24 Lanjutan Tabel 1 Jenis dan Indikator Pengamatan dan Sumber Data.
3. Aspek Sosial
Budaya -Data kependudukan
-Jumlah penduduk -Kedatan penduduk
-Struktur penduduk tingkat penduduk, umur,
jenis kelamin -Pendidikan
ü ü
ü ü
ü -KecKelurahan
-KecKelurahan -KecKelurahan
-KecKelurahan
-Sosial Ekonomi
-Mata Pencaharian ü
-KecKelurahan -Jenis Mata
Pencaharian -Petani, nelayan
-Petani -Pegawai
-Tingkat pendapatan ü
ü ü
ü -Kelurahan
-Survei lapang -Survei lapang
-Survei lapang
-Budaya -Tata cara hidup adat
istiadat -Kesenian, acara budaya
yang masih dan tidak melakukan
-Filosofi ü
ü ü
ü ü
ü -wawancaraPstk
-Pustaka -Pustaka
4. Aspek Sejarah
-Sejarah Perkembangan Jakarta
-Sejarah Kampung Setu Babakan
-Upaya Pelestarian ü
ü ü
ü -Pustaka
-Wawancara -Wawancara
LKBBAMUS.
5. Aspek Legal
-Kebijakan Terkait
-UU, Peraturan -Pengelolaan saat ini
-Pengembangan kawasan -Kelembagaan
ü ü
ü ü
ü ü
ü ü
-BappedaPemda Dinas Pariwisata
-Pemda DKI-Jkt -Pemda,
Wawancara
6. Aspek Wisata
-Sistim Wisata -Karakter pengunjung
-Aktivitas pengunjung -Atraksi
-Sirkulasi wisata -Fasilitas wisata
ü ü
ü ü
ü -Survei lapang
-Survei lapang -Survei lapang
-Survei lapang -Survei lapang
-Persepsi -Persepsi masyarakat
Tentang Perkampungan Budaya Betawi
-Keinginan Masyarakat -Persepsi Wisatawan
ü ü
ü -Wawancara
Kuiseoner -Wawancara
-Wawancara
Pendekatan Analisis dan Sintensis
Analisis awal, memperoleh informasi mengenai potensi sumberdaya alam dilakukan untuk memperoleh potensi sumberdaya fisik dan non fisik kawasan
serta permasalahan yang sedang dan akan timbul akibat pengembangan wilayah. Pada tahap berikutnya dilakukan evaluasi tata guma lahan berdasarkan
sumberdaya alam yang tersedia dan master plan Perkampungan Budaya Betawi yang telah ditetapkan dalam Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Jakarta Selatan.
Evalua si lahan dengan metode evaluasi penggunaan lahan dari Harjowigeno 1999 untuk rekreasi, dan permukiman Harjowigeno,1999. Evaluasi lahan
25 bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi pola permukiman serta pola
pekarangan yang ada pada kawasan dengan memperbandingkan pola lanskap dengan pendapat Harun et. al l983 kampung Condet dan kampung pesisir yang
hasilnya akan menunjukkan pola permukiman Betawi kawasan Perkampungan Budaya Betawi.
Proses analisis dilakukan dengan menggunakan peta dasar yaitu: Peta Tata Guna Lahan, Peta Topografi, Peta Hidrologi, Peta Sirkulasi dan Kondisi Jalan.
Peta Penyebaran penduduk dan Master plan dengan memperbandingkan antara syarat penggunaan lahan dengan kualitas lahannya. Seluruh kajian peta-peta
tersebut dilakukan interpretasi berdasarkan kriteria-kriteria yang merupakan penjabaran konsep kesesuaian lahan untuk permukiman, perkampungan Budaya
dengan sarana dan prasananya dalam kawasan. Hasil analisis tersebut merupakan dasar dalam penyusunan konsep sistem
pengelolaan kawasan Perkampungan Budaya Betawi untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan dengan pertimbangan
sumberdaya alam kawasan secara optimal, konservasi budaya, konservasi ekologis, pengembangan pariwisata sebagai wisata rekreatif kemudahan akses,
estetika, kenyamanan, aspek sosial ekonomi, serta sistem wisata yang dikembangkan sebagai wisata rekreatif. Konsep wisata dengan pertimbangan
kegiatan wisata dan sumberdaya alam di kawasan. Konsep pengelolaan dijabarkan dalam sistem zonasi ruang, dan hubungan antar ruang, organisasi pengelolaan,
strategi pengelolaan yang diikuti dengan tindakan pengelolaan menyusun struktur organisasi dan program pengelolaan dengan pertimbangan pemberdayaan
kawasan secara optimal, sebagai upaya pelestarian budaya Betawi dan perkembangan kawasan sebagai salah satu tujuan wisata.
KEADAAN UMUM KAWASAN
Sejarah Upaya Pelestarian Budaya
Keberadaan masyarakat Betawi di Srengseng Sawah Jakarta Selatan termasuk dalam persebaran etnis Betawi di Jakarta dan sekitarnya yang mendiami kantong-
kantong persebarannya sejak ±
abad 19. Masyarakat Betawi di Srengseng Sawah merupakan kelompok yang mendukung keberadaan masyarakat Betawi dan
budaya Betawi turun temurun. Sejak dilaksanakannya ‘’Festival Sehari Setu Babakan” pada tanggal 13
September l997 oleh masyarakat setempat dan Suku Dinas Pariwisata Jakarta Selatan, menimbulkan aspirasi baru untuk mewujudkan daerah resapan air dan
daerah hijau terbuka Setu Babakan menjadi salah satu alternatif Perkampungan Budaya Betawi selain Condet di wilayah Jakarta Timur.
Keinginan menjadikan Kampung Kalibata Setu babakan sebagai kawasan budaya tercetus sejak tahun 90-an, berawal dari masyarakat dan para kaum muda
yang berpendidikan, kemudian mendapat respon oleh BAMUS Badan Musyarawarah Mastarakat Betawi dalam rancangan program kerja “Membangun
Pusat Perkampungan Budaya Betawi”. Atas desakan masyarakat Betawi yang amat kuat dengan dukungan tokoh-tokoh Betawi terdidik, cendikiawan, serta 67
organisasi masyarakat Betawi dibawah BAMUS sebagai pengayom seluruh aktifitas organisasi dan yayasan masyarakat Betawi yang merasakan bahwa etnis
mereka dirasakan kian hari kian terdesak dan semakin kehilangan identitasnya. Pada akhirnya mereka sepakat mengajukan proposal pada pemerintah tahun l998,
bahwa kampung Kalibata dan Setu Babakan dijadikan sebagai kawasan yang dilindungi dan difungsikan sebagai daerah resapan air bagi wilayah selatan.
Pemda DKI merespon keinginan tersebut, bahwa Kampung Kalibata sebagai kawasan budaya, dengan sebutan “Perkampungan Budaya Betawi” dan ditetapkan
melalui Surat Keputusan Gub DKI Jakarta. Pada tanggal 20 Januari 2001 dan diresmikan oleh Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta untuk
penggunaan bangunan dan penataan kawasan tahap pertama 0.8 dari luas kawasan ±165 ha termasuk luas danau Setu Babakan dan Mangga Bolong, ± 35
27 ha, bertepatan dengan acara halal bihalal yang diselengarakan Bamus Betawi yang
diliput oleh masmedia, baik media massa maupun elektronik. Upaya pelestarian kawasan dilakukan dengan meningkatkan karakter lanskap
sesuai dengan keinginan dan cara hidup masyarakat Betawi dengan melestarikan budaya Betawi melalui sebuah prespektif kehidupan budaya Betawi, serta
melestarikan tata hidup dan kehidupan serta ruang komunitas sosial budaya masyarakat Betawi.
Geografi Secara geografis kawasan terletak di Kelurahan Srengseng Sawah,
Kecamatan Jagakarsa pada 06 °
20 ∀
07 ∋
BT - 06 °
21 ∀
10 ∋
BT Bujur Timur dan 106
° 48
∀ 30
∋ LS - 106
° 49
∀ 50
∋ LS Lintang Selatan. Secara administrasi
termasuk dalam wilayah Kotamadya Jakarta Selatan, Kecamatan Jagakarsa, Kelurahan Srengseng Sawah. Kawasan Perkampungan Budaya Betawi PBB
berbatasan langsung dengan Kelurahan Lenteng Agung dan Kelurahan Jagakarsa, sebelah Selatan adalah Kota Depok-Propinsi Jawa Barat, serta Sebelah Barat
Kelurahan Ciganjur dan Kelurahan Cipedak Gambar 8.
Gambar 8 Batas Administrasi Kawasan Kawasan dibatasi oleh jalan-jalan penghubung yaitu:
Sisi Utara : Jalan Moch.Kahfi II Sisi Timur : Jalan Desa Putra dan Jalan Srengseng Sawah
Sisi Selatan : Jalan Srengseng Sawah Sisi Barat : Jalan Moh. Kahfi II
UTARA
28 Tata guna lahan Perkampungan Budaya Betawi PBB tercantum dalam
RBWK 1985-2005 termasuk kawasan permukiman dan sekitar ±
70
diperuntukan sebagai ruang terbuka hijau dan sekitar waduk RTH.
Pemanfaatan ruang space meliputi, penggunaan tanah di sekitar tapak untuk pertanian buah-buahan seperti, jambu biji Psidium guajaya L, pepaya Carica
papaya L, pisang Musa paradisiacca L, mangga Mangifera odorata, melinjo
Gnetum genmon l, rambutan Nephelium lappaceum, belimbing Averhoa carambola
L. Tetapi saat ini sebagian dari masyarakat, beralih dari usaha pertanian menjadi usaha jasa seperti sewa rumah kontrak dan penyewaan kamar
kost bagi mahasiswa dan karyawan serta berprofesi sebagai penarik ojek. Secara umum tanah di sekitar tapak dikuasai penduduk dengan status
kepemilikan tanah dan pada umumnya sudah bersertifikat hak milik, meskipun ada beberapa yang masih berbentuk girik.
Aksesibilitas dan Lokasi
Aksesibilitas ke lokasi dapat dicapai dari dua jalan utama melalui Pasar Minggu ke arah selatan masuk ke Jalan Raya Lenteng Agung, Jalan Moch Kahfi 2
dan Jalan Srengseng Sawah hingga sampai kawasan Kampung Kalibata. Untuk pencapaian dari arah selatan dicapai melalui Jalan Tanah Ba ru, Jalan Moch Kahfi
2 dan Jalan Setu Babakan hingga sampai kawasan Kampung Kalibata. Lokasi dikelilingi oleh 2 jalan yaitu, Jalan Moch. Kahfi 2 dan jalan Srengseng Sawah.
Kedua jalan tersebut dilintasi oleh angkutan umum dan kendaraan pribadi, sehingga jalan tersebut dapat dikatagorikan dengan frekuensi tinggi.
Lokasi kawasan terletak 5 km dari stasiun kereta api Lenteng Agung dan 5.5 km dari obyek wisata Kebun Binatang Ragunan. Jalan Raya Pasar Minggu dan
Jalan Raya Lenteng Agung merupakan lintasan Kereta Rel Listrik KRL Jakarta– Bogor dan merupakan jalur akses utama menuju kawasan PBB Gambar 9.
Jalan lokal pada kawasan didominasi oleh jalan lingkungan yang tidak beraturan dan banyak jalan buntu. Secara umum sirkulasi dalam kawasan masih
belum memadai dengan kondisi lebar jalan bervariasi antara ±
3 meter dan jalan tanah dengan lebar 1-2 meter. Kondisi permukaan, jalan aspal untuk jalan utama
sepanjang ±
5 meter, jalan masuk kawasan menggunakan cone block. Sedangkan
29 jalan pada tepi dana u adalah jalan tanah, berbatu dan rusak bila hujan licin becek
sehingga sangat tidak nyaman.
Gambar 9 Skema Aksesibilitas Menuju Lokasi Studi.
Kependudukan Sosial dan Budaya
Keadaan kependudukan sosial ekonomi dan budaya, di dalam kawasan menggambarkan kehidupan masyarakat yang bermukim, terdiri atas penduduk asli
dan pendatang dengan berbagai latar belakang etnis dan profesi yang beragam. Pada tahun 2002 jumlah penduduk 15.230 jiwa terbagi dalam 4 RW yaitu, RW
05, RW 06, RW 07, RW 08 dan jumlah rumah 10.879 yang terdiri atas rumah permanen dan semi permanen. Secara struktural sosial budaya masyarakat Betawi
dapat diketahui dari keadaan sosial budayanya dan kegiatan utama masyarakat didominasi dengan kegiatan sehari- hari seperti pertanian, pedagang, buruh dan
pegawai swasta atau pemerintah. Masyarakat di Perkampungan Budaya Betawi mempunyai sifat terbuka
terhadap orang luarpendatang. Hubungan sosial masyarakat terdekat diawali dengan kekerabatan, keluarga terdekat orang tua, anak-anak dan kerabat dekat.
Adanya pelapisan sosial menunjukkan adanya pembedaan hak dan kewajiban di dalam masyarakat berdasarkan pada potensi
seperti, a kepandaian, b senioritas, c keaslian, d hubungan kerabat dengan kepala masyarakat, e pengaruh dan
Stasiun Kereta Api Lebnteng
Agung Kearah UI dan Depok
JlnJL. Raya Lenteng Agung Tol Lingkar Luar Selatan
Ke arah Ciganjur
Lokasi PBB
Jalan Moh.Kahfi II
Rek Kereta Api
Jalan Joe
Utara
Jl.Jagakarsa
Stasiun Kereta Api Lebnteng
Agung Kearah UI dan Depok
JlnJL. Raya Lenteng Agung Tol Lingkar Luar Selatan
30 kekuasaan, f pangkat, g gaya dan hidup, h harta kekayaan. Sedangkan kyai
dan orang-orang terpelajar mempunyai peranan penting bagi masyarakat Betawi dalam pengambilan keputusan yang bersifat inovatif, misalnya membantu
mensukseskan program pembangunan di daerahnya. Berbagai jenis kesenian yang ada Lenong, Topeng Blantek dan Gambang
Kromong dan upacara adat sunatan, nujuh bulan, upacara pengantin masih dilakukan secara sadar oleh masyarakat setempat.
Permukiman dan Bangunan
Secara umum seluruh bangunan perumahan di kawasan merupakan milik pribadi. Menurut data jumlah rumah 10.879 unit dengan komposisi permanen,
semi permanen dan sederhana dengan ketentuan Koefisien Dasar Bangunan KDB 10-20 , bagi bangunan yang akan dibangun
Fasilitas peribadatan bangunan masjid dan musholla, serta beberapa fasilitas pendidikan seperti sekolah madrasah. Hal ini menambah kentalnya suasana Islami
di kawasan. Kerapatan bangunan, di RW 05 cukup padat, RW 06 kurang padat, RW 07 padat, dan RW 08 kurang padat ditemukan sedikit lahan kosong, kebun
dan empang. Meskipun keberadaan rumah sangat berdekatan akibat keterbatasan lahan terutama pada RW 05, RW 06, RW 07, sedangkan pada RW 08, masih
dapat ditemukan pekarangan depan sebagai nursery dengan tanaman hias dan berbagai jenis tanaman khas kawasan.
Utilitas Lingkungan
Penggunaan air bersih dengan sumur artesis karena jaringan air bersih untuk keperluan sehari- hari dari PDAM belum terdistribusi secara merata.
Pembuangan air kotor dan limbah rumah tangga dilakukan sederhana, ke saluran setempat kemudian ke kolam yang berada di sekitar halaman rumah dan berakhir
pada danau. Pada tepian danau terdapat muara-muara selokan dari rumah–rumah penduduk yang umumnya sudah tercemar dengan limbah domestik Penggunaan
listrik sebagai penerangan sudah terdistribusi dengan merata pada seluruh warga masyarakat Setu Babakan khususnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Lanskap Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan
Suatu area perkampungan yang menampung masyarakat Betawi dan terdiri dari beberapa elemen pendukung seperti pola permukiman, pola pekarangan
ditanami tanaman buah-buahan, dengan rumah tradisonal Betawi serta visual danau yang indah. Dimana masih dapat dijumpai budaya dan tata kehidupan
tradisional Betawi secara wajar yang dilakukan secara sadar serta turun termurun.
Kondisi Biofisik
Kawasan Setu Babakan secara keseluruhan menggambarkan keadaan biofisik tapak di dalam dan di sekitar kawasan. Keadaan biofisik tapak meliputi
kondisi iklim, topografi, hidrologi, vegetasi, fauna yang terdapat pada kawasan.
Iklim
Menurut BPS Badan Meterologi Geofisika Stasiun Klimatologi Pondok Betung Bintaro 2001, suhu udara berkisar 27.2ºC–32.4ºC. Selisih suhu udara
dengan suhu air danau ± 2ºC, semakin tinggi debit air, semakin kecil perbedaan suhu air sungaikanal. Kelembaban udara berkisar 80-90 dan kelembaban
rata-rata 82 , sedangkan penyinaran matahari rata-rata 54. Kecepatan angin 270
∀ knot dan rata-rata angin dipengaruhi angin muson Barat terutama pada
bulan Nopember-April dan angin muson Timur pada bulan Mei sampai dengan Oktober 0.4 knot. Rata-rata curah hujan pada lokasi bersifat unimodal puncak
hujan, curah hujan tertinggi pada bulan Januari 272 mm dan bulan April 271 mm dan terendah sekitar bulan Agustus 111 mm. Kawasan tergolong daerah basah
dengan jumlah curah hujan 236 mm per tahun dan curah hujan rata-rata 196 mm per bulan. Jumlah hujan 197 hari hujantahun dengan rata-rata hujan 16 hari
perbulan.
Topografi
32
Topografi di kawasan Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong tergolong dalam katagori topografi sedikit bergelombang dan agak rata, kemiringan lereng
8-15 dengan ketinggian 25 m dpl. Keadaan topografi tersaji pada Gambar 10.
Gambar 10 Peta Topografi dan Kemiringan Lahan hal 32
33
Kawasan dengan sebagian besar elemen lanskapnya terdiri dari permukiman penduduk, empang, lahan kosong, kebun, makam dan pekarangan di sekitar
rumah penduduk. Luas dan kelas kemiringan lereng dengan penggunaan aktivitas terbatas dalam katagori rendah, sedang, tinggi, tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2 Luas Kemiringan Lahan.
No Kelas Kemiringan
Lahan Luas Kawasan
Luas Kawasan Tingkat Pembatas
Penggunaan untuk Aktivitas
1. 0 - 8
129.690 86.04
Rendah 2.
8 -15 16.615
11.48 Sedang
3. 15
3.695 2.48
Tinggi Total
150.000 100.00
Sumber: Hasil Pengolahan Data Biro Bina Program DKI 2001. Penggunaan meliputi area piknik, tempat beramin, path and trail, kemah, dan off rod
Berdasarkan kondisi kawasan, maka kawasan tidak menjadi kendala untuk dikembangkan menjadi kawasan terbangun karena sebagian besar terdiri dari
tanah datar, kecuali empangrawa memerlukan pematangan tanah dengan penimbunan sesuai dengan kedalamannya.
Geologi
Sifat fisik tanah umumnya berdaya dukung dari sedang hingga baik, yang merupakan dataran hasil sedimentasi dari tekstur sedang, berat kadar liat lebih
60 dengan sikma tanah 0.6–0.8 kgcm ² dan daya infiltrasinya tergolong lambat sampai sedang. Derajat kemasaman tanah, agak asam pH,H
2
O 6.0 –7.5 dan bahan organik kadar rendah hingga agak sedang 3-1 di lapisan atas. Untuk
daya absorpsi sedang hingga rendah, makin tua bahan induk, makin merah warnanya makin rendah dan permeabilitas sedang-tinggi dengan kepekaan tanah
terhadap erosi kecil Direktorat Geologi l969. Jenis tanah latosol berwarna coklat sampai kemerahan, Podzolid Merah
kuning dan bahan induk tuf volkan intermedier, tekstur sedang sampai berat
34
kadar liat lebih 60 dan termasuk dalam katagori tanah yang mempunyai tingkat kesuburan tanah cukup baik Tabel 3 dan Gambar 11.
Keadaan geologi danau dari endapan Pleistocenae dan geologi daratan adalah endapan alluvium. Kondisi batuan terdiri dari Vulkanik Muda Kipas
Aluvial yang tersusun oleh lempung tufa, pasir tufa, konglomerat dan endapan lahar, pelapukan dalam makin keselatan butir semakin besar dan lereng- lereng
makin stabil, kelulusan makin tinggi dan air tanah semakin dalam. Secara kimiawi air tanah Laterit air tanah mempunyai kemasaman tanah
agak asam pH-H
2
O 4.5 – 6.0, bahan organik tergolong rendah ± 2 atau 1- 4 dan absorpsi tanah menurun ke bawah termasuk sedang 15-30 m makin ke
bawah meningkat. Perbaikan drainase kawasan diperlukan karena sifat fisik tanah kurang sesuai adalah sedang baik dengan kandungan zat organik dan unsur hara
yang rendah 3-10 dengan kedalaman efektif yang dangkal.
Tabel 3 Sifat dan Corak Tanah Setu Babakan
No Sifat Tanah
Sifat dan Corak Tanah
1 Latosol
Sifat Corak Tanah
-Kemasaman -Kemasaman hingga agak asam
ph, H
2
O 6.0-7..5 -Zat Organik
-Kadar rendah hingga agak sedang 3-10 di lapisan atas, menurun ke bawah
-Daya Absorpsi -Sedang hingga rendah, makin tua bahan
induk atau makin merah warnanya makin rendah
-Permebilitas -Sedang-baik
-Kepekaan erosi -Kecil
2. Laterit Air Tanah
Sifat Corak Tanah
-Kemasaman -Kemasaman hingga agak asam
pH H
2
O4.5 – 6.0 -Zat Organik
-Rendah 1-4 menurun ke bawah -Daya Absorpsi
-Sedang 15-30 m makin ke bawah meningkat
-Unsur Hara -Buruk
-Permeabilitas -Buruk
-Kepekaan erosi -Kecil
3. Laterit Air Tanah
Sifat corak -Kecil
-Solum dangkal -Horison dengan gley
-Warna merah hingga kelabu, chroma maksimum
-Tekstur liat, liat maksimum -Struktur remeh di atas,
makin kebawah pejal -Konstruksi gambar makin
ke bawah teguh
35
-Lapisan akumulasi besi sering memadas, hampir
selalu jenuh air. Sumber: Biro Bina Program DKI, 2001
Gambar 11 Peta Geologi Kawasan Perkampungan Budaya Betawi hal 35
36
Hidrologi
Hidrologi di kawasan, setu Babakan dan setu Mangga Bolong sebagai sumber mata air, dengan empat mata air yang berasal dari sungai Pitara, Setu
Mangga Bolong, dan Kali Baru Barat serta Kali cabang Tengah. Menurut Bintal DKI Jakarta 2001 inlet Setu Babakan dari Kali Baru Barat banyak mengandung
bahan organik, sampah padat dan erosi tanah mengalir masuk ke Setu. Adanya peternakan dan industri kecil yang mempergunakan bahan-bahan kimia, dialirkan
ke setu secara langsung tanpa perlakuan terlebih dahulu. Berdasarkan Bapeldalda DKI Jakarta 2001 keadaan air danau relatif tenang dengan kedalaman ± 50 m,
sedangkan drainase kawasan dengan sistem stroret, kualitas air permukaan danau di kawasan untuk golongan C di 3 zonasi inlet, tengah, outlet termasuk katagori
buruk dan tidak diizinkan untuk dipergunakan sebagai usaha tambak perikanan dan peternakan. hidrologi kawasan. Hidrologi kawasan tersaji pada Gambar 12.
Kandungan oksigen Biologi BOD Biochemical Oxygen Demand untuk golongan B di Mangga Bolong, inlet Setu Babakan dipenuhi limbah domestik
dengan nilai Baku Mutu 11.95-15.75 mgl Golongan B, Baku Mutu = 10 mgl. Untuk golongan D pada semua titik berada di bawah Baku Mutu. Nilai baku
untuk kebutuhan oksigen kimawi COD Chemical Oxygen Demand berkisar untuk golongan B di inlet dan out let Setu Babakan serta seluruh permukaannya,
inlet bagian tengah dekat keramba berkisar antara 20.95 – 35.05 mgl Baku Mutu
Gol B = 20 mgl. Kondisi tersebut telah melampaui nilai baku mutu. Untuk golongan D untuk inlet bagian luar Setu, dalam kondisi telah melampaui baku
mutu yang diizinkan sebesar 35.05 mgl Baku Mutu Gol D = 30 mgl. Saluran kanal irigasi mengelilingi kawasan sebagai pengendali banjir. Fisik
kanal saluran irigasi berfungsi sebagai in let untuk Setu Babakan maupun Setu Mangga Bolong dengan, lebar profil basah 2.75 m, kedalaman air 1.50 m,
kecepatan aliran = 0.35 m, debit sesaat =1.45 m3detik Gambar 13. Seluruh
37
permukaan Setu Mangga Bolong dipenuhi oleh tumbuhan eceng gondok Etchornia crassipes dan genjer Limnocharis flava Gambar 14. Sempadan
danau ditanami singkong Manihot esculenta Crantz, pepaya Carica papaya L, pisang Musa paradisiaca.
