di
negara-negara berkembang. Ternak kelinci mempunyai keunggulan biologis
dibandingkan hewan lain karena dapat dikawinkan setiap saat setelah mencapai
dewasa, prolifik, jarak beranak yang lebih pendek dan pertumbuhan yang cepat.
Selain itu, keunggulan ekonomi usaha ternak kelinci adalah memerlukan modal
investasi dan modal kerja yang kecil, menghasilkan daging secara efisien, tidak
memerlukan lahan yang luas, serta dapat memanfaatkan limbah pertanian dan
industri sebagai sumber pakan (Soedjana 2007).
Pemberian pakan adalah komponen penting dalam kegiatan produksi ternak,
mencapai 60%-70% pada pola pemeliharaan intensif (Murtisari 2008). Upaya
yang dilakukan untuk menurunkan biaya produksi pada peternakan kelinci, selain
melalui pembatasan pakan, juga dengan menggunakan bahan-bahan pakan
alternatif yang memiliki komponen gizi yang dibutuhkan kelinci dan murah
harganya. Limbah organik pasar merupakan sisa-sisa yang tidak terjual, hasil
penyiangan maupun bagian dari sayuran atau buahan yang tidak dimanfaatkan
untuk konsumsi manusia (BPTPJ 2009), sehingga berpotensi untuk dijadikan
bahan pakan penyusun ransum. Salah satu contohnya yaitu limbah tauge. Limbah
tauge adalah kulit kacang hijau, potongan-potongan ekor dan kepala tauge hasil
pengayakan. Limbah tauge ini jarang dimanfaatkan dan dibuang begitu saja.
Rahayu et al. (2010) melaporkan total produksi tauge di daerah Bogor mencapai
6.5 ton hari-1 dengan peluang limbah tauge yang dihasilkan sebesar 1.5 ton hari-1.
Limbah tauge dapat digunakan sebagai pengganti pellet untuk pakan kelinci
hingga taraf 45% (Baihaqi et al. 2013) dan diberikan bersama konsentrat sebagai
pakan ternak domba (Wandito 2011) tanpa mengganggu performa produksinya.
Penggunaan limbah tauge sebagai pengganti pellet pada kegiatan produksi
kelinci dilakukan karena harga pellet relatif mahal sehingga tidak ekonomis.
Pellet yang kurang baik kualitasnya mudah patah. Patahan ini memberi efek
negatif pada kondisi kebersihan dan sering menyebabkan masalah pencernaan dan
gangguan pernafasan (Blas dan Wiseman 2010). Selama proses pertumbuhan,
ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor genetik, pemberian
pakan, suhu, kemampuan beradaptasi dan lingkungan (Rasyid 2009). Kelinci
lokal telah beradaptasi dengan daerah tropis sehingga lebih tahan terhadap suhu
panas, namun secara genetik, ukuran tubuhnya kecil dan pertumbuhannya lambat
(Farrel dan Raharjo 1984). Palatabilitas dan kandungan nutrisi pakan menjadi
faktor penting dalam produksi kelinci karena berpengaruh terhadap konsumsi
pakan (Blas dan Wiseman 2010).

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan membandingkan performa
produksi kelinci lokal jantan pada pemberian campuran pellet komersil dan
limbah tauge pada persentase yang berbeda.

2
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan 12 ekor kelinci lokal jantan muda berumur 12
minggu yang dipelihara selama 8 minggu dengan diberi perlakuan pakan berupa
campuran limbah tauge segar dengan taraf 30% dan 50%. Pemberian pakan
dalam bentuk segar dilakukan untuk memudahkan aplikasinya oleh peternak.
Penelitian ini mengarah pada performa produksi kelinci lokal.

METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2014. Penelitian
dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil,
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor.
Bahan
Penelitian menggunakan 12 ekor kelinci lokal jantan muda berumur 12
minggu dengan rataan bobot badan awal 747±104.543 g (koefisien keragaman
13.98%). Kelinci tersebut diperoleh dari peternak kelinci di wilayah Cibanteng
dan dipelihara sesuai perlakuan yang diberikan, terdiri dari empat minggu masa
adaptasi dan delapan minggu masa pengamatan.
Pakan kelinci yang digunakan berupa pellet komersil dan limbah tauge segar
yang didapatkan dari Pasar Bogor. Bahan lain yang digunakan adalah vitamin
untuk kelinci dan vitamin B.
Alat
Peralatan yang digunakan yaitu tempat pakan dan tempat minum,
termometer bola basah bola kering, timbangan digital, buku catatan dan alat tulis.
Peralatan lainnya yaitu alat kebersihan berupa sapu, ember dan sikat. Sebanyak 12
kandang individu berbentuk panggung yang terbuat dari bambu dan kayu
digunakan dalam penelitian ini (Gambar 1). Alas kandang terbuat dari sekat
bambu dengan dimensi kandang 50 x 50 x 50 cm.

Gambar 1 Kandang kelinci penelitian

Gambar 2 Kelinci penelitian

3
Prosedur
Pemeliharaan
Sebelum memulai penelitian terlebih dahulu dilakukan sanitasi kandang,
dengan pencucian untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada kandang
menggunakan sikat dan deterjen. Selanjutnya kandang dioles menggunakan kapur
yang telah diencerkan sebagai desinfektan dan didiamkan selama satu minggu
sebelum kelinci dimasukkan. Kelinci ditimbang dan dicatat bobot badan awalnya.
Masa adaptasi penyesuaian pakan dilakukan selama empat minggu sebelum
pelaksanaan penelitian dengan tujuan untuk mengurangi turunnya nafsu makan
karena pergantian jenis pakan yang diberikan. Adaptasi dilakukan secara bertahap
hingga taraf limbah tauge dalam pakan 50%, kemudian dilakukan pengacakan
untuk menentukan perlakuan yang diberikan pada kelinci.
Pakan yang diberikan yaitu 100% pellet komersil sebagai pakan kontrol dan
pellet komersil yang dicampur limbah tauge dengan persentase berbeda sebagai
pakan perlakuan. Pakan yang diberikan dibagi menjadi 3 jenis perlakuan yang
berbeda. Perlakuan pertama sebagai kontrol (P0) yaitu 100% pellet komersil.
Perlakuan kedua (P1) yaitu limbah tauge segar 30% dan pellet komersil 70%.
Perlakuan ketiga (P2) yaitu limbah tauge segar 50% dan pellet komersil 50%.
Kandungan zat makanan tiap perlakuan disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1 Kandungan zat makanan tiap perlakuan
Komposisi

Bahan Pakan

Bahan pakan
Limbah tauge1
Pellet komersil2
Perlakuan
P0
P1
P2

BK

Abu

PK

SK
%

LK

Beta-N

TDN

BS
BK
BS
BK

42.49
100.00
89.48
100.00

0.31
0.73
10.07
11.25

5.38
12.66
15.19
16.98

13.39
31.51
18.63
20.82

0.31
0.73
3.27
3.65

23.10
54.37
42.32
47.30

23.04
63.05
67.87
67.55

BK
BK
BK

100.00
100.00
100.00

11.25
8.09
5.99

16.98
15.68
14.82

20.82
24.03
26.16

3.65
2.78
2.19

47.30
49.42
50.84

67.55
66.20
65.30

Keterangan : BK = bahan kering, BS = bahan segar, PK = protein kasar, SK = serat kasar,
LK = lemak kasar, Beta-N = bahan ekstrak tanpa nitrogen, TDN = total digestable
nutrient
1
Sumber : Pusat Studi antar Universitas, Institut Pertanian Bogor. 2014.
2
Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Institut Pertanian Bogor. 2014.

