Analisis Pemasaran Usahaternak ANALISIS EKONOMI USAHATERNAK

menguntungkan karena penerimaanimbalan yang diperoleh lebih besar dari pengeluarannya sehingga peternak dapat memperoleh manfaat dari usaha ini.

6.2. Analisis Pemasaran Usahaternak

Selain perbedaan biaya, penerimaan dan pendapatan yang diperoleh, proses penyaluran produksi ayam ras pedaging antara peternak pola mandiri dengan pola kemitraan juga memiliki perbedaan. Hal ini terkait dengan adanya kontrak kesepakatan antara peternak peserta kemitraan dengan perusahaan intinya. Jalur pemasaran yang berbeda pada akhirnya juga mempengaruhi marjin pemasaran yang diterima oleh peternak. Oleh karena itu, analisis pemasaran usahaternak dalam penelitian ini meliputi analisis terhadap saluran pemasaran dan marjin pemasaran pasar pada kedua pola pengusahaan serta analisis keterpaduan pasar.

6.2.1. Saluran Pemasaran Ayam Ras Pedaging

Proses penyaluran hasil produksi ayam ras pedaging dari peternak kepada konsumen melibatkan beberapa lembaga pemasaran. Pada umumnya, baik pola kemitraan maupun pola mandiri, lembaga pemasaran yang terlibat adalah pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang pengecer. Sifat yang membedakan pedagang perantara ayam ras pedaging adalah besarnya modal yang dicirikan dengan skala atau kapasitas pembelian. Kapasitas pembelian untuk pedagang pengumpul adalah 1 000 kg – 1 500 kg atau setara dengan 550 - 800 ekor ayam hidup dengan menggunakan alat angkut mobil pick-up. Kapasitas pembelian pedagang besar adalah 2 600 kg – 3 000 kg atau setara dengan 1 400 - 1 700 ekor ayam hidup dengan menggunakan alat angkut berupa truk sedangkan kapasitas pembelian pedagang pengecer adalah 700 kg - 900 kg atau setara dengan 380 – 500 ekor. Perbedaan pemasaran ayam ras pedaging antara pola kemitraan dengan pola mandiri terletak pada pola transaksi yang terjadi antara peternak dengan pedagang. Jika pada pola mandiri, peternak ayam ras pedaging dapat langsung bertransaksi dengan pembeli baik yang bertindak sebagai pedagang pengumpul, pedagang pengecer maupun konsumen akhir. Namun pada pola kemitraan, transaksi yang terjadi antara peternak dengan pembeli pedagang perantara dilakukan secara tidak langsung melalui perusahaan inti. Hal ini terjadi karena peternak peserta kemitraan telah terikat kontrak dengan perusahaan inti bahwa peternak berkewajiban untuk menjual semua hasil produksi ternaknya kepada perusahaan inti. Pada pelaksanaannya, perusahaan inti tidak mengumpulkan hasil panen para peternak secara langsung namun dengan cara menjual delivery order DO kepada pedagang perantara yang kemudian mengambil ayam ras pedaging tersebut ke masing-masing peternak dengan membawa DO sebagai bukti pengambilan barang. DO ini merupakan surat keterangan tentang jumlah ternak ayam ras pedaging yang dibeli dan dapat diambil oleh pedagang perantara di lokasi peternakan yang bekerjasama dengan perusahaan inti. Melalui DO ini juga pedagang perantara, khususnya pedagang besar dan pedagang pengumpul dapat mengambil ayam ras pedaging di beberapa lokasi peternakan sampai jumlah ternak yang diambil dari para peternak kemitraan sesuai dengan jumlah yang dibeli dari perusahaan inti. Adanya perbedaan mekanisme penyaluran ayam ras pedaging dari peternak kepada konsumen diantara kedua pola usahaternak tersebut maka saluran pemasaran ayam ras pedaging pola kemitraan memiliki rantai pemasaran yang lebih panjang dibandingkan dengan pola mandiri karena adanya keterlibatan perusahaan inti dalam proses pemasaran. Rantai pemasaran ayam ras pedaging peternakan pola mandiri memiliki empat pola saluran sedangkan pola kemitraan hanya memiliki tiga pola saluran pemasaran. Berikut ini dijelaskan masing- masing rantai pemasaran ayam ras pedaging pola mandiri dan pola kemitraan yang secara ringkas disajikan pada Gambar 5. Saluran pemasaran ayam ras pedaging pada pola mandiri adalah: 1. Peternak menjual hasil ternaknya langsung kepada pedagang pengumpul, yang datang ke lokasi peternakan dengan menggunakan mobil pick up. Kapasitas angkut rata-rata untuk mobil pick up adalah 800 kg ayam hidup sehingga untuk sekali pembelian biasanya pedagang pengumpul melakukan dua kali pengambilan barang. Dari Gambar 5 terlihat bahwa sebagian besar dari volume produksi ayam ras pedaging peternak mandiri dijual kepada pedagang pengumpul yaitu 57.58 persen. Pada umumnya pembayaran dilakukan pada saat yang bersamaan dengan pengambilan ayam ras pedaging atau dengan kata lain transaksi antara pedagang pengumpul dengan peternak dilakukan secara tunai. Alasan peternak untuk melakukan transaksi tunai ini adalah karena peternak membutuhkan uang secepatnya sebagai modal untuk melakukan proses produksi kembali. Dari para pedagang pengumpul ini, sebagian ayam ras pedaging didistribusikan kepada pedagang besar di Wilayah Surakarta