Gambar 12 Peta Hidrologi dan Drainase Tapak hal 37
38
Gambar 13 Kondisi Saluran Irigasi pada saat musim kemarau.
Gambar 14 Kondisi Setu Mangga Bolong Ditumbuhi
eceng gondok dan sampah. Kebutuhan air bersih menggunakan sumur artesis sumur dangkal sebagai
sumber air bersih untuk keperluan sehari- hari. menggunakan air dari dalam tanah dengan kreteria kualitas muka air tanah dangkal berkedalaman sekitar 8-10 meter.
Disarankan pengambilan air tanah untuk kebutuhan domestikrumah tangga menggunakan sumur borartesis dan sumur gali pada kedalaman 40 m dengan
debit maksimum 160 m³detik dan lama pemompaan 18 jamhari Direktorat
39
Geologi Tata lingkungan 1997l999. Menurut standar Peraturan menteri kesehatan No.416MENKESPERIX1990, sedangkan kualitas air sumur di
sekitar Setu Babakan secara umum masih berada di bawah baku mutu. yang diperbolehkan dengan unsur Cadmium Cn sedikit berada diatas Baku Mutu
0.007 mgl. BM= 0.05 mgl.
Vegetasi
Vegetasi di Perkampungan Budaya Betawi terbagi menjadi a tanaman kebun, b tanaman pekarangan, c tanaman tepi jalan dan tamanan lainnya. Jenis
tanaman tersebut terdiri atas: a Vegetasi kebun yaitu, belimbing Averhoa carambola L, rambutan Nephelium
lappaceum L, melinjo Gnetum gnemon , pisang Musa sp, pepaya Carica
papaya
, kelapa Cocos nucifera, singkong Manihot esculenta Crantz,
mengkudu Morinda citrifolia, bambu Bambusa sp. b Vegetasi pekarangan terdiri dari tanaman keras, tanaman hias, tanaman obat
obatan dan tanaman bumbu. Tanaman pekarangan, tanaman keras seperti, belimbing Averhoa carambola
L, rambutan Nephelium lappaceum, L, melinjo Gnetum gnemon , kecapi Sandoricum koetjape, gowok Syzgiumi polycipallum, bluntas Pluchea
indica Less, kenangga Canangium odoratum Baill, pandan Pandanus
tectorius Park, daun suji Pleomele sp, cingcau Cyelea barbata, daun kelor,
nona makan sirih Clerodendrum thomsona. Tanaman obat dan tanaman bumbu seperti, jahe Zingiber offcinale Rosc,
bangle Zingiber perpareum, kencur Kaempferia galanga, secang Caesalpinia sappan, cingcau Cyclea barbara Miers dan daun katuk
Sauropis anchoginus L, jarak Jatropha multifida, kembang teleng Clitoria
tematea serta kumis kucing Orthociphor aristatus, daun dewa Gynura
segetum, dan lain- lainnya.
Tanaman hias yang dibudidayakan oleh masyarakat yaitu, palem phoenik Phoenix robllini, kemuning Murraya paniculata, palem putri Vietchia
merillii , daun mangkokan Neth pcscutellarium, soka Ixora Spp, kembang
sepatu Malvaviseus abarcus, mawar Rose hybrida, hanjuang Cordyline robllini
, lidah mertua Sanseviera intrifasciata dan lain- lain.
40
c Tanamanan tepi jalan yaitu: angsana Prerocarpus indicus Wiil, flamboyan Delonix regia, waru Hibiscus tiliaceus L, mahoni Swietenia mahagoni
Pada Lampiran 1 tersaji jenis, fungsi dan frekuensi tumbuhan di Setu Babakan yang dikatagorikan sedikit 1-20 pekarangan, sedang 21-40 pekarangan,
banyak 41-100 pekarangan. Berdasarkan Keputusan Gubernur DKI No. 2359 tentang tanaman yang
dilindungi, maka Pemda DKI merencanakan menanam tanaman sebanyak 29 jenis, meliputi tanaman buah, saat ini sudah ditanam sebanyak 16 jenis ditanam
sepanjang tepi danau. Jumlah pohon yang direncanakan oleh Dinas Pertamanan dan Dinas Kehutanan DKI berjumlah 250 pohon terbagi 2 dua: tanaman buah
langka bisbol, buah nona, duku condet, durian sitokong, gandaria dan tanaman penunjang ekonomi rambutan, melinjo, kecapi, belimbing. Lokasi tanam tersaji
pada Tabel 4 dan Gambar 15 penyebaran vegetasi di lokasi.
Tabel 4 Rencana Penanaman Pohon oleh Pemda DKI Jakarta
Lokasi No
Nama Lokal
Nama Latin Fungsi
Tepi Jalan Tepi Danau
Pekarangan Kebun
Keterangan
1 Buni
Antidesma bunius Tanaman Buah
v v
v Sudah ditanam
2 Buah Nona
Annona aquamosa Tanaman Buah
v v
Sudah ditanam 3
Bisbol Dyospyros
philippinensis sp Tananam Buah
v v
Sudah ditanam 4
Duku Condet Lansium domesticum
Tanaman Buah v
v Sudah ditanam
5 Durian
Cipaku Durio zibetninus
Tanaman Buah v
v Belum ditanam
6 Durian
Sitogkong Durio zibetninus
Tanaman Buah v
v Belum ditanam
7 Gandaria
Bouea macrophylla Tanaman Buah
v v
v Bulum ditanam
8 Gowok
Syzygium polycephallum
Tananam Buah v
v Sudah ditanam
9 Jabu Biji
Psidium guaja ya Tanaman Buah
v Belum ditanam
10 Jambu Bol
Syzygium malaccensis Tanaman Buah
v v
Sudah ditanam 11
Jamblang Duwet
Syzgium cumini Tanaman Buah
v v
Sudah ditanam 12
Jabu Biji Psidium guajaya
Tanaman Buah v
Belum ditanam 13
Kuweni Mangifera odorata
Tananam Buah v
Sudah ditanam 14
Kepel Stelechocarpus
burahol Hooll. F. Th
Tanaman Buah v
v Belum ditanam
15 Kawista Batu
Feronia limonia Tanaman Buah
v v
Belum ditanam
41
16 Kecapi
Sandoricum koetjape Tanaman Buah
v v
v Sudah ditanam
17 Kemang
Mangifera odorata Tanaman Buah
v v
Sudah ditanam 18
Matoa Pometia pinnata
Tananam Buah v
v Belum ditanam
19 Maliki
Tanaman Buah v
Belum ditanam 20
Mengkudu Morinda citrifolia
Tanaman Buah v
Sudah ditanam 21
Menteng Baccauria resemosa
Tanaman Buah v
Sudah ditanam 22
Leci Liechi chinensis
Tanaman Buah v
Belum ditanam
Lanjutan Tabel 4 Rencana Penanaman Pohon oleh Pemda DKI Jakarta.
23 Lobi-lobi
Flacourtia inermis Tananam Buah
v v
Sudah ditanam
24 Nam-nam
Cynometra cauliflora Tanaman Buah
v v
Sudah ditanam
25 Rukem
Falcourtia rukam Tanaman Buah
v v
Sudah ditanam
26 Sawo
manila Manilkara zapota
Tanaman Buah v
v v
Sudah ditanam
27 Sawo kecik
Manilkara kauki Tanaman Buah
v v
v Sudah
ditanam 28
Salak Salacca zalacco
Tananam Buah v
Sudah ditanam
29 Sirsak
Annona muricata Tanaman Buah
v v
Sudah ditanam
Fauna
Satwa yang hidup disekitar PBB merupakan satwa cosmopolitan dalam arti dapat dijumpai di mana- mana, tidak terdapat satwa langka yang dilindungi
undang-undang. Jenis burung kutilang Pyhcnonotus cafer, beo Gracula religiesa
, merpati Colombia livia, poksai Grarruax chinesis, gereja Puser montanus
, burung pipit Nectarinia jagalaris, perkutut Grarruax chinesis, hantu TrytonidaeStrigidae, puyuh Coturnix japanica, kambing Capra
hircus, anjing Canis familiaris, kucing Felix domesticus, ayam Gallus sp,
angsa Anser cygnoides. Ekosistem perairan danau saat ini oleh sebagian besar masyarakat dimanfaatkan sebagai usaha pengembangan budidaya ikan darat
Budidaya ikan meliputi ikan nila Tilapia nilstica, ikan mas Cyprus carpio, ikan mujair Oreochronus mossambtrucs, ikan tawes Trichogaster sp, gurame
Oshpranemus gourame, dan lele Clarias batraticus. Budidaya perikanan dilakukan dengan sistem Keramba Jaring Apung KJA, jumlah saat ini ± 40
KJA orang, dan area pemancingan umum di sekeliling setu.
Kondisi Fisik
Kondisi fisik kawasan menggambarkan keadaan kehidupan masyarakat yang bermukim di dalam kawasan. Kondisi fisik tapak meliputi, tata guna lahan,
fasilitas sirkulasi dan kehidupan masyarakat yang bermukim denga n pola pekarangan yang menliputi bentuk arsitektur bangunan. Keadaan kualitas visual
sebagai sumberdaya alam kawasan, serta fasilitas umum dan sosial.
Gambar 15 Peta Penyebaran Vegetasi, hal 42
Tata Guna Lahan
Pola penggunaan lahan dibedakan menjadi dua yaitu, kawasan tidak terbangun ± 53.2 RTH, kebun campuran, tegalan, tanah kosong, dan rawa,
empang dan kawasan terbangun ± 46.8 lahan permukiman, jasa industri, perdangan, perkantoran serta fasilitas umum Tabel 5 dan Gambar 16.
Tabel 5 Penggunaan Lahan di Setu Babakan
Terbangun Tidak Terbangun
No Jenis Penggunaan
Luas Ha
Jenis Penggunaann Luas Ha
1. Permukiman
46.86 27.4
Permakaman RTH 20.79
12.6 2.
Jasa Industri Perdagangan
6.6 4.0
Tanah Kosong 15.83
10.2 3.
Jalan 8.58
5.2 Danau
7.26 4.4
4. Fasilitas
15.83 10.2
Kebun Campuran 19.14
11.6 5.
- -
-
Pekarangan 23.76
14.4 Jumlah
77.87 46.8
Jumlah 86.78
53.2
Gambar 16 Penggunaan Lahan, sebagai, a Danau, b, Pekaranga n
c Empang, d Kebun Buah.
a b
© d
Fasilitas Sirkulasi
Sirkulasi di kawasan terbagi dua, sirkulasi jalan di luar kawasan dan di dalam kawasan. Sirkulasi di luar kawasan meliputi, jalan Srengseng Sawah yang
membagi kawasan menjadi dua bagian dan dilintasi oleh angkutan umum Kopaja 605 dan angkot 83, untuk jalan Moh. Kahfi 2 dilintasi oleh Kopaja 616.
Sedangkan sirkulasi dalam kawasan, jalan lokal dan jalan lingkungan didominasi oleh jalan lebar 3 meter, dengan lapisan jalan cone block dan cor semen, di
lingkungan Setu Babakan dan Mangga Bolong dengan lebar jalan 1.5 m. Jalan tanah sepanjang tepi danau sangat licin dan becek terutama setelah turun hujan.
Secara umum jaringan jalan masih sangat menyulitkan bagi kendaraan beroda empat apabila bersimpangan. Finishing fisik jalan dengan cone block dan lebar
jalan 5 m dan dapat dilintasi kendaraan untuk dua arah Gambar 17.
Gambar 17 Kondisi Fisik Jalan ,a Cone Block kiri dan b Jalan Cor Semen
Permukiman
Secara umum pola permukiman di kawasan terlihat dari tata letak dan orientasi rumah-rumah yang berkembang secara individual. Rumah-rumah
berkembang bukan secara komunal mempunya i aturan tertentu, sehingga terkesan tidak teratur. Menurut Sitepu l992, pola permukiman yang tidak teratur
adalah ciri dari pola permukiman “Betawi Pinggir“. Setu Babakan tergolong dalam kelompok tersebut. Peningkatan densitas permukiman saat ini, harus
ditekan untuk menghindari perubahan karakter kawasan. Perubahan tersebut a
b
terjadi akibat dari berbagai faktor kebutuhan ekonomi. Kebutuhan untuk kemudahan mencapai jalan utama, sehingga terjadi perubahan orientasi pola
permukiman pola bagian dalam menjadi pola bagian luar. Gambar 18 memperlihatkan sketsa pola permukiman di kawasan Perkampungan Budaya
Betawi.secara umum sedangkan Gambar 19 menunjukkan sketsa pola permukiman bagian luar dan pola permukiman bagian dalam. Pola permukiman di
Setu Babakan terdiri dari dua karakter: 1 Pola permukiman bagian luar dekat dengan jalan utama dengan ciri-ciri:
a Orentasi rumah-rumah pada umumnya menghadap ke jalan utama serta membelakangi pekarangan, b rumah-rumah berjajar sepanjang jalan
utama dengan jarak saling berjauhan, tetapi kadang-kadang ada yang berdekatan, c rumah-rumah dibatasi oleh pagar tanaman, tetapi kadang-
kadang dibatasi oleh pohon dan memiliki pekarangan yang cukup luas. 2 Pola permukiman bagian dalam menghadap pekarangankebun atau jalan
lingkungan. Rumah-rumah berjajar sepanjang jalan lingkungan. Kondisi lebar jalan 3 meter. Massa bangunan cenderung berorientasi ke jalan
dengan bagian belakang menghadap ke kebun atau ruang terbuka. Tetapi kadang-kadang rumah-rumah mengelompok dengan letak saling
berdekatan satu sama lain sehingga terlihat sangat padat. Batas pekarangan dibatasi oleh pagar tanaman atau “pagar jaro” bambu. Saat ini batas
pekarangan sudah mempergunakan pagar permanen seperti pagar besi dan dinding bata.
Pola Pekarangan
Pola ruang pekarangan kawasan seharusnya masih dipengaruhi oleh pola pekarangan tradisional yang ada di pulau Jawa Syafwandi l996. Menurut Arifin
et, al l998 a pekarangan adalah lahan terbuka bagian dari rumah dengan batas
kepemilikan yang jelas. Pola pekarangan di Setu Babakan pada umumnya berada di tengah atau agak ke belakang. Pada bagian belakang rumah terdapat pula
sumur dan jamban kamar mandi, w c serta kandang ternak jika ada.
Gambar 19 Sketsa Pola Permukiman di Setu Babakan.
Gambar 18 Sketsa Pola Permukiman secara umum di Setu Babakan
Gambar 19 Sketsa Pola Permukiman a Bagian Luar, b dan Pola Bagian Dalam
Kebunpe karangan
Rumah Jln. Moch.Kahfi 2
Pekarangan Rumah
Saluran irigasi
Jl. Moch Kahfi II Jalan Utama Saluran Irigasi
Masjid
Pekarangan Pekarangann Pekarangan Pekarangan
Masjid Masjid
Pekarangan Pekarangan
Masjid Pekarangan
Pekarangan Masjid Baitul Iman
Keterangan: Masjid
Rumah Penduduk Makam
Mak
am
Danau
UTARA Danau
a
Rumah
b
Tetapi kadang-kadang terdapat pula tanaman sayuran atau tanaman bumbu untuk konsumsi sehari- hari. Sebagian dari warga masih mempunyai pekarangan yang
cukup luas berkisar 100-500 m ². Pola penggunaan lahan tersaji pada Gambar 20.
c Gambar 20 Beberapa Penggunaan Pekaranga n sebagai, a Ruang Terbuka,
b Nursery, c Tempat Menjemur, d Kebun Buah Pada umumnya rumah berada di tengah atau agak ke belakang dan
berorientasi ke jalan. Bagian tengah dan samping serta bagian belakang ditanami tanaman produktif, tanaman obat-obatan atau sebagai area pembibitan tanaman
hias. Beberapa penduduk juga mempunyai kebun campuran yang terpisah dari lahan pekarangan yang ditanami tanaman produktif. Jenis tanaman produktif
seperti: mangga, jamb u. pisang, nangka, pepaya kelapa dan lain- lain. Karena sistim pewarisan, sehingga terjadi fragmentasi lahan pekarangan atau
pembangunan rumah tinggal baru bagi keturunannya dan pada umumnya rumah- rumah mengelilingi ruang terbuka. Ada perbedaan zonasi pekarangan Betawi dan
Jawa Barat, karena menurut Arifin, et. al 1998 b, zona ruang terbuka pekarangan di Jawa Barat, terbagi tiga yaitu: halaman depan buruan, halaman samping
a
d b
c
kirikanan pipir, serta halaman belakang kebon. Semua itu terjadi karena keterbatasan serta desakan ekonomi masyarakat, sehingga menyebabkan
permukiman menjadi semakin kian padat dan tidak teratur, pekarangan, kebun menjadi semakin sempit dan berkurang.
Secara umum pola pekarangan di kawasan terbagi dua yaitu, pola pekarangan di tepi jalan luar dan pola pekarangan pada bagian dalam.
1 Pola pekarangan yang berada di tepi jalan utama Jln Moh Kahfi 2 terdiri atas Rumah-rumah yang menghadap dan berjajar sepanjang jalan. Pola
pekarangan yang terdiri atas, a pekarangan pada umumnya ditanami dengan pohon produktif vegetasi buah-buahan seperti belimbing, mangga,
rambutan, melinjo erta tanaman nursery dan obat-obatan, b pada pekarangan bagian belakang erdapat kebun pembibitan tanaman hias
nursery dan tanaman buah-buahan. contoh ruma h bapak Sarni luas
pekarangan 3.000 m² dan 1.700 m² bapak Bani. 2 Pola pekarangan bagian dalam pada umumnya terdiri dari rumah-rumah
bergerombol dan saling berdesakkan menghadap kebunruang terbuka. 3 Konsep air di depan rumah sudah di tinggalkan oleh sebagian besar
masyarakat kawasan. Sketsa pola pekarangan tersaji pada Gambar 21.
Arsitektur Bangunan
Secara umum arsitektur bangunan rumah Betawi bercirikan dengan listplank “gigi balang “ di letakkan pada bagian atas dan “langkan “ diletakkan
pada bagian bawah teras paseban berfungsi sebagai pagar teras. Jumlah rumah di kawasan 10.879 unit Biro Bina Program 2000, terdiri dari
rumah permanen dan semi permanen serta sedangsederhana dengan kepadatan sedang. Secara umum rumah-rumah di Setu Babakan menghadap ke jalan.
Kondisi ini disebabkan oleh karena desakan ekonomi masyarakat, sehingga rumah-rumah terdesak ke daerah yang lebih padat penduduknya. Hasil observasi
di tapak dari 879 unit rumah terbag atas: 1 rumah asli 200 rumah 22.75 bercirikan arsitektur Betawi, 2 tidak bercirikan arsitektur Betawi sebanyak 679
rumah 77.25 . Dari kelompok yang tidak berciri arsitektur asli Betawi, sebenarnya termasuk bangunan-bangunan yang mempunyai sebagian ornamen
Gambar 21 Sketsa Beberapa Contoh Pola Pekarangan hal. 49
Betawi Gambar 22. Selain itu ada beberapa rumah yang melekat pada tanah dan berada diatas umpak setinggi ± 50 cm Gambar 23
Gambar 22 Keragaman Arsitektur Bangunan Di Setu Babakan, a Arsitektur
Betawi, bArsitektur bercirikan hanya pada bagian atas, c Arsitektur Moderen
Gambar 23 Kedudukan Posisi Bangunan Arsitetur Betawi terhadap tanah, a Melekat pada Tanah,b Berada di atas Umpak
Bangunan arsitektur Betawi dicirikan dari bentuk listplank dengan sebutan “gigi balang” yang terletak pada bagian atas bangunan. Sedangkan pada bagian bawah
a
b
a b
©
terdapat “langkan”. Langkan terletak pada teras atau dengan kata lain “paseban” yang dipasang memutar. Selain kedua detail arsitektur tersebut ciri lain seperti
bentuk jendela dengan bentuk setengah lingkaran pada bagian atas, dan untuk bentuk daun jendela krepyak. Jendela segi empat pada bagian atas
mempergunakan kaca berwarna dengan pola flora diselesaikan dengan sistem patri.Beberapa elemen estetika lainnya sebagai pelengkap bangunan seperti bunga
matahari, konsol besi. Elemen estetika bangunan disajikan pada Gambar 24.
Gambar 24 Detail Arsitektur Betawi, a Langkan, b Gigi Balang dan Konsol besi, c Jendela Setengah Lingkaran, d Jendela Krepyak Empat
Persegi Panjang.
Kualitas Visual
Kualitas visual lanskap di kawasan terbagi menjadi 2 dua yaitu: 1 Visual yang dapat mendukung kawasan good view terdiri dari potensi
keadaan khas visual alam yang asri dan berbagai macam jenis tanaman,
serta pola permukiman khas Betawi dengan arsitektur tradisionalnya,
aktivitas penduduk sehari- hari pada kawasan seperti: tata cara hidup, b
a
c d
kesenian. Kegiatan “ngubak empang,” memancing, menjala ikan secara tradisional.
2 Visual yang tidak mendukung kawasan bad view terdiri dari: Kondisi danau Setu Babakan jauh lebih baik dari kondisi Setu Mangga Bolong,
karena danau dalam keadaan ditimbuni tanah dan banyak rumah-rumah liar berada di atas lahan tersebut, rawakolam juga sudah berubah fungsi.
3 Visual danau Setu Babakan yang begitu indah tercemar oleh banyaknya Keramba Jaring Apung tidak beraturan dan semakin bertambah jumlahnya.
Sehingga kualitas visual dan air danau terjadi penurunan warna air terjadi perubahan. Dampak terkena langsung terutama pada ikan, karena tidak
adanya tanaman semak belukar yang berfungsi untuk menyembunyikan telur. Banyaknya KJA menambah menurunnya kwalitas visual danau
Gambar 25.
Fasilitas Umum dan Sosial
Sarana fasilitas umum di lokasi Perkampungan Budaya Betawi sebagai kelengkapan sarana dan prasarana suatu kawasan seperti:
1 Sarana fasilitas jalan, merupakan salah satu sarana yang sangat dibutuhan oleh masyarakat. Demi kenyamanan maka penyediaan fasilitas jalan
dilakukan pembuatan jalan dan perkerasan seperti pada RT 009, Jln. Haji Mali lebar jalan 1.60 meter, sepanjang 1.200 meter dan pembuatan
saluran drainase sepanjang 900 meter, dengan biaya SUDIN PU Jakarta Selatan. Perkerasan jalan semen, sepanjang 130 meter RT 003, 100
meter RT.008, 30 meter RT.008, perkerasan Cone Block sepanjang Setu Babakan 500 meter Pekerjaan jalan tersebut melalui.padat karya
DEPNAKER dan DEPSOS serta kepedulian masyarakat terhadap lingkunganya dengan swadaya untuk tercipta lingkungan yang layak.
2 Sarana fasilitas ekonomi sosial, fasilitas Ekonomi, pembangunan sektor bengkel, industri, perusahaan roti, pabrik tahu dan kelompok Koperasi
Wanita Tani Ayu Lestari yang memproduksi sari buah belimbing dan bier pletok. Selain kegiatan tersebut diatas terdapat sentra ekonomi, seperti
PT. Fitnotek Unggul, SPBU.
Gambar 15 Kondisi Visual Kawasan, hal 53
3 Sarana Fasilitas pendidikan, di era globalisasi ini pendidikan mempunyai peranan penting, agar manusia Indonesia dapat membangun bangsa dan
negara. Sarana pendidikan di kawasan terdiri dari Taman Pendidikan Al- Qur’an, Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Sekolah
Menengah, Sekolah Menengah Kejuran Teladan, Perguruan Tinggi Institut Sekolah Tinggi Nasional dan Yayasan Desa Putra. Kegiatan membaca Al-
Qur’an dilakukan oleh ibu-ibu dan remaja setiap hari selasa pagi, serta
laki- laki pada malam hari.
