STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PROFILAKSIS PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKA (Open Fracture) (Penelitian di Rumah Sakit UmumDr. Saiful Anwar Malang)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fraktur atau patah tulang didefinisikan sebagai terputusnya kontinuitas tulang
akibat trauma atau akibat proses penyakit seperti osteoporosis yang menyebabkan
fraktur-fraktur patologis (Carpenito, 2001). Fraktur adalah kondisi dimana terjadi
suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang, patahan tadi mungkin tak lebih
dari suatu retakan, suatu pengisutan korteks, biasanya patahan itu lengkap dan
fragmen tulang bergeser (Apley & Solomon, 1995). Pada tahun 2000 sampai 2010
organisasi kesehatan tingkat dunia WHO mencatat kecelakaan lalu lintas
merupakan penyebab patah tulang (fraktur) terbanyak. Menurut Badan Intelijen
Negara Republik Indonesia pada tahun 2011 terjadi kasus kecelakaan sebanyak
109.776, dengan korban meninggal sebanyak 31.185 orang dan 78.591 orang
lainnya mengalami luka ringan dan luka berat seperti fraktur (patah tulang).
Berdasarkan Laporan Tahunan Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang
tahun 2009, mencatat terdapat 1.305 kasus fraktur yang berada pada urutan ketiga
dari sepuluh penyakit terbanyak rawat inap.
Berdasarkan adanya luka yang berhubungan dengan daerah yang patah,
fraktur dibagi dua, yaitu: 1). Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar; 2). Fraktur terbuka
(open/compound), bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia

luar karena adanya perlukaan di kulit (Mansjoer, 2000). Fraktur terbuka (open
fracture) adalah patah tulang yang menembus kulit atau salah satu dari rongga
tubuh (Apley & Solomon, 1995). Fraktur terbuka sering menimbulkan komplikasi
seperti infeksi, gas gangren, tetanus dan bahkan sampai amputasi atau penderita
meninggal. Infeksi pada patah tulang terbuka sangat dipengaruhi oleh tingkat
kerusakan jaringan tulang dan waktu terjadinya fraktur. Semakin besar tingkat
jaringan yang rusak dan semakin lama waktu dari saat kejadian sampai
dilakukannya tindakan debridement, semakin besar kemungkinan terjadi infeksi
(Garrison, 2001).
1

2

Luka pada patah tulang terbuka merupakan luka yang terkontaminasi dan
dapat mengakibatkan infeksi (Gustilo et al.,1989). Pada penelitian yang
menghubungkan patah tulang terbuka dengan tingkat kerusakan jaringan
didapatkan angka infeksi pada derajat I sebesar 0-2%, derajat II sebesar 2-7% dan
derajat III sebesar 10-25% dengan angka infeksi derajat IIIa sebesar 7% derajat
IIIb 10-50% dan derajat IIIc 25-50% (Reidy & Murray, 1997). Penanganan pada
fraktur terbuka dapat berupa debridement, pembedahan orthopedic, stabilitas

tulang, perawatan lanjut dan rehabilitasi fraktur (Apley & Solomon, 1995).
Infeksi Luka Operasi (ILO) atau Surgical Site Infections (SSIs) merupakan
salah satu komplikasi yang di takuti dari bedah orthopedic dan merupakan urutan
kedua yang paling umum menyebabkan infeksi nosokomial (Bratzler & Houck,
2005). Infeksi Luka Operasi (ILO) merupakan hasil dari kontaminasi bakteri yang
masuk saat operasi berlangsung atau setelah operasi. Data yang diperoleh dari
National Nosocomial Infection Surveillace (NNIS) mengindikasikan bahwa
infeksi luka operasi merupakan infeksi ketiga tersering yang terjadi di rumah sakit
dengan sekitar 14-16% dari total pasien di rumah sakit mengalami infeksi luka
operasi (Doherty, 2006). Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika memperkirakan
bahwa sekitar 500.000 kasus ILO terjadi setiap tahunnya di Amerika. Pasien yang
mengalami ILO sebanyak 60% kebanyakan menghabiskan waktu di unit
perawatan intensif dan biaya perawatan kesehatan meningkat secara substansial
pada pasien yang mengalami ILO. Selain itu dari 23 juta penderita yang dilakukan
pembedahan di Amerika Serikat setiap tahun, 920.000 penderita mengalami ILO.
Penderita yang mengalami ILO perlu rawat inap 2 kali lebih lama dan harus
mengeluarkan biaya 5 kali lebih banyak daripada yang tidak mengalami ILO
(Bratzler et al., 2005).
Antibiotika profilaksis terbukti megurangi kejadian Infeksi Luka Operasi