yaitu di Kabupaten Sukoharjo dan Solo 15.15 persen. Selanjutnya pedagang besar akan menjual ayam ras pedaging tersebut ke para pedagang pegecer yang ada di pasar-pasar tradisional untuk dijual kembali kepada konsumen akhir. Ayam ras pedaging yang dijual dari pedagang pengecer kepada konsumen akhir dapat Gambar 3. Kerangka Pemikiran Peternak Pola Kemitraan Perusahaan Mitra Lembaga Pemasaran Pasar Sapronak Peternak Pola Mandiri Pasar Konsumen Harga Output Penerimaan Harga Input Biaya Produksi Analisis Kelembagaan : Struktur Organisasi Kemitraan Perjanjian Kerjasama Kemitraan Pelaksanaan Kerjasama Kemitraan Persepsi dan Partisipasi Peserta Efisiensi Usahaternak : RC Ratio Efisiensi Pemasaran: Ratio KeuntunganBiaya Pemasaran Keterpaduan Pasar IMC berbentuk ayam hidup maupun dalam bentuk karkas tergantung pada permintaan konsumen. 2. Peternak menjual ayam ras pedaging kepada pedagang pengumpul yang langsung mendatangi peternak di lokasi peternakan. Dari pedagang pengumpul ini sebagian besar 42.43 persen ayam ras pedaging ini langsung didistribusikan kepada para pedagang pengecer yang ada di pasar- pasar di Kabupaten Karanganyar. Ayam-ayam yang dijual oleh pedagang pengumpul kepada para pedagang pengecer, biasanya telah dipotong dan dibersihkan terlebih dahulu atau dengan kata lain dijual dalam bentuk karkas sehingga pedagang pengecer bisa langsung menjualnya ke konsumen akhir. 3. Selain menjual hasil panennya kepada pedagang pengumpul, peternak juga menjual ayam ras pedaging kepada pedagang pengecer yang mendatangi peternak di lokasi peternakan 37.88 persen dengan menggunakan mobil pick up. Pedagang pengecer kemudian menjual ayam ras pedaging tersebut kepada konsumen akhir di pasar tradisional dalam bentuk karkas. 4. Sebagian kecil dari hasil produksi ayam ras pedaging 4.54 persen dipasarkan tanpa melalui pedagang perantara tetapi langsung dijual kepada konsumen akhir. Namun pola pemasaran ini tidak terjadi setiap musim panen tiba karena pembelian oleh konsumen akhir sifatnya kondisional seperti adanya acara-acara hajatan yang membutuhkan ayam ras pedaging dalam jumlah relatif besar sehingga konsumen langsung membeli dari peternak untuk memperoleh harga yang lebih murah dibandingkan bila mereka membeli dari pedagang pengecer di pasar. Tidak semua konsumen bisa langsung membeli dari peternak, hanya konsumen-konsumen yang dikenal oleh peternak dan umumnya konsumen akhir ini merupakan tetangga, teman atau kerabat dari peternak tersebut. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada uraian terdahulu, bahwa seluruh hasil produksi usahaternak pola kemitraan dijual kepada perusahaan inti sebelum didistribusikan kepada agen-agen pemasaran lain. Pada umumnya, pedagang- pedagang perantara yang terlibat telah memiliki hubungan kerjasama dengan perusahaan inti. Setelah terjadi kesepakatan harga dan transaksi antara perusahaan inti dengan para pedagang perantara, perusahaan inti akan menerbitkan delivery order DO yang berisi jumlah ayam ras pedaging yang dibeli dan DO inilah yang kemudian digunakan untuk mengambil barang ayam ras pedaging di lokasi peternakan para peternak mitra. Saluran pemasaran ayam ras pedaging pola kemitraan adalah: 1. Produksi ayam ras pedaging pada usahaternak pola kemitraan, 30.13 persen diantaranya dijual oleh perusahaan inti kepada para pedagang pengumpul Gambar 5. Setelah dari pedagang pengumpul, ayam ras pedaging ini dijual kepada pedagang besar untuk kemudian dijual kembali kepada para pedagang pengecer di pasar-pasar tradisional di wilayah Sukoharjo dan Solo. Pada umumnya pedagang pengecer menjual ayam ras pedaging kepada konsumen akhir dalam bentuk karkas sehingga pedagang pengecer melakukan pemotongan ayam terlebih dahulu sebelum dibawa ke pasar- pasar. 2. Proporsi terbesar dari produksi ayam ras pedaging milik peternak pola kemitraan 41.02 persen, didistribusikan oleh perusahaan inti kepada para pedagang besar yang berasal dari luar Kabupaten Karanganyar. Pedagang- pedagang besar ini akan mendistribusikan dan menjual ayam-ayam tersebut kepada konsumen di luar wilayah Surakarta seperti Jakarta dan Bali sehingga ayam-ayam tersebut dijual dan dibawa dalam bentuk ayam hidup. Sebelum sampai kepada konsumen akhir, ayam-ayam tersebut akan dibeli ditampung oleh distributor-distributor di masing-masing wilayah. Karena dalam penelitian ini, wilayah pemasaran dibatasi hanya di wilayah Surakarta maka untuk ayam ras pedaging yang dijual di luar wilayah Surakarta diasumsikan langsung didistribusikan kepada konsumen akhir. 3. Sebagian dari produksi usahaternak ayam ras pedaging pola kemitraan dijual langsung oleh perusahaan inti kepada para pedagang pengecer 28.85 persen. Pedagang pengecer ini menjual ayam-ayam tersebut kepada konsumen akhir di pasar-pasar di wilayah Kabupaten Karanganyar dalam bentuk karkas.