4 Sarana fasilitas ibadah, karena mayoritas masyarakat kawasan beragama Islam membutuhkan sarana ibadah sebagai interaksi dengan sang
pencipta.pada masjid masjid Nurul Fajri, Al- Taubah, An-Nur, Al-Jariah, Nurul Iman, Al-Ikhlas. Masjid Bailtul Mak’mur sebagai masjid paling
besar dibangun dengan mempergunakan dana dari Pemda DKI dan Dinas
Pariwasata Jakarta Selatan.
5 Sarana fasilitas olahraga, tesedia untuk membentuk manusia sehat, jasmani dan rohani membutuhkan ruang-ruang terbuka seperti lapangan
bulutangkis, lapangan volly.
6 Sarana budaya, terpenuhi sesuai dengan kawasan fungsi Setu Babakan sebagai kawasan wisata budaya dan permukiman Betawi.Untuk itu Pemda
DKI khususnya Dinas Pariwisata, Dinas Seni dan Budaya bekerja sama dengan LKB memberikan bantuan seperangakat alat musik kesenian
gambang kromong, disalurkan melalui karang taruna.
Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Kependudukan
Jumlah penduduk di kelurahan Srengseng Sawah pada tahun 2000 sebesar 43.580 jiwa, terdiri dari 19 RW dan 156 RT dengan tingkat kepadatan penduduk
6.459 jiwaKm
2.
Angka mobilitas penduduk untuk angka kelahiran 384 jiwa,
angka kematian 164 jiwa dan kedatangan 1.313 jiwa. Pada tingkat kampung Setu
Babakan tahun 2002 terdiri dari 4 RW dengan jumlah penduduk 15.230 orang
meliputi RW 05= 2.999 orang, RW= 3.667 orang, RW 07= 4.315 orang dan RW 08= 4.249 jiwa Tabel 6. Peta persebaran penduduk pada tingkat RW kampung
Setu Babakan tersaji pada Gambar 26
Tabel 6 Jumlah Penduduk tahun 2002 di Setu Babakan
No Lokasi
Jumlah Penduduk
1 RW 05
2.999 0rang 19.70
2 RW 06
3.667 0rang 24.08
3 RW 07
4.315 0rang 28.33
4 RW 08
4.249 0rang 27.89
Jumlah 15.230 0rang
100.00
Jika dilihat dari sebaran etnis Betawi, maka RW 08 merupakan RW dengan penduduk Betawi asli paling besar yaitu: 75 berdasarkan persebarannya Tabel
7. Persebaran penduduk asli dan pendatang tersaji pada Gambar 27. Sedangkan RW 05 merupakan RW dengan penduduk Betawi paling kecil sebesar 5 .
Tabel 7 Prosentase Penduduk Asli dan Pendatang
No Penduduk
RW 05 RW 06
RW 07 RW 08
1 Pendatang
85 40
55 15
2 Campuran
10 40
20 10
3 Asli Betawi
5 20
25 75
Junlah 100
100 100
100
Sosial Ekonomi
Mata pencaharian penduduk di kawasan PBB sangat beragam meliputi berbagai profesi seperti petani kebun, pencari ikan di danau, pedagang buah-
buahan dan tanaman hias. Mata pencaharian penduduk meliputi, 1.538 orang pegawai negri sipil, 1.940 orang pegawai swasta, 2.069 orang pedagang, 615
orang ABRI dan Polri, 1.826 orang petaninelayan danau. Sedangkan 4.331 orang buruh dan pesiunanpenganguran 414 orang. Komposisi jenis profesi dikawasan
Setu Babakan tersaji pada Tabel 8. Berdasarkan hasil survey responden, penghasilan paling rendah dihasilkan oleh buruh dan pedagang sebesar
Rp.600.000,- sampai dengan Rp. 750.000,- per bulan. Sedangkan bagi yang berpendidikan tinggi dan wiraswasta cenderung berpenghasilan diatas Rp.
1.500.000,- per bulan Tabel 9.
Gambar 26 Peta Persebaran Penduduk hal.56
Gambar 27 Peta Persebaran Penduduk Asli Dan Pendatang hal. 57
Tabel 8 Kompisisi Jenis Profesi di Kawasan
No Jenis Mata Pencaharian
Jumlah Prosen
1 Pegawai Negeri Sipil
1.538 12.08
2 Pegawai Swasta
1.940 15.37
3 Pedagang
2.069 16.00
4 ABRI dan POLRI
615 5.00
5 Petaninalayan
1.826 15.54
6 Buruh
4.331 34.01
7 Pensiunanpenganguran
414 3.00
Jumlah 12.733
100.00
Tabel 9 Komposisi Tingkat Pendapat per bulan Masyarakat di Kawasan.
Jumlah Responden No. Tingkat Pendapatan Per bulan
rupiah
Frekwensi Prosentase
1. Rp. 750.000,- 16
26.55 2. Rp. 750.000, - Rp. 1.000.000,-
14 23.30
3. Rp. 1.000.000, - Rp. 1.250.000,- 10
17 4. Rp. 1.750.000, - Rp. 1.500.000,-
8 13.30
Rp. 1.5.000.000,- 7
11.65 Tidak menjawab
5 8.30
Jumlah 60
100.00
Keterangan: Hasil survey kuisioner n=60
Sarana perekonomian ditandai dengan adanya 276 warung 30 toko, 12 toko material, 20 rumah makan, 12 peternakan, 35 ind ustri rumah tangga, termasuk
usaha bier pletok sari buah belimbing, kue-kue dan dodol, serta kue bawang, wajik dan akar kelapa.
Sosial Budaya
Aktivitas sosial budaya dan kesenian Betawi di kawasan secara umum masyarakat Setu Babakan masih melaksanakan kegiatan upacara budaya secara
utuh terutama pada RW 08 mayoritas penduduk Betawi asli. Sedangkan pada
RW 05 dan RW 07 sudah jarang melakukannya penduduk campuran dan untuk RW 06 sudah tidak melakukan kegiatan mayoritas penduduk pendatang.
Aktivitas budaya yang masih dilakukan meliputi: 1 Aktivitas upacara adat yang berkaitan dengan adat istiadat dan tata cara
hidup mengaji, tamat qur’an, ngubak empang, kerja bakti. 2 Aktivitas upacara adat istiadat yang berkaitan dengan daur kehidupan
manusia upacara pengantin, nujuh bulan, akekah, cukur tambut, sunatan,
59
kerja bakti, ngubak empang. 3 Upacara yang berkaitan dengan keagamaan mengaji, tamat Qur”an, , Idul
Fitri, Idul Adha, Nispu, Maulid Nabi, Kematian. Presentasi masyarakat Betawi dan non Betawi yang masih melakukan upacara
adat tersaji pada Tabel 10. Tabel 10 Presentasi Masyarakat Betawi dan Non Betawi yang masih
Melakukan Upacara adat.
Melakukan Upacara Adat Istiadat
No Kegiatan Upacara Adat
Betawi Non Betawi
1. Kelahiran
36.84 25.80
2. Pemberian nama
26.32 22.58
3. Khitanan
52.63 51.61
4. Pertunangan
26.32 25.80
5. Pesta Perkawinan
57.89 51.61
6. Tujuh Bulan Kehamilan
52.63 25.80
7. Peringatan Tiga Hari Wafat
57.89 58.06
8. Peringatan Empatpuluh Hari Wafat
57.89 32.26
Sumber Bintal DKI, 2002
Aktivitas kesenian Betawi di Setu Babakan, menurut Biro Bina Mental dan Spritual DKI Jakarta 2000 meliputi: 1 Kesenian Tari seperti, tari zapin, topeng,
samrah, ondel-ondel, 2 Kesenian Drama seperti, Le nong Betawi, jinong, Umbruk Betawi,
3 Kesenian Musik seperti, keroncong tugu, rebana, gambang kromong, tanjidor
Tabel 11. Kegiatan kesenian dilakukan karena kesadaran umum diantara masyarakat Betawi pada umumnya. Identifikasi kegiatan budaya
tersaji pada Lampiran 2, 3, 4. Menurut Yasmin l997 secara umum jenis kesenian Betawi yang sudah
mulai bangkit kembali dan terkelola dengan baik adalah seni tari seperti: Lenong, Jinong, Jipeng, Topeng, dan Blantek Kegiatan seni musik tradisional Betawi,
meliputi: 1 Gambang kromong, 2 Tanjidor, 3 Gamelan Topeng dan Rebana. Semua bentuk kesenian musik dan tari tersebut pada umumnya sebagai pengiring
kelengkapan kegiatan hajatankeramaian. Aktivitas pentas kesenian saat ini sudah terjadwal cukup baik dengan frekuensi pertunjukan rutin minimal satu kali
pertunjukan dalam satu minggu, dengan tampilan yang berbeda-beda dan pemain yang berbeda serta diatur sesuai jadwal pertunjukan. Beberapa contoh kegiatan
aktivitas budaya di kawasan tersaji pada Gambar 28.
60
Tabel 11 Jenis Kegiatan Kesenian yang Terdapat Kawasan
Tari DramaTeater
Musik
Tari Topeng 1. Teater peran dengan tutur
Gambang Kromong Asli Gambang Kromong Rancak
Tari Topeng Tanjidor Lenong denes, preman
Gambang Kromong Rancang Tari Topeng Lenggo
Jinong Gambang Kromong Kombinasi
Tari Zapin Samrah
Tanjidor Tari Lenggo
Wayang golek,kulit Betawi Keroncong Tugu Tari Belenggo Rebana
Demuluk Gamelan Ajeng
Tari Belenggo Ajeng Rancak
Gamelan Topeng Tari Cokek
Buleng Samrahsamra
Tari Pencak Silat Ubruk Betawi
Rebana Ketimpring Tari Samrah
Topeng Betawi Rebana Ngarak
Ondel-ondel Sahibulhikayat
Rebana Maulid Permainan Unjulantari unjul
2. Teater tanpa Tutur Rebana Hadroh
Ondel-ondel Rebana Dor
Gembokan Rebana Qosidah
Rebana Maukhid Rebana Burdah
Rebana Biang
Gambar 28 Kegiatan Budaya Di Setu Babakan, a Sepasang Pengantin
b Ngarak Penganten sunat, c Tari Topeng, d Lenong Denes c
b a
d
61
Kegiatan kesenian saat ini sudah terealisasi dengan baik karena ditunjang oleh fasilitas panggung terbuka dan plasa. Secara umum kegiatan kesenian dilakukan
pada siang hari, tetapi kadang-kadang juga dilakukan pada malam hari. Walaupun sedikitnya jumlah penonton yang diduga karena kurangnya promosi dari pihak
pengelola maupun Pemda Dinas Pariwisata DKI dan LKB. Disamping kegiatan dan upacara adat, juga terdapat permainan tradisional rakyat seperti, main galah
asin, tok kadal, blengket, dampu, tak ingglo, monyet -monyetan, jalangkung,
congklak. Pada umumnya permainan tersebut dilakukan pada pekarangan.
Gambar 29 menunjukan persebaran kegiatan budaya Betawi di kawasan.
Kebijakan Peraturan dan Rencana Pengembangan
Dalam Peraturan Daerah No. 6 tahun l999 mengenai Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta pada pasal 74 dijelaskan tentang Pengembangan
wilayah Selatan sebagai daerah resapan air. Untuk pengembangan kawasan PBB, merupakan kebijakan Pemda yang berkaitan dengan sektor pertanian, peternakan,
pariwisata, dan konservasi lingkungan. Rencana pengembangan Setu Babakan dari 32 ha menjadi 35 ha dan Setu
Mangga Bolong 11 ha menjadi 17 ha. Meliputi lahan tidur disekitar ke dua Setu. Perluasan kedua danau tersebut bertujuan menjadikan kawasan Perkampungan
Budaya Betawi menjadi wisata yang kegiatannya sesuai dengan ruang lingkung budaya Betawi. Pengembangan kawasan Setu Babakan selain sebagai kawasan
wisata budaya juga akan dikembangakan menjadi wisata air dan agro Kep. Gub DKI Jakarta No. 92 Tahun 2000. Pengembangan tersebut memanfaatkan potensi
sumberdaya alam danau dan vegetasi khas kawasan. Pengembangan juga disesuaikan dengan pola penggunaan lahan dan ruang lingkup budaya Betawi
dengan segala aktivitasnya. Rencana Pengembangan secara umum terbagi menjadi dua 2 kebijakan yaitu:
1 Kebijakan yang menyangkut pengaturan angka kerapatan bangunan, dengan penetapan Koefisien Dasar Bangunan KDB sebesar 10-20 .
Garis Sempadan Bangunan GSB 3 meter untuk bangunan bagian dalam dan 10 meter untuk bangunan bagian luar tepi jalan utama.
62
Gambar 29 Peta Persebaran Budaya
hal 62
63
2 Kebijakan tata guna lahan di daerah studi diikuti dengan Pola pembangunan yang mengacu pada Rencana Umum Tata Ruang RUTR
Tahun 2005 dan Rencana Bagian Wilayah Kota RBWK. Pemilihan kampung Babakan sebagai Perkampungan Budaya Betawi berdasarkan
kemudahan dalam pegembangan ‘land use” secara optimal dan mampu menarik investasi, meminimalkan penggusuran dan kemudahan akses.
Status dan Fungsi Kawasan
Status Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong sebagai daerah Perkampungan Budaya Betawi yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan
Gubernur No. 92 Tahun 2000, dan diperkuat oleh Raperda No.17 Tahun dan Perda tanggal 21 Mei 2004 tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya
Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa Kotamadya Jakarta Selatan. Kampung Setu Babakan danausetu berfungsi sebagai waduk irigasi dan
pengendali tata air dan rekreasi lokal wisata air dan olah raga air.
Maka kedudukan kampung Babakan memerlukan pengelolaan meliputi manajemen lingkungan. Kegiatan yang ada dalam tapak diharapkan dapat :
1 Menciptakan Kawasan Perkampungan Budaya Betawi bernuansakan khas tradisional yang indah, serasi dengan lingkungan yang nyaman serta
bersahabat dan mempunyai nilai jual bagi masyarakat turis lokal, nasional dan internasional.
2 Meciptakan sarana penghijauan dalam rangka menunjang program “langit biru” KDB 10-20 dengan penanaman pohon buah kecapi, ceremai,
gandaria, bacang, nam-nam, gowok, salak dan lainnya. 3 Menggunakan lahan di sekitar lokasi difungsikan sebagai ruang terbuka
hijau sehingga menyerap air hujan dan mempertahankan keberadaannya serta perlindungan sebagai hutan kota Propinsi DKI Jakarta, khususnya di
kawasan Barat Universitas Indonesia. 4 Menampung resapan air, bagi Jagakarsa dimusim hujan dan penampungan
air bagi Jakarta Selatan serta mengantisipasi banjir dimusim hujan. 5 Memberikan ragam pariwisata untuk tujuan wisata, melalui Pembangunan
Budaya Betawi sebagai wisata.
64
6 Menjadikan sarana rekreasi dan hiburan rekreaif dan edukatif, melalui pemanfatan Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong sebagai rekreasi alam
yang segar. 7 Menjadikan kawasan Perkamp ungan Budaya Betawi sebagai pusat
informasi, pusat penelitian dan kreatifitas dalam pengembangannya sebagai sarana wisata budaya.
8 Meningkakan Pendapatan Asli Daerah PAD dan Devisa Negara, melalui kerja sama dengan biro-biro perjalanan.
9 Menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat melalui pembangunan Proyek
10 Mengangkat tingkat kesejahteraan masyarakat setempat melalui pemanfaatan potensi alam sekitar kawasan dan pemberdayaan masyarakat
Betawi pada umumnya melalui bidang jasa, tontonanpertunjukan seni- budaya secara berkala terencana, berkala, terpadu dan berkesinambungan.
Fungsi- fungsi kawasan tersebut diatas bersifat: 1 Sebagai pusat informasi dalam bidang kebudayaan maupun ilmu lainnya,
yang dapat menunjang serta berkaitan dengan pembinaan kebudayaan Betawi.
3 Sebagai wadah kreativitas pengembangan dan berfubgsi sebagai pusat penelitian pengetahuan seniman dan melatih kreatifitas dengan
menampilkan secara tetap melalui pertunjukan dan pameran.
4 Sebagai ruang kegiatan rekreatif dan tempat komunikasi antara seniman- seniman Betawi, wadah hiburan bagi masyarakat dengan pertunjukan
kesenian Betawi. 5 Mendidik masyarakat dan generasi muda untuk mengenal lebih dalam
dan dapat mengembangkan kebudayaan Betawi dalam pendidikan non formal
Pengelolaan dan Master Plan
Secara umum pengelolaan kawasan dibawah oleh suku Dinas Pariwisata dan Pemda DKI dan pihak Kelurahan Srengseng Sawah serta Kecamatan
Jagakarsa. Struktur organisasi pengelolaan kawasan surat Keputusan Kepala
65
Dinas Kebudayaan dan Permusiuman Propinsi DKI Jakarta no 1052004 tentang pengangkatan perangkat pengelola Perkampungan Budaya Betawi dan susunan
perangkat pengelolaan kawasan. Saat ini kelembagaan belum terstruktur dengan baik, sehingga pihak yang terkait tidak mengetahui dengan pasti posisi hak dan
kewajiban masing- masing. Kelembagaan pengelola kawasan meliputi Biro Bina Program dan Dinas-dinas Pariwisata, Perikanan, Pertamanan, Pertanian,
Kehutanan, Kebudayaan, serta jajaran Pemerintahan Walikota Jakarta Selatan dan Kelurahan Srengseng Sawah. Pengelolaan kawasan pada daerah yang telah
terbangun dan tidak terbangun dilakukan secara individu oleh masyarakat pemilik lahanbangunan. Sedangkan untuk area rekreasi yang ada saat ini secara
oprasional, dikelola dilakukan oleh Satuan Gerakan Sosial Perkampungan Budaya Betawi SGSPBB. Sedangkan pengelolaan danau dilakukan oleh Dinas Pekerjaan
Umum, Dirjen Pengairan DKI. Susunan Perangkat Pengelolaan pada Lampiran 5. Pengelolaan Perkampungan Budaya Betawi saat ini terbagi menjadi: 1
Pengelolaan permukiman, dilakukan secara individual oleh masyarakat sebagai pemilik tanah dan bangunan. Sedangkan untuk pengaturan kerapatan bangunan
GSB, KLB dan GSJ. dikelola oleh Pemda Jakarta Selatan, 2 Pengelolaan pengunjung, dikelola oleh pihak pengelola SGSPBB, Intensitas pengunjung
kawasan masih tergolong rendah dan mengusahakan agar banyak banyak pengunjung yang datang dengan meningkatkan promosi, 3 Pengelolaan promosi
dan informasi, secara oprasional pengelolaan yang berkaitan dengan promosi dan informasi tentang Perkampungan Budaya Betawi dilakukan oleh LKB Dinas
Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta dan pihak pengelola yang ada di lapang kawasan saja. Promosi masih terbatas belum berkembang ke media yang
ada, kalaupun ada masih sangat minim. Target dari Pemda dan para stake holder adalah pengunjung asing. 4 Pengelolaan Perkampungan Budaya Betawi belum
banyak melibatkan peran serta masyarakat, kalaupun ada masih sangat terbatas. Kehidupan sosial budaya masyarakat mempunyai daya tarik dalam wisata budaya
ini. Aktivitas keseharian penduduk dalam nuansa sederhana dan terbuka terhadap pendatang.
Rencana pengembangan bertolak dari perkembangan sistem otonomi daerah DKI Jakarta dalam meningkatkan PAD maka Pemda merencanakan kawasan
66
sebagai wisata budaya dengan melibatkan masyarakatnya. Berdasarkan tata ruang masterplan
Perkampungan Budaya Betawi, yang direncanakan sebagai kawasan yang dapat ditemukan dan dinikmati kehidupan bernuansa Betawi dan berupa
komunitas Betawi, keasrian alam Betawi, dan tradisi Betawi, kebudayaan yang merupakan sumber informasi dan dokumentasi tentang kebetawi-an Biro Bina
Program Pemda DKI Jakarta, 20001. Konsep dasar perencanaan Perkampungan Budaya Betawi, secara umum
adalah meningkatkan harkat dan martabat warga masyarakat Betawi melalui penataan ruang dalam batas wilayah kehidupan masyarakat berdasarkan nilai- nilai
tradisi serta sosial budaya yang berkembang. Penerapan bentuk arsitektur tradisional Betawi dalam usaha memperkuat karakater dan identitas kawasan.
Proposal Pembangunan Perkampungan Budaya Masyarakat Betawi, l998. Master Plan
Perkampungan Budaya Betawi 2000-2010 secara umum terbagi dalam 2 kelompok besar yaitu: Zona Dinamis dan Zona Statis. Masterplan 2010
Perkampungan Budaya Betawi dapat diperjelas sebagai berikut yaitu: A. Zona Dinamis
1 Zona Kampung, sebagai area perkampungan tempat pertumbuhan dinamis dari kebudayaan Betawi yang tetap mempertahankan nilai- nilai budaya
Betawi yang paling berharga dari masyarakat itu. Zona tersebar merata diatas lahan- lahan terbuka kebun dan halaman milik penduduk. Kebun
pendudukpekarangan sebagai obyek wisata agro juga berfungsi sebagai penunjang ekonomi penduduk melalui pembinaan dan pemberdayaan
masyarakat. Pengembangan kawasan dilakukan mengacu pada daerah resapan air, dan ketentuan luas area yang diizinkan untuk dibangun dengan
KDB Koefisien Dasar Bangunan. 20 dari luas area Untuk daerah yang memiliki fungsi campuran mixed use dapat dinaikan menjadi 25
2 Zona fasilitas penunjang 3.15 , sebagai area yang menunjang kegiatan penduduk pendidikan, keagamaan, kesehatan.
B. Zoning Statis 1 Zona kesenian 1.21, yaitu area menampung kegiatan kesenian Betawi
tari, drama, musik 2 Zona sejarah 1.33 , yaitu area yang menampung kegiatan sejarah Betawi
67
dan pengembangannya serta nilai- nilai sejarah dari tempo dulu hingga kini. 3 Zona keagamaan 0.36, area yang menampung kegiatan keagamaan .
4 Zona wisata Agro 48.8 dan ruang terbuka, area yang menyajikan dan menampung perjalanan wisata perkebunan agro tanaman buah-buahan
dan menikmati hasil kebun dan hasil prosessing tanaman khas kawasan . 5 Zona wisata Air ruang terbuka hijau, sumberdaya air Setu Babakan dan
Setu Mangga Bolong, adalah area yang menampung kegiatan wisata air dayung, memancing sebagai obyek utama rekreasi Core Destination
yang dapat memberikan nilai ekonomi dan ekologis bagi penduduk PBB. 6 Zona Industri, areal yang melindungi dan mengembangkan industri yang
ada saat ini home industri. Area ini akan menyebar di dalam kawasan Perkampungan Budaya Betawi.
Penataan fasilitas penunjang di Perkampungan Budaya Betawi terbagi atas: 1 Sistim lalu lintas, jalan 19.70 , sebagai fasilitas parkir kendaraan yang
masuk hanya sampai tempat parkir saja dan terbagi pada beberapa lokasi gerbang masuk. Pencapaian ke pusat kegiatan dilakukan dengan berjalan
kaki atau dengan sadodelman. Hanya kendaraan penduduk penghuni PBB dapat sampai ke lokasi parkir masing- masing pribadi atau komunal dengan
sistim identifitas stiker. 2 Arsitektur Bangunan, di PBB dengan konsep arsitektur tradisional. Konsep
tradisional arsitektur Betawi yang mencerminkan arsitektur Betawi yang memiliki ciri dan tipologi tertentu, bentuk bangunan, penataan ruang dalam,
maupun ornamen-ornamen lainnya yang didukung oleh penataan ruang luar berupa pekarangan dan kebun yang merupakan obyek wisata agro.
3 Ruang Terbuka 26 .06. Penataan ruang terbuka hijau alami maupun buatan bersifat aktif, dapat dicapai secara fisik maupun visual.
Kriteria perencanaan kawasan Perkampungan Budaya Betawi adalah: a Mempertahankan rencana kerapatan bangunan penduduk wilayah, b Sesuai
dengan rencanan tataguna tanah wilayah, c Memperhatikan rencana jaringan jalan wilayah, d Memperhatikan kondisi sosial ekonomi dan lingkungan
wilayah.