(ILO) (Mangram et al., 1999). Antibiotika profilaksis digunakan sebelum
prosedur operasi untuk mencegah komplikasi infeksi (Anonim, 2008). Dimana
antibiotika profilaksis pada pembedahan merupakan antibiotik yang diberikan
pada penderita yang menjalani pembedahan sebelum adanya infeksi, tujuannya

3

ialah mencegah terjadinya infeksi akibat tindakan pembedahan yaitu Infeksi Luka
Operasi (ILO) atau Surgical Site Infections (SSIs) (Munckhof, 2005). Selain itu,
antibiotik profilaksis juga diberikan jika diperkirakan akan terjadi infeksi dengan
resiko yang serius seperti pemasangan implant, pergantian sendi, dan operai yang
lama (Mangram et al., 1999). Patogen yang umumnya ada pada fraktur terbuka
(open fracture) adalah Staphylococcus, Streptococcus, Gram(-) bacilli, dan bakteri
anaerob (Anonim, 2006).
Menurut Handbook of Antimicrobial Therapy 17th Edition tahun 2005,
menyatakan bahwa patogen yang mungkin ada pada bedah orthopedic seperti
fraktur terbuka adalah Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermis
sehingga antibiotika profilaksis yang direkomendasikan adalah sefazolin 1-2 g iv
atau vankomisin 1 g iv. Fraktur terbuka (open fracture) derajat I dan II
direkomendasikan sefazolin 1 g iv sebagai antibiotika profilaksis, sedangkan pada

fraktur terbuka derajat III direkomendasikan kombinasi sefazolin 1 g iv dengan
gentamisin 2 mg/kg sebagai antibiotika profilaksis dan bila pasien alergi golongan
penisilin maka direkomendasikan klindamisin 600 mg (Anonim, 2006).
Berdasarkan uraian di atas maka peneltian ini di lakukan untuk menganalisis
penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien fraktur terbuka (open fracture).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien fraktur terbuka (open
fracture) di RSSA Malang
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1

Tujuan Umum
Mengetahui penggunaan antibiotika profilaksis pada fraktur terbuka (open
fracture) di Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang.

1.3.2

Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
Mengkaji jenis, rute, dosis penggunaan antibiotika profilaksis yang

dikaitkan dengan kondisi pasien.

4

1.4 Manfaat Penelitian
a. Sebagai database atau bahan informasi dalam rangka pengembangan
farmasi klinik.
b. Sebagai bahan masukan dalam pengambilan keputusan, terutama berkaitan
dengan pelayanan farmasi klinik.
c. Sebagai bahan masukan bagi instalasi farmasi untuk menyusun
perencanaan pengadaan obat.
d. Studi pendahuluan dan sumber informasi bagi peneliti berikutnya.

SKRIPSI

RANDY TEJA PERMANA

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA
PROFILAKSIS PADA PASIEN FRAKTUR
TERBUKA (Open Fracture)

(Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014

i

ii

iii

KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Puji syukur tercurahkan kepada ALLAh SWT, Tuhan semesta alam karena
berkat rahmad dan ridhonya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PROFILAKSIS PADA PASIEN
FRAKTUR TERBUKA (Open Fracture) (Penelitian di Rumah Sakit Umum

Dr. Saiful Anwar Malang).
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Malang. Dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak terlepas dari
peranan pembimbing dan bantuan dari seluruh pihak. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1.

ALLAH SWT, Tuhan semesta alam yang memberikan rahmat, nikmat dan
hidayahNYA kepada umatnya, Rosulullah SAW, yang sudah menuntun
kita menuju jalan yang lurus.

2.

Bapak Yoyok Bekti Prasetyo, M.Kep.,Sp.Kom selaku Dekan Fakultas
ilmu

kesehatan

Universitas


Muhammadiyah

Malang

yang

telah

memberikan kesempatan penulis belajar di Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang.
3.

dr. Budi Rahayu MPH selaku Direktur RSU Dr. Saiful Anwar Malang
beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk
melakukan penelitian di RSU Dr. Saiful Anwar Malang.

4.

Ibu Nailis Syifa’, S.Farm., M.Sc.,Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi

Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberi motivasi dan
kesempatan penulis belajar di Program Studi Farmasi Universitas
Muhammadiyah Malang.

5.

Bapak Drs. Didik Hasmono.,M.S.,Apt. dan ibu Hidajah Rachmawti,
S.Si.,Apt.,Sp.FRS selaku Dosen Pembimbing I dan II, disela kesibu-kan
Bapak dan Ibu masih bisa meluangkan waktu untuk membimbing dan

iv

memberi pengarahan dan dorongan moril sampai terselesaikannya skripsi
ini.
6.

