Strategi Kebijakan Jangka Panjang

4 dari teknologi padat karya ke teknologi padat keterampilan dan penggunaan alat mekanisasi pertanian secara tepat guna, 5 dari strategi substitusi impor ke promosi ekspor yang mempercepat pembangunan, 6 dari pertanian subsistein ke pertanian yang mengandalkan agribisnis dan mengarah pada sistem pasar terbuka dalam era globalisasi. 7 dari produksi komoditas primer ke produksi agroindustri yang meningkatkan nilai tambah, 8 pergeseran pusat-pusat pertumbuhan yang telah ada ke upaya mencari sumber pertumbuhan baru, 9 dari dominasi peran pemerintah kepada meningkatnya partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam pembangunan pertanian, seiring dengan upaya kebijaksanaan deregulasi yang dilaksanakan secara konsisten dan bertahap.

8.3. Strategi Kebijakan Jangka Panjang

Pada tahun 1992, Indonesia pernah mencapai swasembada kedelai dengan luas tanam mencapai 1.6 juta hektar dan produksi 1.8 juta ton. Walaupun produksi kedelai pada tahun 1974-1999 meningkat namun ternyata belum dapat mengimbangi laju peningkatan konsumsi kedelai, sehingga pemerintah melakukan impor kedelai yang jumlah dan nilainya semakin meningkat setiap tahun. Sejak tahun 2000, impor kedelai meningkat secara drastis seiring dengan penurunan produksi pada tahun tersebut. Penurunan produksi kedelai nasional disebabkan membanjirnya kedelai impor yang masuk ke Indonesia dengan harga lebih murah dan tidak dikenakan tarifbea masuk impor. Impor selama periode 2000-2003 meningkat dengan laju 14,03 per tahun, Volume impor yang meningkat dengan harga murah ini disebabkan pula oleh rendahnya tingkat efisiensi dalam negeri, sementara adanya subsidi ekspor dari negara eksportir diberikan kepada petani negara impor dan importir Suryana, 2005. Impor biji kedelai pada tahun 1994 sejumlah 800.460 ton dan sepuluh tahun kemudian 2004 impor meningkat menjadi 1.387.140 ton + 60 dari kebutuhan nasional. Kebutuhan kedelai nasional rata-rata + 2 juta tontahun. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, produksi dalam negeri hanya mampu memenuhi + 800.000 tontahun + 40 persen dari kebutuhan kedelai nasional. Untuk memenuhi kekurangan kedelai tersebut diperoleh dari impor yang mencapai + 1.200.000 tontahun + 60 persen dari kebutuhan kedelai nasional. Sebagai akibat dari besarnya impor tersebut, devisa negara yang hilang sebesar + Rp 3 triliuntahun dari biji kedelai dan belum termasuk impor bungkil kedelai + 1,2 juta ton setara dengan Rp 2 triliuntahun. Saat ini perlu adanya program pemerintah dalam upaya meningkatkan dayasaing kedelai lokal terhadap kedelai impor, yaitu dengan menekan laju impor dan meningkatkan kesempatan petani untuk melakukan budidaya kedelai secara lebih menguntungkan sehingga dapat menghemat devisa negara sebesar Rp 3 triliun. Untuk itu diperlukan terobosan-terobosan dan upaya khusus untuk dapat meningkatkan produksi kedelai. Upaya teknis dalam meningkatkan produksi kedelai adalah melalui kegiatan perluasan areal tanam kedelai dan peningkatan produktivitas terutama di lokasi sentra-sentra produksi kedelai. Program pemerintah saat ini adalah mengupayakan swasembada kedelai tahun 2007 – 2012. Hal ini sejalan dengan Instruksi Presiden RI pada bulan Juni 2006 agar mempercepat program swasembada kedelai sebelum tahun 2015. Upaya pencapaian produksi dan peningkatan produktivitas kedelai dilakukan dengan berbagai upaya antara lain : memberikan bantuan benih unggul kedelai, penyediaan dan pengawasan pupuk bersubsidi, perbaikan jaringan irigasi, perberian peralatan pra dan pasca panen serta pengawalan pengamanan produksi dari serangan Organisme Penggangu Tanaman OPT. Dalam upaya mendorong peningkatan produksi dan keberhasilan pencapaian swasembada kedelai tahun 2012, strategi yang perlu dilakukan dari subsistem hulu sampai ke hilir. Pada subsistem hulu up-stream perlu perbaikan infrastruktur, kesiapan lahan dan air, modal serta sarana produksi. Dalam subsistem budidaya on-farm ditargetkan perluasan areal mencapai + 500.000 hektar dan peningkatan produktivitas sebesar 50 – 100 kuha. Pada subsistem hilir down-stream perlu penataan tata niaga kedelai, berupa kenaikan tarif impor, peningkatan harga jual dan stabilitas harga. Secara terinci harus diupayakan berbagai regulasi, pelayanan dan kebijakan yang saling mendukung antara lain: 1 Hulu, yaitu : a. Ketersediaan sarana produksi benih, pupuk dan obat-obatan yang memenuhi enam tepat jumlah, jenis, mutu, waktu, lokasi dan harga. b. Pembangunan irigasi untuk memenuhi kekurangan air dengan rehabilitasi dan lain-lain. 2 On Farm a. Pengairan pada lahan-lahan bermasalah dengan pembuatan sumur borpantek. b. Benih. Penggunaan benih bermutu varietas unggul baru + 10 persen. Untuk itu diperlukan kegiatan untuk mendorong pengadaan dan penyaluran benih bermutu varietas unggul dengan mengembangkan industri perbenihan. c. Penyediaan pupuk d. Pengendalian hama dan penyakit e. Panen dan pasca panen f. Kemitraan 3 Hilir a. Peningkatan, pengendalian dan stabiliatas harga b. Pembatasan impor c. Pemberlakuan tarif impor kedelai d. Pelabelan pangan transgenik e. Permodalan Upaya peningkatan produksi kedelai lokal merupakan suatu peluang dan tantangan, bila ditinjau dari sisi : a kebutuhan akan kedelai semakin meningkat, b adanya isue kedelai impor berasal dari kedelai transgenik yang berdampak buruk bagi kesehatan pada jangka panjang, c impor kedelai semakin membengkak setiap tahunnya dan devisa negara yang hilang semakin meningkat. Indonesia mempunyai potensi besar dalam upaya peningkatan produksi kedelai, yaitu kita memiliki petani yang berpengalaman dalam teknik budidaya kedelai, potensi lahan memungkinkan untuk pengembangan kedelai, tersedianya teknologi dan varietas yang sesuai dengan spesifik lokasi. Kegiatan utama yang diperlukan dalam dalam upaya peningkatan produksi kedelai adalah : 1 Peningkatan produksi dan produktivitas kedelai melalui penyediaan benih unggul bermutu, pupuk organik, pupuk bio hayati dan sarana temu lapang petani sebagai sarana tukar menukar informasi teknologi. 2 Pengembangan benih kedelai bersubsidi kepada petani miskin melalui sistem Jabalsim Jalinan Arus Benih Anatar Lapang dan Antar Musim. 3 Penguatan kelembagaan kelompoktani, kelembagaan perbenihan dan pemasaran hasil 4 Pengendalian organisme pengganggu tanaman kedelai. 5 Peningkatan kegiatan perlombaan dan penghargaan kepada petani kedelai berprestasi. 6 Pengembangan agroindustri pengolahan tahukedelai, dan hasil olahan kedelai lainnya di pedesaan. 7 Perbaikan infrastruktur sampai ke tingkat desa. 8 Penguatan modal usaha kelompok PMUK dan lembaga yang mandiri dan mengakar kepada masyarakat, seperti pondok pesantren atau perusahaan yang perduli dengan upaya peningkatan produksi kedelai. 9 Kepastian harga melalui Dana Penguatan Modal, Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan. 10 Mekanisme penyediaan sarana produksi dan alat mesin pertanian. 11 Penerapan prinsip Good Govermence, kebijakan dan regulasi. 12 Penjaminan kredit pertanian dan subsidi bunga modal investasi.