68
Konsep pembangunan Perkampungan Budaya Betawi sebagai wahana pendidikan, penelitian, pariwisata, dan penunjang usaha budidaya dilakukan
secara bertahap meliputi VI tahap yaitu, a Tahap I priode 2000-2002, kelembagaan, traffic management, sarana dan prasarana, jalan, b Tahap II
priode 2002-2004, perluasan danau, peningkatan fasilitas wisata, c Tahap III priode 2003-2005, peningkatan sarana failitas sosial dan umum, d Tahap IV
priode 2003-2005, perluasan RTH, fasilitas jalan, sirkulasi wisata, e Tahap V priode 2006-2008, peningkatan sarana dan prasarana fasilitas sosial dan fasilitas
umum, fasilitas RTH, fasilitas wisata agro, f Tahap VI priode 2008-2010, peningkatan sarana dan prasarana pada daerah hijau, jalan.
Aspek Wisata Aktivitas Pengunjung
Ada dua tipe kunjungan di Perkampungan Budaya Betawi yaitu, menonton pertunjukan budaya dan menikmati keindahan visual danau kawasan
Aktivitas menonton pertunjukan meliputi, kegiatan budaya, kesenian tari, musik, drama. Sedangkan menikmati keadaan visual danau seperti, duduk-duduk,
memancing, naik perahu. Aktivitas kegiatan pengunjung di kawasan dalam katagori masih sangat terbatas karena belum tersedianya fasilitas wisata. Jumlah
pengunjung yang berkunjung kawasan sejak diresmikan tanggal 20 Januari tahun 2001 untuk umum dibuka pada bulan Juli 2002,.jumlah belum seperti yang
diharapkan. Jumlah pengunjung perhari dalam berkisar ±50 sampai ± 75 oranghari, kecuali pada hari sabtu dan minggu serta hari libur dapat mencapai
berkisar ±300 sampai ±500 oranghari. Untuk itu diharapkan partisipasi masyarakat di dalam maupun diluar kawasan untuk melakukan promosi
semaksimal mungkin agar kawasan dapat lebih dikenal oleh masyarakat di luar kawasan Jakarta Selatan dan diluar Jakarta khususnya JABOTABEK Tabel 12.
Berdasarkan survei terhadap pengunjung 100 responden, aktivitas pengunjung berjalan 21, duduk-duduk 15, sepeda air 10 memancing 10 , memotret
5, dan melihat upacara adat budaya 9 . Menonton pertunjukan kesenian Betawi menjadi aktivitas paling utama sebesar 25, mempelajari melakukan
penelitian 5. Tabel 13 memperlihatkan jenis aktivitas wisata.
69
Tabel 12 Jumlah Pengunjung Perkampungan Budaya Betawi
Jumlah Pengunjung No
Tahun Pertahun
Rata-ratabulan
1 Tahun 2001-2002
30.103 2.508
2 Tahun 2002-2003
49.375 4.115
3 Tahun 2003-2004
51.919 4.327
Tabel 13 Jenis Aktivitas Wisata
Jumlah No
Jenis Aktivitas Responden
1. Berjalan-jalan 21
21 2. Duduk-duduk
15 15
3. Sepeda air 10
10 4. Memancing
10 10
5. Memotret 5
5 6. Menikmati pertunjukan kesenian
25 25
9. Mempelajari upacara adat istiadat budaya 9
9 10. Melakukan penelitian
5 5
Jumlah 100
100
Atraksi dan Obyek Wisata
Atraksi dan obyek wisata merupakan perpaduan kegiatan utama dari wisata dengan cara menikmati keindahan visual pola permukiman dan danau serta
aktivitas budaya. Atraksi wisata yang ada dalam katagori sangat terbatas. Tetapi ada beberapa atraksi paling banyak mendatangkan pengunjung seperti
pertunjukkan seni yang disajikan setiap hari sabtu dan minggu serta hari libur nasional atau keagamaan. Tabel 14.
Tabel 14 Jenis Atraksi pada Kawasan Ruang
No
Jenis Aktivitas Rumah
Pekarangan Arena
Danau
Keterangan
A Tata cara hidup
1. -Kelahiran
♦ Tidak tentu
2. -Perkawinan
♦ ♦
♦ Bulan tertentui
3. -Sunatan
♦ ♦
♦ Bulan tertentu
4. -Kematian
♦ Tidak tentu
5. -Pengajian
♦ ♦
♦ Setiap saat
6. -Upacara Adat
♦ ♦
♦ Bulan tertentu
70
Tabel 14 Jenis Atraksi pada Kawasan
B Kesenian Pagelaran seni Musik
1 -Gambang Kronong
♦ ♦
Setiap saat 2
-Qosidah ♦
♦ ♦
Setiap saat 3
-Samrah ♦
♦ Setiap saat
Drama a.Drama dengan Tutur
Setiap saat 1
-Lenong ♦
♦ Bulan tertentu
2 -Wayang kulit
♦ ♦
Setiap saat b.Tanpa Tutur
Tari 1
-Japong ♦
♦ ♦
Setiap saat 2
-Topeng ♦
♦ ♦
Setiap saat 3
-Silat Beksi ♦
♦ Bulan tertentu
4 -Belajar Kelompok
♦ ♦
♦ Setiap saat
5 -Shooting film
♦ ♦
♦ Setiap saat
C Mata Pencaharian
1 Menyala Ikan
♦ Setiap saat
2 Memancing
♦ Setiap saat
3 Ngubak Empang
♦ Waktu tertentu
4 Rekreasi Danau
♦ Setiap saat
5 Industri Rumah Tangga
♦ ♦
Setiap saat
Seluruh atraksi diselengarakan sesuai dengan jadwal pertunjukan yang telah disusun selama satu 1 bulan kedepan. Kegiatan wisata di kawasan dalam
kawasan dibuka untuk umum pada 9.00 sd 22.00 wib. Tetapi karena kegiatan promosi kurang digalakkan, sehingga tidak banyak warga masyarakat DKI yang
mengetahuinya. Hal ini berpengaruh pada jumlah dan asal penonton. Penonton yang datang hanya dari dalam dan sekitar kawasan saja.
Fasilitas Penunjang Wisata
Fasilitas wisata yang tersedia adalah, 1.Jaringan jalan wisata kawasan masih belum tertata dengan sempurna, 2 Lahan parkir untuk 15 mobil ± 100
m ″
, 3 Kantor pengelola luas bangunan ± 1.64 m ″
, berkaitan dengan adminstrasi kawasan, 4 Wisma dengan luas ± 150 m
″ , direncanakan untuk menginap bagi
para pengunjung, 5 Galeri ± 165 m ″
, tempat menyimpan segala sesuatu yang berkaitan dengan benda-benda seni atau bersejarah, 6 Rumah adat luas ± 165 m
″ rumah contoh, 7 Panggung terbuka luas bangunan ± 355 m
″ , sebagai sarana
fasilitas pertunjukan, untuk menampung kegiatan seperti kesenian, musik dan tari, 8 Ruang terbuka, plasa sebagai sarana untuk kegiatan latihan menari,
71
pencak silat dan untuk menonton pertunjukan pagelaran dan untuk kegiatan, pengajian bersama, latihan tari atau kegiatan lain. 9 Darmaga pemancingan
sebagai sarana wisata air, tarif naik perahu sebesar Rp. 5.000, perorang, bangku- bangku tama n, dan jumlah perahu ± 10 buah perahu. 10 Bangku-bangku,
sebagai tempat beristirahat dan menikmati keadaan visual danau, 11 Mussolla, tempat beribadah bagi para pengunjung, 12 Lampu penerangan, sebagai
penerangan pada malam hari, 13 Toilet, belum tersedia toilet secara layak, 14 Kioswarung-warung, berada di areal di tepi danau. Gambar 30 tersaji fasilitas
penunjang wisata rekreatif.
Gambar 30 Fasilitas Wisata di Kawasan, a Fasilitas Loket Pembayaran, b Fasilitas Wisata Air.
Sirkulasi pada Kawasan
Jalur sirkulasi dalam kawasan menuju pusat aktivitas wisata mempergunakan jalan aspal dan jalan coneblok. Jalan dalam kawasan saat ini
merupakan jalan lingkungan perkampungan setu Babakan dengan panjang jalan aspal 1.500 meter dan lebar jalan 3 meter dan jalan conblok panjang jalan 250
meter. Jalan tanah dengan lebar jalan 1.5–2 meter, panjang jalan 300 meter dan
jalan kerikilkrakalplesteran sebagai jalan lingkungan 210 meter. Proses
terjadinya jalan diawali jalan setapak yang tidak beraturan kejalan perkerasan berjalan secara alamiah, sehingga banyak persimpangan dan jalan buntu. Sirkulasi
wisata diawali dari pintu gerbang sipitung. menuju lahan parkir langsung masuk area wisata, dimana tempat plasa dan akhirnya menyebar kearah danau atau ke
daerah permukiman dan kebun penduduk. Area jalan sepanjang tepi danau, a
b
72
kawasan paling aktif dipergunakan untuk duduk-duduk, memancing dan menikmati visual danau. Pada sisi tepi danau terdapat warung-warung sebagai
tempat pembibitan tanaman buah-buahan mangga, belimbing, durian dan tanaman hiasnursery palem, balanceng, lidah
mertua, serta ditanami dengan tanaman langka sawo durian, buni. Pintu gerbang kawasan terdiri atas 2 dua buah yaitu:
1 Dua buah Pintu Gerbang Utama berada di sebelah barat lokasi. Pertimbang letak pintu gerbang utama karena datangnya pengunjung potensial dari arah
timur. Pintu gerbang Si Pitung sudah terbangun di sisi sebelah barat. Posisi ini tampaknya belum terintegrasi dengan rencana pengembangan
kawasan dan jalan Moh Kahfi II pada sisi sebelah timur sungai, sehingga
kemungkinan akan terkena pelebaran jalan. Posisi ini tampaknya belum
terintegrasi dengan rencana pengembangan kawasan dan jalan Moh Kahfi II pada sisi sebelah timur sungai, sehingga kemungkinan akan terkena pelebaran
jalan. 2 Pintu gerbang kedua terletak di sebelah Timur sebagai pintu alternatif keluar
pada jalan Srengseng Sawah. Penempatan pintu gerbang ini hanya untuk motor, mobil parkir, serta pangkalan ojek.
Letak pintu gerbang cukup jelas, saat ini hanya satu pintu masuk dari arah jalan Moh Kahfi II sehingga menyulitkan bagi pengunjung untuk mencapai lokasi.
Untuk keamanan dalam kawasan inti terdapat pintu penghubung, sebagai tindakan keamanan pada saat malam hari Gambar 31.
Gambar 31 Pintu Gerbang, a Si Pitung, b Penghubung a
b
73
Gambar 32 Peta Sirkulasi di Kawasan hal 73
74
Persepsi Masyarakat
Sikap terbuka sebagai filosofi dari masyarakat Betawi pada umumnya hidup untuk akhirat dan bersikap terbuka disertai kesediaan memahami terhadap
para pendatang. Kesan bersahabat merupakan kekuatan dan ikut berperan serta bagi kelangsungan sejumlah program yang dikembangkan di kawasan.
Persepsi penduduk dalam kawasan terhadap pengembangan kawasan Perkampungan Budaya Betawi jawaban diambil dari responden penduduk yang
terdiri dari Betawi asli, penduduk campuran dan pendatang. Jawaban kuiseoner yang digunakan responden berasal dari ambil dari responden 100 responden
terdiri dari 45 laki- laki dan 55 perempuan dengan berbagai kriteria responden usia 15- 40 tahun, dari berbagai profesi pekerjaan Tabel 15.
Tabel 15 Kriteria Usia Responden
Responden No
Jenis Responden Jumlah
Persen
A. Usia
1 15-20
16 16
3 21-25
38 38
3 26-30
15 15
4 31-35
9 9
5 36-40
11 11
6 40
11 11
B Pendidikan
12 SLTP
14 14
13 SLTA
50 50
14 PT
15 15
15 DLL madrasah, ketrampilan.
21 21
C Pekerjaan
16 Pegawai Negeri
13 13
17 ABRI
2 2
18 Pegawai Swasta
14 14
19 Pedagang
8 8
20 Mahasiswa
15 15
21 Pelajar
43 43
22 Lain-lain
5 5
Hasil evaluasi responden terhadap pengembangan kawasan terlihat 95.5 responden penduduk asli menerima, sedangkan yang bersikap menolak sebanyak
4.5 . Untuk masyarakat pendatangcampuran yang menerima sebanyak 89.7 , menolak 10.6 dan abstain 9.7 Tabel 16.
75
Tabel 16 Persepsi Penduduk Betawi dalam Kawasan Terhadap Pengembangan Kawasan sebagai Perkampungan Budaya
Persepsi Terhadap PBB Betawi
Non Betawi
Tidak menjawababstain 0.7
Setuju 95.5
89.7 Menolak
4.5 10.6
Jumlah 100.0
100.0
Persepsi pengunjung 100 orang responden pengunjung terhadap pengembangan kawasan sebagai Perkampungan Budaya Betawi dan sebagai
tujua n wisata budaya terlihat dari 75 responden pengunjung setuju, sedangkan yang bersikap tidak setuju 17 dan
abstain 8 Tabel 17.
Tabel 17 Persepsi Pengunjung Terhadap Pengembangan Kawasan
No Persepsi Pengunjung
Jumlah
1. Setuju lingkungan dijadikan kawasan wisata budaya
75 2.
Tidak Setuju 17
3. Abstaintidak menjawab
8 Jumlah
100
Harapan masyarakat agar kawasan dapat segera berkembang sebagai petensi terbesar bagi pengembangan kawasan. Hal ini dikarenakan komunitas
Betawi di kawasan sudah semakin terdesak dan dikhawatirkarn akan kehilangan indentitas komunitasnya.
Analisis Tata Ruang
Penggunaan lahan di kawasan Perkamoungan Budaya Betawi, untuk rekreasi dan permukiman sesuai dengan rencana tata ruang. Evaluasi tata guna la han
Perkampungan Budaya Betawi khususnya dalam penggunaanya sebagai tempat permukiman bangunan dan rekreasi.
Analisis Kesesuaian Lahan
Penilaian kesesuain lahan dilakukan untuk menentukan kelas kesesuaian dari tingkat tertinggi sesuai S
1
, tingkat sedang kelas kurang sesuai S
2
sampai dengan yang terrendah tidak sesuai S
3
dari tata guna lahan di kawasan. Penilaian
76
kesesuaian meliputi topografi, tekstur tanah, air tanah dalam, sigma tanah, permeabilitas, kepekaan erosi, drainase dan banjir tanpa genangan. Kesesuaain
peruntukan lahan tersaji pada Tabel 18, sedangkan peta tata guna lahan tersaji pada Gambar 33.
Tabel 18 Kesesuaian Lahan Secara Aktual dan Potensial
No. Standar Faktor Penentu
Jenis Perbaikan
saran Kelas
Kesesuaian Lahan Aktual
Kelas Kesesuain
Lahan Potensial
1. -Altitude m dpl
-Altitude 25 m dpl
- -Baik
-Baik 2.
-Topografi 8-15 -Perbedaan
kemiringan 1 -Topografi
8-15 1,2 m agak miring
bergelombang -Perbedaan
kemiringan 1
± 54 -
± 56 cm
-Perbedaan kemiringan
cukup baik -Sedikit
rekayasa -Baik
-Baik -Baik
-Baik
3. -Tekstur halus
1- 2 m -Tanah
Sl, fsl, vfsl, l, sil -Tekstur tanah
halus t
1,
1-2 mm -Tanah liat
-Rekayasa utk
sirkulasi -Sedikit
rekayasa -Sedang
-Sedang -Baik
-Baik
4. -Air Tanah Dalam
50 – 75 m -Air tanah dalam
140 m -Air tanah sedang
40-140 m -Air tanah
dangkal 10 m 40 m
musim kemarau -Perlu
rekayasa -Sumur
artesis -8 m, perlu
saluran PDAM
-Buruk -Buruk
-Baik -Baik
-Baik -Baik
5. -Sigma tanah
0.6-0.8 kgcm
2
-KLB 0.4 -Sigma tanah
0.6 – 0.8 kgcm², Untuk 3 – 4 lantai,
KLB 0.3 -Pondasi bt
kali utk 1-2 lt
-Pondasi cor plat utk
3 - 4 lantai -Baik
-Baik -Baik
-Baik
6. -Permebilitas
-Sangat cepat -Sangat lambat
-0.5-2.0 cmjam -Permeabilitas
lambat run off Agak lambat
-1-2 0 cmjam -Agak lambat
-Perlu resapan
-Sedang -Buruk
-Sedang -Sedang
7. -Kepekaan erosi
Besar -Kepekaan erosi
Kecil eo -Tanpa erosi
-Baik -Baik
8. -Drainase d1
-Banjir -Drainase kurang
memadai -Tanpa
-Perlu drainase
-Sedang -Baik
-Baik -Baik
9. -Banjir dan
tergenang,musiman -Tergenang,
sementara -Utilitas
lingkungan -Sedang
-Baik
77
Kesesuaian lahan secara umum untuk penggunaan lahan termasuk dalam klasifikasi sedang dan cenderung baik dengan permeabilitas buruk-sedang sedikit
77
menggenang sementara sehingga diperlukan sedikit rekayasa agar lebih baik Hasil evaluasi tersebut menunjukkan bahwa kawasan ini memilki kelas kesesuaian
lahan secara aktual baik untuk pengembangan wisata maupun permukiman. Rekayasa dilakukan hanya untuk pematangan tanah dan perbaikan sistem drainase
dan utilitas lingkungan. Evaluasi tata guna lahan untuk permukiman dengan menggunakan sumber
Harjowigeno et, al 1999 a secara umum adalah sesuai berdasarkan kreteria kesesuaian lahan untuk permukiman, 1 tekstur tanah sesuai untuk katagori kelas
alluvial coklat, dan lahan permukiman masih membutuhkan upaya rekayasa terutama untuk infrastuktur jalan, walaupun secara umum kondisi tekstur tanah
baik, 2 tapak tanpa bahaya banjir dengan kriteria baik walaupun sedikit menggenang dan permeabilitas tergolong lambat-sedang perlu perbaikan drainase,
3 Kemiringan lereng 8 dengan katagori baik, sehingga kawasan dalam katagori kurang-cukup untuk dikembangkan, 4 Kedalaman batuan buruk pada
kedalaman kurang dari 50-100 cm. Selanjutnya penilaian kesesuaian tata guna lahan untuk area permukiman
bangunan 2 lantai, ter
bagi dalam 3 katagori yaitu: 1 katagori sesuai meliputi, a topografi kawasan dengan kondisi rata, agak
bergelombang kelerangan 8 b latosol coklat kemerahan, tekstur halus dan dataran vulkan datar agak berombak dengan bahan induk tuff vulkan
intermedier dengan kelas unifled 50-100 cm, c tanpa bahaya banjir, d batu di permukaan tanah 5 . Maka area yang terpetakan sesuai untuk permukiman
dan sebagai area konservasi perkampungan budaya Betawi. Terutama pada area yang paling banyak penduduk asli dapat dianggap sebagai inti untuk
dikembangkan. 2 katagori kurang sesuai meliputi area rawaempang ditumbuhi oleh tanaman
air seperti eceng gondok dan ruanglahan kosong ditumbuhi vegetasi khas kawasan melinjo, rambutan, jambu air, kecapi. Jenis tanah terdiri dari latosol
coklat kemerahan dengan tekstur halus, dataran vulkanagak bergelombang dan dataran vulkan bergelombang dengan bahan induk tuff vulkan intermedir
dengan drainase baik dengan permeabilitas buruk sampai sedang. Berdasarkan kondisi tapak dan ketentuan standar yang ada Harjowigeno, at al l983, area
78
Gambar 33 Peta Guna Lahan hal 78
79
dalam katagori kurang sesuai luas dari kemiringan lahan, dan dikarenakan pada area ini terlala banmyak rekayasa yang harus dilakukan.
3 katagori tidak sesuai karena pada area terdapat fasilitas umum sekolah SD, fasilitas sosial, asrama panti asuhan dan rumah sakit. Ruang Terbuka Hijau
lahan kosong, kebun dan area pekarangan, setu, makam, kebun, danau, empang. Hidrologi kawasan dalam katagori sedang-baik Jenis tanah alluvial
coklat dengan tekstur tanah agak halus teras sungaimelandai dan terbuat dari endapan liat dan pasir, banyaknya empangrawa sebagai ternak ikan..Ditinjau
dari fungsi area ini sebagai area konservasi ekologis. Lampiran 6 menyajikan evaluasi kesesuaian lahan permukiman dan selanjutnya terpetakan pada
Gambar 34. Hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk rekreasi menggunakan Harjowigeno et,
al 1999 b, secara umum meliputi tiga katagori meliputi, 1 sesuai, 2 kurang
sesuai dan 3 tidak sesuai. Ketiga katagori evaluasi lahan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1 katagori sesuai untuk rekreasi karena area ini masih dapat dikembangkan untuk rekreasi dan mudah dalam pencapaian. Keberadaan dua setu
Babakan dan Mangga Bolong dapat diakomodir sebagai area wisata air. Sedangkan drainase kawasan adalah baik, jenis tanah dan
?
sigma tanah cukup mendukung tanpa hambatan.
Berkountur dengan dataran vulkan agak bergelombang tekstur tanah halus. Permeabilitas sedang sampai baik, tanpa banjirgenangan.
Berkountur dengan dataran vulkan agak bergelombang tekstur tanah halus. Permeabilitas sedang sampai baik, tanpa banjirgenangan.
2 katagori kurang sesuai, karena terdapat ruang terbuka hijau yang tidak dapat dimanfaatkan untuk bangunan rekreasi makam, empang, out let
danau, dan terdapat bangunan fasilitas umum dan fasilitas sosial asrama ABRI dan panti asuhan, sekolah sehingga kurang sesuai untuk rekreasi.
Jenis tanah cukup mendukung serta drainase kawasan tanpa hambatan hidrologi, dengan kondisi kountur agak rendah.
rekreasi rekreasi alam maupun rekreasi budaya. Ditunjang oleh ketidak sesuaian dengan kedalaman air tanah kurang dari 100 m, drainase kurang
80
Gambar 34 Peta Kesesuaian Lahan untuk Permukiman
81
baik, bahaya banyir tidak pernah dalam artian tetgenang sesaat dan permeabilitas lambat-sedang, kelerengan 8-15.
3 Tekstur tanah, maksimum liat gembur, lapisan besi dan jenuh memadas
sel, Sc, ls, c. Untuk tanah permukaan katagori sedang. Kedalaman batuan cenderung sedang, karena
kurang dari 50 dan tekstur tanah permukaan Liat, lempung berpasir, liat sl, fsl, c.
Menurut Simonds l983, tapak yang paling ideal untuk penggunaan aktivitas tertentu adalah paling sedikit di modifikasi dan paling banyak memenuhi syarat
dalam penggunaannya. Hasil evaluasi tersaji pada Lampiran 7 dan 8. Kesesuaian lahan untuk rekreasi disajikan pada Gambar 35.
Analisis Kesesuaian Master Plan 2010
Kesesuaian master plan Perkampungan Budaya Betawi secara umum terhadap peruntukan dan fungsi kawasan adalah sesuai dengan RUTRW
kecamatan Jagakarsa dan Kotamadya Jakarta Selatan tahun 2005 Dinas tata kota DKI Jakarta 2005 yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah DKI dan Kep.
Gubernur DKI Jakarta dan RUTR Tahun 2005 Gambar 36. Master plan
2010 kawasan Perkampungan Budaya Betawi dibuat oleh Pemda DKI Jakarta dengan Bintal dan Lamtek Universitas Indonesia dengan luas
area ± 165 ha serta pemanfaatan lahan sebagai fasilitas umum, fasilitas sosial, ruang terbuka, prasarana jalan 64.300 ha dan luas danau 35 ha. Penggunaan lahan
permukiman masyarakat sebesar ± 101 ha, sebagai ruang terbangun dengan peraturan serta kebijakan yang ada KDB, KLD dan GSJ.