Ibu Dra.Lilik Yusetyani.,Apt.,Ap.FRS dan Ibu Nailis Syifa’, S.Farm.,
M.Sc.,Apt. selaku Dosen Penguji I dan II, yang telah banyak memberikan
saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.


7.

Untuk semua Dosen Farmasi Universitas Muhamadiyah Malang yang
sudah memberikan ilmunya dan waktunya, Pak Inoni, Pak Bambang,
Almarhum Pak Hadi, Pak Rajaram, Pak Amir, Pak Ahyana, Pak Heru, Pak
Pujon, Pak Harjana, Pak Hera, Bu Rofida, Bu Arin, Bu Enggrid, Bu Ina,
Bu Dian, Bu Radit, Bu Retno, Bu Nikmah, Bu Sandy.

8.

Untuk semua laboran Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang yang
selalu baik dan memberikan makanan aslab, Mas Ferdi, Mas Dani, Mas
Fendi, Mbak Susi, Mbak Bunga, Mbak Evi.

9.

Untuk kedua orang tuaku tercinta, bapak Subandri dan Ibu Fajeriah yang
tidak pernah menyerah membesarkan dan mendidik keempat anaknya
sampai sekarang.


10. Untuk kakak-kakakku yang katanya orang-orang cantik, Mbak Intan,
Mbak Ratih, dan Mbak Mega. Terima kasih atas dukungannya dan selalu
memberiku uang dan makanan enak sampai sekarang.
11. Anak-anak Farmasi 2010 terima kasih telah menjadi temanku.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kebaikan skripsi ini. Semoga penulisan ini dapat berguna bagi penelitian
berikutnya, amiin.
Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh
Malang, 27 Juni 2014
Penyusun

(Randy Teja Permana)

v

RINGKASAN
STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PROFILAKSIS PADA
PASIEN FRAKTUR TERBUKA (Open Fracture)
(Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)
Fraktur didefinisikan sebagi terputusnya kontinuitas tulang akibat trauma
atau akibat proses penyakit seperti osteoporosis yang menyebabkan fraktur-fraktur
patologis. Pada tahun 2000 sampai 2010 organisasi kesehatan tingkat dunia WHO
mencatat kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab patah tulang (fraktur)
terbanyak. Menurut Badan Intelijen Negara Republik Indonesia pada tahun 2011
terjadi kasus kecelakaan sebanyak 109.776, dengan korban meninggal sebanyak
31.185 orang dan sisanya mengalami luka ringan dan luka berat seperti patah
tulang. Berdasarkan Laporan Tahunan Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar
Malang tahun 2009, mencatat terdapat 1.305 kasus fraktur yang berada pada
urutan ketiga dari sepuluh penyakit terbanyak rawat inap.
Fraktur terbuka (open/compound), adalah bila terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. Fraktur
terbuka (open fracture) adalah patah tulang yang menembus kulit, dibagi menjadi
3 derajat, yaitu derajat I bila luka kurang dari 1cm atau luka kecil, derajat II luka lebih
dari 1cm dan tidak banyak terjadi kerusakan jaringan, pada derajat III terjadi kerusakan
yang luas pada kulit dan jaringan lunak. Derajat III dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu:
derajat IIIA dimana jaringan lunak masih menutupi tulang yang patah, pada derajat IIIB
jaringan lunak sudah tidak menutupi tulang yang patah, dan dikatakan derajat IIIC bila
sudah terjadi kerusakan arteri (Apley & Solomon, 1995). Pada fraktur terbuka (open

fracture) akan mengenai serabut syaraf yang dapat menimbulkan rasa nyeri.
Infeksi pada fraktur terbuka (open fracture) disebabkan adanya kontaminasi pada
luka terbuka, hal tersebut dipicu dengan kondisi lingkungan luka seperti jaringan
yang hancur dan mati, darah pada luka, serta benda asing yang menyebabkan
kuman dapat berkembang biak.
Pada penatalaksanaan terapi fraktur terbuka empat hal penting yang perlu
diberikan adalah antibiotika profilaksis, debridement urgent pada luka dan fraktur,
stabilitas fraktur, penutupan luka segera secara definitif. Antibiotika profilaksis
adalah antibiotik digunakan bagi pasien yang belum terkena infeksi, tetapi diduga
mempunyai peluang besar untuk mendapatkannya, atau bila terkena infeksi dapat
menimbulkan dampak buruk bagi pasien. Antibiotika profilaksis harus aman,
bakterisid dan efektif melawan bakteri yang menyebabkan infeksi pada bedah
orthopedic. Menurut ASHP Therapeutic Guidelines patogen yang ada pada bedah
orthopedic adalah S.epidermidis (40% dari pasien yang terinfeksi), S. aureus
(53%), gram negatif bacilli (15%), bakteri anaerob (5%), dan lainnya (5%).
Pemilihan antibiotik profilaksis dipengaruhi oleh beberapa faktor,
pemberian antibiotika profilaksis dapat dibedakan berdasarkan jenis operasi atau
pembedahannya. Pada fraktur terbuka (open fracture) dengan kerusakan jaringan
terbuka termasuk dalam operasi terkontaminasi, dan bila lebih dari empat jam
maka termasuk operasi kotor sehingga antibiotika profilaksis sangat
direkomendasikan. Selain itu pemilihan antibiotika profilaksis dapat diberikan
berdasarkan pola peta kuman dari setiap rumah sakit.