Kelinci yang mendapat perlakuan limbah tauge diberi makan sebanyak 3
kali sehari yaitu pada pagi hari jam 07.30, siang hari jam 13.30 dan sore hari jam
16.00. Hal ini dilakukan untuk menghindari ceceran pakan karena tempat pakan
terlalu penuh isinya. Kelinci yang mendapatkan perlakuan kontrol diberi makan
dua kali sehari pada pagi hari jam 07.30 dan sore hari jam 16.00. Konsumsi harian
dicatat sebagai data. Pakan diberikan secara ad libitum dengan pemberian pakan
sore hari lebih banyak dibandingkan pagi hari karena kelinci merupakan hewan
nokturnal yang aktivitasnya lebih banyak dilakukan pada malam hari. Air minum
juga diberikan secara ad libitum dan diganti setiap hari. Penimbangan bobot

4
badan kelinci dilakukan 2 minggu sekali untuk menghindari stres. Suhu dan
kelembaban relatif diukur menggunakan termometer bola basah bola kering pada
pagi hari jam 07.30, siang hari jam 13.30 dan sore hari jam 16.30.
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3
perlakuan dan 4 ulangan. Model matematika RAL menurut Mattjik dan
Sumertajaya (2002) yaitu:
Yij = μ + Pi + εij
Keterangan:
Yij = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i (P0, P1, P2) dan ulangan ke-j
μ = rataan umum
Pi = pengaruh persentase ransum komplit komersil dan limbah tauge yang berbeda pada
perlakuan ke-i (P0, P1, P2)
εij = pengaruh galat percobaan pada perlakuan ke-i

Data dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA). Apabila perlakuan
berpengaruh nyata (P0.05) terhadap pertambahan bobot badan harian kelinci lokal jantan
muda. Konsumsi pakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pertambahan bobot badan, yang berkaitan dengan nutrien yang terkandung dalam
pakan dan tingkat kecernaan pakan tersebut (Rasyid 2009). Tabel 4 menunjukkan
bahwa perlakuan pakan dengan penambahan 50% limbah tauge tidak
menyebabkan perbedaan pertambahan bobot badan harian kelinci lokal, dengan
nilai rataan sebesar 11.69±1.24 g per ekor per hari. Hasil tidak beda nyata ini
diduga karena simpangan baku pada P0 cukup tinggi. Rataan pertambahan bobot
badan harian kelinci yang mendapat perlakuan kontrol berupa 100% pellet
komersil memiliki simpangan baku yang cukup tinggi (rataan 13.35±3.48 g ekor-1
hari-1) karena koefisien keragamannya tinggi yaitu 26.08%. Tingginya koefisien
keragaman ini terjadi karena konsumsi pakan kelinci yang mendapat perlakuan
kontrol bervariasi.
Rataan total pertambahan bobot badan harian kelinci yaitu 13.36±2.60 g per
ekor per hari. Nilai ini masih lebih rendah daripada penelitian sebelumnya oleh
Huda (2012) yang menghasilkan rataan pertambahan bobot badan harian kelinci
lokal sebesar 15.22±2.51 g per ekor per hari. Hal ini karena dalam penelitian
sebelumnya, kandungan protein pakan lebih tinggi (15.95%-19.13%), sehingga
konsumsi protein lebih tinggi juga dan menyebabkan pertambahan bobot
badannya lebih tinggi. Lukefahr dan Cheeke (1990) menyatakan bahwa
pertambahan bobot badan kelinci lokal dapat mencapai 10-20 g per hari, sehingga
nilai rataan PBBH kelinci penelitian masih berada dalam rentang normal. Hal ini
berarti pemberian limbah tauge segar hingga taraf 50% dalam ransum
menghasilkan pertambahan bobot badan yang baik pada kelinci lokal dan tidak
mengganggu performa produksinya.

Konversi Pakan
Konversi pakan dihitung sebagai rasio antara jumlah pakan yang dikonsumsi
dengan pertambahan bobot badan harian kelinci. Rataan konversi pakan tiap
perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Rataan konversi pakan tiap perlakuan
Perlakuan
Konversi pakan
P0
5.27 ± 0.60ba
P1
5.82 ± 0.50ab
P2
7.07 ± 0.80aa
Rataan Total
6.06 ± 0.98aa
Keterangan : Angka yang disertai huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
adanya perbedaan nyata (P