Evaluasi kesesuaian lahan untuk masterplan dilakukan berdasarkan 3 pertimbangan: 1 Kesesuiaan lahan, 2 Fungsi kawasan sebagai daerah resapan
air perbandingan Ruang terbangun dan RTH, 3 Fungsi kawasan sebagai kawasan pelestarian budaya Betawi. Ketiga hasil tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut: 1 Kesesuaian lahan dinyatakan dalam tiga katagori tiga sesuai, kurang sesuai
dan tidak sesuai, untuk penataan permukiman maupun rekreasi. Penataan masterplan
2010 secara umum dinyatakan dalam 3 katagori yaitu:
82
Gambar 35 Peta Kesesuaian Lahan untuk Rekreasi hal 82
83
Katagori sesuai, ditinjau dari topografi dengan kelerangankemiringan
cenderung datar 0-8 pada sebagian area, sedangkan pada bagian lain dengan perbedaan 1 dengan sedikit rekayasa. Untuk jenis tanah.adalah
latosol coklat kemerahan dan tekstur tanah halus pada sebagian area, dengan fisiografibentuk wilayah dataran volkandatar agak berombak, sehingga
memerlukan sedikit rekayasa. Kedalaman batuan tanah dalam katagori baik, serta dengan kelas unifled lapisan paling tebal sedang sampai baik.
Sedangkan tekstur tanah Sl, fsl, vsfsl, l, sil halus dan kadang berliat sehingga perlu rekayasa terutama pada fasilitas jalan. Sikma tanah cukup
mendukung untuk bangunan sesuai dengan ketentuan standar Ditinjau dari hidrologi, permeabilitas dalam katagori baik, kawasan tanpa
banjir tidak pernah, hanya genangan sementara, karena kondisi tana h yang kurang baik daya absorpsinya.
Katagori kurang sesuai, ditinjau dari topografi pada sebagian area terlihat
perbedaan luas kemiringan lereng dan fisiografi bentuk wilayah sedikit agak cenderung kurang datarbergelombang dengan perbedaan luas kelerengan
pada sebagian area..Sedangkan apabila ditinjau dari jenis tanah latosol coklat kemerahan dengan kondisi tekstur tanah baik, dan kedalaman permukaan air
tanah serta hamparan batuan keadaan tanah cukup sampai baik sehingga tanah cukup baik untuk banguna n.
Kondisi hidrologi, permeabilitas cukup baik, daya absorpsi cukup pada sebagian area dan pada sebagian lainnya agak kurang cepat, sehingga terjadi
sedikit genangan, tetapi tanpa banjir, drainase buruk sampai sedang. Katagori tidak
sesuai, karena kond isi topografi dengan luas kemiringan lereng dengan fisiografibentuk wilayah datar dan pada sebagian area lainnya
terdapat perbedaan tinggi pada sebagian area, sehingga tidak sesuai untuk permukimanbangunan karena banyak diperlukan rekayasa. Selain luas dan
kemiringan lereng sehingga drainase kurang, dan kedalaman hamparan batu 75 cm. Ditinjau dari kondisi tanah, pada sebagian area kondisi tanah,
kedalaman permukaan air tanah dan hamparan batuan keadaan tanah sedang- sampai baik sehingga tanah cukup baik untuk bangunan.
84
Gambar 36 Master plan Perkampungan
Budaya Betawi hal 84
85
Ditinjau dari kondisi hidrologi, permeabilitas buruk-cukup, daya absorpsi cukup pada sebagian area dan pada sebagian lainnya agak kurang cepat,
sehingga terjadi sedikit genangan, tetapi tanpa banjir, sehingga diperlukan sistem drainase untuk perbaikan dari sistem hidrologi kawasan.
2 Fungsi kawasan sebagai daerah resapan air perbandingan Ruang terbangun dan RTH
Penggunaan lahan terbangun terdiri permukiman dan 46.73 , kawasan hijau 26.19, fasilitas umum dan sosial 5.10, sedangkan yang tidak
terbangun tanah kosong, makam, rawaempang 12.05 dan badan air 9.93. Proporsi ruang terbuka hijau RTH, danau, makam, kebun,
pekarangan dan rawaempang, terpenuhi dengan ketentuan Koefisien Dasar Bangunan dengan ketentuan areal terbangun sebesar 20 dari luas tapak yang
ada setiap kaplingpekarangan milik warga. Dengan demikian, perbandngan luas ruang tidak terbangun dan Ruang Terbuka Hijau RTH adalah 63.57 :
36.43 . 3 Fungsi kawasan sebagai kawasan pelestarian budaya Betawi, ditinjau dari
sumberdaya alam dan sumberdaya budaya. Sumberdaya alam dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin sesuai dengan karakter lanskap itu
sendiri seperti: pola lanskap, pola permukiman, pola pekarangan, danau dan vegetasi serta fauna dan arsitektur bangunan. Sedangkan sumber daya budaya
aktivitas budaya berkaitan dengan siklus hidup manusia, aktivitas budaya berkaitan dengan adat kebiasaan hidup sehari- hari, aktivitas budaya berkaitan
dengan hari- hari besar Islam. Selain kedua sumberdaya tersebut dapat ditambahkan dengan kegiatan lain sebagai pendukung aktivitas rekreasi
sehingga tujuan utama dari fungsi kawasan dapat tercapai. Pada peta perencanaan master plan nampak bahwa kekuatan sumberdaya-
sumberdaya alam dan budaya tidak dimunculkan dengan jelas atau dengan kata lain, kurang memanfaatkan sumberdaya yang ada lanskap permukiman,
vegetasi, arsitektur. Sebagai contoh permukiman penduduk yang dapat dijadikan sebagai daerah inti untuk fokus pelestarian budaya tidak muncul
secara sepesifik. Seharusnya area permukiman inti ditetapkan pengembangan
terbatas dalam rambu-rambu kebijakan dan peraturan sehingga tetap terjaga
86
ekosistemnya. Penerapan pola pekaranga n pedesaan yang asri dan ditanami tanaman untuk konsumsi rumah tangga atau dijadikan nursery.
Area rekreasi dipusatkan pada area yang mudah untuk dikembangkan dan mengelompok, area dapat dianggap sesuai dengan analisis peruntukan lahan
rekreasi. Tetapi keputusan Pemda menjadikan danau setu sebagai core inti dan daya tarik utama dari kawasan wisata ini, adalah kebijakan yang kurang
tepat, karena danau akan tercemar sehingga dapat menurunkan kualitas dan kuantitas air danau ekosistem ikan danau terganggu.
Pembangunan permukiman baru dan area rekreasi serta area bisnis harus dapat mengakomodir dengan keinginan masyarakat. Hal ini untuk menghindari
timbulnya konflik dengan masyarakat yang bermukim di permukiman ini, penduduk asli maupun pendatang karena berdasarkan survei, masyarakat yang
telah bermukim lama berharap tetap dipertahankan keberadaannya. Sedangkan kaum pendatang yang mendiamimemiliki bangunan semi permanen, mereka
menuntut ganti rugi jika diharuskan untuk meninggalkan pindah. Untuk itu
master plan tersebut perlu ditinjau kembali dengan lebih mempertimbangkan
kepentingan masyarakat dan tujuan utama, dalam upaya konservasi lingkungan dengan fungsi utama sebagai kawasan pelestarian budaya Betawi dan daerah
resapan air bagi area sekitarnya Jakarta. Diharapkan seluruh zona kegiatan yang ada dikawasan secara terintregrasi agar fungsi kawasan dapat diterapkan tetap
lestari secara berkelanjutan.
Potensi Lanskap Budaya
Lanskap budaya adalah lanskap dengan keunikan dan mempunyai karakter khusus yang terbentuk dari hasil interaksi manusia dengan aktivitas budayanya
pada lanskap alaminya. Pada kawasan, lanskap budaya yang mempunyai keunikan dan berpotensi untuk pelestarian dan pengembangan budaya Betawi adalah
lanskap permukiman dengan dominasi penduduk asli Betawi, yaitu terutama di RW 08. Potensi penduduk pada RW tersebut karena kebiasaan hidupan
kesehariannya masih melakukan aktivitas tata cara hidup adat istiadat yang dilakukan masyarakat dengan kesadaran diantara mereka.
87
Pada lanskap permukiman ini terdapat pola permukiman Betawi yang masih khas kawasan Setu Babakan yaitu pola ruang luar dengan rumah-rumah
yang berjajar sepanjang jalan, dan pola bagian dalam dengan letak rumah saling berdekatan atau berdesakkan. Kekhasan sebagian bentuk rumah-rumah yang
masih dominan dengan arsitektur Betawi merupakan daya tarik, karena pada rumah-rumah tersebut juga masih mempunyai pekarangan dengan pola dan
vegetasi khas Betawi kawasan Setu Babakan. Setu Babakan danau juga merupakan bagian integral dari lanskap budaya Betawi di kawasan ini, karena
merupakan tempat mata pencaharian selain kebun buah dan nursery bagi sebagian penduduk.
Potensi-potensi kawasan terdiri beberapa aktivitas yaitu: 1 aktivitas kehidupan sehari- hari, 2 berkaitan dengan mata pencaharian, 3 berkaitan upacara adat, 4
berkaitan dengan kesenian. Aktivitas-aktivitas tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut:
1 Aktivitas berkaitan dengan kehidupan
Potensi aktivitas kegiatan sehari- hari, merupakan potensi yang paling menonjol. karena hampir sebagian besar 75 masyarakat di kawasan ini
adalah enis Betawi dan hidup sebagai petani kebun, pekarangan, danau. Sehingga kegiatan diawali pada pekarangan sebagai bagian dari aktivitas
sehari- hari mereka. Karena pekarangan pada umumnya ditanami dengan kebutuhan sehari- hari seperti tanaman bumbu, sayuran dan buah-buahan
dan memelihara ternak. Hal ini juga di tambahkan Jayadinata 1992 bahwa pekarangan tradisional yang ada di pulau Jawa ini memiliki
beberapa fungsi, seperti makam, kandang ternak, kolam ikan, tempat pembakaran sampah, kamar mandi, sumur, kandang ternak, empang, dan
tempat menjemur pakaian serta kegiatan lain. Masyarakat di Setu Babakan asli, campuran sebagai pemeluk agama
Islam terutama pada RW 08 sehingga tata cara adat kebiasaan hidup sehari- hari mereka berdasarkan dengan ajaran agama
Keberlangsungan budaya Betawi yang didominasi oleh ajaran Islam, sanggup bertahan dan berkembang tidak terbatas pada masyarakat Setu
88
Babakan-Srengseng Sawah, tetapi juga warga masyarakat DKI Jakarta umumnya, serta Bogor, Tanggerang, Bekasi.
2 Aktivitas berkaitan dengan mata pencaharian.
Potensi vegetasi yang tumbuh dengan berbagai jenis tanaman khas kawasan terutama buah-buahan seperti; melinjo, rambutan, belimbing, dan
rambutan ya ng diproses sebagai hasil industri rumah tangga home industry
. Hasil prosesing industri rumah tangga sirop belimbing, bir pletok dan pembuatan dodol. Kendala yang ada saat ini masyarakat di
kawasan sudah beralih dari tanaman buah bermusim mangga, rambutan, dzn durian menjadi tanaman buah tanpa musim belimbing, jambu biji,
jambu air, pisang, sawo, nangka. Potensi kerajinan tangan sebagai hasil dari home industry dapat lebih
dikembangkan lagi. Pemanfaatan danau yang indah sebagai tempat mencari mata pencaharian penduduk dengan memanfaatkannya sebagai
area wisata selain sebagai fungsi utama dengan aktivitas wisata penyewaan sepeda air dan, pemancingan, ngubak empang serta kegiatan wisata
lainnya dapat dikemas agar lebih menarik .
3 Aktivitas berkaitan dengan upacara adat
Kegiatan yang berkaitan tata cara adat sebagai sesuatu yang sakral dalam masyarakat Betawi meliputi: kelahiran, sunatan, pernikahan dan kematian.
Sedangkan yang menyangkut dengan kehidupan sehari-hari pengajian, tamat qur’an, dan nyahi perlu lebih digali lagi sebagai potensi budaya
Karena menurut Syafwandi l996 kebudayaan adat istiadat, norma dan nilai, harus tetap ada dalam kehidupan suatu masyarakat karena
kebudayaan merupakan identitas dan potensi serta bukti bagi keberadaan masyarakat Betawi. Kebudayaan dapat terlihat dari bentukannya: a
gagasan, b perilaku dan c benda. Keadaan terburuk adalah hilang dan musnahnya kebudayaan, lebih jauh lagi hanya menjadi dokumentasi saja
dalam museum Muttaqin l996.
4 Aktivitas berkaitan dengan kesenian
Berkaitan dengan kesenian musik dan tari serta, keseharian dari komunitas Betawi tidak terlepas dari kesenian yang mewarnai setiap
89
kegiatan upacara adat baik sebagai pengiring ataupun sebagai bagian pokok dari acara tersebut.
Dapat ditambahkan pula permainan rakyat dianggap pantas untuk dijadikan potensi kawasan. Permainan tradisional yang membutuhan ruang terbuka karena
dilakukan di luar ruang kecuali congklak dilakukan dalam ruang. Jenis permainan yang diupayakan untuk disosialisasikan kembali melalui;
1 Berbagai perlombaan, secara berkala misalnya dalam rangka hari- hari besar, ulang tahun kemedekaan atau hari jadi kota Jakarta,
2 Penyediaan ruang-ruang dan fasilitas tersebut bertujuan untuk menjaga kelestarian kawasan serta dapat dipergunakan sebagai tempat atraksi bagi
pengunjung kawasan wisata budaya, 3 Keberadaan ruang-ruang sosial diperuntukan bagi para pendukung
kebudayaan Betawi, 4 Kesenian musik Betawi dalam atraksinya sebagai hiburan pengiring pada
upacara adat. Konsep dasar dalam perencanaan tata ruang yang dilengkapi fasilitas pendukung
dengan karakteristik khusus kawasan baik bio fisik maupun fisiknya. Ciri-ciri bentukan fisik bangunan dan fasilitas, serta alami dengan segala kekhasan
kawasan yang menggambarkan suasana kehidupan, kesenian, budaya Betawi yang dapat menjembatani masa lalu dengan masa kini
Lampiran 10. Faktor-faktor kendala yang ada pada kawasan, secara umum saat ini adalah
pengelolaan. Kawasan belum mempunyai sarana serta prasarana yang memadai dan belum terkelola dengan baik. Selain itu terlalu banyak pihak terkait dalam
pengelolaannya, dan kurang adanya koordinasi. Kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya dana serta dinas yang terlibat, belum menjalankan tugasnya
dengan baik. Belum terstrukturnya seluruh kegiatan pengelolaan, sehingga mengakibatkan belum optimalnya fungsi kawasan. Re-strukturisasi sebagai
merupakan langkah awal dalam mengatasi pengelolaan di kawasan. Sedangkan kendala-kendala yang ada adalah sebagai berikut:
1 Perkembangan penduduk yang sulit dibendung hal ini semua karena desakkan ekonomi masyarakat terutama Betawi khususnya. Sehingga
terjadilah jual beli lahan sesuai dengan kebutuhan pembeli dan penjual.
90
2 Perubahan pola permukiman tidak dapat dihindari, terutama rumah-rumah pada bagian luar rumah-rumah yang berjajar menghadap ke jalan utama
dan jalan lingkungan sekunder. Sedangkan pada bagian dalam hanya sebagian kecil saja rumah-rumah yang masih mempunyai pola
bergerombolmengelompok dengan rumah menghadap ruang terbuka kebun.
3 Seiring dengan berjalannya waktu terjadi perubahan dari pola permukiman tradisional ke pola tanpa pekarangan yang cenderung tidak memiliki
pekarangan yang cukup luas, terutama untuk pola bagian luar, tetapi masih ada beberapa pekarangan terutama pada bagian dalam. Sehingga akibatnya
masyarakat khususnya Betawi kurang peduli untuk membuat rumah dengan pola pekarangan tradisional Betawi yang memiliki pembagian
ruang tertentu. Pada saat ini karakter kawasan yang ditampilkan masih jauh dari yang
diharapkan dan sebagian besar rumah penduduk sudah tidak mempunyai pekarangan yang cukup luas. Seharusnya pola pekarangan di Setu
Babakan masih dipengaruhi oleh pola pekarangan tradisional yang ada di pulau Jawa dan pekarangan juga memiliki beberapa fungsi, seperti makam,
kolam ikan, tempat pembakaran sampah, kamar mandi, sumur, kandang ternak, empang, dan tempat menjemur pakaian serta kegiatan lain.
4 Pergeseran paradigma di bidang pariwisata dan konservasi, sehingga terbuka peluang lebih besar untuk pengembangan kawasan sebagai
kawasan wisata. Budaya dengan kriteria-kriteria yang harus lebih disesuaikan lagi dengan standar sebagai kawasan wisata budaya. Di dalam
Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang konservasi Sumber Daya Alam hayati dan Ekosistemnya. Kawasan Pelestarian Alam selain
mempunyai fungsi utama untuk perlindungan dan pengawetan, dapat dimanfaatkan untuk kepentingan wisata dan rekreasi. Karena saat kini
kawasan belum terlindungi sebagai kawasan Perkampungan Budaya Betawi dengan Undang- undang maupun peraturan yang tegas, untuk
keberlanjutan kawasan kelak. 5 Kondisi air danau yang tercemar oleh banyaknya Keramba Jaring Apung,
91
walaupun saat ini sudah dibatasi 40 KJA, serta tidak terawatnya danau karena sebagian masyarakat membuang sampah cair maupun padat.
Potensi Lanskap sebagai Penyangga Sistem Ekologi
Kawasan Perkampungan Budaya Betawi merupakan lahan daratan dengan sebagian wilayah berupa rawa, ruang terbuka dan dua setu yang besar
Potensi lanskap Perkampungan Budaya Betawi sebagai penyangga kawasan mempunyai nilai penting sebagai lahan produktif dengan media aktivitas
kehidupan dan budaya serta masyarakatnya. Kualitas alam merupakan sumberdaya alam dan kesimbangan serta keragaman vegetasi, yang ditunjang
dengan keberadaan danau sebagai tadah air konservasi airresapan air sehingga memerlukan perlindungan dan dilestarikan agar tetap berkelanjutan.
Konservasi ekologi adalah salah satu cara untuk menyelamatkan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan dengan tetap mempertahankan kondisi
awal yang memanfaatkan ruang terbuka, empangrawa pekarangankebun, dengan memperhitungkan daur materi, energi dan aspek ruang space.
Potensi kawasan sebagai penyangga ekologi identik dengan memeliharamengelola yang berarti pemakaian secara bijak seluruh sumber daya
alami maupun buatan dapat memenuhi kebutuhan kita kelak Soejoko 2000. Sedangkan pengelolaan dalam arti sempit adalah, mengacu pada mempertahankan
lingkungan dan bangunan atau kelompok-kelompok disekitarnya. Menurut Undang-Undang No.24 Tahun 1992 tentang penataan ruang, kawasan terbagi
dalam kawasan lindung non budidaya dan kawasan budi daya. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian
hidup yang mencakup sumberdaya alam dan buatan. Kawasan Perkampungan Budaya Betawi diusulkan untuk dilindungi
kelestariannya, khususnya lanskap permukiman yang mencakup elemen lanskap pekarangan dan vegetasi, setudanau dengan menjaga kualitas sumber daya alam
dan budaya serta memberdayakan potensi yang dimiliki sehingga tercapai pemanfaatan terbaik dan berkelanjutan. Dapat ditambahkan juga bahwa
konservasi kawasan adalah proses pengelolaan suatu kawasan guna mempertahankan nilai kulturnya Bappeda l988.
92
Potensi Ruang terbuka hijau adalah area yang memiliki nilai alami tinggi, khas, dan mudah rusak yang berfungsi sebagai penyangga sistem ekologi dapat
berbentuk 1 Ruang terbuka pasif yang berupa danau, rawaempang dan ruang terbuka kebun, pekarangan dan makam, sepanjang tepi danau, rumah adat, 2
Area resapan air, penghijauan, penghasil oksigen, habitat satwa, 3 Area penunjang dimungkinkan untuk aktivitas pendidikan, penelitian ilmiah, agama
religius dan wisata pasif seperti sightseeing dengan intensitas pengunjung rendah yang dimungkinkan dengan jumlah sekitar sekitar ± 15 m2 orang.
Terpeliharanya mutu lingkungan hidup dan kelestarian tetap harus dijaga dengan baik dengan cara penataan kawasan dengan berbagai jenis vegetasi sesuai fungsi
dan kebutuhan kawasan dengan tanaman khas Betawi Setu Babakan dan tanaman dan, dapat ditambahkan dengan tanaman mempunyai nilai spritual
seperti pandan wangi, kelor, sirih, hanjuang, kembang sepatu, dan soka besar, pacar.
Konsep ekologi yang diusulkan sebagai penyangga ekologi dengan pemanfaatan vegetasi dan pemeliharaan danau demi keberlanjutan lingkungan.
Perubahan pola tanam serta usaha lain, sehingga terjadi perubahan dalam interaksi antara masyarakat kawasan dengan lingkungannya.
Kawasan budidaya dengan konsep penataan vegetasi dilakukan sebagai salah satu pertimbangan kesesuaian fungsi ekologis kawasan. Untuk itu vegetasi
asli daerah sebaiknya lebih dominan dipergunakan. Selain vegetasi kawasan dapat ditambahkan dengan vegetasi lain sebagai menambah estetika lingkungan.
Menurut Carpenter, Walker, dan Lanphear, l975 vegetasi dengan bentuk, tekstur dan warna daun atau bunga yang menarik akan memberikan keindahan visual.
Selain menambah nilai estetik vegetasi ditempatkan sesuai fungsinya sebagai: 1 Pengontrol pandangan untuk menahan arahan pancaran sinar matahari,
lampu dan memantulkan sinar matahari 2 Pembatas fisik, untuk pengendali. menghalangi serta mengarahkan
pergerakan sirkulasi manusia. 3 Pengendali iklim serta dapat memberikan, a kenyamanan untuk manusia
diantarannya mengontrol radiasi dan suhu. Sehingga diperlukan vegetasi yang dapat menyerap panas dari sinar matahari, b pengendali angin,
93
diperlukan vegetasi menahan, menyerap dan mengalirkan angin, vegetasi dengan kerapatan tinggi yang mampu mengurangi kecepatan, c
pengendali suara diperlukan vegetasi yang menyerap suara bising, d
penyaring polutan, debu dan bau.
4 Pencegah erosi dalam fungsi hidrologi, vegetasi yang menyerap air jatuh pada permukaan tanah dan meneruskannya ke dalam pori-pori tanah.
Maka tanah akan menyimpan air, sehingga tidak terjadi genangan airbanjir
5 Pembangkit, mendatangkan satwa, diperlukan vegetasi yang dapat berfungsi sebagai tempat tinggal satwa dan sumber bahan makanan.
6 Penghasil, menciptakan, kesan lingkungan hidup ruang alamiah bagi manusia.
Potensi Lanskap Wisata
Secara umum wisata budaya meliputi aktivitas wisata untuk mempelajari, dan mendapatkan pengalaman serta berinteraksi dengan kehidupan masyarakat di
dalam dan di luar lingkungan hidupnya, atau aktivitas budaya dan keseniannya. Potensi wisata secara umum ditentukan oleh beberapa aspek seperti:
A Letak dan aksesibilitas
Letak kawasan Perkampungan Budaya Betawi ini di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan. Peningkatan jumlah penduduk dan
lalu lintas pada lokasi berpotensi untuk berkembang. Karena kondisi lokasi eksisting saat in masih sangat mungkin untuk dikembangkan.
Aksesibilitas ditunjang sistem transportasi dan karakter kawasan di Setu Babakan yang lebih mencakup pelayanan lokal untuk pergerakan internal, namun
demikian untuk pergerakan eksternal dari dan ke wilayah Perkampungan Budaya Betawi sangat potensial dikembangkan karena akses yang tersedia cukup baik dari
dan ke Jakarta yaitu, jalan arteri Jl. Raya Pasar Minggu dan jalan kolektor Jl. Moch Kahfi II. Hal ini ditunjang dengan tersedianya moda transportasi massal
yaitu kereta api dengan stasiun terdekat berjarak 5 km dan tersedianya akses menuju Depok-Bogor.