vi

Penelitian ini dilakukan secara retrospektif, dianalisa secara deskriptif, dan
menggunakan data pasien fraktur terbuka (open fracture) yang di rawat di
Instalasi Rawat Inap RSUD Dr.Saiful Anwar Malang dari periode Januari 2012
sampai dengan Desember 2013. Data yang didapatkan dari rekam medik yang
memenuhi kriteria inklusi sebanyak 33 pasien. pasien yang berjenis kelamin lakilaki lebih banyak yaitu 25 pasien (76%) berusia 20-39 tahun (30%). Penyebab
pasien mengalami fraktur terbuka (open fracture) paling banyak karena
kecelakaan sebanyak 29 pasien (88%). Antibiotika profilaksis digunakan secara
tunggal pada pasien fraktur terbuka (open fracture) sebesar 100% baik pada
pasien yang menjalani satu kali operasi, atau operasi dua kali. Pasien fraktur
terbuka (open fracture) yang menjalani satu kali operasi paling banyak diberikan
seftriakson 2g rute iv 47%, pemberian sefazolin 2g rute iv sebanyak 35%, dan
stabactam 1g rute iv sebesar (12%). Pasien yang menjalani operasi dua kali
pemberian sefazolin 2g rute iv paling banyak (44%) baik pada operasi pertama
maupun operasi kedua, seftriakson 2g rute iv pada operasi pertama dan kedua
sebanyak 38%, dan pergantian antibiotika profilaksis pada operasi pertama
menggunakan stabactam 1g rute iv, dan pada operasi kedua diganti dengan
siprofloksasin 1g iv dan seftriakson 2g rute iv masing-masing sebanyak 6%.

vii

ABSTRACT
DRUG UTILIZATION STUDY OF ANTIBIOTIC
PROPHYLAXIS IN PATIENT OPEN FRACTURE
(Research at Hospital of Dr. Saiful Anwar Malang)
Background: Open fracture is there contact between bone fragment with outside
environment because there is wound in skin. Antibiotic prophylaxis recommended
to open fracture because its including contamination surgical.
Objectives: The study aims to determine pattern of antibiotic prophylaxis
utilization in patients open fracture and to examine the relationship antibiotic
prophylaxis therapy related to the kind, dose, and route of administration
associated with clinical data at the Hospital of Dr. Saiful Anwar Malang.
Methods: The study is a retrospective observational with consecutive sampling
method in patients open fracture from January 2012 to December 2013.
Result & Conclusion: This study there were 33 patients. all patients (100%)
received antibiotic prophylaxis single dose. Patients open fracture with once
surgical, there is 8 patients (47%) received antibiotic prophylaxis ceftriaxone 2 g
iv and 6 patients (35%) received cefazolin 2g iv. Patients with twice surgical,
there is 7 patients (44%) received antibiotic prophylaxis cefazolin 2g iv in both
surgical and 6 patients (38%) received ceftriaxone 2g iv in both surgical.
Key words: Antibiotic Prophylaxis, Open Fracture, Surgical

viii

ABSTRAK
STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PROFILAKSIS PADA
PASIEN FRAKTUR TERBUKA (Open Fracture)
(Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