6.2.2. Analisis Marjin Pemasaran Ayam Ras Pedaging

Marjin pemasaran merupakan penjumlahan dari biaya dan keuntungan pemasaran yang diperoleh oleh agen-agen pemasaran dalam setiap pola saluran pemasaran. Melalui analisis terhadap marjin pemasaran ini dapat diketahui komponen biaya yang dikeluarkan selama proses pemasaran ayam ras pedaging sesuai dengan fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan serta tingkat keuntungan pemasaran yang diperoleh. Selain itu, analisis terhadap marjin pemasaran dalam penelitian ini juga digunakan untuk melihat perbedaan bagian harga yang diterima oleh peternak peserta kemitraan terhadap peternak non-kemitraan mandiri. Untuk memudahkan analisis, perhitungan terhadap marjin pemasaran ayam ras pedaging dikonversikan dalam satuan rupiah per kilogram bobot ayam hidup Sebagaimana penjelasan pada analisis terhadap saluran pemasaran sebelumnya bahwa usahaternak pola mandiri memiliki empat pola saluran pemasaran sedangkan pada usahaternak pola kemitraan hanya memiliki tiga pola saluran pemasaran. Pada usahaternak pola mandiri, saluran pemasaran keempat yaitu penjualan langsung ayam ras pedaging oleh peternak kepada konsumen akhir bersifat kondisional dan tidak ada biaya pemasaran yang dikeluarkan maupun keuntungan pemasaran yang diperoleh sehingga untuk keperluan analisis marjin pemasaran, khususnya untuk membandingkan proporsi harga yang diterima oleh peternak kemitraan dan non kemitraan, maka pola ini saluran pemasaran keempat tidak akan dibahas lebih lanjut. Tabel 14 menyajikan ringkasan hasil perhitungan proporsi marjin pemasaran dan harga yang diterima oleh masing-masing peternak terhadap harga konsumen, baik peternak peserta kemitraan maupun peternak mandiri di berbagai saluran pemasaran. Rata-rata harga jual ayam ras pedaging di tingkat peternak untuk pola mandiri pada ketiga pola saluran pemasaran adalah Rp 6 896.30kg sedangkan pada pola kemitraan sebesar Rp 6 817.66kg. Sedangkan rata-rata harga beli ayam ras pedaging yang diterima oleh konsumen untuk pola mandiri adalah Rp 10 907.57kg dan untuk pola kemitraan, rata-rata harga beli konsumen adalah Rp 10 979.17kg. Dari rata-rata harga jual di tingkat peternak tersebut, harga yang diterima peternak pola mandiri 1.14 persen lebih tinggi dibandingkan dengan harga yang diterima peternak pola kemitraan sedangkan harga yang dibayarkan oleh konsumen menunjukkan bahwa harga ayam ras pedaging dari usahaternak pola kemitraan 0.65 persen lebih tinggi dibandingkan dengan harga ayam ras pedaging dari usahaternak pola mandiri. Tabel 14. Marjin Pemasaran dan Proporsi Harga yang Diterima Peternak Ayam Ras Pedaging di Kabupaten Karanganyar pada Usahaternak Pola Mandiri dan Pola Kemitraan Saluran Pemasaran Harga Peternak RpKg Harga Konsumen RpKg Marjin Pemasaran Bagian Harga Peternak KP BP TM Mandiri I 6 833.30 10 875.00 30.84 6.32 37.17 62.83 Kemitraan I 6 810.12 10 958.30 31.63 6.22 37.85 62.15 Mandiri II 6 913.89 10 931.00 32.64

4.11 36.75