94
Potensi iklim suhu udara, kelembaban udara, angin, curah hujan dengan kondisi cukup nyaman sebagai kawasan wisata. Ada beberapa faktor berkaitan
dengan kenyamanan dan keamanan seperti, topografi yang dibedakan dengan kemiringan lerengnya cukup aman dan geologi serta jenis tanah turut menentukan
bagi peruntukan sarana dan prasarana infrastruktur jalan maupun bangunan. Secara umum drainase berkaitan dengan hidrologi dinyatakan dalam kondisi
cukup-baik tanpa genangan, dan dianggap cukup berpotensi sebagai area wisata. Persyaratan drainase yang sesuai dengan ketentuan terdiri dari saluran terbuka
untuk area terbuka dan tertutup untuk area yang tertutup. Air hujan yang masuk kesaluran primer dan sekunder terdiri dari; a limpasan air
permukaan dan air hujan ya ng turun akan disalurkan sesuai dengan klasifikasinya, b air mengalir berdasarkan konsep gravitasi yang timbul akibat dari kemiringan
lereng lahan, c mempertimbangkan ketinggian permukaan air tanah terhadap badan saluran.
Potensi vegetasi khas kawasan cukup beragam sedangkan untuk fauna dalam
katagori cosmopolitan dalam artian tidak terdapat fauna yang harus dilindungi. B Daya tarik obyek wisata
Kawasan wisata tidak akan berkembang apabila tidak terdapat daya tarik wisata potensial pada obyek-obyek wisata yang membuat pengunjung tertarik.
Untuk itu peningkatan karakter kawasan bercirikan khas Betawi, terdiri dari pola permukiman dan bentuk arsitektur bangunan rumah, bangunan, fasilitas sosial,
fasilitas umum dan tanaman khas kawasan, karena ciri tersebut paling mudah dikenali. Karena kehadiran obyek wisata dengan daya tarik wisata potensial akan
menghasilkan pengalaman berkualitas tinggi apabila ditopang pelayanan dan jasa pendukung yang baik. Kawasan Setu Babakan mempunyai daya tarik wisata yang
dapat dibedakan sebagai berikut: 1 Obyek wisata pola perkampungan budaya wisata budya harus dengan
syarat memiliki jalan lintas masyarakat. Terdapat pembagian ruang melalui proses pemetaan lingkungan alam secara terpadu integrated
environmental mapping dan memfasilitasi serta memadukan semua
kepentingan. Karena kawasan harus memiliki ekosistem yang tidak boleh terganggu oleh kegiatan wisata yang dapat merusak ekosistem yang ada,
95
area: permukiman, pekarangan, lahan- lahan kosong, empangrawa. Menurut Biro Bina Program potensi kawasan didukung dengan kegiatan
tata kehidupan sehari- hari dan tata cara upacara adat merupakan potensi kawasan. Karena semua kegiatan budaya masih dilakukan sesuai dengan
tahapan-tahapan yang baku dalam kehidupan masyarakat Betawi asli dan masyarakat non Betawi.
2 Obyek wisata agro wisata ekologi sebagai obyek wisata berkaitan dengan potensi tanaman buah yang terdapat di kawasan. Dalam hal ini potensi
lebih ditekankan pada lingkungannya. Berbagai aktivitas pertanian, kebun, pekarangan, kebun buah memetik buah, melihat prosesing hasil kebun
dan atau nursery milik masyarakat Betawi. Hasil kerajinan tangan serta melakukan penjualan hasil dari kegiatan tersebut. Evaluasi potensi obyek
wisata meliputi kondisi bio fisik, fisik dan akan menghasilkan kawasan cukup kuat untuk dijadikan kawasan wisata terdapat pada Tabel 19.
Tabel 19 Evaluasi Potensi Obyek Wisata
Hasil Evaluasi Jenis
Parameter Baik
Sedang Buruk
Iklim -Suhu Udara
-27 °- 32.4 °C b
-Kelembaban udara -80-90
b -Angin
270 knot b
-Hujan -778hr, daerah basah
b Topografi
-Kelerengan -Kemiringan 1-2 m 1
b Geologi
-Jenis tanah -Latosol merahBerliat
b -Permeabilitas
-Kuranglambat b
b Hidrologi
-Permebilitas -Lambat
b -Banjir
-Tanpa banjir sedikit menggenang b
VegetasiFauna -Keragaman vegetasi
-Cukup b
-Jenis fauna -Cosmopolitan
b Wisata Budaya
-Permukiman -Keunikan
b -Pola pekarangan
-Keragaman b
-Kerajinan Tangan -Keunikan
b -Tata Cara Hidup
-Keunikan b
-Drama -Keragamankeunikan
b -Tari
-Keragamankeunikan b
-Musik -Keragamankeunikan
b
96
Lanjutan Tabel 19 Evaluasi Potensi Obyek Wisata
-Pesta rakyat festifal -Keragamankeunikan
b -Produk-produk lokal
-KeragamanKeunikan b
-Seni Bangunan -KeragamanKeindahan
b
Ekologis -Kebun Buah
-Keragaman jenis buah b
-Memetik Buah -Keragaman jenis buah
b -Melihat prosesing
-Keunikan b
-Nursery -Keragaman jenis tanaman
b -Penjulan Hasil
-Keragaman hasil b
Wisata Rekreatif -Mancing
-Rekreasi b
-Menjala Ikan -Rekreasi
b
-Ngubak Empang -Rekreasi
b -Naik Perahu
-Rekreasi b
-Duduk-duduk -Rekreasi
b
3 Obyek wisata aktraktif, berkaitan dengan atraksi yang diinginkan pengunjung. Kegiatan rekreasi seperti naik perahu, memancing, ngubak
empang dan kegiatan lainnya yang bersifat rekreatif. Keberadaan fasilitas dan ruang wisata sebagai kelengkapan kawasan wisata disamping itu juga
bertujuan sebagai tempat atraksi bagi pengunjung. Kesenian musik berpotensi sebagai obyek wisata, karena kesenian musik,
tari dan drama Betawi dalam atraksinya sebagai hiburan, selain dipakai sebagai pengiring jalannya upacara adat dapat. Kesenian dalam katagori
sebagai obyek wisata rekreatif, kegiatannya dapat dilakukan di panggung terbuka dan plasaruang terbuka. Dapat ditambahkan dengan permainan
rakyat yang dikemas dengan baik sehingga menjadi salah satu potensi wisata. Kelengkapan ruang-ruang umumsosial pada area wisata sebagai
salah satu syarat yang harus dipenuhi bagi kawasan wisata.
C Fasilitas sarana dan prasarana
Pertimbangan-pertimbangan ekologis, sosial-budaya serta ekonomi juga dilakukan sehingga pemanfaatan lahan tetap lestari dan berkelanjutan.
Perkembangan kegiatan di Perkampungan Budaya Betawi sehingga memcu ekonomi wilayah. Pengembagan tersebut perlu ditunjang oleh prasaranasarana
transportasi. Prasarana dan sarana transportasi merupakan pemacu pengembangan pembangunan suatu wilayah kawasan wisata, sehingga keberadaannya perlu
97
mendapat prioritas baik dari segi kuantitatif maupun kualitatif. Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor. 167 tahun 1994 tentang Sarana dan
Prasarana. Sarana jaringan jalan merupakan potensi dari kawasan wisata. Karena sarana jaringan jalan sebagai akomodasi penghubung di dalam dan diluar kawasan
meliputi; 1 Potensi jaringan sebagai jalur sirkulasi belum ditunjang dengan
infrastruktur jalan. Selain segi geometrisnya, jalan yang tersedia belum memenuhi persyaratan.
2 Fasilitas akomodasi jaringan dengan permukaan jalan telah diperkeras dengan cone blok dan jalan pedestrian, dan terdapat jalan yang masih jalan
tanah. Potensi sistem transportasi di kawasan mencakup pelayanan lokalinternal dan regional. Sistem transportasi yang ada terdiri dari jalan,
raya, jalan rel, dan sistem angkutan umum. Sirkulasi internal adalah untuk menuju lokasi sekolah, belanja dan bekerja,
pada umumnya dengan berjalan kaki atau dengan angkutan umum ojek. Sirkulasi utama transportasi regional dari arah Depok–Bogor, dan ke
Jakarta maupun ke Bogor dapat menggunakan transportasi jalan raya maupun kereta api.
3 Potensi fasilitas pelayanan umum dan kantor seperti, fasilitas pelayanan ,informasi, administrasi, rumah adat, wisma dan mushola, toilet, tempat
sampah, dapat lebih dikembangkan lagi. 4 Potensi wisata budaya, memerlukan sarana agar kegiatan budaya yang ada
saat ini dapat berlangsung dengan baik. Potensi aktivitas budaya dapat dijadikan sebagai daya tarik bagi PBB, karena pada sebagian tertentu RW
08 masih melakukan aktivitas yang berkaitan dengan adat istiadat dan tata cara hidup seperti ngubak empang, kerja bakti, upacara pengantin, nujuh
bulan, sunatan, tamat qur’an dan aktivitas kesenian seperti tari zapin,
topeng , cokek, samrah, ondel-ondel, drama lenong Betawi, jinong, ubruk
Betawi serta seni musik gambang kromong, tanjidor, kroncong tugu,
rebana . Aktivitas kesenian saat ini sudah terjadwal cukup baik dengan
frekuensi pertunjukan minimal 1 kali dalam satu minggu. Kegiatan rutin
98
sudah terealisasi dengan baik karena ditunjang oleh fasilitas panggung dan plaza.
5 Potensi makanan dan minuman kerak telor, bieer pletok, serta kue-kue dodol, akar kelapa, kembang goyang, dan wajid kios cinderamata khas
kawasan miniatur ondel-ondel, kain sarung, sebagai potensi utama dapat di tingkatkan lagi dengan memberikan sarana dan prasarana rumah-rumah
makan dan kios –kios untuk menjual barang dagangan tersebut. 6 Potensi area parkir yang ada dikelola lebih profesional.
4 Potensi jaringan utilitas lingkungan dan drainase kawasan yang terdiri dari jaringan listrik, jaringan air minum, sistem pembuangan limbah,
memerlukan peryempurnaan lagi agar dapat berfungsi dengan baik.
D Sikap masyarakat
Sikap masyarakat yang sebagian besar penduduk asli Betawi 93.5 dan non Betawi 89.7 menyatakan mendukung pengembangan kawasan sebagai
pekarangan budaya Betawi. Hal ini dapat dipahami karena pengembangan ini terkait dengan saling menguntungkan dengan cara mengkaitkan manfaat ekonomi,
sehingga sebagian besar bersikap menerima. Dukungan masyarakat setempat akan lebih meningkat jika dilakukan pendekatan dengan pendidikan penyuluhan,
pelatihan, bagi hasil, partisipasi dalam pengambilan keputusan dan perkembamgan yang kompatibel di sekitar kawasan yang dilindungi, serta
pendekatan ases ke sumberdaya Bradon, l995. Ditambahkan pula oleh Brandon 1993 dan Wall l995 melibatkan unsur masyarakat setempat di dalam
pengembangan dan pengelolaan memerlukan kompensasi, waktu serta energi yang banyak dan kemampuan organisasi masyarakat.
Salah satu strategi pelestarian adalah menekankan pentingnya mengkaitkan kawasan yang dilindungi dengan aktivitas ekonomi masyarakat
setempat. Untuk itu dengan melibatkan masyarakat setempat dalam perencanaan dan pengelolaan adalah salah satu kebijakan yang akan diterapkan di
Perkampungan Budaya Betawi, oleh para ahli konservasi dan pengelola bagi kawasan yang dilindungi.
99
E Kebijakan dan Peraturan
Aspek legal dan peraturan diperlukan bagi pengembangan kawasan PBB didukung oleh kebijakan pemda DKI No. 6..tahun 1999 tentang Tata Ruang
Daerah Khusus Ibukota Jakarta, dan Undang-undang No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati maka Gubernur DKI mengeluarkan Surat
Keputusan No. 92 Tahun 2000 tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya
Jakarta Selatan. Keputusan-keputusan yang diperkuat Undang Undang No 23 tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup agar kawasan tetap berkelanjutan dengan
memperhatikan batasan kawasan sebagai kawasan perlindungan. Undang-undang tersebut berlaku setempat, berfungsi untuk melindungi kegiatan dan menjaga
ekosistem yang berakibat pada kerusakan fisik kawasan atau kegiatan dapat menggangu kelestarian fungsi kawasan. Kawasan perlindungan setempat meliputi,
a sekitar danauwaduk minimal ± 500 meter dari tepi danauwaduk kecuali untuk pembangunan fasilitas dermaga, b bangunan dengan konstruksi tidak permanen
untuk keperluan tempat berteduh atau fasilitas rekreasi danau boleh ditempatkan di dalam kawasan sempadan warung, bangku, darmaga pemancingan, tiang lamu-
lampu penerangan c jalan lintas bagi penguhuni sirkulasi penghuni, d areal konsentrasi vegetasi khas kawasan.
Ketentuan membangun di kawasan adalah sebesar 20 untuk Koefisien Dasar Bangunan KDB 20 dan Koefisien Lantai Bangunan KLB diizinkan 3-4
lantai, dan pengendalian kepadatan bangunan dilandaskan pada pertimbangan pelestarian lingkungan, proporsi massa bangunan terhadap bentang alam
kenampakan alam secara visual tapak peruntukan, dan kondisi serta karakteristik lahan dan karakter bangunan. Pengendalian bangunan untuk menghindari kesan
“visual pollution” dan mencegah penurunan kualitas lingkungan. Untuk itu arsitektur bangunan wajib mencerminkan cirikarakter arsitektur lokal agar terlihat
menyatu kontekstual dengan lingkungan alam dan budaya setempat.
Konsep Pengembangan Kawasan
Secara umum konsep dasar pengembangan kawasan sebagai Permukiman Budaya Betawi adalah meningkatkan harkat dan martabat warga Betawi melalui
100
penataan ruang luar dalam batas wilayah kehidupan masyarakatnya. Pengembangan kawasan berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah
RUTRW kota Jakarta khususnya DKI. Kawasan dengan prioritas sebagai area permukiman dan daerah resapan air. Pembangunan dilakukan dalam 6 tahap dari
tahun 2000-2010. Pengembangan kawasan bertujuan sebagai salah satu daerah tujuan wisata. Sedangkan faktor-faktor potensial untuk dikembangkan secara
optimal, baik secara fisik maupun sosial budaya tersaji pada Lampiran 9. Pengembangan kawasan sesuai dengan pola penggunaan lahan dan ruang lingkup
budaya Betawi dengan segala aktivitasnya. Upaya meningkatkan karakter Perkampungan Budatya Betawi dilakukan dengan
memberikan ciri yang lebih kuat, visual lanskap, vegetasi, rumah penduduk dan fasilitas pendukung yang dipergunakan sesuai ciri khas Betawi, hal ini agar dapat
lebih mengakomodasi aktivitas wisata budaya. Berdasarkan ICOMOS 2000, selain kegiatan tersebut dapat ditambahkan
potensi lain, sebagai penambah daya tarik pengunjung dengan fasilitas lain yaitu: 1 Membangun wisma domestik yang merupakan suatu alat yang penting dalam
pertukaran budaya. Karena itu konservasi budaya harus memberi kesempatan bagi masyarakat lokal dan pengunjung untuk mengalami dan memahami
warisan komunitas budayanya. 2 Merencanakan kawasan wisata dan konservasi untuk tempat-tempat wisata
budaya harus dapat menjamin bahwa pengalaman yang didapatkan pengunjung. akan berharga dan memuaskan serta menggembirakan.
3 Masyarakat asli dan penduduk yang tinggal di permukiman hendaknya dilibatkan dalam segala kegiatan perencanaan maupun pengambilan keputusan
4 Melibatkan penduduk yang ada di lingkungan kawasan untuk semua aktivitas yang menguntungkan ekonomi masyarakat.
5 Menyadarkan akan komunitas yang mempunyai eksotik budaya tinggi dan dapat dijual untuk pariwisata. Sehingga pengunjung ada kecenderungan untuk
menghabiskan waktu dan uangnya untuk mendatangi tempat-tempat tersebut. 6 Menarik para wisatawan untuk datang, sehingga harus didukung dengan
konsep wisata yang tepat
101
Pembangunan sarana permukiman dan komersil berlantai satu tidak melampaui daya dukung kawasan Peraturan No.47 Tahun l977. Garis sempadan daratan
sepanjang tepia n setu perlu diperhatikan. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah kerusakan pada bagian tepi setusungai serta tercemarnya air setusungai tersebut
oleh pembangunan kawasan dan aktivitas kehidupan. Konsep pengembangan lanskap disesuaikan dengan penyebaran vegetasi dan
ruang luar yang berkembang, berdasarkan nilai- nilai tradisi serta sosial budaya yang berkembang. Pada masyarakat Betawi bagian dalam mempunyai pola ruang
bersifat geometri, karena pola-pola ruang tersebut mengikuti pola pekarangan kebun empang. Konsep pengembangan kawasan mempertimbangkan sumberdaya
untuk wisata budaya, wisata agro dan wisata rekreatif: 1 Konsep wisata budaya secara umum untuk mempelajari, dan mendapatkan
pengalaman dan berinteraksi dengan kehidupan masyarakat Betawi baik yang terdapat dalan lngkungan hidupnya aktivitas budaya maupun
kesenian. 2 Konsep wisata agro lebih ditekankan pada lingkungan, meliputi aktivitas
pertanian pekarangan, nursery atau kebun milik masyarakat Betawi, termasuk pada hasil prosesing dari hasil pertaniannya.
3 Wisata rekreatif ditujukan untuk mengakomodir kebutuhan rekreasi pengunjung
Diharapkan pengembangan aktivitas rekreasi tidak merubah karakter permukiman budaya Betawi yang ada.
Ruang umum pada perkampungan Budaya Betawi, me rupakan ruang yang masih mencirikan perkampungan Betawi. Pada kampung terdapat kebun,
pekarangan, makan serta empang. Sedangkan ruang umum wisata adalah pelengkap ruang yang bersifat rekreatif, seperti taman-taman terbuka, plaza-plaza.
Pada dasarnya ruang umum wisata merupakan ruang terbuka yang digunakan untuk umum yang dicerminkan oleh skala pemanfatannya. Ruang terbuka dapat
dibedakan menjadi ruang terbuka pasif dan ruang terbuka aktif berdasarkan kegiatan yang dilakukan di dalamnya Hakim l993. Kebutuhan ruang umum
wisata untuk pelayanan pengunjung meliputi: 1 Ruang terbuka pasif suatu area yang didalamnya tidak mengundang untuk
102
segala kegiatan manusia, ruang ini harus dipertahankan peruntukannya antara lain berupa penghijauantaman sebagai sumber pengudaraan
lingkungan penghijauan danau, rawa dan terbuka hijau. 2 Ruang terbuka aktif suatu area yang diperuntukkan bagi pembangunan
terbatas dan terkendali, area ini termasuk dalam ruang konservasi. Area tersebut yaitu: pintu gerbang, permukiman, sempadan danau, serta area
pemancingan, dan ruang terbuka hijau kebun campuran, makam, dan memiliki fungsi konservasi ekologis untuk mencegah erosi. Penghijauan
di sekitar danau akan menambah estetika, peneduh dan pemecah angin wind breaker.
Ruang-ruang tersebut peruntukannya dapat sebagai ruang terbuka dan yang bersifat pasif atau aktif yang memungkinkan adanya kegiatan manusia dan
menjamin keselamatannya. Untuk itu dilakukan penataan ruang, sedangkan . manfaat penataan ruang secara umum meliputi:
1 Meningkatkan mutu lingkungan hidup alam dan binaan yang berguna
untuk kepentingan masyarakat di dalam kawasan
2 Menciptakan keserasian lingkungan alam dan binaan agar berguna untuk kepentingan masyarakat kawasan
Sedangkan manfaat penataan ruang secara teknis, danauempangkolamrawa- rawa berfungsi sebagai: a pengendali kualitas lingkungan kawasan, b
penyumbang ruang bernafas yang segar dan keindahan visual alam, c penyangga
keberadaan kawasan Perkampungan Budaya Betawi, d sebagai sarana dan prasarana pendidikan dan peningkatan pengetahuan.
Konsep Zonasi Ruang
Berdasarkan analisis konsep ruang maka jenis ruang yang direncanakan adalah ruang konservasi budaya, konservasi ekologis dan pengembangan wisata
rekreatif. Jenis penggunaan lahanruang tersebut diterapkan pada tapak sesuai dengan hasil analisis kesesuaian lahan.
Konsep zonasi adalah upaya mengembangkan kawasan dengan tetap menjaga fungsi ekologis kawasan serta kelestarian budaya setempat sebagai
identitas kawasan, terbagi dalam tiga zonasi berdasarkan fungsi ruang. Penentuan
103
penggunaan fungsi ruang kawasan dilakukan berdasarkan pendekatan biofisik tapak, dan mempertimbangkan faktor lainnya yaitu: a kebutuhan akan tempat b
keindahan sumberdaya alam dan keunikan budaya yang dimiliki, c pertimbangan ekologi, d pertimbangan ekonomi masyarakat. Berdasarkan fungsi
kawasan sebagai lanskap budaya, konservasi ekologis dan sebagai wisata rekreatif, maka zonasi ruangpun mengikuti fungsi- fungsi ruang tersebut.
Guna mengakomodasi fungsi tersebut, maka zonasi ruang utama meliputi: Zona Konservasi Budaya zona inti, Zona Konservasi Ekologis zona penyangga
dan Zona Pengembangan yang diperuntukan untuk aktivitas wisata rekreatif dan fasilitas-fasilitasnya secara rinci dapat dijelaskan seperti berikut ini:
1 Zona Konservasi Budaya zona inti, meliputi permukiman Betawi dengan pola pekarangan yang ditumbuhi berbagai jenis vegetasi khas
kawasan serta aktivitas hidup dan kehidupannya seperti sosial ekonomi. sosial budaya masyarakat di dalam kawasan. Aktivitas ini ditunjang oleh
fasilitas umum dan fasilitas sosial. Zona ini juga termasuk sebagian danau yang digunakan penduduk asli untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Zona inti konservasi budaya dapat dimanfaatkan sebagai obyek wisata budaya dan wisata agro.
2 Zona Konservasi Ekologis zona penyangga Zona ini ditujukan untuk memyangga sistem ekologis kawasan dan sebagai daerah resapan air bagi
sekitardan khususnya Jakarta selatan. Zona ini meliputi permukiman, pekarangan, Ruang Terbuka Hijau RTH, kebun, makam, empangdanau.
Zona ini dapat dimanfaatkan sebagai obyek wisata agro, dan wisata alam. Zona pengembangan wisata rekreatif, meliputi area danau dan
permukiman dengan segala aktivitasnya serta pengembangan danau sebagai pusat rekreasi danau.
Sistem pengelolaan lanskap Perkampungan Budaya Betawi disusun berdasarkan dengan fungsi kawasan yang tertata dalam konsep zonasi
pengelolaan.Diagram ruang tersebut dapat dilihat pada Gambar 37 dan Gambar 38 menunjukkan zonasi ruang berdasarkan fungsi.
Gambar 37 Konsep Zonasi Ruang
Konsep Sirkulasi
Konsep sirkulasi wisata mempertimbangkan sumberdaya kawasan sebagai wisata budaya, wisata agro dan wisata rekreatif dapat diakomodasikan. Wisata
rekreatif ditujukan untuk mengakomodir kebutuhan rekreasi pengunjung di area danau dan zona yang telah ditentukan zona pengembangan. Diharapkan aktivitas
rekreasi dan pengembangan zonanya tidak menganggu karakter permukiman budaya Betawi. Sumber daya wisata tersebut perlu dieksplorasi dan diekspos agar
dapat dikunjungi dengan program-program interpretasi yang baik. Sirkulasi adalah jalur pergerakan pengunjung dan masyarakat. Disarankan
lebih banyak menggunakan kendaraan yang bebas polusi atau berjalan kaki dalam pedestrian yang nyaman. Pembenahan jalur-jalur sirkulasi dengan penyediaan
lahan parkir sesuai dengan standar parkir yang diizinkan berkisar ± 5 m ″
mobil dan
fasilitas bagi pejalan kaki sesuai standar minimal lebar 1.20 m untuk 2 orang pejalan kaki agar dapat menikmati suasana. Sirkulasi wisata di kawasan secara
umum terbagi dua, yaitu sirkulasi permanen dan sirkulasi temporer. Sirkulasi permanen adalah sirkulasi yang menghubungkan ruang-ruang wisata yang dapat
dikunjungi setiap saat, yaitu
Kawasan Perkampungan Budaya Betawi
Legenda: 1 Zona Konservasi Budaya
2. Zona Konservasi Ekologis 3. Zona PengembanganWisata Rekreatif
Zona Konservasi Ekologis zona penyangga 2 Pekarangan, kebun,danau, makam.