Latar Belakang: Fraktur terbuka (open/compound) adalah terdapat hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. Fraktur
terbuka termasuk dalam operasi terkontaminasi sehingga antibiotika profilaksis
sangat direkomendasikan.
Tujuan: untuk mengetahui pola penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien
fraktur terbuka (open fracture) di RSU Dr. Saiful Anwar Malang dan mengkaji
hubungan jenis antibiotika profilaksis terkait dosis dan rute pemberian yang
dikaitkan dengan data klinik di RSU Dr. Saiful Anwar Malang.
Metode: Penelitian ini bersifat observational yaitu berupa studi retrospektif
dengan metode consecutive sampling pada pasien fraktur terbuka (open fracture)
periode 1 Januari 2012 sampai dengan 31 Desember 2013.
Hasil & Kesimpulan: Data yang didapatkan dari rekam medik yang memenuhi
kriteria inklusi sebanyak 33 pasien. Antibiotika profilaksis digunakan secara
tunggal pada pasien fraktur terbuka (open fracture) sebesar 100% baik pada
pasien yang menjalani satu kali operasi, atau operasi dua kali. Pasien fraktur
terbuka (open fracture) yang menjalani satu kali operasi paling banyak diberikan
seftriakson 2g rute iv 47%, pemberian sefazolin 2g rute iv sebanyak 35%, dan
stabactam 1g rute iv sebesar (12%). Pasien yang menjalani operasi dua kali
pemberian sefazolin 2g rute iv paling banyak (44%) baik pada operasi pertama
maupun operasi kedua, seftriakson 2g rute iv sebanyak 38%.
Kata Kunci: Antibiotika Profilakis, Fraktur Terbuka, Operasi

ix

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 3
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 5
2.1 Fraktur ............................................................................................... 5
2.1.1 Definisi Fraktur ....................................................................... 5
2.1.2 Klasifikasi Fraktur ................................................................... 5
2.1.2.1 Fraktur Tertutup .......................................................... 5
2.1.2.2 Fraktur Terbuka .......................................................... 5
2.1.3 Etiologi Fraktur ....................................................................... 8
2.1.4 Patofisiologi Fraktur................................................................ 9
2.1.5 Manifestasi Klinis Fraktur ………………………………….10
2.1.6 Penatalaksanaan Terapi Pada Fraktur………………………10
2.1.6.1 Penatalaksanaan Terapi pada Fraktur Tertutup ....... 11
2.1.6.2 Penatalaksanaan Terapi pada Fraktur Terbuka ........ 11
2.2 Penggunaan Antibiotika Pada Fraktur Terbuka .............................. 12
2.2.1 Klasifikasi Antibiotika .......................................................... 12
2.2.2 Antibiotika Profilaksis .......................................................... 13
2.2.3 Tujuan Pemberian Antibiotika Profilaksis ............................ 15

x

2.2.4 Pemilihan Antibiotika Profilaksis ......................................... 16
2.2.4.1 Antibiotika Golongan Sefalosporin .......................... 20
2.2.4.2 Antibiotika Golongan Aminoglikosida .................... 25
2.2.4.3 Antibiotika Golongan Kuinolon ............................... 26
2.2.4.4 Antibiotika Golongan Lain-lain................................ 27
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL .......................................................... 30
BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................... 34
4.1 Rancangan Penelitian .................................................................... 34
4.2 Populasi dan Sampel ..................................................................... 34
4.2.1 Populasi ................................................................................. 34
4.2.2 Sampel .................................................................................. 34
4.2.3 Kriteria Data Inklusi ............................................................. 34
4.2.4 Kriteria Data Eksklusi ........................................................... 34
4.3 Bahan Penelitian ........................................................................... 35
4.4 Instrumen Penelitian ..................................................................... 35
4.5 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 35
4.6 Definisi Operasional ..................................................................... 35
4.7 Metode Pengumpulan Data ........................................................... 36
4.8 Analisa Data .................................................................................. 36
BAB V HASIL PENELITIAN ......................................................................... 37
5.1 Jumlah Sampel Penelitian ............................................................. 37
5.2 Data Demografi Pasien ................................................................. 38
5.2.1 Jenis Kelamin ........................................................................ 38
5.2.2 Usia Pasien ............................................................................ 38
5.3 Penyebab Pasien Terdiagnosis Fraktur Terbuka ........................... 38
5.4 Penyakit Penyerta Pasien Fraktur Terbuka ................................... 39
5.5 Identifikasi Tingkat Derajat Fraktur Terbuka ............................... 39
5.6 Jumlah Operasi Pada Pasien Fraktur Terbuka .............................. 40
5.7 Profil Penggunaan Terapi Fraktur Terbuka .................................. 40
5.7.1 Profil Penggunaan Antibiotika Profilaksis ............................ 40
5.7.2 Profil Penggunaan Antibiotika Profilaksis Tunggal ............. 41
5.7.3 Terapi yang Diberikan Pada Pasien Fraktur Terbuka ........... 42