9. SIMPULAN DAN SARAN

9.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil beberapa simpulan adalah sebagai berikut : 1 Luas panen kedelai dipengaruhi secara nyata oleh harga riil kedelai lokal, harga riil jagung sebagai kompetitor utama dan luas panen tahun sebelumnya. 2 Produktivitas kedelai dipengaruhi oleh curah hujan, harga riil jagung dan produktivitas tahun sebelumnya. 3 Harga riil kedelai lokal dipengaruhi oleh harga riil kedelai tingkat produsen, harga riil kedelai impor, volume impor kedelai, produktivitas dan harga riil kedelai lokal tahun sebelumnya. 4 Harga riil di tingkat produsen dipengaruhi oleh produksi kedelai, volume impor kedelai, konsumsi kedelai, dummy monologi Bulog dan harga riil di tingkat produsen tahun sebelumnya. 5 Volume impor kedelai dipengaruhi produksi dan konsumsi kedelai. 6 Harga riil kedelai impor dipengaruhi oleh harga riil kedelai internasional, nilai tukar rupiah terhadap dolar, tarif impor kedelai dan harga riil kedelai impor tahun sebelumnya. 7 Elastisitas harga terhadap permintaan kedelai bernilai negatif menunjukkan bahwa kenaikan harga kedelai akan menurunkan jumlah kedelai yang diminta. Sebaliknya elastisitas harga terhadap penawaran kedelai bernilai positif menunjukkan bahwa kenaikan harga kedelai akan merangsang petani untuk meningkatkan produksinya. 8 Kebijakan menaikkan harga kedelai tingkat produsen harga dasar akan menguntungkan petani. Dengan kenaikan harga dasar, petani akan menerima harga lebih tinggi dan menggairahkan petani untuk meningkatkan produksi sebagai akibat harga yang tinggi dan menurunkan volume impor. Kebijakan kenaikan harga dasar akan efektif apabila diikuti peraturan pendukung dan