Zona Konservasi Budaya zona inti 1 Permukiman Betawi danau
Danau Wisata Rekreatif
Zona Pengembangan 3
Gambar 38 Peta Zonasi Berdasarkan Fungsi hal. 105
jalur sirkulasi dalam kawasan yang diperuntukkan bagi pengunjung. Setiap zona mempunyai rencana pengelolaan dan pelaksanaan pengelolaan sumberdaya alam
dalam pembangunan nasional sebaiknya mempergunakan pendekatan multi sektoral.
Alur sirkulasi wisata diterima oleh ruang umum parkir, ruang penerima, ke ruang transisi dan ruang wisata utama dan akhirnya menyebar keseluruh kawasan
mengikuti alur yang ada berakhir pada pintu kedua. Sedangkan sirkulasi temporer adalah sirkulasi yang menghubungkan ruang-ruang wisata terbatas yang dapat
dikunjungi hanya pada waktu tertentu saja musim buah, aktivitas budaya Setu Babakan. Sirkulasi diperlukan bagi area-area yang mempunyai daya tarik wisata
rendah maupun tinggi perlu diberi akses dengan cara menyusun hubungan antar ruang dengan pola jalur sirkulasi yang logis
Obyek-obyek yang mempunyai daya tarik wisata perlu diberi akses yang baik dengan cara menyusun antar ruang dengan jalur sirkulasi yang logis. Hal ini
untuk mengakomodir pengunjung ke area-area wisata agar dapat menikmati dan mendapatkan pengalaman wisata. Perkampungan Budaya Betawi. Konsep
sirkulasi disajikan pada Gambar 39.
1
Gambar 39 Skema Sirkulasi Wisata
2 3 4 2 3 4
Legenda : 1.Pintu Gerbang Ruang Penerima
2.Ruang Wisata Budaya 3.Ruang Wisata Agro
4. Ruang Wisata Rekreatif
Danau
1
Jalur sirkulasi permanen
Jalur sirkulasi temporer
Konsep Pengelolaan Perkampungan Budaya Betawi
Konsep pengembangan kawasan Perkampungan Budaya Betawi merupakan sala h satu uoaya pengelolaan kawasan konservasi dalam mewujudkan misi
pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Sesuai dengan pola pengelolaaan kawasan konservasi dengan menerapkan sistem zonasi.
Zonasi Ruang Tingkat Pengelolaan
Kegiatan pengelolaan dilakukan secara spasial dengan melakukan pembagian zonasi tingkat pengelolaan. Kegiatan pengelolaan berdasarkan fungsi
secara umum akan mengefisienkan biaya, waktu, dan tenaga kerja. Kegiatan pengelolaan Perkampungan Budaya Betawi terbagi:
1 Zona Konservasi Budaya zona inti. Zona ini meliputi seluruh kawasan meliputi: area permukiman dan
pekarangan, ruang terbuka, jalur sempadan danau, rawa serta lainnya yang dianggap mempunyai nilai penting terutama di RW 08. Sebagian danau
sebagai sumber mata air, kebunpekarangan adalah area daerah resapan air. Jika dilihat dari sudut pandang konservasi fisik kawasan merupakan satu
kesatuan sistim saling terkait antara satu dengan lainnya sehingga harus dilindungi dan dipertahankan. Apabila terjadi perubahan struktur fisik, akan
mengganggu dan merusak struktur lanskap kawasan mikro maupun makro. Area ini termasuk dalam pengelolaan “tinggi” intensif meliputi kegiatan
pengelolaanpengawasan yang dilakukan semaksimal mungkin. Hal ini dilakukan agar karakter kawasan dan aktivitas masyarakatnya dapat tetap
terjaga dan berkelanjutan.. 2 Zona Konservasi Ekologi zona penyangga meliputi perumahan Betawi
campuranpendatang, kebun, makam dan ruang terbuka hijau RTH serta sebagian danau yang ditujukan untuk konservasi ekologis dan menyangga
keberlanjutan ekosistim khususnya di perkampungan Betawi di zona inti Zona konservasi dengan intesitas pengelolaan dikatagorikan “sedang,” harus
mendapatkan perhatian namun sejak dini perlu adanya kejelasan penggunaan lahan terutama untuk mempertahankan ruang-ruang terbuka hijau agar sistem
ekologis kawasan untuk mempertahankan ruang-ruang terbuka hijau makam,
danau, empang, kebun campuran dan pekarangan sebagai daerah resapan air tetap dapat berlanjut.
3 Zona Pengembangan wisata rekreatif, merupakan zona yang diperuntukan bagi aktivitas wisata rekreatif dan fasilitasnya. Zona aktivitas wisata rekreatif
dan fasilitas pendukung wisata lainnya dikelola sesuai dengan intensitas penggunaannya. Aktivitas penggunaan oleh pengunjung pada area-area
dengan intensitas penggunaan tinggi welcome area, area rekrasi aktif perlu dikelola secara intensif. Pada area dengan intensitas sedang atau rendah
camping ground tingkat pengelolaannya juga sedang atau rendah.
Strategi Pengelolaan
Penerapan konsep konservasi ekologi merupakan konsep pilihan bagi pengelolaan Perkampungan Budaya Betawi, dengan pendekatan multi sektoral
dari berbagai institusi dari sektor sosial, ekonomi, masyarakat, akademik dan swasta jika mungkin Arancibia et. al, l999.
Secara umum strategi pengelolaan terdiri atas tiga 3 kelompok besar: 1 Pengelolaan untuk mendukung pelestarian kawasan sebagai perlindungan
budaya Betawi. 2 Pengelolaan untuk melindungi sistem ekologis kawasan khususnya danau
dan alaminya. 3 Pengelolaan kawasan sebagai tujuan wisata
Jenis wisata yang diakomodir adalah wisata budaya difokuskan pada zona konservasi budaya. Wisata agro berlokasi di zona konservasi budaya dan
zona perlindungan ekologis dan wisata rekratif berlokasi di zona pengembangan untuk wisata rekreatif, termasuk area pelayanan
pendukung wisata Guna menunjang program Pemda dalam upaya pengembangan kawasan di Setu
Babakan perlu direncanakan sistem pengelolaan. Untuk itu diperlukan struktur organisasi pengelolaan secara terpadu dengan semua dinas terkait, akademisi dan
profesional serta partisipasi masyarakat. Untuk itu diperlukan sistem pengelolaan secara terstruktur dalam sistem organisasi. Struktur organisasi pengelolaan
direncanakan meliputi delapan komponen yaitu: 1 sumberdaya tapak, 2 sumber
daya budaya, 3 Pembina terdiri dari Unsur Pemerintah Daerah Gubernur dari Unsur Pemerintah Daerah Gubernur dan Unsur Masyarakat Betawi BAMUS
sebagai pendiri, 4 Pengarah Instansi pemerintah dan swasta, Pemda DKI, kecamatan dan kelurahan, LKB, tokoh masyarakat, LSM, Akdemisi, 5 Pemilik
Pemda DKI, Kecamatan, kelurahan, Warga masyarakat setempat, LKB, sedangkan kebijakan dan peraturan sebagai pengontol dari suatu proyek
pemerintah. Pemilik bertanggung jawab terhadap kelangsungan pengelolaan, sedangkan pengarahpembina sebagai pengontrolmanajemen, 6 Pengguna
masyarakat PBB dan pengunjung, 7 Pengelola berfungsi sebagai penanggung jawab terhadap manajeme n dalam pengembangan kawasan, 8 Investor jika
dimungkinkan sebagai pengadaan dana dapat bersumber pada pengguna pengunjung, masyarakat sebagai pendukung kegiatan pengelolaan. Untuk itu
diharapkan pihak pengelola mampu dan mau memahami pemilik dan pengguna.
Konsep struktur pengelolaan tersaji pada Gambar 40
Struktur organisasi yang diusulkan diharapkan sesuai dengan kondisi dan rencana pengembangan kawasan Perkampungan Budaya Betawi terdiri dari tiga
kelompok dan terbagi berdasar kan kelompok fungsinya yaitu; A Controlling, berfungsi untuk mengontol, mengawasi semua kegiatan yang
direncanakan maupun pada saat pelaksanaan. Kelompok ini meliputi pembina, pelindung, Pemda, Bamus dan profesinal yang terkait, sebagai
pihak penangung jawab dari pemerintah. B Procesing Profesionalisme, berfungsi mengolah semua kegiatan yang
akan direncanakan dan yang sedang berjalan. Kelompok yang meliputi para profesional, akademisi, yang membawahi bidang-bidang yang sesuai
dengan keahliannya masing- masing. C OperationalImplementasi, berfungsi menjalankan semua kegiatan yang
sesuai dengan yang sudah direncanakan secara profesional. Struktur organisasi yang diusulkan seperti pada Lampiran 11.
Selanjutnya keinginan dari kedua belah pihak dimasukkan ke dalam program pengelolaan yang akan diterapkan. Disarankan pengelola adalah badan usaha yang
berdiri sendiri, memiliki wewenang penuh atas seluruh kegiatan pengelolaan. Untuk meningkatkan sistem pengelolaan dengan struktur organisasi.
Gambar 40 Konsep Struktur Organisasai Pengelolaan
PENGELOLA
Badan Pengelola Profesional Melibatkan Unsur Masyarakat
Kawasan Perkampungan Budaya Betawi sebagai Kawasan Pelestarian Budaya Betawi dan Kawasan Wisata yang
Berwawasan Lingkungan
PEMILIK
-Pemda DKI Jakarta-Selatan
-LKB Lembaga Kebudayaan
Betawi -Kecamatan
-Kelurahan -Warga setempat
I NVESTOR
Pihak Swasta Penyedia
-Dana -SDM Sumberdaya
Manusia -Fasilitas
PENGARAH
- Instansi PemerintahSwasta -Lembaga Adat
-Pemda DKI Jakarta Betawi -Dinas Pariwista -Tokoh Masyarakat
-LKB Lembaga Kebudayaan -Akademisi Masyarakat Betawi
PEMBINA GUBERNUR dan
BAMUS Bada n Musyawarah Masyarakat Betawi
SUMBERDAYA
-Lingkungan -Masyarakat dan Budaya khas Betawi
-Masyarakat Pendatang
PENGUNA
- Masyarakat
-Pengunjung
Divisi pengelolaan harus dapat bekerja sama dengan semua pihak yang memiliki keterkaitan dengan rencana pengembangan kawasan Perkampungan Budaya
Betawi sebagai wisata budaya.
Program dan Tindakan Pengelolaan
Kebijakan pokok ketentuan pengelolaan yang diatur oleh Undang-undang pokok Nomor 23 tahun l977 tentang pengelolaan lingkungan hidup, pasal 33 ayat
3 telah menegaskan bahwa negara menjamin pemanfaatan sumberdaya alam dan tidak akan mengurangi kemakmuran rakyat.
Hal ini merupakan acuan tindakan yang akan dilaksanakan secara terintegrasi untuk kegiatan pengembangan kawasan dalam pengelolaan yang dilakukan
Pemda DKI Jakarta. Karena dampak negatif pemanfaatan sumberdaya alam terhadap lingkungan merupakan faktor penghambat pengembangan kawasan.
Oleh karena itu setiap kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam harus dipantau. Pengelolaan kawasan unt uk mencegah kerusakan lingkungan di Setu
Babakan lingkungan di arahkan melalui pembentukan kelembagaanorganisasi. Struktur organisasi yang diusulkan seperti pada Lampiran 11.
Program pengelolaan Perkampungan Budaya Betawi mempunyai empat program terdiri dari A Program umum, B Program konservasi budaya, C Program
konservasi sistem ekologis dan D Program wisata rekreatif. Keempat program tersebut pengelolaan dapat dijelaskan sebagai berikut;
A Program Umum
1 Pengelolaan kawasan untuk mencegah kerusakan lingkungan di Setu Babakan diarahkan melalui pembentukan kelembagaan organisasi.
Pelembagaan secara formal yang meliputi masalah struktur.organisasi dan penyediaan tenaga kerja khusus, sumberdaya manusia yang professional.
Kelembagaan di kawasan perlu lebih ditingkatkan kemampuannya dalam berperan aktif guna dalam pengelolaan. Kelembagaan yang dapat
mengkoordinasikan penanggulangan kerusakan lingkungan yang dilakukan secara professional dan mandiri untuk dapat mengambil
langkah-langkah koordinasi oprasionalnya
2 Pengelolaan kawasan di dalam kawasan dilakukan melalui pengembangan sosial ekonomi masyarakat dengan pemberdayaan mengajak masyarakat
ikut berperan serta untuk dengan peningkatan dan pengembagan peran serta pria maupun wanita dalam kawasan dari berbagai usia.
3 Promosi diperlukan untuk meningkatkan daya jual kawasan, agar masyarakat luas dapat mengetahui keberadaan Perkampungan Budaya
Betawi. Promosi dilakukan melalui dengan berbagai cara media koran, layar kaca, radio tidak terbatas dala m wilayah tetapi sampai di luar
wilayah Jakarta. 4 Membangun infrastruktur saranaprasaranafasilitas yang diperlukan
terutama fasilitas umum dan fasilitas sosial sesuai fungsi zona yang ada.
B Program konservasi budaya,
1 Peningkatan karakter budaya Betawi dengan memberikan sprituil semangat agar masyarakat ikut serta dan bantuan material berupa dana
untuk merenovasi bangunan, penyediaan fasilitas sarana umum dan sosial dengan memberdayakan masyarakat untuk ikut berperan.
Pengadaan prasarana untuk meningkatkan karakter kawasan seperti karakter lanskap alam, visual lingkungan, karakter bangunan arsitektur
Betawi, melalui peningkatan besarnya jumlah bantuan dana seperti yang selama ini sudah dilakukan oleh Pemda DKI. Program Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan PMK sedapat mungkin dapat diterima langsung oleh kelurahan dan disalurkan langsung melalui RW, RT, sehingga dapat
segera direalisasikan oleh masyarakat setempat. Hal ni dapat menimbulkan semangat masyarakat untuk menerapkan arsitektur khas Betawi. Karena
banyak penduduk yang tidak lagi menerapkan arsitektur Betawi karena kurangnya “awareness” kepedulian dan mahalnya biaya pembangunan
dan perbaikan rumah dengan elemen arsitektur Betawi. Arsitektur bangunan Betawi dicirikan oleh bentuk rumah list plank “gigi balang” dan
“langkan” pada paseban, serta elemen lainnya seperti bentuk pintu, jendela dan lubang angin.
Pengadaan galeri, berfungsi sebagai ruang pamer dan penyimpanan benda- benda, buku-buku tentang ke-Betawi-an. Karena benda-benda tersebut
sebagai bukti kebeadaan etnis Betawi, dan sangat berati sekali bagi kebudayaan Betawi khususnya serta masyarakat Betawi pada umumnya.
Penanaman vegetasi khas Betawi khas kawasan melinjo, belimbing, kecapi, rambutan, serta tanaman lain, sehingga dapat mendukung fungsi
kawasan selain sebagai estetika juga berfungsi sebagai konservasi sistem ekologi, agar kawasan dapat tetap berkelanjutan. Memberikan penyuluhan
tentang konservasi tanaman budaya dalam upaya peningkatan karakter kawasan agar tetap berkelanjutan.
2 Peningkatan, pengorganisasian dan penyediaan saranafasilitas untuk kegiatan kesenian dalam upaya peningkatan kegiatan budaya, dengan
mengangkat dan mengemas dalam satu sistem paket pertunjukan. Untuk sarana alat-alat budaya agar penyelenggaraan dapat lebih sempurna.
3 Peningkatan perekonomian masyarakat asli Betawi melalui kegiatan- kegiatan ekonomi yang menjadi ciri khas Betawi home industry seperti
bir pletok, jus belimbing, dan pembuatan dodol, penganan lainnya. Satu hal terpenting adalah mendorong kreatifitas pembuatan kerajinan
khas Betawi, dan membuka usaha jasa rumah makan, toko sovenir, nursery
, penyewaan sepeda air, pemancingan, dan usaha lain khususnya bidang jasa yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat kawasan.
4 Pencegahan infiltrasi budaya luar, dengan lebih meningkatkan kegiatan budaya terutama bagi kaum muda anak-anak dan remaja dengan berbagai
kegiatan yang dapat menumbuh kembangkan cinta akan budaya sendiri. Dalam hal ini Pemda DKI memberikan bantuan perangkat alat-alat
kesenian dan mengadakan berbagai lomba- lomba sehingga menarik perhatian kaum muda. Pengembangan aktivitas budaya berkaitan dengan
adat istiadat dan tata cara hidup, dan aktivitas kesenian seperti tari, drama serta seni musik. Aktivitas kesenian saat ini sud ah terjadual cukup baik
dengan frekuensi pertunjukan minimal 1 kali dalam satu minggu.
C Program konservasi sistem ekologis
1 Menerapkan Undang-Undang dan peraturan-peraturan, dengan cara mensosialisikan melalui penyuluhan-penyuluhan. Sistem ekologis dapat
dilakukan dengan penanaman dengan berbagai jenis dan fungsi tanaman.
Hal ini agar fungsi kawasan tetap terjaga sesuai fungsi utama dan dapat berkelanjutan.
2 Memberdayakan area-area kosong dengan penamanan berbagai vegetasi khas Betawi dan berbagai tana man lain yang dapat meningkatkan ekonomi
masyarakat. Fungsi tanaman tersebut agar fungsi kawasan sebagai daerah resapan air tetap terjaga dan berkelanjutan.
3 Mengajak masyarakat dan pengunjung untuk peduli lingkungan menjaga kebersihan, sosialisasi aktivitas-aktivitas daur ulang dengan
mempergunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan. 4 Meningkatkan perekonomian masyarakat dengan aktivitas-akitivitas
ekonomi pertanian pekarangan, kebun maupun perikanan darat, industri rumah tangga yang ramah lingkungan.
D Program tindakan untuk pengembangan wisata meliputi:
1 Menyusun struktur organisasi pengelolaan wisata yang efisien dan efektif dengan dukungan masyarakat.
2 Menjalin koordinasi dengan wilayah sekitar Perkampungan Budaya Betawi.
3 Mengembangkan area-area peruntukan wisata secara detil detil disain sesuai kareakter kawasan dan dilengkapi fasilitas-fasilitas penunjang
wisata untuk estetika dan kenyamanan pengunjung. 4 Merancang atraksi dan program wisata yang menarik, secara terstruktur
dan terjadwal 5 Melakukan promosi semaksimal mungkin dengan berbagai cara,
pembuatan brosur, memasang iklan diberbagai mas media, koran, majalah, tabloid, atau media elektronik radio dan televisi.
6 Memberdayakan masyarakat semaksimal mungkin untuk ikut serta dalam program pengembangan wisata.
7 Memberikan pelatihan pada masyarakat untuk siap menerima kunjungan wisata.
8 Menyusun program pengelolaan dan pemeliharaan sesuai dengan sifat dari area intensif, semi intensif, non intensif, serta melakukan koordinasi
secara komprehensif agar kawasan terpelihara dengan baik.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1 Lanskap Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan meliputi permukiman danau, ruang terbuka, kebun campuran, pekarangan dan
fasilitas umum. Karakter Betawi yang paling kuat berada di RW 08, dengan penduduk yang sebagian besar penduduk asli Betawi. Pola
permukiman tergolong Betawi Pinggir, sedangkan arsitektur rumah adat di kawasan tergolong Betawi Tengah. Di RW lainnya dengan penduduk
Betawi campuran dan pendatang, karakter lanskapnya pun tidak begitu kuat.
2 Berdasarkan analisa tata ruang diketahui telah terjadi perubahan fungsi lahan dan kawasan. Perubahan lahan tersebut berpengaruh pada, pola
permukiman, pola pekarangan, bentuk arsitektur. Hal ini terjadi akibat dari kebijakan yang belum berjalan sesuai dengan peraturan yang telah
ditetapkan, dan desakan kebutuhan ekonomi masyarakat dan kebutuhan tempat tinggal meningkat.
3 Diperlukan penyesuaian master plan yang digunakan sebagai acuan dalam pengelolan kawasan. Kawasan disarankan dibagi dalam tiga zona utama
yaitu: zona inti konservasi budaya Betawi, zona penyangga konservasi sistem ekologis dan zona pengembangan pariwisata sebagai kawasan
wisata rekreatif. 4 Strategi pengelolaan ditujukan untuk mendukung keberlanjutan fungsi
kawasan sebagai kawasan perlindungan budaya Betawi, penyangga sistem ekologis dan sebagai kawasan wisata. Untuk melaksanakan strategi
tersebut perlu dilakukan restrukturisasi organisasi pengelolaan agar program tindakan pengelolaan berjalan efisien dan efektif.
Saran
1 Dukungan Pemda DKI Jakarta terhadap kawasan dan aktivitas budaya yang pada saat ini diharapkan tetap konsisten agar keberlanjutan progam
Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan tetap terjamin.
2 Perlu digalang program kerja-sama antara Pemda DKI dan para profesional dalam pengelolaan kampung Setu Babakan.
3 Upaya promosi untuk memperkenalkan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan ke kalangan masyarakat luas agar apresiasi masyarakat
terhadap budaya Betawi ditingkatkan dan jumlah kunjungan juga akan meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Arancibia AY, Dominguez ALL, Galaviz JLR, Lomeli DJZ, Zapata GJV, Gil PS. 1999. Integrating science and management on costal marine protected
area in the Southeren Gulf of Mexico. Ocean and Coastal Management.
p. 283-317. Arifin H S, Sakamoto K Chiba K. l998 a. Effect of urbanization on the
vegetation structure of home gardens in West Java, Indonesia. Japanese. J. Trop Agric,
Vol 41 No: 2: 94-102 Arifin H S, Sakamoto K Chiba K. l998 b. Effects of urbanization on the
preformance of the home gardens in West Java, Indonesia. Japanese. Inst Landscape Arch J., Vol 61: 325-333
Badan Pusat Statistik. 2003. Jakarta Selatan Dalam Angka . Jakarta. Badan Pusat Statistik. 100 hal.
Bimbaun C. 2001. Procecting Cultural Landscapes: planning treatment and
management of historic Landscape . URL, http:www.landscapelibrary
.com. [12 Oktober 2003]. Biro Bina Program DKI Teknologi Fakultas Teknik Universitas Indonesia 2000
Pengembangan Anjungan DKI-TMII. Penyelesaian Master Plan dan Maket Perkampungan Budaya Betawi di Srengseng Sawah
. Jakarta. 100 hal.
Biro Bina Mental dan Spritual DKI dan Teknologi Fakultas Teknik Universitas Indonesia 2001. Laporan Akhir Desember. Penyempurnan MasterPlan
dan Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkampungan Budaya Betawi di Srengseng Sawah.
Jakarta. 100 hal. Bradon K. l995. Langkah-langkah Dasar untuk Mendorong Partisipasi Lokal
Dalam Proyek-proyek Wisata Alam . Ekotourisme; Petunjuk untuk
Perencana dan Pengelola terjemahan dari Ecotourism: A Guide for
Planners and Managers . PACT dan Alami. Jakarta hal. 55-175.
Budihardjo E, Sujarto D. l999. Tata Ruang Perkotaan. Bandung. PT. Alumni. 242 hal.
Carpenter P L, Walter T D, Lanphear F O. l995. Plants in the Landscape. San
Fransisco. WH Freeman Company. 481 hal. Castle L. l967. ”The Ethnic Profile of Djakarta”. Moderen Indonesia Project,
Cornell University. 190 p. Catanese A J dan Snyder J C. 1992. Perencanaan Kota Terjemahan. Jakarta
Penerbit Airlangga. 451 hal Chiara J D, Koppelman L E. 1997. Standar Perencnaan Tapak Terjemahan.
Erlangga. Jakarta. 380 hal. Departemen Pekerjaan Umum.1998. Pedoman Perencanaan Lingkungan
Permukiman Kota. Jakarta.72 hal.
Departemen Pekerjaan Umum. 2000. Pengembangan Kawasan Perumahan Bumi Cengkareng Indah.
Direktorat Perkotaan Wilayah Barat. Jakarta. 50 hal. Dinas Tata Kota. 2005. Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah Kecamatan
Jagakarsa. Wilayah Kotamadya Jakarta Selatan. Pemerintah Daerah
Khusus Ibukota Jakarta Dinas Tata Kota. Jakarta. 46 hal. Douglass R W, 1982. Forest Recreation. New York : Pergamon Press. 336 hal.