xi

5.8 Lama Rawat Inap Pasien Fraktur Terbuka ................................... 43
5.9 Kondisi Keluar Rumah Sakit (KRS) Pasien Fraktur Terbuka ...... 43
BAB VI PEMBAHASAN................................................................................. 44
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 53
7.1 Kesimpulan ................................................................................... 53
7.2 Saran ............................................................................................. 53
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 54

xii

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

II.1 Rekomendasi antibiotika profilaksis pada bedah untuk mencegah ILO
(Infeksi Luka Operasi) .............................................................................. 18
II.2 Klasifikasi operasi serta rekomendasi antibiotika profilaksis .................. 18
II.3 Klasifikasi operasi .................................................................................... 19
II.4 Pola kuman patogn penyebab infeksi di Ruang Rawat Infeksi RS
Fatmawati Jakarta ..................................................................................... 20
II.5 Pola kuman patogen penyebab infeksi di RS. Dr Kariadi Semarang ....... 20
V.1 Jenis Kelamin Pasien Fraktur Terbuka (Open Fracture) ........................... 38
V.2 Usia Pasien Pasien Fraktur Terbuka (Open Fracture) ............................... 38
V.3 Penyebab Pasien Terdiagnosa Fraktur Terbuka (Open Fracture) ............. 39
V.4 Penyakit Penyerta Pasien Fraktur Terbuka (Open Fracture) ..................... 39
V.5 Tingkat Derajat Fraktur Terbuka (Open Fracture) .................................... 40
V.6 Jumlah Operasi Fraktur Terbuka (Open Fracture) .................................... 40
V.7 Profil Penggunaan Antibiotika Profilaksis Pasien Fraktur Terbuka (Open
Fracture).................................................................................................... 40
V.8 Profil Penggunaan Antibiotika Profilaksis Tunggal Pasien Fraktur Terbuka
yang Menjalani Satu Kali Operasi ............................................................. 41
V.9 Profil Penggunaan Antibiotika Profilaksis Tunggal Pasien Fraktur Terbuka
yang Menjalani Dua Kali Operasi ............................................................. 41
V.10 Golongan Terapi yang Diberikan Pada Pasien Fraktur Terbuka (Open
Fracture).................................................................................................... 42
V.11 Jenis Obat yang Diberikan Pada Pasien Fraktur Terbuka. ....................... 42
V.12 Lama Rawat Inap Pasien Fraktur Terbuka (Open Fracture) ................... 43
V.13 Kondisi Keluar Rumah Sakit (KRS) Pasien Fraktur Terbuka (Open
Fracture).................................................................................................... 43

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

2.1 Fraktur Terbuka Derajat I ............................................................................. 6
2.2 Fraktur Terbuka Derajat II ........................................................................... 7
2.3 Fraktur Terbuka Derajat III A ....................................................................... 7
2.4 Fraktur Terbuka Derajat III B ....................................................................... 7
2.5 Fraktur Terbuka Derajat III C ....................................................................... 8
2.6 Patofisiologi Fraktur (Patah Tulang) ............................................................ 9
2.7 Struktur cincin -laktam sefalosporin ......................................................... 21
2.8 Penghambatan enzim transpeptidase oleh antibiotika -laktam …… ........ 21
2.9 Perbedaan struktur kimia sefalosporin generasi pertama pada rantai R1 dan
R2 ................................................................................................................ 22
2.10 Perbedaan struktur kimia sefalosporin generasi kedua pada rantai R1 dan
R2 ............................................................................................................... 23
2.11 Perbedaan struktur kimia sefalosporin generasi ketiga pada rantai R1 dan
R2 ............................................................................................................... 23
2.12 Mekanisme kerja antibiotika golongan aminogikosida …… ................... 25
2.13 Mekanisme kerja antibiotika golongan kuinolon …… ............................. 27
2.14 Mekanisme kerja klindamisin sama seperti eritromisin ……................... 28
3.1 Skema Kerangka Konseptual ...................................................................... 32
3.2 Skema Kerangka Operasional ..................................................................... 33
5.1 Skema Inklusi dan Ekslusi Penelitian Pada Pasien Fraktur Terbuka (Open
Fracture) ..................................................................................................... 37

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1. Daftar Riwayat Hidup…………………………… .................................. 58
2. Surat Pernyataan……………………………… ...................................... 59
3. Surat Penghadapan Penelitian .................................................................. 60
4. Keterangan Kelayakan Etik ..................................................................... 61
5. Daftar Nilai Normal Data Laboratorium .................................................. 62
6. Lembar Pengumpul Data Pasien Fraktur Terbuka di Instalasi Rawat Inap
RSU Dr. Saiful Anwar Malang ............................................................... 63
7. Tabel Induk Pasien Fraktur Terbuka di Instalasi Rawat Inap RSU Dr.
Saiful Anwar-Malang .............................................................................. 77

xv

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1999. ASHP therapeutic guidelines on antimicrobial prophylaxis in
surgery. American Society of Health-System Pharmacists, Inc.
Anonim, 2005. Handbook of Antimicrobial Therapy. Edisi ke-17. New York:
The Medical Letter, Inc. hal. 98-101.
Anonim, 2006. Antibiotic Prophylaxis in Surgery. Department of Surgical
Education, Orlando Regional Medical Center.
Anonim, 2008. 104 Antibiotic Prophylaxis In Surgery. A National Clinical
Guideline. Scottish Intercollegiate Guidelines Network. Elliot House 8-10
Hillside Crescent, Edinburg.
Anonim, 2008. Surgical site infection. Prevention and treatment of surgical
site infection. National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE).
MidCity Place 71 High Holborn. London.
Anonim, 2010. Medical Use Manual: Guidline. New York Presbyterian
Hospital.
Anonim, 2011. Antimicrobial Use Guidelines : University of Wisconsin
Hospital and Clinics Pharmacy and Therapeutics Committee
Department of Pharmacy Drug Policy Program. UWHC.
Anonim, 2013. ISO: Informasi Spesialite Obat Indonesia Volume 48. PT. ISFI
Penerbitan, Jakarta.
Anonim, 2013. Recommendations for the Use of Intravenous Antibiotic
Prophylaxis in Primary Total Joint Arthoplasty. American Association
of Orthopaedic Surgeons, US.
Apley, A.Graham and Solomon Louis, 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur
Sistem Apley. Edisi ke-7, Jakarta: Widya Medika.
Bachoura, A., Guitton, T.G., Smith, R.M., Vrahas, M.S., Zurakaowski, D., and
Ring, D., 2010. Infirmity and Injury Complexity are Risk Factors for
Surgical-site Infection after Operative Fracture Cara. Clin Orthop Relat
Res, p. 2621-2630.
Bratzler, D.W., and Houck, P.M., 2005. Antimicrobial Prophylaxis for
Surgery: An Advisory Statement from the National Surgical Infection
Prevention Project. Major Article Clinical Infectious Diseases (CID). No.
189, p. 395-404.

xvi

Bratzler, D.W., Houck, P.M., Richards, C., Steele, L., Dellinger, E.P., Fry, D.E.,
Wright, C., Ma, A., Carr, K., and Red, L., 2005. Use of Antimicrobial
Prophylaxis for Major Surgery (Baseline Results From the National
Surgical Infection Prevention Project). Arch Surg, Vol. 140. p. 174-182.
Bucholz, R.W., Heckman JD., Court-Brown CM., 2006. Rockwood & Green’s
Fractures in Adults, 6th Edition. USA: Maryland Composition, p80-331.
Carpenito, L.Jual, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta :EGC.
Enzler, M.J., Berbari, E., and Osmon, D.R., 2011. Antimicrobial Prophylaxis in
Adults. Symposium On Antimcrobial Therapy. Mayo Clin Proc, Vol. 7.p.
686-701.
Fitrah Juni. 2011. Identifikasi Drug Related Problems Pada Pasien Fraktur
Terbuka Grade IIIa Yang Diterapi Antiobiotika Dirawat Di Ruang
Trauma Centre RSUP DR M Djamil Padang. Universitas Andalas.
Padang.
Garrison, J.S., 2001. Dasar-Dasar Terapi dan Rehabilitas Fisik. Jakarta :
Hipokrates.
Gilbert, D.N., Moellering, R.C., and Eliopoulus, G.M., 2010. The Sanford to
Antimicrobial Therapy. Hal 177.
Gustilo, R.B., Gruninger RP., Tsukayama DT., 1989. Management of open
fracture In: Orthopaedic Infection diagnosis and treatment.
Philadelphia : W.B.Saunders Co, p.87-117.
Huotari, K., and Lyytikainen, O., 2006. Impact of Postdischarge Surveillance
on the Rate of Surgical Site Infection After Orthopedic Surgery.
Infection Control And Hospital Epidemiology, Vol. 27, No. 12.
Katzung, B.G., 2006. Basic And Clinical Pharmacology. Edisi ke-10, San
Francisco : McGraw-Lange, section 7.
Luchetta, F.A., Bone, L.B., Born, C.T., DeLong, W.G., Hoff, W.S., Mullins, D.,
Palumbo, F., Pasquale, M.D., 2000. East Practice Management
Guidelines Work Group: Practice Management Guidlines For
Prophylactic Antibiotic Use In Open Fractures. Department of Surgery.
Mangram, A.J., Horan T.C., Pearson M.L., Silver L.C., Jarvis W.R., 1999.
Guideline for Prevention of Surgical Site Infection, Centers for Disease
Control and Prevention Public Health service US, p.97-129.
Mansjoer, A., (2002), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Medica Aescupalius,
Jakarta.
Munckhof, W., 2005. Antibiotics for surgical prophylaxis. Australian
Prescriber, Vol. 28 No. 2. P. 38 – 40.