Eckbo G. l964. Urban Landscape Design McBook Co. New York 284 p Farina A. 1998. Principles and Methods in Landcapes Ecology. London:
Chapman and Hall. 235 hal. Goodchild. Peter H. l990. Some Principles For The Conservation of Historic
Lansdscapes . ICOMOS UK Historic Garden and Landscapes
Committee, 24 April. 56 p. Hakim R. 1993. Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lanskap Jakarta: Bumi
Aksara. 176 hal. Harun I B. Kartakusuma H, Ruchiat R, dan Soediarso U. l991. Rumah
Tradisional Betawi. Dinas Kebudayaan Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
65 hal. Hanna. 1986. Kedudukan dan Peran ”Bek Betawi” dalam Pemerintahan pada
Masyarakat Betawi di Jakarta . Tesis. Pasca Sarjana Universitas Indonesia.
Jakarta. 156 hal. Harvey R.R. and Buggey S. 1999. Historis Landscape. C.W. Harris and N.T.
Dines eds. Time Saver Standards for Landscape Architecture. McGrow- Hill Book Commpany. New York. 630 p.
Harjowigeno S, Marsudi DS, Subagyo H, Suharta N, Djaenudin D, Dai J, Bachri S, Jordens E R, Suwandi V, Hakim L. l994 a. Evaluasi Lahan
untuk Permukiman Land Evaluation for Settlement. Bogor: Centre For
Soil And Agroclimate Resarch. 29 hal. Harjowigeno S, Marsudi DS, Subagyo H, Suharta N, Djaenudin D, Dai J,
Bachri S, Jordens E R, Suwandi V, Hakim L. l994 b. Evaluasi Lahan untuk Pariwisata Land Evaluation for Tourist Development.
Bogor: Centre For Soil And Agroclimate Resarch. 83 hal.
Jayadinata J T. l992. Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan dan
Wilayah. Bandung ITB. 444 hal. Kelurahan Srengseng Sawah. 2002. Laporan Tahunan Kelurahan Srengesng
Sawah , Kecamatan Jagakarsa Selatan. 30 hal.
Koentjaraningrat. l974. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta . PT Dian Rakyat. 306 hal.
Muntaco F.1988. Masalah-masalah Kebudayaan Tradisional: Jayakarta Media Ika No. 12 tahun XV.
Perkampungan Budaya Betawi. 1994-2000. Laporan Pertanggung Jawaban Rukun
Warga 08. Kelurahan Srengseng Sawah. Jakarta .25 hal. Perkampungan Budaya Betawi. 2004. Laporan Pengelolaan Perkampungan
Budaya Betawi. Jakarta. 62 hal.
Proposal Pembangunan Perkampungan Budaya Betawi. l998 . Bamus. Badan Musyawarah Masyarakat Betawi.
Jakarta 50 hal. Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah RRTRW Kecamatan Jagakarsa,
Wilayah Kotamadya Jakarta Selatan . Tahun 2005. Pemerintah Daerah
Khusus Ibukota Jakarta Selatan. 75 hal. Rizal S S, Ridwan S, Maman S M, Yahya A. S. 2002. Ragam Budaya Betawi.
Dinas Kebudayaan DKI .Jakarta.100 hal.
Ronald A. 1990. Ciri-ciri karya Budaya Di Balik Tabir Keagungan Rumah Jawa Penerbitan Universitas Atma Jaya Yogyakarta. 635 hal.
Saidi R. l997. Profil Orang Betawi Asal Muasal, Kebudayaan dan Adat Istiadatnya.
PT. Gunara Kata. Pasar Minggu–Jakarta. 221 hal Shahab Y Z. l997. Betawi Dalam Mitos dan Kenyataan, Dalam Perspektif
Kontemporer Perkembangan, Potensi Dan Tantangannya. Lembaga
Kebudayaan Betawi. Jakarta. 145 hal. Siswantari. 2000. Sekilas Tentang Kesenian dan Permasalahannya di
Jakarta. Skripsi. Universitas Pakuan Bogor. 48 hal.
Simonds J O. 1983. Landscape Architecture. An Ecological Approach to Environmental Planning.
New York: ‘Ed rev”. McGraw-Hill Book Company. 331 hal.
Sitepu. l992. Strategi Pemerintah DKI Jakarta Mempromosikan Kampung Setu Babakan Betawi Sebagai Daerah Tujuan Wisata Internasional
. Jakarta. 30 hal
Silberberg T. 2000. Culture Tourism and Business Opportunities for Museum and Heritage Sites
. LORD Cultural Resoursces Planning and Management Inc. URL,http:www.lord.calculttourim. htm. [12 April 2004].
Soejoko B.T. 2000. Pedoman Penataan Bangunan. Jakarta. Dirjen Pengembangan Kota Direktorat Perkotaan Wilayah Barat.
Departemen Permukiman dan Prasarana wilayah Direktorat Jendral Pengembangan
Perkotaan Direktorat Wilayah Barat. Jakarta. 30 hal. Sugandhy A. 1998. Evaluasi Pelaksanaan Dasa Karya Pengelolaan Lingkungan
Hidup Dalam Pelita VII. [Diskusi Panel Nasional Evaluasi Kebijakan Tata
Ruang dan Lingkungan]. Fakultas Arsitektur Lanskap dan Teknologi Lingkungan Universitas Trisakti.
Sung K K. l988.Winding River Village, Poetics of A Korean Landscape. Unversity of Pennsylvania in Partial Fulfilment of the Requirements for
the Degree of Doctor of Philosophy. 28-29 p. Surjomiharja A. 2000. Sejarah Perkembangan Kota Jakarta Dinas Museum
Pemugaran Propinsi DKI Jakarta . Jakarta Edisi 10 April. 75 hal.
Sumintardja D. 1981. Kompendium Sejarah Arsitektur. Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan . Bandung. 217 hal.
Syafwandi. 1999. Permukiman Pendidikan Dalam Pembinaan Kebudayaan Nasional di Wilayah Kelurahan Jagakarsa. Jakarta. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan . CV. Sejahtera. Jakarta. hal.47.
Syafwandi. 1999. ”Permukiman Tradisional Betawi” Makalah dalam Lokarya Perkampungan Budaya Betawi. Jakarta 31 Agustus.
Yasmin. l997. Siapa Orang Betawi, Potensi Budaya dan Tantangannya. Lembaga Kebudayaan Betawi. Jakarta. 189 hal.
Yuwona P. 1999. ”Membayangkan Model Perkampungan Budaya Betawi Beberapa pokok Pikiran”.
Makalah dalam Lokarya Perkampungan Budaya Betawi. Jakarta 31 Agustus.
Wall G. l995. Introduction to Ecotourism. Dalhousie University. Environmental Studies Center Development in Indonesia Project. Jakarta. 121 p.
Wibisono S, Rachmad R, Rachmad S. 2000. Buku Ichtisar Kesenian Betawi Dinas Kebudayaan DKI Jakarta
. Jakarta. 303 hal. Wrangea. 1985.Upacara yang Berkaitan dengan Peristiwa Alam dan Kepentingan
DKI Jakarta . Jakarta. 50 hal.
LAMPIRAN
120 Lampiran 1 Jenis Fungsi, Tanaman dan Lokasi Tanam
No Nama Lokal
Nama Latin Lokasi
Fungsi Frekuensi
Keterangan
1 Anggrek
Orchid sp
Pekarangan Tanaman Hias
Sedikit Nursery
2 Andong
Cordilyn fruticosa linn
Pekarangan kebun Tanaman Hias
Sedang Pengembangan Wisata
3 Angsana
Pterocarpus indicus Kebuntepi jalan
Tanaman Sedang
- 4
Buni Antidesma bunius
PekaranganTepi danau Tanaman Buah Sedikit
Konservasi ekologis 5
Buah nona Annona squamosa
Pekarangan Tanaman Buah
Sedang Konservasi ekologis
6 Bisbol
Dyospyros sp
Tepi danau Tanaman
Sedikit Konservasi ekologis
7 Belimbing manis
Averhoe carambola L
Pekarangan Kebun Tanaman Buah
Banyak Pengembangan wisata
8 Belimbing wuluh
Averhoe bilimbi Pekarangan Kebun
Tanaman Sayur Banyak
Penunjang Ekonomi 9
Beringin Ficus benyamina
Kebun Tanaman
Sedikit Konservasi ekologis
10 Bambu
Bambusa sp Pekarangan Kebun
Tanaman Industri Sedikit
Konsumsi rumah tangga 11
Bangle Zingiber perpareum
Pekarangan Kebun Tanaman Obat
Sedikit Konsumsi rumah tangga
13 Brotowali
Tinos[ora crispa Pekarangan Kebun
Tanaman Obat Sedikit
Konsumsi rumah tangga 14
Cingcau Cylea barbara Miers
Pekarangan Tanaman Obat
Sedikit Konsumsi rumah tangga
15 Daun Suji
Pleomele sp
Pekarangan Tanaman Sayur
Sadsng Konsumsi rumah tangga
16 Duku Condet
Lansium domesticum Var.Condet
Pekarangan Kebun Tanaman Buah
Sedikit Konservasi ekologis
17 Dadap merah
Erythrina crystagali Pekarangan
Tanaman Hias Sedikit
Tanaman Budaya 18
Daun Katuk Souropis anchoginus L
Pekarangan Tanaman Sayur
Sedikit Konsumsi rumah tangga
19 Daun Kelor
Pekarangan Kebun Tanaman Obat
Sedang Tanaman Budaya
20 Durian Sitongkong
Durio zibetinus murr Pekarangan Kebun
Tanaman Buah Sedkit
Tanaman yang dilestarikan 21
Duwet Jamblang Euginea cuminii
Pekarangan Kebun Tanaman Buah
Sedikit Tanaman yang dilestarikan
22 Eceng Gondok
Eichornia crassipes RawaEmpang
Tanaman Gulma Sedang
Tanaman Air 23
Gowok Syzigium polycepahalum
Pekarangan Kebun Tanaman Buah
Sedikit Tanaman yang dilestarikan
24 Gandaria
Boucea macrophylla Pekarangan Kebun
Tanaman Buah Sedikit
Tanaman yangdilestarikan 25
Jengkol Pithecolabium jiringa
Pekarangan Kebun Tanaman Sayur
Sedikit Konsumsi rumah tangga
26 Jambu Mawar
Syzgium jambos Pekarangan
Tanaman Hias Sedang
Konsumsi rumah tangga 27
Jambu kancing Syzgium jambos
Pekarangan Kebun Tamanan Buah
Sedikit Konsumsi rumah tangga
28 Jambu Mawar
Syzgium jambos Pekarangan
Tanaman Hias Sedang
Konsumsi rumah tangga Keterangan: Katagori penilaian 1-10 Sedikit, 11-30 Sedang, 31 – 100 Banyak
121 Lanjutan Lampiran 1 Jenis Fungsi, Tanaman dan Lokasi Tanam
No Nama Lokal
Nama Latin Lokasi
Fungsi Frekuensi
Keterangan
29 Jambu Biji
Psidium guajaya L
Peakarangan Kebun Tanaman Buah
Sedang Konsumsi rumah tangga
30 Jarak
Jatropha multifida Pekarangan Kebun
Tanaman Obat Sedang
- 31
Jambu Biji Psidium guajaya
L Peakarangan Kebun
Tanaman Buah Sedang
Konsumsi rumah tangga 32
Jeruk nipis Citrus aurantifolia
Pekarangan Tanmanan Sayur
Sedikit Konsumsi rumah tangga
33 Kumis kucing
Orthociphor a ristatus Pekarangan
Tanaman Obat Sedikit
Konsumsi rumah tangga 34
Kelapa Cocos nucifera
L PekaranganKebun
Tanaman Sayur Sedang
Konsumsi rumah tangga 35
Kedondong Spondias pinnata
Pekarangan Tanaman Buah
Sedikit Konsumsi rumah tangga
36 Kecapi
Sandoricum koetjape PekaranganKebun
Tanaman Buah Banyak
Penunjang ekonomi
37 Kaca piring
Gardenia augusta Pekarangan
Tanaman Hias Sedang
Nursery-
38 Kemuning
Murraya paniculata Pekarangan
Tanaman Hias Sedikit
Nursery-
39 Kembang Sepatu
Hibiscus rosasinensis Pekarangan
Tanaman Hias Sedang
Nursery-
40 Kencur
Kaempfera galanga Pekarangan
Tanaman Obat Sedikit
Konsumsi rumah tangga 41
Kembang pukul empat
Mirabilis jalapa Pekarangan
Tanaman Obat Sedang
Konsumsi rumah tangga 42
Kembang teleng Clitoria tematea
Pekarangan Kebun Tanaman Obat
Sedang Konsumsi rumah tangga
43 Kawista batu
Feronia limonia Pekarangan Kebun
Tanaman Buah Sedikit
Tanaman dilestarikan - 44
Kwenilimus Mangifera odorata
Pekarangan Kebun Tanaman Buah
Sedang Penunjang ekonomi
45 Kepel
Stelechocarpus borahol Pekarangan Kebun
Tanaman Buah Sedikit
Tanaman yang dilestarikan 46
Kenanga Cananga odorata
Pekarangan Kebun Tanaman Hias
Sedikit Konsumsi rumah tinggi
47 Kemang
Mangifera odorata Pekarangan Kebun
Tanaman Buah Sedikit
Tanaman Budaya 48
Lobi-lobi Flocaurtia inermis
Pekarangan Kebun Tanaman Buah
Sedikit Tanaman yang dilestarikan
49 Leci
Nephelium lichi sinensis Pekarangan Kebun
Tanaman Buah Sedikit
Tanaman yang dilestarikan 50
Lidah mertua Sansiviera trifasciatai
Pekarangan Tanaman Hias
Sedang Nursery
51 Lempuyang
Zingiber Americans Pekarangan
Tanaman Obat Sedikit
Tanaman Bumbu 52
Mangga Mangifera odorata
Pekarangan Kebun Tanaman Buah
Sedang Penunjang Ekonomi
53 Melati
Jasmimum sambac Pekarangan
Tanaman Hias Sedang
Tanaman dilestarikan - 54
Miana Coleus scutellarioides
Pekarangan Tanaman Obat
Sedang Tanaman dilestarikan
55 Mengkudu
Morinda citrifolia L
Kebun Pekarangan Tanaman Obat
Sedikit Tanaman dilestarikan
56 Mnteng
Baccauria rasemosa Kebun Pekarangan
Tanaman Buah Sedkit
Tanaman dilestarikan
Keterangan: Katagori penilaian 1-10 Sedikit, 11-30 Sedang, 31 – 100 Banya
122 Lanjutan Lampiran 1 Jenis Fungsi, Tanaman dan Lokasi Tanam
No Nama Lokal
Nama Latin Lokasi
Fungsi Frekuensi
Keterangan
57 Matoa
Pometia pinnata Kebun Pekarangan
Tanaman Sayur Banyak
Penunjang Ekonomi 58
Melinjo Tangkil Gnetum qnemon
L Pekarangan Kebun
Tanaman Buah Sedikit
Konsumsi Rumah Tangga 59
Nam-nam Cynometra caulifelora
Pekarngan Kebun Tanaman Buah
Sedang Tanaman dilestarikan
60 Nangka
Ariocarpus anysopphyllius Miq
Pekarangan Kebun Tanaman Buah
Sedang Konsumsi Rumah Tangga
61 Pisang
Musa sp Kebun Pekarangan
Tanaman Buah Banyak
Konsumsi Rumah Tangga 62
Pepaya Carica papaya
L Kebun Pekarangan
Tanaman Buah Banyak
Konsumsi Rumah Tangga 63
Puring Codieaum variegatum sp
Pekarangan Tanaman Hias
Sedikit Tanaman budaya
64 Pangkas Kuning
Duranta repens Pekarangan
Tanaman Hias Sedikit
Tanaman pagar 65
Pandan Wangi Pandanus tectorius
Park Pekarangan Kebun
Tanaman Bumbu Sedang
Konsumsi rumah tangga 66
Palem raja Oreodexa
Pekarangan Tepi Jalan Tanaman Hias
Sedikit Tanaman ekologis
67 Petai
Parkia speciosa hasak Kebun
Tanaman Sayur Sedikit
Penunjang ekonomi 68
Rambutan Nephelium lappaceum
Pekarangan Kebun Tanaman Buah
Banyak Penunjang ekonomi
69 Rukem
Flacourtia rukam Pekarangan
Tanaman Buah Sedikit
Tanaman yang dilestarikan 70
Saga Abius precatorius
Pekarangan Kebun Tanaman Hias
Banyak Tanaman yang dilestarikan
71 Sirsak
Annona murcata Pekarangan Kebun
Tanaman Buah Sedikit
Tanaman yang dilestarikan 72
Seruni Widelia sp
Pekarangan Kebun Tanaman Hias
Sedikit Tanaman yang dilestarikan
73 Salak
Salacca zalacca Kebun
Tanaman Buah Sedikit
Tanaman yang dilestarikan 74
Sawo Manila Manikara zapota
Pekarangan Kebun Tanaman Bauh
Sedikit Tanaman yang dilestarikan
75 Sawo Duren
Achras zapota L
Tepi danau Tanaman Buah
Sedikit Tanaman yang dilestarikan
76 Sawo Kecik
Manilkara kauki Pekarangan Kebun
Tanaman Buah Sedikit
Tanaman yang dilestarikan 77
Salam Syzgium polyanthum
Pekarangan Kebun Tanaman Bumbu
Sedang Konsumsi rumah tangga
78 Soka berdaun besar Ixora javanica
Pekarangan Tanaman Hias
Sedang Tanaman Budaya
79 Sengon
Albisia chinensis Obs
Pekarangan Kebun TanamanKebunpagar
Banyak Tananan pagarliar
80 Tapak Dara
Cantharanthus rosesus Pekarangan
Tanaman Obat Sedang
Konsumsi rumah tangga 81
Temu kunci Boesenbergia pandurata
Pekarangan Tanaman Bumbu
Sedang Konsumsi rumah tangga
82 Waru
Hibiscus tiliacecus L Kebun
Tanaman Kebun Sedikit
Tanaman industri
Keterangan: Katagori penilaian 1-10 Sedikit, 11-30 Sedang, 31 – 100 Banyak
123 Lampiran 2 Aktivitas Budaya Berkaitan dengan Siklus Hidup Manusia
AKTIVITAS SOSIAL
BUDAYA PELAKU
UPACARA ADAT WAKTU
RUANG PENUNJANG
UPACARA FREKUENSI
KETERANGAN
1 Kekebannuju bulan
Wanita, usia kehamilan ke 7
7, 17 dan 27 bulan Hijarah
RumahPekarangan -
Sedang -Pengajian,
MandisiramanMakan rujak 2
Puput puser Selamatan kelahiran
bayi usia 40 hari Tidak tentu
Rumah -
Sedang -Makna kehidupan
3 Kerik Tangan
Bagi anak laki-laki Tidak tentu
Rumah -
Sedang -Pengajian
-Cuci tangan dukun -Makan bersama
4 Akekah
Bagi anak laki-laki Perempuan
Tidak tentu Rumah
- Sedang
-Pengajian -Cukur rambut
-Makan bersama 5
Sunatan Bagi anak-laki
Tidak tentu RumahPekarangan
- Sering
-Upacara 2 hari -Pengajian
Diarakkudadelmangendong tandu, Nyawer
-Makan bersama
6 Penganten Tamat
Bagi anak laki-laki Perempuan
Mussolah -
Sering -Khatam AL-Quran pertama kali
-Diarak naik kuda, delman, jalan kaki, berpakaian penganten Betawi
-Pembacaan ayat suci 10 ayat -Tanda terima pada guru ngaji
-Hiburan tasi Zapin, rebana biang, tari blengo, samrah, orkers
gambus marawis.
7 Perkawinan
Bagi anak laki -laki perempuan
M ussolahRumahP ekarangan
Rebana ketimpring
Lasirih kuning Tari topeng
Syahibul hikayat Qasidah
Sering -Melamar, pisang raja, roti
tawar, hadiah, uang dll. -Bawa tande putus cincin mas
kawin,uang dll -Hari pernikahan ngarak
penganten, Jalan Buka palang pintu, pemcak silat.
-Pelaminanpuade sembah, pada orang tua
-Makan bersama, hiburan tari-tarian
124 Lampiran 3 Aktivitas Budaya Berkaitan dengan Adat Kebiasaan Sehari-hari.
AKTIVITAS SOSIAL
BUDAYA PELAKU
UPACARA ADAT
WAKTU RUANG
PENUNJANG UPACARA
FREKUENSI KETERANGAN
1 Pindah Rumah Keluarga
Hari Libur -
Rebana Ketimpring Sering
-Sahlawat -Alat-alat rumah tangga
-Pengajian di rumah baru, hiburan 2 Kematian
Bagi semua orang Tidak tentu
Rumahmesjidmaka m
- Sedang
-Tqahlilan, 3.,7,15, peringatan 100 dan 365 hari
3 Nyahi Bagi keluargatamu
Sore hari jam 4 Rumahpekarangan
- Sering
-Minum the pada sore hari saat ini hanya untuk tamu
4 Kerja Bakti Bagi semua orang
Hari libur Ruang terbuka
- Sering
-Lingkungan antar warga 5 Pengajian
Bagi semua orang Setiap hari
Mussolah -
Sering -Pengajian di mussloharumah
penduduk bergantian 6 Ngubak Empang
Bagi semua orang Setiap 3-6 bulan
sekali Ruang terbuka
- Sedang
-Nguras empangpanen ikan, dilakukan bersama warga
7 Menjala Ikan Bagi laki-laki
Setiap saat Ruang terbuka
- Sedang
-Untuk kebutuhan sendiri Dilakukan pada sore hari
.
125 Lampiran 4 Aktivitas Budaya Berkaitan dengan Hari- hari Besar Islam
No AKTIVITAS
SOSIAL BUDAYA
PELAKU UPACARA
ADAT WAKTU
RUANG PENUNJANG
UPACARA FREKUENSI
KETERANGAN
1 Nisfu Sya’ban
Bagi semua orang Tanggal 15 bulan
Ruwah Mussolah
rumah -
Sedang -Dilakukan setelah sholat magrib
-Membaca surat Yasin 3 kali 2
Idul Fitri Bagi semua orang
Tanggal 1Ramadhan,
1 Syawal Mesjid,
ruang terbuka -
Sering -Dilakukan setelah puasa 30 hari
-Memukul bedug,takbir, -Sholat,silahturahmi selama 7
hari, ziarah kemakam keluarga -Potong kerbau bagi peserta
andilan
3 Idul Ahda
Bagi semua orang Tanggal 10-12
bulan Zulhijah
Ruang terbuka Mussloh
- Sering
-Dilakukan setelah puasa 3 hari tanggal 10, 11,12 bulan
Dzulhijah -Takbir,sholat, potong hewan
kurban, -Silahturahmi, berziarah ke
makam keluarga
4 Lebaran Yatim
Tertentu Tanggal 10
Muharram Mesjid
Mussolah -
Sedang -Setelah sholat subuh,
mengundang anak yatim, pengajian, membagi hadiah
makan bersama
5 Maulid Nabi
Muhammad SAW Bagi Semua orang
Tanggal 12- bulan MaulidRabiulawal
MesjidMussola hRumah
- Sedang
-Dilakukan selama satu bulan bulan Maulid
4 Isra Mi”raj
Bagi semua orang Bulan Silih Maulid
MesjidMussola hRumah
- Sedang
-Malam hari, mengundang penceramah dari luar kampung
128 Lampiran 5 Susunan Perangkat Organisasi Pengelolaan Perkampungan
Budaya Betawi
SUSUNAN PERANGKAT PENGELOLAAN PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI
TAHUN 2004-2009
Pengarah : 1. Ir. Setiawan Kananil
2. Agung Widodo 3. Ir.H. Agus.
4. A. Senie
Penanggung Jawab : H.Kardin Deden Sukardi, Sh. Ketua : Teguh Pertiwi Putra
Wakil Ketua : Ir. Achmad Arsani, S.Sos. Sekertaris : Nuk Sri Sawarni
Anggota : 1. Drs. H. Sofyan Murthado,M.Sc. 2. Iyam Sutiamah
3. Imron, S.Pd. 4. Indra Sutisna, S.Kom.
5. Romi Rozali 6. Bambang Purwanto
7. Drs. Rahmonohadi 8. Nursyarif Hidayat
Bendahara : Margarahayu, S.E.
Petugas Sekertaris : 1. Dahlia Khaidir, S.E.
2. Drs. Daniel Tangibali 3. Basuki Iswanto
4. Sri Heny Setyawati 5. Cecep Syaifudin
Petugas Kebersihan : 1. Miswanih 2. Jahrudin
3. Adih 4. Samin Jabul
Petugas Keamanan : 1. S.Sumarni 2. Sapi’ih
3. Rahmat