xvii

Neal, M.J., 2006. At a Glance Farmakologi Medis. Edisi ke-5, Jakarta: Penerbit
Erlangga, hal. 80-84.
Okike, K., Kocher, M.S., Mehlman, C.T., Heckman, J.D., and Bhandari, M.,
2006. Publication Bias In Othropaedic Research : An Analysis of
Scientific factors Associated with Publication in The Journal of Bone
and Joint Surgery (American Volume). The Journal of Bone and Joint
Surgey Inc, Needham, USA, No. 3, p. 593-601.
Ostermann, P.A.W., David, S., Henry, S.L., 1995. Local Antibiotic Therapy For
Severse Open Fractures. British Editorial Society of Bone and Joint
Surgery, Vol. 77 No.1.
Petri, W.A., 2006. Antibiotic. In: Brunton, L., Chabner, B., and Knollman, B.
Goodman & Gilman’s The Pharmacological Basic of Therapeutic. Edisi
k2-11, New York : McGraw-Hill, chapter 43-45.
Price, S.A., and Lorraine, M.W., 1994. Patofisiologi : Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. Jakarta : ECG.
Reeves, C.J., and Lockhart, R., 2001. Keperawatan Medikal Bedah, Buku I,
Jakarta : Selemba Medika.
Refdanita, Maksum, R., dan Endang, P., 2004. Pola Kepekaan Kuman
Terhadap Antbiotika Di Ruang Rawat Intensif Rumah Sakit
Fatmawati Jakarta Tahun 2001-2002. Makara Kesehatan, Vol. 8 No. 2. p.
41-48.
Reidy, D., and Murray, P., 1997.Open fracture and fractures with soft tissue
injuries, classification and principle of management. Beaumont Hospital,
Dublin. Irish J of Orthopaedic Surgery an Trauma, p. 1-18.
Rightmire E., Zurakowski D., and Vrahas, M., 2008. Acute Infections After
Fracture Repair: Management With Hardware in Place. The
Association of Bone and Joint Surgeons. p. 466-472.
Rochanan, A.H., 2003. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Infeksi Pada Patah Tulang. Undip, Semarang.
Salter, R.B., 1999. Treatment for open fractures. In : Textbook of disorders
and injuries of the musculoskeletal system. Third ed. Baltimor : The
Williams & Wilkins Co.
Sjamsuhidayat, de Jong., 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran ECG, hal.959-1083.
Smeltzer dan Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart. Jakarta : ECG.
Soekardjo, B., Hardjono, S., dan Sondakh, R., 2000. Hubungan Struktur Aktivitas
Obat Antibiotika. In: Siswandono, dan Soekardjo, B. Kimia Medisinal,
hal.110-153.

xviii

Stevenson, J., Mcnaughton, G., and Riley, J., 2003. The Use Of Prophylactic
Flucloxacillin In Treatment Of Open Fractures Of The Distal Phalanx
Within An Accident And Emergency Department: A Double-Blind
Rondomized Placebo-Controlled Trial. Glasgow Caledonian University,
Glasgow, UK, Vol. 28. No. 5, p. 388-394.
Wahjono, H., 2007. Peran Mikrobiologi Klinik Pada Penangan Penyakit
Infeksi. Semarang : Pidato Pengukuhan.
Weinstein, R.A., 1998. Nosocomial Infection Uptade. Chicago, Illinois, USA :
Cook Country Hospital & Rush Medical College.
Wininger, D.A., and Fass, R.J., 1996. Antibiotic-Impregnated Cement and
Beads for Orthopedic Infections. Department of International Medicine,
The Ohio State University College of Medicine, Columbus, Ohio. p. 26752679.
Anonim, 2007. Hasil Tes Lab Normal. http:www.spiritia.or.id/. Diakses tanggal
17 Januari 2014.
Anonim, 2014. Badan Interlijen Negara. http:www.bin.go.id/. Diakses tanggal 2
Juni 2014
Anonim, 2013. Laporan Tahunan Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang.
http : www. rsusaifulanwar.jatimprov.go.id/. Diakses tanggal 17 Januari
2014.

xix